Desti Srikandi Fatimah, Mina Elfira. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desti Srikandi Fatimah, Mina Elfira. Abstrak"

Transkripsi

1 Pandangan terhadap Ide Sosialisme Utopis dalam Novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah Karya Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky Desti Srikandi Fatimah, Mina Elfira 1. Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Jurnal ini berisi tentang pandangan Fyodor Dostoyevsky terhadap sosialisme utopis dalam novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah yang diungkapkan melalui tokoh utama di dalamnya. Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa di dalam novel ini dibahas mengenai nilainilai sosialisme utopis. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis dan didukung oleh teori penokohan, serta sosiologi sastra. Berdasarkan hasil analisis, terbukti bahwa dalam novel terdapat kritik mengenai ide-ide sosialisme utopis, seperti ketidaksetujuan terhadap pengekangan keinginan manusia. Kata kunci: sosialisme utopis, keinginan manusia, komunitas ideal, Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky, Записки из подполья /Zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah The View towards the Idea of Utopian Socialism in the Novel Записки из подполья/zapiski iz podpol'ja/notes from the Underground by Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky Abstract This journal contains the views of Fyodor Dostoevsky towards the utopian socialism in the novel Записки из подполья/zapiski iz podpol'ja/notes from the Underground which is expressed through the main character in it. The analysis in this study aims to prove that in this novel are discussed regarding the values of utopian socialism. The method used in this research is descriptive-analytical, and supported by the theory of characterizations, as well as the sociology of literature. Based on analysis result, it is evident that in the novel there are criticisms regarding the ideas of utopian socialism, such as disapproval towards the restraint of human desire. Keywords: Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky; human desire; ideal community; Записки из подполья /Zapiski iz podpol'ja/notes from the Underground; utopian socialism Pendahuluan Dalam penulisan karya sastra, kehidupan pengarang dikatakan sebagai suatu sumber inspirasi bagi karya-karya yang dihasilkan oleh pengarang tersebut. Banyak diantara pengarang Rusia yang memasukkan unsur-unsur dalam kehidupan nyata yang sedang terjadi pada masanya, salah satunya adalah Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky. Beberapa hal yang membuat 1

2 kehidupan Dostoyevsky menjadi menarik untuk diketahui adalah tentang pembunuhan yang menimpa ayah kandungnya, lalu keterlibatannya dalam Lingkaran Petrashevsky 1. Hal itu yang menjadi penyebab penangkapan atas dirinya dan hendak dieksekusi sebelum akhirnya hukuman tersebut dibatalkan. Setelah pembatalan eksekusi itu, Dostoyevsky diasingkan selama delapan tahun di penjara militer di Siberia. Setelah pembebasan dirinya, Dostoyevsky kembali dengan pemikiran yang berbeda akibat pengalaman hidupnya di Siberia. (Elfira, 1999:191) Termasuk di dalam latar belakang, yaitu ideologi yang dianut oleh suatu pengarang tertentu juga ikut mendukung suatu karya sastra. Tidak hanya itu saja, pengarang juga dapat mengungkapkan pemikirannya tentang beberapa hal yang ada semasa hidupnya. Mengungkapkan pendapat melalui karya sastra sudah tidak asing lagi di Rusia sejak abad ke- 19 ( ) merupakan puncak kejayaan kesusastraan Rusia dan disebut sebagai Золотой век/zolotoj vek/zaman Keemasan. (Elfira, 2012:41) Pada masa itu, pengarang tidak hanya berperan sebagai pengarang saja, namun juga sebagai perantara dalam proses pembudayaan dan kemasyarakatan. Banyak sastrawan Rusia yang mengekspresikan perlawanannya terhadap pemerintah melalui karya sastra. Oleh karena itu, sastrawan memiliki peran ganda untuk menggerakkan masyarakat di sekitarnya, layaknya pemerintah. (Elfira, 2012:4-5) Namun, ideide pengarang Rusia tidak dapat secara langsung diungkapkan karena Kekaisaran Rusia melarang membuat tulisan yang memungkinkan dapat menjatuhkan nama Kekaisaran 2. Peraturan itu dikontrol sedemikian rupa sehingga sebuah karya hanya akan diterbitkan jika memenuhi syarat (tidak menjatuhkan citra Kekaisaran Rusia) dan harus melalui badan sensor. (Reeve, 1959:375) Oleh karena itu, para pengarang memutar otak bagaimana cara mereka membuat sebuah karya yang indah namun tetap bisa menyampaikan ide-ide mereka. Para pengarang itu menyamarkan isu-isu, baik isu kecil maupun besar, yang ingin mereka angkat dengan memanfaatkan tokoh-tokoh serta jalan cerita yang menarik pembaca untuk memahami pesan tersembunyi dibalik cerita tersebut. Maka dapat dikatakan pula bahwa pada abad ke-19, Rusia tidak memiliki sastra fiksi yang sebenarnya karena tujuan dari pembuatan suatu karya sastra pada masa itu semata-mata untuk menghindari sensor dari pemerintah (Kekaisaran). (Elfira, 2012:42-43) 1 Merupakan sebuah organisasi rahasia Rusia beraliran sosialisme utopis yang terbentuk pada tahun Para anggotanya membahas masalah politik dan membaca literatur sosialis ilegal (Harkins, 1959:287). 2 Nicholas I (memimpin tahun ) mengizinkan publikasi karya sastra yang bermanfaat bagi negara, sedangkan Alexander II (memimpin ) mengizinkan publikasi selama karya tersebut tidak membahayakan negara (Elfira, 2012:42). 2

3 Sebuah karyanya yang menarik untuk dipahami lebih dalam adalah Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah (1864), yang bercerita tentang tulisan yang dibuat oleh seorang pria yang tinggal di bawah tanah. Dostoyevsky bercerita mengenai pria tersebut dengan segala pemikiran dua sisinya. Konflik pemikirannya itu mencerminkan manusia yang mempertanyakan ketidakbebasannya dan menjadikan dirinya untuk bertindak kasar atau destruktif. Selain itu, tokoh Aku juga merupakan tawanan intertekstualitas karena ia menjadi orang yang selalu terasing meskipun tidak dapat melarikan diri dari masyarakat sosial dan orang lain. (Jones, 1990:65) Selain latar belakang pengarang dan ideologi yang sedang berkembang pada masa yang sesuai dengan latar novel, hal penting lainnya adalah tokoh di dalamnya. Dengan adanya tokoh, kita dapat mengetahui jalan pikiran pengarang mengenai suatu masalah yang digambarkan pada percakapan dan pemikiran para tokoh. Tokoh sentral dalam novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah adalah seorang pria yang disebut sebagai tokoh Aku. Ia banyak menuangkan pikirannya dalam sebuah catatan mengenai apa yang terjadi pada dirinya dan juga pendapatnya mengenai berbagai hal. Salah satu pendapatnya membahas mengenai konsep sosialisme utopis. Dalam catatannya, tokoh Aku mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap hal tersebut. Ia beralasan bahwa bila sosialisme utopis benar terwujud, maka tidak akan ada hal lain yang tersisa untuk dikerjakan oleh manusia. Dengan hal-hal tersebut, terdapat suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji, yaitu mengenai pandangan terhadap ide sosialisme utopis yang terdapat pada novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah karya Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky. Hal ini bertujuan untuk menganalisis bahwa di dalam novel tersebut terdapat pembahasan mengenai konsep sosialisme utopis. Selain itu untuk membuktikan bahwa latar belakang sosial pengarang, ideologi, kepribadian, dan kehidupan pengarang juga mempengaruhi karya sastra. Tinjauan Teoretis Teori Penokohan 3

4 Teori yang akan digunakan dalam menganalisis konsep sosialisme utopis yang terdapat dalam novel ini adalah teori penokohan. Penokohan merupakan cara pengarang dalam menampilkan tokoh atau pelaku dalam sebuah karya sastra. (Aminuddin, 1987:79) Pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan perilaku, dan sikap tokoh. Pengarang menggunakan percakapan sebagai media untuk memberitahu kita bagaimana perwatakan, watak, dan karakter tokoh tersebut. Selain itu, monolog dan jalan pikiran tokoh juga menjadi hal yang dapat kita kaji untuk mendalami penokohan seorang tokoh. Teori Sosiologi Sastra Selain teori penokohan, teori lain yang digunakan adalah teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah sastra yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia, yaitu hubungan manusia dengan keluarga, masyarakat, politik, dan negara. (Swingewood & Laurenson, 1972:12-14) Secara spesifik, teori sosiologi sastra yang akan digunakan adalah teori mengenai kepengarangan. Dalam teori ini dikemukakan bahwa latar belakang sosial, status, dan ideologi pengarang dapat mempengaruhi isi dari sebuah karya sastra. Taine dan Plekhanov berpendapat bahwa sosiologi sastra diawali dengan milieu (lingkungan) dan bekerja ke arah luar dan berusaha menghubungkan faktor eksternal melalui refleksi dari bias dalam teks sebuah karya sastra. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan korelasi sosial sastra pada masa tertentu karya tersebut dibuat. (Swingewood & Laurenson, 1972:78) Hal yang paling jelas terlihat dalam penciptaan sebuah karya sastra adalah pengaruh sang pengarang dalam penulisan. Kepribadian dan kehidupan pengarang merupakan metode yang paling tua dan terbaik dalam mengkaji karya sastra. (Wellek & Warren, 1949:67) Selain itu menurut Avron Fleisman, karya sastra juga merupakan respon dari peristiwa yang terjadi di dunia nyata. Oleh karena itu, tidak jarang pula ditemukan konsep ideologi yang ada pada masanya dan dapat dikatakan pula sebagai sebuah ekspresi dari suatu ideologi. (Elfira, 2012:22) Vladimir Vladimirovich Nabokov ( ) 3 juga mengatakan bahwa demi menikmati suatu karya sastra seutuhnya, diperlukan pula pemahaman mengenai masyarakat yang melahirkan sang pengarang yang merupakan seseorang yang hidup pada suatu masa dalam suatu masyarakat tertentu. (Elfira, 2012:19) 3 Salah seorang sastrawan Rusia yang berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1940 dan resmi menjadi warga negara Amerika lima tahun kemudian. Ia adalah seorang sastrawan besar Rusiayang merupakan penentang Uni Soviet dan sastrawan paling berpengaruh dalam perkembangan sastra di Amerika pada tahun 1950-an. 4

5 Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah adalah metode deskriptif analisis. Metode ini bertujuan untuk memberikan deskripsi serta gambaran secara sistematis yang berkaitan dengan fakta dalam proses analisis. Penerapan metode ini adalah dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta dalam novel lalu dilanjutkan dengan menganalisis fakta-fakta tersebut. Selain memberikan uraian, metode ini juga dapat memberikan pemahaman serta penjelasan lebih mendalam mengenai isi novel. (Nazir, 1988:65) Selain menggunakan metode deskriptif analisis, penulis juga menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pada pendekatan intrinsik, yang akan dibahas yaitu penokohan dan perwatakan. Dalam proses analisis novel ini dibutuhkan pemikiran dari tokoh-tokoh yang tercermin dalam monolog maupun dialog. (Wellek & Warren, 1956:157) Hal yang berkaitan dengan pengarang akan masuk pada pendekatan ekstrinsik melalui sosiologi sastra ini. Pada pendekatan ekstrinsik akan dibahas mengenai latar belakang dan ideologi pengarang yang merupakan anggota dari suatu masyarakat dalam masa tertentu. Karya sastra juga merupakan respon dari peristiwa yang terjadi di dunia nyata dan tidak jarang pula ditemukan konsep ideologi dan dapat dikatakan pula sebagai sebuah ekspresi dari suatu ideologi. (Elfira, 2012:22) Hasil Penelitian Ada beberapa tokoh dalam sosialisme utopis yang disebut sebagai tiga serangkai yang merupakan perintis dari sosialisme utopis, yang kemudian menjadi Marxisme, antara lain Henri Saint-Simon, Charles Fourier, dan Robert Owen. (Beecher, 1986:411) Seorang tokoh yang memiliki banyak keterkaitan dengan Dostoyevsky dan banyak dibicarakan sebelumnya adalah Charles Fourier. Ia sangat berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Rusia dengan sosialisme utopis dengan dibantu oleh Lingkaran Petrashevsky. Fourier merupakan seorang utopis sejati pada abad ke-19. (Beecher, 1986:1) Tak lama setelah kematian Fourier, selama dekade 1840-an, Fourierisme muncul sebagai salah satu sekte sosialis awal yang paling signifikan di Prancis. (Beecher, 1986:2) Ide-ide yang disumbangkan oleh Charles Fourier mencakup berbagai hal, salah satunya tentang komunitas ideal. 5

6 Fourier melakukan sebuah percobaan untuk membuktikan ide-idenya dapat diterapkan dalam kehidupan bernegara. (Beecher, 1986: ) Ia menciptakan sebuah tempat bernama Phalanstery. Menurut Friedrich Engels 4, karakteristik utama dari ide para sosialis utopis adalah perencanaan mereka yang fantastis terhadap masyarakat masa depan. Para sosialis utopis akan menjabarkan secara sangat detil terhadap pemikirannya akan masyarakat ideal. Charles Fourier salah satu yang termasuk sebagai utopis sejati karena ia telah menggambarkan, bahkan mewujudkan gambarannya tersebut ke dalam Phalanstery. Ia memikirkan hal-hal yang kecil sekalipun seperti spesifikasi bangunan, desain perabot di klinik, skema warna seragam kerja, bahkan panduan untuk menggiring ternak ke kandang. Seluruh hal dalam Phalanstery harus sesuai dengan perencanaan dan jika percobaan pertama berhasil, maka semua institusi Phalanstery akan bisa beradaptasi secara sempurna terhadap pendiktean keinginan. Berikut adalah contoh peraturan yang disusun dalam Phalanstery: (Beecher, 1986: ) 1. Each worker must be an associate who is compensated by dividend and not by wages. 2. Each person man, woman, or child must be paid in proportion to his contribution in capital, work, and talent. 3. Work sessions must be varied about eight times a day because a man cannot remain enthusiastic about his job for more than an hour and a half or two when he is performing an agricultural or manufacturing task. 4. These tasks must be performed by groups of friends who have gathered together spontaneously and who are stimulated and intrigued by very active rivalries. 5. Workshops, field, and gardens must offer the worker the enticements of elegance and cleanliness. 6. The division of labor must be carried to the supreme degree in order to allot suitable tasks to people of each sex and of every age. 7. The distribution of tasks must assure each man, woman, or child the right to work or the right to take part at any time in any kind of work for which he or she is qualified. X. Finally, in this new order the common people must enjoy a guarantee of well-being, a minimum income sufficient for present and future needs. This guarantee must free them from all anxiety either for their own welfare or for that of their dependents. Menurut kutipan di atas, dalam komunitas ini semua orang, yaitu laki-laki, perempuan, dan bahkan anak-anak, boleh dan berhak untuk bekerja jika mereka memenuhi syarat dan memiliki keterampilan dalam suatu bidang pekerjaan tersebut. Mereka juga berhak untuk mendapat upah dari kontribusi mereka itu. Intinya, semua orang yang ada di dalam komunitas ideal tersebut memiliki hak untuk bekerja, berapapun usia mereka, dan apapun jenis kelamin 4 Bapak dari teori Marxisme bersama dengan Karl Marx yang berasal dari Jerman. 6

7 mereka, yang penting adalah mereka memiliki kemampuan, keinginan, dan keterampilan. Dengan adanya upah minimum, orang yang berkontribusi sedikit, pun, akan bisa menikmati hidup yang nyaman dan tidak kekurangan. Pada tahun 1819, Fourier memikirkan untuk melaksanakan percobaan skala kecil, sekitar 80 keluarga atau 400 orang. Tetapi, idealnya, untuk melakukan percobaan dalam skala penuh, dibutuhkan setidaknya dan maksimal partisipan. Fourier menginginkan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang ia bayangkan, jadi ia terus menerus membacakan sejumlah hal kecil yang tidak terlalu berhubungan dengan persiapan percobaan Phalanstery. Mimpinya akan masyarakat yang ideal sangat besar, ia selalu membayangkan bahwa Phalanstery akan terus ada dan semakin berkembang dari generasi ke generasi. Seorang utopis sejati akan selalu bisa melihat masa depan dengan mata di pikirannya. Berikut adalah salah satu contoh deskripsi detil Fourier tentang kehidupan di dalam Phalanstery: (Beecher, 1986:242) At sunrise on a spring morning [he would begin] one can see thirty groups with their distinctive banners and emblems passing out through the gates of the palace. These various squadrons take their places in the fields and gardens. If we could see...all of these groups in activity, well sheltered from the suns by colored tents, working in dispersed masses, moving about with their banners and tools, singing hymns in chorus as they march along, [if we could see] the countryside dotted with small castles and belvederes with colonnades and spires instead od (sic) thatched huts, we would suppose that the landscape was enchanted. Dalam kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa Fourier mengelompokkan orang-orang menjadi 30 kelompok yang berbeda, dilengkapi dengan panji-panji kelompoknya lalu mereka semua bekerja di kebun. Selain itu, Fourier juga dengan detilnya menjelaskan bahwa tenda yang dipakai memiliki warna tertentu sesuai bayangannya, juga menyanyikan berbagai himne secara bersama-sama. Lalu ia juga membayangkan di dalam wilayah tersebut terdiri dari banyak kastil kecil yang dihiasi tiang-tiang dan menara-menara, dan bukan pondok jerami. Ini menggambarkan bahwa adanya kesetaraan di antara semua penduduk Phalanstery sehingga tidak ada seorangpun yang tinggal di pondok jerami yang identik dengan kaum yang tidak mampu. Semua penduduk dijamin kesejahteraannya dengan diberi tempat tinggal yang sama. Fourier juga membuat tiga kelas sosial, yaitu kaya, menengah, dan miskin. Tentu saja, orangorang yang berada di kelas miskin jauh berada di atas kelas rendah dalam masyarakat beradab. Dalam percobaannya itu pula, Fourier menerapkan kepemilikan pribadi dan warisan. Ia juga 7

8 membuat orang-orang dapat meraih keuntungan yang wajar dari saham yang mereka investasikan. Selain itu, kontribusi dari setiap anggota Phalanstery akan diperhitungkan pada setiap akhir tahun dan mereka berhak mendapatkan upah sesuai dengan yang mereka kerjakan. Jadi, semakin keras kita bekerja, maka semakin banyak pula upah yang kita hasilkan. Syarat lain yang harus dipenuhi oleh pada anggota Phalanstery adalah mereka harus sopan dan memiliki sikap yang baik dan berasal dari kelas bawah. Tujuannya adalah agar tidak terjadi perselisihan antara kaya dan miskin karena dalam Phalanstery semua orang akan disamaratakan. Fourier berpendapat bahwa jika si kaya dan si miskin hidup berdampingan dalam jangka waktu yang lama, maka anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang sama, dan harus dilatih untuk bersikap baik. Anak-anak dalam Phalanstery mendapat pendidikan kolektif yang memungkinkan anak-anak dari kalangan bawah bersikap dan memiliki pengetahuan yang sama dengan anak-anak dari kalangan atas. Diharapkan dengan metode ini, akan tercipta generasi-generasi penerus yang memiliki kualitas baik, dan akan terbentuk dunia yang lebih baik, seperti yang diharapkan selama ini. Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, para penduduk akan diberi upah sesuai dengan kontribusi mereka. Ini juga berpengaruh terhadap pendidikan anak-anak mereka. Bila kontribusi yang dihasilkan oleh orangtua sang anak dianggap besar, maka anaknya dapat memperoleh pendidikan dari para akademisi. Jika orangtua sang anak tidak berkontribusi banyak terhadap Phalanstery, maka anaknya juga mendapat pendidikan dari kepala sekolah, yang pendidikannya lebih rendah dibanding para akademisi. Ini menunjukkan bahwa walaupun kesetaraan dijunjung tinggi, tapi tetap saja ada perbedaan sebagai hasil dari kontribusi yang dilakukan selama hidup dalam Phalanstery. (Beecher, 1986:249) Common norms of civility, speech, and behavior can only be established by means of a collective education, which will give the poor child the same good manners as the rich. The education that children receive in our society varies according to their wealth: the rich are taught by academicians, children of the middle class have their pedagogues, and the poor are left to the village schoolmaster. If Harmony followed the same practice, it would attain the same results. Social classes would be mutually incompatible and each would have its own particular style: the poor would be coarse, the bourgeoisie would be petty, and only the rich would be refined. The result would be a state of general discord, which must be avoided in Harmony. It will be avoided thanks to a system of education that is THE SAME for a whole Phalanstery and for the whole globe. This new system of education will make good breeding universal 8

9 Para penduduk Phalanstery memiliki jadwal yang sangat ketat. Mereka tidak akan melakukan suatu pekerjaan lebih dari dua jam, dan harus berpindah ke jadwal selanjutnya secepat mungkin, lalu begitu seterusnya setiap hari. Mereka hanya memiliki waktu tidur sekitar lima jam per hari, dan menurut Fourier, waktu tidur tambahan tidak diperlukan. Jika mereka tidur sedikit, mereka bisa makan lebih banyak, dan mereka bisa menikmati banyak hiburan, serta dalam bekerja. Maksud dari kalimat tersebut adalah, jika seseorang tidur lebih sedikit dari yang lain, maka waktu kerja dan kontribusi mereka akan lebih banyak. Jika kontribusi seseorang itu banyak, maka upah yang ia dapatkan pun juga akan sebanding dengan yang ia kerjakan. Maka, orang tersebut akan mendapat hiburan yang ia inginkan karena ia banyak bekerja dan akan tidur lebih sedikit. Berikut ini adalah contoh jadwal yang dibuat oleh Fourier. Ia menunjukkan bahwa ada perbedaan diantara jadwal Lucas dan Mondor. Jadwal yang dimiliki Lucas adalah perkiraan saat Phalanstery baru dibuka, sementara jadwal Mondor menunjukkan saat Phalanstery sudah membentuk keharmonian sepenuhnya. Dapat kita lihat bahwa Fourier merencanakan secara detil waktu yang akan digunakan. Kita juga dapat melihat bahwa semakin keharmonisan itu terbentuk, maka waktu yang digunakan untuk tidur semakin sedikit. Ia beralasan bahwa dengan adanya keharmonisan sepenuhnya, kebersihan lingkungan, pola makan yang telah dikembangkan, akan mengurangi tingkat keletihan setelah seharian bekerja dengan jadwal yang lebih padat dari awal penbentukan komunitas ini. (Beecher, 1986: ) LUCAS S DAY IN JUNE Time 3:30 Rising, preparations 4:00 Session with a group assigned to the stables 5:00 Session with a group of gardeners 7:00 Breakfast 7:30 Session with the reapers group 9:30 Session with the vegetable growers group, under a tent 11:00 Session with the barnyard series 1:00 DINNER 2:00 Session with the forestry series 4:00 Session with a manufacturing group 6:00 Session with the irrigation series 8:00 Session at the Exchange 8:30 Supper 9:00 Entertainment 10:00 Bed 9

10 MONDOR S DAY IN THE SUMMER Time Sleep from 10:30 at night to 3:00 in the morning 3:30 Rising, preparations 4:00 Morning court, review of the night s adventures 4:30 Breakfast, followed by industrial parade 5:30 Session with the group of hunters 7:00 Session with the group of fishermen 8:00 Lunch, newspapers 9:00 Session with a group of horticulturalists, under a tent 10:00 Mass 10:30 Session with the group of pheasant breeders 11:30 Session at the library 1:00 DINNER 2:30 Session with the greenhouse group 4:00 Session with the group of exotic plant growers 5:00 Session with the fish-tank group 6:00 Snack, un the fields 6:30 Session with the sheep-raising group 8:00 Session at the Exchange 9:00 Supper, fifth meal 9:30 Art exhibition, concert, dance, theater, receptions 10:30 Bed Detil yang digambarkan oleh Charles Fourier sangat luar biasa, ia seperti seorang pembuat miniatur handal. Ia sangat perhatian kepada detil yang signifikan dan ia berpikir bahwa tidak ada seorang novelis yang dapat mengalahkan dirinya dalam berimajinasi. Ia mampu membuat sebuah model masyarakat ideal yang diwujudkannya dalam Phalanstery dan tidak akan pernah berhenti sampai imajinasinya terwujud. Idenya ini menyebar ke banyak tempat, salah satunya di Rusia. Di sana terdapat beberapa lingkaran yang merupakan penggemar dari pemikiran Charles Fourier dan memiliki mimpi yang sama tentang masyarakat yang ideal. Lingkaran tersebut bernama Lingkaran Petrashevsky, dan mereka juga mencoba membuat sebuah Phalanstery yang mirip dengan buatan Fourier, serta membicarakan segala sesuatunya dengan detil. Pembahasan Pandangan Negatif terhadap Sosialisme Utopis 10

11 Tokoh Aku menganggap peraturan yang dibuat oleh para pemikir itu seperti rumus matematika. Dalam novel ini, tokoh Aku menunjukkan bahwa para pemikir, yaitu para sosialis utopis, menganggap diri mereka telah berhasil memetakan keinginan manusia dengan membentuk rumusan layaknya ilmu eksak, seperti matematika, yang menurut tokoh Aku hanyalah meliputi kesejahteraan, kekayaan, kebebasan, dan kedamaian. Ini juga menjadi sebagai sebuah penjara bagi manusia. Ведь в самом деле, ну, если вправду найдут когда-нибудь формулу всех наших хотений и капризов, то есть от чего они зависят, по каким именно законам происходят, как именно распространяются, куда стремятся в таком-то и в таком-то случае и проч., и проч., то есть настоящую математическую формулу, так ведь тогда человек тотчас же, пожалуй, и перестанет хотеть, да еще, пожалуй, и наверно перестанет. (Fyodor Dostoyevsky, 2011:30) /Ved v samom dele, nu, esli vpravdu najdut kogda-nibud formulu vsex našix xotenij i kaprizov, to est ot čego oni zavisjat, po kakim imenno zakonam proisxodjat, kak imenno rasprostranjajutsja, kuda stremjatsja v takom-to i v takom-to slučae i proč., i proč., to est nastojaščuju matematičeskuju formulu, tak ved togda čelovek totčas že, požaluj, i perestanet xotet, da ešče, požaluj, i naverno perestanet./ Sekiranya pada suatu waktu, jika Anda benar-benar menemukan formula bagi semua hasrat dan keinginan kita, yang berarti dari apa hal tersebut bergantung, bagaimana hukum dijalankan, bagaimana aspirasi manusia, dan kasus seperti ini, seperti itu dan sebagainya, dan sebagainya, yang diwujudkan dalam rumus matematika lalu dengan demikian manusia segera, mungkin, tidak lagi merasakan keinginan, dan mungkin, benar-benar berhenti merasakannya. Tokoh Aku menganggap bahwa manusia tidak dapat disamakan dengan rumus matematika, yang, contohnya, dua dikali dua hasilnya akan selalu empat. Para pemikir ini berpendapat bahwa jika manusia melakukan tindakan A, maka yang dihasilkan akan selalu B. Pada kutipan di atas, semua hal yang berhubungan dengan kehidupan kita diatur dengan sangat detil dan itu menyebabkan kita tidak akan lagi memiliki keinginan dan pada akhirnya tidak akan ada dalam diri manusia yang disebut sebagai keinginan. Tanpa keinginan, manusia tidak ada bedanya dengan robot yang diprogram dan hanya bisa melakukan hal-hal sesuai dengan program yang dibuat oleh pemrogram robot tersebut. Robot akan menuruti semua perintah yang diinput ke dalam programnya dan tidak pernah memiliki inisiatif dan keinginan sendiri karena robot adalah suatu mesin yang diciptakan manusia untuk mewujudkan pengharapan manusia akan sebuah imajinasi tentang gambaran ideal manusia. Robot-robot yang diciptakan oleh manusia merupakan cerminan keinginan manusia karena pada umumnya manusia biasa tidak dapat melakukan apa yang robot tersebut lakukan. Rumus matematika merupakan program, dan manusia adalah robot yang diharuskan mengikuti segala rumus yang telah 11

12 ditentukan dan keluaran dari sebuah program itu akan selalu sama dalam setiap manusia karena matematika merupakan ilmu pasti. Mereka menganggap bahwa dengan adanya peraturan yang sedemikian detilnya, manusia akan menyadari kepentingan-kepentingan yang sewajarnya dan mengubah perlaku diri menjadi baik dan mulia. Selain itu, keinginan manusia secara natural akan berubah seiring dengan pengetahuan mengenai kepentingan-kepentingan wajar yang semakin bertambah pula. Dengan terwujudnya hal itu, tokoh Aku berpikir apakah masih perlu untuk bersikap baik setelah tercapainya tujuan itu. Jika hanya ada hal baik di dunia ini, maka tidak akan ada tolok ukur untuk mengetahui apakah kebaikan yang dilakukan itu benar-benar sebuah kebaikan, bukan keburukan, karena tidak ada keburukan yang terjadi maka akan sulit untuk menentukannya. Maka, keburukan sebenarnya diperlukan agar kita mengetahui seberapa baik atau buruk hal yang telah kita perbuat. Intinya, jika tidak ada lagi keburukan, maka hal yang dinamakan kebaikan pun akan musnah pula. Hal ini seperti yang terdapat dalam kutipan novel di bawah ini: Но все это золотые мечты. О, скажите, кто это первый объявил, кто первый провозгласил, что человек потому только делает пакости, что не знает настоящих своих интересов; а что если б его просветить, открыть ему глаза на его настоящие, нормальные интересы, то человек тотчас же перестал бы делать пакости, тотчас же стал бы добрым и благородным, потому что, будучи просвещенным и понимая настоящие свои выгоды, именно увидел бы в добре собственную свою выгоду, а известно, что ни один человек не может действовать зазнамо против собственных своих выгод, следственно, так сказать, по необходимости стал бы делать добро? (Fyodor Dostoyevsky, 2011:24) /No vse éto zolotye mečty. O, skažite, kto éto pervyj ob javil, kto pervyj provozglasil, čto čelovek potomu tol ko delaet pakosti, čto ne znaet nastojaščix svoix interesov; a čto esli b ego prosvetit, otkryt emu glaza na ego nastojaščie, normal nye interesy, to čelovek totčas že perestal by delat pakosti, totčas že stal by dobrym i blagorodnym, potomu čto, buduči prosveščennym i ponimaja nastojaščie svoi vygody, imenno uvidel by v dobre sobstvennuju svoju vygodu, a izvestno, čto ni odin čelovek ne možet dejstvovat zaznamo protiv sobstvennyx svoix vygod, sledstvenno, tak skazat, po neobxodimosti stal by delat dobro?/ Semua ini adalah impian emas. Oh, katakan padaku, siapa yang pertama kali mengumumkan, siapa yang pertama kali menyatakan bahwa manusia hanya melakukan hal-hal buruk karena ia tidak tahu kepentingan mereka yang sebenarnya; dan bahwa jika ia sudah tercerahkan, jika matanya sudah dibukakan untuk kepentingan-kepentingan yang wajar, maka manusia akan segera berhenti berbuat kejahatan, segera menjadi manusia yang berlaku baik dan mulia, karena setelah diberi pencerahan dan 12

13 memahami keuntungannya yang nyata, ia akan melihat kepentingannya dalam hal yang baik, dan tidak ada seorangpun yang dapat dengan sengaja bertindak melawan kepentingan mereka sendiri, akibatnya, boleh dikatakan, perlukah untuk melakukan kebaikan? Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia memang menjadikan sebuah keinginan sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi demi kepuasan batinnya. Keinginan tersebut menjadi sebuah hal vital yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Tokoh Aku menganggap bahwa bila manusia tidak memiliki atau haknya untuk berkeinginan dicabut, maka ia bukanlah manusia. Seperti yang telah diungkapkan bahwa manusia harus memberi kebebasan pada dirinya yang berarti manusia harus bebas berkeinginan agar hidup yang dijalani tidak dirasakan sebagai beban. Dalam Phalanstery, hak manusia untuk berkeinginan dikekang karena mereka hanya diperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang telah diatur demi tercapainya cita-cita para sosialis utopis yang menginginkan kehidupan manusia yang jauh lebih baik. Вы кричите мне (если только еще удостоите меня вашим криком), что ведь тут никто с меня воли не снимает; что тут только и хлопочут как-нибудь так устроить, чтоб воля моя сама, своей собственной волей, совпадала с моими нормальными интересами, с законами природы и с арифметикой. Эх, господа, какая уж тут своя воля будет, когда дело доходит до таблички и до арифметики, когда будет одно только дважды два четыре в ходу? Дважды два и без моей воли четыре будет. Такая ли своя воля бывает! (Fyodor Dostoyevsky, 2011:34) /Vy kričite mne (esli tol ko ešče udostoite menja vašim krikom), čto ved tut nikto s menja voli ne snimaet; čto tut tol ko i xlopočut kak-nibud tak ustroit, čtob volja moja sama, svoej sobstvennoj volej, sovpadala s moimi normal nymi interesami, s zakonami prirody i s arifmetikoj. Éx, gospoda, kakaja už tut svoja volja budet, kogda delo doxodit do tablički i do arifmetiki, kogda budet odno tol ko dvaždy dva četyre v xodu? Dvaždy dva i bez moej voli četyre budet. Takaja li svoja volja byvaet!/ Anda berteriak kepadaku (hanya jika Anda bersedia berteriak), bahwa tidak ada seorangpun yang mengganggu keinginan bebasku; bahwa yang diinginkan hanya agar keinginanku dengan sendirinya, atas kehendaknya sendiri, menyesuaikan diri dengan kepentingan wajarku, dengan hukum-hukum alam dan ilmu hitung. Ah, Tuan-tuan, keinginan bebas yang seperti apa lagi yang ada jika sudah berdasar pada tabel-tabel dan ilmu hitung, disaat hal itu menjadi satu dengan dua dikali dua sama dengan empat? Dua dikali dua menjadi empat tanpa keinginanku. Seolah-olah itu adalah keinginan bebas! Lebih jauh lagi, tokoh Aku berujar kepada para pemikir mengenai perubahan yang ingin dilakukan mereka terhadap masyarakat. Ia bertanya mengapa para pemikir itu dapat 13

14 mengetahui apa yang diinginkan oleh setiap manusia dan akibat pasti dari setiap tindakan manusia. Selain itu, ia juga bertanya apakah memang perubahan inilah yang diinginkan oleh seluruh umat manusia di dunia demi mencapai kebahagiaan mutlak. Menurut tokoh Aku, perubahan itu hanya diinginkan oleh para pemikir dan tidak mewakili keinginan seluruh manusia yang hidup di dunia. Pasti ada orang-orang yang juga tidak setuju dengan pemikiran tersebut, sama halnya dengan tokoh Aku yang mengungkapkan ketidaksetujuannya. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan berikut: Вот вы, например, человека от старых привычек хотите отучить и волю его исправить, сообразно с требованиями науки и здравого смысла. Но почему вы знаете, что человека не только можно, но и нужно так переделывать? из чего вы заключаете, что хотенью человеческому так необходимо надо исправиться? Одним словом, почему вы знаете, что такое исправление действительно принесет человеку выгоду? И, если уж все говорить, почему вы так наверно убеждены, что не идти против настоящих, нормальных выгод, гарантированных доводами разума и арифметикой, действительно для человека всегда выгодно и есть закон для всего человечества? Ведь это покамест еще только одно ваше предположение. Положим, что это закон логики, но, может быть, вовсе не человечества. (Fyodor Dostoyevsky, 2011:35) /Vot vy, naprimer, čeloveka ot staryx privyček xotite otučit i volju ego ispravit, soobrazno s trebovanijami nauki i zdravogo smysla. No počemu vy znaete, čto čeloveka ne tol ko možno, no i nužno tak peredelyvat? iz čego vy zaključaete, čto xoten ju čelovečeskomu tak neobxodimo nado ispravit sja? Odnim slovom, počemu vy znaete, čto takoe ispravlenie dejstvitel no prineset čeloveku vygodu? I, esli už vse govorit, počemu vy tak naverno ubeždeny, čto ne idti protiv nastoyaščix, normal nyx vygod, garantirovannyx dovodami razuma i arifmetikoj, dejstvitel no dlja čeloveka vsegda vygodno i est zakon dlja vsego čelovečestva? Ved éto pokamest ešče tol ko odno vaše predpoloženie. Položim, čto éto zakon logiki, no, možet byt, vovse ne čelovečestva./ Anda, misalnya, ingin membebaskan manusia dari kebiasaan lamanya dan mengubah keinginan mereka sesuai dengan ilmu pengetahuan dan akal sehat. Tapi bagaimana Anda tahu bahwa hal itu tidak hanya mungkin, tapi memang diperlukan? Dari mana Anda menyimpulkan, bahwa kecenderungan manusia perlu diubah? Singkatnya, bagaimana Anda tahu bahwa perbaikan tersebut benar-benar akan menguntungkan bagi manusia? Dan, mengapa Anda percaya bahwa dengan tidak melawan kepentingan-kepentingan yang sesungguhnya yang berdasarkan argumen akal dan aritmatika benarbenar bermanfaat dan harus selalu menjadi hukum bagi manusia? Sejauh ini, semua itu hanya sekedar asumsi Anda. Kami berasumsi bahwa itu adalah hukum logika, namun, mungkin tidak bagi kemanusiaan. Tetapi, yang dibutuhkan manusia tidak hanya akal saja. Seperti kutipan di atas, akal hanya dapat memenuhi kebutuhan sifat rasional manusia. Hal lain yang dibutuhkan oleh manusia adalah keinginan karena hal itu merupakan perwujudan dari seluruh kehidupan manusia. Jadi, 14

15 jika manusia tidak memiliki keinginan, maka kehidupan manusia tidak akan terasa seperti kehidupan. Dengan tidak adanya keinginan, maka manusia seperti menjadi tersesat dalam dunia tempat ia dilahirkan, ia tidak memiliki tujuan dan pengharapan, maka pembatasan keinginan manusia dikatakan merupakan awal dari kematian. Manusia yang hidup dengan peraturan di komunitas ideal lama kelamaan tidak akan punya perasaan lagi setelah sebelumnya berhenti berkeinginan. Manusia tidak berarti jika tidak memiliki keinginan, kemauan bebas, dan pilihan. Alih-alih manusia, mereka hanya akan seperti boneka marionet yang dikendalikan oleh para sosialis utopis sesuai impian mereka yang pada akhirnya manusia boneka itu tidak akan bisa merasa hidup lagi jika tidak dikendalikan, pada kenyataannya, mereka hidup tapi seperti mati. Selain itu, dalam kutipan di bawah ini, tokoh Aku mengritik pekerjaan pada cendekiawan di masanya yang membentuk lingkaran-lingkaran diskusi yang tidak terhitung jumlahnya. Dalam lingkaran tersebut, para cendekiawan yang bergabung banyak mendiskusikan mengenai ide-ide yang berasal dari luar Rusia. Kebanyakan dari lingkaran tersebut juga merupakan lingkaran ilegal yang dilarang oleh pemerintah. Tujuan sebenarnya dari pada intelligentsia di Rusia adalah untuk mengedukasi masyarakat. Namun, yang dikatakan oleh tokoh Aku di sini adalah para orang-orang muda terpelajar itu hanya memutar ilmunya di sekitar lingkaran tersebut. Ide-ide cemerlang yang selama ini didiskusikan demi kemajuan negara dan masyarakat tidak mewujudkan implementasi yang nyata yang dapat diterapkan dalam masyarakat. Maka, ia menyebut bahwa para cendekiawan itu berbicara panjang lebar dan tidak mendapat hasil yang berarti, seperti menuang air ke saringan, tidak ada yang tersaring dan kembali lagi seperti sedia kala. Pandangan Positif terhadap Sosialisme Utopis Dalam novel ini juga terdapat pandangan yang positif, yang berarti setuju dengan pendapat yang dilontarkan para sosialis utopis, seperti pada kutipan di bawah ini: Ну, попробуйте, ну, дайте нам, например, побольше самостоятельности, развяжите любому из нас руки, расширьте круг деятельности, ослабьте опеку, и мы да уверяю же вас: мы тотчас же попросимся опять обратно в опеку. Знаю, что вы, может быть, на меня за это рассердитесь, закричите, ногами затопаете... (Fyodor Dostoyevsky, 2011:124) /Nu, poprobujte, nu, dajte nam, naprimer, pobol še samostojatel nosti, razvjažite ljubomu iz nas ruki, rasšir te krug dejatel nosti, oslab te opeku, i my da uverjaju že vas: my totčas že poprosimsja opjat obratno v opeku. Znaju, čto vy, možet byt, na menja za éto rasserdites, zakričite, nogami zatopaete.../ 15

16 Nah, cobalah untuk, ya, marilah kita, contohnya, memberi kebebasan lebih, bebaskan tangan kita, memperluas ruang gerak kita, melebarkan sayap, lalu kita... ya, kuyakinkan Anda: kita akan segera memohon agar dikendalikan kembali. Aku tahu, Anda akan marah sekali karena ucapanku, berteriakteriak, dan menghentak-hentakkan kaki... Pada kutipan di atas, dapat kita lihat bahwa tokoh Aku mengatakan bahwa manusia akan memohon untuk dikendalikan kembali jika diberi kebebasan yang lebih. Maksud dari hal ini adalah tokoh Aku berpendapat bahwa manusia memang ingin hidup dengan bebas sesuai kehendaknya masing-masing, tetapi di sisi lain, manusia juga ingin agar ada peraturanperaturan yang mengekang keinginan mereka. Hal ini kita ketahui sebagai sesuatu yang secara tidak langsung bernada kesetujuan akan pengaturan kehidupan manusia seperti yang ingin diwujudkan oleh para pemikir. Tujuan dari adanya peraturan ini adalah agar manusia tidak melakukan hal-hal yang akhirnya dapat merusak dunia itu sendiri akibat perbuatan mereka. Oleh karena itu, tokoh sentral dalam novel ini mengatakan bahwa manusia akan merasa bahwa mereka sebenarnya juga membutuhkan peraturan-peraturan seperti yang dikatakan oleh para sosialis utopis. Dengan ini, tokoh Aku mengungkapkan kesetujuannya, namun tetap pada pendiriannya, peraturan yang mengekang keinginan manusia tidak boleh sepenuhnya merepresi keinginan-keinginan bebas manusia dan hanya membatasi secara wajar. Kesimpulan Dilihat dari isi novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah, penulis menyimpulkan bahwa hal yang utama dibahas yaitu tentang kritik terhadap komunitas ideal. Komunitas tersebut dipercaya oleh para sosialis utopis dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan dalam kehidupan manusia. Dostoyevsky melalui tokoh Aku ciptaannya, mengungkapkan bahwa ia tidak setuju dengan adanya komunitas ideal tersebut. Ini juga menjadi bukti bahwa keterkaitan Dostoyevsky dengan Lingkaran Petrashevsky tidak juga menjadikan ia sebagai seorang sosialis utopis. Sejak dulu, Dostoyevsky merasa bahwa impian-impian yang diutarakan dalam lingkaran itu sebagai suatu hal yang naif dan mustahil. Selain itu, hukuman yang dijatuhkan terhadap dirinya bersama anggota-anggota Lingkaran Petrashevsky itu menjadi pengalaman traumatis bagi dirinya yang mengakibatkan dirinya semakin menjauh dari sosialisme utopis. Pandangan negatif Dostoyevsky yang dilontarkan dalam novel ini adalah mengenai kebebasan manusia. Dalam pelaksanaan perwujudan komunitas ideal, diharuskan bagi semua orang untuk menaati segala peraturan yang ada tanpa terkecuali. Semua hal dari yang besar, seperti 16

17 pengaturan ekonomi, sampai hal kecil, seperti warna baju dan jam kerja, semua telah ditentukan oleh pendiri komunitas ideal. Mereka percaya bahwa dengan memberitahu apa yang menjadi kepentingan-kepentingan manusia sewajarnya, sebagai contoh, penting bagi sesama manusia untuk saling membantu dalam segala hal bagi kemajuan komunitas sehingga dapat dicapai sebuah kebahagiaan karena komunitas tersebut menjadi sama rata, manusia tersebut akan langsung mengubah dirinya menjadi pribadi yang baik dan mulia. Dostoyevsky berpendapat bahwa manusia tidak akan berubah semudah itu, karena manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia penuh dengan kreativitas dalam hidupnya yang menurutnya membuat manusia berkembang dan hidupnya lebih beragam. Dengan itu, manusia dapat memperoleh banyak pengalaman yang akan berguna bagi hidupnya juga. Para sosialis utopis ini mencoba menyamakan sifat manusia yang sangat beragam dengan menggunakan peraturan berdasarkan ilmu matematika sebagai alatnya. Bila dikekang seperti itu, lama kelamaan manusia tidak akan lagi merasakan keinginan dan akhirnya tidak memiliki rasa apapun. Selain itu, hal yang menjadikan manusia sebagai manusia sendiri adalah karena ia memiliki keinginan, kemauan bebas, dan pilihan. Bila tidak memiliki hal-hal tersebut, maka manusia tidak ubahnya hanya sebuah sumbat organ. Pentingnya sebuah keinginan bagi manusia adalah karena keinginan merupakan perwujudan dari segala pengharapan manusia dalam hidupnya. Jika manusia tidak lagi memiliki keinginan maka harapan dalam hidupnya juga tidak akan ada. Dengan begitu, pembatasan keinginan manusia sama saja dengan membunuh manusia dari dalam dirinya sendiri. Pandangan yang lain merupakan sebuah persetujuan atas peraturan-peraturan yang dibuat sedemikian rupa oleh para sosialis utopis. Tokoh Aku berpendapat bahwa manusia lamakelamaan akan menyadari bahwa mereka juga menginginkan dirinya untuk dikendalikan oleh pihak lain selain dirinya sendiri. Ini berarti tokoh Aku sebenarnya setuju dengan adanya peraturan-peraturan yang mengekang keinginan-keinginan manusia dan hal tersebut bertentangan dengan semua hal tentang kebebasan yang ia selalu sebutkan hampir di setiap paragraf dalam novel. Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pandangan terhadap ide sosialisme utopis yang ada di novel Записки из подполья/zapiski iz podpol ja/catatan dari Bawah Tanah secara garis besar adalah pandangan yang negatif. Artinya, ditemukan pertentangan antara konsep yang diusung sosialis utopis dengan pendapat yang tertulis pada novel ini. 17

18 Walaupun terdapat hal yang disetujui, tetapi dibalik kesetujuan itu tetap mengandung sebuah pertentangan. Hasilnya, novel tersebut memang terdapat pemikiran-pemikiran yang membahas sosialisme utopis namun lebih dominan dalam menentang ide-ide tersebut. Daftar Referensi Books: Aminuddin. (1987). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Beecher, J. (1986). Charles Fourier: The Visionary and His World. California: University of California Press. Dostoyevsky, F. M. (2011). Zapiski iz podpol'ja. London: Sovereign. Harkins, W. E. (1959). Dictionary of Russian Literature. New Jersey: Littlefield, Adams & Co. Jones, M. V. (1990). Dostoyevsky after Bakhtin: Readings in Dostoyevsky's Fantastic Realism. Cambridge: Cambridge University Press. Mina Elfira, (2012). Sastra & Masyarakat Rusia. Jakarta: Padasan. Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Jaya. Swingewood, A., & Laurenson, D. (1972). The Sociology of Literature. London: Mac Gibbon and Kee. Wellek, R., & Warren, A. (1949). Theory of Literature. New York: Harcourt, Brace and Company, Inc. Journal Article: Mina Elfira, (1999). Pemikiran Anti-rasional dan Anti Kemapanan dalam Karya-karya F.M. Dostoyevski. Jurnal Filsafat, Online Journal: Reeve, H. S. (1959). Utopian Socialism in Russian Literature: 1840's-1860's. American Slavic and East European Review, Accessed on January 28, 2014 from jstor.org/stable/

PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL. Oleh : ENDA SUOTH

PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL. Oleh : ENDA SUOTH PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL Oleh : ENDA SUOTH 090912014 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1 ABSTRACT Jonas Brothers song lyrics which are about

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan seni cipta antara perpaduan imajinasi pengarang dan pengalaman kehidupan yang ada disekitarnya, mungkin pernah ia alami sendiri. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek and Warren (1963:22) mengatakan bahwa literature seems best

BAB I PENDAHULUAN. Wellek and Warren (1963:22) mengatakan bahwa literature seems best BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dalam kehidupan ada banyak realitas yang dialami oleh setiap manusia yang dapat mempengaruhi sifat dan sikap manusia itu sendiri. Setiap peristiwaperistiwa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI SILA KEEMPAT PANCASILA MENGENAI KEBEBASAN BERPENDAPAT PADA KEGIATAN KARANG TARUNA

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI SILA KEEMPAT PANCASILA MENGENAI KEBEBASAN BERPENDAPAT PADA KEGIATAN KARANG TARUNA IMPLEMENTASI NILAI-NILAI SILA KEEMPAT PANCASILA MENGENAI KEBEBASAN BERPENDAPAT PADA KEGIATAN KARANG TARUNA (Studi Kasus di Desa Jumapolo Kecamatan Jumapolo tahun 2016) Artikel Publikasi Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

From Everything to Nothing (Filipi 2:5-11) Casthelia Kartika

From Everything to Nothing (Filipi 2:5-11) Casthelia Kartika Naskah Khotbah From Everything to Nothing (Filipi 2:5-11) Casthelia Kartika Pendahuluan Dalam hidup ini kebanyakan orang akan hidup dengan prinsip ekonomi yang secara umum telah diterima sebagai teori:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH ALEKSEJ IVANOVIČ DALAM NOVEL ИГРОК / IGROK/ PENJUDI KARYA FЁDOR MIXAJLOVIČ DOSTOEVSKIJ

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH ALEKSEJ IVANOVIČ DALAM NOVEL ИГРОК / IGROK/ PENJUDI KARYA FЁDOR MIXAJLOVIČ DOSTOEVSKIJ ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH ALEKSEJ IVANOVIČ DALAM NOVEL ИГРОК / IGROK/ PENJUDI KARYA FЁDOR MIXAJLOVIČ DOSTOEVSKIJ ANISKA RIZKY POETRY SHIVALAYA / 0906528871 Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN BANKIR INDONESIA

MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN BANKIR INDONESIA Read Online and Download Ebook MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN BANKIR INDONESIA DOWNLOAD EBOOK : MANAJEMEN RISIKO 1 (INDONESIAN EDITION) BY IKATAN Click link bellow and free register

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kemampuan tertentu yang begitu istimewa. Manusia mampu beradaptasi untuk bertahan hidup karena Tuhan telah memberikan mereka otak. Manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat bahwa Sastra

Lebih terperinci

PERNYATAAN. : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

PERNYATAAN. : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Gustia Wulandari Nomor Pokok Mahasiswa : Jenis Penulisan TA Judul Penulisan TA : Skripsi : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature as works of imaginative or creative writing. Sastra sebagai karya imajinatif atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT 1. PELAPISAN SOSIAL a. Pengertian : stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Definisi stratifikasi/ pelapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU

ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU READ ONLINE AND DOWNLOAD EBOOK : ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

Universitas Liberal Arts: Belajar Seni Apa? Wah, kamu kuliah di universitas liberal arts? Kamu belajar seni ya?

Universitas Liberal Arts: Belajar Seni Apa? Wah, kamu kuliah di universitas liberal arts? Kamu belajar seni ya? Universitas Liberal Arts: Belajar Seni Apa? Wah, kamu kuliah di universitas liberal arts? Kamu belajar seni ya? Itu adalah pertanyaan yang umum saya dapatkan dari mereka yang berada di kampung halaman

Lebih terperinci

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 2012 MATERIAL DOMINANCE AND ITS IMPACTS ON THE MAIN CHARACTER LIFE IN THE HOUSE OF MIRTH BY EDITH WHARTON Penulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Karya sastra tidak mungkin tercipta jika para penulis tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Karya sastra tidak mungkin tercipta jika para penulis tidak mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran sastra di era globalisasi saat ini merupakan suatu kegiatan yang kreatif dan imajinatif. Sastra diciptakan melalui kreativitas dari pencipta karya sastra

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi dan berinteraksi dengan sesamanya, maka dari itu manusia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SIDANG ANAK DAN HAMBATAN YANG DIALAMI DI PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM

PELAKSANAAN SIDANG ANAK DAN HAMBATAN YANG DIALAMI DI PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM PELAKSANAAN SIDANG ANAK DAN HAMBATAN YANG DIALAMI DI PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM TESIS Oleh : HASOLOAN SIANTURI 002105032 ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2002 PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya satra merupakan sebuah karya seni yang diciptakan seorang sastrawan yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati masyarakat, bukan hanya sekedar dibaca akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG PENTINGNYA BUDAYA PENGGUNAAN ASI BAGI IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKEJATI TAHUN 2007

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG PENTINGNYA BUDAYA PENGGUNAAN ASI BAGI IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKEJATI TAHUN 2007 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG PENTINGNYA BUDAYA PENGGUNAAN ASI BAGI IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKEJATI TAHUN 2007 ABSTRAK Salah satu sasaran pembangunan kesehatan menuju

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR Asri Arinda Mahasiswa S-2 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret asriarinda@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Hubungan Dialog Kreatif dengan Pengalaman Historis Siswa, Adhitya 1 HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Adhitya Rol Asmi. FKIP Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA JURNAL ILMIAH

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA JURNAL ILMIAH ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA JURNAL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan NILA SUSANTI NPM 09080144 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan PDH dengan menelusuri penelitian sebelumnya. Telaah pustaka

Lebih terperinci

Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition)

Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition) Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition) Yudhy Wicaksono Click here if your download doesn"t start automatically Panduan Excel untuk Pelamar Kerja (Indonesian Edition) Yudhy Wicaksono Panduan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengalihan, Bilyet Giro, Perlindungan, Pihak Ketiga. vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Kata Kunci : Pengalihan, Bilyet Giro, Perlindungan, Pihak Ketiga. vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS AKIBAT HUKUM ALASAN PENOLAKAN BILYET GIRO YANG TIDAK SESUAI DENGAN FAKTA DAN PERLINDUNGAN BAGI PIHAK KETIGA DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Annisa Safitri Septiyani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh pengarang yang menampilkan gambaran kehidupan masyarakat dengan bahasa sebagai mediumnya.

Lebih terperinci

PENYULUHAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN UNTUK PARA REMAJA

PENYULUHAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN UNTUK PARA REMAJA Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 144-148 144 PENYULUHAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN UNTUK PARA REMAJA Sarastri Mumpuni dan Chairul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Dalam menyampaikan storytelling ada berbagai macam jenis cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan kepada audience. Sebelum acara storytelling dimulai,

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 THE PORTRAYAL OF SOCIAL STATUS PURSUIT OF THE MAIN CHARACTER IN GUY DE MAUPASSANT S BEL-AMI Kartika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

KONFLIK PSIKOLOGIS SARA CREWE DALAM NOVEL A LITTLE PRINCESS KARYA FRANCES HODGSON BURNETT B. RURI MAHARANI. Pembimbing: Dra. Lubna A. S., M. Hum.

KONFLIK PSIKOLOGIS SARA CREWE DALAM NOVEL A LITTLE PRINCESS KARYA FRANCES HODGSON BURNETT B. RURI MAHARANI. Pembimbing: Dra. Lubna A. S., M. Hum. KONFLIK PSIKOLOGIS SARA CREWE DALAM NOVEL A LITTLE PRINCESS KARYA FRANCES HODGSON BURNETT B. RURI MAHARANI Pembimbing: Dra. Lubna A. S., M. Hum. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRAKSI Penelitian dengan judul utama Pengaruh Pelatihan Pemecahan Masalah yang Kreatif terhadap Entrepreneurship ini beranjak dari keinginan untuk berpartisipasi dalam Millenium Development Goal s

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Read Online and Download Ebook KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) DOWNLOAD EBOOK : KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN Click link

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile yang berarti menghibur dan mengajar. Kesenangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam novel terdapat unsur dari dalam yang membangun terciptanya novel, atau biasa disebut unsur intrinsik. Nurgiyantoro (2007:23) berpendapat bahwa unsur intrinsik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online http://www.membacacepat.com Modul 2 Bagian 2 Membaca Aktif dan Kritis Terima kasih Anda telah bergabung kembali bersama saya, Muhammad Noer dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Mavrodi Mondial Moneybox (MMM) viii

Kata Kunci: Mavrodi Mondial Moneybox (MMM) viii ABSTRAK KEDUDUKAN DAN BENTUK BADAN USAHA MAVRODI MONDIAL MONEYBOX (MMM) DALAM PRAKTIK NIAGA DI INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANGGOTA ATAS TRANSAKSI MAVRODI MONDIAL MONEYBOX (MMM) Trifanny Kartika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat karena karya sastra lahir ditengah-tengah masyarakat dari hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah tersentuh hatinya, dan mudah memikirkan hal-hal kecil. Dalam kenyataan, wanita cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

Lesson 61 : Partial negation and Complete negation. Pelajaran 61 : Penyangkalan Sebagian dan Penyangkalan. Lengkap

Lesson 61 : Partial negation and Complete negation. Pelajaran 61 : Penyangkalan Sebagian dan Penyangkalan. Lengkap Lesson 61 : Partial negation and Complete negation Pelajaran 61 : Penyangkalan Sebagian dan Penyangkalan Lengkap Reading (Membaca) Not all my brothers are at home. Some are and some are not. (Tidak semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE MANFAAT BERMUSIK BAGI PERKEMBANGAN KREATIF ANAK Oleh Rendy Nicholas Goni

ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE MANFAAT BERMUSIK BAGI PERKEMBANGAN KREATIF ANAK Oleh Rendy Nicholas Goni ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE MANFAAT BERMUSIK BAGI PERKEMBANGAN KREATIF ANAK Oleh Rendy Nicholas Goni 1064134 Bermain musik merupakan salah satu aktivitas dalam seni instrumen yang sudah tidak asing lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci