KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KLENTENG SOETJI NURANI BANJARMASIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KLENTENG SOETJI NURANI BANJARMASIN"

Transkripsi

1 LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomor 1, Februari 2012, Halaman ISSN KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KLENTENG SOETJI NURANI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti dan Anna Oktaviana Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat Abstrak Awal mula kedatangan masyarakat China di Banjarmasin adalah karena perdagangan. Jalur transportasi yang digunakan melalui sungai. Oleh sebab itu pemukimannya cenderung terkonsentrasi di wilayah aliran sungai besar, yaitu di daerah Veteran, Gedangan, dan RK Ilir yang kesemuanya di sepanjang sungai Martapura. di Banjarmasin. Komunitas China tersebut pada akhirnya membangun suatu tempat pemujaan dewa sebagai tempat peribadatan yang sekarang dikenal dengan nama Klenteng. Bangunan klenteng menarik dikaji antara lain dari segi arsitekturnya karena memiliki pola penataan ruang, struktur konstruksi dan ornamentasinya yang khas. Dengan mempertahankan suatu keindahan arsitektur dan seni akan bermanfaat untuk mempertahankan eksistensi dari klenteng tersebut. Objek studi yang dipilih adalah Klenteng Sutji Nurani Banjarmasin, di mana Klenteng tersebut merupakan salah satu Klenteng tertua dan terbesar di Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada klenteng Sutji Nurani Banjarmasin karakteristik arsitektur bangunannya cenderung mengadopsi langgam arsitektur China dan menerapkan prinsip Feng Shui dalam setiap detail perancangannya. Hal tersebut terlihat dari pola tata letak ruang, bentukan atap, warna bangunan, ekspos struktur kolom dan konsol, serta detail ornament yang mempunyai makna-makna tertentu yang menerapkan prinsip keseimbangan dalam Feng Shui. Key Word: Klenteng, Arsitektur China, Feng Shui Abstract Beginning of the arrival of the Chinese community in Banjarmasin is because trade. Transportation route use by the rivers. Therefore, settlements tend to be concentrated in range watershed areas, namely in the area Veteran, Gedangan and RK Ilir all along the Martapura river in Banjarmasin. Chinese community is eventually built a shrine as a place to worship the God who is now known as the temple. The studied of the Klenteng is very interesting because it has a spatial pattern, structure and unique ornaments. By preserve architectural aesthetics and art would be useful to preserve the existence of the temple. The Sutji Nurani temple is chosen as object of the research, in which the temple is one of the oldest and largest temples in Banjarmasin. The results show that the Sutji Nurani Temple characteristic of the building tend to adopt a Chinese architectural style and applied the principles of Feng Shui in every detail of its design. It is seem from space layout pattern, the roof, the color of building, exposing the structure of colums and consoles, and details of ornaments that have specific meaning that applied the principle of balance in Feng Shui. Key Word: Temple, Chinese Architecture, Feng Shui PENDAHULUAN Masuknya etnis China di Banjarmasin sering disebut Urang China dalam bahasa Banjar, dan selanjutnya menempati suatu kawasan yang disebut Pecinan. Secara historis Banjarmasin-China memiliki hubungan genekologis yang kuat. Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa nenek moyang atau penghuni pertama Tanah Borneo adalah orang-orang China yang berasal dari daerah Yunnan Selatan (Tiongkok) yang telah berimigrasi ke Borneo, Sumatera, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Keberadaan komunitas orang China sekaligus mewakili keberadaan suku Tionghoa secara keseluruhan yang ada di Kalimantan Selatan pada umumnya. Pada pencatatan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda tahun 1895, jumlah suku Tionghoa di Kalimantan kurang lebih 4525 jiwa. Komunitas China tersebut pada akhirnya membangun suatu tempat pemujaan dewa sebagai tempat peribadatan yang sekarang dikenal dengan nama Klenteng. Klenteng sebagai apresiasi bentuk budaya leluhur yang dianut warga Tionghoa 20

2 di Indonesia ini memiliki keunikan dan seni arsitektur yang tinggi. Dalam perencanaan bangunan berarsitektur Cina, bangunan paling penting seperti kelenteng selalu di tempatkan pada daerah yang paling utama. Pendirian kelenteng biasanya juga berdasarkan feng shui. Menurut feng shui letak yang baik adalah tempat yang dekat dengan sumber air, bukit, gunung, dan lembah di sekeliling bangunan itu. Bangunan kelenteng umumnya dibangun di atas podium atau lantai yang ditinggikan. Selain dimaksudkan agar terbebas dari kelembaban, ruangan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa bangunan tersebut lebih penting/sakral. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mencoba memaparkan karakteristik arsitektur Klenteng yang terlihat mempunyai karakteristik Arsitektur China dalam kaitannya penerapan Feng Shui pada Klenteng. Objek studi yang dipilih adalah Klenteng Sutji Nurani Banjarmasin, di mana Klenteng tersebut merupakan salah satu Klenteng tertua dan terbesar di Banjarmasin. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Klenteng Kelenteng merupakan bangunan suci bagi masyarakat Cina untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan, Nabi-nabi, serta arwah para leluhur yang berkaitan dengan ajaran Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Kata kelenteng sendiri kerap dihubungkan dengan bunyi lonceng/genta yang dibunyikan pada penyelenggaraan upacara di bangunan suci itu, sehingga lama-kelamaan untuk memudahkan penyebutan bangunan suci itu orang menamakannya dengan kelenteng. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa kelenteng berasal dari bahasa Cina Kwan Im Ting, yakni bangunan kecil tempat orang memuja Dewi Kwan Im. Istilah lain penyebutan kelenteng dalam bahasa Cina adalah Kiong yang artinya adalah Istana. Ada juga yang menyebutkan Tong atau Ting yang artinya bangunan suci dalam bentuk kecil. Namun sebetulnya istilah asli untuk menyebut tempat ibadah ini adalah Bio atau Miao, yaitu bangunan yang digunakan untuk tempat penghormatan dan kebaktian bagi Khong Cu, yang disebut Khong Cu Bio (Moerthiko.1980:97-99). Penamaan Kelenteng adakalanya memakai nama atau gelar yang dipakai oleh dewa-dewa utama yang dipuja di dalamnya. Selain itu tidak jarang penamaan kelenteng disesuaikan dengan nama/sebutan lokasi keletakan bangunannya, atau berdasarkan komunitas persekutuannya. (Dewi.2000:22) Sejarah Kelenteng di Nusantara Menurut Lombard, pada abad ke- 17 sudah ada kelenteng yang dibangun masyarakat Cina. Umumnya jenis kelenteng yang dibangun adalah kelenteng yang khusus diperuntukkan bagi kalangan maupun tujuan tertentu. Adapun kelenteng yang dibangun pada abad ke-18 mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Cina pada masa itu menurut bidang kerja masing-masing pendukungnya, seperti kelenteng kongsi pedagang, pelaut dan pengrajin. Pada abad ke-19, Cina banyak dilanda kerusuhan akibat revolusi Taiping sehingga mengalami kemerosotan sosial dan ekonomi, hal ini yang mempercepat kedatangan orang Cina ke kepulauan nusantara. Kelenteng yang dibangun pada masa ini umumnya sederhana tanpa dilengkapi prasasti peringatan. Kebanyakan kelenteng-kelenteng ini dibangun oleh suku Hakka dan Hokkian Kemudian pada abad ke-20, seiring dengan perkembangan yang terjadi di China, jatuhnya dinasti Machu dan terbentuknya republik, mendorong orangorang China lebih bersifat rasional. Kelenteng-kelenteng yang dibangun pada awal abad 20 sebagian besar adalah jenis baru dan banyak dibangun oleh para Rubiah (pendeta perempuan dalam agama Budha). Kebanyakan mereka adalah suku Hakka atau Kanton dari daratan Tiongkok. (Dewi.2000:12). Menurut Handinoto (1990), Kelenteng tidak sekedar tempat kehidupan keagamaan berlangsung. Tapi juga merupakan ungkapan lahiriah masyarakat yang mendukungnya. Itulah sebabnya penelitian mengenai sebuah kelenteng dapat memberikan sumbangan sangat berharga untuk memahami sejarah sosial masyarakat Tionghoa setempat. Seperti diketahui bahwa pada masa penjajahan Belanda masyarakat 21

3 Tionghoa yang digolongkan sebagai Vreemde Oosterligen (Timur Asing), dikepalai oleh pemimpin kelompok yang ditunjuk oleh pemerintahan Kolonial. Pemimpin ini biasanya diberi pangkat seperti letnan, kapten atau kalau jumlah penduduk Tionghoa setempat cukup banyak terdapat seorang mayor dan bertugas sebagai opsir. Tugas opsir Tionghoa selain mengawasi masyarakatnya, juga bertanggung jawab atas pemungutan pajak, mengatur monopoli terhadap barang tertentu dibidang ekonomi, mengurus kelentengkelenteng, serta membiayai upacaraupacara keagamaan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengurus pemakaman/pekuburan. Karakteristik Arsitektur China Menurut Zu Yaoyi, dalam Nanik Widayati (2004), hal-hal pokok dalam arsitektur bangunan China adalah meliputi pola penataan ruang, langgam dan gaya, struktur, serta ragam hias. a. Pola Penataan Ruang Karakteristik pola penataan ruang meliputi pola organisasi ruang. Organisasi ruang pada arsitektur China didasarkan pada kebutuhan hidup sehari-hari yang dipadukan dengan persyaratan estetika yang dianut masyarakat China, seperti yang tampak pada pembentukan unit-unit standarisasi yang digunakan untuk membentuk ruang-ruang interior dan eksterior bangunan. Pengorganisasian ruang pada arsitektur China sangat sederhana. Konsep dasarnya meliputi pengguanaan Jian (Unit dari organisasi ruang) atau bay room, sebagai standar unit dan dapat dikembangkan atau dibuat secara berulang menjadi massa bangunan atau beberapa kelompok bangunan. Jian berbentuk ruang persegi empat atau suatu ruang yang diberi pembatas dinding atau hanya dibatasi kolom sehingga secara psikologis membentuk suatu ruang. Jian juga dapat ditambahkan untuk membentuk suatu ruang (hall) atau ting, dengan menggunakan unit standar sepanjang sumbu longitudinal (berulang memanjang secara menerus). Pola aksial atau bentuk struktur simetri pada denah dan potongan merupakan sumber kosmologi China. Menempatkan ruang utama pada pusat axis utama dan ruang-ruang lainnya di tempatkan pada sisi kiri dan kanan atau depan belakang dari susunan keseluruhan. Sebagai hasil dari susunan tersebut terbentuk courtyard. Dalam perencanaan bangunan berarsitektur China, bangunan atau ruang yang paling penting selalu ditempatkan di daerah paling utama yang merupakan bagian akhir dari tapak. Pola penataan ruang yang seimbang dan simetris merupakan dasar tata letak ruang yang dipengaruhi oleh faktor iklim serta dasar ajaran Confusius yang telah biasa digunakan oleh masyarakat sejak ratusan tahun lalu. b. Langgam dan Gaya Langgam dan gaya bangunan berarsitektur China dapat dijumpai pada bagian atap bangunan yang umumnya dilengkungkan dengan cara ditonjolkan agak besar pada bagian ujung atapnya yang disebabkan oleh struktur kayu dan juga pembentukan atap sopi-sopi. Selain bentukan atapnya juga ada unsur tambahan dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang atau bunga pada bubungannya sebagai komponen bangunan yang memberikan ciri khas menjadi gaya atau langgam tersendiri. Ada 5 macam bentuk atap bangunan berarsitektur China, yaitu atap model Wu, atap model Hsuan, atap model Ngang Shan, atap model gabungan antara Hsuan dan Ngang Shan, dan atap model Tsuan. Atap model Wu Tien Atap model Ngang Shan Atap model Hsuan Shan Atap gabungan Hsuan Shan dan Ngang Shan Atap model Tsuan Tsien Gambar 1. Bentuk Atap Berarsitektur China (Handinoto, 1990) 22

4 c. Struktur Keahlian orang Tionghoa terhadap kerajinan ragam hias dan konstruksi kayu, tidak dapat diragukan lagi. Ukir-ukiran serta konstruksi kayu sebagai bagian dari struktur bangunan pada arsitektur Tionghoa, dapat dilihat sebagai ciri khas pada bangunan Tionghoa. Detail-detail konstruktif seperti penyangga atap (tou kung), atau pertemuan antara kolom dan balok, bahkan rangka atapnya dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi. Bahkan diperlihatkan telanjang, sebagai bagian dari keahlian pertukangan kayu yang piawai. d. Ornamen ragam hias Detail ornamen sering dijumpai pada pintu, dinding, kolom, serta atap bangunan. Unsur dekorasi atau ragam hias umumnya mempunyai makna atau simbol tertentu yang biasanya dikaitkan dengan Feng Shui. Feng Shui adalah ilmu tata letak dan bentuk bangunan yang dikembangkan berdasarkan pengamatan, riset dan pengalaman yang diwariskan oleh kaum Tao (ajaran Taoisme) di China sejak ribuan tahun lalu. Feng Shui dikembangkan dengan tujuan untuk mengiungkap cara kerja hukum alam sehingga bisa dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan manusia. Secara garis besar, penerapan Feng Shui berlandaskan beberapa unsur pertimbangan, antara lain keamanan, kesehatan, kebersihan, kejiwaan, dan energi alam (chi). Tinjauan Klenteng Sutji Nurani, Banjarmasin Klenteng Sutji Nurani, merupakan salah satu saksi arsitektur dan kebudayaan China yang berkembang pada masa kurang lebih seratus tahun yang lalu. Awal mulanya, Klenteng ini digunakan oleh umat Konghucu, dan perkembangan selanjutnya digunakan oleh tiga umat (Tri Dharma), yaitu Konghucu, Budha dan Taoisme. Pada Klenteng ini yang menjadi Tuan Rumah adalah Dewi Kwan Im, yang dipercaya sebagai Dewi welas asih dalam ajaran Budha Mahayana (dari Tiongkok). Nama China dari Klenteng Sutji Nurani adalah Sen Sen Kung. Awal berdiri Klenteng ini didominasi dengan material kayu, di mana pada masa itu kayu merupakan material utama yang digunakan dalam membangun khususnya di Banjarmasin. Pada tahun 1925 mengalami renovasi mengganti material kayu dengan material beton. Selanjutnya pada tahun 2004 mengalami penambahan masa yang berfungsi sebagai pengelola dan selesai dibangun pada tahun Secara fisik, Klenteng Sutji Nurani terdiri dari 3 bagian utama, yaitu halaman depan, ruang suci utama, dan bangunan tambahan. Massa utama merupakan bangunan satu lantai yang difungsikan sebagai tempat ibadah (ruang suci utama). Bangunan tambahan berupa bangunan penunjang berlantai tiga yang letaknya di samping kanan ruang suci utama dan digunakan sebagai kantor pengelola, administrasi, dan tempat latihan Wu Shu (seni beladiri menggunakan tongkat) Lokasi Klenteng Sutji Nurani terletak di jalan Veteran Banjarmasin di mana lokasinya berada di pertigaan jalan utama dan orientasi bangunan menghadap ke Sungai Martapura. 23

5 Sungai Martapura Jembatan Merdeka Jl. Veteran Klenteng Sutji Nurani U Jl Kapt. Piere Tendean Gambar 2. Situasi Site Klenteng Sutji Nurani PEMBAHASAN Pola Tata Letak Ruang Posisi Klenteng Sutji Nurani yang terletak pertigaan jalan besar yaitu jalan Veteran, Jalan Pierre Tendean dengan orientasi bangunan menghadap ke arah Sungai Martapura. Posisi tersebut merupakan lokasi tusuk sate yang menurut feng shui menjadi buangan sha-chi (hal negative) dari tiga arah jalan yang melaluinya. Sehingga tujuan utama klenteng adalah untuk menyerap dan menetralkan sha chi tersebut. Pada pola penataan ruang luar, orientasi bangunan menghadap ke arah sungai, di mana sungai merupakan unsur air yang di dalam arsitektur China setiap bangunan yang dekat dengan unsur air diusahakan arah hadap bangunan menghadap sungai. Hal tersebut diharapkan dapat mendapatkan atau menangkap keberuntungan. Menurut Feng Shui, lokasi site pada jalan atau sungai yang bentuknya cembung lebih menguntungkan daripada lahan dengan bentuk cekung. Lokasi Klenteng Sutji Nurani berada pada posisi jalan yang cembung, sehingga memiliki Feng Shui yang baik. Gambar 3. Posisi letak kelnteng pada daerah cembung Pada halaman depan terdapat pintu gerbang yang megah sebagai batas dengan jalan raya. Fungsi halaman depan adalah tempat untuk mengadakan upacara keagamaan ataupun pertunjukan kebudayaan seperti barongsai. Aplikasi Feng Shui pada halaman depan ditunjukkan dengan adanya penempatan patung berbentuk binatang singa. Memasuki teras pada bangunan utama (ruang suci) terdapat tiga buah anak tangga yang mengarahkan pada tiga buah pintu kembar sebagai main entrance. Jumlah anak tangga merupakan angka ganjil, di mana angka tersebut memiliki makna yang baik dalam mitologi arsitektur China. Bentuk denah bangunan utama merupakan penerapan arsitektur china yaitu simetri dan memanjang ke belakang (aksis longitudinal). Dalam ruang utama terdapat kolom penyangga yang berfungsi pula sebagai batas maya suatu ruang atau zona. Memasuki ruang utama terdapat zona pertama yang dibatasi oleh 12 kolom. Zona ini wajib ada pada setiap bangunan klenteng, yang berfungsi sebagai area untuk berdoa kepada Tuhan. Dalam tata ibadahnya, sebelum berdoa kepada Dewa- Dewi yang ada dalam klenteng, setiap umat terlebih dahulu berdoa kepada Tuhan. Zona kedua merupakan area transisi berada di antara zona pertama dan area sembahyang (altar). Penempatan altar sebagai ruang yang paling penting berada pada bagian akhir bangunan, di mana hal tersebut sesuai dengan kosmologi arsitektur China. Altar yang dianggap sebagai tuan rumah dari Klenteng Sutji Nurani (dalam hal ini Dewi 24

6 Kwan Im) diletakkan di tengah di antara altar dewa lainnya (Dewa Kwan Kong dan Sidhartaa Gautama). Lombard dan Salmon menyebutkan tata cara ibadah di kelenteng mengikuti ajaran Konfusianisme (Konghuchu) sebab semua persyaratan/perlengkapan sembahyang yang ada berpedoman pada tata cara ajaran Konghuchu. Hal ini disebabkan awal mula kelenteng dibangun dalam lingkungan penganut ajaran tersebut. Wajah Budhisme diberitakan melengkapi kelenteng sejak tahun 1965 karena situasi politik pada waktu itu mengamanatkan Indonesia sebagai Negara Berketuhanan Yang Maha Esa, sehingga masyarakat penganut Tridharma menekankan pada aspek-aspek Budhis dalam peribadatannya (Dewi,2000:37). Pada ruang dalam bangunan utama, terdapat skylight yang letaknya di atas zona pertamaa atau area sembahyang pada Tuhan. Skylight ini berfungsi pula sebagai pembentuk courtyard di bawahnya, yang merupakan ruang untuk saling bertemu serta berfungsi sebagai penerangan alami dan mampu memberikan pengaruh positif bagi bangunann dan penggunanya. Berdasarkan Feng Shui, penataan courtyard bagi penghuninya dapat membentuk suatu dunia kecil (sebagai ruang pribadi). Bentuk geometris berperan dalam organisasi ruang, dengann bentuk sederhana dapat menghadirkan courtyard segi empat. Courtyard maupun skylight dipercaya sebagai media penghubungg dengan bumi (dekat dengan alam), sehingga apabila manusia dekat dengan bumi atau tanah atau alam, maka kesehatannya akan terjamin. Gambar 5. Denah Lay out Ruang (Sumber: Wijaya, 2009) Langgam dan Gaya Bentuk atap klenteng Sutji Nurani mengadopsi bentuk atap berarsitektur China dengan model atap Wu Tien, dengann ujung- tidak ujung atap yang melengkung agar membentuk segitiga. Lengkungan hanya pada nok/bubungan kayu di atas atap. Bentuk lengkung dimaksudkan karena bentuk segitiga dipercaya identik dengan unsur api. Berdasarkan Feng Shui, api merupakan hal yang buruk dan harus dihindari. Warna utama bangunan didominasi dengan Kuning dan Merah sebagai elemen yang, yang melambangkan kesenangan dan kebahagiaan. Beberapa bagian dinding dan ornamentasi berwarna hijau dan biru sebagai elemen yin dan melambangkan ketenangan. Gambar 4. Sky light di atas area sembahyang (area Tuhan) (Sumber: Gambar 6. Foto Detail Atap (Atas), Foto Tampak Bentuk Atap Klenteng (Bawah) Struktur Bangunan Klenteng Sutji Nurani diketahui sudah ada ratusan tahun. Lokasi di 25

7 daerah lahan berawa, mengharuskan strukturr kayu merupakan bahan yang sesuai untuk digunakan. Awal masa pembangunan, material keseluruhan adalah kayu, baik dari strukturr pondasi sampai bagian dinding dan atap. Namun karena faktor usia, maka klenteng mengalami beberapa kali renovasi, dan saat ini bagian dinding menggunakan pasangan bata. Pilar-pilar terbuat dari kayu ulin dengan dipenuhi berbagai elemen dekorasi. Detail-detail konstruktif seperti penyangga atap (tou kung), atau pertemuan antara kolom dan balok diperlihatkan. dengan bulan (kegelapan, air, feminine), sedangkan Yang diasosiasikan sebagai matahari ( terang, api, maskulin). Harmoni dapat dicapai apabila Yin dan Yang dalam keseimbangan Yin dan Yang juga mengacu pada lima elemen, yaitu bumi, kayu, logam, api, dan air. Kelima elemen tersebut dilambangkan pada warna-warna yang juga diterapkan pada klenteng ini, yaitu kuning, hijau, putih, merah dan hitam. Gambar 8. Lambang Yin-Yang terdapat pada pintu gerbang Gambar 7. Tiang penyangga atap bangunan bagian depan (Atas) dan Struktur bangunan memperlihatkan hubungan antara kolom dan balok sebagai pengikat antar kolom tersebut (Bawah) Detail Ornamen / Ragam Hias Ragam hias atau elemen dekoratif pada klenteng terdapat padaa semua bagian bangunan. Beberapa ornament ragam hias dan maknanya yang terdapat di Klenteng Sutji Nurani adalah: a. Simbol Yin-Yang Pada halaman luar terdapat pintu gerbangg sebagai Main Entrance Bangunan yang di atasnya terdapat lambing Yin-Yang. Lambang ini dianggap mewakili prinsip- prinsip kekuatan di alam. Yin diasosiasikan b. Ornamen Yang Berbentuk Binatang Sebelum memasuki ruang utama klenteng, terdapat sepasang patung singa batu di depan pintu masuk, dan di samping kanan massaa utama menuju massa penunjang. Bentuk patung tersebut terdiri dari singa jantan yang duduk di sebelah kiri sambil menimbang bola, dan singa betina duduk di sebelah kanan sambil menimang anak singa. Patung singa batu bermakna sebagai penolak roh jahat yang akan masuk bangunan. Singa merupakan lambang keadilan dan kejujuran. Gambar 9. Patung Singa Batu 26

8 Bentuk ornamen Naga dan burung hong diletakkan pada atap sebelum masuk ke ruang suci utama. Sepasang naga mengapit Houw Lou yaitu sebuah labu, diletakkan pada bagian tengah atap. Makna dari simbol tersebut adalah mempunyai kekuatan gaib untuk menjagaa keseimbangan Feng Shui dan menangkal hawa jahat dari atas. Pada bagian kiri dan kanan ornamen naga pada atap terdapat simbol burung Hong yang mengapit bunga teratai. Burung hong bermakna hidup yang abadi, dan teratai bermakna kesucian. Dari simbol elemen kembali atap dari tersebut abu. bermakna Burung hidup Hong melambangkan lima pokok kebajikan yang tercermin dalam lima warna bulunya, yaitu hijau, kuning, merah, putuh, dan hijau. Legendanya burung ini akan muncul apabia negara aman dipimpin oleh kaisar yang bijaksana. Dua binatang (naga dan burung hong) mempunyai sifat berlawanan (yin-yang), namun binatang ini disukai dan menjadi kebiasaan orang China, maka kedua binatang tersebut digambarkan hidup rukun menjaga keseimbangan. dan penolak roh jahat serta dipercaya mampu menjaga keseimbangan Feng Shui. Gambar 11. Naga hijau yang terdapat pada pilar bangunan c. Ornamen Pada Pintu Memasuki ruang suci utama, terdapat tiga buah pintu kembar, yang masingdengan masing terdiri dari dua daun pintu dihiasi gambar/lukisan Dewa-dewa penjaga pintu utama/tengah (Men Shen) yang didampingi panglima perang. Ornamen ini mempunyai makna sebagai penangkal roh jahat yang akan mengganggu ketenangan umat yang akan bersembahyang di dalam ruang suci utama. Gambar 10. Jenis ornament yang terdapat pada atap dan dinding bangunan Pada dinding luar ruang suci utama, terdapat dua lingkaran mengapit pintu masuk bagian tengah dengan motif kelelawar keberuntungan. yang melambangkan Pada beberapa pilar atau kolom penyangga juga dihiasi dengan ornamen naga hijau yang melilit pada pilar berwarna merah. Naga sebagai lambang kekuatan Gambar 12. Ornamen pada bagian pintu Menurut kepercayaan, umat dianjurkan harus masuk ke dalam bangunan klenteng dari pintu kiri dan keluar dari pintu kanan. Dalam kebiasaan budaya Tionghoa 27

9 mereka yang diutamakan; dihormati ditempatkan di sisi kiri, yang sekunder di daerah kanan. Makna Dari ritual tersebut adalah masuk menjalankan kebaikan, keluar dengan meninggalkan semua perilaku buruk. Selain pintu utama dari arah depan, terdapat pula pintu samping yang menuju ke ruang suci utama. Makna adanya pintu samping adalah angin berhembus selaras dan hujan turun pada masanya, sehingga harapan agar ekonomi berlangsung tanpa terganggu bencana, negara sejahtera, rakyat sentosa, keamanan dan kemakmuran bersama. SE SE digambar berupa binatang rusa, yang melambangkan kesuksesan, binatang bangau dan pohon cemara yang melambangkan panjang umur, dan kilin (hewan mithologi China berbadan rusa berkepala naga dan mempunyai surai serta ekor singa) yang melambangkan panjang umur, sabar, menarik, dan bijaksana. e. Beberapa Elemen Pelengkap Ritual Dalam setiap kleteng, terdapat elemen elemen untuk melengkapi suatu ritual. Pada area Pelataran/halaman Klenteng terdapat dua tempat pembakaran uang (Kim lo), di mana para umat yang akan bersembahyang akan menukarkan uang dengan kertas kim lo untuk dibakar. Ritual ini bermakna hubungan manusia dengan Dewa melalui sumbangan. Bentuk Kim Lo pada dasarnya berupa tempat yang menyerupai pagoda (bentuknya tinggi), dimaksudkan ada hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan. Gambar 13. Posisi Pintu Samping d. Ornamen Berupa Kaligrafi dan Lukisan Budaya China terkenal pula dengan budaya tempel. Benda yang ditempel pada umumnya berupa lukisan, tulisan kaligrafi serta ornamen yang mengandung makna kebaikan. Kaligrafi bagi masyarakat China dianggap sebagai seni merangkai kata, bentuk tarikan garis, musik tanpa suara, dan gambar tanpa warna. Kaligrafi disebut pula tarian tinta. Pada klenteng Sutji Nurani, bentuk kaligrafi diperlihatkan pada tulisan di kertas yang dianggap sebagai jimat dan ditempelkan di fasade depan bangunan sebelum masuk ke teras, di dinding atau kolom. Jimat tersebut dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan mempunyai bisa untuk melindungi diri dari kekuatan jahat. Lukisan-lukisan pada klenteng klenteng Sutji Nurani biasanya ditempel di dinding, diletakkan pada meja altar, serta taplak pada meja altar. Lukisan yang Gambar 14. Tempat pembakaran uang yang berada di halaman depan Elemen pelengkap ritual yang terdapat di dalam ruang suci diantaranya berupa dupa, patung dewa dewi yang disembah, meja altar, pat kua (berbentuk diagram simbol keberuntungan), lilin sebagai elemen penerang, kotak hiu sebagai tempat menampung dari segala permohonan serta lonceng dan Bedug yang digantung di sisi kanan dan kiri ruang sembahyang. Lonceng dan bedug biasa dibunyikan sebagai pertanda suatu acara besar dimulai. Kedua benda tersebut juga mempunyai makna sebagai penghormatan kepada seluruh umat beragama. 28

10 Gambar 15. Bedug dan Lonceng KESIMPULAN Masyarakat China yang ingin mendirikan sebuah bangunan suci biasanya akan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di China. Aturan-aturan tersebut biasanya berupa bangunan suci yang didirikan diatas podium, dikelilingi oleh pagar keliling, mempunyai keletakan simetris, mempunyai atap dengan arsitektur China, sistem strukturnya terdiri dari tiang dan balok serta motif dekoratif untuk memperindah bangunan. Satu hal lagi yang tidak dapat dilupakan masyarakat China dalam pencarian lokasi hingga perancangannya selalu berpedoman pada Hong Sui (Feng Sui). Membuat rencana tata letak ruang yang baik dalam Feng Shui harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: pencahayaan, sirkulasi udara, keindahan, aspek keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan warna (masalah psikologi), untuk maksud mendatangkan kebaikan atau menolak hal-hal yang negatif. Klenteng Sutji Nurani merupakan salah satu klenteng yang ada di Banjarmasin yang menerapkan logika Feng Shui dalam perancangannya, dari halaman luar sampai pada penataan pola tata letak ruang. Karakteristik arsitektur berlanggam China pada bangunan Klenteng Sutji Nurani terlihat pada bentuk denah yang simetri, penerapan bentuk atap Wu Tien, penggunaan detail ornamen-ornamen yang mempunyai makna tertentu, penggunaan rangka kayu dan ekspos detail kolom dan konsol serta penggunaan warna-warna pada bangunan yang berkaitan dengan Feng Shui. KEPUSTAKAAN Dewi, Puspa dkk Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Handinoto (1990) Sekilas Tentang Arsitektur Cina Pada Akhir Abad Ke XIX di Pasuruan, dalam Jurnal Dimensi Arsitektur Vol. 15/1990. Lombard, Denys (1996). Nusa Jawa: Silang Budaya. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Terutama Bagian ke -2 Jaringan Asia. Moerthiko. (1980). Riwayat Klenteng, Vihara dan Lithang : Tempat Ibadah Tri Dharma se Jawa. Semarang: Sekretariat Empe Wong Kam Fu Widayati, Nanik. (2004). Telaah Arsitektur Berlanggam China di Jalan Pejagalan Raya Nomor 62 Jakarta Barat, dalam Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol.32 No.1. Juli Widiastuti, K dan Oktaviana, A. (2009). Pengaruh Etnis Tionghoa Pada Rumah Tradisional Banjar Type Palimasan di Banjarmasin, dalam Jurnal Kalimantan Scientiae Vol Oktober Wijaya, Yanto D. (2009). Pusat Studi Bahasa dan Kebudayaan Cina di Banjarmasin. Laporan Tugas Akhir Prodi Arsitektur Periode XXII. Tahun Ajaran 2008/2009. Fakultas Teknik Unlam. Banjarmasin 29

Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan

Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan Pengertian Kawasan Pecinan Kawasan Pecinan adalah kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota yang dari segi penduduk, bentuk hunian, tatanan sosial serta suasana

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix. BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI

PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI 110406067 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PENGARUH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya. Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 132 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Makna Tata Letak Massa Bangunan Pada Kawasan Kelenteng Sam Poo Kong Serta Pengaruh Feng Shui Terhadapnya Letak Kawasan Kelenteng: Posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN

WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti (1) dan Anna Oktaviana (1) (1) Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Ringkasan

Lebih terperinci

RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA

RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA Polniwati Salim Jurusan Desain Interior, School of Design, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta Bangunan rumah ibadat yang dapat dikaitkan dengan ilmu Feng

Lebih terperinci

UTS SPA 5 RAGUAN

UTS SPA 5 RAGUAN UTS SPA 5 RAGUAN 0851010072 OBYEK 2 OBYEK 1 Prisma OBYEK 1: kultur simbol yang diambil pada obyek 1 ini dapat dilihat dari bentuk atapnya yang mengadopsi rumah adat batak Karo (tempat Perkumpulan warga),

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA Karina Yunita Sari, Chairil B. Amiuza, Noviani Suryasari Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara Republik Indonesia. Wilayah Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah yang termasuk 5 wilayah kota administratif

Lebih terperinci

ARAH PERKEMBANGAN KLENTENG DI JAWA TIMUR DITINJAU DARI BENTUK ATAP

ARAH PERKEMBANGAN KLENTENG DI JAWA TIMUR DITINJAU DARI BENTUK ATAP ARAH PERKEMBANGAN KLENTENG DI JAWA TIMUR DITINJAU DARI BENTUK ATAP Destiyana Dwi S, Beta Suryokusumo, Totok Sugiarto Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono No. 167

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Adaptasi adalah suatu penyesuaian yang dilakukan oleh manusia dalam menghadapi atau merespons perubahan

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 16 No. 2 Desember 2015 ( ) BENTUK DAN MAKNA RUMAH TINGGAL ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN

INFO TEKNIK Volume 16 No. 2 Desember 2015 ( ) BENTUK DAN MAKNA RUMAH TINGGAL ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN INFO TEKNIK Volume 16 No. 2 Desember 2015 (243-258) BENTUK DAN MAKNA RUMAH TINGGAL ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti 1 dan Anna Oktaviana 2 1 Prodi Arsitektur Fak. Teknik Universitas PGRI

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

DASAR-DASAR FENG SHUI

DASAR-DASAR FENG SHUI DASAR-DASAR FENG SHUI Feng Shui adalah seni dan ilmu pengetahuan China tradisional tentang hidup harmonis dengan lingkungan. Berakar dalam kebudayaan China dan filosofi Tao, feng shui adalah cara melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, kemajemukan itu ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, kemajemukan itu ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, kemajemukan itu ditandai denganadanya berbagai macam suku, etnik, budaya yang masing masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN,

TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN, TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN, JALAN BRIGJEND. KATAMSO NO.3, YOGYAKARTA Disusun oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia sudah memiliki sejarah yang panjang. Orang Tionghoa sudah mengenal Indonesia sejak abad ke 5 M, dan selama beberapa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INTERIOR RUKO DI KAWASAN KAMPUNG CINA KOTA MANADO. Ernawati Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo

KARAKTERISTIK INTERIOR RUKO DI KAWASAN KAMPUNG CINA KOTA MANADO. Ernawati Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo KARAKTERISTIK INTERIOR RUKO DI KAWASAN KAMPUNG CINA KOTA MANADO Ernawati Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik interior ruko di Kawasan

Lebih terperinci

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI AR 3232 - Arsitektur Indonesia Pasca Kemerdekaan Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE Nama / NIM : Teresa Zefanya / 152 13 035 DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI Sebuah bidang yang diangkat dapat membentuk

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Abstrak ABSTRAKSI Feng Shui merupakan ilmu dan seni yang berasal dari kebudayaan Cina kuno yang bertujuan menata lokasi, menata bangunan dan menempatkan manusia dalam dimensi ruang melalui pendekatan metafisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Kompleks kawasan smart masjid terbagi atas beberapa massa yang terdiri dari bangunan masjid, penitipan anak, kantin dan bussiness center. Dalam penataan

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan manusia dengan hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan beberapa benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada 190 BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada bangunan, terbagi menjadi tiga wujud nilai yaitu Hablumminal alam, Hablumminannas, dan Hablumminallah,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

Makna Arsitektur Klenteng Teng Swie Bio di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Muhammad Nizar Alieffudin.

Makna Arsitektur Klenteng Teng Swie Bio di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Muhammad Nizar Alieffudin. Makna Arsitektur Klenteng Teng Swie Bio di Kecamatan Krian, Sidoarjo. Muhammad Nizar Alieffudin nizarmuhamad94@gmail.com Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRAK Klenteng merupakan

Lebih terperinci

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Kelenteng adalah tempat ibadat kehadiran Tuhan Yang Maha Esa serta tempat kebaktian atau penghormatan kepada para Nabi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

ARSITEKTUR CINA PADA KLENTENG JIN DE YUAN DI KAWASAN PECINAN JAKARTA SEBAGAI SUATU PERWUJUDAN AKULTURASI KEBUDAYAAN

ARSITEKTUR CINA PADA KLENTENG JIN DE YUAN DI KAWASAN PECINAN JAKARTA SEBAGAI SUATU PERWUJUDAN AKULTURASI KEBUDAYAAN ARSITEKTUR CINA PADA KLENTENG JIN DE YUAN DI KAWASAN PECINAN JAKARTA SEBAGAI SUATU PERWUJUDAN AKULTURASI KEBUDAYAAN Polniwati Salim Jurusan Desain Interior, Fakultas Komunikasi dan Multimedia, Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

ISLAMIC CENTER DENGAN NUANSA BUDAYA CINA DI SEMARANG

ISLAMIC CENTER DENGAN NUANSA BUDAYA CINA DI SEMARANG LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN NUANSA BUDAYA CINA DI SEMARANG TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 3.1 Tema perancangan Tema perancangan yang di ambil dalam membangun fasilitas ibadat ini adalah Keimanan Kepada Yesus Kristus, dalam pengertian penciptaan suasana transendental

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dhindayu@gmail.com

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Tema 8 : Bumi dan Alam Semesta Nama :... Kelas : III (tiga)

LATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Tema 8 : Bumi dan Alam Semesta Nama :... Kelas : III (tiga) LATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 a. museum b. planetarirum c. auditorium d. podium 5. Daerah yang dekat dengan laut atau pantai adalah dataran... a. rendah b. tinggi

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Semarang memiliki luas 373,70 km 2 atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Penduduk kota Semarang heterogen terdiri dari

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN

PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT

Lebih terperinci

INTERIOR KLENTENG ZHEN LING GONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FENG SHUI SKRIPSI

INTERIOR KLENTENG ZHEN LING GONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FENG SHUI SKRIPSI INTERIOR KLENTENG ZHEN LING GONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FENG SHUI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR Oleh: RIYANTO L2D000451 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda JURNAL edimensi ARSITEKTUR, Vol : 1 No. 2 (2013) 225-232 225 Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda Penulis : Ivan Sulisthio dan Esti Asih Nurdiah Program Studi Arsitektur, Universitas

Lebih terperinci

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan BAB V : KONSEP 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam konsep dasar perancangan Bangunan Hotel dan Konvensi ini dipengaruhi oleh temanya, yaitu Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Pemilihan Tapak Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini dipilih karena dapat meningkatkan perasaan kembali ke alam dan menyepi

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 3.1 KONDISI GEOGRAFIS

BAB III STUDI KASUS 3.1 KONDISI GEOGRAFIS BAB III STUDI KASUS 3.1 KONDISI GEOGRAFIS Kota Bagan Siapi-api dan Pulau Halang terletak di Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881,59 km2 atau 888.159 hektar, terletak

Lebih terperinci

Makna Pada Bangunan Pagoda Tian Ti di Kenpark, Surabaya

Makna Pada Bangunan Pagoda Tian Ti di Kenpark, Surabaya Makna Pada Bangunan Pagoda Tian Ti di Kenpark, Surabaya Enggrita Rosa Yuniana enggritarosa@yahoo.com Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung

Lebih terperinci

Structure As Aesthetics of sport

Structure As Aesthetics of sport 154 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan merupakan area olahraga dengan tema yang dipakai adalah Structure as Architecture, dengan dasar perancangan mengacu pada sebuah sistem struktur

Lebih terperinci

TRADISI FENG SHUI PADA KELENTENG DI PECINAN SEMARANG

TRADISI FENG SHUI PADA KELENTENG DI PECINAN SEMARANG Sabda, Volume 6, Nomor 1, April 2011: 75-87 ISSN 1410-7910 TRADISI FENG SHUI PADA KELENTENG DI PECINAN SEMARANG Titiek Suliyati Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Chinese

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

Nama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA.

Nama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA. Nama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA. DATE OF SUBMISSION: 5/4/2016 TOKONG BUDHHA DAN CINA CHARNAN MURLIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampion adalah sejenis lampu yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas

Lebih terperinci