Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit"

Transkripsi

1 224 ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 2, 2007, Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit Ayoeningsih Dyah Jurusan Seni Rupa, Sekolah Tinggi Seni Indonesia-Bandung Abstract. Mask dance is one of the traditional performing arts that has grown and developed ever since the Hindu period. At the beginning, this artistic performance serves as the medium in the ceremonial tradition related to the ritual of elderly summon, for giving blessings and provide salvations. In the Islam period, the performance was used by Sunan Gunung Djati as a media of religious endeavor to show the phase in human s beliefe. In this special type of performance, the dancer wears five character masks: Panji, Pamindo, Rumyang, Patih and Klana, along with their equipments, such as costumes, clothes, and headdress called sobrah. Although it looks visually simple, its provide lots of symbolical values that are related to the growing period of arts, where major philosophies from the two grand religions (Hindu and Islam) collided. It is also related to the concept of Mandala, a primordial discourse of Indonesian society. This study focuses in analyzing the symbolic meaning of visual elements from the babakan dance s costume, which was used by Keni Arja in the year of It is found that inside Keni Arja s costume there are full varieties of forms, motives, and colors. For instance, the figure of Panji, Pamindo, Rumyang, and Patih wear a tie; however Klana wears ombyok to cover the chest. Patih s figure is no longer using sobrah as headdress, instead it uses peci-bendo and glasses. Results of analysis indicate that there are several changes on the visual elements inside mask-dance costume, especially in the element of form among ornament of sobrah, the material of sobrah, the costume colors of every character, and the motive of kain. Interestingly, Keni Arja keeps using some traditional elements, such as headdress (called sobrah) and a cloth piece to cover below. This indicates that traditional dancer still obeys the old form, which refers to the early birth of this artistic performance, as a way to keep magical values of the performing arts. Keywords: mask dance; visual element; symbolic meaning. 1 Pendahuluan Bentuk pertunjukan tari yang menggunakan topeng sebagai penutup muka ditenggarai telah lahir sejak zaman prasejarah. Hal ini ditandai dengan banyaknya artifak yang memperlihatkan bentuk penutup muka untuk kegiatan pemanggilan ruh-ruh nenek moyang. Bentuk kesenian ini mulai berkembang dengan pesat pada masa kerajaan Hindu, dan digunakan para raja untuk menghibur permaisuri, ratu dan kerabat istana. Received June 12 th 2007, Revised July 14 th 2007, Accepted for publication August 19 th 2007.

2 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 225 Pada masa Islam, kesenian ini dimanfaatkan oleh Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga sebagai media dakwah untuk menyiarkan agama Islam. Selanjutnya, kesenian ini berkembang di masyarakat akibat kolonialisme, yang mengatur sistem pemerintahan di keraton Cirebon, yaitu kerajaan sebagai pusat pemerintahan, sedangkan urusan agama dan kesenian harus berada di luar istana. Pra-Hindu-Hindu Abad 5-14 Islam Abad 5-14 Kolonial Abad Masa Kini Kerajaan Animisme Seni topeng sebagai pemujaan terhadap manifestasi alam Konsep kosmosentris Kerajaan Ajaran Ketauhidan Seni topeng sebagai media syiar Islam Kerajaan Panatagama- Panatagara Seni topeng sebagai ritual tradisi bersifat hiburan dan profan Seni topeng sebagai ritual tradisi bersifat hiburan dan profan Seni topeng masuk wilayah festival dan akademik Bebarang atau mengamen Penari perempuan Jenis pertunjukan semakin beragam Seniman tari binaan keraton Seniman rakyat Seniman tari akademik Skema 1 Kronologis perkembangannya topeng. Bentuk pertunjukan topeng yang ada di wilayah Cirebon, sebenarnya memperlihatkan gabungan unsur campuran budaya mistis-magis sebagai serapan kebudayaan Jawa, serta serapan nilai-nilai filosofis agama Islam. Seperti dalam waktu penyelenggaraan hajat sering dipilih waktu berdasarkan penanggalan hitungan bulan-bulan Jawa, yaitu bulan Mulud sesudah tanggal 12, Syawal Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Syawal dan Rayagung, sedangkan bulan lainnya dianggap sebagai waktu larangan atau waktu pantangan. Pertunjukan tari Topeng Cirebon semula berkonsentrasi di keraton lama kelamaan mulai melepaskan diri, dan dianggap sebagai rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat. Atas sentuhan dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar ajaran Islam, maka dikemaslah pertunjukan ini menjadi bermuatan filosofis, dan diberikan perwatakan atau wanda, yaitu gambaran ketakwaan dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, yaitu: (a) Marifat atau Insan kamil, yaitu manusia yang telah mencapai tahap tertinggi dalam tingkatan

3 226 Ayoeningsih Dyah agama dan sesuai dengan aturan agama, (b) Hakikat, gambaran manusia yang sudah paham mana yang menjadi hak manusia dan mana yang hak sang Khalik, (c) Tarekat, gambaran manusia yang telah menjalankan agama dalam perilaku kehidupannya sehari-hari, (d) Syariat, gambaran manusia yang mulai memasuki atau baru mengenal ajaran Islam. Bagi masyarakat Cirebon sendiri istilah topeng terbentuk dari kata camboran tugel yaitu dua kata yang tidak sama artinya dipotong suku kata akhirnya dan digabungkan, dan dua kata tersebut adalah ketop-ketop yang artinya berkilauan dan gepeng yang artinya pipih. Kedua istilah tersebut merujuk pada sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes, yaitu hiasan yang digunakan penari di kepalanya. Dalam perjalanannya, bentuk kesenian topeng yang berkembang di Cirebon banyak pula dipengaruhi oleh topeng Jawa. Hal ini dikarenakan adanya kontak politik yang terjadi pada masa kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran. Jenis kesenian ini sering digunakan dalam pagelaran pertunjukan yang diselenggarakan oleh kerajaan. Pengaruh yang lain diduga berasal dari kerajaan Mataram Islam dan Bali, setidaknya pengaruh dari kedua kerajaan ini mempengaruhi beberapa aspek, contohnya pada doa yang diucapkan oleh pedalang saat akan memulai pertunjukan topeng, umumnya para pedalang mengucapkan Bismillah dan diakhiri dengan Syahadat, namun di tengah-tengahnya mereka mengucapkan mantra-mantra berisi puisi atau jangjawokan. Pada dasarnya kedua bentuk kesenian ini memiliki banyak kesamaan baik dari karakteristik tokoh, gerakan dan dialog, yang membedakan hanyalah pada gamelan musik yang mengiringi dan lakonnya saja. Walaupun kesenian ini mengakar pada budaya Jawa, perbedaan tetap akan ditemukan, contohnya adalah sebutan dalang, jika di wilayah Jawa Tengah dalang adalah sebutan bagi seniman yang memainkan media wayangnya sedangkan di Cirebon justru sebutan dalang ditujukan bagi para seniman topeng. Adapun syarat untuk menjadi seorang penari topeng atau dalang topeng, adalah ia harus memiliki garis ibu atau bapak yang turunan seorang penari topeng, yang disebut kalunglungan kalung jagat, memiliki tingkat keilmuan yang disebut tauhid, dan telah berada pada tahap wishnu atau wishnunggal yang diartikan dirinya telah menyatu dengan Tuhan.

4 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Hikayat Panji sebagai Dasar Tari Topeng Cirebon Dalam pertunjukan topeng terdapat tiga unsur hidup manusia, yaitu perkawinan, perjalanan atau pengembaraan serta pertempuran, yang digambarkan oleh siklus hidup manusia, dari bayi, masa kanak-kanak, masa dewasa hingga ia menjadi orang yang memiliki kedudukan. Karakter yang terdapat dalam tarian topeng adalah Panji, Pamindo, Rumyang, Patih dan Klana. Kelima karakter tersebut diurutkan dengan hari pasaran Jawa dan lima arah mata angin, lima unsur nafsu dan lima jenis karakter warna yang dipetakan dalam suatu konsep Mandala, sebagai berikut: Arah : Utara Karakter : Rumyang Posisi : Permaisuri Raja Sifat : Perempuan perilaku laki-laki Warna : Putih Nafsu : Mutmainah Watak : Pon Dunia Atas-Dunia Ruhani Arah :Barat Karakter : Patih Posisi: Pejabat kerajaan Sifat : Wibawa Warna : Kuning Nafsu : Supiyah Watak : Kliwon Dunia Bawah-Dunia Manusia Arah :Pusat Karakter : Panji Posisi : Raja Sifat : Semua Nilai Warna : Aneka Warna Nafsu : Mulhimah Watak : Pahing Dunia Atas-Dunia Ruhani Arah :Timur Karakter :Pamindo Posisi : Adik Raja Sifat : Laki-laki perilaku perempuan Warna : Hitam Nafsu : Lauwamah Watak : Legi Dunia Atas-Dunia Ruhani Arah : Selatan Karakter : Klana Posisi : Raja Sifat : Nafsu Angkara Warna : Merah Nafsu : Amarah Watak : Wage Dunia Bawah-Dunia Manusia Skema 2 Pola Mandala dalam Tari Topeng. Dalam mencari makna simbolis dalam unsur visual kostum tari topeng, terlebih dahulu harus dipaparkan bagaimana bentuk dan makna yang ada dalam sebuah topeng. Uraiannya adalah sebagai berikut: Panji, berasal dari kata siji, dalam bahasa Jawa berarti satu, ia menggambarkan bayi yang baru lahir ke dunia dan figur dari kalangan raja bangsawan, sekaligus

5 228 Ayoeningsih Dyah cermin dari sublimasi kewibawaan dan ketenangan. Tarian Panji ini berisi gerak kecil-kecil, statis, halus dan tenang, namun iringan musik hingar bingar, gambaran ini menghadirkan suatu nilai yang paradoks. Gerakan kecil-kecil merefleksikan perilaku waspada hati dan perilaku manusia yang baru lahir. Dalam falsafah Jawa, Panji bersifat mutmainah, menggambarkan filosofi kehidupan dan budi yang luhur serta penyerahan diri pada Tuhan. Dalam sufi Islam disebut Tarekat, ia berada pada posisi marifat, tingkat tertinggi posisi manusia yang di sebut Insankamil, yaitu perilaku yang tidak goyah serta menyadari bahwa setiap hembusan nafasnya adalah dari Allah. Pamindo, simbol awal kehidupan semesta, dimulai dengan cahaya terang dari arah timur, hal ini dikaitkan dengan dimulainya tarian ini, yaitu pada pukul siang, tarian ini sekaligus gambaran keberadaan masa kanakkanak. Warna topeng serumpun dengan Panji, serta gambaran sikap handap asor dan ngalai asor yang artinya suka merendah dan setia kawan. Gerak tarian halus namun gagah atau landak, ia gambaran manusia yang beranjak dewasa dan baru mengenal dunia, tingkahnya terburu-buru, serba ingin tahu dan lelaki yang bersifat perempuan. Dalam falsafah Jawa, sifat Pamindo adalah Sawiyah atau Supiah, dalam susunan kosmologi ia berada pada posisi Timur dan identik dengan keberadaan awal penciptaa alam semesta yang masih suci. Dalam ajaran Islam tingkat tersebut berada dalam Hakekat, manusia pada tahap ini telah sampai pada pemahaman yang baik tentang mana yang menjadi hak mahluk dan mana yang hak Allah, sikap ini seolah menjadi penerang dan menjadi penunjuk arah dari kesesatan Rumyang, gambaran sebagai dewi yang menjelma menjadi manusia, dan melakukan penyamaran sebagai laki laki. Penokohan Rumyang hampir sama dengan Panji, keduanya dianggap sebagai pasangan suami istri sejak di dunia atas. Asal kata Rumyang sendiri berasal dari ramyang-ramyang artinya mulai terang atau carangcang tihang dalam bahasa Sunda yang artinya setengah terlihat. Rumyang digambarkan sebagai manusia yang sudah mulai terang dalam melihat kehidupan di dunia, walaupun terlihat ragu-ragu dalam gerakannya. Arah ruang Rumyang ada di utara, dalam paham primodial alam semesta dunia di bagi menjadi dua paradoks yaitu Timur-Utara, Barat-Selatan. Rumyang menggambarkan masa remaja, lambang anak sulung perempuan namun memiliki asas seperti laki-laki, maka gerak tarian seperti tokoh laki-laki, walaupun ia adalah perempuan. Tarian ini merefleksikan perjalanan serta penyamaran, sehingga sepanjang tariannya tak pernah sedikit pun menanggalkan topeng, agar penyamaran itu berhasil.

6 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 229 Warna topeng merah muda, menunjukan tingkat manusia yang pasrah, ikhlas dan nrimo. Rumyang adalah paduan sifat duniawi dan surgawi, hal ini terlihat dari hiasan Kembang Kliyang, Pilis dan stilasi gelungan rambut. Motif Pilis dianggap atribut duniawi pada tokoh wanita., dimana sifatnya masih dapat di pengaruhi oleh hal yang bersifat duniawi. Dalam falsafah Jawa, Rumyang, berada di utara, ia bergerak dari timur ke utara, arah Timur-Utara ini memiliki arti turunnya dunia atas ke dalam dunia material. Patih, gambaran pejabat negara atau kerajaan yang selalu bergerak di area luar. Sosok Patih adalah lambang kedewasaan zaman. Ia berada di posisikan Barat, sebagai pihak luar, duniawi, pihak musuh, kematian, kasar dan kelelakian. Warna topeng adalah warna kembang terong muda atau dadu pelang, namun ada, paras wajah menunjukkan sifat gagah dengan bentuk mata terbelalak dan berkumis, simbol dari kemauan yang keras, ambisius dan berani.gerak tari bebas, gagah berani dan kelaki-lakian, kontras dengan tarian sebelumnya, yaitu Pamindo, Rumyang dan Panji. Topeng Patih memperlihatkan watak manusia dewasa yang telah menemukan pribadi dan watak yang baik. Dalam falsafah Jawa, tokoh Patih memiliki sifat luwamah dengan arah Barat, dan gambaran watak manusia dewasa, dalam filosifi Islam ia telah mencapai tingkatan tarekat, dimana semua perilaku sehari-hari mengacu pada sunnah dan hadist nabi, serta Al Quran sebagai petunjuk hidup, serta tegas dan konsekuen. Klana, karakter yang penuh dinamika dengan hasrat jasmani-duniawi, ia melambangkan nafsu yang terkekang manusia. Warna topeng merah tua, mata membelalak, mulut menyeringai, kumis melingkar, berjambang dan berjanggut. Klana digambarkan figur gagah dengan hidung panjang, mata melotot, mulut monyong menganga, rambut godekan. Gerakan dalam tarian Klana menunjukan kegagahan, kasar, penuh nafsu hidup jasmani dan duniawi, berwatak angkara murka, serakah dan dzalim. Gerakan mengangkat kaki dan rentangan tangan yang melebar merupakan gambaran jiwa yang keras, kuat serta berkesan meraih atau mengambil sesuatu. Tokoh Klana ditempatkan sebagai arah Selatan, dan sifat Amarah yang berarti penuh keduniawian, jiwa tidak tenang dan berpetualang. Warna topeng menunjukkan watak angkuh dan kejam, hingga merah diasosiasikan dengan darah, nafsu dan kemarahan. Dalam ajaran Islam, Klana berada di Syariah yang memiliki pembawaan serba ingin menonjolkan kepandaian, ingin tahu, dan bila kurang mendapat bimbingan penari akan masuk neraka karena tindakannya dianggap lepas kontrol.

7 230 Ayoeningsih Dyah Panji Pamindo Rumyang Patih Klana Gambar 1 Gambar lima karakter dalam Topeng Cirebon. 1.2 Tari Topeng Babakan di Slangit-Cirebon Pertunjukan topeng yang menceritakan hikyat Panji dan Damar Wulan menjadi awal perkembangan dari pertunjukan topeng babakan. Pertunjukan kesenian ini tidak menampilkan cerita yang utuh, melainkan menampilkan adegan babak demi babak. Perihal keberadaan pertunjukan topeng babakan ini diungkap pula dalam buku Kawruh Asalipun Ringgit Sarta Gegepokanipun Kaliyan Agami Ing Jaman Kina (Hazeu dalam Toto Sudarto, 2001:53), yang menuliskan bahwa topeng babakan adalah pertunjukan topeng yang berkelana kemana-mana untuk mencari uang, dapat ditanggap di tepi jalan atau dimana saja, dan orang yang menanggap topeng membayar perbabak. Dapat disimpulkan pengertian topeng babakan sendiri: a. Adalah tarian yang penyajiannya terdiri atas beberapa babak/tahap. b. Setiap penyajian menampilkan lima atau enam karakter tokoh, dapat dilakukan oleh satu atau enam orang. c. Lebih mengutamakan kualitas gerak dan nilai artistik dari gerakan tarian, sedangkan unsur cerita dalam pertunjukan tarian tersebut tidak menjadi perhatian utama. Urutan pertunjukan tari topeng di Slangit, hampir sama dengan urutan di wilayah lain, yaitu dimulai dari topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana. Sedangkan jenis tari topeng babakan adalah suatu pertunjukan lepas yang menampilkan fragmen atau potongan dari Hikayat Panji, yang diyakini sebagai pahlawan budaya bagi masyarakat Hindu-Budha pada masa Mahapahit, serta menjadi dasar terbentuknya karakter-karakter dalam pertunjukan ini. Ciri khas dari pertunjukan topeng di wilayah ini adalah gerakan bahu dan pinggang yang kuat, gesit dan detail pada setiap perpindahan gerakan satu ke gerakan berikutnya. Urutan dalam setiap pertunjukan biasanya terdiri dari: tetalu atau gagalan, yaitu musik yang dimainkan sebelum penari topeng muncul, penampilan pokok tarian, bodoran atau lawakan, lakon atau drama dan penutup atau Rumyang.

8 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 231 Tabel 1 Tokoh dan lagu pengiring dalam Tari Topeng. No Tokoh Lagu Pengiring 1 Panji Kembang Sungsang 2 Pamindo Singa Kawung 3 Rumyang Kembang Kapas 4 Patih Tumenggungan atau bendrong 5 Klana Gonjing (Sumber: dari berbagai sumber) 1.3 Keni Arja, Penari Topeng di Slangit Penari topeng yang berada di wilayah Slangit mayoritas berasal dari generasi Arja, ia dianggap memiliki garis keturunan dari Sunan Panggung. Walaupun sudah tidak dapat diurutkan lagi, tetapi pada intinya leluhur mereka berasal dari Buyut Ki Kijar yang menyebarkan kesenian ini di wilayah Cirebon. Salah satu penari topeng turunan Arja yang masih hidup adalah Keni Arja, selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui keberadaanya, karena ia lebih mengutamakan pentas di kalangan masyarakat, sehingga sosoknya jarang terpublikasi seperti penari yanglain. Keni Arja adalah salah satu penari yang sampai saat ini masih mempertahankan ritual tradisi, yang bertujuan untuk menjaga nilai-nilai magis yang ada dalam pertunjukan ini. Ritual tersebut antaralain Mapag Tanggal, yang dilakukan setiap menyambut pergantian bulan dan Buka Panggung, ritual yang berkenaan dengan di mulainya musim hajatan. Tabel 2 Siklus ritual Keni Arja. Siklus Ritual Mapag Tanggal Siklus Ritual Buka Panggung Buka Panggung Awal bulan 1 Akhir bulan Tanggal 30 Masa Tanam Masa Panen 1 Masa Panen 2 Kemarau Panjang (Sumber: hasil wawancara dengan Nunung Nurasih, puteri penari topeng Keni Arja, 2007) 2 Unsur Visual dalam Kostum Tari Topeng Secara umum gambaran kostum tari topeng yang hingga kini dipakai adalah gambaran kostum para bangsawan atau kalangan raja. Karena terlihat berbeda dengan pakaian yang dikenakan oleh rakyat jelata. Contohnya adalah dari cara penggunaan kain panjang dan banyaknya aksesoris pada beberapa bagian tubuh,

9 232 Ayoeningsih Dyah hal ini tampaknya berkaitan dengan awal kesenian topeng lahir, yaitu dikalangan kerajaan. Keberadaan kostum dalam sebuah pertunjukan bersifat mutlak, karena pada dasarnya suatu tarian dapat terungkap dengan sempurna, bila seluruh unsur pendukung hadir di dalamnya, yaitu musik pengiring, tata rias, busana termasuk ungkapan gerak dan ekspresinya. Dengan kata lain penggunaan busana selain untuk menambah keindahan tampilan, juga menggambarkan identitas si penarinya. Dalam kostum tari topeng, ada beberapa unsur pokok yang harus digunakan oleh penarinya saat melakukan pertunjukan, yang terbagi atas bagian atas, tengah dan bawah, sebagai berikut: Tabel 3 Bagian dan kelengkapan pada kostum Tari Topeng Cirebon. Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah Terdiri hiasan kepala, Terdiri dari aksesoris dan Terdiri dari: yaitu: baju, yaitu: 1. Ikat pinggang atau 1. Topeng 1. Kalung sabuk 2. Sobrah atau Tekes 2. Kelat bahu 2. Tutup rasa atau katok 3. Sabuk 3. Kain yang disebut 4. Gelang dodot, dan selendang 5. Baju yang disebut soder. (Sumber: dirangkum dari berbagai sumber) Tabel 4 Bagian dan kelengkapan pada kostum Tari Topeng Cirebon. Bagian Panji Pamindo Rumyang Patih Klana Atas Tengah Bawah

10 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 233 Tabel 5 Topeng dan kostum Keni Arja. Panji Pamindo Rumyang Patih Klana Karakter raja halus, kain dodot Lancar Gelar, warna terang Kostum raja halus-diam Karakter raja halus-lincah, kain dodot Lancar Cangcut, warna terang Karakter permaisuri, kain dodot Lancar Cangcut, warna terang Kostum raja halus-lincah Karakter pejabat raja, berwibawa, kain dodot Lancar Cangcut, warna gelap Kostum pejabat kerajaan Karakter raja, arogan dan kasar, kain dodot Lancar Cangcut, warna gelap Kostum raja gagah 2.1 Bagian Atas Sobrah atau Tekes, terdiri atas susunan rambut manusia, berbentuk setengah lingkaran, dihiasi jamang dari kulit, di tengahnya digantungi dua bulatan tipis yang disebut picis. Penggunaan sobrah hanya dipakai pada karakter Panji, Paminso, Rumyang dan Klana.

11 234 Ayoeningsih Dyah Tabel 6 Sobrah Keni Arja. Ilustrasi Raja Halus Raja Kasar Rambut sasak (wig) Makuta Jamang Kembang melok Ketop-ketop Rarawis atau sumping Peci-Bendo, dipakai pada karakter Patih, perubahan pada penggunaan pecibendo sebagai pengganti sobrah dan penggunaan kacamata adalah bentuk serapan dari masa kolonialisme. Tabel 7 Peci bendo dan unsur serapannya. 2.2 Bagian Tengah Unsur visual yang ada pada bagian tengah adalah penutup tubuh berupa baju, krodong sebagai penutup punggung, dan aksesoris yang digunakan pada bagian leher, yaitu kalung, gelang tangan, tutup rasa yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Uraiannya sebagai berikut: Baju sebagai penutup tubuh, warna baju yang digunakan Keni Arja terbagi menjadi dua karakter, yaitu baju berwarna terang untuk karakter baik, dan warna gelap untuk karakter jahat.

12 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 235 Tabel 8 Bentuk baju yang digunakan oleh Keni Arja. Bentuk baju dan detail bagian lengan Keterangan Topeng Cirebon Wayang Wong Detail pada lengan : biku-biku berbentuk segitiga, terbuat dari benang emas Penggunaan hiasan pada bagian pangkal lengan yang disebut biku-biku ini tersebut digunakan sebagai pengganti kelat bahu, dan dianggap membedakan penggunaan antara Krodong yang berfungsi sebagai penutup punggung, terbuat dari kain batik lokcan dari Juwana-Jawa Tengah, dengan motif burung phoenix: Tabel 9 Krodong. Motif burung Phoenix dengan ekor dan sayap yang sangat panjang, dan disekelilingnya terdapat pancaran sinar matahari Burung phoenix adalah simbol binatang penghuni Surga Motif bunga dan buah-buahan, yaitu motif buah delima atau salakan. Motif tumbuhan disebut juga motif semen, berasal dari istilah semi yang artinya tumbuhnya bagian dari tanaman. Pada bagian tepi terdapat dua baris motif banji, dan motif segitiga. Tiap tingkat dihiasi motif bunga bintang. Pada bagian pinggir terdapat ornamen sawut berupa deretan garis-garis

13 236 Ayoeningsih Dyah Tabel 10 Kelengkapan pada leher dan pinggang. Aksesoris pada leher dan dada Kalung mutiara Kace Pinggang Tutup Rasa Kalung yang digunakan adalah mutiara putih, pada masa sebelumnya kalung dalam topeng adalah bentuk Wulan Tumanggal Kain berwarna emas yang dilekatkan di dada, digunakan pada tokoh Panji, Pamindo dan Rumyang Dasi Digunakan pada karakter Panji, Pamindo, Rumyang dan Patih, dan Klana tidak menggunakan dasi Klambi Gulu Kain tambahan yang di adaptasi dari bentuk jas safari para pejabat di masa kolonial Ombyok Berfungsi sebagai ikat pinggang, terbuat dari bludru, motif sulur-sulur dan teratai,digunakan pada tokoh Panji, Pamindo, Rumyang dan Patih Hiasan dada terbuat dari kain bludru dengan motif teratai, digunakan pada tokoh Klana Digunakan pada tokoh Klana, motif bunga teratai

14 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Bagian Bawah Unsur visual pada bagian bawah adalah kain dodot sebagai penutup bagian bawah, celana sontog, yaitu celana sebatas lutut, dan soder atau sampur, yaitu kain yang diikatkan pada bagian pinggang dan dibiarkan lepas di bagian kirikanan pinggang. Tabel 11 Kain dodot. Kain dodot lancar gelar untuk Panji Kain dodot lancar cangcut untuk Pamindo, Rumyang Kain dodot lancar cangcut untuk Patih dan Klana Tabel 12 Motif kain dodot. Paksi gubahan burung phoenix, lambang kerajaan, Naga (ular) simbol kehidupan Mega Mendung lambang awan hitam/hujan pemberi kehidupan, Tirtamaya., serta Pusar Bumi, sebuah lubang di wilayah keramat Cirebon,yaitu puncak Gunung Jati. 2.4 Celana Sontog Penggunaan celana adalah pengembangan dari penutup kaki, diduga penggunaan penutup kaki berbentuk celana terjadi pada masa abad 18, hal ini terlihat dalam naskah Damar Wulan yang menggambarkan ia sedang menari topeng dan menggunakan celana panjang. Pada kostum tari Keni Arja, celana yang digunakan panjangnya sampai batas lutut, diduga pengurangan penggunaan celana ini berkaitan dengan aktivitas bebarang yang dilakikan di lapangan terbuka, sehingga penari membutuhkan keleluasan gerak serta aspek kebersihan.

15 238 Ayoeningsih Dyah Tabel 13 Perubahan bentuk celana pada Tari Topeng. Akhir 1800 Awal Kain Soder atau Sampur (Sumber: dokumentasi penulis, 2006) Selendang yang diikatkan pada bagian pinggang dan dibiarkan menjuntai ke arah bawah melewati batas mata kaki. Selain sebagai unsur keindahan, soder juga berperan dalam gerakan tari topeng, seperti gerakan sepak soder. Jenis kain yang digunakan pada umumnya disesuaikan dengan jenis kain yang dipakai atau warna kostum yang dikenakan para penari. Penggunaan soder atau kain sebagai pelengkap dalam kegiatan tari telah ada sejak dari masa kerajaan Hindu-Budha. Hal ini terlihat dalam arca-arca serta relief yang ada pada beberapa panil di Borobudur yang memperlihatkan pengenaan kain sebagai salah satu pelengkap dalam kegiatan menari. Soder pada karakter Raja Gagah Tabel 14 Motif kain dan penggunaan soder. Soder untuk Karakter Raja Halus Soder tidak bermotif, polos dan berwarna merah muda, digunakan pada tokoh gagah, yaitu Patih dan Klana.. Soder berwarna nuansa coklat, digunakan pada tokoh raja halus, motif batik bergaya Pekalongan. Soder tidak bermotif, polos dan berwarna merah muda, digunakan pada tokoh gagah, yaitu Patih dan Klana.

16 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Untuk mencari makna simbolis dalam sebuah kostum, harus dilakukan rekonstruksi terhadap data gambar tertua untuk mencari unsur-unsur yang tetap digunakan dalam kegiatan pementasan Keni Arja. Data gambar yang digunakan sebagai panduan adalah kostum tari pada masa Hindu-Budha yang terdapat pada relief Borobudur, berikutnya adalah kostum tari topeng yang terdapat pada naskah Damar Wulan pada abad 18, kostum tari topeng dalam catatan Thomas Stamford Raffles pada tahun , kostum tari topeng yang dipentaskan di Istana raja di Kutai Kalimantan pada tahun 1879, kostum tari topeng pada awal abad 19, kostum tari topeng dalam catatan Pigeaud pada tahun 1938 dengan kostum tari topeng miliki Keni Arja pada tahun Tabel 15 Perkembangan kostum tari dan Tari Topeng. Relief Borobudur Abad 7-8 Naskah Damar Wulan Abad 18 Catatan Raffles, 1811 Kerajaan Kalimantan, 1879 Catatan Pigeaud, 1938 Keni Arja, 2006 (Sumber: berbagai sumber dan direkontruksi oleh penulis, 2007) Dari paparan gambar pada tabel, ternyata unsur-unsur yang tetap digunakan adalah hiasan pada bagian kepala, kain dan celana, uraiannya sebagai berikut:

17 240 Ayoeningsih Dyah a. Masa Hindu-Budha di relief Borobudur, baju tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam pertunjukan, tetapi kain hiasan di kepala dan kain penutup kaki telah digunakan. b. Masa Islam di Jawa, gambaran kostum tari topeng terdapat pada naskah Damar Wulan, dimana penutup tubuh atau baju tidak digunakan, tetapi hiasan kepala seperti gelungan telah digunakan, termasuk kain penutup di kaki dan celana. c. Awal abad 18 dalam catatan Raffles, kostum tari topeng terlihat tidak menggunakan baju atau penutup tubuh, tetapi telah ada pemberian kain selendang yang dililitkan pada leher sebatas dada. Pada bagian kaki telah digunakan celana sepanjang mata kaki, kain penutup kaki dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran. d. Pada tahun 1879 penari topeng telah menggunakan kain penutup berupa kemben, celana sepanjang mata kaki, kain panjang sebagai penutup kaki dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran. e. Pada awal abad 19, pertunjukan topeng mulai dipentaskan di jalanan, penari tidak menggunakan baju. Celana, kain dan hiasan kepala tetap digunakan f. Tahun 1938, tari topeng mulai ditarikan oleh perempuan, dan kostum yang digunakan berupa kemben, kain panjang dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran. g. Pada tahun 2006 yaitu kostum tari topeng Keni Arja, baju telah digunakan sebagai penutup tubuh, celana sebatas lutut yang disebut sontog dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran Dari data perbandingan di atas, unsur perlengkapan kostum yang digunakan oleh Keni Arja masih terlihat adanya unsur-unsur dari kostum yang lama yaitu: Tabel 16 Pembagian unsur kostum. Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah Sobrah Kalung Ikat pinggang Topeng Selendang soder Kain dodot Proses pemaknaan akan dilakukan pada sobrah, topeng dan kain dodot, karena ketiga unsur ini dipandang sebagai unur utama dalam kegiatan pertunjukan topeng. 3.1 Makna Simbolis pada Hiasan Kepala, yaitu Sobrah Bentuk hiasan pada kepala telah dikenal sejak masa kerajaan Hindu-Budha, yang menandakan tingkat kesucian dan atribut duniawi, yaitu penandaan atas

18 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 241 keberadaan dirinya yang telah berada di dunia. Hal ini dengan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam seni pertunjukan tari topeng, yaitu gambaran siklus hidup manusia, serta tingkatan iman seorang manusia. Setiap bentukbentuk yang mengarah ke atas disimbolkan sebagai jalan menuju ke arah atas atau ke arah Tuhan, sedangkan bentuk dari setengah lingkaran, tampaknya mengacu pula pada rotasi atau siklus perjalanan bulan. Bulat atau lingkaran adalah sebuah bentuk yang tidak memiliki akhir, tidak memiliki awal, namun bentuknya berkelanjutan secara sempurna tanpa terputus. Hal ini dapat diartikan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa berubah atau disebut tansah ewah gingsir, selain itu bentuk lingkaran ini diartikan pula sebagai citra dunia, seperti yang terlihat pada istana-istana raja Jawa, yang disebut imago mundi. Bentuk lingkaran juga ternyata memiliki makna yang universal, dimana bentuk yang mengandung unsur bulat atau lingkaran sering disimbolkan sebagai sesuatu yang bermakna wanita dan bersifat sebagai dunia langit. Pemaknaan pada bentuk dan simbol tersebut mengacu pula pada sistem perlambangan atau ikonografi yang berdasarkan filosofi ajaran Islam. Sebagai contoh bentuk bulat dan setengah bulatan, sebenarnya telah dikenal sejak jaman Rasul, yaitu berhubungan dengan sinar yang mampu menerangi malam hari, dan bentuk bulan identikkan dengan simbol dari penyebaran agama Islam. Bentuk bulat dan setengah bulatan juga sering ditemukan dalam bentuk-bentuk kubah mesjid, dan disimbolkan sebagi lambang ketuhanan, atau lambang menuju kearah jalan Tuhan. Bentuk sobrah yang mengandung unsur setengah bulatan pada bagian kepala dapat dimaknai sebagai media atau jalan menuju ke arah atas, dan kepala adalah pusat dari kehidupan manusia. Dalam filosofi Islam, jalan menuju ke atas adalah jalan menuju kebaikan, atau lambang dari kualitas iman yang mengarah pada surga. Sobrah Tabel 17 Bentuk lingkaran pada Sobrah. Makna Bagian atas sobrah terdiri dari bentuk setengah lingkaran, secara struktur bentuk, setengah lingkaran berasal dari bentuk bulat. Bulat adalah lambang siklus hidup dan kesempurnaan Lambang kesederhanaan, kesatuan, jalan menuju kebaikan dan mengarah ke Tuhan.

19 242 Ayoeningsih Dyah Pemaknaan lain adalah, jika dari bentuk sobrah tersebut kita ambil garis terluarnya, maka kita akan melihat bentuk segitiga yang mengarah ke atas. Penggunaan bentuk segitiga pun ternyata berkaitan erat dengan simbol Islam, walaupun sebenarnya bentuk segitiga tidak hanya digunakan oleh peradaban Islam, karena pada masa kebudayaan Mesir, simbol ini sering juga ditemukan pada beberapa artefak, di antaranya pada bangunan piramid. Tabel 18 Bentuk segitiga pada sobrah. Segitiga, yang mengarah pada satu titik pusat. Pusat yang megarah ke atas adalah simbol sesuatu yang transeden Pada bagian belakang terdapat tiga buah titik yang membentuk segitiga, sedangkan pada bagian depan, titik tersebut tepat berada di bagian tengah kepala, yang artinya memusat. Simbol yang terkandung dalam bentuk segitiga dapat ditinjau dari dua aspek filosofi agama, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kesenian topeng sebenarnya telah lahir sejak masa Hindu. Adanya transisi pada dua agama besar saat perkembangannya, setidaknya akan memberikan pula pengaruh kepada pemaknaannya, bahkan sering pula ditemukan makna yang sifat ganda. Tabel 19 Perbedaan simbol segitiga pada Islam dan Hindu. Islam Hindu Berkait dengan sifat transeden, dalam bahasa Arab bentuk ini disebut musalas, yang berkait dengan falsafah tingkat pemahaman seorang muslim terhadap agama Islam, yaitu syariat, hakikat dan marifat Gambaran tiga tingkatan alam semesta atau triloka. Yaitu alam bawah, alam tengah dan alam atas atau kaki, tubuh dan kepala.

20 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 243 Tabel 20 Tingkatan Keimanan Manusia dalam Islam dan Tingkat Alam Semesta pada Hindu. Iman Marifat Paripurna mengutamakan alam Surga Hakikat Keseimbangan antara dunia dan akhirat dan Syariat Islam Duniawi Ihsan ATAP (Alam Atas) tempat dewa (surga) TUBUH (Alam Tengah) alam antara manusia yang telang meninggalkan keduniawian menuju keadaan suci KAKI (Alam Bawah) tempat manusia biasa 3.2 Makna Simbolis pada Kain dalam Tari Topeng Makna simbolis pada kain berkaitan dengan peristia perkawinan dunia atas yang berasas perempuan dan dunia bawah yang berasas laki-laki. Peritiwa meleburnya dua semesta untuk melahirkan daya-daya transeden sebagai pembawa nilai berkah, dapat terjadi bila unsur paradoks bertemu dan saling melengkapi. Tari topeng sendiri berasas laki-laki, sedangkan ruh yang ada di dunia atas berasas perempuan. Asas laki-laki dalam tari topeng terlihat dari bentuk kain terbuka pada bagian depan dan memperlihatkan sebagian kaki, walaupun penarinya perempuan, tetapi cara berpakaiannya memperlihatkan sifat lelaki dan hal ini berkaitan pula

21 244 Ayoeningsih Dyah dengan awal kelahiran tarian ini di masa Hindu, yang ditarikan para raja dihadapan permaisuri. Tabel 21 Perbedaan pada bentuk kain. Kain terbuka pada bagian depan, simbol laki-laki. Kain tertutup simbol perempuan, adalah pengembangan dari masa Islam. Tabel 22 Bentuk kain pada kostum Topeng dari masa Hindu - masa Modern. Masa Hindu Masa Islam Kolonialisme Istana Masa modern Kain panjang sebagai simbol raja mulai Bebarang Perempuan menari Kain digunakan dan bentuknya tetap, yaitu membelah di bagian muka, penggunaan kain melambangkan raja Kain tetap digunakan, bentuk mengalami penyesuaian untuk mempermudah gerakan. Kain melambangkan status kebangsawanan Kain adalah simbol kebangsawaan, posisi raja, kerabat raja, berkedudukan, berkuasa dan agung Dapat disimpulkan bahwa kain adalah simbol keagungan, kebesaran, kekuasaan dan kesucian. Hal ini juga menguatkan posisi seni topeng ini di kalangan masyarakat, bahwa yang menari dihadapan mereka adalah raja atau penguasa yang memiliki kekuatan untuk memberikan berkah dan keselamatan bagi hidup mereka, gambaran raja yang berperan sekaligus sebagai dewa merupakan

22 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng 245 warisan dari konsep ajaran Hindu, sesuai dengan masa awal berkembangnya kesenian ini. 4 Simpulan Penggunaan sobrah atau hiasan kepala dapat dimaknai sebagai salah satu atribut yang dapat menghantarkan manusia untuk mencapai nilai yang suci, arah yang menyatukan alam ruhani dan duniawi, serta gambaran tingkat hidup manusia. Sobrah ditempatkan di kepala karena kepala adalah pusat hidup dan posisi tertinggi dari manusia. Bentuk sobrah menjulang ke atas memiliki makna yang dalam yaitu melambangkan keberadaan sesuatu yang suci, agung dan sakral. Bentuk kain yang digunakan Keni Arja tidak mengalami perubahan yang berarti, karena tujuan dan makna yang terdapat dalam unsur tersebut adalah untuk menguatkan posisi penari topeng sebagai figur yang menggambarkan raja dan pemimpin, baik di dunia maupun di alam surga. Hingga kini posisi penari topeng oleh masyarakat pendukungnya tetap dianggap sebagai orang yang memiliki kelebihan, terutama yang berkaitan dengan ritual-ritual untuk memohon berkah, bahkan dianggap mampu mengobati bererapa penyakit yang dialami oleh masyarakat setempat. Daftar Pustaka [1] A Riyanto, Arifah Teori Busana, Yampendo. [2] Brandon, James Jejak-jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara, P4ST, UPI Bandung. [3] Gallop, Annabel Teh Pemandangan Indonesia di Masa lampau, University of Hawaii Press, Honolulu. [4] Murgiyanto, Sal Topeng Malang, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. [5] Narawati, Tati Wajah Tari Sunda Dari Masa ke Masa, UPI Bandung. [6] Sedyawati, Edy Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Raja Grafindo Persada, Jakarta. [7] Susanto Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, LIPI-RI. [8] Soedarsono Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

V.3.5 Pola Kosmologi dalam Kostum Tari topeng Cirebon

V.3.5 Pola Kosmologi dalam Kostum Tari topeng Cirebon V.3.5 Pola Kosmologi dalam Kostum Tari topeng Cirebon Dasar dari keberadaan tari topeng di Cirebon itu sendiri adalah hikayat sosok Panji. Panji dalam wacana primordial Jawa diasosiasikan sebagai figur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni 2007 Penulis

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni 2007 Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang memberikan ridha Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Dalam prooses penyusunan laporan ini, penulis tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya seni yang berkembang di suatu wilayah, sering diidentifikasikan sebagai sebuah produk kebudayaan. Pengertian dari produk kebudayaan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cirebon merupakan perpaduan kota budaya, kota niaga dan kota wisata di pesisir pantai utara. Sebagai daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum dan sesudah masuknya

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten merupakan contoh salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian dan budaya yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi masyarakat diantaranya kesenian

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS IV.1 Karakteristik Kosmis-Mistis pada Masyarakat Jawa Jika ditinjau dari pemaparan para ahli tentang spiritualisme

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB IV TARI TOPENG CIREBON DI WILAYAH SLANGIT-CIREBON

BAB IV TARI TOPENG CIREBON DI WILAYAH SLANGIT-CIREBON BAB IV TARI TOPENG CIREBON DI WILAYAH SLANGIT-CIREBON IV.1 Pertunjukan Seni Tari Topeng di Slangit-Cirebon Pertunjukan topeng yang ada di Cirebon sebenarnya memperlihatkan gabungan unsur campuran budaya,

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR BAGAN... x DAFTAR FOTO... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang didalamnya terkandung kesenian, seperti halnya kesenian berupa tari-tarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Risyani, 2009: 69).

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Risyani, 2009: 69). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dalam arti luas sebagai hasil cipta karsa dan karya manusia tentu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan perkembangan

Lebih terperinci

DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO. Oleh: Pramlarsih Wulansari

DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO. Oleh: Pramlarsih Wulansari DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO Oleh: Pramlarsih Wulansari DISAiN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI. Inspirasi

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 9 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1. Peranan Pratikan Peranan designer grafis CTV Banten memiliki tugas membuat Bumper opening animasi wayang. Pada acara Tv Nusantara Pembuatan animasi dimulai dari briefing

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pagelaran Tata Rias dan Kecantikan ini menyelenggarakan ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI II.1 Unsur Visual dalam Kostum Tari

BAB II KAJIAN TEORI II.1 Unsur Visual dalam Kostum Tari BAB II KAJIAN TEORI II.1 Unsur Visual dalam Kostum Tari Kostum atau pakaian dapat dipandang sebagai segala sesuatu yang dipakai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Fungsinya tidak hanya sebagai penutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring berubahnya waktu,

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Komunikasi Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang kesenian Reog Ponorogo. Agar masyarakat lebih mengenal lebih jauh tentang kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian diciptakan oleh masyarakat sebagai wujud dari jati dirinya. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang beragam, sehingga melahirkan identitas yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR ABSTRAK Bali menjadi tempat tumbuh suburnya pemandangan multikultural yang harmonis. Perpaduan indah ini tidak

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA 4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Gambar 2. sesaji dalam pementasan topeng Lengger (dok. Ela : Giyanti, 2015) Bentuk penyajian pertunjukan topeng Lengger dalam sebuah rangkaian upacara adat berbeda dengan sajian pertunjukan ketika dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam bentuk kesenian tradisional. Keberagaman kesenian tradisional tersebut adalah bagian dari kebudayaan setempat yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan)

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan) MERAH Menyala Bulan adalah cerminan kekuatan Allah. Kitab ini berisi kekuatan manusia dalam menjalani hidup termasuk bumi dan seni bela diri batak dalam menjalani hidup sehari-hari. 3. Laklak Debata Bulan

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci