BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 31 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok) Rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko, atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005). Pada suatu rantai pasok biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Istilah Supply Chain Management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun Apabila rantai pasok adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkan ke pemakai akhir, SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu

2 32 ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan kolaborasi. Manajemen rantai pasok tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, tetapi juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. SCM pada hakekatnya mencakup lingkup pekerjaan dan tanggung jawab yang luas. Baik akademis maupun praktisi menggolongkan mereka yang ada pada kegiatan pengelolaan material, aliran material, dan informasi adalah kegiatan-kegiatan inti SCM. Apabila kita mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah: 1. Kegiatan merancang produk baru (product development), meliputi riset pasar, merancang produk baru, dan melibatkan supplier dalam perancangan produk baru. 2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement) yang meliputi memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier. 3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning & control) meliputi demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, dan perencanaan produksi dan persediaan. 4. Kegiatan melakukan produksi (production), meliputi eksekusi produksi dan pengendalian kualitas.

3 33 5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi (distribution) meliputi perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi. Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercermin dalam bentuk pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan, bagian produksi, bagian perencanaan produksi, dan bagian distribusi atau pengiriman barang jadi. Marshal Fisher, seorang professor di Wharton School, the University of Pennsylvania, membuat klarifikasi kegiatan pada rantai pasok menjadi 2 yaitu : 1. Kegiatan mediasi pasar, bertujuan untuk mencari titik temu antara apa yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan dengan apa yang dibuat dan dikirim oleh rantai pasok. 2. Kegiatan fisik, yaitu kegiatan-kegiatan mendapatkan bahan baku, mengkonversi bahan baku dan komponen-komponen menjadi produk jadi, penyimpanan serta mengirimkan sampai ke tangan pelanggan.

4 34 Tabel 2.1 Dua Jenis Aktivitas pada SCM Aktivitas fisik Sourcing (mencari bahan baku) Produksi Penyimpanan material / Aktivitas mediasi pasar Riset pasar Pengembangan produk Penetapan harga diskon Pelayanan purna jual produk Distribusi / transportasi Pengembalian produk (return) Sumber : Supply Chain Management (I Nyoman Pujawan) Tantangan dalam Mengelola Rantai Pasok Mengelola rantai pasok bukanlah hal mudah. Dari gambaran tantang SCM, dapat dipahami bahwa rantai pasok melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar sebuah perusahaan serta menangani cakupan kegiatan yang sangat luas. 1. Kompleksitas struktur rantai pasok Rantai pasok biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang bertentangan antara yang satu dengan yang

5 35 lainnya. Kompleksitas rantai pasok juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu, dan budaya antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. 2. Ketidakpastian Ketidakpastian merupakan sumber kesulitan pengelolaan suatu rantai pasok, ketidakpastian menimbulkan ketidakpercaya dirian terhadap rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan persediaan pengaman di sepanjang rantai pasok. Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety time, ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Berdasarkan sumbernya, ada 3 klasifikasi utama ketidakpastian pada rantai pasok. Pertama adalah ketidakpastian permintaan, kedua, ketidakpastian dari supplier yang bisa berupa ketidakpastian pada lead time pengiriman, harga bahan baku, atau komponen ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim. Ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi.

6 Efek Bullwhip dalam Rantai Pasok Information sharing merupakan masalah penting dalam pengelolaan rantai pasok (Pramkumar, 2000). Peramalan permintaan secara tradisional kurang tepat untuk pola permintaan dengan tingkat volatilitasinya yang tinggi dan permintaan yang tidak dapat diprediksi, sehingga perusahaan membutuhkan aliran informasi permintaan yang berasal dari hilir (enduser), yaitu akses pola perubahan permintaan yang semakin berfluktuasi karena tidak adanya data penjualan yang pasti dan lengkap. Aliran informasi yang tidak lengkap dapat menimbulkan banyak masalah yang berdampak pada total biaya produksi, misalnya kemungkinan stock-out yang dapat menyebabkan rush-order, terjadinya kelebihan stock yang menyebabkan phantom-order. Masalah lain yang mungkin muncul akibat aliran informasi yang tidak akurat adalah biaya promosi penjualan dan biaya discount. Biaya ini muncul karena pada saat proses penyampaian barang ke konsumen akhir tidak tepat waktu, yang memungkinkan pelanggan tidak jadi membeli sehingga perusahaan harus menanggung lost sales. Kondisi yang dijabarkan sebelumnya disebut sebagai bullwhip effect, yaitu peramalan jumlah permintaan yang terjadi akan semakin berfluktuasi jika sistem informasi dalam SCM yang buruk, artinya jika kondisi, manufaktur semakin ke hulu sehingga perusahaan tidak dapat men-supply kuantitas permintaan yang ada, Bullwhip effect identik dengan terjadinya distorsi informasi permintaan dari rantai bawah/ hilir/ enduser ke rantai di

7 37 atasnya, sehingga kuantitas permintaan sering tidak dapat terpenuhi secara maksimal (artinya tidak tepat kuantitasnya dan waktunya). Sumber : google.com Gambar 2.1 Ilustrasi Mengenai Bullwhip Effect Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Bullwhip Effect Terdapat empat faktor penyebab timbulnya Bullwhip effect, meliputi: (Schroeder, 2000) : 1. Peramalan permintaan yang kurang tepat, karena proses Information sharing tidak tepat. Solusi peramalan dapat dilakukan dengan menggunakan smoothing method dari data histori keseluruhan penjualan yang ada. 2. Order batching, dapat terjadi jika ada penumpukan order.

8 38 3. Fluktuasi harga, dapat memicu timbulnya Bullwhip effect karena jika ada discount rush demand dan akan menyebabkan rush order material, artinya menyelesaikan pemenuhan permintaan yang meningkat menimbulkan masalah pada rantai lain karena rush order material menjadi meningkat, kemungkinan biaya pesan menjadi tinggi, begitu pula sebaliknya. 4. Rationing, artinya jika permintaan melebihi supply yang ada maka permintaan tersebut akan dijatah dengan menggunakan perbandingan yang sama atas ordernya. Menurut Simchi Levi (2004) penyebab utama terjadinya Bullwhip effect ada lima, yaitu : 1. Demand Forecasting Tambahan pemesanan mengakibatkan peramalan permintaan lebih tinggi. Solusi yang mungkin adalah dengan menyediakan data tentang permintaan konsumen secara langsung untuk perusahaan up stream yang lebih jauh pada rantai pasok. 2. Lead Time. Lead Time didefinisikan sebagai lamanya waktu tiba pesanan yang diterima oleh retailer. Lead Time dapat menambah Bullwhip effect dengan menambah peningkatan variabilitas pada peramalan

9 39 permintaan, meliputi : panjang lead time, besarnya kebutuhan dan tingkat persediaan. 3. Batch Ordering Merupakan saat manufaktur mengamati besarnya pesanan, diikuti beberapa periode tanpa pesanan, diikuti pesanan lain dan seterusnya, kemudian manufaktur melihat penyimpangan dan variabel tertinggi dari pesanan. 4. Supply Shortages. Jika permintaan melebihi supply yang ada, maka permintaan tersebut akan di jatah dengan perbandingan yang sama dengan jumlah produk yang mereka pesan. Untuk mengatasi ini maka konsumen akan melebihkan permintaan yang mereka pesan. Jika permintaan berkurang maka terjadilah pembatalan pesanan yang sring disebut dengan istilah phantom order. 5. Price Variation Merupakan penyebab terakhir adalah frekuensi variasi biaya keseluruhan pada rantai pasok. Contoh: banyak retailer mengeluarkan biaya tinggi untuk promosi. Dihadapkan pada permasalahan Bullwhip effect yang tidak mungkin dapat dihindari oleh perusahaan, perusahaan yang tergabung dalam suatu rantai pasok dapat saling berbagi informasi tentang data

10 40 penjualan yang nyata, data pemesanan, dan data penggunaan kapasitas pabrik dan jadwal pengiriman. Melalui kolaborasi dan proses saling berbagi informasi antara peramalan pabrik dengan pemasok akan menghasilkan peramalan yang lebih tepat untuk kuantitas yang diminta konsumen. Dalam mendesain suatu rantai pasok, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi produk yang diproduksi, apakah perusahan akan memfokuskan pada menghasilkan produk-produk fungsional atau produk inovatif. Karakteristik kedua produk tersebut berbeda, sehingga memerlukan SCM yang berfokus pada efisiensi atau fokus pada responsifitas. Produk fungsional merupakan produk yang pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan sehingga produk tersebut tidak perlu banyak variasi, permintaan relatif stabil dan dapat diprediksi serta siklus hidup produk relatif lebih panjang. Sebaliknya produk inovatif merupakan produk yang didesain selalu berkembang dan menyesuaikan perubahan permintaan atau selera konsumen. Dalam mendesain SCM untuk produk inovatif harus mempertimbangkan respon atau kecepatan untuk merespon karena produk inovatif mempunyai siklus hidup yang lebih pendek, variasi produk yang tinggi, permintaan produk yang tidak pasti tetapi kontribusi pada laba lebih tinggi dan desain produk yang cocok untuk produk inovatif adalah produk modul.

11 41 Produk-produk fungsional cenderung memiliki tingkat kompetisi yang lebih tajam sehingga profit margin menjadi rendah dengan jumlah variasi produk yang lebih sedikit, lead time lebih tinggi dan pengiriman tidak terlalu cepat. Untuk produk fungsional, penekanan dalam mendesain lantai pasokan harus menekankan pada efisiensi, proses yang efisien dengan menggunakan persediaan yang lebih tinggi serta biaya rantai pasok yang lebih murah. Industri untuk jenis produk inovatif yang mempunyai siklus hidup produk yang cukup pendek perlu mengadopsi desain produk modul. Dalam proses produksi produk modul dibuat terlebih dahulu, dan produk tersebut dapat menjadi komponen produk lain, dapat dipakai pada sekelompok produk ataupun produk lain yang tidak sekelompok. Sehingga standarisasi komponen untuk dapat dipertukarkan sangat diperlukan. Produk modul melibatkan lintas fungsi dan merupakan proses antar organisasi dimana pemesanan dan produksi modul dapat dikoordinasi untuk menyesuaikan dengan permintaan konsumen Mengurangi Bullwhip Effect Pengurangan bullwhip effect bisa dilakukan apabila penyebabnya dimengerti dengan baik oleh pihak-pihak pada rantai

12 42 pasok. Beberapa pendekatan yang diyakini bisa mengurangi bullwhip effect adalah: 1. Information sharing; informasi yang tidak transparan mengakibatkan banyak pihak pada rantai pasok melakukan kegiatan atas dasar ramalan atau tebakan yang tidak akurat. Ritel atau toko sering kali tidak membagi informasi penjualan dengan pusat distribusi dan pabrik. Akibatnya pabrik hanya mengetahui pola permintaan berdasarkan order yang diterima dari pusat distribusi dan pusat distribusi. 2. Memperpendek atau mengubah struktur rantai pasok; semakin panjang dan kompleks struktur suatu rantai pasok, semakin besar kemungkinan terjadi distorsi informasi, oleh karena itu cara yang baik untuk mengurangi bullwhip effect adalah dengan mengubah struktur rantai pasok sehingga menjadi lebih pendek atau memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dengan lebih lancar. 3. Pengurangan ongkos-ongkos tetap: ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memungkinkan kegiatan produksi maupun kegiatan pengiriman dilakukan dengan ukuran batch yang lebih kecil. Pertama adalah dengan mengurangi waktu setup produksi. Untuk kegiatan pengadaan, ukuran lot pemesanan dikurangi dengan mengeliminasi kegiatan-kegiatan administrasi yang

13 43 berlebihan dan memakan waktu. Inovasi pada manajemen transportasi dan distribusi banyak membantu pengurangan bullwhip effect. 4. Menciptakan stabilitas harga dengan cara pemberian potongan harga oleh penyalur-penyalur ke toko-toko atau ritel bisa mengakibatkan reaksi forward buying yang sebetulnya tidak berpengaruh pada permintaan dari pelanggan akhir. Untuk menghindari reaksi forward buying, frekuensi dan intensitas kegiatan promosi parsial seperti ini harus dikurangi dan lebih diarahkan ke pengurangan harga secara kontinu, sehingga bisa menciptakan every day low price (EDLP). 5. Pemendekan lead time; lead time bisa diperpendek dengan mengubah struktur / konfigurasi rantai pasok (misalnya dengan menggunakan pemasok lokal), mengubah mode transportasi, atau dengan cara-cara inovatif seperti cross-docking dan perbaikan manajemen order. 2.3 Fill Rate Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan. Jadi fill rate 97% berarti ada kemungkinan 3% dari item yang diminta oleh pelanggan tidak tersedia. Akibatnya pelanggan harus menunggu

14 44 beberapa lama atau pindah ke tempat lain untuk mendapatkannya (Pujawan, 2005). 2.4 Peramalan Peramalan (Handoko,2000) adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Pengertian lainnya adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa yang akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Salah satu jenis peramalan adalah peramalan permintaan. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang (Nasution, 2005). Esensi dari peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa diwaktu yang akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksiproyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu. Dalam fungsi peramalan tidak hanya termasuk di dalamnya teknik khusus dan model, tetapi juga termasuk input dan output dari subyek peramalan. Pengembangan fungsi peramalan dibutuhkan untuk mengidentifikasi output, karena spesifikasi output dapat menyederhanakan pemilihan model peramalan, tetapi fungsi peramalan tidak lengkap tanpa mempertimbangkan input (Yamit, 2005).

15 Karakteristik Peramalan yang Baik Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Akurasi Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan kekonsistensian peramalan. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Buffa menjelaskan bahwa metode yang lebih canggih tidak menjamin dihasilkannya hasil yang lebih akurat ketimbang metode yang lebih sederhana, lebih mudah diterapkan, dan lebih murah. Berikut ini merupakan temuan temuan yang berhubungan dengan pemilihan metode peramalan dan akurasi hasil peramalan : Akurasi peramalan meningkat jika ramalan dari lebih banyak metode dikombinasikan untuk menghasilkan ramalan akhir; tetapi dampak marjinal dari penambahan satu metode berkurang dengan semakin banyaknya jumlah metode yang digunakan.

16 46 Resiko kesalahan yang lebih besar dalam peramalan yang mungkin disebabkan oleh pemilihan metode yang keliru, resiko kesalahan akan berkurang jika hasil dari dua atau lebih metode dikombinasikan. Variabilitas dalam akurasi ramalan diantara berbagai kombinasi metode peramalan berkurang dengan makin banyaknya metode yang digunakan (Buffa, 2000). Biaya Biaya yang diperlukan untuk pembuatan suatu peramalan tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Kemudahan Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil peramalan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu : Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.

17 47 Peramalan seharusnya memberikan informasi mengenai berapa ukuran kesalahan. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan dengan peramalan jangka panjang. Terdapat beberapa peraturan yang harus diperhatikan sebelum melakukan peramalan, yaitu (Gazpers, 2000) : Tidak boleh meramalkan produk produk yang tergolong ke dalam dependent demand. Produk produk yang tergolong dalam dependent demand harus direncanakan atau dihitung. Peramalan hanya boleh dilakukan pada produk produk yang tergolong kedalam independent demand. Penentuan horizon peramalan berdasarkan kondisi aktual sistem manufaktur dan tujuan dari peramalan. Semakin jauh periode dimasa mendatang yang diramalkan dengan asumsi faktor faktor lain, hasil ramalan akan semakin kurang akurat. Disamping berdasarkan waktu, peramalan juga dapat dilakukan berdasarkan lokasi geografis, kelompok produk, yang dikenal sebagai peramalan berdasarkan dimensi agregasi dan disagregasi.

18 48 Peramalan pada tingkat agregasi yang lebih tinggi akan lebih akurat dibandingkan peramalan pada tingkat agregasi yang lebih rendah atau pada tingkat disagregasi Metode Peramalan Salah satu cara untuk mengklasifikasikan permasalahan pada peramalan adalah mempertimbangkan skala waktu peramalannya yaitu seberapa jauh rentang waktu data yang ada untuk diramalkan. Berdasarkan horison dari waktu peramalan, peramalan dikelompokkan menjadi : 1. Peramalan jangka pendek Jangka waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.

19 49 3. Peramalan jangka panjang Jangka waktunya biasanya tiga tahun atau lebih; digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan. Tabel berikut ini menunjukkan tipe-tipe keputusan berdasarkan jangka waktu peramalannya. Tabel 2.2 Rentang Waktu dalam Peramalan Rentang Waktu Tipe Keputusan Contoh Jangka Pendek ( 3 6 bulan) Jangka Menengah ( 2 tahun) Jangka Panjang (Lebih dari 2 tahun) Operasional Taktis Strategis Perencanaan produksi, distribusi Penyewaan lokasi dan peralatan Penelitian dan pengembangan untuk akuisisi dan merger, pembuatan produk baru Sumber : Manajemen Persediaan (Zulian Yamit)

20 50 Selain itu, didasarkan dari karakteristik dalam menentukan suatu peramalan, peramalan terbagi atas : Metode Kualitatif Pada metode ini tidak ada model matematik, biasanya karena data yang ada tidak cukup representatif untuk meramalkan masa yang akan datang (long term forecasting). Peramalan kualitatif menggunakan pertimbangan pendapat-pendapat para pakar yang ahli atau expert di bidangnya. Adapun kelebihan dari metode ini adalah biaya yang dikeluarkan sangat murah (tanpa data) dan cepat diperoleh. Sementara kekurangannya yaitu bersifat subyektif sehingga seringkali dikatakan kurang ilmiah. Salah satu pendekatan peramalan dalam metode ini adalah teknik Delphi, dimana menggabungkan dan merata-ratakan pendapat para pakar dalam suatu forum yang dibentuk untuk memberikan estimasi suatu hasil permasalahan di masa yang akan datang. Misalnya: berapa estimasi pelanggan yang dapat diperoleh dengan realisasi teknologi 3G. Metode Kuantitatif Prosedur peramalan yang mengikuti aturan matematis dan statistik dalam menunjukan hubungan antara permintaan dengan

21 51 satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Ada 2 metode yaitu metode analisa time series dan metode asosiatif (regresi). Model Time Series Analysis (Deret Waktu) Memasang suatu garis trend yang representatif dengan datadata masa lalu (historis) berdasarkan kecenderungan datanya dan memproyeksikan data tersebut ke masa yang akan datang. Untuk peramalan dengan metode analisa time series terdapat empat pola data, antara lain : 1. Pola trend Mengalami pergerakan sedikit demi sedikit dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat ataupun sebaliknya,yaitu menurun. Sumber : google.com Gambar 2.2 Pola Trend 2. Pola siklus / cycle

22 52 Pola permintaan akan suatu produk yang mengalami perulangan dalam kurun waktu tertentu, bisa dalam hari, minggu, bulan, ataupun tahunan. Sumber : google.com Gambar 2.3 Pola Siklus 3. Pola musiman / season (S) Pola dalam data yang umumnya terjadi setiap beberapa periode (tahun). Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur, hari raya keagamaan yang berulang tiap tahunnya. Sumber : google.com Gambar 2.4 Pola Musiman 4. Pola variasi acak / random (R)

23 53 Merupakan pola khusus dalam data yang disebebkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa. Variasi acak ini tidak memiliki pola kecenderungan yang khusus dan sangat sulit untuk diprediksi. Sumber : google.com Gambar 2.5 Pola Variasi Acak Terdapat beberapa metode peramalan yang umum digunakan dalam peramalan kuantitatif dengan metode analisa time series dan metode asosiatif. Metode-metode tersebut anatara lain : 1. Double Exponential Smoothing 1 dan 2 parameter Brown Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linier dari Brown adalah serupa dengan rata rata bergerak linier. Metode penghalusan eksponensial merupakan teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan dimana data diberi bobot oleh sebuah fungsi eksponensial. Konstanta penghalusan (α ) merupakan fungsi eksponensial yang menjadi faktor pembobotan yang digunakan dalam

24 54 peramalan ini. Pemberian nilai α dipilih berdasarkan keadaan dari permintaan. Saat permintaan rata-rata cenderung berubah, nilai α yang tinggi dapat dipilih dan saat pemintaan cenderung stabil, maka nilai α yang dipilih adalan nilai yang rendah. Besar nilai yang digunakan untuk α berkisar dari 0 sampai dengan 1. Metode ini pun juga memiliki kelemahan yang sama dengan metode ratarata bergerak, yaitu teknik ini tidak dapat memberikan respons yang baik terhadap adanya trend. ' S S a " t t t = α X + (1 α)s ' = α S ' = 2 S ' + (1 α)s S α ' " bt = (S t S t ) 1 α F = a + b m t + m t t t t " t t ( t-1) ( t 1) ' " dengan inisialisasi awal : S t = S t = X1 2. Metode Asosiatif (Regresi) Merupakan model matematis garis lurus yang menjelaskan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel dependen yang memungkinkan kita meramalkan nilai nilai variabel tak bebas dari nilai nilai peubah bebas. Pendekatan peramalan ini lebih berdaya guna dibandingkan dengan metode time series yang telah dibahas sebelumnya karena

25 55 pada regresi, pertimbangan dapat dilakukan pada beberapa variabel yang memiliki hubungan dengan dengan nilai yang diramalkan. Metode ini cocok digunakan untuk peramalan terhadap permintaan yang memiliki pola trend. b n n ty t ( t) = 2 2 t y a = y bt dimana : y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data t = indeks penunjuk waktu (dimulai dari 1 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan) 3. Metode Holt- Winters Metode Holt-Winters digunakan untuk memodelkan data dengan pola musiman, baik mengandung trend maupun tidak. Metode Holt- Winters memberikan tiga pembobotan dalam prediksinya, yaitu α, β,dan γ yang bernilai antara 0 dan 1. Pembobotan α memberikan pembobotan pada nilai ramalan, β memberikan pembobotan pada slope, dan γ memberikan

26 56 pembobotan pada efek musiman. Metode Holt- Winters mempunyai dua bentuk model. Bila besarnya efek musiman konstan dari waktu ke waktu, maka bentuk model yang dipakai adalah Additive Seasonality. Sedangkan bila besarnya efek musiman berubah dari waktu ke waktu, maka bentuk model yang dipakai adalah Multiplicative Seasonality. Dalam metode peramalan, kekuatan dari setiap model peramalan dan ketepatan dari peramalan tersebut dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, antara lain : 1. Mean Absolute Error atau Mean Absolute Deviation (MAE / MAD) Merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model peramalan. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan dan dibagi dengan jumlah periode data. 2. Mean Square Error (MSE) Merupakan rata-rata dari selisih kuadrat dari nilai yang diramalkan dengan yang diamati. 3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)

27 57 MAPE dihitung berdasarkan rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual dan dinyatakan sebagai persentase dari nilai aktual. MAPE digunakan untuk menghindari munculnya nilai kesalahan yang terlalu besar seperti yang dapat terjadi pada penggunaan MSE atau MAD yang besarnya tergantung kepada besarnya unsur yang diramal. Biasanya dalam perhitungan peramalan, perhitungan MAPE lebih ditekankan dan lebih diprioritaskan untuk mengetahui hasil akhirnya. 2.5 Persediaan Persediaan adalah istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Handoko, 2000). Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena banyak perusahaan melibatkan investasi terbesar pada persediaan. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat pada waktu yang tepat, Berdasarkan jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas:

28 58 Persediaan bahan mentah (raw materials) adalah persediaan barangbarang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah diperoleh dari sumbersumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts / components) adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari komponenn yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) adalah persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari komponen barang jadi. Persediaan barang dalam proses (work-in-process) adalah persediaan barang-barang yang memerlukan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. Persediaan barang jadi (finished goods) adalah persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. Berdasarkan fungsinya, persediaan bisa dibedakan menjadi (Pujawan, 2005):

29 59 Pipeline / transit inventory, persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari satu tempat ke tempat lain. Barang yang tersimpan di truk sewaktu proses pengiriman adalah salah satu contohnya. Persediaan ini akan banyak kalau jarak dan waktu pengiriman panjang. Jadi persediaan ini bisa dikurangi dengan mempercepat pengiriman misalnya dengan mengubah alat atau mode transportasi atau dengan mencari pemasok yang lokasinya lebih dekat. Cycle stock, adalah persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi seperti yang didiskusikan di atas. Persediaan ini punya siklus tertentu. Pada saat pengiriman jumlahnya banyak, kemudian sedikit demi sedikit berkurang akibat dipakai atau dijual sampai akhirnya habis, kemudian mulai dengan siklus baru lagi. Safety stock, adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan lebih banyak dari yang dibutuhkan selama satu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa harus menunggu. Anticipation stock, adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan akibat sifat musiman dari permintaan terhadap suatu produk

30 Model Persediaan untuk Permintaan Musiman Untuk item-item dengan permintaan musiman, isu yang mendasar adalah mencari keseimbangan antara ongkos kelebihan dengan ongkos kekurangan produk selama suatu musim penjualan. Produk-produk yang permintaannya bersifat musiman akan beresiko tinggi bila tidak habis pada musim jualnya. Resiko ini bisa berupa tidak terjual sama sekali karena melewati masa kadaluarsa (seperti makanan, minuman, sayur segar, daging, surat kabar, dan majalah) atau harus didiskon sampai di bawah harga pabrik pada akhir musim jualnya (seperti garmen dan kamera digital). Keputusan persediaan yang harus diambil pada jenis barang seperti ini adalah banyaknya barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan suatu musim jual. Musim jual untuk tiap komoditi atau barang tentu berbeda-beda. Co Cu c p s Co = ongkos kelebihan satu unit = ongkos kekurangan satu unit = harga beli dari pabrik (supplier) = harga jual normal = harga jual diskon = c + s Cu = p c.

31 61 Perusahaan punya tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Keuntungan perusahaan besarnya (p-c)q kalau Q < D dimana Q adalah ukuran pesanan dan D adalah permintaan selama musim jual. Kalau Q > D maka besarnya keuntungan adalah (p-s)d + (s-c)q. Secara umum keuntungan perusahaan bisa dirumuskan sebagai berikut : P(b) = Co Min (Q,D) = max (0, [Q-D]Cu) Apabila permintaan selama musim jual diketahui berdistibusi normal dengan rata-rata d dan standar deviasi Sd maka besarnya permintaan yang optimal adalah : Q = d + Z(SL*) x Sd,dimana SL* adalah service level yang optimal. Jadi Z(SL*) adalah niai invers distribusi normal standar yang berkorelasi dengan probabilitas SL*. Besarnya SL* inilah yang pertama harus ditentukan agar Q yang optimal bisa dihitung. Nilai SL* merupakan trade off antara ongkos kelebihan (Co) dengan ongkos kekurangan (Cu). Apabila Co sama dengan Cu maka keputusan yang terbaik adalah memesan pada nilai rata-rata (d) yang berarti berkorespondensi dengan service level 50%. Apabila Cu lebih besar dari Co maka ekspektasi keuntungan akan lebih besar kalau perusahaan memesan lebih dari nilai rata-rata. Ini berarti bahwa SL* akan semakin besar kalau Cu/Co

32 62 semakin besar nilainya. Dengan manipulasi matematis, nilai SL* bisa dihitung sebagai berikut : SL* : Cu/(Cu+Co) Model untuk menentukan ukuran pesanan yang dijabarkan di atas hanya berdasarkan informasi yang dimiliki oleh ritel. Pabrik tidak dilibatkan dalam menentukan ukuran pesanan, melainkan hanya pasif merespon pesanan dari ritel. Pada model yang ada, ongkos kekurangan maupun kelebihan persediaan hanya dilihat dari sudut pandang ritel. Seandainya kedua belah pihak membagi informasi secara transparan tentang struktur ongkos mereka maka ongkos kekurangan dan ongkos kelebihan persediaan bisa ditentukan dari sudut pandang sistem. Misalkan pabrik mengeluarkan ongkos sebesar v untuk memproduksi dan memasok satu unit celana seperti diperlihatkan pada gambar. p V PABRIK c RETAIL S Sumber : Supply Chain Management (I Nyoman Pujawan) Gambar 2.6 Struktur Ongkos Pabrik dan Retail

33 63 Dari sudut rantai pasok (pabrik dan retail), kelebihan satu unit celana akan mengakibatkan kerugian sebesar v s. Sedangkan untuk setiap satu unit yang terjual dengan harga normal, rantai pasok akan mendapatkan keuntungan sebesar p v. Dengan demikian maka Co = v-s dan Cu = p-v. Dengan informasi yang baru ini mereka bisa menentukan service level yang optimal dengan menggunakan formula SL* di atas, yaitu SL* : Cu/(Cu+Co). Penentuan ukuran pesanan yang optimal bagi kedua belah pihak juga mengikuti prosedur yang sama seperti diatas. Tentunya harus ada pembagian keuntungan yang adil diantara kedua belah pihak. Pabrik mungkin bisa menurunkan harga jual per unit atau bersedia berbagi keuntungan maupun kerugian secara bersama. Ini adalah konsep yang sangat mendasar dalam manajemen rantai pasok. Berbagai mekanisme pembagian keuntungan bisa diterapkan diantara pabrik dan retail. Berdasarkan contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin luas kita melihat sistem, semakin optimal keputusan bisa dibuat. Manajemen rantai pasok menganjurkan pihak-pihak pada suatu rantai pasok untuk membagi informasi dan mengambil keputusan secara kolaboratif. Contoh sederhana di atas membuktikan bahwa secara matematis dua hal tersebut menguntungkan bagi sistem secara

34 64 keseluruhan. Namun tentu saja dalam prakteknya banyak hal-hal yang bisa membatasi terjadinya praktek kolaborasi pada rantai pasok.

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Distorsi informasi pada supply chain merupakan satu sumber kendala menciptakan supply chain yang efisien. Seringkali permintaan dari custromer relatif stabil dari waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY Fenny Rubbayanti Dewi dan Annisa Kesy Garside Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Email : fennyrubig@yahoo.com

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PERSEDIAAN PRODUK MUSIMAN UNTUK MEMINIMASI EFEK BULLWHIP PADA PT FNG

PENERAPAN MODEL PERSEDIAAN PRODUK MUSIMAN UNTUK MEMINIMASI EFEK BULLWHIP PADA PT FNG PENERAPAN MODEL PERSEDIAAN PRODUK MUSIMAN UNTUK MEMINIMASI EFEK BULLWHIP PADA PT FNG Irawati 1 ; Januar Wilrison 2 ; Shanty Sepvia Hosea 3 1, 2, 3 Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK Tita Talitha 1 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah pemanfaatan hubungan yang efisien dan terintegrasi antara supplier, manufacturer, warehouse dan store, dimana barang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY Fenny Rubbayanti Dewi dan Annisa Kesy Garside Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Email: fennyrubig@yahoo.com

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

Mengelola Persediaan pada Supply Chain

Mengelola Persediaan pada Supply Chain Mengelola Persediaan pada Supply Chain Pendahuluan Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar terhadap kinerja finansial suatu perusahaan. Jumlah modal yang tertanam dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT PADA PT. HARUM OSSAMAC PURWODADI

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT PADA PT. HARUM OSSAMAC PURWODADI TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT PADA PT. HARUM OSSAMAC PURWODADI Diajukan Guna Memenuhi dan Melengkapi Syarat Gelar Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persediaan Ristono (28) menyatakan bahwa persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian terhadap populasi yang sangat besar, kita perlu melakukan suatu penarikan sampel. Hal ini dikarenakan tidak selamanya kita dapat

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP

Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : 2014 Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP 1 Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menunjukkan jenis Peramalan Menggunakan Metode Peramalan Kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara. Proses interaksi antar negara terjadi di berbagai bidang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya Rudy Adipranata 1, Tanti Octavia 2, Andi Irawan 1 Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Pendahuluan Pentingnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci