KARAKTERISTIK TANAH DI KOTA KALABAHI BERDASARKAN NILAI KECEPATAN GELOMBANG SHEAR (Vs)
|
|
- Susanti Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: , e-issn: Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/ KARAKTERISTIK TANAH DI KOTA KALABAHI BERDASARKAN NILAI KECEPATAN GELOMBANG SHEAR (Vs) SOIL CHARACTERISTICS BASED ON SHEAR WAVE VELOCITY (Vs) IN KALABAHI TOWN Cecep Sulaeman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Jalan Diponegoro No. 57, Bandung - Indonesia Naskah diterima 11 September 2015, selesai direvisi 18 Desember 2015, dan disetujui 01Maret 2016 Korespondensi cecepsula@gmail.com ABSTRAK Kota Kalabahi terletak di Pulau Alor, Propinsi Nusatenggara Timur, merupakan salah satu daerah rawan gempabumi yang dikontrol oleh dua sumber gempabumi, yaitu lajur tunjaman lempeng Samudra Indo-Australia di sebelah selatan dan sesar naik Busur Belakang Flores di sebelah utaranya. Pengukuran kecepatan gelombang S (Vs) dengan metode MASW di Kota Kalabahi telah dilakukan untuk mengetahui kelas situs tanah dan nilai faktor amplifikasi goncangan gempabumi. Pengukuran Vs dilakukan pada 54 titik ukur memakai data loger OYO 24 kanal model McSeis 1109, dengan geophone OYO frekuensi natural 4,5 Hz. Berdasarkan nilai Vs 30, tanah di Kota Kalabahi dapat dibagi menjadi tiga kelas situs: Kelas E (tanah lunak) dengan nilai Vs 30 antara 136 m/det hingga 182 m/det dengan faktor amplifikasi antara 2,76 hingga 3,54, Kelas D (tanah kaku) dengan nilai Vs 30 antara 183 m/det hingga 366 m/det dengan faktor amplifikasi antara 1,52 hingga 2,75, dan Kelas C (tanah sangat padat dan batuan lunak) dengan nilai Vs 30 antara 370 m/det hingga 382 m/det dengan faktor amplifikasi antara 1,47 hingga 1,51. Berdasarkan sebaran nilaivs 30, tanah di Kota Kalabahi didominasi oleh Kelas D. Kata kunci : ampilifikasi, kecepatan gelombang S, kelas situs tanah ABSTRACT Kalabahi Town is located in Alor Island, East Nusatenggara Province. This area is prone to earthquakes due to the existance of two seismic sources, Indo-Australia Subduction zone and Flores Back Arc. Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) was utilized to obtain the (Vs) which was used to classify the site class. A shear wave velocity measurements were carried out at 54 sites in Kalabahi town using data loger OYO 24 channel model McSeis 1109, with geophone OYO and natural frequency of 4.5 Hz. Based on Vs 30 values, soil in Kalabahi can be classified into three site classes. E Class (soft soil) with (Vs) between 136 m/s to 182 m/s and amplification factor between 2.76 to 3.54, D Class (stiff soil) with Vs 30 between 183m/s to 366 m/s and amplification factor between 1.52 to 2.72, and C Class (Very dense soil and soft rock) with Vs 30 between 370 m/s to 382 m/s and amplification factor between 1.47 to According to the distribution of Vs 30 values, the soil in Kalabahi Town is dominated by D Class Site. Keywords : amplification, shear wave velocity, site class 1
2 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 1, April 2016: 1-8 PENDAHULUAN Kota Kalabahi merupakan ibu kota Kabuapten Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah rawan bencana gempabumi. Gempabumi yang berpotensi melanda Kota Kalabahi dapat bersumber dari aktivitas tunjaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eropa-Asia di sebelah selatan, sesar naik Busur Belakang Flores di sebelah utara, serta sesar di daratan Pulau Alor dan sekitarnya. Ketika terjadi gempabumi, gelombang seismik menjalar sampai di permukaan tanah dan akan menimbulkan goncangan beberapa detik sampai beberapa menit. Kuat dan lamanya goncangan yang ditimbulkan gempabumi selain bergantung pada kekuatan dan jarak pusat gempabumi juga bergantung pada karakteristik tanah (Kramer, 1996). Salah satu karakteristik tanah tersebut dapat dipelajari dari nilai kecepatan gelombang shear (Vs). Amplifikasi goncangan gempabumi sebanding Tataan Tektonik dan Sejarah Kegempaan Tektonik daerah Nusa Tenggara Timur terkait dengan dinamika tumbukan lempeng Samudra Indo-Australia dengan lempeng Benua Eropa- Asia berupa lajur tunjaman di sebelah selatannya. Tumbukan tersebut mengakibatkan terbentuknya struktur geologi berupa jalur magmatik, sesar naik Busur Belakang Flores, lipatan, sesar, dan kelurusan di Pulau Alor dan sekitarnya. Kota Kalabahi tersusun oleh batuan Formasi Laka berupa tuf gampingan, dan tuf pasiran bersisipan breksi halus dan konglomerat, setempat dijumpai bersisipan napal dan batu gamping (Koesoemadinata dan Noya, 1997). Pulau Alor pernah terlanda gempabumi sedikitnya empat kali sejak tahun Intensitas gempabumi yang melanda Pulau Alor cukup tinggi, yaitu pada skala VIII- IX MMI (Modified Mercally Intensity). Kejadian terakhir tercatat pada 12 Nopember 2004 yang mengkibatkan 33 orang meninggal dunia dan 128 luka-luka (Tabel 2). dengan, dengan Vs adalah kecepatan gelombang geser dan ρ adalah densitas tanah (Aki dan Richards 1980 dalam Kanli drr., 2006). National Earthquaake Hazards Reduction Program (NEHRP) telah merekomendasikan kelas situs tanah (site class) berdasarkan nilai kecepatan gelombang shear (Vs) rata-rata sampai kedalaman 30 m dari permukaan (Vs 30) seperti pada Tabel 1. Nilai faktor amplifikasi goncangan gempabumi dapat dihitung secara empiris berdasarkan nilaivs 30 memakai Persamaan 1 (Wakamatsu drr., 2006), log Amplifikasi = 2,367-0,852 logvs 30± 0,166 (1) Dalam studi ini dibahas hasil pengukuran Vs 30 memakai metode Multichannel Analysis of Shear Wave (MASW) di Kota Kalabahi. NilaiVs 30 merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam penyusunan peta kawasan rawan bencana gempabumi. Tabel 1. Kelas Situs Tanah Berdasarkan nilai Vs 30 (BSSC, 2000) METODE PENELITIAN Pemanfaatan gelombang seismik untuk mempelajari permukaan bumi telah banyak dilakukan. Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gelombang badan (gelombang Primer/ compression wave dan gelombang Sekunder/shear wave), dan gelombang permukaan (gelombang Rayleigh dan gelombang Love). Apabila suatu energi mekanik diberikan di atas permukaan suatu medium, kedua jenis gelombang akan menyebar dengan besaran energi tertentu, berupa perpindahan partikel gelombang dan arah perambatan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bila sumber gelombang kompresional digunakan dalam survei seismik permukaan, maka lebih dari dua pertiga jumlah energi seismik yang dihasilkan dikonversi ke gelombang Rayleigh, yang merupakan komponen Site Class Soil Profile Name Average Properties in Top 100 feet (as per 2000 IBC section ) Soil Shear Wave Velocity, Vs (Meters/second) A Hard Rock Vs > 1524 B Rock 762 <Vs< 1524 C Very dense soil and soft rock 366 < Vs< 762 D Stiff soil profile 183 < Vs< 366 E Soft soil profile Vs < 183 2
3 Karakteristik Tanah di Kota Kalabahi Berdasarkan Nilai Kecepatan Gelombang Shear (Vs) Tabel 2. Catatan Gempa Merusak Di Pulau Alor (Supartoyo dan Surono, 2008) No Nama Gempa Tanggal Pusat Gempa Kedalaman (km) Magnitudo MMI Dampak 1 Pulau Timor 18/04/ VII-VIII Bencana terjadi hingga Pulau Alor, 250 orang meninggal, perumahan penduduk rusak. 2 Alor 15/7/1989 7,3 LS 124,8 BT 10 6,4 SR VIII Kerusakan di Alor Timur, 7 orang luka berat, 29 rumah roboh, 66 rumah, 13 kantor, 3 gereja rusak berat. 3 Alor 4/7/ ,23 LS 126,36 BT 33 6,7 SR VIII-IX 22 orang meninggal, 181 orang luka-luka, bangunan rusak berat dan ringan orang kehilangan tempat tinggal. Terjadi liquefaksi. 4 Alor 12/11/2004 5:26:43 WITA 08,137 LS 124,79 BT 10 7,5 Mw VIII-IX 33 orang meninggal, 128 orang luka-luka, 300 gedung pemerintah rusak berat, 200 sekolah rusak berat, rumah penduduk rusak di Pulau Alor. Daerah kerusakan terparah : Feng Afui, Air Mancur, Pantar, Bukapiting. Liquefaksi di Air Mancur. Retakan tanah berarah N 165 E dengan lebar ± cm panjang ± 50 m di jalan KalabahiSibone, Lembur Barat, Limbu, Bukapiting, Baumi. Longsoran di jalan Bone-Bukapiting utama ground roll (Richart drr., 1970 dalam Park drr., 1999). Gelombang Rayleigh merupakan gelombang seismik permukaan yang dihasilkan dari penggabungan antara gelombang Primer dan gelombang shear polarisasi vertikal (SV) di dekat permukaan. Kecepatan gelombang Rayleigh lebih rendah daripada gelombang shear (S). Dalam penjalaran gelombang Rayleigh, bentuk gerakan partikel bergerak mundur dan membentuk elips dengan sumbu mayor vertikal dan sumbu kecil ke arah penjalaran gelombang. Gelombang Rayleigh juga disebut ground roll dalam eksplorasi seismologi (Maztner, 2001 dalam Afif, 2010). Gelombang permukaan Rayleigh bergerak di sepanjang permukaan, dan amplitudonya akan berkurang secara cepat terhadap kedalaman perambatan. Pergerakan gelombang Rayleigh berlaku secara dispersi yang merupakan suatu fenomena natural fungsi kecepatan terhadap panjang gelombang dan frekuensinya. Sifat penetrasi gelombangnya pada suatu media juga dipengaruhi oleh panjang gelombang dan frekuensi. Dalam metode Multichannel Analysis of Shear Wave (MASW), sifat dispersi gelombang permukaan tersebut dimanfaatkan untuk mencari kecepatan gelombang S (shear) melalui kurva dispersi. Kurva dispersi diperoleh dengan mentransformasi sinyal seismik dalam kawasan waktu ke kawasan frekuensi menggunakan transformasi Fourier, yaitu: iwt f (ω) = f ( t) e dt (2) f (w) adalah sinyal dalam domain frekuensi dan f (t) adalah sinyal transient dalam domain waktu. Jika ada dua gelombang f (t) dan g (t), maka terdapat beda fase φ( ω) = φ ( ω) φ ( ω) (3a) dan kecepatan fasenya, f g c ( w) = x. ω / φ( ω) (3b) x adalah jarak dari masing-masing geophone. Dalam metode Multichannel, untuk memperoleh kurva dispersi dilakukan transformasi dari kawasan waktu f (x, t) ke kawasan frekuensi f (x, w) memakai transformasi Fourier, dan ke kawasan kecepatan fase memakai transformasi integral (Oyo Corporation, 2010 dalam Afif, 2010), seperti diperlihatkan pada 3
4 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 1, April 2016: 1-8 Gambar 1. Setelah diperoleh kurva dispersi lalu diinversi, maka akan diperoleh profil kecepatan gelombang S (Vs). Fungsi analisis inversinya adalah: (4) obs dengan f = kecepatan fase hasil observasi = kecepatan gelombang S perhitungan di lapisan pertama, lapisan ke dua, dan lapisan ke M., dengan N= jumlah observasi Penyelesaian persamaan tersebut memakai matriks turunan parsial yang dapat dipelajari di dalam operation manual SeisImager (OYO Corporation, 2010). Survei MASW di Kota Kalabahi memakai sumber getaran dengan memukulkan palu ke permukaan tanah. Alat yang dipakai dalam survei ini yaitu data loger OYO 24 kanal model McSeis 1109, geophone OYO dengan frekuensi 4,5 Hz (12 buah), dan palu seberat 5 kg. Jarak sumber ke geophone pertama dipilih 2 m. Sementara jarak antar-geophone ditetapkan 2 m. Perekaman data dan pengolahannya memakai perangkat lunak McSeis Versi yang dibuat oleh Geometrics Inc. tahun Jumlah titik ukur sebanyak 54 titik dengan jarak antara 250 m hingga 2000 m yang tersebar di Kota Kalabahi (Gambar 2). Gambar 1. Ilustrasi transformasi dari kawasan waktu ke kawsan kecepatan fase (modifikasi dari OYO Corporation, 2010). 4
5 Karakteristik Tanah di Kota Kalabahi Berdasarkan Nilai Kecepatan Gelombang Shear (Vs) Gambar 2. Sebaran titik ukur MASW di Kota Kalabahi. HASIL DAN PEMBAHASAN Contoh dan hasil pengolahan data untuk titik ukur 42 diperlihatkan pada Gambar 3. Data berupa rekaman ground roll dalam kawasan waktu (gambar atas), dan data tersebut ditranformasi ke dalam kawasan kecepatan fase (gambar tengah). Selanjutnya, kurva dispersi diinversi yang menghasilkan profil kecepatan gelombang S (gambar bawah). Kecepatan rata-rata gelombang S sampai kedalaman 30 m (Vs 30) untuk profil kecepatan tersebut adalah 271,1 m/det. Nilai Vs 30 dari 54 titik ukur di Kota Kalabahi ini berkisar antara 136 m/det sampai dengan 382 m/det (Gambar 4). Hasil penentuan nilai Vs 30 tersebut kemudian diklasifikasi ke dalam kelas situs tanah menurut Kelas Situs Tanah NEHRP menjadi tiga (Gambar 5), yaitu Kelas E (tanah lunak) dengan nilai Vs 30 antara 136 m/det hingga 182 m/det, Kelas D (tanah kaku) dengan nilai Vs 30 antara 183 m/ det hingga 366 m/det, Kelas C (tanah sangat padat dan batuan lunak) dengan nilai Vs 30 antara 370 m/ det hingga 382 m/det. Dalam Gambar 5 tersebut terlihat sebaran Kelas D paling luas di Kota Kalabahi, sementara sebaran Kelas E hanya di beberapa tempat, di antaranya di dekat pantai. Sebaran Kelas C hanya berada di utara yang merupakan daerah berelevasi di atas 400 m di atas permukaan laut. Nilai amplifikasi tanah di Kota Kalabahi ditentukan menurut Persamaan 2, yaitu Kelas E antara 2,76 hingga 3,54; Kelas D antara 1,52 hingga 2,75; dan nilai amplifikasi Kelas C antara 1,47 hingga 151. KESIMPULAN Tanah di Kota Kalabahi memiliki nilai Vs 30 berkisar antara 136 m/det. hingga 382 m/det, dan diklasifikasi menjadi tiga kelas, yaitu, Kelas E (tanah lunak) dengan nilai Vs 30 antara 136 m/det hingga 182 m/det dengan faktor amplifikasi antara 2,76 hingga 3,54. Kelas D (tanah kaku) dengan nilai Vs 30 antara 183m/det hingga 366 m/det dengan faktor amplifikasi antara 1,52 hingga 2,75. Kelas C (tanah sangat padat dan batuan lunak) dengan nilai Vs 30 antara 370 m/det hingga 382 m/det dengan faktor amplifikasi antara 1,47 hingga 1,51. Sebaran Kelas D 5
6 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 1, April 2016: 1-8 Gambar 3. Contoh data dan hasilnya untuk Titik Ukur 42. Ground roll (atas), kurva dispersi (tengah), dan Profil Vs30 (bawah). Gambar 4. Kontur nilai kecepatan gelombang S rata-rata sampai kedalaman 30 m ( Vs 30 (Satuan dalam m/det.) ) di Kota Kalabahi. 6
7 Karakteristik Tanah di Kota Kalabahi Berdasarkan Nilai Kecepatan Gelombang Shear (Vs) Gambar 5. Peta kelas situs tanah Kota Kalabahi. adalah yang paling luas di Kota Kalabahi, sementara sebaran Kelas E hanya terdapat di dekat pantai, dan Kelas C terdapat di sebelah utaranya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Gerakan Tanah, Kepala Subbidang Gempabumi, dan Pejabat Pembuat Komitmen atas persetujuannya pada penyelidikan ini. Terima kasih disampaikan pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelidikan ini. DAFTAR PUSTAKA Afif, H., Pemetaan Kecepatan Gelombang shear (Vs) di Area STIEKERS dengan menggunakan CMPCC MASW, Skripsi S1, Program Studi Geofisika FMIPA, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Building Seismic Safety Council (BSSC), The 2000 NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and Other Structures, Part I (Provisions) and Part II (Commentary), FEMA 368/369, Washington DC. Kanlı, A. I., Pe ter Tildy, Zsolt Pro nay, Ali Pınar, dan La szl o Hermann, VS30 mapping and soil classification for seismic site effect evaluation in Dinar region, SW Turkey, Geophys. J. Int. 165, Koesoemadinata, S. dan Noya, Y., Geologi Lembar Lomblem, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Kramer, S.L., Geotechnical Earthquake Enginering, prentice -Hall, Inc., hal.1-2. OYO Corporation, Operation Manual Model 7
8 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 1, April 2016: Mcseis, SeisImager. Park, Choon B., Miller, Richard, D., dan Xia, Jianghai, Multichannel analysis of surface waves, GEOPHYSICS, VOL. 64, NO. 3 (MAY-JUNE 1999); P , 7 FIGS. Supartoyo dan Surono, Katalog Gempabumi Merusak di Indonesia Tahun , Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Wakamatsu, K., Matsuoka, M., dan Hasegawa, K., Gis Based Nation Wide Hazard Zoning Using The Japan Engineering Geomorphologic Classification Map, Proceedings of the 8th U.S. National Conference on Earthquake Engineering April 18-22,2006, San Francisco, California, USA. 8
IV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan tanggal 4 mei 2015 4 juli 2015 dan bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sub. Bidang
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Tektonik Indonesia (Hamilton, 1997)... 4
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Peta Tektonik Indonesia (Hamilton, 1997).... 4 Gambar 2. Peta geologi dan titik pengukuran MASW (S. Kuesumadinatan dkk., 1997).... 9 Gambar 3. Gambaran umum survei metode
Lebih terperinciPEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara
PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS Bayu Baskara ABSTRAK Bali merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di wilayah pertemuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak studi menunjukkan bahwa kerusakan infrastruktur akibat gempa bumi akan lebih besar terjadi pada wilayah yang tanahnya tidak terkonsolidasi dengan baik. Tanah yang
Lebih terperinciIII. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar
III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI
KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp.55-59 ISSN: 2477-7870 55 PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI Urip Nurwijayanto Prabowo Prodi Pendidikan Fisika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi di Pulau Jawa yang terbesar mencapai kekuatan 8.5 SR, terutama di Jawa bagian barat, sedangkan yang berkekuatan 5-6 SR sering terjadi di wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempabumi tektonik. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari tiga lempeng utama (kerak samudera dan kerak benua) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada tiga pertemuan lempeng besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Pasifik di bagian timur, dan Lempeng Eurasia di
Lebih terperinciBENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008
BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008 Supartoyo*, Imam A. SADISUN **, Chalid I. ABDULLAH **) *) Surveyor Pemetaan Madya Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, PVMBG **) Pengajar Program Studi
Lebih terperinciAnalisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)
Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Marlisa 1,*, Dwi Pujiastuti
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
84 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hazard Gempa Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software Ez-Frisk dan menghasilkan peta hazard yang dibedakan berdasarkan sumber-sumber gempa yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng
Lebih terperinciIdentifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang Geser Di Kecamatan Palu Barat
Identifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang (Identification of subsurface structure based on the shear wave analysis in West Palu subdistrict) Musrifah Am Tayeb *),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan titik temu antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim disebut Triple Junction.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah [4, 5, 6] Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik (Gambar 1.1). Lempeng
Lebih terperinciANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON
ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON Hapsoro Agung Nugroho Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar soro_dnp@yahoo.co.id ABSTRACT Bali is located on the boundaries of the two
Lebih terperinciKarakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta
J. Sains Dasar 2014 3(1) 95 101 Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta (Microtremor characteristics and analysis of seismicity on Opak fault
Lebih terperinciAnalisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa
Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa Pertemuan ke-2 http://civilengstudent.blogspot.co.id/2016/06/dynamic-analysis-of-building-using-ibc.html 7 lempeng/plate besar Regional Asia Regional Asia http://smartgeografi.blogspot.co.id/2015/12/tektonik-lempeng.html
Lebih terperinciIII. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,
1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fenomena alam gempabumi sering terjadi berbagai belahan dunia terutama di Indonesia. Setiap tahunnya, dapat terjadi lebih dari sepuluh gempabumi dengan magnitudo besar
Lebih terperinciPengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array
Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array M. Asrurifak, Masyhur Irsyam, Bigman M Hutapea Pusat
Lebih terperinciPEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS
PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS Bayu Baskara 1, I Ketut Sukarasa 1, Ardhianto Septiadhi 1 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciMENAMBAH KUALITAS INVESTIGASI GEOTEKNIK LAPANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GELOMBANG PERMUKAAN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 MENAMBAH KUALITAS INVESTIGASI GEOTEKNIK LAPANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GELOMBANG PERMUKAAN Khaizal Jamaluddin 1,2, Banta
Lebih terperinciKeywords: circle method, intensity scale, P wave velocity
JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid Nomor, Desember ISSN 88-X STUDI TENTANG PERGERAKAN TANAH BERDASARKAN POLA KECEPATAN TANAH MAKSIMUM (PEAK GROUND VELOCITY) AKIBAT GEMPA BUMI (STUDI KASUS
Lebih terperinciGempa Bumi Bandung 22 Juli 2011
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 o. 3 Desember 2011: 185-190 Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011 Cecep Sulaeman dan Sri Hidayati Badan Geologi Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122 SARI Pada tanggal
Lebih terperinciANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
Analisa Tingkat Bahaya Dan Kerentanan Bencana Gempa Bumi Di Wilayah NTT (Ni Made Rysnawati,dkk) ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Ni Made Rysnawati
Lebih terperinciBENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT
BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan lempeng
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi
20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan
Lebih terperinciEVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)
EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008) GEDE SUANTIKA Sub Bidang Pengamatan Gempabumi Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi
Lebih terperinciANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR
ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR Aswin 1*), Gunawan Ibrahim 1, Mahmud Yusuf 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan 2
Lebih terperinciRASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL
J. Sains Dasar 2017 6 (1) 49-56 RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL RATIO OF Vs30 MODEL BASED ON MICROTREMOR AND USGS DATA IN JETIS BANTUL Nugroho
Lebih terperinciPemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu
364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional Secara geologi Nusatenggara berada pada Busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan
Lebih terperinciGempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.
1.1 Apakah Gempa Itu? Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran tersebut disebabkan oleh pergerakan
Lebih terperinciPETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA
PETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA Nama : Ari Budiman NRP : 0121025 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M. Eng. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK `Kepulauan Indonesia
Lebih terperinciANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU
ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU Yeza Febriani, Ika Daruwati, Rindi Genesa Hatika Program
Lebih terperinciANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)
ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi) Cloudya Gabriella Kapojos 1), Gerald Tamuntuan 1), Guntur Pasau 1) 1)
Lebih terperinciANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS
ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN... (MICHEL S. PANSAWIRA, DKK) ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS Michel S. Pansawira 1, Paulus P. Rahardjo 2 Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN
KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering
Lebih terperincimatematis dari tegangan ( σ σ = F A
TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi khususnya Bidang Mitigasi Gempabumi dan Gerakan Tanah, yang
Lebih terperinciULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA
ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA Oleh Artadi Pria Sakti*, Robby Wallansha*, Ariska
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metoda Mikrozonasi Gempabumi Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya batuan sedimen yang berada di atas basement dengan perbedaan densitas dan kecepatan
Lebih terperinciDeputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
TSUNAMI WORKSOP TEMA : DUKUNGAN INSFRASTRUKTUR YANG HANDAL UNTUK PROYEK STRATEGIS NASIONAL (PSN) DI PROVINSI DIY Sub Tema : Mengungkap dan Menghitung Potensi Bahaya Gempabumi-Tsunami Di Bandara Kulon Progo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Analisa Sudut Penunjaman Lempeng Tektonik Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. I.2. Latar Belakang Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciAnalisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk
Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Tenggara Barat, Tahun 1973-215 Seismotectonic and Earthquake Periodicity
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR
Lebih terperinciPenentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data
Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data Zakia* ), Sandra, M.Rusydi Hasanuddin Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia. ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempabumi merupakan salah satu bencana alam yang berpotensi menimbulkan kerusakan parah di permukaan Bumi. Sebagian besar korban akibat gempabumi disebabkan oleh kerusakan
Lebih terperinciUnnes Physics Journal
UPJ 5 (2) (2016) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj Identifikasi Struktur Lapisan Tanah Daerah Rawan Longsor di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan Metode Horizontal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Hubungan Persebaran Episenter Gempa Dangkal dan Kelurusan Berdasarkan Digital Elevation Model di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta I.2.
Lebih terperinciPOTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)
POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG
TUGAS AKHIR (SG 091320) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG Disusun Oleh : IRMA NOVALITA CRISTANTY (1106 100 048) Pembimbing : Prof.Dr.rer.Nat BAGUS JAYA
Lebih terperinciRESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2
Jurnal Fisika Indonesia Murdiantoro et al. Vol. 20 (2016) No. 2 p.36-41 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) RESEARCH ARTICLE Pemetaan Daerah Rawan Kerusakan Akibat Gempabumi di Kotamadya Denpasar
Lebih terperinciMIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013! MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis, posisi Indonesia yang dikelilingi oleh ring of fire dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik), lempeng eura-asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tektonik, Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng mikro Filipina. Interaksi antar lempeng mengakibatkan
Lebih terperinciStudi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 13, No. 4, Oktober 2010, hal 105 112 Studi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya Arif Ismul Hadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis Provinsi Bengkulu terletak pada posisi 101 1-103 46 BT dan 2 16-5 13 LS, membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga
Lebih terperinciEstimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire
Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun 1976 2016 Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire Rido Nofaslah *, Dwi Pujiastuti Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan
Lebih terperinciANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :
ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : Astari Dewi Ratih, Bambang Harimei, Syamsuddin Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.
DAFTAR ISI PRAKATA... i INTISARI... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR ISTILAH... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Perumusan Masalah...
Lebih terperinciPEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT
KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp. 41-47 ISSN: 2477-7870 41 PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT Marinda Noor Eva, Riski
Lebih terperinciPELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 1. PENGUKURAN SITECLASS 2. PENGUKURAN MIKROTREMOR ARRAY 3. PEMBUATAN SINTETIK GROUND MOTION 4. PETA PROBABILITAS HAZARD
Lebih terperinciRESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014
RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014 SEKSI AIR TANAH DAN GEOLOGI TATA LINGKUNGAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN DATA
Lebih terperinciJ.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal
J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 75-79 75 PENSESARAN MENDATAR DAN ZONA TUNJAMAN AKTIF DI SULAWESI: HUBUNGANNYA DENGAN KEGEMPAAN STRIKE-SLIP FAULTS AND ACTIVE SUBDUCTION IN THE SULAWESI AREA: THEIR
Lebih terperinciAnalisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)
42 Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji) Friska Puji Lestari 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Hamdy Arifin 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan terjadi gempabumi karena berada pada pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas kegempaan
Lebih terperinciDeskripsi tanah. Vs (m/s) BH-2 BH-1
Deskripsi tanah BH-1 Kedalaman (m) Ketebalan (m) Vs (m/s) Deskripsi tanah BH-2 Kedalaman (m) Ketebalan (m) clayey silt 37.6-41. 3.4 38 clayey silt 48. - 54. 6. 35 clayey sand 41. - 44. 3. 31 clayey silt
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat
Lebih terperinciJurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:
Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 215: 1122-1127 Studi Site Effect Dengan Indikator Percepatan Getaran Tanah Maksimum, Indeks Kerentanan Seismik, Ground Shear Strain Dan Ketebalan Lapisan Sedimen Di Kecamatan
Lebih terperinciANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT
Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2, April 2011 108 ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT Novi Avisena* ABSTRAK :Telah dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode seismik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gempabumi Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xv ABSTRACT...
Lebih terperinciANALISIS RESPONS SPEKTRA GELOMBANG SEISMIK HASIL REKAMAN ACCELEROGRAM DI STASIUN SEISMIK KARANGKATES
Analisis Respons Spektra Gelombang Seismik Hasil Rekaman Accelerogam di Stasiun Seismik Karangkates ANALISIS RESPONS SPEKTRA GELOMBANG SEISMIK HASIL REKAMAN ACCELEROGRAM DI STASIUN SEISMIK KARANGKATES
Lebih terperinciULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017
ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI TENGGARA DENPASAR BALI Oleh Trisnawati*, Moehajirin*, Furqon Dawwam R*,Ariska Rudyanto*,
Lebih terperinci1. Deskripsi Riset I
1. Deskripsi Riset I (Karakterisasi struktur kerak di bawah zona transisi busur Sunda-Banda menggunakan metoda inversi gabungan gelombang permukaan dan gelombang bodi dari data rekaman gempa dan bising
Lebih terperinciKETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR
KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR Oleh: GRASIA DWI HANDAYANI L2D 306 009 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya membentang diantara benua Asia dan Australia serta diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Padang secara geografis berada dipertemuan patahan Lempeng Indo dan Eurasia yang menyebabkan aktivitas tektonik sangat aktif. Peristiwa gempa September 2009 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut
Lebih terperinciULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA
A ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI DELISERDANG SUMATRA UTARA Oleh Fajar Budi Utomo*, Trisnawati*, Nur Hidayati Oktavia*, Ariska Rudyanto*,
Lebih terperinciKEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008
KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008 DEVY K. SYAHBANA, GEDE SUANTIKA Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada periode bulan
Lebih terperinciINTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT
INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT L. Arifin dan D. Kusnida Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung 40174 S a r i Rekaman seismik pantul dangkal
Lebih terperinciStratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara
Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara I N. Astawa, I W. Lugra dan M. Wijayanegara Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan no. 236, Bandung 40174
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Lebih terperinciPEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009
PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009 Saaduddin 1, Sismanto 2, Marjiyono 3 1 Prodi Teknik Geofisika, Jurusan Teknik
Lebih terperinciKEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG
KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG Hasanudin * Philips Bramantia M * Jonly F Hawu * M Hairidzulhi * Rudin * * Stasiun Geofisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia
Lebih terperinciANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST
ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST Oleh : Rahmat Triyono,ST,MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id Sejak Gempabumi
Lebih terperinciESTIMASI KARAKTERISTIK ELASTISITAS BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN GELOMBANG GESER (SHEAR-WAVE) Studi Kasus: Desa Salua Kecamatan Kulawi
ESTIMASI KARAKTERISTIK ELASTISITAS BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN GELOMBANG GESER (SHEAR-WAVE) Studi Kasus: Desa Salua Kecamatan Kulawi Estimation of the elasticity characteristics of the subsurface
Lebih terperinciAnalysis of shear wave velocity to a depth of 30 m (Vs30) intalise Village using Refraction Mikrotremor method
ANALISIS KECEPATAN GELOMBANG GESER Vs30 MENGGUNAKAN METODE REFRAKSI MIKROTREMOR (ReMi) DI KELURAHAN TALISE Analysis of shear wave velocity to a depth of 30 m (Vs30) intalise Village using Refraction Mikrotremor
Lebih terperinci