DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 59

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 59"

Transkripsi

1 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 59 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG MATERI PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TINGKAT PUSAT DAN DAERAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS V SD NEGERI I DOROPAYUNG Slamet Sujiharno *) NIP SD Negeri 1 Doropayung UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang *) slametssst@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Doropayung Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran PKn melalui metode diskusi dan pembelajaran make a match.. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 1 Doropayung yang berjumlah 19 siswa. Sedangkan obyeknya adalah aktifitas dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Prosedur penelitian meliputi (1)rencana tindakan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi dan (4) refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes dan non tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif. Teknik pembelajaran menggunakan tipe pembelajaran make a match. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Siklus I menunjukkan peningkatan aktifitas belajar siswa yang berjumlah 11 siswa atau 58% dari keseluruhan siswa kelas V SDN 1 Doropayung. Pada Siklus II menunjukkan peningkatan aktifitas yang lebih signifikan, yaitu sejumlah 17 siswa atau 89% dari jumlah keseluruhan siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi make a match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar pada mata pelajaran PKn siswa kelas V SDN 1 Doropayung tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: aktivitas dan hasil belajar, model Make a Math 1. Pendahuluan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan jati diri bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pada kenyataannya, PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkan anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasi Onal Konkret (Peaget: 1920). Apa yang dianggap logis, jelas dan dapat dipelajari bagi orang dewasa, kadang kadang merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami konsep PKn. Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam materi peraturan perundang undangan tingkat pusat dan daerah. Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan rata rata kurang dari KKM. Seperti yang dialami penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata rata anak di bawah 70. Termasuk pada materi peraturan perundang undangan tingkat pusat dan daerah. Nilai rata rata formatif hanya 55,8. Dari 19 siswa hanya 4 siswa 21 % yang memperoleh nilai 70 ke atas. Sedangkan 15 siswa yang lain 79 % mendapat nilai dibawah 70. Kondisi demikian apabila

2 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 60 terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran mata pelajaran PKn di kelas V. Salah satu alternatif pemecahan masalah diatas yang mungkin untuk dilaksanakan guru adalah dengan mengadakan penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang penulis akan lakukan adalah bagaimana penerapan pembelajaran make a mach pada materi peraturan perundang undangan tingkat pusat dan daerah.dapat dilaksanakan dengan menyenangkan tetapi juga menghasilkan pembelajaran yang meningkat. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran. 2. Materi dan Metode 2.1. Materi A. Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 1. Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide- ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran peserta didik (Nur, 2000 : 10). Hal terpenting dari teorinya adalah pentingnya interaksi antara aspek internal dan eksternal pembelajaran dengan menekankan aspek lingkungan sosial pembelajaran. Vygotski yakin bahwa pembelajaran terjadi ketika peserta didik bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Secara terperinci, dikemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan zona per-kembangan proksima adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potesial. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan rekan sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian, maka tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif Ide penting lain dari Vygotski adalah scaffolding. Scaffolding adalah pemberian sejumlah kemampuan oleh guru kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Slavin, 2000 : 94). Kemampuan yang diberikan dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik tumbuh sendiri (Slavin,2000:95). Jelas bahwa scaffolding merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Jadi kesimpulannya dalam teori Vygotski menurut peneliti bahwa ada hubungan secara langsung antara domain kognitif dengan sosio budaya. Kualitas berfikir peserta didik dibina dan aktivitas sosial peserta didik dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara peserta didik dengan peserta didik lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dan guru. 2. Teori Behaviorisme Menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang peserta didik belum bisa membaca maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila peserta didik itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca, maka peserta didik itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak bisa menjadi bisa membaca ). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000 : 143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behaviorisme adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi / dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997): Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si pelajar ikut berpartisipasi secara aktif di dalamnya. Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unitunit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis

3 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 61 sehingga si pelajar mudah mempelajarinya.tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si pelajar dapat mengetahui apakah respon yang diberikan telah benar atau belum. Setiap kali si pelajar memberikan respon yang benar maka ia perlu diberikan penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif. (dikutip dari Dapat peneliti simpulkan bahwa menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta didik tersebut dalam rangka membantu peserta didik untuk belajar. Dengan demikian peneliti ini mengacu pada teori belajar Vygotski dan Behaviorisme yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Hal ini dapat dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara peserta didik dengan peserta didik lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dan guru, sehingga kualitas berfikir dan aktivitas peserta didik dapat lebih dibina. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah professional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik dibidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil belajar peserta didik itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1984) dalam bahwa Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar peserta didik yang dilihat pada setiap mengikuti tes. Dari beberapa pendapat di atas, maka kesimpulannya menurut peneliti adalah hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam individu peserta didik berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri peserta didik yakni lingkungan termasuk guru di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau fikiran dimana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah Laku yang kuantitatif. 4. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match Model pembelajaran make a match artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap peserta didik mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran make a match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan. Salah satu keunggulan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model make a match atau mencari pasangan yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan model make a match sebagai berikut: 1. Guru mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok yang heterogen (beragam). Tiap kelompok terdiri atas 4-6 siswa. 2. Guru membagikan bahan ajar untuk didiskusikan oleh kelompok. 3. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya adalah kartu jawaban. 4. Pecahkan siswa menjadi dua kelompok, misalnya menjadi kelompok A dan kelompok B. 5. Bagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. 6. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal dan jawaban. 7. Tiap siswa yang mendapatkan kartu soal memikirkan jawaban dari kartu yang dipegangnya. 8. Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dimilikinya. 9. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin. 10. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali dan setiap siswa bergantian peran. semula berperan sebagai pembawa kartu soal menjadi pembawa kartu jawaban di babak berikutnya. 11. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 12. Guru bersama dengan siswa kemudian membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran yang berhasil didapatkannya.

4 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 62 a. Kelebihan Model Pembelajaran "MAKE A MATCH" Ini adalah beberapa kelebihan yang dimiliki jika guru/pengajar melakukan metode pembelajaran dengan cara "Make a Match" diantaranya: 1. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu. 2. Meningkatkan kreatifitas belajar para siswa. 3. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar. 4. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru. b. Kekurangan Model Pembelajaran "MAKE A MATCH" Selain kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran semacam ini, ada juga kekurangan yang dirasakan saat melakukan prosesnya, diantaranya : 1. Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi pelajaran. 2. Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran. 3. Sulit membuat siswa berkonsentrasi karena lebih mengutamakan aktifitas yang lebih c. Aktivitas Belajar Keberhasilan peserta didik dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian atau kegiatan secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, baik berupa perubahan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perbahan. (Gie, 1985:6) Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Banyak macammacam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak-anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan cirri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. d. Hakekat Pembelajaran PKn SD Menurut Sudjana, (2003:4) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD Menurut Sudjatmiko, (2008:12) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa, Tujuan negara mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Menurut Sapriya (2001), tujuan pendidikan Kewarganegaraan adalah : Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat. Pembelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan efektif. Menurut corey ( 2005), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelolah secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga. Menurut Nurani (2003) konsep pembelajaran merupakn sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan sehingga terjadi pembelajaran.. jadi, dalam pembelajaran semua kegiatan guru diarahkan untuk membantu siswa mempelajarisuatu materi tertentu baik berupa pelajaran, keterampilan, sikap, kerohanian, dan sebagainnya untuk dapat membantu siswa secara baik, guru harus benarbenar merencanakan pembelajaran dengan matang dan untuk itu guru perlu mengetahui latar belakang serta kemampuan dasar siswa. Latar belakang siswa yang dimaksud bukan sekedar latar belakang ekonomi, lingkungan, asal sekolah, orang tua, dan sebagainya, tetapi juga keberadaan siswa di kelas Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang pemahaman dan Tujuan pembelajaran PKn di SD, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berorientasi pada penanaman konsep Kenegaraan dan juga bersifat implementatif dalam kehidupan sehari - hari. Adapun harapan yang ingin

5 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 63 dicapai setelah pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, maka akan didapatkan generasi yang menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. B. Kerangka Berpikir Penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariatif dalam pembelajaran PKn membuat siswa merasa bosan dan enggan dalam belajar PKn sehingga hasil belajar PKn cenderung rendah. Melalui model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn kelas V, karena melalui penerapan model pembelajaran make a match membuat peserta didik lebih aktif, kreatif, lebih tertarik, berani dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Tahap perkembangan anak usia SD yang masih dalam tahap operasional konkret, menuntut guru untuk aktif dalam mengombinasikan media pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih tertantang dan dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diharapkan, usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memperhatikan peserta didik, menguasai materi pelajaran dan memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satu model cooperative learning adalah make a match (mencari pasangan), dimana model pembelajaran ini melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status. Make a match (mencari pasangan) sebagai model pembelajaran baru belum banyak diketahui bahkan diterapkan di sekolah-sekolah. Dengan demikian kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Kondisi Awal Tindakan di kelas Guru/Peneliti : Belum memanfaatkan model pembelajaran Memanfaatka n model pembelajaran Make A Match Siswa/yang diteliti Aktivitas dan hasil belajar rendah Siklus I Memanfaatkan model pembelajaran yang didemonstrasikan oleh siswa. (Permainan dilakukan satu kali 2.2. Metode Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan aktifitas peserta didik dengan pembelajaran Make a Match yang berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk siklussiklus. Peneliti mencoba mencari pemecahan masalah proses pembelajaran PKn, hal ini penting dilaksanakan karena berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan dan (4) refleksi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1982) meliputi empat tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang terus menerus. Penelitian akan berakhir apabila indikator yang telah ditentukan dapat tercapai atau sudah mencapai tingkat kejenuhan dimana hasil hanya bergeser sedikit atau tidak berubah sama sekali. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaburatif dengan satu orang mitra guru SD Negeri 1 Doropayung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) pada semester I tahun 2015/2016 dilaksanakan tiga kali yaitu : a. Pembelajaran Awal : Senin, 5 Oktober 2015 Pukul : b. Siklus I : Senin, 12 Oktober 2015 Pukul : c. Siklus II : Senin, 19 Oktober 2015 Pukul : Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Doropayung, yang beralamatkan Desa Doropayung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Doropayung sebanyak 19 siswa yang terdiri dari 9 laki laki dan 10 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mendukung penelitian tindakan kelas terdiri dari dua instrumen yaitu tes dan non Tes Dari instrumen penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam pembuatan laporan penelitian, dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Kondisi Akhir Diduga melalui Pemanfaatan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar anak Siklus II Memanfaatkan model pembelajaran yang didemonstrasikan oleh siswa. (Permainan dilakukan dua kali) a. Tes Analisis hasil belajar dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai dari masing-masing siklus pembelajaran. Dari kegiatan ini akan diketahui data tentang capaian hasil belajar siswa, tingkat ketuntasan, rata-rata klasikal, dan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa.

6 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 64 b. Non Tes Hasil pengamatan pembelajaran berasal dari pengisian lembar pengamatan yang dilakukan oleh penulis sebagai pelaksana pembelajaran dan dibantu teman sejawat dalam pembelajaran, yang berisi perilaku guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengembangan instrumen penelitian diaplikasikan dengan tahapan dan bentuk penelitian yang dilakukan, dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, penulis hanya menggunakan satu sekolah saja yang dijadikan objek penelitian, yaitu SD Negeri 1 Doropayung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang, sehingga dalam pelaksanaanya tidak mengganggu atau bergantung pada sekolah dan kelas lain. Guna mempermudah pemahaman akan proses penyusunan dan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan, penulis menyusun pengembangan instrumen penelitian dalam 4 bagian, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun teknik yang digunakan penulis dalam penelitian tindakan kelas guna tercapainya tujuan penelitian adalah: Pelaksanaan dari teknik analisis dengan melakukan perbandingan aktifitas/perilaku siswa dalam pembelajaran dan capaian hasil belajar siswa dari masing-masing tahapan pembelajaran. Proses pembelajaran PKn dikatakan baik dicerminkan dengan banyaknya siswa aktif. Banyaknya siswa dikategorikan aktif apabila dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran make a match mendapat kategori baik bila banyaknya siswa yang aktif mencapai 70% yang diukur dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan kriteria aktif bila 5 komponen aktivitas terpenuhi (a) skor di bawah 2%=sangat kurang; (b) skor antara 2% sampai 40% = kurang; (c) skor 40% sampai 60% = cukup; (d) skor 60% sampai 80% = baik; dan (e) skor di atas 80% = baik sekali. Tindakan dinyatakan berhasil jika skor nilai aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya. Siklus dihentikan jika skor nilai aktivitas siswa mencapai nilai 70 atau lebih Persentase prestasi belajar siswa diharapkan terjadi peningkatan pada setiap siklus. Tindakan dinyatakan berhasil jika prestasi belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Siklus dihentikan jika persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimum 80% dari jumlah siswa secara klasikal minimum sama dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Penelitian ini dirancang untuk menerapkan model pembelajaran make a match bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pembelajaran di kelas, mata pelajaran PKn. Pada hakekatnya, peneliti telah melakukan tindakan dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dan ditemui di kelas. Selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang timbul. Setelah dianalisis kemudian dicarikan suatu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan tepat. Dan akhirnya dibuat suatu perencanaan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul. Konsep penelitian tindakan kelas dikenal dengan adanya tindakantindakan yang beraturan atau sistematis yang membentuk suatu rangkaian. Apabila dalam siklus pertama belum berhasil dilanjutkan ke siklus selanjutnya, yang berupa perbaikan tindakan. Adapun siklus terdiri dari (1) rencana tindakan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi dan (4) refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Metode penelitian ini akan direncanakan melalui dua siklus, setiap siklus dilakukan 2 x 35 menit yang terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. A. Rencana Prosedur Siklus I 1. Perencanaan Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut : a. Membuat rencana pembelajaran yang akan diterapkan di kelas b. Membuat skenario pembelajaran dengan pembelajaran make a match c. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran d. Mempersiapkan soal-soal untuk mengetahui prestasi belajar siswa. e. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan. f. Mempersiapkan lembar pengamatan yang diperlukan. 2. Pelaksanaan a. Kegiatan persiapan 1) Identifikasi kebutuhan siswa 2) 2) Selesai pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. 3) Seleksi bahan dan problem / tugas-tugas 4) Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan. b. Kegiatan inti pembelajaran 1) Guru merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya dan dengan perumusan jelas. 2) Membantu memperjelas problema / tugas yang akan dipelajari, serta peranan siswa masingmasing 3) Guru memperhatikan kemampuan pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat. 5) Membagi siswa dalam dua kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 1 siswa sebagai pembawa soal dan 1 siswa sebagai pembawa jawaban dan sebaliknya ( dalam pembelajaran dilakukan satu kali dalam permainan) 6) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau bertanya. 7) Guru merangsang terjadinya interaksi sesama siswa.

7 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 65 8) Guru memberikan pujian terhadap pasangan yang menjawab pertanyaan dengan benar 9) Guru menyimpulkan tentang bahan diskusi tersebut. 10) Guru memberi test formatif berupa isian untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 11) Guru menganalisa hasil tes formatif c. Penutup pembelajaran 1) Melakukan refleksi atau membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa. 2) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut berupa PR untuk perbaikan dan pengayaan. Pelaksanaan selengkapnya RPP Siklus 1, beserta instrumennyta secara rinci dapat dilihat pada lampiran 3. Pengamatan Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pembelajaran oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi berisi observasi untuk kegiatan guru, peserta didik, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya dapat dilihat pada lampiran lembar observasi siklus 1 4. Refleksi Teman sejawat menyampaikan hasil observasi kepada peneliti, catatan yang belum tercantum indikatornya dalam lembar observasi sel;anjutnya didiskusikan.selain itu peneliti juga mengkaji hasil tes formatif, dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran. Apabila menemui kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil tes formatif, maka akan dicari solusi yang tepat untuk selanjutnya akan peneliti gunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan pembelajaran berikutnya. B. Rencana Prosedur Siklus II 1. Perencanaan Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut : a. Membuat rencana pembelajaran yang akan diterapkan di kelas b. Membuat skenario pembelajaran dengan pembelajaran make a match c. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran d. Mempersiapkan soal-soal untuk mengetahui prestasi belajar siswa. e. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan. f. Mempersiapkan lembar pengamatan yang diperlukan. 2. Pelaksanaan a. Kegiatan persiapan 1) Identifikasi kebutuhan siswa 2) Selesai pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. 3) Seleksi bahan dan problem / tugas-tugas 4) Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan. b. Kegiatan inti pembelajaran 1) Guru merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya dan dengan perumusan jelas. 2) Membantu memperjelas problema / tugas yang akan dipelajari, serta peranan siswa masingmasing 3) Guru memperhatikan kemampuan pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat. 5) Membagi siswa dalam dua kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 1 siswa sebagai pembawa soal dan 1 siswa sebagai pembawa jawaban dan sebaliknya ( dalam pembelajaran dilakukan dua kali dalam permainan ) 6) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau bertanya. 7) Guru merangsang terjadinya interaksi sesama siswa. 8) Guru memberikan pujian terhadap pasangan yang menjawab pertanyaan dengan benar 9) Guru menyimpulkan tentang bahan diskusi tersebut. 10) Guru memberi test formatif berupa isian untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 11) Guru menganalisa hasil tes formatif c. Penutup pembelajaran 1) Melakukan refleksi atau membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa. 2) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut berupa PR untuk perbaikan dan pengayaan. Pelaksanaan selengkapnya RPP Siklus 2, beserta instrumennyta secara rinci dapat dilihat pada lampiran 3. Pengamatan Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pembelajaran oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi berisi observasi untuk kegiatan guru, peserta didik, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya dapat dilihat pada lampiran lembar observasi siklus 2 4. Refleksi Teman sejawat menyampaikan hasil observasi kepada peneliti, catatan yang belum tercantum indikatornya dalam lembar observasi selanjutnya didiskusikan. Selain itu peneliti juga menkaji hasil tes formatif, dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran. Apabila menemui kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil tes, formatif, maka akan dicari solusi yang tepat untuk selanjutnya akan peneliti gunakan

8 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 66 sebagai bahan acuan dalam melakukan pembelajaran berikutnya. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Rencana pembelajaran awal ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Oktober 2015 pada pukul di kelas V SD Negeri 1 Doropayung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang, dengan diamati oleh satu orang yaitu Lien Tarsan,S.Pd. sebagai teman sejawat. Proses jalannya penelitian lebih efektif karena teman sejawat yang dipilih bisa bekerjasama karena sudah pernah melaksanakan hal serupa sehingga bisa mempermudah dalam pelaksanaannya. Dalam menjalankan tugas pengamatannya, posisi tempat duduk pengamat berada di belakang terpisah dengan tempat duduk siswa, dengan maksud supaya pengamat lebih leluasa dalam mengamati baik terhadap siswa maupun terhadap peneliti tanpa mengintervensi kegiatan pembelajaran.pengamat bebas melakukan kegiatan karena pada dasarnya yang dilakukan pengamat adalah membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian Pada pembelajaran awal ini belum diadakan perbaikan pembelajaran. Nilai tes formatif dengan KD 2.1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. hasilnya kurang memuaskan,adapun hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini Tabel 1.1 Hasil Analisa Tes Formatif Pembelajaran Awal NO NAMA NILAI KETUNTASAN T B 1 Ahmad feri Afandi 30 B 2 Ardhea Pramesti.R 60 B 3 Ferdi amin Mustofa 60 B 4 Tuli Sofiana 50 B 5 Putri Nur azizah 50 B 6 Ahmad Taufiqurroh 40 B 7 Ahmad Ulil abhsor 70 T 8 Alif Prayoga 60 B 9 Aulan anggul Majid 60 B 1 Eka Wahyu.C 100 T 11 Fazatun Ni matul.u 90 T 12 Firda Nur Kafidoh 40 B 13 Kamaluddin Eko.P 60 B 14 Kaunarfi Qusfarros 60 B 15 Mohamad Burhanudin 100 T 16 Oktavia Yunda.I 30 B 17 Putri Nur afifah 30 B 18 Ulfa Sofiatun.H 40 B 19 Yogi Eka Prihartini 30 B Jumlah Rata Rata 55,8 - - Persentase - 21 % 79% Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta didik 19 siswa, yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 4 siswa atau bisa dipersentase hanya 21 %, sedang siswa yang nilainya kurang dari 70 sebanyak 15 siswa atau 79 %. Berdasarkan tabel di atas maka dapat dibuat grafik di bawah ini Grafik tuntas tidak tuntas Dengan nilai rata rata 55,8. Untuk lebih jelasnya dari tabel 1.1 dapat diperoleh rekapitulasi hasil tes seperti tabel 1.3 Tabel 1.3 Rekapitulasi Hasil tes formatif PKn Pembelajaran Awal No Rentang Nilai Banyaknya Siswa Jumlah 19 Siswa Pada tabel 1.3 diatas menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. memperoleh nilai ada 4 siswa, nilai ada 3 siswa, nilai ada 2, nilai ada 6. nilai ada 1, nilai ada 1, nilai ada 2 siswa. Tingkat ketuntasan baru mencapai 21%. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran siklus I 3.2. Deskripsi Tiap Siklus Deskripsi Siklus I Perbaikan pembelajaran siklus I ini dilaksanakan pada hari Senin 12 Oktober 2015, dengan obyek penelitian siswa Kelas V SDN 1 Doropayung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang, dengan diamati oleh satu orang yaitu Lien Tarsan,S.Pd. sebagai teman sejawat. Proses jalannya penelitian lebih efektif karena teman sejawat yang dipilih bisa bekerjasama karena sudah pernah melaksanakan hal serupa sehingga bisa mempermudah dalam pelaksanaannya. Dalam menjalankan tugas pengamatannya, posisi tempat duduk pengamat berada di belakang terpisah dengan tempat duduk siswa, dengan makdud supaya pengamat lebih leluasa dalam mengamati baik terhadap siswa maupun terhadap peneliti tanpa mengintervensi kegiatan pembelajaran.pengamat bebas melakukan kegiatan karena pada dasarnya yang dilakukan pengamat adalah

9 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 67 membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Secara lengkap hasil tes formatif pada perbaikan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel 1.4 Tabel 1.4 Hasil Analisa Tes Formatif Siklus I NO NAMA NILAI KETUNTASAN T B 1 Ahmad feri Afandi 40 B 2 Ardhea Pramesti.R 80 T 3 Ferdi amin Mustofa 80 T 4 Tuli Sofiana 70 T 5 Putri Nur azizah 50 B 6 Ahmad Taufiqurroh 50 B 7 Ahmad Ulil abhsor 80 T 8 Alif Prayoga 80 T 9 Aulan anggul Majid 80 T 1 Eka Wahyu.C 100 T 11 Fazatun Ni matul.u 100 T 12 Firda Nur Kafidoh 60 B 13 Kamaluddin Eko.P 70 T 14 Kaunarfi Qusfarros 70 T 15 Mohamad Burhanudin 100 T 16 Oktavia Yunda.I 40 B 17 Putri Nur afifah 60 B 18 Ulfa Sofiatun.H 50 B 19 Yogi Eka Prihartini 50 B Jumlah Rata Rata Persentase - 58 % 42% Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta didik 19 siswa, yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 11 siswa atau bisa dipersentase hanya 58 %, sedang siswa yang nilainya kurang dari 70 sebanyak 8 siswa atau 42 %. Dengan nilai rata rata 69. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Grafik tuntas tidak tuntas Untuk lebih jelasnya dari tabel 1.4 dapat diperoleh rekapitulasi hasil tes seperti tabel 1.6 Tabel 1.6 Rekapitulasi Hasil tes formatif PKn Siklus I No Rentang Nilai Banyaknya Siswa Jumlah 19 Siswa Pada tabel 1.6 diatas menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. memperoleh nilai ada 2 siswa, nilai ada 4 siswa, nilai ada 2, nilai ada 3, nilai ada 5, nilai ada 3 siswa. Tingkat ketuntasan sudah mencapai 58 %, Oleh sebab itu peneliti berusaha lagi untuk mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II Deskripsi Siklus II Perbaikan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan pada hari Senin, 19 Oktoberr 2015, dengan obyek penelitian siswa Kelas V SDN 1 Doropayung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang dengan diamati oleh satu orang guru yaitu Lien Tarsan,S.Pd sebagai teman sejawat. Dalam menjalankan tugas pengamatannya, pengamat bebas melakukan kegiatan karena pada dasarnya yang dilakukan pengamat adalah membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.secara lengkap hasil tes formatif pada perbaikan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel 1.7 Tabel 1.7 Hasil Analisa Tes Formatif Siklus II NO NAMA NILAI KETUNTASAN T B 1 Ahmad feri Afandi 60 B 2 Ardhea Pramesti.R 60 B 3 Ferdi amin Mustofa 90 T 4 Tuli Sofiana 90 T 5 Putri Nur azizah 90 T 6 Ahmad Taufiqurroh 90 T 7 Ahmad Ulil abhsor 90 T 8 Alif Prayoga 90 T 9 Aulan anggul Majid 100 T 1 Eka Wahyu.C 100 T 11 Fazatun Ni matul.u 100 T 12 Firda Nur Kafidoh 80 T 13 Kamaluddin Eko.P 90 T 14 Kaunarfi Qusfarros 90 T 15 Mohamad Burhanudin 100 T 16 Oktavia Yunda.I 70 T 17 Putri Nur afifah 70 T 18 Ulfa Sofiatun.H 70 T 19 Yogi Eka Prihartini 70 T Jumlah Rata Rata Persentase - 89% 11% Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta didik 19 siswa, yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 17 siswa atau bisa dipersentase hanya 89 %, sedang siswa yang nilainya kurang dari 70 sebanyak 2 siswa atau 11 %. Dengan niali rata rata 83.

10 DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 68 Untuk lebih jelasnya dapat dibuat grafik di bawah ini. Grafik 1.9 Grafik tuntas tidak tuntas tuntas tidak tuntas Jumlah prosentase Untuk lebih jelasnya dari tabel 1.7 dapat diperoleh rekapitulasi hasil tes seperti tabel tabel 1.9 Tabel 1.9 Rekapitulasi Hasil tes formatif PKn Siklus II No Rentang Nilai Banyaknya Siswa Jumlah 19 Siswa Pada tabel 1.9 diatas menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. memperoleh nilai ada 2 siswa, nilai tidak ada siswa, nilai ada 6, nilai ada 7, nilai ada 4 siswa. Tingkat ketuntasan sudah mencapai 89 % Pembahasan Dari hasil pembelajaran awal sampai perbaikan pembelajaran siklus II hasilnya selalu ada kenaikan baik jumlah siswa yang tuntas maupun hasil rata rata kelasnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.8 berikut ini : Tabel 1.8 Ketuntasan Tiga Siklus Mata Pelajaran PKn Ulangan Presentase Data Pemb. Pemb Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II awal awal Remidial % 42 % 11 % Pengayaan % 58 % 89 % Jumlah % % % Ketuntasan Tiga Siklus dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 4. Simpulan Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang penulis lakukan, menunjukkan dengan jelas, baik secara teoritis maupun kenyataan, bahwa dengan metode diskusi dan menerapkan pembelajaran model make a match dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Doropayung, Kecamatan Pancur. Dengan demikian sebagai kesimpulan akhir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: Penerapan metode diskusi dan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PKn tentang peraturan perundang undangan tingkat pusat dan daerah yang semula rata rata mencapai 21% menjadi 89%. Hal ini dapat dilihat pada perubahan hasil tes akhir setiap pembelajaran yang telah mengalami perubahan yang lebih baik. Pada pembelajaran awal dari 19 siswa yang belum tuntas 15, yang tuntas 4 siswa dengan nilai rata rata 55,8 Siklus I dari 19 siswa yang belum tuntas 9, yang tuntas 11 siswa dengan nilai rata rata 69. Siklus II dari 19 siswa yang belum tuntas 2, yang tuntas 17 siswa dengan nilai rata rata 83. Referensi Sapriya. Winaputra. (2002). Materi dan Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan SD. Jakarta : Gramedia Pustaka Ikhwal Sapto Darmono, Sudarsih, Pendidikan kewarganegaraan kelas 5 SD. Jakarta : Pusat Pembukuan, Defartemen Pendidikan Nasional Widihastuti Setiati,Rahayuningsih Fajar Pendidikan kewarganegaraan 5 SD /MI. Jakarta: Pusat Pembukuan, Defartemen Pendidikan Nasional http :// WWW. Crayonpedia./ Mw / Peraturan perundang undangan Tingkat Pusat dan Daerah BS E S.I

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 1 II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan secara bersama dengan teman sekelas lainnya. Menurut Hamruni 2009: 290, Model pembelajaran Make A Match adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan secara bersama dengan teman sekelas lainnya. Menurut Hamruni 2009: 290, Model pembelajaran Make A Match adalah 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Teknik Make A Match 2.1.1 Pengertian Teknik Make A Match Make a match merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS (Think Pair Share) PADA SISWA KELAS V SDN SIDOMEKAR 07 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Kawit Supriana 14 Abstrak. Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 156 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH Umbar Rumanti *) NIP 19630407

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) Pendidikan ini harus ditanamkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) Pendidikan ini harus ditanamkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) Pendidikan ini harus ditanamkan sejak siswabmasuk pada tingkat MI sampai Perguruan tinggi. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 078 Pir Trans Sosa I B Gading Tua Hasibuan SD Negeri 078 Pir Trans

Lebih terperinci

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara Media Bina Ilmiah51 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (Make a Match) PADA POKOK BAHASAN GEJALA ALAM DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA TETANGGA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE MAKE-A MATCH BERBANTUAN MEDIA KOMIK INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas V SDN Osan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas V SDN Osan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas V SDN Osan Rudi, Anthonius Palimbong, dan Jamaludin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS V SD NEGERI NO KW.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS V SD NEGERI NO KW. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS V SD NEGERI NO 055999 KW. BINGAI Ramiah Surel: ramiah@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Observasi Awal Sebelum peneliti melakukan tindakan di kelas, maka terlebih dahulu melakukan observasi awal terhadap

Lebih terperinci

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Sulastri, Jamaludin, dan Hasdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Data yang didapat sebelum melaksanakan penelitian, ditemukan permasalahan yang perlu diberikan solusi untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK SENYAWA TURUNAN

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan Inhar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Rina Oktavianti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI

Lebih terperinci

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 no. 2 ISSN 2354-614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menjumlahkan Pecahan Biasa di Kelas V SDN

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 03 KARANGSARI KEC. JATIYOSO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

A UMS - Copy SKRIPSI

A UMS - Copy SKRIPSI 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah interaksi antara siswa dengan guru, sehingga guru tidak hanya menempatkan siswa sebagai obyek pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MODEL KOOPERATIF DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0710 ALIAGA IV

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MODEL KOOPERATIF DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0710 ALIAGA IV PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MODEL KOOPERATIF DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0710 ALIAGA IV Dermawati, S.Pd Guru SD Negeri 0710 Aliaga IV Kabupaten Padang Lawas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN REJOAGUNG 01 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Sri Nupiksani 2 Abstrak. Dewasa ini tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD 5 Karangbener, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Siswa kelas II ini berjumlah 24 anak

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. Nanik Sudaryati 24

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. Nanik Sudaryati 24 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG Nanik Sudaryati 24 Abstrak. Pada tahun pelajaran sebelumnya, sebagian besar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini terfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan

III. METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini terfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian ini terfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan Kelas IV yang berjumlah 25 orang, yaitu 11 orang perempuan dan 14 orang lakilaki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN KELAS V MELALUI METODE DISKUSI DI SDN NO 1 LOLI DONDO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN KELAS V MELALUI METODE DISKUSI DI SDN NO 1 LOLI DONDO MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN KELAS V MELALUI METODE DISKUSI DI SDN NO 1 LOLI DONDO Oleh: Andriani, Anthonius Palimbong, Rizal Abstrak Masih rendahnya hasil belajar PKn di SDN

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode dan Penelitian Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu masalah dalam penelitian (Ratna, 2004:34). Kualitas penelitian tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODEI PENELITIAN

BAB III METODEI PENELITIAN 15 BAB III METODEI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Besani, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Siswa kelas III

Lebih terperinci

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi di Kelas IIIB SD Integral Rahmatullah Tolitoli Sarina Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : PARWITO

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : PARWITO PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STAD (Students Team Achievement Divisions) PADA SISWA KELAS III SDN 02 JATIHARJO KEC. JATIPURO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH SD Negeri 01 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan,

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Purwanto (2009:10)

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR 1 Afta Rahmat Zayn, 2 Sunyoto, dan 3 Tri Murti Universitas Negeri Malang E-mail: rahmatzayn@ymail.com

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh Arma Mariangke, Imran, dan Dwi Septiwiharti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 01, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Siswa SD Negeri Salatiga 01 terdiri dari kelas 1

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Alam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Inpres Mayayap Sarifa Tas, Anthonius Palimbong, dan Hasdin

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Arum Rahma Shofiya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Pada umumnya proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur keaktifan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan pada SMP Negeri 6 Bandar Lampung yang beralamat di Jalan Laksmana Malahayati No.09 Teluk Betung Selatan 2. Penelitian

Lebih terperinci

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3 Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERMEDIA KARTU MISTERI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH SEJARAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA SD NEGERI 105300 SUKA MAKMUR Soyem Guru SD Negeri 105300 Sukamakmur Email :

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KLOP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KLOP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KLOP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN Cani Deschuri

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN Masdalifa 1 Anthonius Palimbong 2 Dwi Septiwiharti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswanya untuk membina moral dan menjadikan warga Negara yang baik, yang diharapkan

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara perspektif member

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan.

Lebih terperinci

Cindra Dewi, Muchlis Djirimu, dan Lestari Alibasyah. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Cindra Dewi, Muchlis Djirimu, dan Lestari Alibasyah. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Mengelompokkan Makhluk Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 4 Tuladenggi Cindra Dewi, Muchlis Djirimu, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kenconorejo 03 dan berjalan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Pra Siklus Sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti melakukan survei awal. Survei awal ini dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai atau sikap baik bagi

Lebih terperinci

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

48 Media Bina Ilmiah ISSN No 48 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN 1 GONTORAN OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci