BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Peran Orang Tua Pengertian Peran Orang Tua Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Peran adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di dalam masyarakat, atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam sesuatu peristiwa (Depdikbud, 2005:854). Menurut Natawidjaya (2010:40), peran adalah kesediaan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan-kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respons terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. Kesediaan ini mungkin dinyatakan dalam kegiatan (perbuatan ataupun perkataan) atau merupakan kekuatan laten yang kadang-kadang tersalurkan. Adapun orang tua dapat diartikan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu sehingga siap berasosiasi dengan kehidupan bermasyarakat. (Syafei, 2006:15). Pengertian orang tua tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah 8

2 9 tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua anak) sekaligus. Namun secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka, (Rahman, 2006;15). Peranan orang tua yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah keikutsertaan orang tua dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keberagamaan sehingga semua yang diharapkan untuk keberhasilan pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-undang sistem pendidikan nasional dapat dicapai secara optimal. Seperti halnya keadaan ataupun kondisi, peranan memiliki mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap seseorang. Orang tua misalnya jika pandangannya terhadap pendidikan kurang memadai, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, maka hal ini jelas akan mempengaruhi peranannya terhadap anak yang mengikuti pendidikan. Rendahnya peranan orang tua terhadap pendidikan anak dapat saja disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan pendidikan dan arti pentingnya bagi manusia.

3 10 Orang tua dalam sebuah keluarga merupakan figur pertama dan utama yang diharapkan memiliki peran mendidik sekaligus sebagai kunci berhasil tidaknya anak dalam kehidupannya. Secara sederhana orang tua yang membebani tanggung jawab berat ini, setidaknya diharapkan memiliki kepedulian dalam wujud keterlibatan yang positif terhadap proses pendidikan anak-anaknya. Mengingat anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga maka tanpa harus ada yang memerintahkan, orang tua langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik yang bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini merupakan tugas kodrati dari tiap-tiap manusia. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam pendidikan anak-anaknya. Anak adalah cikal bakal generasi penerus bangsa yang harus dibina, dikembangkan dan diarahkan pertumbuhan dan perkembangannya. Harapan ini seidentik dengan esensi pendidikan luar sekolah, sebagai proses pendidikan yang berlangsung kapan saja, di mana saja dan oleh siapa saja, sesuai dengan kondisi latar belakang masyarakat (Al Ghazali, 2006: 32). Rochmat dan Solehuddin (2008: 197) mengatakan bahwa, sejak lama, keluarga dikenal sebagai lingkungan pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keberagamaan.

4 11 Radin (2006: 92) menjelaskan bahwa hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya dapat berkisar pada: memberikan ganjaran dan hukuman, perintah langsung, menyatakan peraturan, nalar dan menyediakan fasilitas atau bahan dan adegan. Keseluruhan konsep perlakuan ini dapat bermakna mendidik anak dalam lingkungan keluarga sekaligus menjadikan proses keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Kepedulian orang tua maupun keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sangat penting demi kelangsungan dan suksesnya pendidikan anakanaknya. Salah satu bentuk dan wujud nyata keterlibatan dan kepedulian orang tua yang sangat besar sekali manfaatnya adalah menumbuh suburkan nilai-nilai positif pada diri anak. Roesmali (2001: 21) menyatakan bahwa hubungan orang tua dengan anak merupakan interaksi awal yang dirasakan anak. Dikatakan interaksi awal karena orang yang pertama kali dikenal dan berada didekatnya adalah orang tuanya. Sikap anak terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh peranan orang tuanya. Itulah sebabnya, orang tua yang memiliki pemahaman yang baik terhadap pendidikan akan selalu menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak, sehingga pemenuhan kebutuhan ruhani anak akan dapat terpenuhi dengan baik. Sebaliknya, orang tua yang memandang pendidikan dengan sikap negatif akan berdampak pada kebodohan, kegagalan dan keterbelakangan.

5 12 Mengingat anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga tanpa harus ada yang memerintahkan, maka hal ini membuktikan bahwa orang tua memikul tugas langsung sebagai pendidik, baik yang bersifat sebagai pemelihara, pengasuh, pembimbing, pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Norma-norma pada anggota-anggota keluarga, baik ayah ibu maupun kakak-kakaknya dapat berpengaruh terhadap anak. Maka orang tua di dalam keluarga memiliki kewajiban kodrati untuk memperhatikan anak-anaknya serta mendidiknya, sejak anak-anak itu kecil, bahkan sejak anak-anak itu masih dalam kandungan. Jadi tugas orang tua mendidik anak-anaknya itu terlepas sama sekali dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang legal. Bahkan menurut Al Ghozali, (2006:179). Anak adalah suatu amanat Tuhan kepada ibu bapaknya. Kebiasaan orang tua dan anggota keluarga dalam hal kesusilaan/akhlak menjadi sebuah tuntunan yang harus dijaga dan dibudayakan dalam keluarga agar bisa ditiru oleh anak-anak baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Lebih dari itu terdapat juga pertalian emosional antara anak dengan orang tua tanpa harus dipelajari atau diberi bimbingan, misalnya turut berduka cita jika orang tuanya berduka cita dan akan merasa bahagia jika orang tuanya berbahagia. Begitulah keadaan saling pengaruh-mempengaruhi antara anak dengan orang tuanya dan anggota keluarga lainnya, sampai kepada keadaan emosional.

6 13 Jelaslah bahwa keluarga dalam hal ini orang tua merupakan ajang pertama dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keberagamaan. Seorang anak akan menjadi warga masyarakat yang baik sangat bergantung pada sifat-sifat yang tumbuh dalam kehidupan keluarga di mana anak dibesarkan. Kelak, kehidupan anak tersebut juga mempengaruhi masyarakat sekitarnya sehingga pendidikan keluarga itu merupakan dasar terpenting untuk kehidupan anak sebelum masuk sekolah dan terjun pada masyarakat. Abimanyu (2008:32) untuk memenuhi tewujudnya kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keberagamaan sesuai dengan harapan, hendaklah orang tua meningkatkan peranannya terhadap pendidikan anak dengan upaya-upaya sebagai berikut; 1. Membimbing anak dalam belajar Sehubungan dengan membimbing anak dalam belajar yang dilakukan oleh orang tua Abimanyu (2008: 32) mengemukakan bahwa, dalam hal belajar anak memerlukan bantuan bimbingan dari orang dewasa dan lebih utama adalah orang tua. Jika orang tua tidak dapat melaksanakan tugas ini yang mungkin karena sibuk dengan pekerjaannya yang terlalu banyak, maka sang anak cenderung akan mengalami kegagalan. Dalam kaitannya dengan hal ini maka diharapkan orang tua memiliki sikap sebagaimana dimaksud. Anak yang memiliki motivasi belajar yang baik dari orang tua dengan penjadwalan kegiatan anak memiliki potensi

7 14 yang lebih banyak untuk berhasil ketimbang anak yang memiliki motivasi kurang. 2. Menyediakan fasilitas yang diperlukan anak dalam belajar Peran orang tua di samping sebagai pemberi motivasi terhadap anaknya hendaklah di sertai dengan upaya pemenuhan fasilitas belajar anak. Fasilitas tersebut misalnya pemenuhan terhadap buku-buku pelajaran agama, alat tulis menulis, pakaian ibadah, serta kelengkapan belajar dirumah seperti meja belajar dan lain-lain yang tentunya dapat saja disesuaikan dengan kondisi ekonomi atau kemampuan orang tua tanpa harus memaksakan diri. Demikian pentingnya peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keberagamaan. Hubungan orang tua dengan anak pada lingkungan keluarganya akan sangat membekas dan dapat bernilai pendidikan manakala arahan, bimbingan dan segala aktifitas orang tua dan seluruh anggota keluarganya dicerna dan menjadi karakter pembentuk sikap dan watak anak. Aswari (2010: 39) mengungkapkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan rohani anak, maka orang tua harus dapat melatih anak sejak kecil dengan kegiatan prilaku beragama dan cara-cara yang baik agar dengan hal itu akan bisa membekas dihati anak bila ia telah dewasa. Taufik (2007: 21) bahwa, dalam keluarga terdapat kesempatan untuk menumbuh suburkan nilai-nilai agama pada anak yang mendasari hubungan

8 15 antara manusia seperti ketulusan, percaya pada orang lain, rela membantu, rela berkorban saling menghargai dan saling mengasihi. Semua itu bertujuan agar kebutuhan rohani anak dapat terpenuhi sesuai yang diharapkan. Selanjutnya menurut Syaodih (2005:21) bahwa orang tua memiliki peran besar dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan. Di antara kebutuhan rohani anak yang harus menjadi perhatian utama dari orang tua adalah, keimanan yang istiqamah, ketulusan dalam beribadah, rela membantu orang lain, saling mengasihi, bersikap sabar, dan memiliki kecintaan beragama di atas segala-galanya Aly dan Munzir (2006:26) mengemukakan bahwa di antara bentuk peran orang tua di dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan sebagai berikut: a) Mendorong dan mengarahkan anak-anak agar aktif melaksanakan ibadah seperti; sholat, membaca Al-Qur an dan puasa, b) Mengarahkan agar anak-anak rajin kegiatan keagamaan, c) Menjadi imam bagi anak-anaknya ketika melaksanakan sholat di rumah, d) Mengarahkan dan memberi keteladanan kepada anak dengan bertutur kata yang sopan, berbuat yang jujur, bertindak yang benar, lemah lembut dalam bersikap, dan lain-lain, e) Membiasakan anak untuk selalu bekerja dan mandiri. f) Menanamkan nilai-nilai solidaritas dan rasa bertanggung jawab terhadap tugas yang diemban, g) Menanamkan seluruh nilai aqidah dan akhlak sebagaimana yang disebutkan dalam kitab suci Al-Qur an maupun Hadits. Bentuk peran orang tua yang disebutkan di atas meliputi upaya-upaya motivasi, mengarahkan kegiatan anak, membimbing dan mendidik anak

9 16 dengan nilai-nilai moral dan agama. Penciptaan suasana lingkungan yang luhur dan relegius di dalam rumah tangga. Dengan adanya peran orang tua dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegaiatan keagamaan, dengan sendirinya telah melaksanakan amanat Allah, serta telah menjalin kerja sama dengan seluruh pihak dalam membangun masyarakat yang berkepribadian luhur dan berakhlak mulia Peran Ibu dan Ayah dalam Menyediakan Kebutuhan Rohani Anak Melalui Kegiatan Keagamaan Peran ibu Peran ibu dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan dapat saja berbentuk perlakuan, pemberian contoh ketauladanan, pengarahan, kontrol dan penyediaan fasilitas untuk melaksanakan ibadah. Dalam sebuah rumah tangga keterlibatan ibu dalam menyediakan kebutuhan anak sangat berarti dan dapat menjadi faktor utama membangkitkan motivasi perilaku keberagamaan anak, karena kedekatan anak pada ibu melebihi kedekatannya pada ayah. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari. (Poerwanto, 2005:82) Seorang ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak ia lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu, ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak lebih mencintai ibunya apa bila ibunya menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal oleh seorang anak,

10 17 yang mula-mula menjadi temannya, dan mula-mula dipercayainya. Apa pun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan. Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, Poerwanto (2005:82) mirincikan bentuk dan tanggung jawab ibu terhadap pendidikan anak-anaknya sebagai berikut. a. Seorang ibu adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang. Hal ini dimaksudkan bahwa figur seorang ibu sangat berpengaruh terhadap pemenuhan rohani anak, karena bentuk pendidikan oleh seorang ibu terhadap anaknya selalu dilandasi dengan penuh rasa kasih sayang yang tidak hanya berlangsung sewaktu-waktu, melainkan sepanjang waktu. b. Seorang ibu memiliki tanggung jawab pengasuh dan pemelihara. Hal ini dimaksudkan bahwa secara kodrati seorang ibu tidak hanya berfungsi melahirkan anak-anaknya, akan tetapi pengasuhan dan pemeliharaan terhadap anak-anaknya hingga memiliki pertumbuhan jasmani dan rohani secara sempurnah menjadi tanggung jawab yang diemban oleh kaum ibu pada umumnya. c. Seorang ibu tempat mencurahkan isi hati anak-anaknya. Maksudnya bahwa hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya jauh lebih dekat dan akrab daripada seorang ayah. Sehingga terkadang tempat menyampaikan segala keluhan bagi seorang anak lebih banyak ditujukan kepada ibunya daripada ayahnya. Dalam kondisi seperti ini, maka seorang ibu sangat diharapkan mengetahui psikologi anak serta mampu menjawab semua keluhan dan memberikan kepuasan bagi anak. d. Seorang ibu memiliki tanggung jawab sebagai pengatur kehidupan dalam rumah tangga. Artinya segala aktivitas dalam pengaturan kehidupan rumah tangga terutama dalam segi keindahan dan kebersihan rumah dan pendidikan anak di dalam rumah menjadi tanggung jawab seorang ibu e. Seorang ibu memiliki tanggung jawab sebagai pendidik dalam segi emosional. Artinya seorang ibu diharapkan mampu mendidik emosional anak ke arah yang positif, agar dengan kondisi emosional tersebut anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menjalani berbagai persoalan kehidupan baik di masa kini maupun yang akan datang. Beradasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa, tanggung jawab seorang ibu terhadap pendidikan anak sangat besar dibandingkan dengan guru di sekolah atau manusia lainnya. Hal ini dikarenakan juga, karena

11 18 hubungan emosional anak dengan seorang ibu sudah terbentuk sejak masih di dalam kandungan sampai ketika anak terlahir ke dunia. Terlebih lagi interaksi anak dengan ibu durasi waktunya lebih besar dari yang lainnya Peran Ayah Dalam berbagai kasus nampak bahwa ayah dalam kedudukannya di lingkungan keluarga dipandang hanya sebagai sosok yang menyediakan seluruh keperluan hidup, sehingga tidak jarang ada di antara para ayah yang melalaikan atau melupakan tanggung jawabnya dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan. Atau dapat saja seorang ayah berkilah dengan alasan kesibukan mencari nafkah sehingga seluruh pengawasan dan tanggung jawab dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan dibebankan kepada ibu. Anggapan dan kasus di atas pada dasarnya tidak ada benarnya, bahkan dapat dikatakan salah karena sesungguhnya dalam prosesi pendidikan terlebih lagi dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan, keterlibatan dan peranserta seorang ayah. Poerwanto (2005:83) menyebutkan sedikitnya enam peranan ayah yang dominan dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan, sebagaimana dirincikan berikut ini ; a. Seorang ayah memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah bagi istri dan anak-anaknya. b. Seorang ayah memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang mampu memberi rasa aman dan nyaman bagi istri dan anak-anaknya.

12 c. Seorang ayah memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan istri dan anak-anaknya kepada perbuatan-perbuatan yang positif. d. Serang ayah memiliki tanggung jawab menyediakan segala kebutuhan primer dan sekunder bagi istri dan anak-anaknya. (Poerwanto, 2005:83) Keseluruhan tanggung jawab atau peranan orang tua yang disebutkan di atas pada dasarnya ada yang bersifat penciptaan kondisional yang mendukung suksesnya dalam menyediakan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan serta dapat dirasakan langsung manfaatnya dalam pendidikan anak, misalnya pendidik secara rasional dan sumber kekuasaan dalam rumah tangga dimana seorang ayah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak Kegiatan Keagamaan Pada hakikatnya kegiatan keagamaan bagi kehidupan anak merupakan rangkaian upaya memberdayakan anak menuju kedewasaan baik secara akal maupun moral agar mampu memahami dimensi-dimensi kemanusiaannya sekaligus mengenai sang penciptanya. Dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diikuti oleh anak, maka akan memberikan nilai pemahaman sekaligus pengamalan terhadap hakikat dirinya hamba (abdu) dan mengenal Tuhannya sebagai sang pencipta (khaliq), sehingga dia akan mampu mengaplikasikan fungsi manusianya sebagai sang pemelihara atau khalifah di muka bumi. (Rochmat dan Solehuddin, 2008:197) Kegiatan keagamaan pada agama Islam bermakna seluruh aktivitas yang berhubungan konsep syar i baik menyangkut hukum, ibadah, muamalah 19

13 20 dan akhlak yang dapat dijadikan kerangka berpikir dan bertindak oleh setiap orang yang menginginkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Atau dengan kata lain, kegiatan-kegiatan keagamaan Islam dapat dipahami sebagai wadah untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep ajaran Islam yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan atau landasan dalam berpikir dan bertindak, dengan tujuan utamanya adalah dapat mencapai pola hidup yang tidak bertentangan dengan tuntutan kehkhalifahannya di muka bumi. Menurut Nurcholis (dalam Azyumardi, 2007:34-40) kegiatan-kegiatan keagamaan yang perlu dikembangkan pada anak pada hakikatnya ada dua, yaitu menyangkut dimensi ketakwaan kepada Allah dan dimensi pengembangan rasa kemanusiaan. Untuk dimensi penanaman rasa taqwa kepada Allah Swt meliputi; Iman, Islam, Ihsan, Taqwa, Ikhlas, Tawakal, Syukur dan Sabar. Sedangkan dalam dimensi pengembangan rasa kemanusiaan meliputi; Silaturrahim, Persaudaraan, Persamaan Hak, Keadilan, Prasangka Baik, Rendah Hati, Menepati Janji, Lapang Dada, Dapat Dipercaya, Memiliki Keberanian, Hemat, dan Dermawan. Berikut ini penjelasan tentang bagianbagian dari kedua dimensi tersebut; a. Dimensi penanaman rasa taqwa kepada Allah Swt 1) Iman; yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak cukup hanya percaya kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan. 2) Islam; adalah meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan, yang kita yang dhaif ini tidak mungkin

14 mengetahui seluruh wujudnya. Sikap taat tidak absah dan tidak diterima Tuhan, kecuali jika berupa sikap pasrah kepada-nya. 3) Ihsan; yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau berada bersama dimanapun kita berada. Bertalian dengan ini,karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi kita, maka kita harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu yang sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengahtengah dan tidak dengan sikap sekedarnya saja. 4) Takwa; yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang di ridhai Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak di ridhai-nya. Takwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur atau alakhlak al-karimah. 5) Ikhlas; yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan sematamata demi memperoleh ridha atau perkenan Allah, dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap yang ikhlas orang akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karya lahirnya, baik pribadi maupun sosial. 6) Tawakkal; yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-nya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong kita dalam mencaridan menemukan jalam yang terbaik. Karena kita mempercayai atau menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakkal adalah suatu kemestian. 7) Syukur; yaitu sikap penuh rasa terima-kasih dan penghargaan, dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang di anugerahkan Allah kepada kita. 8) Sabar; yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-nya. Jadi sabar adalah sikap batin yang timbul karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup, yaitu Allah swt. b. Dimensi Kemanusiaan 1) Silaturahmi (silat al-rahim); yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga. 2) Persaudaraan (ukhuwwah); yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih antara sesama kaum beriman, yang intinya ialah hendaknya kita tidak mudah merendahkan golongan yang lain, kalau-kalau mereka itu lebih baik dari pada kita sendiri, tidak saling menghina, saling mengejek, banyak berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan suka mengumpat. 21

15 3) Persamaan (al-musawah); yaitu pandangan bahwa semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya, dan lain-lain adalah sama dalam harkat dan martabat. Tinggi rendah manusia hanya ada dalam pandangan tuhan, berdasarkan takwa masing-masing, dan hanya Tuhan yang tahu kadar takwa itu. 4) Adil ( ad l ); yaitu wawasan yang seimbang atau balanced dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang, dan seterusnya. Jadi tidak a priori menunjukkan sikap positif ataupun negatif. Sikap kepada sesuatu atau seseorang dilakukan hanya setelah mempertimbangan segala segi tentang sesuatu atau seseorang tersebut secara jujur dan seimbang, dengan penuh itikad baik dan bebas dari prasangka. 5) Baik sangka (husnuzhzhan); yaitu sikap penuh baik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa menusia itu pada asal dan hakikat aslinya baik, karena diciptakan Allah dan dilahirkan atas fitrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia itupun pada hakikat aslinya adalah makhluk yang berkecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan (hanif). 6) Rendah hati (tawadlu ); yaitu sikap yang timbuh karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah, maka tidak sepantasnya manusia mengklaim kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik dan perbuatan yang baik, yang itupun hanya Allah yang akan menilainya. 7) Tepat janji (al-wafa) ; salah satu sifat orang-orang yang benar- benar beriman ilah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. Dalam masyarakat dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas, sikap tepat janji, lebih-lebih lagi merupakanunsur budi luhur yang amat diperlukan dan terpuji. 8) Lapang dada (insyirah); yaitu sikap penuh kesediaan menghargai orang lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya. Sikap terbuka dan toleran serta kesediaan bermusyawarah secara demokratis terkait erat sekali dengan budi luhur, lapang dada ini. 9) Dapat dipercaya (al-amanah, amanah ); salah satu konsekuensi iman ialah amanah atau penampilan yang dapatdipercaya. Amanah sebagai budi luhur adalah lawan dari khianat yang amat tercela. Keteguhan masyarakat memerlukan orang para anggotanya yang terdiri dari pribadi-pribadi yang penuh amanah dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. 10) Perwira ( iffah atau ta affuf); yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong, dan tidakmudah menunjukkan sikap memelas atau iba dengan maksud mengundang belas kasihan orang lain dan mengharapkan pertolongannya. 11) Hemat (Qawamiyyah); yaitu sikap tidak boros (israf) dan tidak pula kikir (qatr) dalam menggunakan harta, melainkansedang (qawam) 22

16 antara keduanya. Al-Qur an menggambarkan bahwa orang yang boros adalah teman setan yang menentang Tuhannya. 12) Dermawan (al-munfiqun), menjalankan infaq); yaitu sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama mereka yang kurang beruntung (para fakir miskin dan yang ter-belenggu oleh perbudakan dan kesulitan hidup lainnya (raqabah) dengan mendermakan sebagian harta benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab mereka tidak akan memperoleh kebajikan sebelumm endermakan sebagian dari hartanya yang dicintainya itu. Berdasarkan kedua dimensi kehidupan yang merupakan ciri dari nilainilai Islam yang perlu dikembangakan pada kegiatan-kegiatan keagamaan sebagaimana tersebut di atas, bertujuan agar dalam pribadi anak tertanam jiwa ketauhidan dan akhlakul karimah. Dengan dasar itu, maka akan terbentuk pribadi anak yang mampu mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai keagamaan serta terpenuhinya kebutuhan rohani anak. Sejalan dengan hal tersebut di atas, menurut Darajat (2006:84), tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak adalah untuk membuat anak tersebut menjadi insan kamil dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT. Sehingga itu Darajat (2006:84-85) menambahkan, bahwa dalam pelaksanaan penanaman nilaikegiatan keagamaan pada anak harus diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkat ketaqwaan kepada Allah swt. 2) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam rangka mempertinggi akhlak, memperkuat mental dan moral manusia Indonesia. 3) Menghindari kecenderungan pendangkalan dan pengerdilan pemahaman dan kehidupan spritual keagamaan. 4) Menjunjung tinggi martabat manusia. 23

17 5) Membina persatuan dan kesatuan bangsa. 6) Meningkatkan peranan agama sebagai pemberi motivasi dan juga semangat pembangunan serta sebagai penggerak dan pengarah potensi umat beragama untuk pembangunan nasional. 7) Menanggulangi dampak negatif dari proses modernisasi yang berbentuk praktek-praktek kultural yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. 8) Mengimbangi dan mengadakan adaptasi dalam proses modernisasi dalam bentuk pengembangan pikiran-pikiran ilmiah dalam cara menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Untuk dapat mencapai tujuan dimaksud yakni membina dan menyempurnakan pertumbuhan dan kepribadian anak, menurut Waluyo (dalam Taufik, 2007:4), ada dua aspek penting yang perlu dilakukan oleh orang tua yaitu: Pertama, aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada anak). Tugas orang tua dalam hal ini adalah : a) menyadarkan anak didik tentang adanya Allah Swt dan membiasakan anak didik untuk melakukan perintah Allah Swt dan meninggalkan larangan-nya. b) memberikan keteladanan sehingga anak terlatih untuk melakukan ibadah dengan praktekpraktek agama dan membawa dekatnya jiwa anak kepada keimanan; c) membiaskan anak untuk berlaku sopan santun dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran akhlak, serta; d) menjadikan diri anak untk bisa terterima secara positif di tengah-tengah kehidupan keluarga dan masyarakat. Kedua, aspek pengajaran nilai-kegiatan keagamaan pada anak. Orang tua dalam hal ini terlebih dahulu mengetahui secara utuh tentang nilai-kegiatan keagamaan yang akan diajarkan kepada anak agar keimanan kepada Allah SWT yang nantinya akan dimiliki anak menjadi sempurna. Orang tua harus mampu menunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan 24

18 25 untuk dilakukan, dan apa yang dianjurkan untuk ditinggalkan sesuai dengan ajaran agama. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Tua dalam Memenuhi Kebutuah Rohani Anak Menurut Sjarkawi (2006:16-18) faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memenuhi kebutuhan rohani anak dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut adalah penjelasan kedua faktor tersebut: 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Faktor internal tersebut dapat berupa; kondisi kesehatan, emosional, intelegensi, pengamalan ajaran agama bagi orang tua, serta hal-hal lain berupa akhlak dan karakter orang tua. Beradasarkan uraian di atas, maka orang harus memperhatikan anakanaknya serta mendidik mereka sejak kecil, bahkan sejak anak-anak itu masih dalam kandungan. Jadi tugas orang tua mendidik anak-anaknya itu terlepas sama sekali dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang

19 26 pendidikan yang legal. Bahkan menurut Ghozali (2006:37) Anak adalah suatu amanat Tuhan kepada ibu bapaknya. Bahkan hal yang paling penting sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak adalah kebiasaan orang tua hal kesusilaan/akhlak yang ada dalam keluarga. Lebih dari itu terdapat juga pertalian emosional antara anak, orang tua dan anak-anaknya, yakni turut berduka cita jika orang tuanya berduka cita dan akan merasa bahagia jika orang tuanya berbahagia. Begitulah keadaan saling pengaruh-mempengaruhi antara anak dengan orang tuanya dan anggota keluarga lainnya, sampai kepada keadaan emosional. Jelaslah bahwa keluarga itu merupakan ajang pertama di mana sifatsifat kepribadian muslim anak bertumbuh dan terbentuk. Seorang anak akan menjadi warga masyarakat yang baik sangat bergantung pada sifat-sifat yang tumbuh dalam kehidupan keluarga di mana anak dibesarkan. Kelak, kehidupan anak tersebut juga mempengaruhi masyarakat sekitarnya sehingga pendidikan keluarga itu merupakan dasar terpenting untuk kehidupan anak sebelum masuk sekolah dan terjun pada masyarakat. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual

20 27 seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya. Purwanto (2005:160) menyebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memenuhi kebutuah rohani anak, terbagi dalam 3 faktor, yakni: (1) Faktor Biologi atau seringkali disebut faktor fisiologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani. Keadaan fisik seseorang memegang peranan penting dalam perilakunya; (2) Faktor sosial yaitu masyarakat. Yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Termasuk juga disini tradisitradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu; (3) Faktor kebudayaan, dalam faktor kebudayaan aspek yang mempengaruhi pembentukan perilaku nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat, adat dan tradisi, pengetahuan, ketrampilan, dan bahasa. Perilaku orang tua dalam mendidik dan membesarkan anaknya pada gilirannya juga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuah rohani anak. Pemenuhan kebutuah rohani anak melalui kegiatan keagamaan menghendaki orang tua di lingkungan rumah tangga bertindak sebagai teman yang dapat bekerja sama dengan anak-anak mereka dalam menyelesaikan segala tugas guna memperbaiki keadaan sosial maupun fisik. Perilaku orang tua sebagai pengamat yang menggunakan sudut pandang menyeluruh dan objektif akan membantu cara berpikir akhlak anak ke arah yang luas, objektif, dan menyeluruh.

21 28 Itulah sebabnya, faktor yang terpenting bagi orang tua adalah perilakunya yang bisa diteladani anak. Dalam hal ini, menurut Daradjat (2000:16) hendaknya setiap orang tua selalu terbuka dan menyadari dorongan yang mendasari tindakannya karena dorongan ini akan sangat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan rohani anak. Secara tulus orang tua dapat berusaha membelajarkan anaknya dan mendidik mereka untuk memiliki perilaku keberagamaan dan akhlak yang baik. Dalam rangka upaya pemenuhan kebutuah rohani anak pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan psikomotor. Menurut Sjarkawi (200618) dalam upaya pemenuhan kebutuah rohani anak anak ada tiga unsur yang diperhatikan yaitu: 1. Unsur kognisi diantaranya: pertama, orang tua meyakini bahwa anak sebagai makhluk sosial yang sedang berkembang sarat dengan masalah etika dan akhlak; kedua, orang tua harus memahami bahwa anak dapat belajar dari berbagai sumber, termasuk orang tua yang penuh dengan muatan etika dan akhlak untuk diteladani; ketiga, orang tua harus memahami bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua mampu memberikan manfaat pada anak karena didasarkan pada etika dan akhlak; keempat, orang tua memiliki pertimbangan dan pemikiran yang cermat, jernih, teliti, manusiawi, dan penuh tanggung jawab, dan dilandasi etika akhlak akan mampu membelajarkan anak menuju pada pencapaian tujuan yang telah dicapai. 2. Unsur-unsur kognisi tersebut di atas dapat diturunkan kedalam pola prilaku afektif di antaranya sebagai berikut: pertama, memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap kehidupan manusia yang penuh muatan etika dan akhlak; kedua, berupaya sesuai dengan keahlian yang dimiliki, ikut mengimplementasikan dan mengembangkan secara optimal etika dan akhlak pada anak secara propesional; ketiga, berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimiliki untuk membelajarkan anak dengan dilandasi etika dan akhlak; keempat, bersikap positif terhadap pentingnya etika dan akhlak dan diwujudkan dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran di sekolah.

22 3. Penyikapan secara afeksi tersebut dapat secara nyata diwujudkan dalam bentuk psikomotor, yang di antaranya sebagai berikut: pertama, orang tua harus memperlihatkan sifat-sifat kesedehanaan, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, serta harus penuh rasa tanggung jawab; kedua, orang tua bersifat terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan kepadanya; ketiga, orang tua harus menghormati harkat dan hak-hak pribadi anak; keempat, orang tua dalam proses pembelajaran tidak membeda-bedakan anaknya dengan dalih apapun; kelima, orang tua harus mengutamakan penampilan yang prima secara fisik, mudah tersenyum, dan secara psikis berperilaku empatik, simpatik, dan tutur bahasa yang jelas, baik dan benar serta santun; keenam, sekolah dan orang tua dapat menciptakan iklim yang kondusif (bersih, indah, asri, nyaman, dan taat melaksanakan) sehingga daripadanya anak dapat meneladaninya. Bagi orang tua motivasi dalam pemenuhan kebutuah rohani anak melalui kegiatan keagamaan dilakukakan di samping yang disebutkan diatas, sistem pendidikan yang paling menonjol adalah aspek sistem ibadahnya. Hubungan terus menerus dengan Allah merupakan proses pendidikan Islam. Menurut Aly dan Munzir (2003:156) bahwa pelaksanaan kebaikan yang hakiki tidak dapat dijamin tanpa hubungan yang hidup antara individu dan penciptanya. Demikian pula penegakan kebenaran dan keadilan baru dapat dijamin manakala semua manusia sama-sama berorientasi pada Allah swt. baik ketika sendirian maupun ketika berkumpul, baik ketika beribadah maupun ketika bekerja, baik dalam suasana damai maupun perang, dan baik dalam tingkah laku sehari-hari maupun kehidupan biasa. Dari prinsip-prinsip di atas terlihat hubungan yang erat antara akhlak mulia dan kosep ibadah dalam pendidikan Islam. Semua itu berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, dan gaya hidup anak. Keluhuran akhlaq merupakan menifestasi hakikat dan inti sistem pendidikan Islam. Sistem 29

23 30 berpikir dan sistem aktifitas; semuanya berjalan seiring bersama dasar-dasar pendidikan yang integral dan seimbang. Konsep ibadah berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan rohani. Konsep ibadah berpusat pada prinsip dasar penting bahwa manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-nya yang memikul amanat risalah dan menjalankan syariat-nya. Konsep ibadah dan prinsip dasar bahwa manusia adalah khalifah Allah swt. di muka bumi berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuah rohani anak melalui kegiatan keagamaan. Fungsi aqidah yang pertama ialah membantu fitrah dan mengarahkan kearah yang lurus sementara tujuan yang utama ialah membantu fitrah dalam menemukan jalan menuju Allah swt. Demikian ibadah merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mengarahkan pemenuhan kebutuhan rohani anak yang berorientasi pada kegiatan keagamaan baik bermanfaat untuk dirinya maupun untuk kemaslahatan orang banyak. Atau dengan kata lain, ibadah-ibadah pada umumnya merupakan daya pendorong bagi anak untuk menghadapi kehidupan nyata dengan segala problem dan rintangannya, di samping merupakan daya penggerak untuk merealisasi kebaikan bagi dirinya dan masyarakatnya Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan ialah mempersiapkan manusia yang beribadah (al-insan al- abid) serta memiliki sifat-sifat ibad al-rahman, seperti berbuat baik dan berusaha mencari rizki.

24 31 Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dibutuhkan untuk bekerja seperti keterampilan, pengetahuan, dan tingkah laku hendaknya dicontohkan melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dalam hal memenuhi kebutuhan rohani anak. Upaya pemenuhan kebutuhan rohani anak melalui kegiatan keagamaan akan dapat diwujudkan dengan baik apabila orang tua memiliki perilaku terpuji yang dapat diteladani oleh anak-anaknya. Perilaku orang tua tidak hanya menjadi dasar baginya untuk rajin ibadah atau bertingkah laku yang berakhlak, tetapi juga sekaligus menjadi model keteladanan bagi para anaknya untuk dicontoh dan dikembangkan.

25 32

26 33

27 34

Pendidikan dan Kompetensi

Pendidikan dan Kompetensi Modul ke: Pendidikan dan Kompetensi Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Perspektif Islam tentang Pendidikan Pendidikan meliputi keseluruhan tingkah laku manusia yang dlakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Masih Spiritualitas Bisnis

Masih Spiritualitas Bisnis c Prestasi, bukan Prestise d Masih Spiritualitas Bisnis Oleh Nurcholish Madjid Dalam uraian mengenai spiritualitas bisnis pekan lalu, kita menyadari bahwa adanya kombinasi antara ihsān dan itqān dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh I. PENDAHULUAN A..Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Keharmonisan Pada Pasangan Menikah Yang Belum Mempunyai Keturunan. Keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 A. Analisis Terhadap Konsep Pendidikan Keluarga Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA 4.1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT Pada bab ini, peneliti akan menganalisis kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut

Lebih terperinci

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan 88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid Salah satu kebenaran pokok dalam kehidupan adalah bahwa setiap keberhasilan senantiasa menuntut semangat pengorbanan. Tanpa semangat itu, keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehiduan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak proses menuju perkembangan manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat bagaimana kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( ) Kelompok 5 1. Azizatul Mar ati (14144600200) 2. Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) 3. Nurul Fitria Febrianti (14144600175) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD Pencapaian Proses pendidikan yang berkarakter dalam kitab At-Tahliyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan sebagai tuntutan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi bukan karena sendirinya, tetapi ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia untuk mengabdi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini, BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan

Lebih terperinci

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

AKHLAK PRIBADI ISLAMI AKHLAK PRIBADI ISLAMI Modul ke: 06Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi Salah satu kunci sukses di dunia dan akhirat karena faktor

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses terencana untuk menyiapkan anak didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses terencana untuk menyiapkan anak didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses terencana untuk menyiapkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari, yang mana dalam aplikasinya pasti bersangkut paut dengan bagaimana cara seseorang ber interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus ditunaikan. Jika ada

Lebih terperinci

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA Diterbitkan oleh Yayasan LBH Indonesia Jakarta, 1986 KETETAPAN No. : TAP 01/V/1985/YLBHI T e n

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDIDIKAN AKHLAK PRESPEKTIF PARA AHLI DAN KH. HASYIM ASY ARI DALAM KITAB ADABUL ALIM WAL MUTA ALLIM

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDIDIKAN AKHLAK PRESPEKTIF PARA AHLI DAN KH. HASYIM ASY ARI DALAM KITAB ADABUL ALIM WAL MUTA ALLIM BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDIDIKAN AKHLAK PRESPEKTIF PARA AHLI DAN KH. HASYIM ASY ARI DALAM KITAB ADABUL ALIM WAL MUTA ALLIM A. Persamaan Konsep Pendidikan Akhlak Prespektif Para Ahli dengan KH.

Lebih terperinci

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB IV PERILAK TERPUJI BAB IV Standar Kompetensi (Akhlak) 4. Membiasa kan Perilaku Terpuji Kompetensi Dasar 4.1 Menjelaskan pengertian tawadlu, taat, qana ah, dan sabar. 4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu, taat,

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN KONSEP RABBANI DALAM PENINGKATAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB IV PENGEMBANGAN KONSEP RABBANI DALAM PENINGKATAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 78 BAB IV PENGEMBANGAN KONSEP RABBANI DALAM PENINGKATAN KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Hubungan Konsep Rabbani dengan Kepribadian guru Sebagaimana telah dimaklumi bahwa pada hakikatnya seorang

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

BAB IV PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA AWAL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK

BAB IV PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA AWAL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK BAB IV PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA AWAL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK A. Urgensi Pendidikan Akhlak dalam Keluarga terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Seperti yang telah dijelaskan di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam 204 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai Pendidikan Kepribadian Dan Pembinaan Mental Spiritual Melalui Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA 4.1. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Di Panti Wredha Sultan Fatah Demak Panti

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 234 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Secara umum kondisi lingkungan keagamaan keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal dan kegiatan keagamaan remaja berada pada tingkat kurang kondusif. Secara rinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN 74 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah YMI Wonopringgo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun 1. Pengertian hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun Perilaku sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL 71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa semua data untuk menjawab pertanyaan yang

Lebih terperinci

Modul ke: Akhlak Islami. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Akhlak Islami. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Akhlak Islami Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 156 A. Simpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan diambil dari analisis dan penafsiran terhadap hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada Bab I. Oleh karena itu, kesimpulan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadapkarakteranak didik,karena guru itu menjadi ikutan dan contoh teladan murid.mereka contoh perkataan

Lebih terperinci

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI REVIEW Modul ke: Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas EKONOMI Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Akhlak Sosial Islami Manusia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran beribadah siswa Perencanaan yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM Keinginan seorang guru untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang pintar, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin i Topik Makalah Keluarga Adalah Miniatur Perilaku Budaya Kelas : 1-ID08 Tanggal Penyerahan Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini berisikan uraian kesimpulan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu diajukan beberapa rekomendasi yang telah berpedoman pada hasil penelitian untuk

Lebih terperinci

MENANGKAP PELUANG BISNIS BERDASARKAN KISAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW

MENANGKAP PELUANG BISNIS BERDASARKAN KISAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW KARYA TULIS ILMIAH MENANGKAP PELUANG BISNIS BERDASARKAN KISAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW Oleh : Nama: Zidnii Ilma Nafi a NIM : 11.12.5375 Kelas : S1-SI-01 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar 87 BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar Abdul Malik Fadjar mengibaratkan Hubungan Islam dan pendidikan seperti dua

Lebih terperinci

Hakikat Manusia Menurut Islam

Hakikat Manusia Menurut Islam Hakikat Manusia Menurut Islam Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi adanya pemilihan bahan ajar yang ditentukan kurang menyesuaikan daya kemampuan

Lebih terperinci

Ramah adalah sesuatu yang berhubungan dengan senyum dan sapaan hangat.

Ramah adalah sesuatu yang berhubungan dengan senyum dan sapaan hangat. MOTTO Kelurahan yang BAROKAH - Berkualitas Berkualitas artinya bermutu (baik) Seluruh aparatur dan masyarakat Kelurahan Benteng harus mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik, kaya akan ilmu serta mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh

Lebih terperinci

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA OBJEKTIF Membincangkan peranan manusia dan faktor kemuliaannya. Menjelaskan matlamat penciptaan manusia. Membincangkan etika dan nilai manusia

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin Contoh Proposal Disertasi KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin A. Latar Belakang Masalah Telah menjadi pendapat umum bahwa pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain. Manusia membutuhkan kerjasama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Kesalehan Sosial Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Secara bahasa makna kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KAJIAN FILOSOFIS DAN TEORITIS TENTANG PEMBELAJARAN BERBASIS HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA INDONESIA Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd, Dipl.Ed Staf Sekretariat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, BAB II IBU DAN ANAK 2.1 Arti Ibu Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling. Menurut Muchtar (2005:43) keluarga adalah unit terkecil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling. Menurut Muchtar (2005:43) keluarga adalah unit terkecil dari 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Keluarga 1. Pengertian Keluarga Muslim Ditinjau dari sudut pandang pedagogis, ciri khas suatu keluarga ialah bahwa keluarga itu merupakan persekutuan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan yang religius pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai 69 BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai Rehabilitasi Data hasil penelitian lapangan memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pada awal anak tuna netra

Lebih terperinci