PPKn Non Reguler 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PPKn Non Reguler 2012"

Transkripsi

1 Nama : Desca Paridana Kelas : PPKn Non Reguler 2012 Tugas : Dasar-Dasar IPS (Rangkumam : Membangun Kembali Jati Diri Bangsa) I. PENDAHULUAN Hakikat perubahan seperti yang kita ketahui adalah dunia akan terus berubah, tidak ada yang kekal, yang kekal adalah perubahan itu sendiri. Bagi yang tidak mampu menyesuaikan dengan perubahan itu maka akan tertinggal atau terlindas oleh perubahan itu sendiri. Mengajak untuk memahami arti dan peran penting karakter sebagai komponen yang sangat menentukan dalam kehidupan kita. Dalam dunia pendidikan misalnya, contoh-contoh hilangnya karakter dalam diri pendidik dapat terlihat dari seseorang pendidik yang membocorkan bahan ujian, menanamkan angka atau nilai tidak sesuai dengan prestasi siswa-siswi, membuat sikripsi dengan meminta imbalan untuk anak didiknya, dan sebagainya. Lihat saja kejadian pada Ujian Nasional di Medan yang mencoreng harkat dan martabat pendidik. Hal tersebut telah membuktikan hilangnya karakter yang menjadi penyebab tindakan mereka. II. LATAR BELAKANG I. Kondisi Bangsa Kita tahu bahwa dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik lingkungan kecil di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan selannjutnya meluas di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam kehidupn secara global. Keadaan bangsa Indonesia sejak tahun 1997/1998 dilanda krisis multidimensi yang dampaknya sedang kita alami hingga saat ini dan tak kunjung selesai. Krisis yang semula merupakan krisis identitas menjadi lebih dalam karena menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan dengan jati diri. II. Akar Permasalahan Akar permasalahan dari krisis multidimensi memang berawal dari munculnya factor eksternal, tetapi justru yang lebih menentukan keadaan bangsa berawal dari factor internal di mana masalah ideology, politik, ekonomi, sosial atau budaya, dan pertahanan keamanan, semuanya penting tetapi bermasalah. Sebenarnya, manusia Indonesia tidak kalah cerdas denagn bangsa lain. Penampilan manusia Indonesia yang cukup banyak ditemukan adalah sosok yang tidak tulus ikhlas (tidak sincere), tidak bersungguh-sungguh, senang yang semu, senag berbasa-basi, bahkan sempat melanggengkan budaya ABS (Asal Bapak Senang). Penampilan kerja semacam ini menunjukkan manusia Indonesia, rdup, pudar atau bhkan kehilangan jati dirinya yang memberi implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Sebetulnya, banyak manusia Indonesia yang masih baik, tetapi yang baik itu tertutup oleh sesosok orang-orang yang menampilkan perilaku tidak terpuji. Sesuai dengan penjelasan mengenai kondisi bangsa yang diutarakan di atas, secara objektif 1

2 terpuruk juga dirasakan dalam kondisi yang berkaitan dengan ketahanan kita sebagai bangsa, kondisi yang adalah hasil dari konsepsi ketahanan nasional Indonesia yang sebetulnya sangat baik, bersifat makro, dan topdown ini ternyata memerlukan adanya suatu subsistem yang mendampinginya untuk mewujudkan pembinaan ketahanan yang justru menggunakan pendekatan bottom up atau dari bawah ke atas. Untuk mengatasi masalah secara efektif dan efisien, maka lebih dahulu kita memerlukan penyamaan persepsi tentang apa yang kita maksudkan dengan jati diri, karakter, dan hubungannya dengan membangun karakter bangsa, mewujudkan jati diri bangsa, dan mencanangkan wawasan kebangsaan kita. III. KETERKAITAN JATI DIRI KARAKTER, JATI DIRI BANGSA, DAN WAWASAN KEBANGSAAN A. Penampilan Manusia Seutuhnya Penampilan seseorang secara utuh dapat digambarkan dengan suatu simbol yang berisi tiga lapis. Lapisan yang paling luar menunjukkan kepribadian yang ditampilkan keseharian (yang juga berisi identitas dan temperamen), lapisan kedua adalah karakter, dan lapisan paling dalam adalah jati diri. Keterkaitan diri jati diri, karakter, jati diri bangsa, dan wawasan kebangsaan dapat digambarkan dengan suatu bulatan yang berisi empat lingkaran. B. Jati Diri Jati diri berasal dari bahasa Jawa Sejatining diri yang berarti adalah siapa diri kita sesungguhnya, hakikat atau fitrah manusia, juga disebut Nur Ilahi yang berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan percikan-percikan sifat Ilahiah dalam batas kemampuan insani yang dibawa sejak lahir. Pada pengembangannya, jati diri merupakan totalitas penampilan atau kepribadian seseorang yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap, dan perilakunya. Sementara orang Indonesia sekarang baru mampu menampilkan cipta dan karsanya, sedangkan unsur rasa belum ditampilkan padahal di dalamnya justru terdapat karakter maupun jati diri seseorang. C. Karakter Karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku. Pengertian karakter dalam agama Islam lebih dikenal istilah akhlak. Berawal dari jati diri yang merupakan fitrah manusia, yang mengandung sifat-sifat dasar yang diberikan oleh Tuhan dan merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuh kembangkan, jati diri yang merupakan potensi itu diibaratkan sebagai sebuah batu permata yang belum terbentuk, yang perlu dipotong, diasah, dan digosok untuk dapat memancar sebagai permata yang bersinar. Perpaduan antara pengaruh lingkungan yang merupakan internalisasi nilainilai moral dari luar dan aktualisasi nilai-nilai dari dalam (potensi jati diri) akan menghasilkan karakter atau batu permata yang bersinar secara cemerlang. D. Jati Diri Bangsa Jati diri suatu bangsa merupakan tampilan dari adanya suatu bangsa. Jati diri bangsa adalah suatu pilihan, dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan atau tampilan dari karakter bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia dirumuskan 2

3 dalam suatu tata nilai yang kita kenal sebagai Pancasila. Jati diri bangsa tampil dalam tiga fungsi, yaitu : 1. Pananda keberadaan atau eksistensinya(bangsa yang tidak mempunyai jati diri tidak akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara). 2. Pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya juang, dan kekuatan bangsa (Ini akan tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi ketahanan bangsa pada khususnya). 3. Pembeda dengan bangsa lain di dunia (Di sinilah harus tampak makna Pancasila sebagai yang harus bisa kita banggakan dan unggulkan, yang merupakan pembeda dari bangsa-bangsa lain di dunia). E. Wawasan Kebangsaan Wawasan kebangsaan adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus mencerminkan rasa dan semangat kebangsaan (karakter bangsa) dan mampu mempertahankan jati dirinya sebagai bangsa, yaitu Pancasila. Kalau wawasan kebangsaan dicanangkan oleh suatu bangsa yang belum mantap jati dirinya sebagai bangsa, wawasan kebangsaan hanya akan merupakan wacana belaka atau suatu intelektual exercise yang tentunya kurang bermanfaat, begitu pula sebaliknya. F. Peran Penting Karakter dalam Dunia Pendidikan Pada saat ini kita dapat merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan dan menampilkan banyak orang pandai, tetapi bermasalah dengan hati nuraninya dan yang tampak dalam penampilan dan kinerjanya (karakter dan jati dirinya). Di dunia pendidikan dikenal adanya kata bijak, kita tak bisa mengajarkan apa yang kita inginkan, tetapi kita hanya bisa mengajarkan sebagaimana apa adanya diri kita. Sebagai contoh kecil, bagi seorang pendidik ataupun seorang pemimpin, jangan sampai berbeda antara apa yang ia ajarkan atau perintahkan dengan apa yang ia katakana atau lakukan. G. Peran Penting Karakter dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi, teknologi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi utama dan terutamma karena dorongan semangat dan karakter bangsanya. Peran karakter bagi diri seseorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar bahtera kehidupan seorang manusia. Seperti dikatakan di atas bahwa masih banyak orang Indonesia yang baik, yang sebenarnya masih memiliki semangat dan karakter tersebut. Hal ini yang perlu ditumbuh kembangkan melalui upaya membangun kembali karakter dan jati diri bangsa. Bangsa yang didorong oleh semangat dan karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya, sedangkan bangsa yang kehilangan karekter bangsanya akan terhapus dari muka bumi. IV. MEMBANGUN KARAKTER A. Empat Koridor Pembangun Karakter Kalau karakter itu tidak dapat kita beli, padahal sangat penting dan diperlukan dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita, kita harus menumbuh kembangkannya 3

4 sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan. Dalam pembangunan karakter, paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu : 1. Internalisasi tata nilai 2. Menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (the does and the dont s) 3. Membentuk kebiasaan (habit forming) 4. Menjadi teladan (role model) sebagai pribadi berkarakter B. Puisi Law of The Harvest (Hukum Panen) Karakter adalah hasil dari kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan. Empat koridor membangun karakter ini sangat sesuai dengan acuan yang dituliskan oleh Samuel Smiles dalam puisinya yang berjudul : Law of The Harvest Sow a thought Reap an action Sow an action Reap a habit Sow a habit Reap a character Sow a character Reap a Destiny Hukum Panen Tanamlah pemikiran Kamu akan menuai tindakan Tanamlah tindakan Kamu akan menuai kebiasaan Tanamlah kebiasaan Kamu akan menuai karakter Tanamlah karakter Kamu akan menuai nasibmu C. Potret Membangun Karakter yang Terabaikan Dalam kehidupan kita dapat dibagi empat tahapan pembangun karakter, yaitu : 1. Pada usia dini, kita sebut sebagai tahap pembentukan 2. Pada usia remaja, kita sebut tahap pengembangan 3. Pada usia dewasa, kita sebut tahap pemantapan 4. Pada usia tua, kita sebut tahap pembijaksanaan Dalam tahap pembentukan karakter, sangat diperlukan perhatian yang lebih pada pendidikan anak usia dini. Mari kita lihat dalam empat koridor, yang pertama adalah tata nilai : tata nilai yang semula berorientasi pada masalah idealism, harga diri dan rasa cinta pada tanah air (apalagi berbicara tentang tata nilai yang terkandung dalam Pancasila) telah berubah mengarah pada orientasi uang, materi, duniawi, dan pada hal-hal yang bersifat hedonis. Kedua, dalam koridor the does and the don ts, belum terdapat adanya good governance dan good corporate governance, serta rendahnya mutu law enforcement, sehingga terdapat cukup banyak celah yang masih dimungkinkan untuk tidak menuju pembentukan karakter yang diharapkan. 4

5 Ketiga, dalam koridor pembentukan kebiasaan masih cukup banyak dikembangkan kebiasaan-kebiasaan yang salah, seperti kebiasaan tidak menepati waktu, tidak menepati janji, saling menyalahkan, mengelak dari tanggung jawab, dan sebagainya. Keempat, dalam koridor member tauladan, ternyata dalam kehidupan bermasyarakat kita sangat langka adanya teladan. Guru menjadi ujung tombak dari pengamanan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara melalui membangun karakter anak didiknya sehingga diharapkan tampilnya guru yang mau kembali membangun karakter pribadinya dan siap menjadi teladan. D. Ketahanan Keluarga (Family Ties) Pentingnya transformasi tata nilai keluarga dapat diilustrasikan melalui sebuah sajak yang berjudul Familiy Ties : FAMILY TIES THE BEAUTY OF A FAMILY IS HARMONY THE SECURITY OF A FAMILY IS LOYALITY THE JOY OF A FAMILY IS LOVE THE RULE OF A FAMILY IS SERVICE THE COMFORT OF A FAMILY IS GOD HIM SELF KETAHANAN KELUARGA KEINDAHAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA KESERASIAN (PERLU ADANYA KOMUNIKASI) KEAMANAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA KESETIAAN (PERLU ADANYA KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN) KEBAHAGIAAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA KASIH SAYANG (PERLU DIUCAPKAN DAN DITUNJUKKAN) PERATURAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA SALING MELAYANI (PERLU DIWUJUDKAN SECARA NYATA) KEDAMAIAN KEHIDUPAN KELUARGA DITANDAI ADANYA TUHAN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA ITU SENDIRI (AGAMA DIJALANKAN SECARA SUNGGUH-SUNGGUH DAN KONSISTEN) V. SOLUSI A. Hasrat untuk Berubah Dalam mewujudkan hasrat untuk berubah tentunya kita harus mulai dari diri kita sendiri, kita harus menemukenali diri sendiri sebagai cara terbaik untuk introspeksi, lalu membangun jati diri melalui membangun karakter. Langkah ini perlu dibarengi dengan langkah top down yang dilakukan melalui keteladanan dan adanya kebijaksanaan pemerintah yang mengatur tentang pembangun karakter. B. Rumus sikap dasar, yaitu : 1. Membangun sikap jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar dan yang salah itu salah. 2. Sikap yang terbuka yang merefleksikan kebersihan luar dalam. 5

6 3. Berani mengambil resiko dan bertanggunggg jawab yang ditunjukkan dengan membela kebenaran dan keadilan. 4. Konsisten dengan komitmen dengan selalu menepati janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan. 5. Sikap bersedia berbagi (sharing) yang menampilkan mentalitas berkelimpahan (abundance mentality). 3 syarat, yaitu : 1. Dengan niat yang bersih untuk mengawali setiap pekerjaan (Nawaitu). 2. Tidak mendahului kehendak Tuhan agar apa yang kita rencanakan mendapat rida- Nya (insya Allah). 3. Bersyukur kepada-nya atas hasil apa pun yang kita dapat, baik yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi dan inginkan (Alhamdulillah) 3 cara, yaitu : 1. Mancanangkan hasrat untuk berubah malalui doa atau ibadah karena hakikat dari doa adalah tuntunan terhadap diri sendiri untuk mewujudkan perubahan. 2. Mewujudkan perubahan dengan memanfaatkan empat anugerah Ilahi pada manusia (self awareness, consciousness, imagination, dan independent will), khususnya memanfaatkan anugerah independent will. 3. Siap menjadi suri teladan. Dalam menjalani amanah Tuhan, manusia menjadi khalifah di muka bumi. Menjadi khalifah tidak dimungkinkan tanpa memberi suri teladan. C. Disposisi Seorang Pemimpin Khususnya sebagai Seorang Guru Efektif Berikut ini lima disposisi guru efektif karena setiap individu harus bisa menampilkan dan memiliki kualifikasi sebagai guru efektif tersebut. 1. Empati. 2. Pandangan yang positif terhadap orang lain. 3. Pandanagn yang positif terhadap diri sendiri 4. Autentik. 5. Memiliki visi dan tujuan yang bermakna. VI. PUISI HASRAT UNTUK BERUBAH Puisi ini ditulis oleh seorang Anglican Arch Bishop yang membahas konsep tentang perubahan. HASRAT UNTUK BERUBAH Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, Aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, Ku dapati bahwa dunia tidak kunjung berubah. Maka cita-cita itu pun agak kupersempit, Lalu ku putuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasil Ketika usiaku semakin senja, Dengan semangatku yang masih tersisa, Kuputuskan untuk mengubah keluargaku, Orang-orang yang paling dekat denganku. 6

7 Tetapi malangnya, mereka pun tidak mau berubah. Dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari : Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku, Dan dengan menjadikan diriku sebagai teladan, Mungkin aku dapat mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku. Kemudian siapa tahu Aku bahkan dapat mengubah dunia. VII. KAPAN? Bertanya mengenai kapan kita akan memulai perubahan, maka ada kata bijak : Merencanakan pemikiran jangka panjang Adalah bukan berpikir apa yang akan kita lakukan besok, Melainkan berpikir Apa yang dapat diperbuat hari ini atau sekarang agar masih Memiliki hari esok. 7

Sbg Individu. Anggt Masyarakat. Warganegara.

Sbg Individu. Anggt Masyarakat. Warganegara. Sbg Individu Anggt Masyarakat Warganegara Aspek-aspek Sosiologis adalah segala aspek yang berkaitan dengan hakekat manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi memerlukan orang lain.

Lebih terperinci

MENULIS KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JURNAL ILMIAH

MENULIS KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JURNAL ILMIAH MENULIS KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JURNAL ILMIAH Prof.Dr. H. Yoyo Mulyana, M.Ed. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA The Hierarchy of Knowledge Learning Dealing with the values Wisdom Making the right choices

Lebih terperinci

Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Audit di KAP DIY dan Surakarta SKRIPSI

Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Audit di KAP DIY dan Surakarta SKRIPSI Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Audit di KAP DIY dan Surakarta SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

The 7 Habits of Highly Effective People

The 7 Habits of Highly Effective People The 7 Habits of Highly Effective People 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif Stephen R. Covey 7 habits Kemenangan Pribadi: 1. Jadi Proaktif Prinsip Visi Pribadi 2. Merujuk pada Tujuan Akhir Prinsip

Lebih terperinci

TIPE MANUSIA Berdasarkan Karakternya

TIPE MANUSIA Berdasarkan Karakternya MEMBANGUN MANUSIA BERKARAKTER MELALUI PENERAPAN MANEJEMEN MUTU Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti Senior dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Email: almasdi.syahza@lecturer.unri.ac.id syahza.almasdi@gmail.com

Lebih terperinci

JUJUR, TOLERANSI, GOTONG ROYONG, PEKERJA KERAS (TIDAK MALAS), BUDAYA MALU, SETIA, BERANI, dan lain-lainya

JUJUR, TOLERANSI, GOTONG ROYONG, PEKERJA KERAS (TIDAK MALAS), BUDAYA MALU, SETIA, BERANI, dan lain-lainya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERSADA BUNDA MENUJU MANUSIA BERKUALITAS Pekanbaru, 27 April 2013 PENDIDIKAN BERKARAKTER MEMBANGUN JIWA ENTREPRENEUR DALAM MENGHADAPI TANTANGAN EKONOMI DI MASA DEPAN

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 RASIONAL 1. Pendidikan diyakini sebagai wahana pembentukan karakter

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS) PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS) Semester Gasal 2012/2013 suranto@uny.ac.id 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia. Begitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah karakter merupakan salah satu masalah utama dalam dunia pendidikan. Pertanyaan dalam dunia pendidikan adalah apakah pendidikan saat ini

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN GEOSTRATEGI/ KETAHANAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA. Dosen Pengampu : Alam Budi Kusuma, S. Pd. I., M. Pd. I.

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN GEOSTRATEGI/ KETAHANAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA. Dosen Pengampu : Alam Budi Kusuma, S. Pd. I., M. Pd. I. MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN GEOSTRATEGI/ KETAHANAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA Dosen Pengampu : Alam Budi Kusuma, S. Pd. I., M. Pd. I. Disusun Oleh : Nur Rochmah 15812550 Sri Sayekti 15812553 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 3) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 3) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 3) Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA 4.1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Bimbingan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Pendahuluan Agama merupakan sistem aturan yang bersumber dari wahyu Tuhan yang membawa manusia menuju kebahagiaan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 10 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Dan apabila hamba-hamba-ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar 87 BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar Abdul Malik Fadjar mengibaratkan Hubungan Islam dan pendidikan seperti dua

Lebih terperinci

KERELAWANAN. Agak kesulitan mencari informasi dan literature yang membahas. tentang kerelawanan. Kerelawanan muncul dari kegiatan di masyarakat yang

KERELAWANAN. Agak kesulitan mencari informasi dan literature yang membahas. tentang kerelawanan. Kerelawanan muncul dari kegiatan di masyarakat yang KERELAWANAN I. PENDAHULUAN Agak kesulitan mencari informasi dan literature yang membahas tentang kerelawanan. Kerelawanan muncul dari kegiatan di masyarakat yang tumbuh atas prakarsa dan niat masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya untuk seluruh umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat yang kedua bagi anak untuk memperoleh pendidikan setelah lingkungan keluarga. Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program

Lebih terperinci

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed.

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed. KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed. Character education, we always emphasize, Is not a new idea. Down through history, all over the world, education

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah karena membutuhkan pengorbanan yang luar biasa kala itu dan merupakan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

PERAN FILSAFAT: MEMBANGUN PENDIDIKAN BERKARAKTER

PERAN FILSAFAT: MEMBANGUN PENDIDIKAN BERKARAKTER PERAN FILSAFAT: MEMBANGUN PENDIDIKAN BERKARAKTER Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.unri.ac.id 1 MENGAPA REPOT-REPOT KITA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KOMUNIKASI ATASAN-BAWAHAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI PT SOLO MURNI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KOMUNIKASI ATASAN-BAWAHAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI PT SOLO MURNI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KOMUNIKASI ATASAN-BAWAHAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI PT SOLO MURNI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Program Studi Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,

Lebih terperinci

Apakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum?

Apakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum? PANCASILA SEBAGAI PEMBANGUNAN BANGSA TEORI Pengertian Paradigma Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

Assessment in Mathematics Education

Assessment in Mathematics Education Assessment in Mathematics Education BiMPoME 2010 (Anton Jaelani, Kamaliyah, Lestariningsih, Rita Novita, Rully Charitas I.P., Septi Triyani, dan Sri Imelda Edo) Ratu Ilma Indra Putri Unit Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI.

MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI. MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis serta hasil pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan antikorupsi sangat penting untuk

Lebih terperinci

Kamis, 29 November 2012

Kamis, 29 November 2012 BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Upacara PERINGATAN HUT KE-41 KORPRI & HUT KE- 67 PGRI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2012 Kamis, 29 November 2012 Asasalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera

Lebih terperinci

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu:

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu: KONSEP KEPAHLAWANAN DRS. R. A. ANGGORO RAHARDJO HARRY ANWAR, SH., MH. Peran Pendidik dalam Penerapan Konsep Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI PEDAGOGIK SOSIAL KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi

Lebih terperinci

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan 88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga

Lebih terperinci

KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU. Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU. Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia PENGANTAR HASIL PENDIDIKAN DEWASA INI CENDERUNG MENJADIKAN MANUSIA YANG LEBIH MEMENTINGKAN KEHIDUPA PRAGMATIS,

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Modul ke: 10 Fakultas TEKNIK AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA. ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R. Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R. Guna menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dan berbagai dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang hasilnya baru bisa dirasakan setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan, perilaku dan sikap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus di jalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi, yang ditandai antara lain dengan adanya percepatan arus informasi menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu menganalisa informasi dan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI ERA GLOBALISASI DALAM MENCEGAH DEGRADASI MORAL. Oleh: Sakman Dosen Prodi PPKn FKIP Universitas Palangka Raya

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI ERA GLOBALISASI DALAM MENCEGAH DEGRADASI MORAL. Oleh: Sakman Dosen Prodi PPKn FKIP Universitas Palangka Raya PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI ERA GLOBALISASI DALAM MENCEGAH DEGRADASI MORAL Oleh: Sakman Dosen Prodi PPKn FKIP Universitas Palangka Raya Abstrak Dalam era globalisasi saat ini dengan adanya saling

Lebih terperinci

Etika Kerja Kementerian Pelajaran Malaysia. Etika Kerja. Kementerian Pelajaran Malaysia. Junjung Amanah Pembangunan Insan Mulia

Etika Kerja Kementerian Pelajaran Malaysia. Etika Kerja. Kementerian Pelajaran Malaysia. Junjung Amanah Pembangunan Insan Mulia Etika Kerja Kementerian Pelajaran Malaysia Junjung Amanah Kementerian Pelajaran Malaysia Kuala Lumpur 2003 Isi Kandungan FALSAFAH PELAJARAN KEBANGSAAN iii. MISI KPM iii. OBJEKTIF KPM iii. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

1) Nasionalis. 2) Pemberani

1) Nasionalis. 2) Pemberani KOPI - Seorang presiden adalah sosok yang terpenting di Indonesia karena presiden di negara ini tak hanya berperan sebagai kepala negara, tetapi juga sebagai kepala pemerintahan. Negara ini dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DIMENSI PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Dapat Dijadikan Bahan Perbandingan dalam Mengembangkan Proses Belajar dan Pembelajaran pada Lembaga Diklat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan merupakan

Lebih terperinci

Pengarahan Kepala Perpustakaan Nasional RI Kepada Seluruh Pegawai

Pengarahan Kepala Perpustakaan Nasional RI Kepada Seluruh Pegawai Pengarahan Kepala Perpustakaan Nasional RI Kepada Seluruh Pegawai Jakarta, 18 Juni 2010 Assalamualaikum Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG

ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG Oleh: YULI AGUSTINA NIM 0250112010502 Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Syarat Yudisium Jurusan Dharmacarya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda-pemudi khususnya siswa di Indonesia sekarang memang sangat banyak terlibat dalam perkembangan gaya hidup arus global yang terkait dengan gengsi semata. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang menimbulkan kondisi dan tuntutan berbeda sesuai dengan zamannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SALATIGA SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT KOTA SALATIGA TAHUN 2016

WALIKOTA SALATIGA SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT KOTA SALATIGA TAHUN 2016 WALIKOTA SALATIGA SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT KOTA SALATIGA TAHUN 2016 Peserta Upacara Diistirahatkan!!! Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Dedi Mahardi 1

Pendahuluan. Dedi Mahardi 1 1 Pendahuluan Kecewa adalah suasana hati ketika sesuatu yang diinginkan atau sesuatu diharapkan belum terwujud atau bisa juga karena sesuatu yang dimiliki kemudian hilang. Kenapa seseorang bisa kecewa?

Lebih terperinci