V.3.5 Pola Kosmologi dalam Kostum Tari topeng Cirebon

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V.3.5 Pola Kosmologi dalam Kostum Tari topeng Cirebon"

Transkripsi

1 V.3.5 Pola Kosmologi dalam Kostum Tari topeng Cirebon Dasar dari keberadaan tari topeng di Cirebon itu sendiri adalah hikayat sosok Panji. Panji dalam wacana primordial Jawa diasosiasikan sebagai figur yang penuh dengan nilai-nilai yang selalu bertentangan dan bersifat paradoks, ia mengandung makna hadirnya dua dunia, jahat dan baik, lelaki dan perempuan, duniawi sekaligus surgawi, hal tersebut tercermin dalam hal-hal yang selalu bersifat kontras dalam perwujudannya sekaligus dalam keberadaannya. Dalam susunan kosmologis, Panji adalah pusat, ia mewakili semua sifat yang ada dalam empat penjuru arah Timur-Utara dan Barat-Selatan. Panji dianggap sebagai suatu cermin dari tingkatan keimanan, dan hirarkis dunia surgawi dan dunia duniawi. Kedudukan Panji tetap di sakralkan dan ia di kultuskan sebagai dewa sekaligus raja. Tarian Panji dihadirkan pertama karena di dalamnya terkandung semua unsur gerakan dari empat tarian yang ada. Penempatan tersebut mencerminkan lahirnya alam surga atau dewa ke alam dunia manusia, dalam kelahirannya tersebut kesempurnaan hidup di anggap mencapai tingkat kesempurnaan. Dalam visualisasi rupa topeng, hal-hal yang bersifat paradoks dapat kita cermati sebagai refleksi atau tingkat kesempurnaan sifat manusia. Makna pertama adalah warna yang digunakan pada topeng. Semakin gelap warna yang tersirat, maka semakin jauh ia dari dunia surgawi, semakin kelam, begitu pula sebaliknya. Putih dianggap sebagai warna yang mencerminkan tingkat keimanan dan tingkat kesempurnaan, dan ia berperan sebaga pusat segala warna, segala perilaku, segala sifat. Panji sebagai posisi pusat mengandung semua unsur yang berlawanan. Bentuk mata liyep, pada tokoh Panji menunjukan tingkat kesempurnaan, selain itu arah tatapan mata menghadap ke bawah, menyiratkan keberadaannya berasal dari dunia atas namun ia telah hadir pula di dunia bawah, karena melihat ke arah bawah. Jika dikaitkan dengan arah mata angina atau posisi keberadaan Panji, ia berda ditengah, memiliki semua nilai dari semua posisi, sedangkan arah Timur-Utara adalah nilai kebaikan, keselamatan dan rohani dan Selatan- Barat adalah nilai keduniawianjasmani dan manusia. Dalam pemaknaan rupa, ternyata terdapat bentuk yang berlawanan antar ke empat arah tersebut, yaitu Utara-Selatan yang diwakili tokoh Rumyang- Klana dan Timur-Barat, tokoh Pamindo-Patih. 163

2 Pada bentuk mata, antara bentuk mata tokoh Utara-Selatan, Rumyang berbentuk, lenyepan dan Klana, pentelengan keduanya memiliki perbedaan sekaligus persamaan. Nilai sama adalah keduanya sama-sama menatap ke arah depan dan bola mata terlihat besar, namun kelopak mata memiliki bentuk yang berlawanan. Rumyang dan Klana mengandung makna bahwa mereka telah melihat banyak tentang hidup dengan cara mengembara, bedanya Rumyang pengembara dari dunia atas, sedangkan Klana pengembara dari dunia bawah. Dalam kisah Panji diceritakan bahwa sosok Rumyang adalah Dewi Sekartaji yang menyamar menjadi Panji Semirang, ia melakukan pengembaraan, begitu pula dengan sosok Klana, yang selalu berada dalam pengembaraan, karena ia selalu berada di pihak luar. Rumyang memposisikan sebagi perempuan yang berkelakuan lakilaki, ia berada dalam wilayah orang kerajaan, dunia atas dan surga, namun di dalamnya telah mengandung pula nilai manusia. Sedangkan Klana adalah sifat kelelakian yang sangat menonjol dan ia benar-benar berada di dunia manusia. Pada tokoh Pamindao dan Patih yaitu arah Timur-Barat, bentuk mata memiliki kesamaan sekaligus perbedaan. Bola mata Pamindo berbentuk lenyep sedikit membuka, begitu pula dengan Patih, walau membuka tapi tidak sebesar Klana, yang terbelalak. Pamindo adalah lelaki yang berperilaku perempuan, berasal dari lingkungan dalam atau kerajaan, sedangkan Patih adalah manusia dengan posisi di luar. Sikap dan perilaku ke dua arah ini mewakili nilai sama-beda pula, sama bijaksana namun berperilaku berbeda. Nilai oposisi-harmoni ini selalu terdapat dalam setiap arah, baik ke arah vertikal, horizontal dan diagonal. Ke empat arah utama tersebut saling memiliki nilai beda namun saling melengkapi, dan semakin bergerak ke arah kiri berarti semakin duniawi. Tetapi dalam unsur visualisasi rupa, urutan tersebut tidak melingkar, seperti arah jarum jam, namun arahnya vertikal, semakin ke atas bentuk yang divisualisasikan semakin ke arah ruhani, sedangkan ke arah bawah semakin jasmani. Pada bentuk mata, semakin besar bentuknya dan semakin membuka terbelalak, maka ia semakin duniawi. Pada bentuk hidung, semakin besar, menonjol dan mengangkat, nilainya semakin duniawi, hal tersebut dapat kita cermati pula pada bentuk visual yang lain, seperti bibir, semakin bentuknya mengatup, maka semakin bernilai ruhani. 164

3 Unsur rupa lain dalam anatomi wajah topeng adalah hiasan rambut. Karakter pada arah Timur-Utara atau posisi diagonal, yaitu Pamindo-Rumyang, keduanya berada di area kanan, menandakan golongan satria dan bangsawan dari dunia ruhani, komposisi mereka mewakili nilai kebaikan dan dunia ruhani. Paradoks pada kedua tokoh ini adalah Pamindo lelaki berperilaku perempuan terlihat menggunakan hiasan rambut dan Rumyang perempuan berperilaku lelaki, tidak terdapat hiasan rambut. Begitu pula pada arah Utara-Barat, Rumyang-Patih, terlihat pada atribut yang dikenakannya, yaitu sama-sama tidak menggunakan hiasan rambut. Sedangkan arah Timur-Selatan, yaitu Pamindo dengan Klana, yang sama-sama memakai ornamen rambut pada kedoknya. Jika dibuat dalam bentuk skema, maka gambaran posisinya adalah sebagai berikut : Utara-Rumyang Tidak berambut Barat-Patih Tidak berambut Pusat Panji Semua Nilai Timur-Pamindo Berambut Selatan-Klana Berambut Bagan V.5 Konsep Mandala dalam Unsur Visual Topeng Cirebon Keterangan : (----)= hubungan arah diagonal berhadapan 165

4 Sama-sama di gambarkan tidak memiliki atribut/hiasan rambut, warna muka berurutan, mata terbuka dan ke arah depan, namun bentuknya kontras Di gambarkan memiliki atribut rambuat dan mahkuta, warna muka kontras, mata kontras, watak kontras. Rumyang Patih Pamindo Klana Bagan V.6 Konsep Mandala dalam Topeng Cirebon (sumber : dokumentasi penulis, 2006) Ksatria-Bijak Ksatria Pengembara Dunia Atas-Dunia Bawah Dunia Atas-Dunia Bawah Bagan V.7 Lambang Dunia Atas-Dunia Bawah pada Topeng Cirebon (sumber : dokumentasi penulis, 2006) Rambut pada Klana-Pamindo diasosiasikan sebagai atribut lelaki, dan Pamindo membutuhkan atribut rambut untuk memperlihatkan sifat lelaki nya. Posisi Pamindo berdekatan dengan Klana untuk menjaga nilai selaras, agar tidak terlalu lelaki, maka dihadirkan sosok lelaki yang berperilaku perempuan. Rumyang-Patih tidak memerlukan atribut tersebut agar tercapai nilai selaras karena Rumyang adalah perempuan dan Patih lelaki. Jika dikaitkan dengan karakter, pada arah horisontal-vertikal, terdapat pencapaian nilai kontras-harmoni pada semua arah. Perhatikan Utara-Selatan Rumyang-Klana, keduanya gambaran pengembara namun berbeda dunia, sedangkan Timur-Barat, yaitu Pamindo-Patih, bukan pengembara namun sama-sama berada di posisi ke-dua. Pamindo hadir setelah Panji, mewakili orang kedua dari dunia atas dan Patih, orang kedua dari dunia jasmani setelah Klana. 166

5 Utara Pengembara- Dunia Atas Barat Orang kedua- Dunia Bawah Pusat Panji Semua Nilai Timur Orang kedua- Dunia atas Selatan Pengembara -Dunia Bawah Bagan V.8 Konsep Mandala dalam Tari Topeng Cirebon Keterangan : ( ) = hubungan arah vertikal, (---) = hubungan arah horisontal Jika di buat pemetaan dalam anatomi muka dalam topeng kita akan melihat sebuah grafik seperti di bawah ini : Dunia Atas-Ruhani-Surgawi Pamindo Panji Klana Patih Rumyang Jasmani-Duniawi (dunia bawah) Bagan V.9 Konsep Mandala dalam Tari Topeng Cirebon Pemaknaan selanjutnya adalah pada unsur kostum, pertama adalah penutup kepala, yang didefinisikan sebagai daerah atas, atau kelangkapan bagian atas. Kelangkapan bagian atas ini dapat diasosiasikan sebagai unsur yang selalu hadir 167

6 dalam pertunjukan topeng, jika dikaitkan dengan bentuk yang mengarah ke atas, dan disimpan di atas kepala, maka unsur ini menjadi bagian yang dapat membawa atau menyatukan alam manusia pada alam ruhani. Tabel V.17 Pembagian Kosmologi dalam Kostum Tari Topeng Bagian Unsur Lambang Atas Sobrah Dunia Atas Tengah Penutup Tubuh, Pengikat Pinggang, Selendang Dunia Tengah Bawah Kain, Celana Dunia Bawah Pada bentuk sobrah yang tua, secara keseluruhan terlihat ada kesamaan bentuk, yaitu mengandung unur setengah lingkaran dan menjulang ke arah atas, begitu pula pada sobrah yang digunakan Keni Arja. Pada sobrah Panji dan Rumyang terlihat ada kesamaan, yaitu bentuknya sama serta adanya hiasan tambahan pada rambut sasakan atau wig. Ornamen pada rambut sasak Panji dan Rumyang menandakan bahwa mereka adalah pasangan yang saling berlawanan namun melengkapi, karena keduanya mengandung asas laki-laki dan perempuan, dan sesuatu yang bersifat oposisi selalau melahirkan nilai paradoks untuk menuju nilai yang sakral. Pada sobrah yang digunakan Keni Arja, hiasan pada wig rambut sudah tidak ditemukan lagi, namun pemilihan bentuk mengerucut ke atas seperti daun suruh menandakan suatu arah menju ke atas, atau upaya pencapaian nilai yang sakral. Bentuk mengarah ke atas dimaknai sebagai gambaran ke dunia atas, pada ajaran Hindu, bentuk tersebut sama dengan simbol gunungan, sedangkan pada ajaran Islam, dimaknai sebagai lambang tataran atau tarekat. Pada arah Utara-Timur, yang ditempati Rumyang-Pamindo, bentuk sobrah memiliki perbedaan bentuk yang yang sangat mencolok. Bentuk sobrah Pamindo terlihat lebih besar, dengan mahkuta berukuran besar dan berkesan gagah. Ada kemungkinan ini adalah upaya untuk menghadirkan unsur melengkapi antar kedua karakter tersebut. Rumyang perempuan yang berperilaku lelaki tidak harus menunjukan atribut kegagahan, sedangkan Pamindo, lelaki dengan karater perempuan membutuhkan atribut untuk menunjukan karakter laki-lakinya. 168

7 Pada tokoh Patih dan Klana pada kostum periode 1879, sobrah justru semakin mengecil dan membulat, berbeda dengan bentuk sobrah yang di gunakan pada kedua tokoh yang sama, yang digunakan Keni Arja. Bentuk sobrah pada Keni Arja, semakin duniawi, semakin besar, sedangkan pada bentuk tuanya, hal itu justru berbalik. Jika dikaitkan dengan posisi atau arah Patih dan Klana, yaitu Barat-Selatan, keberadaan mereka semakin mengarah pada duniawi, jika dikaitkan dengan cara pandang Hindu dan Islam, bentuk yang mengarah ke atas semakin surgawi, jadi untuk memberikan identitas bahwa kedua tokoh ini semakin dekat dengan nilai duniawi, maka bentuk memuncak atau mengarah ke atas sudah tidak tampak. Utara-Rumyang Bulat menyudut di tengah Barat-Patih Bulat menyudut di tengah Tengah-Panji Semua Nilai Timur-Pamindo Bulat melebar Selatan-Klana Bulat dan kecil Bagan V.10 Konsep Mandala dalam Rarawis Tari Topeng Cirebon Keterangan : (----) = hubungan arah diagonal berhadapan 169

8 Bagan V.11 Skema Bentuk Penutup Kepala pada Penari Topeng Analisa selajutnya adalah unsur yang terdapat pada bagian tengah dari kostum tari topeng, yaitu penutup tubuh. Pada masa Hindu, penggunaan kain sebagai penutup tubuh belum mencapai tahap seperti sekarang ini, yaitu adanya penambahan pada bagian lengan dan penambahan ornamen serta pewarnaan yang lebih beragam. Jika kita kaitkan dengan sejarah tari topeng, pada masa dulu penari adalah laki-laki, tanpa penutup tubuh. Tidak dikenakannya pakaian pada pertunjukan topeng diduga berkait dengan sejarah keberadaan tarian ini, semula adalah seni yang digunakan para raja dengan segala kemegahan dan atribut kebesarannya, namun saat berkembang di masyarakat, para seniman rakyat tidak dapat menampilkan atau menyamai atribut yang telah ada sebelumnya, selain itu saat mereka menari, kain dan selendangyang dipakai adalah kain apapun yang disediakan oleh si penanggapnya. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa atribut raja salah satunya adalah penutup tubuh, kedudukan raja pada masa Hindu diasosiasikan sebagai dewa, orang suci, maka unsur penutup ini dapat dimaknai sebagai orang yang suci, begitu pula pada penutup tubuh yang ada pada lima tokoh dalam tari topeng. 170

9 Makna penutup tubuh pada pedalang Keni Arja, menempati posisi yang sama, jika dikaitkan dengan aturan-aturan dalam kesenian ini, maka nilai-nilai yang mengarah pada posisi suci masih melekat pada pedalang hingga, karena pedalang yang menarikan pertunjukan topeng untuk kegiatan ritual, harus selalau menjaga kesucian hati dan kesucian turunan, yaitu ada garis ibu atau bapak yang masih mewarisi darah dari Sunan Pangung. Makna penutup berkait pula dengan ajaran Islam, yaitu tertutupnya aurat tubuh, sedangkan dalam Hindu, ada kaitannya dengan kasta, semakin tinggi kasta, semakin menempati posisi dewa. Unsur lain yang dapat diungkap maknanya adalah unsur bagian bawah, yaitu kain panjang. Kain digunakan sebagai upaya untuk menyatukan unsur-unsur menuju ke arah atas dengan unsur-unsur yang menuju arah bawah. Dalam sebuah ritual yang betujuan untuk menghadirkan daya-daya untuk mencapai suatu saktral, pada umnunya digunakan suatu media atau perantara atas kehadiran dua dunia tersebut. Kain bersifat sebagai penghubung tersebut hingga kini tetap digunakan oleh pedalang Keni, walaupun ukuran panjangnya berubah, namun makna yang dapat disimpulkan adalah sama. Masalah pengurangan ukuran ini adalah bentuk dari adaptasi seniman terhadap kondisi saat pementasan berlangsung. Pada masa sebelumnya, tarian ini ditarikan di lingkungan kerajaan, di atas sebuah permadani, setelah berkembang di rakyat tradisi bebarang mulai dilakukan, maka dibutuhkan sebuah solusi, antaralain perubahan bentuk serta menambah kenyamanan dalam melakukan gerakan pada karakter lincah. Dalam seni tradisi Indonesia, kain adalah simbol perempuan, dan motif yang terdapat di dalamnya adalah suatu kesatuan yang melebur tanpa batas. Pemaknaan terhadap kain dapat dikaitkan dengan nilai paradoksial dalam setiap posisi dan karakter. 171

10 Bagan V.12 Skema Bentuk Kain pada Penari Topeng Upaya memasukan unsur yang saling bertentangan ini adalah upaya agar harmoni tetap terjaga dalam upaya mencapai nilai berkah. Motif kain yang digunakan pada tokoh Panji-Pamindo dan Klana, adalah motif liris, secara berurutan kain liris semakin membesar polanya pada tokoh Pamindo. Motif liris diartikan sebagai bentuk yang memiliki nilai paradoks, karena unsurnya adalah sebuah spiral yang saling terbalik, saling bersambung dan tidak terputus. Bentuk yang mengandung nilai-nilai tersebut pada umumnya digunakan dalam sebuah aktifitas seni tradisi adat atau ritual. Panji, Pamindo dan Klana diberikan motif ini dapat di analisis sebagai berikut : Panji adalah sosok raja dari alam ruhani, yang turun ke bumi, maka ia harus menggunakan atribut yang dapat membantunya menghadirkan ke alam bumi, sedangkan Klana adalah sosok raja dari alam bumi. Kedudukan raja adalah orang utama, jika dikaitkan dengan pemakaian 172

11 motif tertentu, maka jenis liris termasuk pada kategori batik larangan, yang sifatnya hanya boleh digunakan oleh para raja, permaisuri dan putera mahkota. Karakter Rumyang adalah pasangan Panji, namuan ia bergerak di wilayah luar, karena sering mengembara dan Patih adalah pendamping atau wakil dari Klana, maka kedua karakter ini dapat di definisikan sebagai sosok pendamping raja, Untuk jenis kain Rumyang, penulis tidak dapat mendefinisikan dengan jelas, namun kuat dugaan motifnya berjenis semen, begitupula pada karakter Patih, motif kain yang digunakan adalah jenis semen, berupa sulur-sulur, menyerupai motif batik Laseman, dan penggunaannya memang hanya boleh dipakai oleh keluarga jauh raja. Penggunaan motif ini dapat dimaknai bahwa posisi raja adalah posisi yang agung, maka untuk menghadirkan daya-daya yang adikodrati, mereka yang berkedudukan agung-lah yang menjadi perantara bersatunya alam ruhani dengan alam bumi. Utara-Rumyang- Kain semen Barat-Patih- Kain semen Pusat Panji Semua Nilai Timur-Pamindo Kain liris besar Selatan-Klana Kain liris kecil Bagan V.13 Konsep Mandala dalam Motif Kain Batik Tari Topeng Cirebon (sumber : rekontruksi penulis, 2007) Keterangan : ( ---- ) = hubungan arah diagonal berhadapan) 173

12 Klana Panji Pamindo Motif kain liris, hanya digunakan pada tokoh Klana, Pamindo dan Panji. Ketiganya adalah gambaran raja. Jika diurutkan, ternyata liris semakin berbentuk kecil pada tokoh Klana dan semakin membesar pada tokoh Pamindo. Gambar V.60 Perbandingan motif liris pada Panji, Pamindo dan Klana Unsur kain ternyata tetap digunakan pula oleh pedalang Keni Arja, hal ini dapat dimaknai pula sebagai media perantara dalam menghadirkan daya-daya untuk menyatukan dunia atas dengan dunia bawah, walaupun motif kain tidak mengadaptasi bentuk tuanya. Kini kain batik yang digunakan Kenia Arja adalah kain batik keraton, selain ini adalah binaan dari pihak keraton, tujuan dan maksudnya kemungkinan besar adalah sama, yaitu menempatkan setiap karakter sebagai posisi raja dan kerabatnya. Panjang ukuran kain yang digunakan mengalami perubahan, seperti berikut ini : Panji dan Pamindo ukuran panjangnya sama, yaitu sabatas lutut, Rumyang dan Klana terlihat lebih pendek, di atas lutut, dan kain Patih paling panjang serta terbuka. Arah Rumyang dan Klana adalah searah dan berlawanan, keduanya adalah pengembara, dapat diasumsikan bahwa ciri pengembara adalah kain yang lebih terangkat karena gerakannya lincah. Pamindo dan Patih menempati posisi arah sejajar, karena mereka adalah orang kedua dari raja, dan bersifat orang dalam yang mewakili dua aspek dunia, dalam upaya penyatuan dua nilai tersebut harus ada yang mengandung unsur ada dan tiada, tambah dan kurang. Pada kain yang digunakan Keni Arja, pemaknaan dapat dilakukan dengan cara mempelajari penempatan karakter dari lima tokoh tersebut. Panji adalah orang suci, ia bagaikan bayi yang baru lahir, masih dalam keadan bersih, maka kain yang digunakan adalah Lancar gelar yang tertutup keseluruhan kakinya, bahkan tidak boleh tampak. Bentuk tertutup rapat ini diasosiasikan bahwa seorang bayi harus dalam keadaan tertutup dan suci, agar nilai yang ada di dalamnya selalu bersih, begitu pula 174

13 jika dikaitkan dengan gerakan Panji yang diam dan ritmik, bahwa seorang yang suci perilakunya tidak harus bermacam-macam, hal ini terlihat pula dalam salah satu gerakan Panji yaitu mengibas-ngibaskan kain, sebagai perlambangan bahwa karakter tersebut harus selalu dalam keadaan bersih. Pada tokoh Pamindo, Rumyang, Patih dan Klana, kain yang digunakan adalah jenis Lancar Cangcut, didefinisikan sebagai kain yang dikaitkan pada area belakang tubuh melewati area kelamin. Simbolisasi dari bentuk kain ini lebih dikaitkan pada aspek bahwa ke empat karakter ini adalah gambaran orang yang telah memiliki nafsu duniawi, walaupun keberadaan nafsu tersebut bersifat bertahap, dimulai dari Pamindo-Rumyang-Patih- Klana. Bentuk penggunaan kain ini dapat pula dimaknai bahwa orang yang telah memiliki nafsu duniawi, maka secara perlahan baik perilaku, gerakan serta normanorma yang harus dijaga dalam hidup sudah mulai ditanggalkan. Utara-Rumyang- Kain di atas lutut Barat-Patih- Kain melewati batas lutut Pusat Panji Semua Nilai Timur-Pamindo Kain sebatas lutut Selatan-Klana Kain di atas lutut Bagan V.14 Konsep Mandala dalam Bentuk Kain yang digunakan dalam Tari Topeng Cirebon Keterangan : ( ) = hubungan sejajar horisontal saling berhadapan, ( ----) = hubungan sejajar vertika, saling berhadapan 175

14 176

15 177

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya seni yang berkembang di suatu wilayah, sering diidentifikasikan sebagai sebuah produk kebudayaan. Pengertian dari produk kebudayaan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cirebon merupakan perpaduan kota budaya, kota niaga dan kota wisata di pesisir pantai utara. Sebagai daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum dan sesudah masuknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR BAGAN... x DAFTAR FOTO... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit

Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit 224 ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 2, 2007, 224-245 Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit Ayoeningsih Dyah Jurusan Seni Rupa, Sekolah Tinggi Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten merupakan contoh salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian dan budaya yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi masyarakat diantaranya kesenian

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS IV.1 Karakteristik Kosmis-Mistis pada Masyarakat Jawa Jika ditinjau dari pemaparan para ahli tentang spiritualisme

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi a. Fungsi Sakral Fungsi sakral pada penggunaan motif batik Gajah Oling difokuskan pada upacara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Risyani, 2009: 69).

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Risyani, 2009: 69). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dalam arti luas sebagai hasil cipta karsa dan karya manusia tentu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB III MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN CIREBON

BAB III MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN CIREBON BAB III MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN CIREBON III.1 Tinjauan Umum Sosio Budaya Cirebon Secara geografis Cirebon merupakan bagian dari Jawa Barat, dengan luas wilayah 5.642.569 km. Wilayah yang kini dikenal

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini

Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer.

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer. BAB IV TINJAUAN KARYA A. Tinjauan Umum Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer. Pada pengerjaan karya Tugas Akhir ini penulis mengalami beberapa

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kesenian diubah menjadi seni budaya, sesuai kurikulum itu pula mata pelajaran seni budaya mencakup

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. DESAIN BENTUK DASAR Sebelum memasuki proses ini, Sebelumnya penulis berkordinasi dengan dosen pembimbing mengenai desain yang seperti apa yang nantinya akan diproduksi. Penilaian

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa: 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tudung Kepala Dalam kamus bahasa Indonesia Partanto dan Yuwono (1994:495) tudung merupakan sesuatu yang dipakai untuk menutup bagian sebelah atas (kepala atau lubang).

Lebih terperinci

TARI KURDHA WANENGYUDA

TARI KURDHA WANENGYUDA 1 TARI KURDHA WANENGYUDA DALAM RANGKA DIES NATALIS KE 43 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 21 MEI 2007 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tema-tema Pewayangan Dan Ceritera Rakyat Dalam Seni Lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika

Tema-tema Pewayangan Dan Ceritera Rakyat Dalam Seni Lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika Tema-tema Pewayangan Dan Ceritera Rakyat Dalam Seni Lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul karya : Ramayana Bahan : kanvas dan cat tempra. Tahun pembuatan : 1953. Seniman : I Gusti Ketut

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai identitas Kota Bandung ini adalah dengan merancang identitas yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO. Oleh: Pramlarsih Wulansari

DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO. Oleh: Pramlarsih Wulansari DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO Oleh: Pramlarsih Wulansari DISAiN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI. Inspirasi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam IV. ANALISIS KARYA KARYA 1 Judul : Gajah Sirkus Media : Acrylic pada kanvas ukuran : 60x 130cm Tahun : 2016 Karya pertama yang berjudul Gajah Sirkus dengan menunjukkan suasana pertunjukan sirkus. Gajah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA BAB IV TINJAUAN KARYA Perjalanan sebuah karya, dimulai ketika seniman mengalami, mencermati sesuatu dan sesuatu itu kemudian dijadikan kontemplasi yang mendalam. Selanjutnya muncul ide atau gagasan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Visual Motif dan Makna Simbolis Batik Majalengka yang telah di uraikan, akhirnya peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA BAB IV TINJAUAN KARYA 4. 1 Karya Mirror-mirror on the wall who s the prettiest of them all Gambar 4.1 (Sumber : dokumentasi pribadi) Judul : Mirror- mirror on the wall who s the prettiest of them all Tehnik

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilson menyatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan tentang ditransmisi dan disebarkan secara sosial, baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercemin

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Desain Stage Properti Tari Kreasi Baru Satrianing Ganesha PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn DIPENTASKAN PADA PARADE GONG KEBYAR DEWASA DUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Gambar 5.1 Logo Pertunjukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Gambar 5.1 Logo Pertunjukan 28 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Logo Pertunjukan Gambar 5.1 Logo Pertunjukan Logo merupakan identitas pertunjukan Teater Koma Sie jin Kwie Kena Fitnah. Logotype ini mengadaptasikan bentuk tulisan

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 9 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1. Peranan Pratikan Peranan designer grafis CTV Banten memiliki tugas membuat Bumper opening animasi wayang. Pada acara Tv Nusantara Pembuatan animasi dimulai dari briefing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini.

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini. 82 B A B 5 H A S I L D A N P E M B A H A S A N D E S A I N 5.1 Desain Title Untuk desain Title, penulis menggunakan font Castellar yang dianggap mencerminkan keanggunan sang Dewi Bulan. Warna yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

Hasil Dan Pembahasan Desain

Hasil Dan Pembahasan Desain BAB 5 Hasil Dan Pembahasan Desain 5.1 Desain Judul Judul animasi pendek ini adalah ROGUE yang penulis ambil dari nama tokoh utama. Gaya visual animasi pendek ini adalah 3D lowpoly dengan sudut sudut keras

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain. digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis 29 BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis yang eksklusif, dengan merancangmotif dari sumber ide cerita pewayangan Dewi Sinta melalui teknik batik

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Seni Dalam buku Perjalanan Seni Rupa Indonesia, Yudoseputro (1991:34) menuliskan, bahwa karya seni adalah bentuk ekspresi dari pengalaman batin seniman yang berada di atas segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru Nusantara sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain Title penulis menggunakan dua font yaitu Blessed Day pada kata Faylynn yang dianggap dapat mencerminkan tokoh utama dalam film ini yaitu

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Komunikasi Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang kesenian Reog Ponorogo. Agar masyarakat lebih mengenal lebih jauh tentang kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni tradisional merupakan hasil ekspresi jiwa yang bersifat indah, yang merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat pendukungnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan sintesa dari hasil proses analisis dan pembahasan yang ditemukan pada masjid-masjid kesultanan Maluku Utara. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB 4 TOPENG SEBAGAI IKON

BAB 4 TOPENG SEBAGAI IKON BAB 4 TOPENG SEBAGAI IKON Seperti dijelaskan dalam bab pendahuluan, pertunjukan Tari Topeng Cirebon dalam upacara Mapag Sri menjadi objek penelitian ini. Oleh karena itu, dalam bab ini, penulis memaparkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA 4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain Title, penulis menggunakan font Harrington yamg penuh dengan liukan serta klasik untuk melambangkan kesan anggun,tegar namun halus serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

4. Bagi mahasiswa yang memiliki sakit ringan menggunakan pita berwarna biru, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti.

4. Bagi mahasiswa yang memiliki sakit ringan menggunakan pita berwarna biru, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti. > Seluruh Mahasiswa: 1. Bagi mahasiswa Difabel menggunakan pita berwarna hijau, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti. 2. Bagi mahasiswa Perempuan yang berhalangan menggunakan pita berwarna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci