MODUL FORENSIK TENGGELAM. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL FORENSIK TENGGELAM. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat"

Transkripsi

1 MODUL FORENSIK TENGGELAM Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2 NOMOR MODUL : 08/For-UA/IX/15 TOPIK : TENGGELAM SUBTOPIK : Aspek Medikolegal Pemeriksaan Kasus Tenggelam LEARNING OBJECTIF : 1. Kognitif a. Menjelaskan definisi tenggelam b. Menjelaskan jenis jenis tenggelam c. Menjelaskan mekanisme kematian pada tenggelam d. Menjelaskan cara menegakkan diagnosis kematian akibat tenggelam e. Menjelaskan berbagai pemeriksaan pada korban tenggelam f. Menjelaskan aspek medikolegal tenggelam 2. Psikomotor a. Mampu melakukan anamnesa terhadap keluarga korban tentang kemungkinan tindak pidana yang dialami korban b. Mampu menegakkan diagnosis kematian akibat tenggelam c. Mampu melakukan pemeriksaan diatom/alga pada korban dugaan tenggelam d. Mampu melakukan pengumpulan barang bukti e. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada korban tenggelam 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada keluarga korban/penyidik yang mengantar korban b. Memberikan waktu kepada keluarga korban/pengantar/penyidik untuk menjelaskan kejadian yang dialami korban sesuai dengan pengetahuannya c. Menerangkan kepada keluarga korban tindakan apa yang akan dilakukan kepada korban dan tujuannya d. Memberikan informed consent kepada keluarga korban 2

3 DEFINISI Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan oksigenasi darah dalam paru akibat adanya cairan dalam saluran nafas, yang masuk melalui hidung dan mulut. Berdasarkan konsekuensi logisnya maka ada beberapa kejadian bila orang masuk kedalam air dan meninggal, dan belum tentu akibat tenggelam, diantaranya : 1. Laringospasme : akibat rangsangan tiba tiba air pada laring, biasanya air dingin maka laring mengalami spasme dan terjadi asfiksia 2. Vagal reflek : rangsangan air yang masuk ke saluran nafas atau esophagus merangsang nervus vagus dan terjadi henti jantung 3. Hydrocution : pada saat kontak dengan air, tiba tiba tanpa diharapkan terjadi kolap sirkulasi. Penyebabnya tidak jelas, mungkin karena sensitivitas terhadap suhu atau vagal yang sensitive. Diagnosisnya dilakukan per eksklusionam. 4. Hypotermia : badan yang sedang kepanasan tiba tiba kena dingin, dan terjadi kematian. Hal ini terutama mudah terjadi pada orang yang berenang telentang. EPIDEMIOLOGI Tenggelam merupakan penyebab lebih dari kematian di USA setiap tahunnya, dan 1500 diantaranya adalah anak anak. Pada tahun 1999, The US Consumen Product Safety Comission menemukan kematian tenggelam rata rata lebih dari 1,93 kasus per populasi pada semua golongan umur, dengan puncak 3,22 kasus per anak anak dibawah 4 tahun, dimana sebagian besar insiden terjadi di bak mandi dan kolam renang. Pada kelompok umur dewasa insiden ini lebih banyak diperairan alam seperti sungai, danau, dan sebagainya. Jika terjadi di bak mandi dan kolam renang cenderung karena kehilangan kemampuan berenang akibat pemakaian alkohol dan obat obatan. Di Indonesia angka yang tepat dan pasti mengenai tenggelam tidak ada. Jenis jenis tenggelam 1. Wet Drowning 2. Dry Drowning 3. Secondary Drowning 3

4 4. Immersion Syndrome MEKANISME KEMATIAN PADA TENGGELAM Sampai saat ini sesungguhnya masih belum jelas benar, apakah kematian pada tenggelam terjadi akibat asfiksia atau akibat aspiratnya. Cairan aspirat yang masuk kedalam alveoli biasanya memiliki tekanan yang cukup untuk menimbulkan kerusakan lokal dalam paru, ruptur dinding alveoli dan reaksi biokimia pada jaringan paru disekitarnya. Jika cairan yang teraspirasi cukup banyak dapat terjadi perubahan kadar elektrolit dan ph darah. Orang yang tenggelam di air tawar akan mengalami penyerapan cairan dalam alveolnya secara cepat kedalam sirkulasi, karena sifatnya yang hipotonus terhadap darah. Dikatakan, bahwa pada percobaan binatang, aspirasi cairan dalam jumlah banyak akan terjadi peningkatan volume darah dalam waktu kurang dari 60 menit. Akibatnya terjadi hemodilusi dan kadar elektrolit darah (Na, Cl, Mg, dll ) akan turun. Pada keadaan ini terjadi juga hemolisis, sehingga akan terlepas ion K dalam jumlah banyak. Maka resiko untuk terjadinya fibrilasi ventrikel pada korban tenggelam di air tawar besar, terutama jika air yang terisap cukup banyak. Bila korban sempat hidup setelah tenggelam, maka ada kemungkinan korban mengalami gangguan pernafasan, sebab pada keadaan ini telah terjadi perubahan tekanan permukaan alveoli yang terjadi akibat tersapunya surfaktan oleh air. Bila tenggelam terjadi pada air asin, maka cairan yang hipertonis dalam alveoli akan menarik air dari dalam pembuluh darah. Darah mengalami hemokonsentrasi, kadar ion ion dan kandungan darah lainnya akan meningkat. Bila korban sempat hidup maka konsentrasi ion akan kembali normal, kecuali Cl yang agak lambat penurunannya. Umumnya dosis lethal air laut lebih besar daripada air tawar, yaitu sekitar dua kali lipat. Beberapa perubahan kimia yang pernah dicatat pada kasus tenggelam adalah kadar Cl dalam whole Blood dan plasma, Na, K, Protein total, Berat jenis plasma, Hb, dan Ht. Sedangkan perubahan fisik yang terjadi adalah perubahan gravitasi (BJ), titik beku dan konduktifitas seluruh darah. 4

5 PENENTUAN DIAGNOSIS TENGGELAM PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH : 1. Tanda2 terendam dalam air berupa basah, berlumuran pasir, lumpur. Telapak tangan & kaki keriput (Washer Woman Hand).Kulit permukaan yang kasar (Cutis Anserina). Washer Woman hand TANDA-TANDA INTRAVITAL 1. Kaku pada sebagian otot/ cadaveric Spasme, Posisi & Kekuatan sesuai Orang hidup. 2. Luka- luka lecet : gesekan / benturan dalam air 3. Luka- luka lecet di tempat lain : kekerasan pada kasus pembunuhan 4. Busa halus pd hidung & mulut 5. Perdarahan / pelebaran pembuluh darah pada mata PEMERIKSAAN DALAM : 1. Busa halus, benda-benda asing / pasir di saluran nafas bronchus bronchiolus 2. Drowning lung / aquoes pulmonum 3. Emphysema dan edema 4. Ptekie sedikit bercak perdarahan 5. Bercak paltauf di paru 6. Otak, ginjal, hati, dan limpa mengalami perbendungan. 7. Lambung dapat sangat besar, berisi air, lumpur dll. Air dan lumpur juga dapat ditemukan pada usus usus. 5

6 Pada mayat yang segar maka diagnosis tenggelam dapat ditegakkan dengan perubahan patologis/anatomis, histologis, kimiawi darah jantung kanan dan kiri, pemeriksaan diatom dan algae, pemeriksaan darah jantung kiri, pemeriksaan kimiawi lain ( Mg dll ). Perubahan anatomis/patologis : Perubahan yang terjadi dalam tubuh korban tenggelam yang meninggal dapat dibagi atas : 1. Perubahan yang tak khas : kongesti alat dalam, darah cair, kebiruan, dilatasi jantung, perdarahan petekie pada serosa alat dalam. 2. Perubahan yang khas : cairan berbusa, sering dengan perwarnaan darah, pada bronkus, trakea, laring, hidung, dan mulut. Paru paru umumnya membesar, terdapat petekie pada pleura viseralis. Pada potongan paru tampak kongesti, keluar cairan dan busa. Ronggga pleura kadang kadang berisi cairan. Pada trakhea, bronkhus dan alveoli dapat ditemukan partikel pasir dan benda asing yang ada dalam medium tempat tenggelam. Adanya cairan beserta isinya yang masuk kelambung dan usus, nilainya terbatas karena cairan ini bisa masuk setelah kematian. Dalam banyak buku teks forensik selalu dikatakan mengenai cara membedakan orang yang tenggelam di air tawar dan asin. Dikatakan bahwa kematian pada tenggelam di air tawar terjadi cepat karena fibrilasi ventrikel. Sedang pada air asin lebih lama, dan disebabkan oleh asfiksia, edema paru serta hemokonsentrasi. Namun kenyataannya, bagi kita hampir tak mungkin membedakannya hanya dengan melihat kelainan anatominya. Pemeriksaan yang lebih berguna dalam hal ini adalah pemeriksaan kimia dan diatom dalam organ organ. Pada korban yang sudah membusuk lanjut hampir tidak dapat ditentukan apakah korban mati karena tenggelam atau bukan. Meskipun paru cenderung busuk lebih lambat dibandingkan dengan organ viscera lain, tapi perubahan dini berupa perlunakan dan pencairan serta serta ekstravasasi cairan merah encer kedalam saluran nafas dan rongga pleura yang ditambah gas pembusukan akan memberikan gambaran busa, seperti kasus tenggelam. Pada keadaan yang amat busuk atau mayat berupa rangka saja, maka pemeriksaan diatom pada tulang mungkin akan banyak membantu. 6

7 Pemeriksaan histologis paru kasus tenggelam Pemeriksaan histologis paru tenggelam telah dikembangkan oleh To Reh untuk menegakkan diagnosis tenggelam. Berdasarkan gambaran Gitterfasentextur pada dinding alveoli, dan menggunakan metode impregnasi perak Gomori, maka gambaran histologis dapat dibagi dalam 4 stadium : Stadium 1. Dinding alveoli ( yang normalnya 2-3 kali lebar kapiler ) berkerut sampai sebesar kapiler Stadium 2. Dinding alveoli lebih mengecil lagi. Lumen kapiler yang teregang mengecil lebih jauh dan bentuknya menjadi lebih lonjong. Didapatkan adanya ruptur peri dan inter kapiler yang setempat setempat. Stadium 3. Distensi septum alveoli mencapai maksimal. Kapiler tinggal setipis benang. Terdapat ruptu intra septum yang komplit. Stadium 4. Merupakan stadium terakhir. Batas peregangan septum telah dilampaui dan dapat dijumpai adanya ruptur yang multiple. Ujung septum tampak menebal karena kontraksi. Temuan histologis ini bervariasi kasus perkasus. Untuk itu sebelumnya harus disingkirkan dulu adanya aspirasi darah, bronkhitis kapiler, serangan asma fatal dan asfiksia yang lama (preeklusi). Reh menyatakan bahwa gambaran histologis ini biasanya tidak kehilangan nilainya pada mayat yang busuk. Pemeriksaan kimiawi kasus tenggelam Penentuan ion Cl pada darah dari ventrikel kanan dan kiri merupakan pemeriksaan yang paling spesifik untuk membuktikan kematian karena tenggelam. Alveoli yang mempunyai luas permukaan m2 ( sepertiga lapangan tenis ) merupakan lapangan penyerapan yang sangat luas. Ditambah dengan sistem limfatik yang berawal dari duktus alveolaris dan bermuara kevena pulmonalis, tampungan penyerapan alveoli menjadi luar biasa. Secara perimetil air sebanyak % volume darah dapat memasuki sirkulasi hanya dalam waktu beberapa menit saja sehingga terjadi hemodilusi hebat. Pada kasus tenggelam di air tawar terjadi penurunan konsentrasi Cl yang jelas. Konsentrasi Cl darah jantung kiri yang berkurang 17mq/l atau lebih merupakan petunjuk kemungkinan terjadinya tenggelam di air tawar. Pada kasus tenggelam di air asin konsentrasi Cl di jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, dengan kadar keduanya lebih tinggi dari normal. Pada 7

8 keadaan ini perubahan post mortem sedikit sekali pengaruhnya. Penggunaan perubahan konsentrasi kearah ini hanya bernilai dalam 24 jam pertama, sebab setelah itu ( baik pada yang hidup terus maupun yang mati ) akan terjadi penurunan kandungan Cl. Korban yang tenggelam pada kolam renang perubahan Cl nya mirip tenggelam di air asin, karena kandungan klorida tinggi akibat kaporit. Selain menyebabkan penurunan kadar klorida, tenggelam di air tawar juga menyebabkan penurunan ion Na, Ca, dan peningkatan ion K. Sedangkan pada tenggelam diair asin terjadi juga peningkatan ion Na, K,dan Ca yang sebanding dengan kadar ion dan jumlah air yang teraspirasi. Pada keadaan yang terakhir ini, kadar ion akan kembali lagi menjadi normal dalam waktu singkat, kecuali Cl yang perubahannya lebih lambat. Ion Mg yang lebih jarang diperiksa memiliki gambaran yang mirip dengan ion Na. Ion ini selain ditentukan pada darah, juga dapat dilakukan dengan sampel dinding jantung dan cairan serebrospinalis, juga pada aqueous humour dan vitreus humour. Pemeriksaan darah jantung kiri Ketika air masuk ke dalam paru, alveoli dapat mengalami ruptur sehingga cairan masuk kedalam sirkulasi yang secara simultan mencuci sel debu, partikel karbon dari paru menuju sirkulasi sistemik. Pemeriksaan darah jantung kiri dilakukan untuk meluhat adanya makrofag alveola, diatom, pasir serta kotoran lainnya yang terbawa dalam sirkulasi dari paru paru. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut : 1. Pada awal otopsi dilakukan pengambilan darah jantung ( atrium ) kiri secara aseptik, sebanyak 5cc. 2. Darah diberi heparin dan antibiotik, lalu dicampur dengan 5cc aquades. 3. Dilakukan sentrifugasi cpm selama 10 menit. 4. Residunya diberi aquades 10cc, lalu disentrifugasi kembali cpm selama 10 menit. Prosedur 3 dan 4 diulang sekali lagi. 5. Resisu ditambahkan larutan Hanks 10 cc untuk menghilangkan debris sel darah merah. Lalu dilakukan sentrifugasi lagi cpm, 10 menit. 6. Residunya lalu diusap pada gelas obyek dan diwarnai dengan giemsa. 7. Dengan mikroskop dilakukan pemeriksaan terhadap adanya makrofag, diatom pasir dan kotoran lainnya. 8

9 Keuntungan pemeriksaan ini adalah hasilnya tak dipengaruhi oleh lamanya waktu antara kematian dan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini perlu pula dibandingkan partikel yang ditemukan dalam paru denganair tempat tenggelam. Pemeriksaan diatom dan alga Pemeriksaan diatom yang paling umum adalah dengan cara destruksi dengan asam kuat, ada juga yang melakukan digesti dengan basa kuat, enzim pencernaan ( pepsin ), penghancur jaringan dll. Pada tahun tahun terakhir ini ada kecanderungan untuk mencari plankton intak ( tanpa ada yang dihancurkan ) dari bahan yang diperiksa. Diantaranya dengan menggunakan ultra sonik, kultur algae dan pemeriksaan langsung getah paru. Cara ini dianggap lebih baik karena tidak selalu dapat ditemui diatom dalam air, sementara alga lainnya jumlahnya lebih banyak. Dengan demikian bila pada media tenggelam hanya ada alga lainnya selain diatom maka tes ini masih dapat menghasilakn hasil positif. Kelemahan pemeriksaan ini adalah kontaminasi dapat terjadi dan menghasilkan positif palsu. Hal ini dapat dikurangi dengan cara melakukan pemeriksaan yang mencegah kontaminasi semaksimal mungkin, seperti memakai alat alat baru dan bersih, gelas objek dan gelas penutup yang bersih serta air yang bersih. 9

10 Aspek medikolegal tenggelam TUJUAN PEMERIKSAAN JENAZAH 1. Tentukan identitas korban 2. Apakah korban masih hidup waktu tenggelam 3. Apakah sebab kematiannya 4. Faktor apa yg berperan pada proses kematian 5. Tempat dimana korban pertama kali tenggelam Kasus tenggelam yang ditemui biasanya sudah dalam keadaan busuk lanjut ketika diperiksa atau sudah mengalami mutilasi sehingga menyulitkan pemeriksaan. Bila ditemukan adanya luka maka luka perlu diperiksa baik baik, ada tidaknya tanda intravital. Korban yang terbawa arus biasanya akan mengalami luka luka pada tubuhnya akibat tergesek atau terbentur benda benda dalam air. Adanya kadaverik spasme pada tenggelam menunjukkan bahwa koraban masih hidup ketika jatuh kedalam air. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu tenggelam, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan oleh seluruh tubuh masuk kedalam air ( immertion syndrom ) atau cairan yang masuk kesaluran pernafasan ( drowning ). Pada immertion kematian dapat cepat, hal ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan masuk melalui saluran pernafasan bagian atas. Pada orang yang terjun dengan kaki terlebih dahulu, sehingga cairan dengan mudah masuk kehidung. Faktor lain adalah keadaan hipersensitivitas dan kadang kadang keracunan alkohol. Bila tidak ditemukan air dalam paru paru, dan lambung dapat diartikan bahwa kematian terjadi seketika, penyebabnya adalah spasme glotis yang merupakan suatu mekanisme untuk menahan cairan untuk masuk ke saluran pernafasan. Pada tenggelam waktu yang diperlukan untuk terbenam bervariasi tergantung dari keadaan sekeliling orangnya, reaksi perorangan, keadaan kesehatan dan jumlah serta keadaan cairan yang dihisap masuk pernafasan. Pada keadaan biasa dimana sedang terjadi usaha mempertahankan hidupnya, korban akan menelan ar yang semakin lama semakin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 10

11 2 12 menit ( fatal period ), bila diangkat dari air ada kemungkinan dapat hidup bila resusitasi berhasil DAFTAR PUSTAKA 1. DiMaio VJ, DiMaio D Death by Drowning. In : Forensic Pathology Second Edition. Florida.p: Atmadja DS Kematian Akibat Tenggelam. Majalah Kedokteran Indonesia vol.41. hal Sjaffar MI,Siahaan OS, Madjid AS Pengelolaan Penderita Tenggelam. Medika 1980; 8(6): Atmadja DS, Budiningsih V, Budijanto A Pemeriksaan Getah Paru : Cara Sederhanauntuk Diagnosis Kematian Akibat Tenggelam. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI Jakarta 5. Gani MH Tenggelam. Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Unand hal James JP. Byard RW, Corey TS, Handerson C Encyclopedia of Forensic and Legal Medicine. Vol 1. United Kingdom. P: Sherped R Simpson s Forensic Medicine. Twelveth Edition. International Students Edition. New York. p: Idries AM Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta : PT Bina Rupa Aksara. Hal :

BAB 1 PENDAHULUAN. lintas. 3 Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta,

BAB 1 PENDAHULUAN. lintas. 3 Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta, lintas. 3 Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta, 1 BAB 1 PENDAHULUAN Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam saluran napas atau paru-paru.

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM: LAPORAN KASUS DEATH BY DROWNING: A CASE REPORT

KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM: LAPORAN KASUS DEATH BY DROWNING: A CASE REPORT KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM: LAPORAN KASUS Anak Agung Gede Anom Putra Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-RSUP Sanglah, Denpasar-Bali ABSTRAK Tenggelam merupakan suatu proses masuknya cairan ke dalam

Lebih terperinci

REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN

REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER 2014 10 JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN Oleh: Irnayati Rahman 10711060 Dokter Pembimbing: Dr. Hari Wujoso, dr, MM., Sp.F KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Pendahuluan Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Afiksia

Lebih terperinci

PERBEDAAN BERAT PARU PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MATI TENGGELAM DI AIR LAUT DENGAN DI AIR TAWAR SKRIPSI

PERBEDAAN BERAT PARU PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MATI TENGGELAM DI AIR LAUT DENGAN DI AIR TAWAR SKRIPSI PERBEDAAN BERAT PARU PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MATI TENGGELAM DI AIR LAUT DENGAN DI AIR TAWAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GABRIELA CLARISA WIBOWO

Lebih terperinci

2

2 2 4 6 9 10 Setiap sel senantiasa terbenam dalam air Memerlukan air utk melaksanakan fungsi sel tersebut medium dimana metabolisme tubuh berlangsung. alat pengangkutan tubuh. bahan pelicin utk pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (WHO). Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (WHO). Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring berkembangnya jaman, Ilmu Kedokteran Forensik juga semakin berkembang. Ilmu kedokteran forensik sangat berperan dalam kepentingan peradilan untuk membantu menentukan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2 Sistem Respirasi Manusia Sistem Respirasi Manusia Isilah bernapas, seringkali diarikan dengan respirasi, walaupun secara hariah sebenarnya kedua isilah tersebut berbeda. Pernapasan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). Infantisid adalah pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan oleh ibu kandungnya

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Menurut ilmu kedokteran, manusia memiliki dua dimensi, yaitu sebagai individu dan sebagai kumpulan dari

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan hilangnya tanda kehidupan secara permanen yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori) Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan Toksikologi (Teori) KELOMPOK 2 Anggota : 1. Adi Lesmana 2. Devy Arianti L. 3. Dian Eka Susanti 4. Eneng Neni 5. Eningtyas 6. Khanti 7. Nurawantitiani

Lebih terperinci

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi) Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak (Vincent dan Dominick, 2001). a. Trauma Benda Tumpul

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

MODUL FORENSIK TOKSIKOLOGI. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

MODUL FORENSIK TOKSIKOLOGI. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat MODUL FORENSIK TOKSIKOLOGI Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 1 NOMOR MODUL

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

SOAL IPA KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMP NEGERI 14 KOTA TASIKMALAYA

SOAL IPA KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMP NEGERI 14 KOTA TASIKMALAYA Pilahan Ganda SOAL IPA KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2009 2010 SMP NEGERI 14 KOTA TASIKMALAYA 1. Perkecambahan di dalam tanah disebut a. epigeal c. hipokotil b. epikotil d. hypogeal 2. Proses

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma akibat sengatan listrik merupakan jenis trauma yang bisa berakibat fatal bagi manusia karena mempunyai nilai resiko kematian yang tinggi. Sekitar 50% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada sistem biologik sehingga menimbulkan gangguan fungsi sistem itu bermanifestasi

Lebih terperinci

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN A. Tujuan Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin. B.

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Mikrosirkulasi Pada Katak yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : 60

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Mikrosirkulasi Pada Katak yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : 60 LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (MIKROSIRKULASI PADA KATAK) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia. Tujuan Pembelajaran 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia. 2. Dapat menjelaskan fungsi jantung dalam sistem peredaran darah. 3. Dapat menjelaskan fungsi pembuluh

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Apersepsi Kegiatan Siswa menarik napas kemudian menghembuskan napas Pertanyaan Melalui kegiatan bernapas yang telah kamu lakukan, dapatkah kamu memprediksikan organ apa

Lebih terperinci

Zat Cair. Gas 12/14/2011

Zat Cair. Gas 12/14/2011 Fluida adalah zat yang dapat mengalir atau sering disebut Zat Alir. Jadi perkataan fluida dapat mencakup zat cair atau gas. Dewi Baririet Baroroh Basic Science of Nursing 1 Free FIKES Powerpoint UMMTemplates

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU A. PENDAHULUAN

BAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU A. PENDAHULUAN BAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU A. PENDAHULUAN Bronchus, jaringan paru, dan pleura merupakan komponen dari paru-paru. Perubahan-perubahan pada jaringan ini akan dapat menimbulkan perubahan fungsi dan struktur

Lebih terperinci

MICROSCOPIC EXAMINATION OF LUNG SECRETION ON SUSPECTED DROWNING CORPSE AT SANGLAH HOSPITAL IN 2010

MICROSCOPIC EXAMINATION OF LUNG SECRETION ON SUSPECTED DROWNING CORPSE AT SANGLAH HOSPITAL IN 2010 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK GETAH PARU PADA JENASAH YANG DIDUGA TENGGELAM DI RSUP SANGLAH TAHUN 2010 I. A. Yuniaryaningsih. S Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 2/17/2016 2 2/17/2016 3 2/17/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 117 menyatakan Seseorang dinyatakan mati apabila

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Prinsip dasar sistem sirkulasi Hanya dapat berlangsung jika ada pompa (satu atau lebih) dan saluran di mana darah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMAN 1 SUMBER Mata Pelajaran : BIOLOGI Kelas / Semester : XI/2 Topik : SISTEM RESPIRASI Sub Topik : SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA Pertemuan Ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup untuk dapat menjalankan segala aktivitasnya. Pengaruh air sangat luas bagi kehidupan, khususnya untuk makan dan minum. Orang

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Kegiatan menginhalasi dan mengekshalasi udara dengan tujuan mempertukarkan oksigen dengan CO2 = bernafas/ventilasi Proses metabolisme selular dimana O2 dihirup, bahan2 dioksidasi,

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN EPIDEMIOLOGI

EMBOLI AIR KETUBAN EPIDEMIOLOGI EMBOLI AIR KETUBAN EPIDEMIOLOGI Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam kehamilan. Kondisi ini amat jarang 1 : 8000-1 : 30.000 dan sampai saat ini mortalitas

Lebih terperinci

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( ) 1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kependidikan, yang pada dasarnya belajar merupakan proses menuju perubahan yang lebih baik.

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit IK OlehM Dr.Ir.Morina Riauwaty, IN Biol, MP 13 Dipl. 1 Peranan air dalam tubuh MH Otak: tubuh yang terhidrasi baik akan membuat daya ingat lebih tajam, mood stabil R ULlebih baik dan motivasi Jantung:

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Oleh karena itu ilmu kedokteran forensik bermanfaat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Oleh karena itu ilmu kedokteran forensik bermanfaat bagi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Kedokteran Forensik di Indonesia sangat maju seiring dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu ilmu kedokteran forensik bermanfaat bagi kepentingan keadilan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

MATI. Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan lagi Ada beberapa istilah :

MATI. Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan lagi Ada beberapa istilah : THANATOLOGI DEFINISI Berasal dari kata thanatos : yang berhubungan dengan kematian, logos : ilmu Thanatologi : ilmu yang mempelajari tentang kematian dan peruahan yang terjadi setelah kematian serta faktor

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) Disusun oleh : Aida Fitriah (1110016100006) Musliyadi (1110016100025) Qumillailah (1110016100026) Izkar Sobhah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian menurut World Health Organization (WHO) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian menurut World Health Organization (WHO) merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kematian menurut World Health Organization (WHO) merupakan hilangnya tanda kehidupan secara permanen yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4 1. Pasang yang tepat antara alat ekskresi dan zat yang dikeluarkan adalah... Hati menghasilkan hormon Paru-paru mengeluarkan uap air

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

Bahan Berbahaya penyebab keracunan

Bahan Berbahaya penyebab keracunan NIKEN ANDALASARI Bahan Berbahaya penyebab keracunan: 1. Pestisida (insektisida, rodentisida, herbisida) 2. Bahan kimia industri 3. Bahan kimia rumah tangga (pemutih, detergen, anti karat, dsb) 4. Overdosis

Lebih terperinci