PELECEHAN SEKSUAL PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI SEKRETARIS Vitana Adheswary Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELECEHAN SEKSUAL PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI SEKRETARIS Vitana Adheswary Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Dalam"

Transkripsi

1 SEXUAL ABUSE WOMEN IN THE WORK AS SECRETARY Vitana Adheswary Undergraduate Program, Psychology Faculty Gunadarma University Keywords: Sexual Harassment, Secretary. ABSTRACT In the writing of this journal the author discusses the cases of sexual harassment experienced by working women in particular who is a secretary. Expected to provide an overview of the forms of sexual abuse that occurred on the subject in the workplace, what factors that cause sexual harassment on the subject, and the reaction process caused by abuse sexual. In this study the authors used a qualitative approach form of case studies. Data collection techniques in this study is to interview and field notes with the subject and significant others. To help the process data collection, the researchers equipped with interview guidelines and tools recorder. After doing research on the subject, the result of the form sexual abuse such as physical look and touch, ask a personal problem of a sexual nature and make an invitation to the subject by giving benefits. Factors causing the occurrence of sexual harassment because of the attraction sexual nature between the two sexes. While the reaction process the subject of the sexual abuse inflicted among others, stress, experience fear, loss of self-confidence, disturbed sleep and irritability.

2 PELECEHAN SEKSUAL PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI SEKRETARIS Vitana Adheswary Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Dalam penulisan jurnal ini penulis membahas tentang kasus pelecehan seksual yang dialami wanita bekerja khususnya yang berprofesi sebagai sekretaris. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya, apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual pada subjek, serta proses reaksi yang ditimbulkan akibat pelecehan seksual tersebut. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan significant others. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Setelah dilakukannya penelitian kepada subjek, didapatkan hasil berupa bentuk pelecehan seksual seperti memandang dan menyentuh fisik, menanyakan masalah pribadi yang bersifat seksual dan melakukan suatu ajakan kepada subjek dengan pemberian imbalan. Faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual karena adanya daya tarik seksual yang alamiah antara dua jenis kelamin yang berbeda. Sedangkan proses reaksi subjek pada pelecehan seksual yang ditimbulkan antara lain, stress, mengalami ketakutan, kehilangan rasa percaya diri, mengalami gangguan tidur dan mudah marah. Kata kunci : Pelecehan Seksual, Sekretaris. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perempuan sangat rentan terhadap tindak kriminal pelecehan seksual, tak terkecuali di tempat kerja. Karena apapun bentuknya, pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan dan diskriminasi. Meski kasus pelecehan seksual sudah seringkali diekpose oleh media massa, namun dalam masyarakat Indonesia masih banyak yang belum sepenuhnya menyadari bahwa mereka sebenarnya telah menjadi korban pelecehan seksual atau menganggap masalah ini sebagai sesuatu yang tidak serius untuk ditanggapi Dalam banyak kasus, banyak para korban yang memilih diam dan menganggap biasa perlakuan yang diterima dari atasan ataupun rekan kerja. Persoalan ini merupakan salah satu momok bagi kaum perempuan di tempat kerjanya yang skala eskalasinya sangat luas dan menyebabkan berbagai kerugian moril maupun materiil bagi kaum perempuan. Pelecehan seksual termasuk salah satu contoh atau tindakan yang tidak adil pada sekelompok orang atau individu terhadap kelompok atau individu yang lemah. Maka dari itu, korban dari kasus pelecehan seksual ini tidak hanya di lingkungan kerja tetapi 1

3 juga pada para wanita yang belum menikah, wanita-wanita tua, bahkan pada anak-anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah. Tindakan pelecehan yang dilakukan tidak hanya dalam bentuk pemerkosaan, tetapi disini lebih menonjol pada unsur kekuasaan, yaitu kekuasaan pria terhadap wanita, dengan tujuan untuk mempermalukan atau menyakiti perasaan wanita. Menurut Poerwandari (2000), bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan produk struktur sosial dan sosialisasi dalam masyarakat yang mengutamakan dan menomorsatukan kepentingan dan perspektif laki-laki, sekaligus menganggap perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih rendah dan kurang bernilai dibandingkan dengan laki-laki. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, pelecehan seksual di tempat umum dapat menimbulkan suatu masalah bagi perempuan, apalagi di tempat kerja. Pelecehan seksual di kalangan perempuan bekerja dapat menimbulkan masalah yang lebih kompleks lagi. Hal ini biasanya terjadi pada kasus pelecehan seksual di tempat umum itu berbeda dengan pelecehan seksual di tempat kerja. Pelecehan seksual di tempat umum dapat dihindari, akan tetapi pelecehan seksual di tempat kerja akan sangat sulit untuk menghindarinya, karena biasanya pelakunya adalah atasan atau orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya, apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual pada subjek, serta proses dan reaksi yang ditimbulkan akibat pelecehan seksual tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelecehan Seksual Pelecehan seksual (sexual harassment) adalah suatu perbuatan yang melanggar daerah seksual pribadi seseorang, untuk tujuan mencari kepuasan seksual secara paksa dan tidak mendapat persetujuan dari orang tersebut. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual Fitzgerald dan Schullman (dalam Betz & Fitzgerald, 1987), mengelompokkan bentuk-bentuk pelecehan seksual ke dalam lima tingkatan, antara lain: a. Gender Harassment Adalah pernyataan dan tingkah laku yang bersifat merendahkan seseorang berdasarkan jenis kelaminnya. Bentuk-bentuknya antara lain: cerita porno atau gurauan yang mengganggu, kata-kata seksual yang kasar dan ditunjukkan kepada seseorang, tubuh, maupun kehidupan seseorang dan lain sebagainya. b. Seduction Behavior Adalah rayuan atau permintaan yang tidak senonoh dan bersifat seksual, atau bersifat merendahkan tanpa adanya suatu ancaman. Bentukbentuknya antara lain: pembicaraan mengenai hal-hal yang bersifat pribadi atau seksual, tindakan untuk merayu seseorang, perhatian seksual seseorang, ajakan untuk berbuat tidak senonoh atau asusila, secara sengaja menjadikan seseorang sebagai sasaran atau sindiran dari suatu pembicaraan seksual, dan lain sebagainya. 2

4 c. Sexual Bribery Yaitu ajakan untuk melakukan halhal yang berkenaan dengan perhatian seksual yang disertai dengan janjijanji untuk mendapatkan imbalan tertentu (imbalan kenaikan gaji atau jabatan). Bentuk-bentuknya antara lain seperti secara halus menyuap seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan seksual, atau secara langsung atau secara terangterangan menjanjikan hadiah untuk melayani keinginan seksualnya. d. Sexual Coercion atau Threat Yaitu adanya tekanan untuk melakukan hal-hal yang bersifat eksternal dengan disertai ancaman baik secara halus ataupun langsung. Bentuk-bentuknya antara lain: ancaman secara halus dengan pemberian hukuman karena menolak keinginan seseorang, ancaman secara langsung atau terang-terangan dengan harapan seseorang mau melakukan tindakan seksual meskipun tindakan tersebut belum terjadi. e. Sexual Imposistion Adalah serangan atau paksaan yang bersifat seksual dan dilakukannya secara kasar atau terang-terangan. Bentuk-bentuknya antara lain: dengan sengaja memaksa menyentuh, berusaha mendorong atau memegang tubuh seseorang, atau dengan sengaja memaksa seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual Seperti dikutip dari Docstoc (2010), ada 7 alasan kenapa orang melakukan pelecehan seksual: a. Lingkungan sosialnya Kondisi di mana seorang laki-laki dan perempuan dibesarkan akan mempengaruhi bagaimana perilakunya nanti. Berbagai sudut pandang bisa menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang untuk melakukan pelecehan seksual. b. Suasana sekitar yang mendukung Biasanya pelecehan seksual lebih banyak terjadi di fasilitas umum terutama pada angkutan umum yang penuh, sehingga seseorang suka mencari-cari kesempatan. c. Memiliki kekuasaan yang lebih tinggi Beberapa orang terkadang menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan pelecehan, umumnya pelaku berpikir korban adalah orang yang lemah atau takut kehilangan pekerjaannya. d. Stres terhadap perkawinannya Mengalami stres terhadap kehidupan pernikahannya akan membuat seseorang berada dalam tekanan emosional sehingga rentan melakukan pelecehan seksual. e. Mengalami penurunan moral Saat kondisi seseorang mengalami kelemahan moral, seringkali menganggap seks pranikah atau one night stand adalah sesuatu yang wajar sehingga menganggap hal tersebut bukanlah pelecehan seksual. f. Memiliki perilaku seks yang menyimpang Biasanya orang ini memiliki kelainan seperti suka memperlihatkan alat vitalnya, suka membahas masalahmasalah pornoaksi atau memiliki perilaku suka mengintip. g. Kurangnya peraturan hukum yang ada Beberapa orang melakukan pelecehan seksual karena memang 3

5 belum ada peraturan hukum yang bisa membuat seseorang merasa jera. Dampak Pelecehan Seksual Dampak pelecehan seksual pada korban dari faktor psikologis antara lain adalah marah, stress, mengalami ketakutan, frustasi, rasa tidak berdaya dan menarik diri, serta kehilangan rasa percaya diri, merasa berdosa atau merasa dirinya sebagai penyebab terjadinya kasus pelecehan seksual. Sedangkan dampak ditinjau dari faktor kesehatan yaitu dapat mengalami akibat fisik seperti gangguan perut, nyeri tulang belakang, gangguan makan, gangguan tidur rasa cemas dan mudah marah. Pengertian Wanita Bekerja Wanita bekerja adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara profesional oleh wanita untuk dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jenis dan Penyebab Wanita Ingin Bekerja Dapat disimpulkan bahwa jenis wanita bekerja terdiri dari tiga jenis yaitu pekerja wanita secara penuh, pekerja wanita part time dan freelance. Sedangkan penyebab wanita ingin bekerja adalah keinginan mencari tantangan baru, aktivitas baru, suasana baru, serta adanya faktor kondisi situasi dan keuangan keluarga yang kurang baik. Pengertian Sekretaris Sekretaris adalah seorang karyawan atau pegawai yang diangkat oleh pimpinannya sebagai pembantu pribadinya untuk mengerjakan tugastugas kantor atau perusahaan, karena dianggap dapat dipercaya dalam mengerjakan tugas-tugas pimpinan dan dapat memegang rahasia perusahaan. Jenis dan Jabatan Sekretaris Berdasarkan Ruang Lingkup Berdasarkan ruang lingkup dan tanggung jawab (Thomas W. Bratawidjaja, 1996), sekretaris dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu: a. Sekretaris eksekutif Sekretaris eksekutif adalah sekretaris yang juga berfungsi sebagai manajer karena secara langsung atau nyata menjalankan fungsi manajer eksekutif yang memiliki bawahan. Sekretaris eksekutif ini pada umumnya merupakan sekretaris untuk satu unit organisasi, contohnya: sekretaris dewan, sekretaris jenderal, sekretaris wilayah, sekretaris inspektorat jenderal, sekretaris yayasan, dan lain-lain. b. Sekretaris pribadi Sekretaris pribadi adalah seorang yang mengerjakan kegiatan perkantoran untuk membantu seseorang tertentu dan bersifat pribadi. Sekretaris dalam pengertian ini bukan pegawai atau staf dari suatu organisasi atau perusahaan tetapi diangkat dan digaji oleh perorangan. 4

6 Penyebab Sekretaris Mengalami Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Dari bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dialami oleh subjek penelitian di atas (seorang sekretaris) Fitzgerald dan Schullman (dalam Betz & Fitzgerald, 1987), setiap tingkat akan diuraikan secara lebih terperinci mengenai pandangan subjek penelitian terhadap pelecehan seksual yang dialaminya di tempat kerja. a. Pelecehan Seksual pada Tingkat Satu (Gender Harassment) Sebagian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat satu (gender harassment) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian tidak menyukai perbuatan itu karena bersifat porno, memperlihatkan perempuan sebagai objek seks, disampaikan pada saat yang tidak tepat, dan tidak sopan. Walaupun merupakan pelecehan seksual, beberapa subjek penelitian berpendapat bahwa perlakuan itu adalah wajar karena hal itu dipandang sebagai gurauan dan bentuk perhatian. b. Pelecehan Seksual pada Tingkat Dua (Seduction Behaviour) Sebagaian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat dua (seduction behaviour) tidak sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian beralasan bahwa perlakuan itu sebagai bentuk perhatian, gurauan, wajar jika orang dewasa membicarakan seksual, perlakuan laki-laki yang menyukai perempuan, tidak kurang ajar, pergaulan, hanya sebatas pembicaraan saja, dan sebagai salah satu resiko tugas wanita bekerja. Walaupun bukan merupakan pelecehan seksual subjek penelitian mengatakan bahwa perlakuan itu tidak disukainya, menggangu konsentrasi kerja dan khawatir hubungan kerja akan terganggu jika menolak atau berlaku kasar pada pelaku. c. Pelecehan Seksual pada Tingkat Tiga (Sexual Bribery) Sebagian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat tiga (sexual bribery) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian beralasan bahwa pelaku menganggapnya rendah, dan perlakuan itu sudah melampaui batas kesopanan. d. Pelecehan Seksual pada Tingkat Empat (Sexual Coercion) Sebagian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat empat (sexual coercion) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian tidak menyukai perlakuan itu. e. Pelecehan Seksual pada Tingkat Lima (Gender Imposition) Semua subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat 5 (sexual imposition) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian tidak menyukai perlakuan ini karena tidak sopan, tanpa ijin, dan pelaku mempunyai kelainan seksual. Pelecehan Seksual Pada Wanita yang Bekerja Sebagai Sekretaris Pelecehan seksual pada wanita yang bekerja sebagai sekretaris adalah perhatian yang tidak diinginkan yang datang dari seseorang di tempat kerja 5

7 dan menciptakan ketidaknyamanan atau mengganggu orang lain, yang berkaitan dengan isu seksual. Pelaku pelecehan seksual di tempat kerja adalah orang yang berada di sekitarnya, misalnya atasan yang berkedudukan lebih tinggi. Selain itu pelaku bisa datang dari rekan laki-laki, atau tamu laki-laki. Pelecehan seksual dapat terlihat jelas apabila dalam pekerjaan tersebut laki-laki jauh lebih tinggi jabatannya daripada perempuan. Karena tekanan-tekanan seks juga bisa datang dari pihak pekerja laki-laki yang setingkat dengan pekerja perempuan. Pelecehan seksual di tempat kerja bagi sekretaris dapat menghasilkan problema tersendiri bagi perempuan pekerja. Banyak perempuan yang terpaksa diam dan menerima tindakan pelecehan seksual karena takut kehilangan perkerjaan tersebut. Para korban tidak melaporkan dirinya karena takut apabila dia melaporkan akan terkena resiko seperti diberhentikan, diancam dengan cara-cara lain, akibatnya masalah ini ditutupi secara sosial. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang sifatnya studi kasus karena penelitian kualitatif studi kasus sesuai digunakan pada masalahmasalah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, dengan menggunakan penelitian kualitatif studi kasus juga diperoleh pemahaman yang mendalam tentang berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang yaitu seorang wanita dewasa awal yang sudah bekerja sebagai sekretaris dan pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan significant others. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Alat Bantu Penelitian a. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dikembangkan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian yang bersangkutan, pedoman wawancara yang sudah disusun terdiri dari identitas subjek dan pertanyaan wawancara. b. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan untuk panduan dalam melakukan observasi, pedoman ini digunakan untuk melihat perilaku apa saja yang muncul pada subjek penelitian yang akan dimasukkan dalam catatan lapangan. c. Tape Recorder Alat bantu elektronik berupa alat perekam menggunakan media perekam Handphone, yang digunakan untuk merekam hasil wawancara yang dilakukan, baik untuk subjek penelitian. d. Alat Bantu Tulis Alat bantu tulis berupa pulpen, pensil dan kertas untuk mencatat hasil wawancara dan observasi. 6

8 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan beberapa hal yaitu: 1. Bagaimana Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual Yang Dialami Subjek Di Tempat Kerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan adanya beberapa bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya yaitu diantaranya a. Gender Harassment Subjek mendapatkan perlakuan pelecehan seksual dari lawan jenis yang mana lawan jenisnya seperti penyalahgunaan kekuasaan, perbuatan yang merendahkan, melanggar hak-hak pribadi dan tingkah laku subjek. b. Seduction Behavior seksual pada tingkat dua atau Seduction Behavior seperti tangan subjek digelitik, kerdipan mata yang agak nakal, tepukan pundak dan pantat subjek, dan berbagai macam rayuan yang berupa ajakan makan malam atau nonton bioskop pada saat di luar jam kantor, serta suatu bentuk perhatian yang khusus dari lawan jenisnya yang berupa pijatanpijatan. c. Sexual Bribery seksual pada tingkat tiga atau Sexual Bribery seperti menaikkan gaji, subjek akan dibelikan mobil, rumah atau handphone, dan subjek akan di berikan uang. a. Sexual Coercion atau Threat seksual pada tingkat empat atau Sexual Coercion/ Threat yang berupa suatu sanksi dan ancaman akan dipecat dari tempat subjek bekerja serta subjek mendapatkan kata-kata kasar oleh lawan jenisnya dikarenakan subjek menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya tersebut. b. Sexual Imposition seksual pada tingkat lima atau Sexual Imposition yang berupa serangan atau paksaan yang bersifat seksual dan dilakukan secara kasar dan terang-terangan oleh lawan jenisnya. 2. Faktor faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pelecehan Seksual Pada Subjek Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan adanya beberapa faktor pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya yaitu diantaranya: Pada level satu atau Gender Harassment faktor penyebab subjek mendapatkan pelecehan seksual dari lawan jenisnya adalah situasi aman dan keadaan lingkungan kantor yang mendukung sehingga pelaku dengan leluasa melancarkan aksinya, subjek sebagai kaum wanita sebagai kaum yang lemah baik fisik maupun mental sehingga dapat dieksploitasi oleh pelaku sisi seksualitasnya. Kemudian perilaku, penampilan dan perkataan subjek yang menurut pelaku bersifat mengundang. 7

9 Pada level dua atau Seduction Behavior faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu permintaan yang tidak senonoh dari lawan jenis adalah karena adanya niat dari atasannya yang mengajak subjek untuk melakukan hal-hal yang negatif, adanya obrolan yang menjurus kearah seksualitas, adanya sinyal dari subjek yang terlalu pasif, maka dari itu si pelaku bisa lebih dengan leluasa memberikan ajakan yang tidak senonoh tersebut serta di beberapa kasus lingkungan dan situasi sekitarnya yang cukup buat pelaku melancarkan untuk berbuat mesum. Pada level tiga atau Sexual Bribery faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu ajakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat seksual dengan disertai imbalan seperti uang, materi dan kenaikan jabatan yang dapat mengambil hati subjek, dan memberikan semua kebutuhan yang subjek perlukan berserta hadiah. Pada level empat atau Sexual Coercion atau Threat faktor penyebab ketika subjek menolak ajakan atau tawaran dari lawan jenis, subjek mendapatkan sanksi yaitu karena subjek menolak keinginan si pelaku, maka pelaku akan marah, mengancam lalu memberikan sanksi, tidak mendapat kenaikan gaji, promosi, tidak adanya lembur, dan faktor yang menyebabkan subjek pernah mendapatkan suatu siksaan dan kata-kata kasar dari lawan jenis anda ketika subjek menolak di ajak untuk berhubungan seksual. Pada level lima atau Sexual Imposition faktor yang menyebabkan subjek pernah mendapatkan suatu serangan secara kasar atau terangterangan dari lawan jenis yaitu karena subjek secara kasar menolak permintaan si pelaku maka dari itu si pelaku menjadi lebih kasar dan agresif secara terang-terangan, faktor yang menyebabkan subjek langsung menceritakan hal tersebut pada orang-orang terdekatnya yaitu karena supaya subjek mendapatkan berbagai macam solusi mengenai permasalahan yang sedang subjek hadapi itu, faktor penyebab subjek pernah di ajak oleh lawan jenis yang dengan sengaja untuk memaksa menyentuh pada bagian-bagian seksualitas lawan jenis karena si pelaku merasa mempunyai kuasa makanya si pelaku bisa seenaknya bersikap seperti itu, dan faktor yang menyebabkan lawan jenis subjek suka medorong atau memegang tubuh secara langsung atau terangterangan yaitu karena subjek yang mana sebelumnya sudah berusaha menolaknya secara halus akan tetapi si pelaku tidak memperdulikannya begitu saja sehingga subjek akhirnya menolaknya dengan tegas dan kasar supaya si pelaku tidak melakukan hal yang sama dengan subjek. 3. Bagaimana Proses Reaksi Subjek Terhadap Pelecehan Seksual Yang Dialaminya Di Tempat Kerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan proses reaksi adanya pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya yaitu a. Pelecehan Seksual pada Tingkat Satu (Gender Harassment) Reaksi subjek yang memandang perlakuan pada tingkat satu (gender 8

10 harassment) sebagai pelecehan seksual adalah berawal dengan menanggapi, misalnya dengan ikut melihat gambar porno yang diperlihatkan pada rekannya itu. Selanjutnya, mengambil tindakan langsung dengan cara tersenyum, marah, atau berbicara ramah untuk menjaga nama perusahaan. Subjek menghindari perlakuan itu dengan pergi meninggalkan pelaku atau mengalihkan topik pembicaraan. Langkah untuk mengabaikan perlakuan itu dengan cara seolaholah tidak mengetahui jika perlakuan pelecehan seksual itu sedang berlangsung. Sekarang tindakan menghindari dilakukan dengan cara pergi meninggalkannya. Di abaikannya tindakan tersebut dengan cara seolah-olah subjek penelitian tidak mengetahuinya. Lalu tidak berbuat apa-apa dengan cara diam karena malu, dan merasa bersalah karena telah memakai rok mini. Saran dari significant other adalah karena adanya salah persepsi dari rekan kerja pria atau atasan maka subjek harus mengontrol perilaku, perkataan dan cara berpakaian agar tidak mengundang rekan kerja pria untuk melakukan pelecehan seksual terhadap diri subjek. b. Pelecehan Seksual pada Tingkat Dua (Seduction Behavior) Reaksi subjek yang awalnya memandang bahwa perlakuan pada tingkat dua (seduction behavior) sebagai pelecehan seksual adalah terkejut, marah, menolak, memberi saran, atau tertawa. Selanjutnya subjek menghindari dengan cara pergi meninggalkan pelaku, atau mengalihkan pokok pembicaraan.sekarang tindakan mengabaikan dilakukan dengan cara membiarkan, tidak melayani pembicaraan pelaku, atau melupakan peristiwa itu. Serta subjek diam saja karena tidak tahu bagaimana cara menolaknya. Saran dari significant other adalah lebih berhati hati dalam perkataan, berusaha menolak permintaan yang menjurus ke arah seksualitas, di ikuti dengan tindakan profesionalitas di tempat kerja. c. Pelecehan Seksual pada Tingkat Tiga (Sexual Bribery) Reaksi subjek yang awalnya memandang perlakuan pada tingkat tiga (sexual bribery) sebagai bentuk pelecehan seksual adalah menolak secara kasar, memberi saran, tertawa, mengucapkan terima kasih, mengembalikan hadiah pelaku, pulang, dan keluar kerja. Selanjutnya subjek hanya diam saja karena merasa terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa dan mengabaikannya. Sekarang tindakan mengabaikannya dilakukan dengan cara tidak mempedulikannya. Saran dari significant other adalah tidak mudah menerima hadiah-hadiah atau imbalan dalam bentuk apapun, sebaiknya subjek bertindak secara profesional dalam bekerja maupun kehidupan pribadi. d. Pelecehan Seksual pada Tingkat Empat (Sexual Coercion / Threat) Reaksi subjek yang awalnya memandang bahwa perlakuan pada tingkat empat (sexual coercion / threat) sebagai bentuk pelecehan 9

11 seksual adalah secara langsung dengan cara menolak, memberi saran kasar, marah, melaporkannya dengan melalui mengirim surat ke atasan yang lebih tinggi jabatannya, dan keluar dari pekerjaan. Selanjutnya mengabaikannya dengan cara membiarkan karena merupakan kebiasaan atasan berbuat seperti itu, lalu melupakannya begitu saja. Sedangkan sekarang subjek tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sebenarnya di dalam hati subjek sangat tidak menyukai perlakuan itu. Saran dari significant other adalah supaya subjek lebih berhati hati terhadap rekan atau atasan yang mempunyai dan maksud tertentu, serta berusaha untuk menjauhi dan menghindari orang-orang tersebut. e. Pelecehan Seksual pada Tingkat Lima (Sexual Imposition) Reaksi pada subjek yang awalnya memandang perlakuan pada tingkat lima (sexual imposition) sebagai bentuk pelecehan seksual adalah secara langsung dengan melengos, mendorong, berontak, menolak secara tegas, marah, menegur secara baik-baik dulu jika tidak bisa baru secara kasar, melaporkannya ke atasan yang lebih tinggi jabatannya, dan keluar kerja. Reaksi selanjutnya menghindari dengan cara lari, dan pergi meninggalkan pelaku. Sekarang reaksi mengabaikan dengan cara melupakan dan memaafkan peristiwa itu. Kemudian tidak berbuat apa-apa yaitu dengan diam karena terkejut dan salah tingkah. Saran dari significant other adalah berikan perlawanan dan pelajaran terhadap orang yang berusaha menyakiti subjek secara seksual. Kemudian untuk memberikan dampak jera, laporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang. Dan beri tuntutan agar pelaku tidak mengulangi pelecehan seksual terhadap karyawan perempuan yang lain. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sbagai berikut : Kesimpulan 1. Bagaimana bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dialami subjek di tempat kerja Pelecehan seksual pada tingkat satu atau Gender Harassment seperti penyalahgunaan kekuasaan, perbuatan yang merendahkan, melanggar hak-hak pribadi dan tingkah laku subjek, yaitu berbagai macam gurauan-gurauan yang menjurus kearah seksualitas karena lawan jenisnya melihat serta menganggap bahwa perempuan bisa dipakai sebagai objek seks, meskipun cara penyampaian lawan jenisnya tersebut bukan pada saat yang tepat untuk dibicarakan. seksual pada tingkat dua atau Seduction Behavior seperti ketika bersalaman dengan lawan jenisnya tangan subjek digelitik, subjek juga mendapatkan kerdipan mata yang agak nakal dari si pelaku, tepukan pundak dan pantat subjek, dan subjek pernah mendapatkan berbagai macam rayuan yang berupa ajakan 10

12 makan malam atau nonton bioskop pada saat di luar jam kantor, serta suatu bentuk perhatian yang khusus dari lawan jenisnya yang berupa pijatan-pijatan. seksual pada tingkat tiga atau Sexual Bribery yang berupa suatu ajakan untuk melakukan hal-hal yang berkenaan dengan perhatian seksual yang mana disertai dengan janji-janji untuk mendapatkan imbalan tertentu jika subjek mau diajak untuk berhubungan seksual dengan lawan jenisnya seperti menaikkan gaji, subjek akan dibelikan mobil, rumah atau handphone, dan subjek akan di berikan uang. seksual pada tingkat empat atau Sexual Coercion/ Threat yang berupa suatu sanksi dan ancaman akan dipecat dari tempat subjek bekerja serta subjek mendapatkan kata-kata kasar oleh lawan jenisnya dikarenakan subjek menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya tersebut. seksual pada tingkat lima atau Sexual Imposition yang berupa serangan atau paksaan yang bersifat seksual dan dilakukan secara kasar dan terang-terangan oleh lawan jenisnya ketika subjek mendapatkan tugas ke luar kota dengan atasannya. Dimana atasannya meminta subjek untuk menemaninya dikamar yang berujung untuk melakukan hubungan seksual dengan subjek secara terangterangan. 2. Faktor faktor yang menyebabkan terjadi pelecehan seksual pada subjek Pada pelecehan seksual level satu atau Gender Harassment faktor penyebab subjek mendapatkan pelecehan seksual dari lawan jenisnya adalah situasi aman dan keadaan lingkungan kantor yang mendukung sehingga pelaku dengan leluasa melancarkan aksinya, subjek sebagai kaum wanita sebagai kaum yang lemah baik fisik maupun mental sehingga dapat dieksploitasi oleh pelaku sisi seksualitasnya, dari perilaku, penampilan dan perkataan subjek yang menurut pelaku bersifat mengundang. Pada level dua atau Seduction Behavior faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu permintaan yang tidak senonoh dari lawan jenis adalah karena adanya niat dari atasannya yang mengajak subjek untuk melakukan hal-hal yang negatif sehingga menurut atasannya itu sebagai seorang sekretaris subjek harus menuruti semua permintaan atasannya, mulai dari masalah dengan pekerjaan sampai pada masalah pribadi, dan pelaku berusaha untuk membuat suatu hubungan dengan subjek yang mana hubungan tersebut yang selanjutnya akan bisa lebih intens atau serius dengannya. Selanjutnya pada level tiga atau Sexual Bribery faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu ajakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat seksual dengan disertai imbalan seperti uang, materi dan kenaikan jabatan yang dapat mengambil hati subjek yaitu dengan memberikan semua kebutuhan yang subjek 11

13 perlukan berserta hadiah, maka si pelaku beranggapan kalau subjek bisa menuruti semua keinginannya. Lalu pada level empat atau Sexual Coercion/ Threat faktor penyebab ketika subjek menolak ajakan atau tawaran dari lawan jenis, subjek mendapatkan sanksi yaitu karena apabila subjek menolak keinginan si pelaku, maka pelaku akan marah, mengancam lalu memberikan sanksi, tidak mendapat kenaikan gaji, promosi, tidak adanya lembur, dan justru mendapatkan tugas-tugas yang lebih berat pada jam kerjanya daripada rekanrekannya yang lain dan karena subjek telah menolak ajakannya si pelaku untuk melakukan hubungan seksual, maka dari itu si pelaku marah-marah, mencaci maki ke subjek yang kurang jelas sebabnya. Pada level lima atau Sexual Imposition faktor yang menyebabkan subjek pernah mendapatkan suatu serangan secara kasar atau terangterangan dari lawan jenis yaitu karena subjek secara kasar menolak permintaan si pelaku maka dari itu si pelaku menjadi lebih kasar dan agresif secara terang-terangan, faktor yang menyebabkan subjek langsung menceritakan hal tersebut pada orang-orang terdekatnya yaitu karena supaya subjek mendapatkan berbagai macam solusi mengenai permasalahan yang sedang subjek hadapi itu. 3. Bagaimana proses reaksi subjek terhadap pelecehan seksual yang di alami subjek di tempat kerja Reaksi subjek yang memandang perlakuan perlakuan tersebut sebagai tindakan pelecehan seksual adalah berawal dengan menanggapi. Selanjutnya, mengambil tindakan langsung dengan cara tersenyum, terkejut, marah, menolak secara kasar, memberi saran, tertawa, mengucapkan terima kasih, mengembalikan hadiah pelaku, pulang, dan keluar.subjek menghindari perlakuan itu dengan pergi meninggalkan pelaku, mengabaikannya, mengalihkan topik pembicaraan, menghindari dengan cara lari, dan pergi meninggalkan pelaku. Sekarang tindakan menghindari dilakukan dengan cara pergi meninggalkannya. Di abaikannya tindakan tersebut dengan cara seolah-olah subjek penelitian tidak mengetahuinya, lalu tidak berbuat apa-apa dengan cara diam, mengabaikan dengan cara melupakan dan memaafkan peristiwa itu. Kemudian tidak berbuat apa-apa yaitu dengan diam karena terkejut dan salah tingkah, Saran saran a. Sebaliknya subjek memakai pakaian yang lebih tertutup dan sopan. b. Pilihlah tempat yang terbuka saat ingin berkomunikasi dengan rekan kerja yang lawan jenis, karena hal ini untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual. c. Melakukan komunikasi dengan rekan kerja yang lawan jenis hanya sebatas untuk kepentingan pekerjaan. d. Bersikap tegas untuk mengatakan tidak mengenai hal-hal yang mengarah pada perilaku pelecehan seksual. e. Sebaiknya anda menghindari berpergian sendirian pada malam 12

14 hari dan tidak bekerja lembur sendirian pada malam hari. Juga dianjurkan untuk pergi bersama teman lainnya apabila ada keperluan diluar jam kantor dan memastikan bahwa keberadaan diri diketahui oleh orang lain. f. Kalau memungkinkan kita tegur pelaku pelecehan tersebut. Tindakan menegur ini akan membuat dia sadar bahwa aksinya diperhatikan orang dan tidak pantas dilakukan, syukur-syukur membuat pelaku ini malu untuk melakukannya lagi. g. Segera melapor pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja anda kepada pihak-pihak yang ditunjuk (atasan atau HRD) atau langsung melaporkan kepada kepolisian. Untuk Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melihat pengaruh budaya patriarki atau anggapan bahwa secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan di lingkungan kerja, pandangan-pandangan perempuan mengenai tindakan pencegahan dan penyebarluasan informasi tentang pelecehan seksual, dan pelecehan seksual dilingkungan lain dengan subjek yang bervariasi. Serta diharapkan dapat untuk menambah jumlah subjek. Serta diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lebih mendalam lagi, dengan melakukan observasi langsung di tempat kerja subjek. DAFTAR PUSTAKA Abrar, A. N. (1998). Pemberitahuan isu pelecehan dan kekerasan seksual dalam surat kabar Indonesia. Juni Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Betz, L. & Fitzgerald, E. (1987). The career psychology of women. California: Academic Press, Inc. Collier, Rohan. (1992). Pelecehan seksual : Hubungan dominasi mayoritas dan minoritas. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. Guntoro & Paramita Utamadi. (2001). Pelecehan seksual, hii serem. anita-muslimah/message/3536. Diakses tanggal 27 September Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Penerbit Gunadarma. Moleong, L. J. (2005). Metode pendekatan kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwandari, Kristi. (2000). Pemahaman bentuk-bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan dan alternatif pemecahannya. Jakarta: Universitas Indonesia. Sabaroedin, S. (1998). Wanita, pendidikan, pekerjaan dan kodrat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Thomas W. Bratawidjaja. (1996). Pengertian sekretaris. Diakses tanggal 13 Februari

Kata Pengantar. Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari para buruh pabrik X yang akan

Kata Pengantar. Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari para buruh pabrik X yang akan Kata Pengantar Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari para buruh pabrik X yang akan digunakan dalam menyusun tugas akhir di Fakultas Psikologi Universitas Maranatha, Bandung. Pada kuisioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi perempuan dalam kehidupan sosial ternyata belum sejajar dengan laki-laki meskipun upaya ke arah itu telah lama dan terus dilakukan. Kekuatan faktor sosial,

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi masyarakatindonesia. Pola perilaku generasi penerus akan terbentuk melalui dunia pendidikan, selain pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini, antara lain : 1. Penyebab kekerasan yang dialami pada masa

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DATA RESPONDEN

PEDOMAN WAWANCARA DATA RESPONDEN Nama Responden : PT Usia : 20 Tahun Pekerjaan : Mahasiswi Jawab : Ya saya tau, yaitu tindakan tak senonoh terhadap wanita. Jawab : Saat keadaan bus penuh, biasanya pria mencari-cari kesempatan untuk bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

PELECEHAN SEKSUAL PADA BURUH GENDONG (STUDI KASUS PADA BURUH GENDONG DI PASAR LEGI DALAM PERSPEKTIF GENDER) NASKAH PUBLIKASI

PELECEHAN SEKSUAL PADA BURUH GENDONG (STUDI KASUS PADA BURUH GENDONG DI PASAR LEGI DALAM PERSPEKTIF GENDER) NASKAH PUBLIKASI PELECEHAN SEKSUAL PADA BURUH GENDONG (STUDI KASUS PADA BURUH GENDONG DI PASAR LEGI DALAM PERSPEKTIF GENDER) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai wadah dari mahasiswa untuk menyalurkan bakat dibidang olahraga. Mahasiswa juga dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

1. Bagaimana gambaran burnout pada anggota. 2. Mengapa terjadi burnout pada anggota polisi. 3. Bagaimana dampak burnout pada anggota

1. Bagaimana gambaran burnout pada anggota. 2. Mengapa terjadi burnout pada anggota polisi. 3. Bagaimana dampak burnout pada anggota BURNOUT PADA ANGGOTA POLISI BAGIAN RESERSE DI POLSEK BOGOR Nama : Rizka Fadilla Khaerunnisa NPM : 10508201 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Anugriaty Indah Asmarany, S.Psi.,., Msi. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA 99 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA I. KEY INFORMAN 1. Faktor Internal Hubungan Dalam Keluarga a) Status dalam keluarga b) Pekerjaan orangtua c) Hubungan kedekatan dengan orangtua d) Peran orangtua dirumah

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam masa remaja. Sering kali dengan gampang orang mendefenisikan remaja sebagai periode transisi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun ternyata tidak mudah dan banyak terdapt

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua

Lebih terperinci

Sesi 7: Pelecehan Seksual

Sesi 7: Pelecehan Seksual Sesi 7: Pelecehan Seksual 1 Tujuan belajar 1. Mengidentifikasi contoh-contoh pelecehan seksual secara umum dan khususnya di tempat kerja 2. Mempelajari ruang lingkup perlindungan UU dan peraturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi tindak kekerasan yang terjadi di berbagai tempat di lingkungan sekitar kita. Tindak kekerasan yang terjadi berbagai macam dan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional

Lebih terperinci

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Saya memohon bantuan anda untuk membantu saya dalam memberikan

Lebih terperinci

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

Sosialisasi Perlindungan Anak Terhadap Tindak Kekerasan

Sosialisasi Perlindungan Anak Terhadap Tindak Kekerasan Sosialisasi Perlindungan Anak Terhadap Tindak Kekerasan - PNS RSUD Ulin Banjarmasin - Komisaris LPT Global - LPA Kalsel bidang konseling - ICMI, Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kaderisasi -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu, karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masyarakat modern perilaku seks bebas sudah menjadi suatu hal yang wajar. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang wanita dan pria hidup bersama tanpa ikatan pernikahan (samen leven) menjadi fenomena yang sudah biasa yang sulit diberantas. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan BAB XVIII Kekerasan terhadap perempuan Kisah Laura dan Luis Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan Tanda-tanda yang harus diwaspadai Siklus kekerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi Skala 1 Skala Kecerdasan Emosional 1. UNFAVORABLE Kesadaran Diri o Saya merasa tidak mengerti perasaan saya sendiri o Saya kurang tahu penyebab kekecewaan yang saya rasakan o Saya malas bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal

Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal Seks itu alamiah, tapi perilaku seks yang bertanggungjawab adalah hasil PROSES belajar secara EKSPLISIT Sumber : Teman Orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti LAMPIRAN 1. Self Confidence Scale Nama : Usia : Kelas : Sekolah : L / P : Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan diri anda. Tersedia 4 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan: 1. Kode Etik Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa. Perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa. Perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa. Perlu mendapatkan pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang pesat, sehingga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah fisiknya dan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah fisiknya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan semua yang ada di dunia ini dengan maksud tertentu pada setiap penciptaannya, termasuk manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak: kekerasan seksual kian marak terjadi di sekitar kita saat ini. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Tindak: kekerasan seksual kian marak terjadi di sekitar kita saat ini. Hampir BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalab Tindak: kekerasan seksual kian marak terjadi di sekitar kita saat ini. Hampir setiap hari, tindakan kekerasan seksual tersebut diberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa berdasarkan analisis yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar pembelaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah salah satu fase kehidupan yang pasti akan dilewati oleh semua manusia. Fase ini sangat penting, karena pada saat remaja seseorang akan mencari jati

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah

Lebih terperinci

melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai

melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) telah tumbuh dengan pesat di Indonesia saat ini. Juru Bicara Kemendagri Raydonnyzar Moenek mengatakan jumlah LSM di Indonesia yang

Lebih terperinci

PETUN JUK PENGERJAAN

PETUN JUK PENGERJAAN Skala Penelitian Nomor Usia : (diisi peneliti) : Tahun PETUN JUK PENGERJAAN 1. Di bawah ini ada tiga skala, yaitu skala I, II, dan III. 2. Pada skala ini sem ua jawaban adalah benar, saudara diminta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial (Hurlock,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci