BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA"

Transkripsi

1 BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA Bab ke 10 ini akan membahas mengenai runtuhnya Kabinet Amir Syarifuddin dan Moh. Hatta. Kabinet Amir Syarifuddin dan Kabinet Moh, Hatta merupakan dua kabinet yang memegang pemerintahan selama periode revolusi fisik berlangsung antara tahun Kedua kabinet tersebut menjadi topik pembahasan politik pada Bab ini. TIK Setelah mempelajari Bab 10 ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mendeskripsikan program kerja Kabinet Amir Syarifuddin dalam menjalankan pemerintahan. 2. Menganalisis berbagai faktor penyebab runtuhnya Kabinet Amir Syarifuddin 3. Mendeskripsikan proses pergantian Kabinet Amir Syariffuddin ke Kabinet Hatta 4. Mendeskripsikan strategi Kabinet Hatta dalam menjalankan pemerintahan Indonesia 5. Menganalisis faktor eksternal dan Internal penyebab runtuhnya Kabinet Hatta. 6. Menganalisis peranan partai politik dalam pemerintahan Indonesia pada masa revolusi fisik. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut Herbert Feith, jatuh bangunnya kabinet ketika itu karena pemimpin sentral Republik Indonesia terpecah mengenai berbagai aspek dari pandangan dan persepsi mengenai Republik Indonesia dan dunia. Dalam bidang politik luar negeri, persaingan antar elit terjadi di seputar dua pertanyaan, yaitu pertama, bagaimana menghadapi Belanda; dan kedua, persoalan perumusan identitas internasional Republik Indonesia. Mengenai yang pertama, pemerintah Republik Indonesia menghadapi 267 S N I 5

2 tekanan politik yang amat kuat dalam perundingan dengan Belanda. Mengenai yang kedua, para elit bersaing, yang terpecah dalam garis politik dan ideologi, serta berbeda pandangan dalam konteks bipolarisme dunia (Ganewati Wuryandari, 2008:67-68). Tiga pasangan pemimpin angkatan 1945 dengan tiga dinamika perjuangan memberikan warna khas bagi revolusi Indonesia. Ketiga pasangan itu yaitu; Ir. Sukarno dengan Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dengan Mr. Amir Syarifuddin, dan Tan Malaka dengan Jenderal Sudirman. Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta duduk manunggal dalam pucuk pimpinan negara dan pemerintahan dari kalangan nasionalis, Sutan Syahrir dan Mr. Amir Syarifuddin membentuk suatu kekuatan baru yang bersendi pada pemikiran intelektualistis sebagai alumni dari PNI Gaya Baru dan Partindo, disamping itu pasangan Tan Malaka dan Jenderal Sudirman mempunyai urat dan akar langsung di kalangan pemuda - pemuda radikal dan anggota pasukan. Masa kabinet pertama ditandai dengan orang-orang yang menduduki kabinet sebagai kolaborator Jepang menjadi senjata Belanda dalam melakukan provokasi, dengan harapan Sekutu menilai pemerintah Republik Indonesia adalah buatan Jepang. Munculnya isu ini memberikan peluang Sutan Syahrir untuk melakukan kampanye bahwa perubahan dalam pemerintahan dianggap perlu guna memperkokoh kedudukan Republik Indonesia di dunia internasional, maka muncullah Sutan Syahrir dengan predikat bukan kolaborator Jepang ke panggung politik sebagai pimpinan eksekutif ditemani Mr. Amir Syarifuddin. Kampanye Sutan Syahrir untuk merombak pimpinan pemerintahan dan menghapus kolaborator Jepang menyinggung posisi Jenderal Sudirman sebagai pimpinan PETA. Maka Jenderal Sudirman mendekati Tan Malaka sebagai kekuatan penentang Sutan Syahrir. Semenjak tahun 1946 pimpinan tertinggi pemerintahan dipegang oleh pasangan Sutan Syahrir dengan Mr. Amir Syarifuddin dan pasangan Ir. Sukarno dengan Drs. Mohammad Hatta yang mendukung politik diplomasi Sutan Syahrir. Sebaliknya politik diplomasi ini ditentang oleh kelompok Tan Malaka dengan Jenderal Sudirman yang condong kepada garis politik keras. Maka pada proses diplomasi pertama dengan Belanda mengenai 268 S N I 5

3 Perjanjian Linggarjati pasangan Tan Malaka dan Jenderal Sudirman menjadi oposisi terhadap kebijakan Sutan Syahrir melalui Persatuan Perjuangan. Peristiwa 3 Juli 1946 menjadi bukti sikap elit politik terhadap kebijakan Pemerintah. Reaksi atas peristiwa 3 Juli 1946 pasangan Ir. Sukarno dengan Drs. Mohammad Hatta berperan sebagai penengah, Jenderal Sudirman sendiri bersikap luwes, sedangkan kelompok Tan Malaka ditangkap. Salah satu corak sistem pemerintahan parlementer di Republik Indonesia yaitu menganut banyak partai, maka dalam menjalankan pemerintahan tidak ada partai yang dominan. Koalisi dari berbagai macam partai merupakan salah satu cara dalam memperkuat jalannya pemerintahan. Sedangkan partai yang tidak tergabung dalam koalisi membentuk oposisi. Pertentangan tidak hanya muncul dalam setiap individu tetapi juga muncul dalam partai politik yang bergabung dalam kelompok tertentu. Setelah muncul Persatuan Perjuangan yang berimbas pada pergolakan Kabinet Syahrir II, maka harapan muncul dengan menyatukan berbagai kalangan partai politik dalam Kabinet Syahrir III. Campur tangan presiden dalam pembentukan komposisi kabinet masih besar, kekuatan nasionalis (Partai Sosialis dan Partai Nasional Indonesia), agama (Masyumi dan Partai Kristen) dan komunis dari Partai Komunis Indonesia. Komposisi partai dalam kabinet diharapkan dapat menghancurkan kekuatan Dr. H.J. van Mook melalui meja perundingan. Setelah melalui perundingan dengan Belanda dan Agresi Militer Belanda I memunculkan pertentangan dalam kehidupan kepartaian di Republik Indonesia. Pertentangan ini memecah kekuatan menjadi dua kelompok yang saling beradu. Kedua kelompok itu ialah partai - partai pendukung pemerintah mengenai hasil Perjanjian Linggarjati. Kelompok yang mendukung Pemerintah dikenal dengan sebutan Sayap Kiri yang berasal dari Partai Sosialis, Pesindo, Partai Buruh, dan Partai Komunis Indonesia. Kelompok yang menentang Pemerintah dikenal dengan sebutan Benteng Republik yang berasal dari PNI, Masyumi, dan Partai Rakyat. Dibawah ini dijelaskan mengenai bagaimana kabinet yang berlaku di Indonesia pada awal kemerdekaan. 269 S N I 5

4 A. Kabinet Amir Syarifuddin Latar belakang terbentuknya kabinet Amir Syarifuddin dengan dikeluarkannya maklumat Wakil Presiden no.x pada tanggal 16 Oktober 1945 yang menjadi landasan perubahan sistem pemerintahan Presidensiil menjadi sistem parlementer. Sutan Syahrir menjadi orang pertama yang dipercaya menjabat sebagai Perdana menteri di dalam sistem parlementer tersebut yang kemudian karena adanya sikap pro dan kontra terhadap perjanjian Linggajati Kabinet Syahrir bubar dan digantikan oleh Kabinet Amir Syarifuddin (Surono, 2005) Perpecahan di kubu Kabinet Syahrir, yaitu terjadi mosi tidak percaya dari Masyumi yang merupakan akibat dari Perundingan Linggarjati. Di dalam Partai Sosialis juga terjadi perpecahan, dimana Syahrir dikenal sebagai Partai Sosialis Kanan dan Amir Sjarifuddin sebagai Partai Sosialis Kiri. Seperti kita ketahui, Partai Sosialis Kiri kemudian bergabung dengan Partai Komunis Indonesia dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) ((Slamet Mulyana, 2008) Gambar. Amir Syarifuddin, tokoh sosialis, komunis, dan menteri Indonesia. Sumber foto: PNRI.go.id Pada pukul 03.15, Presiden Soekarno menerima secara resmi penyerahan mandat kabinet Syahrir dan sejak saat itu kekuasaan sepenuhnya terdapat ditangan Presiden. Pada malam itu datang kabar dari pihak Belanda yang mengharapkan 270 S N I 5

5 jawaban pemerintah Indonesia paling lambat tanggal 27 Juni Demikianlah pada malam itu dibentuk komisi untuk membantu presiden dalam menyusun jawaban atas nota pemerintah Belanda. Panitia dibantu oleh Amir Sjarifuddin (Partai Sosialis), Sujono Hadinoto (PNI), Harsono Cokroaminoto (Masyumi), Tambunan (Parkindo) dan Kasimo (PKRI). Presiden Soekarno pada tanggal 30 Juni telah menunjuk Amir Syarifuddin, Sukiman, A.K Gani dan Setiadjit sebagai formatur untuk membentuk kabinet koalisi, tetapi gagal membentuk kabinet nasional. Dalam tempo 14 jam, kabinet nasional terbentuk. Pada tanggal 3 Juli, kabinet baru dibawah pimpinan Amir Syarifuddin dilantik. Dan kabinet ini bertugas untuk menjawab nota dari Belanda (Slamet Mulyana, 2008). Soekarno menunjuk Amir untuk membuktikan kepiawannya mengusung kabinet dan menjalankan pemerintahannya. Presiden menuntut Perdana Menteri yang baru untuk membentuk kabinet koalisi antara PS, PNI, Masyumi, dan PBI. Akan tetapi usaha ini gagal. Amir kemudian membentuk kabinet sesuai kemampuan. Pada dasarnya, Amir masih mengandalkan Partai Sosialis sebagai penyokongnya, ditambah dari PNI dan Masyumi. Untuk pertama kalinya pula seorang Katolik, pemimpin Parkindo (Partai Katolik Indonesia) I. J. Kasimo dan seorang komunis Maruto Darusman, menduduki kursi dalam kabinet pemerintahan. Amir pun masih mengunci jabatan Menteri Pertahanan. Adapun Program Kerja Kabinet Amir Syarifuddin yaitu: 1. Menjawab Nota Dari Belanda Nota Belanda pada tanggal 29 Juni yang dikirim oleh Van Mook belum mendapat jawaban dari Presiden. Nota inilah yang harus dijawab oleh Kabinet Amir. Nota balasan akhirnya dikirim oleh Kabinet amir pada tanggal 8 Juli. Isinya yang perlu mendapat perhatian adalah Pemerintah Republik ingin perhubungan luar negeri Republik Indonesia yang telah ada diberi tempat yang sesuai dalam rencana yang dimaksudkan. Berkenaan dengan soal keamanan dan ketertiban dalam negeri, pemerintah tetap berpendirian seperti yang telah tertera dalam nota presiden. 271 S N I 5

6 Pertemuan antara Perdana Menteri Amir Syarifuddin dengan Jenderal Van Mook berlangsung pada tanggal 14 dan 15 juli Perundingan menemui jalan buntu. Indonesia tetap mempertahankan kesatuan bersama. Indonesia tidak mau kalah dengan pihak Indonesia dan menginginkan perhentian permusuhan. Keinginan tersebut disambut baik oleh kedua belah pihak dan keduanya mengumumkan perhentian permusuhan. Tetapi pihak Belanda ingkar dan yang harus menghentikan permusuhan hanya dari pihak Indonesia. Gambar. Kabinet Amir Syarifuddin pada saatrapat dengan Soekarno. Sumber: Aksi perhentian permusuhan ini gagal setelah Perdana Menteri Belanda Dr. Louis memberikan kuasa penuh kepada Van Mook untuk melakukan aksi militer karena Indonesia tidak memenuhi Persetujuan Linggarjati dan menolak usul Belanda. Akibat ucapan dari Dr. Louis, di Indonesia terjadi penangkapan besar-besaran tokoh-tokoh di Indonesia. dengan demikian Kabinet Amir Syarifuddin gagal dalam membalas nota dari Jenderal Van Mook. Dalam menjalankan pemerintahannya, Kabinet Amir mengalami beberapa masalah misalnya : 1. Gagalnya perjanjian Renville Perundingan resmi digelar di atas kapal angkut Amerika Serikat bernama Renville yang berlabuh di lepas pantai Jakarta pada 8 Desember. Seperti yang dilakukan Sjahrir semasa menjabat pimpinan pemerintahan, Amir mengetuai delegasi perundingan dari pihak Indonesia. Adapun pihak Belanda dipimpin oleh Kolonel KNIL bernama Abdulkadir Wijoyoatmojo. Pihak Belanda berusaha agar garis pertahanan yang telah berhasil direbut pada Agresi Militernya 272 S N I 5

7 dipertahankan. Sedangkan RI meminta agar tentara Belanda menarik diri ke kedudukan semula sesuai perundingan Linggarjati. Agenda lainnya adalah ketika persoalan pembentukan Republik Indonesia Serikat. Belanda mengusulkan agar bahwa RI adalah salah satu negara bagian disamping Negara Sumatera, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan dan lain-lain. Padahal, hasil salah satu perundingan Linggarjati adalah bahwa RIS adalah pemerintahan sementara (interim government) yang dibawahi oleh RI dan Belanda. Saat perundingan berjalan, Belanda seakan mengancam secara halus apabila konsesi-konsesi yang ditawarkan tidak diindahkan, maka mesiu yang selanjutnya bicara. Amerika Serikat pun tidak akan mendukung Indonesia apabila menolak penawaran Belanda. Amir berdiri terjepit. Pada akhirnya pada Januari 1948, Perundingan Renville selesai dan kesepakatan disetujui. Dengan disetujui perjanjian Renville membuat kerugian di pihak Indonesia dan hal inilah yang menjadi penyebab jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin. 2. Agresi Militer Belanda 1 Pasal-pasal yang ada dalam perundingan Linggarjati banyak menimbulkan kesalahpahaman di antara Belanda dan Indonesia. Setelah menandatangani perjanjian Linggarjati, Indonesia membuka kantor diplomatik dinegara lain. Usaha ini dimaksudkan untuk mencari dukungan dari luar negeri. Keadaan ini tidak dapat diterima oleh Belanda, sehingga hubungan luar negeri harus menyangkut dengan Belanda. Kesalahpahaman ini mengirimkan ultimatum kepada Indonesia untuk membentuk tentara keamanan bersama. Ultimatum ini ditolak oleh Indonesia sehingga Belanda melancarkan agresi militernya ke Indonesia. Serangan militer dilancarkan Belanda ke Indonesia pada tanggal 21 Juli Dari Jakarta dan Bandung dua divisi Belanda bergerak menduduki sebagian besar wilayah Jawa Barat. Dari Surabaya, dua brigade bergerak menguasai sebagian besar Jawa Timur dan Madura. Kesatuan wilayah perkebunan di Sumatera Timur menguasai instalasi minyak bumi dan batu bara di daerah Palembang. Kekuatan personil keamanan Indonesia sangat tidak berdaya 273 S N I 5

8 mengahadapi serangan ini, sehingga banyak wilayah Indonesia yang diterapkan dalam Perundingan Linggarjati jatuh ke tangan Belanda (Aritanto, 2011:23). Pada saat perundingan berlangsung diadakan reshuffle Kabinet Amir Syarifuddin. Tujuan pemerintah adalah untuk memperkuat kabinetnya dalam rangka mengahadapi perundingan dengan Belanda. Walaupun kabinet Amir merupakan kabinet koalisi yang kuat, namun setelah kabinet Amir menerima hasil perjanjian Renville, partai-partai politik kembali menentangnya dan menarik kembali menteri-menterinya dari kabinet. Sebagai hasil sidang Dewan partai tanggal 18 Januari 1948, PNI menuntut supaya Kabinet Amir menyerahkan mandatnya kepada Presiden. PNI menolak Persetujuan Renville, karena persetujuan tersebut tidak menjamin dengan tegas akan kelanjutan dan kedudukan Republik. Kabinet Amir yang hanya didukung oleh sayap kiri tidak berhasil dipertahankan dan pada tanggal 23 Januari 1948 Amir Sjarifuddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekrano (Djoened, 1993:144). Didalam tubuh pemerintahan terjadi pertentangan internal terkait hasil Perundingan Renville yang ditanda tangani oleh Amir. Sebelum penandatangan terjadi, Sjahrir dan pengikutnya yang telah melebur didalam PS membentuk Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada 12 Februari di Yogyakarta. PNI dan Masyumi menilai Amir membawa pulang kekalahan yang sangat merugikan. Tidak bedanya dengan Sjahrir, Amir pun ditikam dari belakang oleh rekan-rekannya sendiri. PNI dan Masyumi menarik perwakilannya dari jajaran kabinet pemerintahan. Itu berarti Amir tidak lagi mendapat suara mayoritas dari Parlemen. Koalisi hancur, kabinet menjadi lumpuh dan Amir membubarkan kabinetnya pada 23 Januari B. Kabinet Moh. Hatta Dugaan mengenai terpilihnya Drs. Mohammad Hatta sebagai pengganti Mr. Amir Syarifuddin sudah diketahui jauh hari sebelum Kabinet Amir Syarifuddin jatuh. Terpilihnya Drs. Mohammad Hatta sebagai perdana menteri terkait dengan kondisi kabinet sebelumnya sesuai dengan pendapat Herbert Feith, ditambah dengan besarnya pencitraan pemimpin Republik Indonesia kala itu 274 S N I 5

9 dimana terjadi ketergantungan tokoh politik kepada Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta. Pada tanggal 24 Januari 1948 Kabinet Amir Syarifuddin menyerahkan jabatannya sebagai perdana menteri kepada presiden. Malam itu juga presiden menunjuk Drs. Mohammad Hatta sebagai formatur kabinet. 1. Program Kerja Kabinet Hatta Masa kerja Kabinet Hatta dimulai pada tanggal 29 Januari 1948 sampai 4 Agustus Masa kurun waktu 18 bulan atau satu setengah tahun bukanlah masa yang panjang dan bukan berarti program kerja yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Terdapat kejadian diluar dugaan yang mempengaruhi jalannya roda pemerintahan Kabinet Hatta. Adapun kejadian dalam negeri yang mempengaruhi Pemerintahan Kabinet Hatta adalah sebagai berikut: 1. Bulan pertama sampai Agustus 1948 Kabinet Hatta berusaha untuk menyelenggarakan Perjanjian Renville dengan Belanda walaupun menemui jalan buntu. 2. Bulan September 1948 timbul Pemberontakan PKI di Madiun. Peristiwa ini dapat diatasi dalam waktu dua minggu. 3. Bulan Desember 1948 sampai Juli 1949 terjadi Agresi Militer Belanda II dan tokoh tokoh Pemerintah ditawan. Pada 22 Desember 1948 Presiden Soekarno, Perdana Menteri Hatta, dan beberapa menteri ditawan Belanda (Moh. Hatta,1979:543), sampai dibebaskan kembali pada tanggal 6 Juli Kepemimpinan dilimpahkan kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara yang mengungsi ke Sumatera (Zed, 1997) Terdapat dua bagian dalam program kerja Kabinet Hatta, adapun hasil program kerja selama Kabinet Hatta menjalankan pemerintahan adalah sebagai berikut: 1) Penyelenggaraan Persetujuan Renville Persetujuan gencatan senjata dan dasar-dasar untuk mencapai persetujuan politik merupakan syarat utama Persetujuan Renville. Meskipun dalam pelaksanaannya kemerdekaan dagang dan lalu lintas yang merupakan bagian dari gencatan senjata tidak dapat diselesaikan dikarenakan Belanda 275 S N I 5

10 menganggap hal ini termasuk dalam persetujuan politik. Hambatanhambatan dalam sikap Belanda yang keras kepala dan selalu menuduh Republik Indonesia melakukan pelanggaran gencatan senjata sering terjadi dalam delapan bulan pertama. Gambar. Mohammad Hatta. Sumber: Indonesian Embassy in the Netherlands Pokok Persetujuan Renville ialah pembentukan Negara Indonesia Serikat, pembentukan pemerintah interim, Uni Indonesia Belanda dan Plebisit. Mengenai pembentukan pemerintahan interim, Uni Indonesia Belanda dan Plebisit merupakan hal yang banyak mengalami pertentangan. Kedudukan Tentara Republik Indonesia dan perhubungan Republik Indonesia dengan luar negeri menurut Belanda keduanya harus dihapuskan, sebaliknya Tentara Republik Indonesia harus digunakan sebagai sumbangan dalam pembangunan Tentara Federal Negara Indonesia Serikat. Hubungan Republik Indonesia dengan luar negeri tidak bisa dihapuskan karena masa interim merupakan masa yang dinamis bukan suatu masa yang berhenti atau mundur. Konsepsi Belanda mengenai Uni Indonesia Belanda tidak jelas, sebab Belanda berpegang pada dua fikiran yang berlainan. Satu sisi mengakui Uni adalah perhubungan antara dua negara yang sama-sama merdeka tetapi di sisi lain bentuknya disesuaikan dengan sistem kakaisaran yang dahulu. 276 S N I 5

11 Mengenai plebisit Republik Indonesia berpendapat hanya diadakan di daerah-daerah Republik Indonesia yang diduduki Belanda setelah Agresi Militer I, tetapi dari pihak Belanda akan diadakan di seluruh Jawa, Sumatra dan Madura (Toer, 2003). Bahkan Belanda membentuk negara boneka dan melakukan plebisit dengan sengaja tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada KTN (Kahin, 1995). Dengan perbuatannya itu menimbulkan kesan seolah-olah tidak ingin mencapai persetujuan, karena akan berakibat pada lahirnya Negara Indonesia Serikat. Sampai dengan bulan Agustus 1948 hasil perundingan politik hampir nihil, lagi pula Belanda menunggu instruksi dari Den Haag dalam soal tersebut, maka pihak Republik Indonesia dengan resmi menyatakan menunda segala perundingan politik. Berbagai perbuatan Belanda yang mengindikasikan adanya ketidakinginan dalam tercapainya Negara Indonesia Serikat dimanfaatkan pihak Republik Indonesia untuk menarik simpati anggota KTN maupun negara-negara di dunia yang tergabung dalam PBB. 2) Rasionalisasi dan Reorganisasi Dasar rasionalisai adalah perimbangan antara pengeluaran dengan pendapatan. Jalan yang harus ditempuh untuk mencapai perimbangan itu menurut Moh. Hatta, (1992) ialah: a. Mengurangkan pengeluaran negeri b. Memperbesar masuknya pajak c. Memperbesar produksi d. Mengadakan sanering uang berhubung dengan banyaknya uang palsu yang beredar dan dengan merosotnya mata uang. Menurut Ketetapan Presiden tanggal 13 Agustus 1948 telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 25 Tentang Penetapan Pajak. Berhubungan dengan besarnya biaya penghidupan dewasa ini akan terdapat perubahan dalam tarif pajak dengan memperhatikan keadaan keuangan negara (Pramodya, 2003). Blokade Belanda menyulitkan pihak Republik Indonesia dengan memotong sumber pendapatan, pembelian senjata dan pasokan obat-obatan. Republik Indonesia terpaksa 277 S N I 5

12 megeksploitasi opium yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang (Rose, 1991) Drs. Mohammad Hatta menunjukkan keberhasilan pemerintahnya dengan menyatakan bahwa meskipun dalam situasi darurat, pemerintah berhasil memperluas sawah sampai hektar, membentuk berbagai koperasi pertanian, mengendalikan harga-harga dan mencegah penimbunan. Untuk memperbesar produksi koperasi pemintalan benang Pemerintah telah memberikan modal sebesar Rp. 5 juta di Silungkang, Sawahlunto, Sumatra Barat. Sementara itu untuk memperbesar usahausaha koperasi rakyat di Sumatera Barat Pemerintah juga telah memberikan sejumlah modal dengan perjanjian bahwa pokok tersebut habis 3 bulan supaya dikembalikan. Pada tanggal 11 Agustus 1948 dikeluarkan uang kertas baru Uang Republik Indonesia (ORI) bernilai Rp. 100,00.10 Mulai 1 November diedarkan ORI baru bernilai Rp. 40,00, Rp. 100,00, dan Rp. 400,00. Dimulai usaha rekonstruksi dan koordinasi di kalangan-kalangan kepolisian ketentaraan. Dengan Penetapan Wakil Presiden merangkap Menteri Pertahanan, maka mulai tanggal 1 April 1948 dihapuskan susunan Polisi Tentara (PT), Polisi Tentara Laut (PTL), Polisi Angkatan Udara (PAU) dan Pengawas TNI. Sejak itu anggota-anggota badan tersebut disatukan dalam satu Corps Polisi Militer (CPM). Badan ini terbagi dalam dua corpsen, yaitu Corps Polisi Militer di Jawa dan Corps Polisi Militer di Sumatera. Dengan perubahan tersebut, sekarang hanya ada dua alat kepolisian negara yaitu Polisi Negara dan Corps Polisi Militer. Dalam wawancara Wakil Panglima Besar Jenderal Mayor A.H. Nasution dengan wartawan Antara pada tanggal 26 Mei 1948 mengenai rencana rasionalisasi tentara. Setelah pelaksanaan gencatan senjata lebih kurang sudah ada orang yang sudah dan akan dipindahkan ke lapangan pembangunan. Untuk mencapai pembentukan tentara reguler maka akan diadakan seleksi baik dalam hal semangat maupun kepandaian militer. Karena berbagai kesukaran baik material maupun psikologis 278 S N I 5

13 pelaksanaan rasionalisasi ini belum dapat seluruhnya berjalan dengan lancar. Tetapi di berbagai daerah di Jawa Tengah yaitu Magelang dan sekitarnya serta Jawa Timur usaha ke arah itu dapat terlaksana. 2. Strategi Kabinet Hatta Dalam Menjalankan Pemerintahan Tujuan politik luar negeri pada masa Kabinet Hatta adalah mendapatkan pengakuan dunia internasional. Tidak hanya khusus pada politik luar negeri saja, bahwa yang termuat dalam program kerja kabinet condong ke arah pengakuan kedaulatan. Pencapaian pengakuan di dunia internasional tidak akan tercapai apabila negara yang kembali menjajah Indonesia belum mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka. Untuk itu setiap kabinet pasti mempunyai strategi dalam mencapai tujuannya. Menurut William D. Coplin terdapat empat indikator yang dapat dipakai untuk memahami perilaku politik luar negeri (Wuryandari, 2008). Tentu saja Kabinet Hatta I pasti melihat indikator tersebut sebagai pendukung dalam melaksanakan strateginya. Gambar. Kabinet Hatta I dalam forum rapat. Sumber: Wikipedia.com Adapun strategi Kabinet Hatta dalam menjalankan pemerintahannya adalah sebagai berikut: 1. Konteks Internasional Situasi politik internasional yang sedang terjadi pada waktu tertentu dapat mempengaruhi bagaimana negara itu akan berperilaku. Dalam kaitan ini, William D. Coplin lebih lanjut menyatakan bahwa ada tiga elemen penting dalam membahas dampak konteks internasional terhadap politik luar negeri suatu negara, yaitu geografis, ekonomis dan politis. 279 S N I 5

14 Perancang kebijakan Amerika Serikat menganggap Hindia Belanda sebagai gabus yang diatasnya ekonomi Belanda berpijak, yang menyediakan 20 persen pendapatan nasionalnya dan bila bisa dipulihkan kembali akan sangat berguna bagi negara itu. Mereka yakin bila Belanda tidak terus mengendalikan minyak, timah, karet dan kopra dari kepulauan tersebut, bahkan suntikan dana Amerika Serikat secara besar-besaran tidak akan dapat memperkuat perekonomian negara itu, sehingga bisa menghambat kekuatan politik radikal di sana. Demikian pula investasi Amerika Serikat di Indonesia khususnya minyak dan karet, mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat (Kahin, 1997). Pembagian dunia atas dua blok, yakni blok sosialis komunis Uni Soviet dan blok demokrasi kapitalis Amerika Serikat. Masing - masing negara yang adikuasa ini berupaya menarik sebanyak mungkin negara ke dalam ruang lingkup pengaruhnya. Persaingan dan pertentangan di antara keduanya mempengaruhi strategi politik yang akan dilaksanakan oleh negara manapun di dunia (Fernandes, 1998) Perebutan pengaruh ideologi dalam kawasan tertentu terutama Indonesia berakibat pada pasang surutnya hubungan Amerika Serikat dengan Republik Indonesia dan Uni Soviet dengan Republik Indonesia. Melihat perkembangan komunis yang dominan pasca Perang Dunia II di Eropa Barat dibandingkan dengan Asia membuat fokus perhatian Amerika Serikat condong kepada Eropa terutama Belanda. Tetapi sejak pertengahan 1948, dengan adanya kemajuan komunisme di negeri Cina, negara-negara di Asia Selatan dan Tenggara nampaknya memasuki front perbatasan komunis yang sedang bergerak maju. Pemerintah Amerika Serikat secara berangsur-angsur beralih kepada suatu apresiasi yang lebih baik terhadap Republik Indonesia. Sebagai pesaing Amerika Serikat, Uni Soviet bertindak sebaliknya. Awal perjuangan kemerdekaan Indonesia selalu didukung Uni Soviet melalui Dewan Keamanan PBB mengenai perang Indonesia dengan NICA. Tetapi setelah komunis dihancurkan oleh Pemerintah Drs. Mohammad Hatta pada September 1948 maka Uni Soviet bersifat menjauh. 280 S N I 5

15 Drs. Mohammad Hatta mengarahkan perhatian pada struktur kekuatan bipolar yang muncul di dunia internasional setelah perang dunia II, dengan menyatakan: Tidak perduli betapapun tampak lemahnya kita sebagai bangsa yang baru memenangkan kemerdekaan jika dibandingkan dengan dua raksasa dalam konflik tersebut Amerika Serikat dan Uni Soviet pandangan pemerintah ialah bahwa kita harus tetap mendasarkan perjuangan kita atas prinsip bahwa kita harus percaya kepada diri sendiri dan bahwa kita harus berjuang dengan kekuatan dan kemampuan kita sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa Republik Indonesia tidak akan mengambil keuntungan dari pergolakan politik internasional. Untuk mencapai kedudukan negara yang kuat ialah mempergunakan pertentangan internasional yang ada untuk mencapai tujuan nasional. Tetapi hendaknya didasarkan atas realitas yang ada. Tidak dengan sendirinya memilih diantara dua aliran yang bertentangan, yaitu komunis dan demokrasi kapitalis. Betapapun besarnya kedekatan terhadap salah satu dari kedua aliran tersebut. Tetapi tetap menentukan langkah sendiri dalam mencapai kemerdekaan 2. Perilaku Pengambil keputusan Dalam hal ini mencakup pihak eksekutif, kementrian dan lembaga negara di suatu pemerintahan. Perilaku Pemerintah yang dipengaruhi oleh persepsi, pengalaman, pengetahuan dan kepentingan individu dalam pemerintahannya menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan luar negeri. Pada tanggal 4 November 1948 Drs. Mohammad Hatta mengatakan bahwa keadaan politik yang menyelimuti hubungan Republik Indonesia dengan Belanda buruk sekali. Tetapi Drs. Mohammad Hatta masih percaya bahwa Republik Indonesia akan menarik keuntungan jika tetap melanjutkan perundingan. Selama Belanda masih tampak sebagai agresor, selama itu pula Republik Indonesia mendapatkan uluran tangan Dewan Keamanan, dalam hal ini simpati yang merupakan faktor kekuatan psikologis. Hingga akhirnya terjadi perundingan terakhir di Kaliurang sebelum Agresi militer Belanda II. Tanggal 11 Desember 1948 Belanda menyatakan bahwa perundingan di bawah pimpinan KTN sudah tidak ada gunanya lagi, dengan pernyataan ini 281 S N I 5

16 terputuslah perundingan dengan Republik Indonesia. Atas saran Merle H. Cochran, tanggal 13 Desember Drs. Mohammad Hatta kembali membuka perundingan. Drs. Mohammad Hatta menyatakan bahwa Republik Indonesia bersedia memberikan konsesi lebih jauh, yaitu bersedia menyetujui kekuasaan penuh Wakil Belanda dalam suatu Pemerintah Federal Sementara, asalkan Republik Indonesia duduk di dalamnya. Tetapi Belanda menuntut diperbolehkannya tentara Belanda memasuki daerah Republik Indonesia untuk mengurusi masalah keamanan dan ketertiban. Betapa sulitnya untuk merubah Belanda untuk berbelok pada pendiriannya melihat kondisi Republik Indonesia yang lemah. Mereka tidak mampu melihat kenyataan bahwa simpati kepada Republik Indonesia baik secara eksternal maupun internal bisa meningkat menjadi kekuatan pemaksa yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan militer. Sesaat setelah Agresi Militer Belanda II dilancarkan, Drs. Mohammad Hatta mengadakan sidang darurat kabinet di Gedung Agung. Pada pembahasan terakhir mengenai apakah presiden dan wakil presiden akan ikut bergerilya atau tetap dalam kota. Keputusan akhir bahwa presiden dan wakil presiden tetap berada dalam kota. Critchley selaku anggota Australia untuk Komisi Tiga Negara pengganti C. Kirby berpendapat; Penangkapan mereka oleh pihak Belanda memberikan fokus perhatian bagi Komite Jasa Baik dan Dewan Keamanan supaya melepaskan dan mengembalikan mereka ke Yogyakarta. Penangkapan ini lebih merupakan usaha untuk menjaga status mereka sebagai pemimpin nasional, yang ditangkap di ibukota, ketimbang muncul sebagai pemberontak yang lari ke hutan-hutan. Menurut Drs. Mohammad Hatta, ada dua alasan mengapa ia dan Ir. Sukarno tidak bisa lari ke pegunungan pada akhir sidang darurat kabinet. Pertama, tidak cukup banyak pasukan di kota yang bisa melindungi pelarian mereka. Kedua, lebih menguntungkan dari sudut pandang laporan Komisi Tiga Negara kepada PBB, karena mereka akan dianggap sebagai korban Agresi Militer Belanda II. 3. Kondisi Ekonomi dan Militer 282 S N I 5

17 Blokade Belanda menyulitkan pihak Republik Indonesia dengan memotong sumber pendapatan, pembelian senjata dan pasokan obat-obatan. Republik Indonesia terpaksa megeksploitasi opium yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang. Dengan pelaksanaan program kerja Drs. Mohammad Hatta dapat menunjukkan keberhasilannya, perluasan sawah, sanering, koperasi dan peminjaman modal dari Pemerintah dapat dilaksanakan dalam kondisi yang terbatas. Pelaksanaan Hijrah pasukan Republik Indonesia merupakan ujian dimana Pemerintah Republik Indonesia akan mendapatkan penilaian dari dunia internasioanal dalam bidang-bidang sebagai berikut; Pertama, pelaksanaan administrasi Pemerintah Republik Indonesia untuk dapat membedakan mana pasukan Pemerintah dan mana yang tidak. Kedua, apakah Pemerintah cukup berwibawa, sehingga perintah-perintah akan ditaati oleh pasukannya. Ketiga, apakah pasukan Pemerintah cukup berdisiplin untuk melaksanakan tugas itu. Pembentukan tentara reguler sesuai dengan program kerja memperbaiki kinerja tentara Republik Indonesia dilihat dari segi persenjataan, moril maupun pengetahuan dalam bertempur. Ditambah lagi setelah terjadi peristiwa Pemberontakan PKI di Madiun tentara di Jawa lebih terintegrasi. Hal ini menjadi bukti betapa baik, loyal dan terkoordinirnya kekuatan ketentaraan Republik Indonesia. 4. Politik Dalam Negeri Yang dilihat adalah sistem pemerintahan atau birokrasi yang dibangun dalam suatu pemerintahan serta pengaruhnya terhadap perpolitikan nasional. Situasi politik yang terjadi dalam negeri akan memberikan pengaruh dalam perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri. Pembentukan suatu kabinet presidensil yang bersifat nasional dan mencakup semua partai merupakan tujuan Drs. Mohammad Hatta dalam membentuk kabinet yang kuat. Drs. Mohammad Hatta memilih menggunakan sistem pemerintahan presidensil daripada parlementer. Pertama, hal ini terkait dengan kejadian kabinet sebelumnya yang terlalu mudah digulingkan pihak oposisi karena tidak ada kekuatan yang ada pada perdana menterinya. Kedua, kedudukan Dwitunggal tidak hanya merupakan simbol negara dilihat dari dasar konstitusionalnya 283 S N I 5

18 tetapi juga sebagai pemimpin-pemimpin besar yang merupakan pusat dari kepercayaan rakyat sehingga mempermudah mengkonsolidasikan berbagai golongan. Ketiga, tidak adanya ikatan partai memberikan peluang Drs. Mohammad Hatta untuk memilih menteri yang duduk dalam kabinet sesuai dengan keahliannya. Masuknya berbagai partai tanpa melihat perimbangan kekuatan dalam koalisi dan oposisi yang tampak dalam sistem pemerintahan parlementer memberikan kepercayaan kepada dunia internasional dalam pelaksanaan Persetujuan Renville. Bayangkan apabila Masyumi dan PNI menjadi formatur sekaligus partai yang dominan dalam kabinet mungkin dunia internasional tidak akan percaya karena sudah jelas bahwa kedua partai itu menolak Persetujuan Renville. Tidak ada kejadian dalam tubuh kabinet yang menandakan adanya perpecahan. Hanya saja muncul oposisi dari pihak yang tidak masuk dalam Kabinet Hatta I. Oposisi ini menamakan dirinya FDR, perkembangan pihak oposisi akhirnya berakhir dengan pemberontakan PKI di Madiun. 284 S N I 5

19 Kesimpulan Dalam dunia politik usaha untuk mendapatkan kekuasaan dan pengaruh sudah sangat umum terjadi. Para pemegang kekuasaan berusaha mempertahankan kekuasaanya dari pihak oposisi. Hal tersebut juga terlihat pada masa , hal itu terlihat dari usaha Amir Syarifudin yang berusaha keras menjatuhkan Kabinet Hatta dengan membentuk Front Demokrasi Rakyat. Pada masa Indonesia sedang berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai. Usaha-usaha untuk mempertahankan kemerdekaan mengalami masalah yang cukup sulit dan kompleks. Pergantian Kabinet terjadi di Indonesia, diawali dengan naiknya Syahrir sebagai perdana Menteri yang akhirnya turn setelah perjanjian Linggarjati, kemudian digantikan oleh Amir Syarifudin yang dipaksa turun akibat menandatangani Perjanjian Renville. Kebijakan Politik yang diambil oleh Amir Syarifuddin setelah kabinetnya terbentuk antara lain membuat nota balasan terhadap aide memoire Belanda, mengirimkan delegasi dalam KTN, mengadakan perjanjian Renville. Dalam keadaan yang bergejolak tersebut terjadi aksi militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 yang mendapat tanggapan serius bukan hanya dari Indonesia tetapi juga dunia internasional. Dewan Keamanan PBB kemudian membentuk suatu komisi yang bertugas untuk menjadi jembatan pertemuan antara pihak Indonesia dengan Belanda yang diberi nama Komisi Tiga Negara (KTN). Atas prakarsa dari komisi tersebut ditandatanganilah nota perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang diberi nama Perjanjian Renville yang pada akhirnya menjadi penyebab jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin. Setelah Amir Syarifudin Mengundurkan diri, Drs. Mohammad Hatta yang juga wakil Presiden ditunjuk oleh Soekarno untuk mebentuk sebuah Kabinet Nasional yang dapat merangkul semua partai politik. Namun Hatta juga tidak berhasil mewujudkan Kabinet Nasional karena pihak kiri tidak mau mendukung Kabinet Hatta. Pihak kiri pada akhirnya menjadi pihak oposisi yang selalu menginginkan Kabinet Hatta mundur. Namun usaha dari sayap kiri untuk menjagal Kabinet Hatta tidak berhasil karena Kabinet Hatta merupakan kabinet 285 S N I 5

20 yang kuat dan juga didukung oleh partai-partai besar (PNI dan Masyumi). Kebijakan-kebijakan Kabinet Hatta tidak dapat terlaksan secara keseluruhan karena terbentur oleh keadaan kondisi Negara. Namun Kabinet Hatta mempunyai sebuah andil yang besar dalam menyelesaikan konflik dengan Belanda dengan dihasilkannya Konferensi Meja Bundar. 286 S N I 5

21 Latihan 1 1. Buatlah perbandingan antara kabinet Amir Syarifuddin dan Kabinet Hatta 2. Diskusikanlah hasil perbandingan tersebut. 3. Buatlah laporan mengenai kedua kabinet itu. 4. Bagaimana pendapat anda tentang pergantian kabinet yang sering terjadi di Indonesia pada saat itu. 5. Bagaimana dampak pergantian kabinet tersebut bagi Indonesia. Latihan 2 1. Sebelum Kabinet Amir Syarifuddin terbentuk, kabinet sebelumnya di Indonesia adalah... a. Kabinet Djuanda d. Kabinet Wilopo b. Kabinet Hatta e. Kabinet Syahrir c. Kabinet Sukiman 2. Program Kerja yang dilakukan oleh Kabinet Amir Syarifuddin adalah... a. Menjawab nota dari Belanda b. Menyusun hasil perundingan Linggarjati c. Membuat perjanjian baru dengan Belanda d. Memajukan kabinet Amir supaya tidak diganti oleh kabinet lain e. Bersaing dengan partai lain yang tidak mendukung kabinetnya. 3. Sebab jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin adalah, kecuali... a. Gagalnya perjanjian Renville b. Adanya Agresi militer Belanda 1 c. Kabinet amir gagal dalam menjawab nota Belanda d. Tidak adanya dukungan dari parlemen e. Masa kerja Kabinet Amir berakhir. 4. Kabinet Amir Syarifuddin dibubarkan pada tanggal... a. 23 Januari 1948 d. 26 Januari 1948 b. 24 Januari 1948 e. 27 Januari 1948 c. 25 Januari Salah satu program kerja dari kabinet Hatta adalah S N I 5

22 a. Penyelenggaraan perjanjian Linggarjati b. Rasionalisasi dan Reorganisasi c. Menjawab nota dari Belanda d. Menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda e. Membahas Agresi Militer Belanda 1 6. Masa kerja kabinet Hatta dimulai pada tanggal... a. 29 Januari 1948 d. 27 Januari 1948 b. 30 Januari 1948 e. 26 Januari 1948 c. 28 Januari Salah satu kejadian dalam negeri yang mempengaruhi Kabinet Hatta adalah... a. Agresi Militer Belanda 1 b. Terjadinya pemberontakan PKI Madiun 1948 c. Peristiwa Westerlling d. Terjadinya perjanjian Linggarjati e. Adanya gangguan keamanan dalam negeri 8. Salah satu program kerja kabinet Hatta adalah Rasionalisasi dan Reorganisasi yang merupakan perimbangan antara pengeluaran dengan pendapatan. Jalan yang harus ditempuh untuk mencapai perimbangan itu menurut Moh. Hatta adalah, kecuali... a. Mengurangkan pengeluaran negeri b. Memperbesar masuknya pajak c. Memperbesar produksi d. Mengadakan sanering uang berhubung dengan banyaknya uang palsu yang beredar dan dengan merosotnya mata uang e. Melakukan hubungan dagang dengan negara lain. 9. Strategi yang digunakan Moh. Hatta dalam menjalankan kabinetnya kecuali... a. Melalui konteks internasional b. Perilaku pengambilan keputusan c. Kondisi ekonomi dan militer d. Strategi perjuangan fisik e. Politik dalam negeri 288 S N I 5

23 10. Keberhasilan program kerja kabinet Hatta dalam rasionalisasi dan reorganisasi adalah, kecuali... a. Pemerintah berhasil memperluas sawah sampai hektar b. Membentuk berbagai koperasi pertanian c. Mengendalikan harga-harga dan mencegah penimbunan d. Dimulai usaha rekonstruksi dan koordinasi di kalangan kepolisian dan ketentaraan e. Stabilitas politik Indonesia semakin maju Latihan 3 1. Sebutkan latar belakang terbentuknya Kabinet Amir Syarifuddin. 2. Apakah program kerja dari Kabinet Amir Syarifuddin. 3. Mengapa kabinet Amir Syarifuddin dibubarkan 4. Bagaimanakah usaha yang dilakukan oleh Kabinet Hatta dalam hal rasionalisasi dan reorganisasi. 5. Jelaskan strategi yang digunakan oleh Moh.Hatta dalam menjalankan kabinetnya. 6. Jelaskan program kerja dalam Kabinet Hatta 7. Mengapa kabinet Hatta bisa berlangsung lama dibandingkan dengan Kabinet Amir Syarifuddin. 8. Bagaimanakah situasi dalam negeri yang mempengaruhi jalannya Kabinet Hatta. 9. Bagaimanakah strategi politik dalam negeri yang digunakan Moh.Hatta dalam menjalankan pemerintahannya. 10. Bagaimanakah pengaruh Kabinet Amir Syarifuddin dan Kabinet Hatta bagi pemerintahan di Indonesia. 289 S N I 5

24 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Husnial Husin Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Bangka Belitung. Jakarta: PT Karya Unipress. Ariyanto, Evi Modul Sejarah Program IPS. Sukoharjo: Willian Press Audrey R. Kahin dan George McT. Kahin Subversi Sebagai Politik Luar Negeri: Meyingkap Keterlibatan CIA di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Fernandes, Frans S Hubungan Internasional dan Peranan Bangsa Indonesia: Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: P2LPTK. Ganewati Wuryandari, Dharurodin Mashad, Tri Nuke Pujiastuti, Athiqah Nur Alami Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hatta, Mohammad Memoir. Jakarta: Tintamas Hatta, Mohammad Beberapa Pokok Pikiran. Jakarta: UI-Press Kahin George McTurnan Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Semarang: UNS Press. Mulyana, Slamet Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerekaan.Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Nasution Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid VII. Bandung. Disjarah AD & Angkasa Bandung Poesponegoro, Marwati Djoened, et al Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Depdikbud. Ricklefs, M.C Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rose, Mavis Indonesia Merdeka: Biografi Politik Mohammad Hatta, Jakarta: PT Gramedia Surono Amir Syarifuddin Dalam Pergolakan Politik Di Indonesia Tahun Surakarta: UNS Toer, Pramoedya Ananta dkk Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV (1948). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 290 S N I 5

25 Zed, Mestika Somewhere in the Jungle: Pemerintah Darurat Republik Indonesia: Sebuah Mata Rantai Sejarah Yang Terlupakan. Jakarta: Grafiti. 291 S N I 5

26 BAGAN MATERI Pergolakan Politik Indonesia ( ) Pergantian Kabinet Kabinet Amir Syarifuddin Kabinet Hatta 2922 S N I 5

BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL

BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL A. Hasil Program Kerja Kabinet Hatta I Masa kerja Kabinet Hatta I dimulai pada tanggal 29 Januari

Lebih terperinci

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum Kabinet Hatta I Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori terjadinya suatu negara mengatakan bahwa suatu negara tidak terjadi begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan negara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) D alam Bab sebelumnya telah dibahas upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan penyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI Setelah Belanda mundur dan meninggalkan Indonesia, ada beberapa hal yang terjadi: Belanda menyingkir ke Australia. Belanda membentuk dua buah organisasi Sekutu, yaitu AFNEI

Lebih terperinci

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Materi Sejarah Kelas XII IPS 2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13 Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI BERBAGAI DAERAH II SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN A. Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda I Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Republik Indonesia telah diproklamirkan. Perseteruan antara pihak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911 1989) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengusulan Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Pahlawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA Page1 BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA I. Perjuangan Bersenjata Setelah Perang Pasifik, Indonesia ditangani oleh Pasukan Sekutu yang bernama Allied Forces

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan

Lebih terperinci

BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN

BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN Pada Bab sebelumnya telah dibahas mengenai Serangan Umum 1 Maret yang dilaksanakan oleh TNI sebagai pembuktian masih adanya kekuatan Militer Indonesia kepada pihak Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960) Insan Fahmi Siregar Abstract liberal democracy era, Masyumi members had seats in parliament and the party supplied prime ministers Key

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XII/1 Standar : 1. Menganalisis Perjuangan sejak Proklamasi hingga Lahirnya 1.1. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Pada tanggal 16 Desember 1949, Jakarta ibu kota Republik Indonesia Serikat yang baru, rakyat Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit )

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit ) Langkah untuk mendapatkan kunci jawaban dan pembahasan download di Latihan Soal CPNS Sejarah (Perjuangan Bangsa Kode D) ferryandriyanto, S. Pd. 1. Kekecewaan Kahar Muzakar karena keinginannya menggabungkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Konsepsi Presiden Soekarno Secara etimologis, konsepsi berasal dari perkataan konsep, sedangkan konsep diartikan sebagai rancangan atau buram surat,

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 telah menandai akhir Perang Dunia II. Dalam situasi demikian, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma 10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA 23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III KABINET HATTA I MENGHADAPI KONDISI DALAM NEGERI DAN DUNIA INTERNASIONAL. Pada tanggal 16 Februari 1948, Perdana Menteri Mohammad Hatta

BAB III KABINET HATTA I MENGHADAPI KONDISI DALAM NEGERI DAN DUNIA INTERNASIONAL. Pada tanggal 16 Februari 1948, Perdana Menteri Mohammad Hatta BAB III KABINET HATTA I MENGHADAPI KONDISI DALAM NEGERI DAN DUNIA INTERNASIONAL A. Program Kerja Kabinet Hatta I Pada tanggal 16 Februari 1948, Perdana Menteri Mohammad Hatta berpidato di muka sidang Badan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal.

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal. SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9 1. Soekarno dan Mohammad Hatta disebut tokoh Dwi tunggal Tri Tunggal Catur Tunggal Panca Tunggal Jika menyebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara

Lebih terperinci

Kata pengantar. Daftar Isi. Halaman Judul...(i) Kata pengantar... (ii) Daftar Isi... (iii) BAB I

Kata pengantar. Daftar Isi. Halaman Judul...(i) Kata pengantar... (ii) Daftar Isi... (iii) BAB I Makalah Sejarah Kata pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah berikan rahmat dan karunianya pada kami hingga kami sukses merampungkan makalah ini yang alhamdulillah pas pada

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Latar belakang Sejarah awal terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari peran militer Terdapat dwi fungsi ABRI, yaitu : (1) menjaga keamanan

Lebih terperinci

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri LIMA ALIRAN PEMIKIRAN POLITIK DI INDONESIA Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda. 2 Perjuangan dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia terus dilakukan. Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul dengan instruksi penghentian tembak menembak

Lebih terperinci

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) Pembentukan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) Peristiwa Rengasdengklok Perumusan Teks

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Reorganisasi dan Rasionalisasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) 1948-1950: Dari Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah negara selain memiliki wilayah dan Penduduk, sebuah negara juga harus memiliki sebuah Angkatan Bersejanta untuk mengamankan wilayah kedaulatan negaranya.

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL 1. Sejak kembali menjadi Negara kesatuan, Indonesia masuk pada era demokrasi parlementer. Jalannya pemerintahan pada masa ini tetap tidak stabil karena a. Para menteri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci