PENGARUH VIRTUAL WEDGE TERHADAP SIMETRISITAS PROFIL DOSIS KELUARAN PESAWAT LINAC

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH VIRTUAL WEDGE TERHADAP SIMETRISITAS PROFIL DOSIS KELUARAN PESAWAT LINAC"

Transkripsi

1 PENGARUH VIRTUAL WEDGE TERHADAP SIMETRISITAS PROFIL DOSIS KELUARAN PESAWAT LINAC Skripsi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat pendidikan Strata Satu (S-1) Sebagai Sarjana Sains pada Jurusan Fisika Disusun Oleh : Kartika Wahyu Ageng Dewanti J2D JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG FEBRUARI, 2013

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Subhanallah, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya dengan nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Virtual Wedge Terhadap Simetrisitas Profil Dosis Keluaran Pesawat Linac sebagai syarat untuk mencapai derajat S-1 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang. Dalam proses penyusunan yang melibatkan berbagai pihak, maka perkenankan penulis mengucapkan terimakasih dengan sepenuh hati kepada : 1. Bapak Dr. Muhammad Nur, DEA, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro Semarang 2. Bapak Dr. Rahmat Gernowo, S.Si, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro Semarang 3. Bapak Prof. Dr. Wahyu Setia Budi, M.S, selaku pembimbing atas waktu, tenaga, petunjuk, dan keramah-tamahannya dalam membimbing penulis mengerjakan Tugas Akhir 4. Bapak Choirul Anam, M.Si yang telah memberikan masukan kepada penulis dan menyempatkan waktu untuk menguji penulis dalam ujian siding akhir 5. Bapak Dr. Suryono, M.Si yang telah meluangkan waktu untuk menguji Tugas Akhir penulis, dan saran - saran yang sangat membangun 6. Bapak Dr. Asep Yoyo Wardaya atas waktu yang diluangkan untuk menguji Tugas Akhir penulis 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan pengajaran yang sangat luar biasa kepada penulis 8. dr. Eko selaku Kepala Unit Radioterapi RS. Ken Sras yang telah mengijinkan penulis melakukan pengambilan data penelitian 9. Seluruh staf pengajar maupun staf administrasi Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro atas kerja kerasnya dalam mengajar dan melayani penulis

3 10. Bapak Djoko Purwanto dan Ibu Eko Budi Wahyuni selaku Orang Tua penulis yang selalu mencurahkan kasih sayang, mendoakan, memberikan motivasi baik materiil maupun moril, doamu adalah harapanku dan harapanmu adalah perjuanganku 11. Alfa, Demar, Zizah, Suntur, mbak lel yang selalu ada dikehidupan penulis dan keluarga baru penulis, Aurelia Laksmi Kurnia Neila dan Muhammad Syatir Alfa Risky yang semakin memberikan warna dalam hari-hari penulis 12. Iqbal Firdaus yang selalu memberikan motivasi, warna dan keceriaan dalam diri penulis, motivasimu adalah semangatku 13. Nurul Firdausi Nuzula dan Wulandhari yang selalu siaga dalam keadaan apapun hingga terselesaikannya Tugas Akhir, Mas Dwi atas bimbingannya 14. Ismi Izzah Azizah atas print baru, Mbak Entung sang motivator 15. Fisika 2008 yang memberikan keindahan selama penulis menjalani masa perkuliahan, Hidup Penuh Kebersamaan 16. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah sembalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Amin Penulis sadar bahwa penyusunan laporan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi tersusunnya laporan yang lebih baik. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, Februari 2013 Penulis

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR SIMBOL... viii DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II DASAR TEORI Radioterapi Pesawat Teleterapi Linear Acelerator Pesawat Linac Bagian-bagian Kepala Linac Profil Dosis Distribusi Dosis Kurva Isodosis Wedge Filter Sudut Wedge Isodosis Faktor Transmisi Wedge... 15

5 Sistem Wedge Pengaruh Wedge Terhadap Kualitas Sinar Desain Wedge Filter Teknik Lapangan Wedge Kesimetrisan Keluaran Sinar Integrasi Numerik Metode Simpson 1/ Quality Assurance Quality Assurance di Radioterapi Quality Control di Radioterapi Efek Biologi Terhadap Radiasi Phantom Air Detektor Kondenser Chamber BAB III METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Prosedur Penelitian Diagram Alir Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data Tanpa Menggunakan Virtual Wedge Hasil Data Menggunakan Virtual Wedge Luas lapangan 10 cm x 10 cm Luas lapangan 15 cm x 15 cm Hasil Data Menggunakan Virtual Wedge Luas lapangan 10 cm x 10 cm Luas lapangan 15 cm x 15 cm... 47

6 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

7 DAFTAR SIMBOL 1. Co 60 : Cobalt D mak : Kedalaman Maksimal 3. HVL : Half Value Layer 4. MU : Monitor Unit 5. MV : Mega Volt 6. RF : Radio Frekuensi 7. RFA : Radiation Field Analisis atau Analisa Medan Radiasi 8. S : Jarak Antar Wedge 9. SAD : Surface Axis Distance 10. SSD :Source Surface Distance atau Jarak sumber dengan permukaan 11. TAR : Tissue Air Ratio 12. TMR : Tissue Maksimum Ratio 13. γ : Gamma 14. θ : Sudut Wedge 15. ϕ : Engsel sudut

8 DAFTAR ISTILAH 1. Diagnostik merupaka proses pemeriksaan menggunakan radiasi untuk membantu menegakkan hasil diagnosa 2. Field size adalah besarnya luas lapangan yang digunakan dalam penyinaran 3. Flattening filter adalah suatu alat atau perangkat yang digunakan untuk memfilter intensitas dari foton yang dihasilkan dari pesawat Linac, sehingga dosis yang diterima tiap titik semuanya sama 4. Gantry adalah sebuah perangkat pesawat Linac yang sering disebut dengan kepala Linac, Gantri merupakan komponen terpenting dalam Linac yang menghasilkan sumber foton ataupun elektron 5. HVL (Half Value Layer) merupakan nilai tebal paro dari kualitas sinar yang dihasilkan 6. Isocenter merupakan suatu titik koordinat pusat dari sumber 7. Kolimator sering juga disebut jaws, yaitu merupakan perangkat dalam Linac yang digunakan untuk mengukur luas lapangan yang akan digunakan. Kolimator juga dapat berfungsi sebagai penyerap intensitas radiasi sehingga penyinaran dosis terdistribusi sesuai dengan rencana 8. Kurva profil merupakan kurva dari penyebaran dosis pada luasan phantom di kedalaman tertentu 9. Linac adalah pesawat teleterapi yang menghasilkan foton dan electron dengan energy tinggi akibat muatan yang dipercepat 10. MU atau monitor unit yang merupakan hasil dari monitor chamber pada kepala linac yang berisi besaran-besaran seperti dosis rata-rata, kerataan berkas radiasi, dan energi radiasi

9 11. PDD (Percentage Deep Dose) merupakan presentase dosis kedalaman tertentu dengan kedalaman maksimal pada sumbu utama 12. Phantom merupakan perangkat tiruan yang dibuat menyerupai tubuh manusia dan memiliki densitas dan massa jenis yang sama dengan jaringan yang ditiru 13. QA (Quality Assurance) adalah tindakan terencana dan sistematik yang diperlukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa suatu produk atau jasa yang akan diberikan memenuhi persayaratan untuk menunjang kualitas 14. QC (Quality Control) adalah proses pengawasan kualitas dalam kinerja sesuai dengan standart yang digunakan untuk menjaga perlengkapan atau peralatan tetap pada standartnya 15. SAD (Source Axis Distance) adalah jarak dari sumber ke permukaan dari titik pusat 16. SSD (Source Surface Distance) adalah jarak dari sumber ke permukaan 17. TAR adalah Tissue Air Ratio digunakan untuk mencari faktor koreksi dengan cara mengukur paparan di udara 18. TMR adalah Tissue Maksimum Ratio digunakan untuk mencari faktor koreksi dengan cara mengukur paparan pada jaringan 19. Wedge adalah filter khusus atau blok penyerap yang ditempatkan dibagian berkas untuk membentuk distribusi isodosis

10 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Persentase Asimetri pada berbagai kedalaman dari kurva profil menggunakan virtual wedge 15 dengan luas lapangan 15 cm x 15 cm Tabel 4.2 Persentase Asimetri pada berbagai kedalaman dari kurva profil menggunakan virtual wedge 30 dengan luas lapangan 15 cm x 15 cm... 50

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pesawat Linac (Linear Accelerator) Tipe Siemens Primuss M Gambar 2.2 Konstruksi dari kepala pesawat Linac... 7 Gambar 2.3 Kepala linac dan bagian-bagiannya... 8 Gambar 2.4 Profil dosis pada berbagai kedalaman Gambar 2.5 Profil berkas kedalaman dosis Gambar 2.6 Kurva isodosis untuk sinar-x, SSD 100 cm dan luas lapangan penyinaran (10 x 10) cm Gambar 2.7 Kurva Isodosis dengan menggunakan wedge filter Gambar 2.8 Sistem Wedge Gambar 2.9 Desain universal wedge filter Gambar 2.10 Distribusi isodosis untuk dua sudut berkas Gambar 2.11 Parameter dari berkas wedge Gambar 2.12 Integral suatu fungsi Gambar 2.13 Aturan Simpson Gambar 2.16 Kurva dosis Persentasi Efek Biologi Gambar 2.17 Diagram skematik dari detektor kondensor chamber Gambar 3.1 Pesawat Teleterapi Linac Gambar 3.2 Phantom Air Gambar 3.3 Detektor Kondenser Chamber Gambar 3.4 Elektroda Dose Gambar 3.5 Termometer Gambar 3.6 Barometer Gambar 3.7 Common Control Unit (CCU) Gambar 3.8 Aqua-DM dalam Phantom Air Gambar 3.9 Pembagi luasan dari aturan simpson Gambar 3.10 Daerah pembagi pada aturan 1/3 simpson... 33

12 Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian Gambar 4.1 Kurva profil tanpa menggunakan virtual wedge pada kedalaman (z) 5 cm Gambar 4.2 Kurva profil tanpa menggunakan virtual wedge pada kedalaman (z) 10 cm Gambar 4.3 Kurva profil menggunakan virtual wedge 15 pada luas lapangan 10 cm x 10 cm dan kedalaman(z) 5 cm Gambar 4.4 Kurva profil menggunakan virtual wedge 15 pada luas lapangan 10 cm x 10 cm dan kedalaman(z) 7 cm Gambar 4.5 Kurva profil menggunakan virtual wedge 15 pada luas lapangan 10 cm x 10 cm dan kedalaman(z) 10 cm Gambar 4.6 Kurva profil menggunakan virtual wedge 30 pada luas lapangan 10 cm x 10 cm dan kedalaman(z) 5 cm Gambar 4.7 Kurva profil menggunakan virtual wedge 30 pada luas lapangan 10 cm x 10 cm dan kedalaman(z) 7 cm Gambar 4.8 Kurva profil menggunakan virtual wedge 30 pada luas lapangan 10 cm x 10 cm dan kedalaman(z) 10 cm... 46

13 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C Data Hasil Penelitian Tanpa Menggunakan Virtual Wedge Data Hasil Penelitian Menggunakan Virtual Wedge Hasil Kurva Profil dan Perhitungan Asimetri

14 INTISARI Sesuai standar yang diijinkan, pemberian dosis optimum untuk tumor harus tetap memperhatikan jaringan sehat disekitar. Jaringan memikili irregular shape dan inhomogeneity, sehingga untuk meratakan dosis proses penyinarannya ditambahkan virtual wedge. Dosis radiasi dalam radioterapi diberikan kepada pasien berdasarkan pengukuran dan perhitungan. Untuk mendapatkan dosis yang optimum harus ada penyusunan kriteria yang dikenal sebagai jaminan kualitas, sehingga dapat dikembangkan prosedur pemeliharaan preventif. Salah satu parameter yang harus di uji adalah asimetri berkas, dengan tujuan tetap memenuhi standar yang direferensikan. Selama ini uji asimetri berkas dilakukan untuk profil dosis tanpa menggunakan device tambahan, sehingga dalam penelitian ini telah dicari pengaruh penggunaan virtual wedge terhadap asimetri berkas keluaran pada kedalaman (z) 5 cm, 7 cm dan 10 cm menggunakan virtual wedge 15 dan 30. Dari kurva profil keluaran tanpa menggunakan virtual wedge asimetri berkas masih berada dalam tingkat toleransi yang diijinkan ± 2%, sedangkan untuk kurva profil keluaran asimetri berkas memiliki persentase lebih dari 2% dan semakin besar persentasenya pada penggunaan luas lapangan yang semakin lebar. Kata kunci : asimetri berkas, virtual wedge, tumor, profil dosis.

15 ABSTRACT Appropriate to the permitted standard, giving the optimum dose to the cancer must be remain observe the healthy tissue around it. The tissue has an irregular shape and inhomogeneity, so that to flatten the dose the virtual wedge is added to its irradiation process. Dose radiation in radiotherapy is given to the patient according to the measurement and calculation. To get the optimum dose there must be criteria arranging known as quality assurance so that capable to developed a preventive maintenance procedure. One of the parameters which have to be tested is asymmetry beam, with a purpose to keep fulfill the referenced standard. So far, the asymmetry beam testing was done to dose profile without using any additional device, so in this research has been seeked the influence of using the virtual wedge toward asymmetry beam in the depth of (z) 5 cm, 7 cm, and 10 cm using virtual wedge 15 0 and From the profile curve output without using virtual wedge asymmetry beam still in the permitted tolerance level ± 2%, whereas for the profile curve output asymmetry beam has percentage more than 2% and the percentage is more and more larger in using a more wider field size. Key words : asymmetry beam, virtual wedge, cancer, dose profile.

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat (Tjokronegoro, 2001). Karena menggunakan radiasi pengion maka radioterapi haruslah memiliki jaminan kualitas (Quality Assurance) untuk mendapatkan hasil yang optimum. Jaminan kualitas pada radioterapi adalah prosedur jaminan kualitas untuk memastikan bahwa semua program yang mendukung dalam proses radioterapi berjalan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Di dalam proses Jaminan kualitas haruslah didukung dengan adanya prosedur kontrol kualitas. Untuk mempertahankan tingkat kualitas dan konsistensi kinerjanya, pesawat radioterapi membutuhkan jaminan kualitas seumur hidup. Kinerja semua parameter yang berhubungan dengan kualitas dan keamanan harus dicek secara teratur, meskipun tidak dengan frekuensi yang sama (Djarwani, 2002). Radiasi pengion bisa merusak jaringan, maka diusahakan dosis radiasi yang diberikan pada sel tumor harus terdistribusi secara merata dan sedapat mungkin dosis yang jatuh di luar lapangan penyinaran kecil. Pemberian dosis yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan normal di luar lapangan penyinaran, sedangkan dosis yang tidak cukup untuk membunuh sel ganas akan menyebabkan kambuh/residif (Meredith dan Massey, 1968). Pemberian dosis yang optimum akan menentukan keberhasilan dan efisiensi penyinaran. Dosis radiasi dikatakan optimum apabila (Cember, 1983):

17 a. Terdapat homogenitas dosis pada daerah penyinaran b. Terdapat keseragaman energi foton yang terdistribusi merata pada daerah penyinaran c. Dosis radiasi yang jatuh diluar daerah penyinaran diusahakan seminimal mungkin Dosis optimum yang digunakan untuk keperluan terapi haruslah berhasil secara medis dalam arti dapat menyembuhkan penyakit dan juga menekan seminimal mungkin efek biologis pada jaringan normal disekitarnya. Untuk memperoleh hasil terapi optimal, distribusi dosis harus masih dalam batas jangkauan harga yang tercantum dalam jaminan kualitas yang harus dipenuhi. Ketelitian yang disyaratkan dalam pemberian dosis untuk radioterapi pada tahun 1976 direkomendasikan oleh ICRU sebesar ± 5% (Palta, 1996). Harga ini dipilih berdasarkan kurva respon dalam radioterapi yag sering terlalu curam, sehingga perubahan kurang dari 10% dari dosis pada volume target dapat perubahan signifikan dalam kemungkinan control tumor, dan pada saat yang sama dapat meningkatkan induksi keparahan efek radisi pada jaringan sehat (Anonim, 1976). Permukaan kulit yang tidak merata pada daerah tumor mengakibatkan adanya celah udara, sehingga untuk mempengaruhi pengaruh celah udara terhadap permukaan kulit yang tidak merata digunakan wedge sebagai kompensasi dalam melakukan penyinaran (Chamber, 1983). Penggunaan wedge merupakan cara paling efektif untuk memperoleh distribusi dosis yang merata atau homogen pada permukaan kulit yang tidak merata, sehingga penyinaran yang diberikan pada daerah tumor tersebut betul-betul optimum dan jaringan sehat disekitarnya memperoleh dosis yang minimum (Khan, 1994). Wedge berfungsi sebagai proteksi radiasi pada pasien karena dapat meminimalkan dosis radiasi pada jaringan di sekitar tumor. Variasi sudut dan posisi wedge dilakukan untuk mendapatkan kriteria distribusi dosisi optimum melalui kurva isodosis yang diberikan pada tumor pasien (mendekati 100%). Variasi sudut wedge yang biasa dilakukan adalah 15 o, 30 o, 45 o dan 60 o (Khan, 1994).

18 Jaminan kualitas, selain untuk mengetahui kondisi kinerja pesawat, jaminan kualitas juga dapat memperkecil kecepatan kerusakan alat, mendeteksi kemungkinan terjadi kesalahan alat, sehingga dapat dikembangkan prosedur pemeliharaan preventif. Salah satu parameter yang harus dicek adalah simetri berkas (Anonim, 2002). Selama ini uji simetri berkas dilakukan untuk profil berkas keluaran tanpa menggunakan device tambahan, sehingga dalam penelitian kali ini akan dicari pengaruh penggunaan virtual wedge terhadap ketidaksimetrisan sinar keluaran.

19 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menentukan Profil dosis keluaran tanpa menggunakan Virtual Wedge 2. Menentukan Profil dosis keluaran menggunakan Virtual Wedge 3. Menentukan persentase tingkat ketidaksimetrisan dari luasan kurva profil dosis tanpa menggunakan Virtual Wegde 4. Menentukan persentase tingkat ketidaksimetrisan dari luasan kurva profil dosis menggunakan Virtual Wedge 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Dapat mengetahui kurva profil dosis keluaran menggunakan Virtual Wedge 2. Dapat mengetahui persentase tingkat ketidaksimetrisan dari luasan kurva profil dosis tanpa menggunakan Virtual Wedge 3. Dapat mengetahui persentase tingkat ketidaksimetrisan dari luasan kurva profil dosis menggunakan Virtual Wedge 4. Dapat mengetahui jaminan kualitas untuk kondisi dari kinerja pesawat Linac

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radioterapi Radiasi merupakan pancaran dan sebaran energi, baik yang berupa gelombang atau berupa partikel. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Dalam istilah sehari-hari radiasi selalu diasosiasikan sebagai radioaktif yang merupakan sumber radiasi (Akhadi, 2000). Radiasi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan medis baik untuk diagnostik maupun terapi. Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat (Tjokronegoro, 2001). Radioterapi adalah pengobatan dengan memberikan dosis radiasi yang terukur terhadap penyakit seperti tumor atau kanker. Perkembangan teknologi di dunia kedokteran tidak dapat dipungkiri telah membantu penderita penyakit untuk sembuh dari sakit yang dideritanya dan meningkatkan kualitas hidup penderita tersebut. Salah satu perkembangan teknologi yang sedang diperhatikan dan terus diikuti oleh kalangan praktisi dunia kedokteran adalah kemajuan di bidang yang berkaitan dengan perang terhadap penyakit yang digolongkan sebagai penyakit mematikan yaitu tumor atau kanker. Metode penanganan kanker yang sarat dengan teknologi canggih yang sedang dan terus berkembang secara pesat adalah radioterapi. Radioterapi atau juga dikenal dengan istilah terapi radiasi, yang menggunakan radiasi untuk mematikan selsel kanker atau melukai sel-sel tersebut sehingga tidak dapat membelah atau memperbanyak diri. Radioterapi dapat digunakan untuk meradiasi kanker primer dan gejala-gejala yang diakibatkan oleh kanker yang telah meluas yang disebut dengan metastasis (Suhartono, 1990).

21 2.2 Pesawat Teleterapi Linac Pesawat Linac Linac (Linear Accelerator) pertama digunakan pada tahun 1953 di rumah sakit di London, yakni Hammer Smith Hospital. Secara garis besar prinsip kerja Linac adalah berdasarkan proses percepatan elektron menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Berkas elektron energi tinggi itu sendiri dapat digunakan untuk pengobatan kanker atau tumor yang terletak di permukaan kulit atau dapat memperoduksi sinar-x apabila ditumbukkan pada target. Sinar-X ini digunakan untuk mengobati kanker atau tumor yang terletak jauh di bawah permukaan kulit (Susworo, 2007). Gambar 2.1 menunjukkan gambar Pesawat Linac (Linear Accelerator). Gambar 2.1 Pesawat Linac (Linear Accelerator) tipe Siemens Primuss M5633 Pesawat Linac modern, seperti terlihat pada Gambar 2.1 telah dilengkapi dengan pilihan berkas terapi radiasi, yaitu: berkas elektron dan berkas foton (dual mode), dua berkas foton dan lima atau lebih berkas energi elektron. Elektron yang

22 dihasilkan oleh Linac merupakan berkas pensil. Untuk tujuan terapi dengan elektron, lapangan radiasi elektron diperluas dengan cara melewatkan berkas elektron pada lapisan penghambur (scattering foil). Untuk memproduksi sinar-x energi tinggi, berkas elektron ditumbukkan ke target (Khan, 1994) Bagian Bagian Kepala Linac Secara umum, kepala Linac untuk mode sinar-x, terdiri atas komponen: target, kolimator primer, flattening filter, monitor chamber, cermin dan kolimator sekunder (jaws). Setiap pabrikan, dalam mengatur komponen tersebut, bisa dengan urutan yang berbeda. Untuk tujuan klinis, juga sering ditambahkan komponen yang lain. Konstruksi kepala Linac untuk mode sinar-x ditunjukan pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Konstruksi dari kepala pesawat Linac (Anam, 2010) Target berfungsi untuk menghasilkan sinar-x setelah elektron berenergi tinggi menumbuk dan berinteraksi dalam bahan target tersebut. Untuk sinar-x dengan sumber tegangan MV (Mega Voltage), arah radiasi sinar-x searah datangnya elektron. Sinar-X yang dihasilkan memiliki profile yang tidak rata. Di bagian tengah

23 memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan di bagian pinggir. Untuk itu sinar- X yang terbentuk, dilewatkan flattening filter agar profile sinar-x menjadi rata. Kolimator pada modern Linac paling tidak ada 2 buah, yaitu kolimator primer dan kolimator sekunder. Kolimator primer ukurannya tetap, sementara kolimator sekunder, ukurannya bisa diubah-ubah (adjustable) sesuai kebutuhan. Kolimator sekunder sering dinamakan jaws, yang fungsi utamanya untuk membentuk lapangan radiasi (field size radiation). Monitor chamber berguna untuk mengukur dosis radiasi yang dihasilkan Linac. Monitor chamber dapat menampilkan nilai monitor unit (MU), dapat memonitor dosis rata-rata, kerataan berkas radiasi, energi radiasi, dan digunakan sebagai metode untuk mematikan sistem Linac. Monitor chamber terdiri atas primary ionization chamber dan secondary ionization chamber (Metcalfe dkk, 2007). Gambar kepala Linac dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Kepala linac dan bagian-bagiannya (Podgorsak, 2005)

24 Dari Gambar 2.3 dapat dilihat urutan proses produksi radiasi adalah sebagai berikut: 1. Pada saat pesawat dalam kondisi swicth on pulsa-pulsa tegangan tinggi yang berasal dari modulator akan diteruskan ke magnetron dan elektron gun. 2. Gelombang RF (Radio Frekuensi) yang terjadi di dalam magnetron diinjeksikan ke dalam struktur utama akselerator, pada saat yang sama sumber berkas elektron (elektron gun) menjadi aktif dan elektron-elektron berenergi tinggi memasuki struktur akselerator. 3. Elektron-elektron dari elektron gun selanjutnya terbawa oleh gelombang elektromagnet dan dipercepat secara linier sebelum keluar dari accelerator window. Pada saat keluar dari window, berkas elektron biasanya berdiameter sekitar 3 mm. 4. Elektron-elektron berenergi tinggi tersebut kemudian ditumbukkan pada suatu target, misalnya tungsten, untuk menghasilkan foton. Efisiensi pembentukan foton adalah sekitar 40% (untuk orthovoltage hanya 5%). Sisanya terkonversi menjadi panas, maka sistem pendingin diperlukan, misalnya air (Khan, 2003). 2.3 Profil Dosis Profil bisa juga dikatakan sebagai kurva yang menunjukkan bentuk muka sinar pada sumbu horizontal yang tegak lurus dari arah datangnya sinar. Profil berkas radiasi merupakan intensitas relatif pada bidang tegak lurus sumbu berkas. Profil berkas radiasi yang menggambarkan pengukuran relatif akan sangat bervariasi sesuai dengan kedalaman. Profil dosis memperlihatkan dosis relatif pada suatu daerah atau sebuah perencanaan perlakuan yang terdiri dari bermacam-macam penyinaran. Variasi dosis pada sebuah daerah yang diberikan kedalaman dapat ditentukan dari kesesuaian kurva isodosis dan adalah lebih baik lagi digambarkan oleh profil dosis seperti yang diperlihatkan gambar berikut (Gunilla, 1996). Gambar 2.4 menunjukkan profil dosis berbagai kedalaman.

25 Gambar 2.4 Profil dosis pada berbagai kedalaman (Gunilla, 1996). Profil berkas menunjukan variasi dosis pada lapangan dengan kedalaman tertentu, yang menyatakan bahwa luas lapangan didefinisikan sebagai jarak lateral antara 50% garis isodosis pada kedalaman tereferensikan. Definisi ini diperoleh dari berkas sejajar dengan pembagian sinar dibuat sama dengan 50% garis isodosis dari berkas radiasi yang diproyeksikan ke pesawat tegak lurus ke sumbu berkas dan pada standar SSD atau SAD (source axis distance) (Khan, 1994). Penggunaan SSD tertentu, diperoleh kurva isodosis dengan acuan titik pada dosis maksimum, sedangkan penggunaan SAD tertentu titik acuan digunakan pada sumbu rotasi yang terletak pada tumor (Djarwani, 1988). Profile berkas kedalaman dosis dapat dilihat pada Gambar 2.5.

26 Gambar 2.5. Profil berkas kedalaman dosis (Gunilla, 1996). 2.4 Distribusi Dosis Distribusi isodosis optimum adalah dosis optimum yang disebarkan yaitu batas atas dosis yang diterima pada satu titik, atau kurva pada grafik yang menyatakan bacaan yang diperoleh pada dosis yang sama. Nilai distribusi dosis optimum diperoleh perpaduan dari dua arah penyinaran atau lebih pada suatu titik yang menghasilkan nilai optimum tertentu. Distribusi kedalaman dosis pada sumbu pusat menunjukkan variasi perencanaan distribusi dosis yang diserap dengan menggunakan kurva isodosis (Williams dkk, 1993). 2.5 Kurva Isodosis Kurva isodosis adalah kurva yang menghubungkan dosis-dosis yang sama untuk kedalaman tertentu di bawah kulit. Kurva ini didapatkan dengan mengalikan PDD dengan profil sinar. Pembuatan kurva isodosis berfungsi untuk melihat seberapa besar dosis radiasi yang akan diterima pada target volume maupun organ kritis yang berada disekelilingnya (Khan, 2003). Kurva isodosis dalam memberikan berkas sinar terdiri atas beberapa kelompok kurva isodosis yang biasanya digambarkan pada perbandingan kenaikan dari presentase kedalaman dosis, menyatakan variasi pada dosis sebagai fungsi dari

27 kedalaman dan jarak garis melintang dari sumbu pusat. Gambar 2.6 menunjukkan kurva isodosis untuk sinar-x 10 MV. Gambar 2.6 Kurva isodosis untuk sinar-x 10 MV, SSD 100 cm dan luas lapangan penyinaran (10 x 10)cm2 (Susworo, 2007). Nilai-nilai kedalaman dosis dari kurva dinormalisasikan pada titik dosis maksimum sumbu pusat atau jarak yang sudah ditentukan sepanjang sumbu pusat pada medium penyinaran. Kategori kurva pertama dapat dipakai saat pasien diobati pada SSD (source surface distance) konstan dengan mengabaikan arah berkas sinar. Kategori kurva kedua, kurva isodosis dinormalisasikan pada dosis maksimum, berdasarkan pada sumbu rotasi dari isocentric therapy. Pemeriksaan dari kurva isodosis menyatakan sifat umum dari sinar X dan sinar γ dalam distribusi dosis. Dosis pada berbagai kedalaman, distribusi dosis terbesar adalah sumbu pusat dari sinar dan turun secara berkala terhadsp tepi dari sinar, dengan pengecualian pada beberapa linac X-ray yang ditunjukan area dari dosis tinggi digunakan flattening filter yang biasanya dibuat untuk memenuhi kurva isodosis pada kedalaman yang lebih besar. Banyaknya dosis yang dikeluarkan dari berkas sinar pada daerah penumbra mengalami pengurangan secara cepat sebagai fungsi jarak lateral dari berkas sinar. Luas dari

28 geometri penumbra yang terdapat di dalam dan di luar batas geometri dari berkas, tergantung pada ukuran sumber, jarak terhadap sumber dan jarak sumber dengan kedalaman. Berkurangnya dosis dari berkas sinar bukan hanya disebabkan dengan geometri penumbra, tetapi dengan penurunan dari sisi hamburan. Geometri penumbra bukan ukuran terbaik dari ketajaman berkas dekat puncak, namun dapat digunakan dengan physical penumbra. Luasan physical penumbra dinyatakan sebagai jarak lateral antara dua kurva isodosis pada kedalaman tertentu (contoh jarak lateral antara 90% dan 20% garis isodosis pada kedalaman D maks ). Di luar batas geometri antara berkas dan penumbra, variasi dosis menghasilkan sisi hamburan dari lapangan, kebocoran dan sistem kolimator. Berdasarkan area kolimator ini, distribusi dosis ditentukan dengan hamburan lateral dari medium dan kebocoran dari berkas (Khan, 2003). 2.6 Wedge filter Filter Wedge dapat digunakan untuk meratakan permukaan isodosis untuk foton balok mencolok permukaan pasien relatif datar di bawah kejadian balok miring. Dua jenis filter wedge sering digunakan yaitu : fisik wedge filter dan dinamis wedge filter. a. Wedge Fisik yang terbuat dari timah, kuningan atau baja. Ketika ditempatkan dalam radiasi sinar, mereka menyebabkan penurunan progresif dalam intensitas di seluruh balok dan kemiringan kurva isodosis bawah kejadian balok normal. b. Wedge Dinamis memberikan efek wedge pada kurva isodosis melalui menutup gerak blok kolimator selama iradiasi. Sudut wedge didefinisikan sebagai sudut yang dilalui kurva isodosis di kedalaman tertentu dalam air (biasanya 10 cm) dimiringkan pada sumbu balok pusat di bawah kondisi kejadian balok normal. Wedges fisik biasanya tersedia dengan sudut irisan 15º, 30º, 45º dan 60 º, wedges dinamis memiliki besar sudut yang bervariasi antara 0º - 60º. Wedge (transmisi) Faktor (WF) didefinisikan sebagai rasio dosis pada kedalaman (z) max dalam phantom air pada sumbu pusat. Filter wedge fisik dapat mengubah kualitas sinar X, menyebabkan penurunan intensitas pada energi yang dilewatkan. Efek ini akan

29 mempengaruhi PDD sumbu pusat dan harus dipertanggungjawabkan dalam perhitungan perencanaan distribusi dosis (Podgorsak, 2005). Filter khusus atau blok penyerap ditempatkan dibagian berkas untuk membentuk distribusi isodosis. Alat yang digunakan untuk membentuk sinar adalah wedge filter yaitu sebuah bentuk ganjal penyerap yang menyebabkan semakin menurunnya intensitas sinar yang dilaluinya, menghasilkan sebuah kemiringan pada kurva isodosis dari porsi normalnya (Khan, 1994). Kurva isodosis dengna menggunakan wedge filter dapat dilihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7 Kurva isodosis dengan menggunakan wedge filter (Khan, 1994). Wedge terbuat dari bahan padat, seperti timah atau baja dan ditempelkan pada penampang plastik transparan yang dapat disisipkan dalam sinar, pada jarak tertentu dari sumber. Jarak maksimal peletakkan wedge tidak diijinkan kurang dari 15 cm dari permukaan kulit, ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan kulit akibat sinar dengan tingkat radisi yang tinggi (Djarwani, 1988).

30 2.6.1 Sudut Wedge Isodosis Istilah sudut wedge isodosis menunjukkan sudut yang melalui suatu kurva isodosis yang disebutkan pada pusat berkas dengan kedalaman tertentu. Sudut wedge adalah sudut kemiringan isodosis relatif terhadap isodosis normal yang tegak lurus pada sumbu berkas yang diukur pada kedalaman tertentu pada sumbu berkas (Djarwani, 1988). Spesifikasi kedalaman menunjukkan radiasi hambur disebabkan sudut kemiringan isodosis ke penurunan dengan naiknya kedalaman phantom. Wedge filter kebanyakan digunakan untuk therapy superficial tumor, misalnya tidak lebih dalam dari 10 cm (Khan, 1994). Tidak ada aturan yang pasti dalam menentukan titik acuan, kadang-kadang pada kedalaman 5 cm atau 10 cm, ataupun pada kedalaman 1/2 atau 2/3 dari ukuran lapangan. ICRU (International Commission on Radiological Unit and Measurement) merekomendasikan agar titik acuan diambil pada kedalaman yang memiliki prosentase dosis pada sumbu berkas 50% yaitu garis dosis pada kedalaman tereferensikan. Tetapi acuan ini tidak praktis untuk radiasi energi tinggi, sehingga direkomendasikan titik acuan pada kedalaman 10 cm sebagai spesifikasi sudut wedge (Djarwani, 1988) Faktor Transmisi Wedge Keberadaan wedge filter menurunkan output sepanjang sumbu berkas yang harus dimasukkan dalam perhitungan terapi. Pengaruh ini digolongkan dengan wedge transmission factor, yang didefinisikan sebagai rata-rata dari dosis serap pada titik sepanjang sumbu pusat berkas dengan atau tanpa wedge filter. Faktor ini diukur dalam phantom pada kedalaman dosis maksimum. Faktor wedge kadang-kadang bergabung menjadi kurva isodosis. Kedalaman distribusi dosis relatif dinormalisasikan ke dalam D maks, untuk mengindikasikan bahwa factor wedge telah diperhitungkan kedalam distribusi isodosis. Jika sebuah grafik digunakan untuk perencanaan isodosis, tidak ada koreksi lebih jauh yang harus dilakukan pada output. Dengan kata lain, output mesin yang berhubungan dengan pembukaan sinar mesti digunakan.

31 Pendekatan yang lebih umum adalah untuk menormalisasi kurva isodosis relatif ke sumbu pusat D maks. Dengan pendekatan ini output sinar harus diperbaiki dengan menggunakan faktor wedge Sistem Wedge Sisitem wedge diperlihatkan seperti pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Sistem Wedge (Khan, 1994). Wedge filter terdiri atas dua tipe dasar. Pertama disebut individualiset wedge system, yang memerlukan sebuah wedge terpisah untuk setiap lebar sinar, terdesain secara optimal untuk memperkecil kehilangan output sinar. Mekanisme disediakan untuk meratakan ujung akhir dari wedge dengan batas lapangan sinar. (Gambar 2.7). Kedua, sistem menggunakan universal wedge, dengan pusat pada wedge fiter tertentu dengan sumbu berkas dan lapangan dapat dibuka pada setiap ukuran, misalnya wedge tunggal untuk semua lebar sinar. Pada gambar 2.7.B, menunjukkan ABC efektif dalam membentuk sudut wedge tertentu. Sisanya (ACDE), tidak diberi wedge, sehingga tidak memberi sumbangan pada kemiringan isodosis, namun tidak perlu mengurangi intensitas sinar. Wedge universal berguna untuk percepatan linier sinar dengan output yang penuh. Dari perencanaan terapi dan pembentukan sudut pandang, virtual wedge lebih mudah digunakan dari pada physical wedge.

32 2.6.4 Pengaruh Wedge Terhadap Kualitas Sinar Umumnya wedge filter dipergunakan untuk mengubah kualitas sinar dengan mendahulukan perlemahan photon energi rendah (low energy photon) / penggeseran sinar dan untuk mengurangi perpanjangan oleh hamburan Compton yang menghasilan degradasi energi / pelemahan sinar (Khan, 2003). Untuk sinar Co-60, karena sinar primer adalah essential monoenergetik, keberadaan wedge filter tidak begitu berpengaruh dalam merubah persentase dosis kedalaman (PDD) sepanjang sumbu berkas. Untuk sinar x disisi lain terdapat penguatan sinar dan konsekuensinya kedalaman distribusi dosis dapat sedikit berubah khususnya untuk kedalaman yang luas (Djarwani, 1988). Wedge filter dalam membentuk kualitas sinar, pengaruhnya tidak cukup besar untuk mengubah perhitungan parameter seperti backscatter factor atau equivalent square, yang memungkinkan dianggap sebagai kesamaan untuk sinar terbuka yang sesuai. Bahkan presentase kedalaman dosis sumbu pusat, TAR (tissue air ratio) atau TMR (tissue maximum ratio) dapat diasumsikan tidak berubah untuk kedalaman yang kecil (kurang dari 10 cm). Kesalahan yang disebabkan asumsi ini diperkecil jika faktor transmisi wedge telah diukur pada kedalaman dekat dengan titik tujuan (Khan, 2003) Desain Wedge Filter Desain wedge filter untuk megavoltage, menurut Aron dan Scapicchio dengan penerapan prinsip dan metode desain wedge filter universal adalah menentukan dosis kedalaman pada berbagai titik wedge dan lapangan non-wedge. Ketebalan bahan wedge filter pada titik ini ditentukan dari perbandingan dan penguasaan HVL (Half Value Layer) atau koefisien pelemahan sinar tertentu untuk bahan wedge. Satu garis yang digambarkan pada sebuah kedalaman tertentu melewati lapangan tanpa wedge pada sudut kanan ke sumbu pusat. Kedalaman ini harus sesuai dengan referensi kedalaman yang digunakan pada sudut wedge tertentu. Garis lengkung menunjukan sinar dari berkas, yang digambarkan pada interval yang tetap

33 pada kedua sisi dari sumbu pusat. Gambar 2.9 menunjukkan gambar dari desain universal filter Gambar 2.9 Desain universal wedge filter (Khan, 2003). Garis dibentuk 45 0 paralel satu sama lain, berpotongan sumbu pusat dengan titik potong yang sama pada kurva isodosis tanpa wedge. Luasan luasan pada kurva isodosis digambarkan membentuk sudut dengan sumbu pusat yang seimbang untuk melengkapi sudut wedge yang diketahui dan merupakan irisan sumbu pusat pada titik yang sama dari irisan kurva isodosis non-wedge (Khan, 2003) Teknik Lapangan Wedge Tumor relatif tidak rata, sehingga dapat dilakukan penyinaran dengan dua wedge untuk sinar pada sisi yang sama. Gambar 2.9A menunjukkan distribusi isodosis dari dua sudut sinar tanpa wedge dalam berkasnya. Wilayah yang telewati dari sinar distribusi dosisnya agak tidak merata. Dosis yang tersebar dilewati dalam wilayah proksial dan yang terrendah terhadap wilayah yang terdalam. Dengan menggunakan wedge filter 45 0 dan memposisikan ketebalan yang paling besar berdekatan satu sama lain. Distribusi sudut lapangan dapat dibentuk melengkung yang merata pada gambar 2.9B. Berkas yang terkena wedge telah berkurang dosis relatifnya dalam wilayah proaksial sampai ke wilayah yang dalam sehingga

34 kemiringan dosis dalam wilayah plateau diperkecil (Khan, 2003). Distribusi isodosis untuk dua sudut berkas dapat dilihat pada Gambar 2.10 Gambar 2.10 Distribusi isodosis untuk dua sudut berkas (Khan, 2003). Ada tiga parameter yang mempengaruhi wilayah plateau dalam hal ini kedalaman, bentuk dan distribusi dosisnya, yaitu : sudut wedge (θ), sudut engsel (ϕ) dan jarak pemisah (S) pada Gambar Menurut IEC (International Electrotechnical Commissio) sudut wedge adalah sudut kurva isodosis dengan sudut bidang yang tepat pada sudut sumbu pusat dengan kedalaman 10 cm (Williams dkk, 1993). Sudut engsel adalah sudut antara sumbu pusat dari dua sinar dan pemisah (S) adalah jarak antara tebal akhir dari wedge filter yang diproyeksikan pada permukaan (Khan, 2003). Gambar 2.11 menunjukkan gambar parameter dari berkas sinar.

35 Gambar 2.11 Parameter dari berkas wedge (Khan, 2003). 2.7 Kesimetrisan Keluaran Sinar Kesimetrisan sinar (S) biasanya ditentukan pada kedalaman maksimum (Z maks ), yang mewaliki kedalaman paling sensitif untuk menilai dari keseragaman sinar. Spesifikasi khusus dari sinar ini adalah adanya 2 luasan dosis pada sinar profil. Perbedaan luasan axis pada bagian (kanan dan kiri) harus kurang dari 2%. Secara berurutan daerah dibawah Z maks pada masing-masing sisi sinar profil daei bagian tengah axis dapat diperpanjang mencapai 50% dari hasil dosis atau tingkat dosisnya (Normalnya mencapai 100 pada bagian tengah luasan axis) yang sudah ditentukan dan kemudian nilai kesimetrisannya (S) dapat dihitung menggunakan rumus : 1) (2. Daerah dibawah profil Z maks seringkali dapat ditentukan menggunakan phantom air, secara berurutan dapat menggunakan planimeter atau dapat dihitung menggunakan kertas (cm 3 ) grafik tebal (Podgorsak, 2005).

36

37 2.8 Integrasi Numerik Integral suatu fungsi adalah operator matematik yang dipresentasikan dalam bentuk: (2.2) Dimana merupakan integral suatu fungsi f (x) terhadap variabel x dengan batasbatas integrasi adalah dari x = a sampai x = b. Seperti pada Gambar 2.12 dan persamaan (2.1), yang dimaksud dengan integral adalah nilai total atau luasan yang dibatasi oleh fungsi f (x) dan sumbu-x, serta antara batas x = a dan x = b. Dalam integral analitis, persamaan (2.2) dapat diselesaikan menjadi: b b F ( x) F( b) F( a ) f ( x) dx (2.3) a a dengan F (x) adalah integral dari f (x) sedemikian sehingga F ' (x) = f (x). Gambar 2.12 Integral Suatu Fungsi Integral Numerik dilakukan apabila : 1. Integral tidak dapat diselesikan secara anlitis 2. Fungsi yang diintegralkan tidak diberikan dalam bentuk analitis, tetapi secara numeric dalam bentuk angka (tabel) Metode integral numerik merupakan integral tertentu yang didasarkan pada hitungan perkiraan. Hitungan perkiraan tersebut dilakukan dengan fungsi polinomial yang diperoleh berdasar data tersedia. Bentuk paling sederhana adalah apabila

38 tersedia dua titik data yang dapat dibentuk fungsi polinomial order satu yang merupakan garis lurus (linier) (Basuki, 2005). 2.9 Metode Simpson 1/3 Metode integrasi Simpson merupakan pengembangan metode integrasi trapezoida, hanya saja daerah pembaginya bukan berupa trapesium tetapi berupa dua buah trapesium denganmenggunakan pembobot berat di titik tengahnya seperti telihat pada gambar berikut ini. Ataudengan kata lain metode ini adalah metode rata-rata dengan pembobot kuadrat. Gambar 2.13 Aturan Simpson Dengan Aturan Simpson aproksimasi integral akan ditingkatkan lagi akurasinya melaluiskema geometri baru. Bila dalam Aturan Nilai-Tengah dan Aturan Trapezium, kitamenggunakan aproksimasi linear untuk fungsi integrasi dengan partisi luas integral ke dalamtiap-tiap subinterval (pias), maka Metoda Simpson menggunakan fungsi atau persamaankuadrat untuk aproksimasi luas pias-pias. Sementara Metoda Trapesium menggunakan 2 titik atau ordinat untuk menciptakan garis penginterpolasi hampiran kurva asli fungsi f(x), Metoda Simpson menggunakan 3 titik (a, b dan c, atau a0, a1dan a2) dalam menghitung luas 1 pias (= 2 trapesium). Luasan sebuah pias dalam Metoda Simpson 1/3 dengan lebar x apabila dinyatakan dalam bentuk fungsi (integral).

39 Berikut di bawah ini adalah penurunan Metoda Simpson dengan Polinomial Orde-2 atau persamaan kuadrat: (2.4) Dan untuk tiap pias (2 trapesium) dapat dihitung menggunakan persamaan 2.5 L i (2.5) h ( 2 f 2 f f i 1 i i 1 ) Maka, untuk menghitung luas keseluruhannya dapat dihitung menggunakan persamaan 2.6 (Soleman, 2004). h L ( f f i ganjil i fi fn ) i genap (2.6) 2.10 Quality Assurance Jaminan Kualitas adalah semua tindakan terencana dan sistematik yang diperlukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi diberikan persyaratan untuk kualitas (Anonim, 1998). Dengan demikian itu luas cakupannya, yang meliputi semua prosedur yang relevan, kegiatan dan tindakan, dan karenanya semua kelompok staf terlibat dalam proses yang sedang dipertimbangkan Quality Assurance di Radioterapi Jaminan kualitas dalam radioterapi adalah semua prosedur yang menjamin konsistensi pemberian dosis optimal untuk target volume, dengan mempertimbangkan dosis aman untuk jaringan sehat disekitarnya. Sekali lagi, harus ditekankan bahwa jaminan kualitas dalam radioterapi berkaitan dengan semua aspek dari proses

40 radioterapi dan harus melibatkan semua staf (pekerja) yang tergabung dalam unit Radioterapi, karena kualitas kegiatan saling berkesinambungan Quality Control di Radioterapi Quality control adalah proses pengawasan melalui mana sebenarnya kualitas kinerja diukur, dibandingkan dengan standar yang ada, dan diperlukan untuk menjaga atau mendapatkan kembali kesesuaian dengan standar tindakan. Kualitas control merupakan salah satu bagian dari jaminan kualitas secara keseluruhan. Hal ini berkaitan dengan operasional teknik dan kegiatan yang digunakan (Podgrosak, 2005): Untuk memeriksa bahwa persyaratan mutu terpenuhi Untuk menyesuaikan dan memperbaiki kinerja jika persyaratan tersebut tidak memenuhi standar 2.11 Efek Biologi Terhadap Dosis Radiasi Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministik (non-stokastik) (Chember, 1983). Dapat dilihat pada gambar Efek stokastik timbul dalam waktu relatif lama dan tidak selalu timbul atau terjadi pada orang yang mendapat paparan radiasi. Ciri-ciri efek stokastik antara lain : Tidak mengenal ambang batas, timbul setelah masa tenang yang lama, dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan dan tidak ada penyembuhan spontan (Chember, 1983). Hubungan kurva dosis dengan presentase efek biologi ditunjukkan pada Gambar 2.16 (%)

41 (cgy) Gambar 2.14 Kurva dosis Persentase Efek Biologi Kurva A merupakan suatu bentuk khas suatu efek biologis yang memperlihatkan dosis ambang titik a. Rentangan kurva dari titik ambang a hingga respon 100 % dianggap disebabkan oleh variabilitas biologis di sekitar dosis rata-rata, titik c, yang disebut dosis 50 %. Kurva B menyajikan ambang nol, atau respon linier ; titik b menyajikan dosis 50 % bagi efek biologis ambang nol ( Chember, 1983 ). Efek non stokastik adalah efek yang secara pasti dapat terjadi pada seseorang yang menerima penyinaran dan pasti penyebabnya adalah radiasi pengion. Efek non stokastik akan terjadi jika dosis ambang dilampaui. Ciri-ciri efek non stokastik antara lain : mempunyai dosis ambang, timbul beberapa saat setelah radiasi dan dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek ( Chember, 1983 ) Phantom Air Sebuah phantom air yang memindai kamar ionisasi atau dioda di medan radiasi diperlukan untuk penerimaan pengujian dan commissioning. Tipe ini phantom air sering disebut sebagai analisa medan radiasi (RFA) atau plotter isodosis. Meskipun 2-D RFA memadai, 3-D RFA adalah disukai, karena memungkinkan pemindaian bidang radiasi di ortogonal arah tanpa mengubah set-up phantom. Mekanisme untuk melintasi ruang ionisasi atau dioda mungkin juga digunakan untuk memindahkan densitometer film. Mekanisme melintasi harus

42 memiliki akurasi gerakan 1 mm dan presisi dari 0,5 mm. Sebuah scanner 3-D RFA yang harus mampu memindai 50 cm di kedua dimensi horizontal dan 40 cm dalam dimensi vertikal. Tangki air harus minimal 10 cm lebih besar dari scan dalam setiap dimensi. RFA harus diisi dengan air dan kemudian diposisikan dengan detektor radiasi berpusat pada poros tengah dari sinar radiasi. Setelah gantry telah diratakan dengan balok diarahkan secara vertikal ke bawah, meratakan dari mekanisme melintasi dapat dilakukan dengan memindai detektor radiasi sepanjang sumbu sentral radiasi sinar, ditunjukkan oleh gambar rambut silang. Setiap penyimpangan dari radiasi detektor dari poros tengah, sebagai detektor pindah dari permukaan air, menunjukkan bahwa mekanisme melintasi tidak diratakan (Podgorsak, 2005) Detektor Condenser Chamber Tabung kondensor adalah tabung ionisasi yang dihubungkan dengan kondensor atau alat penerima. Gambar 2.12 memperlihatkan tabung kondensor atau condenser chamber, buatan dari perusahaan instrumentasi victoreen. Tabung pada ujung kanan terbuat dari bahan yang kira-kira ekuivalen dengan udara (Bakelit atau nylon) dan lapisan karbon didalamnya agar dapat menerima pulsa listrik. Lapisan penghantar berinteraksi dengan batang logam. Elektroda pusat (batang aluminium) dihubungkan pada lapisan penghantar dari karbon yang ada didalam detektor bagian kanan. Susunan dari pembungkus luar logam dan konduktor bagian dalam dengan insulator ini diantaranya terdapat kondensor listrik yang mampu menyimapan muatan. Pusat kabel dan permukaan penghantar bagian dalam dari tabung dapat berfungsi sebagai kondensor. Tabung memiliki kapasitansi total (C ) antara elektroda pusat dan lapisan logam bagian luar (Khan, 2003). Gambar 1.17 menunjukkan diagram skematik dari detektor kondensor chamber.

43 Gambar 2.15 Diagram Skematik dari Detektor Kondensor Chamber Detektor Kondensor Chamber memiliki tegangan operasional 400V. Ketika tabung dari detektor terkena radiasi maka akan terjadi ionisasi pada tabung. Ion negative akan nenuju ke elektroda positif (anoda) dan ion positif akan menuju ke elektroda negative (katoda). Ion-ion yang terkumpul pada elektroda-elektroda semakin lama akan berkurang. Pengurangan muatan sebanding dengan banyaknya radiasi yang diterima (Khan, 2003).

44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Januari Penelitian dilakukan di Bagian Instalasi Radiodiagnostik dan Radioterapi, di unit Radioterapi Rumah Sakit Ken Saras. 3.2 Alat dan Bahan Penenlitian Alat-alat Penelitian a. Pesawat Teleterapi Linac tipe Siemens Primuss M5633 Gambar 3.1 Pesawat Teleterapi Linac Pesawat Teleterapi pengahasil radiasi foton 6 MV dan elektron 5, 6, 7, 8, 10, 12, 14 MeV

45 b. Water Phantom Servo RFA 300 (iba) Gambar 3.2 Phantom Air Sebuah phantom yang terbuat dari bahan akrilik mempunyai 3 sumbu (x, y, z), dimana nantinya akan diisi oleh Aqua DM c. Detektor Condensor Chamber SN-9976 Gambar 3.3 Detektor Kondenser Chamber Detektor yang terdiri dari elektroda dari alumunium, sporting Carbon dan lapisan luarnya memiliki massa jenis yang setara dengan massa jenis air, selain itu detektor ini memiliki faktor koreksi yang rendah.

46 d. Elektroda Dose 1 Gambar 3.4 Elektroda Dose-1 Perangkat yang digunakan untuk menampilkan nilai dosis hasil dari keluaran pesawat teleterapi LINAC, dengan sensitivitas 2,717 x 10-8 Gy/c e. Termometer Gambar 3.5 Termometer Digunakan untuk mengukur suhu pada Aqua-DM yang ada di dalam Phantom

47 f. Barometer Gambar 3.6 Barometer Digunakan untuk mengukur tekanan yang ada dalam ruangan teleterapi g. Perangkat Lunak : Softwere OmniPro Digunakan untuk memberikan perintah kepada detektor untuk bergerak di dalam phantom h. CCU (Common Control Unit) Gambar 3.7 Common Control Unit (CCU) Suatu perangkat yang digunakan untuk menghubungakan detektor dengan perangkat lunak

48 Bahan-bahan Penelitian a. Virtual wedge dengan sudut 15 o dan 30 o Merupakan salah satu perangkat dalam Gantri sebuah pesawat LINAC yang digunakan untuk membatasi penyebaran dosis untuk tumor pada daerah yang tidak rata b. Aqua-DM (De-ionizer water) Gambar 3.8 Aqua-DM dalam Phantom Air Aqua De Mineralization atau de ionisasi, yang tidak dapat berionisasi dengan foton hasil keluaran dari pesawat teleterapi LINAC kemudian digunakan dalam phantom sebagai ganti jaringan tubuh manusia.

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar SarjanaSains Yuli Martha K. Damanik NIM

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633 Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 217-222 PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan sehat lainnya. Data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radioterapi merupakan salah satu jenis terapi untuk penyakit tumor atau kanker, pengobatan kanker dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion atau radionuklida, pembedahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang dinamakan radioterapi. Penggunaan radiasi pengion dalam pengobatan ini dimulai setelah penemuan

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co M. Azam, K. Sofjan Firdausi, Sisca Silvani Jurusan Fisika, FMIPA,Universitas diponegoro ABSTRACT Wedge filter usually

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO Suharni*, Kusminarto**, Pramudita Anggraita* *Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.

Lebih terperinci

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC) Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 171-176 PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC) Afrio

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Fiqi Diyona 1,*, Dian Milvita 1, Sri Herlinda 2, Kri Yudi Pati Sandy 3 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37 31 Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37 Pengaruh Posisi dan Sudut Penyinaran Pada Radio Terapi Kanker Dengan Menggunakan Metode Clarkson s (Ratnawati I Gusti Ayu, Suharta W.G., Widyatmika I Putu,

Lebih terperinci

VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir

VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV Oleh, Hieronimus Honorius Lada NIM: 642014801 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Fisika,

Lebih terperinci

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah*** VERIFIKASI PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) BERKAS ELEKTRON 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV DAN 15 MeV MENGGUNAKAN WATER PHANTOM Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**,

Lebih terperinci

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi Supriyanto A. Pawiro 1, Sugiyantari 2, Tirto Wahono 3 1 Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, 16424 2 Bagian Radioterapi RSUP Persahabatan,

Lebih terperinci

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 279-286 ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR

Lebih terperinci

BAB II LINEAR ACCELERATOR

BAB II LINEAR ACCELERATOR BAB II LINEAR ACCELERATOR 2.1 Definisi Linear Accelerator Linear accelelator (Linac) adalah device yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON 33 BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON Kita telah melakukan simulasi dengan berbagai settingan peralatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV Ifa Istighfaroh 1), Evi Setiawati

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal

Berkala Fisika ISSN : Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal 131-138 PEMBUATAN KURVA ISODOSIS 2D DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFIL DOSIS DENGAN VARIASI KEDALAMAN UNTUK

Lebih terperinci

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011 UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011 Ivonne Chirsnia 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS Kri Yudi Pati Sandy Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN ABSTRAK PROFIL BERKAS SINAR-X

Lebih terperinci

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin ANALISIS KARAKTERISTIK PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) UNTUK BERKAS SINAR-X DENGAN VARIASI LUAS LAPANGAN PENYINARAN Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 127-132 PEMBUATAN KURVA ISODOSIS 2D UNTUK BERKAS ELEKTRON ENERGI 5 MeV MENGGUNAKAN PROFILE DOSE DAN KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE

Lebih terperinci

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN Ismail T., Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM

ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal 243-248 ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM Arisa Dwi Sakti

Lebih terperinci

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX. PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX Ajeng Sarinda Yunia Putri 1, Suharyana 1, Muhtarom 2 1 Prodi Fisika, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method

Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method Nurul Firdausi Nuzula, Kusworo Adi, Choirul Anam 1 Physics Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro

Lebih terperinci

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398 Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398 Hendra Setiawan 1,a) dan Rena Widita 1,b) 1 Laboratorium Biofisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sel yang pertumbuhan dan penyebarannya tidak terkontrol. Pertumbuhannya menyebar ke sekitar jaringan dan dapat bermetasis pada tempat yang jauh. Penyakit

Lebih terperinci

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO)

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO) KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO) Ryan Kurniawan, Vincensius Gunawan dan Choirul Anam Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Raditya Faradina Pratiwi

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM Indrawanto Paningaran*, Syamsir Dewang**, Bannu Abdul Samad** *Alumni Jurusan Fisika Konsentrasi Fisika Medik

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC Robert Janssen Stevenly 1, Wahyu Setia Budi 2 dan Choirul Anam 3 1,2,3 Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta Rendi Akhbar 1, Galih Anindita 2, dan Mochamad Yusuf Santoso 3 1,2,3 Program studi

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin ANALISIS PENGGUNAAN BOLUS PADA PASIEN KANKER DI DAERAH SUPERFISIAL YANG DIRADIASI DENGAN 6 MeV MENGGUNAKAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) Anwar Latif, Dr.Bualkar Abdullah, Prof.Dr.Dahlang Tahir, Satrial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam bidang kedokteran, pemanfaatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA C. Tuti Budiantari, Nurman R. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN SRI INANG SUNARYATI Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir Batan ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016 PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi, Universitas Brawijaya Jl. Veteran 12-16 Malang, 65145, Telp. 085784638866,

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV Youngster Physics Journal ISSN : 233-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 14, Hal 257-262 ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV Nurul Laili Khoirut Tabi

Lebih terperinci

Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt

Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt Dhaniela Stenyfia Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY

BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY 8 BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY 2. 1 Terapi Radiasi Terapi radiasi merupakan penggunaan radiasi pengion secara klinis untuk menangani tumor dan penyakit lainnya pada tubuh manusia. Radiasi

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System

Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System Uum Yuliani 1,a), Ridwan Ramdani 1,b), Freddy Haryanto 2,c), Yudha

Lebih terperinci

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System Merli Azizah 1,*, Dian Milvita

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK SEMINAR NASIONAL ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 Cacaelia Tuti Budiarti 1, Nurman Rajagukguk 2, Assef Firnando

Lebih terperinci

ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI

ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI BHINTARI SAKTI PASAKI NITA NINGTYAS PROGRAM STUDI S1 FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10 CM 2

PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10 CM 2 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 15-22 PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10

Lebih terperinci

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks

Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks Nur Dwi Prasetyo, Wahyu Setiabudi, 1 Choirul Anam Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60

PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60 PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60 Dortua Helena Sidabutar dan Evi Setiawati Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK Abdul Rahayuddin H21114706 Jurusan Fisika (Kosentrasi Fisika Medik) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Bab II. Teori Dasar II.1. Metode Monte Carlo Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Metode ini sering digunakan untuk

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PENELITIAN KOREKSI GERAKAN SHUTTER PESAWAT CO - 60 Habib Syeh Az / 0606068221 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS INDONESIA 2011 Fisikawan medik Page 1 1.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA SKRIPSI ADEN RENDANG SUMEDI PUTRI 0906601916 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 PENGARUH VARIASI JARAK DETEKTOR, LUAS LAPANGAN RADIASI DAN POSISI DETEKTOR DARI PUSAT BERKAS RADIASI MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI DAYA BERDASAR PROSEN- TASE KEDALAMAN DOSIS (PDD) PADA LINAC MEDIS RS DR. SARDJITO

PERHITUNGAN EFISIENSI DAYA BERDASAR PROSEN- TASE KEDALAMAN DOSIS (PDD) PADA LINAC MEDIS RS DR. SARDJITO TASE KEDALAMAN DOSIS (PDD) PADA LINAC MEDIS RS DR. SARDJITO Suharni 1), Kusminarto 1), Frida Iswinning Diah 2), Pramudita Anggraita 2) 1) Program Pasca Sarjana Fisika UGM, 2) PTAPB BATAN Jl. Babarsari

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Perubahan Source to Surface Distance (SSD) dan Field Size terhadap Distribusi Dosis menggunakan Metode Monte Carlo-EGSnrc

Analisis Pengaruh Perubahan Source to Surface Distance (SSD) dan Field Size terhadap Distribusi Dosis menggunakan Metode Monte Carlo-EGSnrc PROSIDING SNIPS 06 Analisis Pengaruh Perubahan Source to Surface Distance (SSD) dan Field Size terhadap Distribusi Dosis menggunakan Metode Monte Carlo-EGSnrc Intan Dillia Nurhadi,a), Ridwan Ramdani,b),

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 231-236 ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR Lamtiyah

Lebih terperinci

PROFIL BERKAS RADIASI GAMMA COBALT 60 JATUH PADA PERMUKAAN MIRING SKRIPSI ANGGITA PURIE WAHARUMDIHATI

PROFIL BERKAS RADIASI GAMMA COBALT 60 JATUH PADA PERMUKAAN MIRING SKRIPSI ANGGITA PURIE WAHARUMDIHATI UNIVERSITAS INDONESIA PROFIL BERKAS RADIASI GAMMA COBALT 60 JATUH PADA PERMUKAAN MIRING SKRIPSI ANGGITA PURIE WAHARUMDIHATI 0606068045 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

Lebih terperinci

ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC

ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC Sri Rahayu*, Bidayatul Armynah**, Dahlang Tahir** *Alumni Jurusan Fisika Konsentrasi Fisika Medik FMIPA

Lebih terperinci

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar- MV Sugianty Syam, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY Ra 226 Friska Wilfianda Putri 1, Dian Milvita

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK. PERANCANGAN

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol. 14, No. 2, April 2011, hal 49-54

Berkala Fisika ISSN : Vol. 14, No. 2, April 2011, hal 49-54 Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 14, No. 2, April 2011, hal 49-54 Kajian Spektrum Sinar-X 6 MV Menggunakan Simulasi Monte Carlo Choirul Anam Email: anamfisika@gmail.com Laboratorium Fisika Medis, Jurusan

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin UJI KELAYAKAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) BERKAS SINAR- X 6 MV DAN 10 MV DENGAN VARIASI SOURCE TO SKIN DISTANCE (SSD) DAN KEDALAMAN PADA WATER PHANTOM Aji Purnomo, Wira Bahari Nurdin, Syamsir Dewang

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC

ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 391-398 ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC Dodi

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN E-mail : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang kesehatan juga semakin berkembang. Saat ini yang mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan adalah tumor.

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO 3.1 Metode Monte Carlo Monte Carlo adalah suatu metode algoritma pemrograman yang membahas tentang algoritma probabilitas. Dalam kasus

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI JUWAIRIAH NIM : 110821007 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398 ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398 Ivonnie Indri Rahayu*, Wira Bahari Nurdin**, Bannu Abdul Samad** *Alumni Jurusan

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY I 131 Yosi Sudarsi Asril 1, Dian Milvita 1, Fadil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sinar-X

BAB II DASAR TEORI Sinar-X BAB II DASAR TEORI 2.1. Sinar-X Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 10-9 sampai 10-8 m (0,1-100 Å). Berarti sinar-x ini mempunyai panjang gelombang yang jauh lebih

Lebih terperinci

ANALISIS PAPARAN RADIASI DI SEKITAR RUANG ROENTGEN PASIEN INSTALASI RUMAH SAKIT PARU JEMBER SKRIPSI. Oleh : Dewi Yuliana NIM

ANALISIS PAPARAN RADIASI DI SEKITAR RUANG ROENTGEN PASIEN INSTALASI RUMAH SAKIT PARU JEMBER SKRIPSI. Oleh : Dewi Yuliana NIM ANALISIS PAPARAN RADIASI DI SEKITAR RUANG ROENTGEN PASIEN INSTALASI RUMAH SAKIT PARU JEMBER SKRIPSI Oleh : Dewi Yuliana NIM 081810201036 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI Oleh : Kadek Miniati JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin

Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin Happy Kurnia Utami Buaja 1, Nursama Heru Apriantoro 2, Febria Anita 1 1 Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila, Pejaten,

Lebih terperinci

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7. Bab III. X Ray Voxel Monte Carlo (XVMC) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.04 yang dikenal sebagai Fiesty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit dimana pembelahan sel tidak terkendali dan akan mengganggu sel sehat disekitarnya. Jika tidak dibunuh, kanker dapat menyebar ke bagian

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH 1 ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT Diajukan untuk melengkapi sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana Sains Skripsi

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA C Tuti Budiantari, dkk. ISSN 016-318 73 PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA C Tuti Budiantari dan Nurman

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN Dinda Dyesti Aprilyanti 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN Suwarni 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV

ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV *Ahcdriany,*Bualkar Abdullah, + Supriyanto Ardjo Pawiro*Dahlang Tahir *Jurusan

Lebih terperinci