MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN KAWASAN MADURA DENGAN PENDEKATAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DAN VALUE CHAIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN KAWASAN MADURA DENGAN PENDEKATAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DAN VALUE CHAIN"

Transkripsi

1 MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN KAWASAN MADURA DENGAN PENDEKATAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DAN VALUE CHAIN Astria Hindratmo 1, *), Udisubakti Ciptomulyono B 2) dan Ibnu Hisyam C 3) 1) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia astria99@gmail.com 2) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pemerintah Indonesia saat ini cukup sadar akan potensi yang dimilikinya, hal tersebut dibuktikan diberlakukannya otonomi daerah dan peluncuran program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk mendukung pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, saat ini belum dikatakan menjadi negara maju secara ekonomi. Sebab, ketidakmerataan pembangunan daerah masih belum terselesaikan dengan baik, sehingga menimbulkan kesenjangan wilayah. Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang rumusan dan memilih strategi pemasaran Kawasan Madura. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi dan mengintegrasikan semua aktifitas dengan value chain, menentukan kriteria pemasaran dengan Delphi, merumuskan strategi dengan SWOT, identifikasi feedback antar alternatif strategi dengan Dematel. Kemudian menentukan prioritas tiap sektor dan strategi dengan ANP. Penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan strategi melibatkan informal leader memiki bobot terbesar karena memiliki dampak terhadap semua sektor dan strategi lainnya. Kata kunci: Pemasaran Kawasan, Value Chain, Metode Delphi, analisis SWOT, Dematel, dan ANP PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi yang ditandai mulai efektifnya perdagangan bebas antar negara di dunia, tentunya berbagai daerah di dunia dihadapkan dengan persaingan global. Selain itu, era globalisasi juga memberikan peluang bagi tiap-tiap daerah untuk meningkatkan investasi baik di dalam negeri maupun luar negeri, inovasi dan implementasi teknologi (Sertaningati, 2006). Sehingga, hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan orientasi pengelolaan daerah dari orientasi lokal ke global (Kartajaya & Yuswohady, 2005). Untuk menghadapi era globalisasi, maka pemerintah pusat maupun daerah dituntut untuk menyediakan infrastruktur, aksesibilitas, sumber daya manusia yang kompeten, serta kebijakan yang konsisten (Sertaningati, 2006). Sedangkan keuntungan yang didapat dengan adanya globalisasi yaitu mendorong kegiatan pembangunan wilayah dalam bentuk pusat industri, pusat perdagangan dan jasa, serta berbagai fasilitas penunjang lain seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan sebagainya (Hutama, 2012). Pesatnya perkembangan pembangunan tersebut akan mendorong persaingan antar kota atau wilayah di tingkat nasional maupun internasional (Sertaningati, 2006). Setiap daerah diharapkan mampu mengembangkan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya dalam skala lokal, regional, dan nasional dalam rangka membangun daya saing daerah (Hutama, 2012). Menurut Michael Porter, membangun A-32-1

2 keunggulan daya saing daerah merupakan bentuk upaya meningkatkan produktivitas (nilai output yang dihasilkan per unit input yang digunakan) yang pada gilirannya akan menaikkan kualitas dan standar hidup masyarakat dalam jangka panjang (Kartajaya & Yuswohady, 2005). Dalam upaya meningkatkan daya saing daerah, dapat dilakukan dengan suatu tindakan yang disebut pemasaran daerah (Kotler et.al., 2002). Konsep pemasaran daerah atau pada beberapa penelitian yang sering disebut permasaran kota diperkenalkan oleh Ashwoth & Voogd (1990) dan Kotler et al. (1993). Pada konsep ini seluruh aktivitas kota di upayakan mampu memenuhi permintaan dari targer pasar (Kotler, 1993). Pemasaran daerah dapat mendorong peranserta masyarakat, menarik investor untuk ikut meningkatkan kesejahteraan, dan mewujudkan rencana tata ruang wilayah/kota untuk mendukung percepatan pembangunan daerah (Djunaedi, 2002). Madura merupakan wilayah yang memiliki empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan Pamekasan. Madura memilki Sumber Daya Manusia (SDM) yang luar biasa besar serta kekayaan alam yang melimpah ruah. Potensi yang dimiliki Pulau Madura juga besar mulai dari potensi garam, tembakau, rumput laut, jamu, batik, dan juga 104 titik minyak dan gas bumi (Republika.co.id, 5 Desember 2012). Pada tahun 2001, sistem pemerintahan menjadi desentralisasi dengan memberi peran yang lebih luas kepada daerah yang diawali dengan berlakunya UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25/1999 (yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 33/2004) tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Kartajaya & Yuswohady, 2005). Dimana, hal tersebut membuka peluang yang besar kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan dengan memaksimalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayahnya sesuai visi misi yang diinginkan (Kamaludin, 2006). Namun, hingga saat ini hal tersebut masih belum memberikan dampak kemajuan dalam pembangunan infrastruktur yang menunjukkan tidak adanya investasi yang masuk ke Madura. Kalaupun ada investasi masih sekala kecil berupa pergudangan sementara, produksi barangnya tetap dikerjakan di luar Madura (Tempo.co, 18 November 2012). Berdasarkan data Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari tahun 2010 hingga 2011 hanya terdapat 1 proyek dari 115 proyek yang ada di Jawa Timur. Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2010 dan 2011 masing-masing hanya 2 proyek dari total 114 proyek tahun 2010 dan 174 proyek di Jawa Timur (BPS Jawa Timur, 2011). Selain itu, gambaran terjadinya ketertinggalan kawasan Madura dengan daerah lain dapat dilihat dari kontribusi yang sangat kecil terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur bila dibanding dengan daerah lain (BPS, 2011). Dimana kontribusi untuk Bangkalan 0,97%, Sampang 0,76%, Sumenep 1,42 %, dan Pamekasan 0,66% dari PDRB Jawa Timur Pendapatan Perkapita untuk Bangkalan 9,45 juta/tahun, Sampang 7,61 juta/tahun, Sumenep 12 juta/tahun, dan Pamekasan 7,23 juta/tahun. Dimana data tersebut jauh dibawah pendapatan perkapita tingkat Provinsi Jawa Timur yang sebesar 23,46 juta/tahun. Jumlah penduduk miskin tahun 2010 cukup besar dengan persentase yaitu Bangkalan 4,6%, Sampang 5,1%, Sumenep 4,6%, dan Pamekasan 3,2% dari 5,6 juta penduduk miskin di Jawa Timur. Selain itu juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2011 di Bangkalan 65.36, Sampang 60.49, Sumenep 66.32, dan Pamekasan 65.1 dibawah IPM Provinsi Jawa Timur sebesar (BPS Jawa Timur, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antar sektor dan strategi, dan merekomendasikan sektor unggulan dan alternatif strategi untuk pemasaran kawasan Madura dengan mempertimbangkan value chain tiap sektor terpilih. Dari strategi yang direkomendasikan dapat digunakan untuk pertimbangan pembangunan ekonomi kawasan Madura agar mampu meningkatkan daya saing dan mengejar ketertinggalan pembangunan A-32-2

3 dengan daerah lain di Jawa Timur. Selain itu juga dapat dijadikan para pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan pengembangan daerah dalam hal mempertimbangkan strategi yang tepat untuk mengurangi kegagalan dalam pemasaran daerah. METODE Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek terkait pemasaran yang didapatkan dari penelitian sebelumnya dan wawancara dengan narasumber yang mengetahui kondisi Madura secara mendalam. Sehingga dapat diketahui kriteria atau aspek apa saja yang harus diperhatikan untuk pengembangan kawasan Madura dengan pendekatan pemasan. Langkah-langkah dalam penelitian ini dijelaskan secara berurutan pada gambar 1. dibawah ini. Literatur Rereview dan Research gap Menetapkan tujuan dan mafaat Mengidentifikasi kriteria pemasaran dari literatur Menentukan komponen ekternal dan internal Menetukan keunggulan sektor di tiap kabupaten Mengidentifikasi value chain tiap sektor Tahap Identifikasi Awal Tahap Pengumpulan Data Penjaringan kriteria dengan Delphi Evaluasi komponen(faktor) internal dan Eksternal (IFE&EFE) Merumuskan strategi dan identifikasi posisi kuadran dengan diagram matrik SWOT tiap kabupaten Pemilihan strategi Identifikasi pengaruh antar sektor dan strategi dengan Dematel Tahap Pengolahan data Pembobotan antar sektor dan strategi dengan ANP Analisis hasil: Penentuan sektor Value chain tiap sektor HASIL Penjaringan DAN kriteria PEMBAHASAN hubungan/pengaruh antar sektor dan strategi Kesimpulan dan saran Tahap Analisa Tahap Kesimpulan Saran HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan beberapa sektor unggulan, namun sektor yang menjadi prioritas untuk dikembangkan pada pemasaran Madura yaitu pertanian. Sektor pertanian di Madura menjadi sangat penting karena memberi dampak peningkatan pada sektor pertambangan, penggalian, listrik, gas, dan air, sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata, dan sektor keuangan dan jasa. Hubungan keterkaitan antar sektor dapat dilihat dari hasil pengolahan Dematel. Gambaran hubungan keterkaitan antar sektor terdapat pada Gambar 1. A-32-3

4 D R Hubungan antar Sektor D+R Perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata Pertambangan, penggalian,listrik,g as dan air Keuangan dan jasa Pertanian Gambar 1 Peta Diagram impact-diagraph antar sektor Berdasarkan gambar tersebut jelas terlihat bahwa sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata, dan sektor pertambangan, pengalian, gas, air dan listrik memiliki keterkaitan didasarkan posisi ketiga sektor tersebut berada diatas ambang batas (threshold) dengan nilai 0 pada sumbu D+R. hal tersebut menggambarkan bahwa sektor pertanian meningkat akan berdampak pada peningkatan sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata. Karena hasil pertanian yang didapat akan digunakan untuk input perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata. Begitu juga sebaliknya, jika sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata meningkat tentunya akan berdampak pada pertanian. Sebab, kebutuhan produk makanan dan minuman akan meningkat. Penigkatan sektor pertanian juga dapat mempengaruhi peningkatan kebutuhan di sektor pertambangan, pengalian, gas, air dan listrik. Begitu juga, hal yang sama terjadi bila terjadi kenaikan di sektor pertambangan, pengalian, gas, air dan listrik maka akan berdampak pada pertanian. Pada sektor perdagangan, hotel, restoran, dan pariwisata dengan pertanian juga saling berpengaruh seiring kebutuhan sektor tersebut meningkat. Namun, pada sektor keuangan dan jasa hanya sebagai sektor yang menerima dampak dari sektor yang lain. Selain keterkaitan antar sektor, juga ditemukan keterkaitan antar alternatif strategi yang telah dipilih. Namun, hanya terdapat 9 strategi yang saling berkaitan atau berdampak satu sama lain. Sedangkan untuk sektor yang lain hanya sebagai penerima dampak dari 9 sektor tersebut. Penentuan 9 sektor yang saling berkaitan karena berdasarkan letak posisi strategi tersebut berada diatas nilai threshold yaitu 0,05 pada sumbu D+R. Sembilan Strategi tersebutlah yang akan dipertimbangkan untuk pemasaran Madura. Gambaran hubungan keterkaitan antar strategi terdapat pada Gambar 2. Berdasarkan gambaran keterkaitan antar sektor dan strategi, maka dilakukan penentuan prioritas antar sektor dan strategi dengan cara pembobotan. Tujuan dilakukan pembobotan tersebut untuk mengetahui sektor dan strategi apa saja yang harus diprioritaskan dalam pemasaran Madura. Karena hal tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dalam implementasinya. A-32-4

5 Gambar 2. Peta Diagram impact-diagraph antar startegi Kemudian untuk nilai pembobotan untuk tiap sektor terdapat pada Tabel 1 dan nilai bobot tiap strategi terdapat pada Tabel 2. Tabel 1. Bobot Prioritas Antar Sektor No Sektor Bobot 1 Perdagangan,hotel, restoran, dan pariwisata 0,27 2 Pertambangan, penggalaian, listrik, gas dan 0,19 air 3 Keuangan dan jasa 0,12 4 Pertanian 0,42 Tabel 2. Bobot Prioritas Antar Sektor No Strategi Bobot 1 Melibatkan informal leader (kyai &sesepuh 0,21 kampung) 0 2 Menjamin kepastian hukum sektor usaha 0,176 3 Memberikan bantuan pinjaman modal untuk 0,103 usaha 4 Perbaikan fasilitas umum 0,149 5 Kerjasama dengan pihak swasta 0,083 6 Melakukan pelebaran jalan raya 0,096 7 Memberikan Informasi jenis wisata Madura 0,043 di website 8 Membuat kawasan khusus perdagangan 0,085 9 Intensif mengadakan pameran produk 0,499 unggulan UKM Keterangan 9 strategi terpilih: Melibatkan informal leader (kyai &sesepuh kampung) (A5) Menjamin kepastian hukum sektor usaha (A9) Memberikan bantuan pinjaman modal untuk usaha (C1) Perbaikan fasilitas umum (A8) Kerjasama dengan pihak swasta (B7) Melakukan perbaikan & pelebaran jalan raya (B6) Memberikan Informasi jenis wisata Madura di website(a4) Membuat kawasan khusus perdagangan (A2) Intensif mengadakan pameran produk unggulan UKM (A3) Berdasarkan Tabel 1 bahwa sektor pertanian memiliki bobot terbesar. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa untuk saat ini dalam konteks pemasaran Madura sektor yang harus diutamakan yaitu sektor pertanian. Kemudian pada Tabel 2 menujukkan bahwa strategi melibatkan informal leader dalam segala kebijakan daerah menjadi sangat penting dan harus dilakukan. Sebab, hal tersebut akan berdampak pada kelancaran dalam implementasi kebijakan tersebut. A-32-5

6 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam melakukan pemasaran daerah di Madura, sektor yang harus diprioritaskan yaitu sektor pertanian. Sebab, sektor pertanian memiliki hasil yang melimpah dan memiliki kotribusi PDRB maupun tenaga kerja yang paling besar. Selain itu juga, sektor pertanian memiliki pengaruh terhadap perkembangan ke sektor lain. 2. Setiap kebijakan pemasaran Madura yang akan dilakukan, maka pihak birokrat haruslah mempertimbangkan peranserta informal leader (kyai dan sesepuh kampung), sebab sebagian besar penduduk di Madura memiliki karakter yang kuat dan segala keputusan selalu tergantung peran informal leader. 3. Jaminan kepastian hukum atas hak kepemilikan lahan oleh pihak investor masih lemah, sehingga sering terjadi penuntutan di kemudian hari. 4. Perbaikan infrastruktur dan fasilitas umum untuk mempermudah akses merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk memasarkan daerah Madura. 5. Ketersediaan kawasan khusus perdagangan di Madura masih belum ada. Sehingga, hal tersebut akan menghambat proses pemasaran daerah untuk sektor pertanian dan perdagangan. 6. Informasi potensi Madura masih sangat kurang, sehingga hal tersebut akan mengakibatkan ketidaktahuan para investor terhadap Madura. 7. Pemberian pinjaman modal untuk sektor usaha, maka akan meningkatkan sektor perdagangan di Madura. 8. Kurang intensifnya mengadakan pameran produk UKM di Madura, maka dapat mengakibatkan produk di Madura akan susah untuk distribusi keluar daerah. 9. Kompetensi pegawai instansi terkait masih kurang, sehingga masih banyak kelemahan dalam aktivitas tiap sektor pada value chain, khususnya pelatihan inovasi produk (merubah hasil alam menjadi produk yang lebih bernilai) jarang dilakukan. Kemudian berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang terkait dengan pengembangan penelitian selanjutnya yaitu meliputi : 1. Dalam pemasaran perlu dilakukan kajian mendalam aspek dinamika sosial seperti pengaruh informal leader, karakteristik penduduk, dan budaya penduduk. 2. Perlu dipertimbangkan model ekonometrik dalam value chain tiap sektor. 3. Perlu memperdalam dinamika waktu dari tahun ke tahun pengaruh informal leader. 4. Perlu dilakukan kajian mendalam terkait pergerakan investasi di tiap sektor di Madura. 5. Perlu dilakukan kajian mendalam tentang dinamikan keterkaitan antar sektor di Madura. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur 2011, Jawa Timur dalam angka 2011, Surabaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur 2011, Data makro ekonomi Jawa Timur , Surabaya. Sertaningati, H 2006, Strategi Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Surabaya: Suatu Pendekatan Konsep Pemasaran Kota (studi Kasus Koridor Mayjend Sungkono-HR Muhammad), Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. A-32-6

7 Kartajaya, H. dan Yuswohady, Attracting Tourists Traders Investors-Strategi Pemasaran Daerah di Era Otonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hutama, A. W., Integrasi Konsep Multi Criteria Decision Making dan City Marketing Dalam Perumusan Strategi Pengembangan Kawasan Timur Kabupaten Pasuruan, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kotler, P., Hamlin, M. A., Rein, I. dan Haider, D.H., Marketing Asian Places: Attracting Investment, Industry, and Tourism to Cities, States andnations. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, Singapore. Ashworth, G.J. and Voogd, H Selling the city: marketing approaches in public sector urban planning. London: Belhaven Press. Kotler, P., Haider, D.H., dan Rein, I., Marketing Places Attracting Invesment, Industry and tourism to Cities, state and Nations. The Free Press: Ney York. Djunaedi, A Pemasaran Kota dalam kaitannya dengan Perencanaan Kota, Makalah Seminar Nasional Peranan Pendidikan Perencanaan di Indonesia: Menjawab Tantangan Perubahan, kerjasama antara MPKD UGM dengan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI), Yogyakarta, 27 Juli Tokoh: Madura Siap Lepas dari Jatim, Republika news, 5 Desember 2012, Diakses 15 Desember2012,< mek806-tokoh-madura-siap-lepas-dari-jatim>. Kamaludin, R Beberapa Aspek Pembangunan Perekonomian Daerah dan Hubungan Ekonomi Keuangan Luar Negeri. Universitas Trisakti. Jakarta. Suramadu Dinilai Tak Mampu Genjot Investasi Madura, Tempo news, 18 November 2012, Diakses 5 Desember 2012, < /news/2012/ 11/18/ /Suramadu-Dinilia-Tak-Mampu-Genjot-Investasi-Madura>. A-32-7

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fenomena perekonomian di Indonesia belakangan ini begitu cepat berubah seiring dengan berjalannya waktu. Berbagai fakta ekonomi dan permasalahan begitu kompleks

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dan perkembangan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan

Lebih terperinci

Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-langkah dalam proses penyusunan tugas akhir ini selanjutnya yaitu: METODOLOGI PENELITIAN

Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-langkah dalam proses penyusunan tugas akhir ini selanjutnya yaitu: METODOLOGI PENELITIAN 1.7Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-langkah dalam proses penyusunan tugas akhir ini selanjutnya yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan uraian dari latar belakang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1). BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Penanaman modal asing (PMA) merupakan pemindahan modal dari suatu negara ke negara lain. Modal yang dialirkan dari negara satu ke negara lainnya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan) merupakan salah satu Kawasan Tertentu di Indonesia, yang ditetapkan dalam PP No.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT Citra Cahyawati 1) dan M. Yusak Anshori 2) 1) Program Studi Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc PEMILIHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI KECIL MENENGAH POTENSIAL DI KABUPATEN BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU DENGAN METODE DELPHI DAN ANP Oleh: Putri Narita 2505 100 117 Pembimbing:

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia telah mengalami kemajuan di berbagai bidang salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT.

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT. Oleh: Fajar Budi S (2505100127) Dosen Pembimbing I : Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Dosen Pembimbing II : Naning Arianti W., ST. MT. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI/TEKNOLOGI INFORMASI PADA STMIK YADIKA BANGIL

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI/TEKNOLOGI INFORMASI PADA STMIK YADIKA BANGIL PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI/TEKNOLOGI INFORMASI PADA STMIK YADIKA BANGIL Kurniawan Wahyu Haryanto 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

MLI j = W n+1,j = L i X i

MLI j = W n+1,j = L i X i Tahapan-tahapan dalam menghitung nilai employment multiplier suatu sektor adalah : a) menghitung koefisien tenaga kerja, yang merupakan perbandingan antara jumlah tenaga kerja sektor i dengan total input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menghadapi globalisasi diperlukan perekonomian yang. Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menghadapi globalisasi diperlukan perekonomian yang. Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang terjadi mengharuskan Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara negara lain. Agar mampu bersaing Indonesia harus memantapkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang berlimpah. Sumber daya alam yang telah tersedia harus diolah oleh

Lebih terperinci