BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengendalian Intern Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan dipatuhinya kebijakan pimpinan. Tujuan sistem pengendalian internal berdasarkan definisi tersebut adalah

2 untuk: 1. Menjaga kekayaan organisasi 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Menurut tujuannya Sistem Pengendalian Internal dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pengendalian Internal Akuntansi Pengendalian ini meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek ketelitian data akuntansi. Pengendalian internal akuntansi yang baik akan menjamin keamanan dari kekayaan para investor dan kreditor dengan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Sebaliknya, pengendalian intern yang lemah menyebabkan tidak dapat terdeteksinya kecurangan/ketidakakuratan proses akuntansi sehingga bukti audit yang diperoleh dari data akuntansi menjadi tidak kompeten (Noviyanti, 2004). 2. Pengendalian Internal Administratif Pengendalian ini meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan, terutama efisiensi dan kepatuhan atas kebijakan pimpinan. Inti dasar dari Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah terciptanya suatu Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang dapat mewujudkan suatu praktek-praktek good governance. Langkah pertama yang diamanahkan di dalam PP ini adalah memahami terlebih dahulu konsep dasar pengendalian intern. PP 60/2008 tentang SPIP ini sebenarnya murni mengadopsi pendekatan dari GAO

3 yang menginduk kepada COSO. Konsep ini menekankan kepada 5 unsur pengendalian intern, yakni: 1. Lingkungan Pengendalian (Environment Control) 2. Penilaian Resiko (Risk Valuation) 3. Pengendalian Aktifitas (Activity Control) 4. Informasi dan Komunikasi (Communication and Information) 5. Pemantauan (Monitoring) Berkaitan dengan pengaruh pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan, pengaruh pengendalian intern secara langsung ataupun tidak langsung akan terpapar dalam laporan keuangan. Jika pengendalian intern suatu organisasi baik, maka akan baik pula yang hasil yang didapat, namun jika pengendalian internnya buruk maka akan buruk pula hasilnya. Hal tersebut selaras dengan yang ditulis oleh Tuanakotta (2012) dalam buku Audit Berbasis ISA (International Standar on Auditing) yang menyatakan bahwa pengendalian intern bertujuan membuat laporan keuangan bebas dari salah saji yang material, yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun kecurangan (fraud). Meskipun laporan keuangan hanya merupakan output dari sebuah proses pelaporan keuangan, namun laporan keuangan dapat dikatakan sebagai representasi kinerja manajemen publik selama tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya, sebab sejatinya di dalam pengendalian intern terdapat proses, kebijakan dan prosedur yang dirancang oleh manajemen publik untuk memastikan pelaporan keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka standar akuntansi pemerintahan yang berlaku.

4 Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, terdapat lima unsur penting di dalam pengendalian intern. Dari kesemua komponen di atas, lingkungan pengendalian (environment control) merupakan dasar dari semua komponen, karena pengaruhnya yang mendalam dan menyeluruh (pervasif). Meski tidak berpengaruh langsung pada laporan keuangan, namun komponen ini dapat mempengaruhi komponen lainnya dalam menentukan kualitas laporan keuangan. Dalam penilaian risiko (risk valuation), perlu dilakukan pengidentifikasian risiko yang menyangkut salah saji material, bisa disebabkan oleh kesalahan (error) ataupun kecurangan (fraud). Sebagai contoh, jika laporan keuangan dibuat oleh SDM aparatur yang tidak berkompeten maka bisa menimbulkan risiko terjadinya salah saji material, yang dapat mempengaruhi nilai dan akurasi dari laporan keuangan secara spesifik ataupun pervasif. Menurut Tuanakotta (2012), kesalahan-kesalahan yang berisiko terjadi yakni laporan keuangan yang tidak andal (risiko pervasif), salah saji ketika menyiapkan laporan keuangan (risiko pervasif), dan transaksi yang tidak diolah atau dicatat dengan akurat. Selanjutnya, komponen pengendalian intern yang ketiga adalah sistem informasi dan komunikasi (information and communication). Menurut Modul Program Non Gelar Auditor Sektor Publik STAN (2007), komponen pengendalian sistem informasi merupakan pengendalian yang diarahkan pada proses pengolahan data hingga menjadi informasi, meliputi aktivitas pengumpulan data/dokumen, pemilahan/sortasi data, pengelompokan, pencatatan, perlindungan terhadap dokumen dan catatan, pengikhtisaran, penyusunan laporan dan pendistribusiannya. Sistem pengelolaan data tersebut dapat dilakukan secara tulis

5 tangan (manual) atau dengan alat bantu mekanis seperti komputer (komputerisasi). Maka, secara garis besar, informasi dan komunikasi mengandung arti dalam setiap organisasi harus mengidentifikasikan seluruh informasi yang dibutuhkan, lalu dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan sesuai kewenangannya. Aktivitas pengendalian (activity control) merupakan komponen keempat dari pengendalian intern. Aktivitas pengendalian ada pada setiap tingkatan dan fungsi dari instansi pemerintahan, yang mencakup berbagai jenis aktivitas seperti, mekanisme persetujuan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja, pengelolaan keamanan, dan pembentukan dan penyelenggaraan pencatatanpencatatan atau dokumentasi-dokumentasi sebagai bukti pelaksanaan aktivitasaktivitas ini (Murwanto, et.al, 2011). Komponen terakhir dari pengendalian intern adalah pemantauan (monitoring). Pemantauan pengendalian intern harus menilai kualitas kinerja dengan cara : a. Pemantauan secara terus menerus, dibangun dalam kegiatan normal instansi, yang meliputi aktivitas pembinaan, manajemen, dan tindakan lain yang dilakukan pegawai dalam menjalankan tugasnya. b. Evaluasi khusus, yang cakupan dan frekuensinya bergantung pada penilaian risiko dan efektifitas dari pemantauan terus-menerus Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam menunjang penerapan good governance, pemerintah perlu mengoptimalisasi pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dengan jalan membangun jaringan sistem informasi dan proses kerja yang memungkinkan

6 pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja. Saat ini, pemanfaatan teknologi informasi telah menjadi suatu kebutuhan pokok yang dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas harian PNSD secara optimal, akurat dan tepat waktu. Pemanfaatan teknologi informasi adalah penggunaan komputer, software/perangkat lunak, dan lainnya yang sejenis secara optimal. Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et. al, 2000). Sejak tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) dari BPKP sebagai teknologi informasi yang mampu menunjang pengelolaan keuangan di seluruh SKPD yang selanjutnya disebut Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK). Hanya dengan menggunakan jaringan internet, aplikasi SIMDA secara on line sudah dapat dirasakan manfaatnya hingga ke pelosok ibukota kecamatan yang relatif jauh. Melalui PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD), Pemerintah telah mengamanatkan pelaksanaan SIKD baik pusat maupun daerah dalam rangka menunjang perumusan kebijakan fiskal secara nasional serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan desentralisasi. Penyelenggaraan SIKD diharapkan dapat menghasilkan data yang berkualitas yaitu, relevan, akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian relevan adalah data yang digunakan dalam pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan data yang akurat adalah data yang diperoleh

7 menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Tepat waktu artinya data yang dibutuhkan tersedia sesuai dengan jadwal perumusan kebijakan ( 2014). Berkaitan dengan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan keuangan, jelas sangat nyata sejak awal proses penganggaran hingga pertanggungjawaban laporan keuangan. Pemanfaatan teknologi informasi yang dimaksud seperti penggunaan komputer dan perangkat lunak secara optimal, akan berdampak pada pemrosesan transaksi yang lebih cepat dan perhitungannya juga akan memiliki tingkat keakurasiaan yang tinggi sehingga akan berujung pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan yang lebih andal karena pemanfaatan teknologi akan mengurangi kesalahan yang bersifat material (Primayana et.al, 2014). Selain pernyataan di atas, Istianingsih dan Wijanto (2008) juga telah membuktikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam akuntansi dapat mempengaruhi kepuasaan pengguna laporan keuangan karena kualitas, kecepatan dan keakuratan data yang terdapat dalam laporan keuangan bersangkutan. Dengan memanfaatkan segala teknologi informasi yang terdiri dari hardware, software, database, jaringan dan lain sebagainya yang semakin canggih dan dapat menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sistem informasi kian mampu membantu meminimalisir setiap faktor salah saji material mulai dari proses transaksional sampai pada penyajian laporan, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang tepat waktu, akurat dan andal Kompetensi Sumber Daya Manusia

8 Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai komponen paling penting dalam membentuk dan menggerakkan suatu sistem, sebab manusia merupakan sumber inovasi dan pengembang ilmu pengetahuan. Secara definisi, Sumber Daya Manusia adalah kemampuan baik dalam tingkatan individu, organisasi/kelembagaan, maupun sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien (GTZ & USAID/CLEAN Urban, 2001). Dalam dunia kerja, sumber daya manusia selama ini telah diakui sebagai aset yang tak kalah pentingnya dengan segala modal finansial maupun saranaprasarana. Tracey (2003) dalam bukunya yang berjudul The Human Resources Glossary, mengungkapkan istilah sumber daya manusia sebagai staf-staf yang mengoperasikan sebuah organisasi, yang berbeda dengan sumber daya keuangan dan peralatan dari suatu organisasi. Sumber daya manusia juga merupakan fungsi organisasi yang berhubungan dengan orang-orang dan isu-isu yang berkaitan dengan orang-orang seperti kompensasi, perekrutan, manajemen kinerja, dan pelatihan. Sebuah sumber daya manusia adalah satu orang atau karyawan dalam organisasi anda. Kompetensi merupakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada individu (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Menurut Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono dan Fidelis (2004), untuk menilai kinerja dan kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi, termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi sumber daya tersebut. Tanggung jawab dapat dilihat dalam deskripsi jabatan. Deskripsi jabatan merupakan dasar untuk

9 melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa adanya deskripsi jabatan yang jelas, sumber daya tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kompetensi sumber daya manusia dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pelatihan-pelatihan dan dari keterampilan yang dinyatakan dalam pelaksanaan tugas. Sumber daya manusia pemerintah daerah adalah aparatur pegawai negeri sipil daerah (PNSD). Dalam menjalankan fungsi pemerintahan daerah, dibutuhkan PNSD berkompeten yang akan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara tuntas sesuai standar dan target kinerja yang telah ditetapkan. Aparatur negara, SDM pemerintah, yang profesional bukan hanya dituntut untuk memiliki kapasitas keahlian, tanggung jawab moral (responsibility) yang tinggi melainkan pelayanan terhadap masyarakat, serta memiliki dan dapat memadukan dalam dirinya kecakapan teknis (technical skills) yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan (Thalib, 2008). Untuk dapat melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dan pelayanan yang baik kepada publik, maka Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang membutuhkan PNSD yang mempunyai kompetensi di bidang akuntansi (keuangan) yang mampu menyusun laporan keuangan sesuai SAP. Penerapan SAP membutuhkan kompetensi PNSD agar laporan keuangan yang disusun memenuhi kualifikasi informasi yang berkualitas dan bermanfaat. Berkaitan dengan teori-teori di atas yang mengemukakan secara jelas tentang pentingnya komponen SDM, BPK pun pernah melakukan penelitian mengenai kompetensi SDM pengelola keuangan pada 6 kementerian negara/lembaga, 20 pemerintah daerah serta 12 perguruan tinggi. Hal ini

10 diungkapkan pada halaman blog STAR BPKP di bulan Juni 2014 dalam tulisan berjudul Sumber Daya Manusia Pengelola Keuangan Daerah yang dikutip dari makalah Triani (2013). Tujuan penelitian BPK tersebut adalah untuk memperoleh gambaran umum kekuatan dan kelemahan SDM pemerintah dalam mengimplementasikan keuangan negara pada tahun (5 tahun). Hasil penelitian menunjukkan adanya kondisi berikut: 1) Kekurangan SDM yang mengelola keuangan negara, khususnya yang berlatarbelakang akuntansi. Pihak manajemen telah mengajukan usulan tentang formasi personil yang dibutuhkan kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, tetapi usulan formasi tersebut dirubah/direvisi untuk disesuaikan dengan rencana strategi pemerintah pusat. 2) Penempatan SDM yang keliru. Biasanya ada kebijakan yang tidak tepat dari pimpinan dalam penempatan tersebut, 3) Tingkat pemahaman dasar staf mengenai administrasi keuangan negara masih lemah. Walaupun SDM tersebut bukan berlatarbelakang pendidikan Akuntansi, akan tetapi mereka dianggap mampu menjalankan/melaksanakan tugas dengan modal diklat dan bimbingan, 4) Reward system yang belum tepat, 5) Sarana dan prasarana serta proses pendidikan di perguruan tinggi untuk mendukung pengembangan akuntansi sektor publik masih membutuhkan perbaikan mutu. Atas permasalahan-permasalahan tersebut dibutuhkan komitmen dari seluruh pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk meningkatkan kompetensi SDM pengelola keuangan negara, karena pada hakekatnya, pengelolaan keuangan

11 negara yang meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, wajib dilaksanakan dengan tepat, transparan serta dapat dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan kompetensi sumber daya manusia yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan, dalam prosesnya, tentu saja pemerintah daerah sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang mumpuni dan moral yang baik dalam mengelola keuangan daerah sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas pula. Sebab jika organisasi memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, maka unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum dan organisasi tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Karyawan yang jujur dan ahli di bidang yang menjadi tanggungjawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif (BPKP, 2014). Dalam pengimplementasiannya pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang, penggunaan teknologi yang semakin kompleks dan komprehensif kian menuntut SDM pengelola keuangan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang beragam, agar dapat lebih tanggap dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan perubahan secara global. Keterampilan, penyampaian informasi dan pengetahuan mengenai teknologi yang digunakan sangat dibutuhkan agar pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu dalam menyajikan informasi dari pelaporan keuangan tidak sia-sia. Kompetensi SDM yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas akan

12 meningkatkan nilai informasi LKPD sehingga dapat bermanfaat bagi pengguna informasi pemerintah daerah Pengawasan Keuangan Daerah Menurut Terry (2003), pengertian pengawasan (controlling) dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bilamana perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar. Secara khusus, pengawasan keuangan pada manajemen publik didefinisikan sebagai pengawasan keuangan daerah yang merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2010). Secara lebih terperinci, maka kegiatan pengawasan dilakukan dengan melaksanakan penilaian terhadap ketaatan terhadap peraturan perundangundangan; efisiensi dan kehematan dalam penggunaan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan organisasi (SKPD); dan efektivitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pengawasan diharapkan dapat tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan, sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan, dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah pada hakikatnya adalah pengawasan terhadap kinerja

13 pemerintah daerah dan kinerja DPRD, sebab pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Menurut Arfianti (2011), jenis-jenis pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut: a. Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan intern dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control), atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri. b. Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini, di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah. Berkaitan dengan penjabaran di atas, pelaksana pengawasan intern di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Aceh Tamiang selaku pengawas/auditor internal, sedangkan

14 pengawasan ekstern dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Aceh. Selain jenis pengawasan di atas, terdapat pula sifat-sifat dari pengawasan yang berkaitan dengan waktu pelaksanaannya, antara lain: a. Pengawasan preventif merupakan pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara/daerah yang akan membebankan serta merugikan negara/daerah lebih besar. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan mulai dari perencanaan dan beriringan dengan pelaksanaan kegiatan, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal. b. Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu selesai dilakukan. Pengawasan ini biasanya dilakukan pada akhir tahun anggaran. Pada saat itu, anggaran telah selesai direalisasikan dan disampaikan laporan pertanggungjawabannya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan. Menurut Mardiasmo (2005), terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Lembaga lain baik di pusat maupun daerah untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan

15 oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam menjalankan pengawasan keuangan daerah berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparatur Pengawasan Intern Pemerintahan, pengawas atau auditor dituntut untuk memiliki pemahaman atas sistem pengendalian intern auditi dan mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur sistem pengendalian intern telah dirancang dan diterapkan secara memadai. Pemahaman atas rancangan sistem pengendalian intern digunakan untuk menentukan saat dan jangka waktu serta penentuan prosedur yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, auditor harus memasukkan pengujian atas sistem pengendalian intern auditi dalam prosedur auditnya. Tak terlepas dari sistem pengendalian intern pemerintahan yang berpedoman pada PP No.60 Tahun 2008 tentang pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi juga menjadi fungsi penting dalam target pengawasan keuangan daerah. Seperti yang tercantum pada pasal 21, kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi itu sendiri meliputi: a. pengendalian umum, yang terdiri dari: pengamanan sistem informasi, pengendalian atas akses, pengendalian atas pengembangan dan perubahan

16 perangkat lunak aplikasi, pengendalian atas perangkat lunak sistem, pemisahan tugas dan kontinuitas pelayanan. b. pengendalian aplikasi, terdiri dari: pengendalian otorisasi, pengendalian kelengkapan, pengendalian akurasi, pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data. Semua hal mengenai pengendalian terhadap pemanfaatan teknologi informasi di atas seyogiyanya memiliki tujuan agar sumber daya yang ada yaitu berupa fasilitas teknologi yang menunjang proses pengelolaan keuangan dapat digunakan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan laporan keuangan yang akurat, handal dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan keuangan daerah juga erat kaitannya dengan komitmen dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia, sebab dengan menempatkan aparat pengelola keuangan daerah yang tepat, maka akan berdampak besar pula pada kinerja pemda secara keseluruhan, terutama dalam pengelolaan keuangan daerah. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber daya manusia merupakan penggerak sistem yang akan menentukan berkualitas atau tidaknya suatu output. Pengendalian intern dan pemanfaatan teknologi informasi harus ditunjang oleh kompetensi sumber daya manusia yang memadai. Hal tersebut juga tidak terlepas dari sasaran pengawasan keuangan daerah, tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 yaitu pada pasal 6 yang menyatakan bahwa komitmen terhadap kompetensi dilakukan dengan: a. mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah;

17 b. menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masingmasing posisi dalam Instansi Pemerintah; c. menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya; dan d. memilih pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah. Berdasarkan beberapa teori dan peraturan yang berkaitan erat dengan pengawasan keuangan daerah di atas, maka peneliti pun dapat mengemukakan hipotesis bahwa pengawasan keuangan daerah dapat menjadi variabel pemoderasi yang mampu mempengaruhi hubungan pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi dan kompetensi sumber daya manusia dengan kualitas laporan keuangan Kualitas Laporan Keuangan Kualitas menurut Bastian (2006) didefinisikan sebagai karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pemakai. Selanjutnya, untuk mendefinisikan laporan keuangan, Masmudi (2003) memaparkan bahwa laporan keuangan sektor publik, pada hakekatnya, merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi lainnya. Selanjutnya, menurut Bastian (2006), laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik.

18 Dari definisi-definisi di atas, maka kualitas laporan keuangan pemerintah terangkum sebagai suatu ciri khas informasi yang menjadi representasi proses transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode, sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok adalah: a) Laporan Realisasi Anggaran; b) Neraca; c) Laporan Arus Kas; dan d) Catatan atas Laporan Keuangan. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas, baik entitas akuntansi (SKPK) maupun entitas pelaporan (Pemerintah Daerah), kecuali komponen Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas pelaporan. Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: 1. Relevan; Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa

19 lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan: (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. (c) Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. (d) Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. 2. Andal; Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat

20 diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik: (a) Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. (b) Dapat Diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. (c) Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 3. Dapat dibandingkan; dan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada

21 kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. 4. Dapat dipahami. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud. Seperti yang telah diungkapkan oleh teori-teori di atas, menunjukkan bahwa masing-masing komponen pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi, dan kompetensi sumber daya manusia mampu mempengaruhi kualitas dari sebuah laporan keuangan secara simultan. Berpengaruh langsung atau pun tidak langsung, komponen-komponen ini pun telah saling bersinergi dan mendukung dalam proses melahirkan nilai-nilai informasi dari laporan keuangan yang andal dan dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, pengendalian aplikasi teknologi informasi yang memastikan kelengkapan transaksi dapat langsung berhubungan dengan laporan keuangan. Di lain sisi, pengendalian akses yang ada di dalam aplikasi tersebut atau dalam sistem pendukungnya, seperti database, jaringan dan sistem operasi, sama pentingnya, meski tidak secara langsung berhubungan dengan laporan keuangan. Menurut Sarbanes-Oxley (2004), pengendalian umum teknologi informasi yang meliputi pengendalian perubahan dan pengendalian keamanan merupakan kunci laporan keuangan yang dapat diandalkan, sedangkan pengendalian

22 operasional teknologi informasi merupakan proses yang memastikan bahwa permasalahan telah diidentifikasi dan diperbaiki. Kegiatan khusus yang mendukung penilaian dari kunci pengendalian di atas meliputi: a. Memahami program pengendalian internal organisasi dan proses pelaporan keuangan. b. Mengidentifikasi sistem teknologi informasi yang berkaitan dengan inisiasi, otorisasi, pemrosesan, ringkasan dan pelaporan data keuangan; c. Mengidentifikasi kunci pengendalian yang menangani risiko keuangan tertentu; d. Merancang dan melaksanakan pengendalian yang dirancang untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi dan pemantauan mereka terhadap keefektifan yang berkesinambungan; e. Mendokumentasikan dan pengujian pengendalian teknologi informasi; f. Memastikan bahwa pengendalian teknologi informasi diperbarui dan diubah, jika diperlukan, agar sesuai dengan perubahan dalam pengendalian internal atau proses pelaporan keuangan; dan g. Pemantauan pengendalian teknologi informasi guna efektifnya kegiatan operasional dari waktu ke waktu. 2.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) Sukirman, et. al (2013) meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Dengan Pengendalian Intern Akuntansi Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas). Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa:

23 Pertama, kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Kedua, kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan dengan pengendalian intern akuntansi sebagai variabel moderasi, sedangkan komitmen organisasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan dengan pengendalian intern akuntansi bukan sebagai variabel moderasi. Ketiga, kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Keempat, komitmen organisasi bukan merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Banyumas melainkan faktor kapasitas sumber daya manusia. Fadilah (2013) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Pengelola Keuangan dan Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survey pada Lembaga Dana Pensiun di Kota Bandung). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kompetensi sumber daya manusia pengelola keuangan dan pengendalian internal sama-sama berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pada Lembaga Dana Pensiun di Kota Bandung. Primayana, et. al (2014) meneliti tentang Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pengendalian Intern Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten

24 Buleleng). Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa kapasitas sumber daya manusia, pengendalian intern akuntansi, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengawasan keuangan daerah sama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Tabel Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) dirincikan sebagai berikut: Tabel 2.2 Tabel Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) No. Judul Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian

25 1. Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan Variabel Intervening Pengendalian Intern Akuntansi (Studi Empiris di Pemda SUBOSUKAWONOSRA TEN) Celviana Winidyaningrum dan Rahmawati (2010) 2. Nilai Laporan Keuangan Pemerintah dengan E - Government System Sutaryo (2011) Independen: 1. Sumber Daya Manusia 2. Pemanfaatan Teknologi Informasi Intervening: 1. Pengendalian Intern Akuntansi Dependen: 1. Keterandalan 2. Ketepatwaktuan Independen: 1. Sumber Daya Manusia 2. Teknologi Informasi 3. Sistem Pengendalian Internal Dependen: 1. Nilai Laporan Keuangan 1. Sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. 2. Sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. 1. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntable secara publik. 2. E-government memungkinkan pemda memberikan pelayanan yang cepat dan akurat. 3. Tercapai tujuan laporan keuangan dapat bergantung banyak faktor, di antaranya: sumber daya manusia, penerapan teknologi informasi, dan pengendalian internal akuntansi yang diterapkan oleh pemerintah. Lanjutan Tabel 2.2 No. Judul Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian

26 3. Pengaruh Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi Dan Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan I Gede Agus Yudianta dan Ni Made Adi Erawati (2011) 4. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Batang) Dita Arfianti dan Warsito Kawedar (2011) Independen: 1. Sumber daya manusia 2. Teknologi informasi 3. Pengendalian intern Dependen: 1. Kualitas Laporan Keuangan Independen: 1. Kualitas Sumber Daya Manusia 2. Pemanfaatan Teknologi Informasi 3. Pengawasan Keuangan Daerah Dependen: 1. Keandalan 2. Ketepatwaktuan Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. 1. Kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, namun memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. 2. Sistem pengendalian intern memiliki pengaruh signifikan terhadap keandalan pelaporan keuangan pemerintah 3. Pengawasan keuangan daerah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah secara parsial. Lanjutan Tabel 2.2 No. Judul Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian

27 5. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Kudus) Zuliarti (2012) 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Dengan Pengendalian Intern Akuntansi Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas) Sukirman, Havid Sularso dan Erly Setyowati Nugraheni (2013) Independen: 1. Kapasitas Sumber Daya Manusia 2. Pemanfaatan Teknologi Informasi 3. Pengendalian Intern Akuntansi Dependen: 1. Keterandalan 2. Ketepatwaktuan Independen: 1. Kapasitas Sumber Daya Manusia 2. Pemanfaatan Teknologi Informasi 3. Komitmen Organisasi Pemoderasi: 1. Pengendalian intern akuntansi Dependen: 1. Keterandalan Pelaporan Keuangan 2. Ketepatwaktuan 1. Kapasitas SDM tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, namun berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. 2. Pemanfataan teknologi informasi dan Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterandalan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah secara parsial. 1. Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan dengan pengendalian intern akuntansi sebagai variabel moderasi, sedangkan komitmen organisasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan dengan pengendalian intern akuntansi bukan sebagai variabel moderasi. Lanjutan Tabel 2.2 No. Judul Penelitian dan Variabel Hasil Penelitian

28 Nama Peneliti 7. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Pengelola Keuangan dan Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survey pada Lembaga Dana Pensiun di Kota Bandung) Mailani Fadilah (2013) 8. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pengendalian Intern Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng) Kadek Hengki Primayana, Anantawikrama Tungga Atmadja dan Nyoman Ari Surya Darmawan (2014) Independen: 1. Kapasitas SDM 2. Pengendalian Internal Dependen: 1. Kualitas Laporan Keuangan Independen: 1. Pengendalian intern akuntansi 2. Pemanfaatan teknologi informasi 3. Pengawasan keuangan daerah Dependen: Keterandalan pelaporan keuangan 1. Kompetensi Sumber Daya Manusia Pengelola Keuangan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Pengendalian Internal berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pada Lembaga Dana Pensiun di Kota Bandung. Kapasitas sumber daya manusia, pengendalian intern akuntansi, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap keterandalan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng. Sumber: Penelitian terdahulu Winidyaningrum (2010), Sutaryo (2011), Yudianta (2011), Arfianti (2011), Zuliarti (2012), Sukirman, et. al (2013), Fadilah (2013), Primayana, et. al (2014) BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah yang baik sangat diperlukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Signalling Theory (Teori Sinyal) Teori sinyal menurut Brigham dan Houston (1999) pada penelitian yang dilakukan oleh Fenandar (2012) adalah tindakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dimaknai dengan adanya kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dimaknai dengan adanya kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Mengacu pada teori agensi (agency theory), akuntabilitas publik dapat dimaknai dengan adanya kewajiban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi yang handal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, di setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government Governance, termasuk di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. principal. (Donaldson dan Davis, 1991). Teori stewardship berasumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. principal. (Donaldson dan Davis, 1991). Teori stewardship berasumsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship (Stewardship theory) Stewardship theory didefinisikan sebagai suatu situasi dimana manager tidak mempunyai kepentingan pribadi tetapi mementingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode 12 BAB II LANDASAN TEORI A. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja entitas tersebut. Laporan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Mardiasmo (2004) menjelaskan akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas laporan keuangan serta pengaruh pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya laporan keuangan di era globalisasi, pengetahuan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia memberikan dampak yang positif kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya otonomi daerah yang ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, memberi kewenangan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, pelaporan keuangan sangat diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. acuan dan sudut pandang dalam mengarahkan suatu penelitian untuk memberi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. acuan dan sudut pandang dalam mengarahkan suatu penelitian untuk memberi 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah penyelenggara pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. peranan pelaporan keuangan (ii) faktor yang mempengaruhi nilai informasi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. peranan pelaporan keuangan (ii) faktor yang mempengaruhi nilai informasi BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (i) laporan keuangan, tujuan dan peranan pelaporan keuangan (ii) faktor yang mempengaruhi nilai informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan, akunttansi, dan audit di pemerintahan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berkembang sangat cepat dalam era globalisasi, terutama dalam penyajian informasi. Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah terdiri dari rencana organisasi dan keseluruhan metode atau cara serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah terdiri dari rencana organisasi dan keseluruhan metode atau cara serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Tugiman (2008) mendefiniskan bahwa Pengendalian intern adalah terdiri dari rencana organisasi dan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan berperan dalam menyediakan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan berperan dalam menyediakan informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berperan dalam menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak,wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiriurusan pemerintahannya sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:7) Laporan keuangan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:7) Laporan keuangan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:7) Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Stewardship Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah bagian dari agency theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

Lebih terperinci

IKA NUR MAULIDA AFFIANI B

IKA NUR MAULIDA AFFIANI B PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI TERHADAP KETERANDALAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi bidang akuntansi pemerintahan ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Setelah dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahannya sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Sistem Pengendalian Internal Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban kegiatan Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS 1.1 TINJAUAN TEORETIS 1.1.1 Teori Entitas Menurut Paton (dalam Suwardjono, 2005) dalam teorinya, bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Difinisi Operasional Variabel Variabel terikat (Dependent Variable)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Difinisi Operasional Variabel Variabel terikat (Dependent Variable) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Difinisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada suatu nilai (Sekaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik dalam penyelenggaraan negara, dapat dilakukan melalui pengelolaan keuangan negara secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik

BAB I PENDAHULUAN. dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dalam dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beralihnya sistem pemerintah dari sentralisasi menjadi desentralisasi, menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan yang tadinya dilaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi empat karakteristik kualitatif laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Laporan keuangan merupakan catatan informasi suatu entitas yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Teory ) Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah yang berperan sebagai agent untuk memberikan pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan kontrak dimana satu orang atau lebih (Prinsipal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan kontrak dimana satu orang atau lebih (Prinsipal) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan kontrak dimana satu orang atau lebih (Prinsipal) memerintah orang lain (Agent) untuk melaksanakan suatu jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship (Stewardship Theory) Teori Stewardship (Stewardship Theory) merupakan suatu teori yang menjelaskan tentang suatu kondisi dimana para manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Manajemen 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2012:6) pada dasarnya sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Martani (011) sejak reformasi pada tahun 1998 berbagai perubahan terjadi di Indonesia. Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan di pusat pemerintahan,

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Negara Republik Indonesia Nomor 4355); BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR :2g TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Teori Stewardship (Stewardship theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Teori Stewardship (Stewardship theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1) Teori Stewardship (Stewardship theory) Stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), menggambarkan bahwa tidak ada suatu keadaan situasi para manajemen termotivasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

Menimbang. Mengingat. Menetapkan PENGADILAN NEGERI SIBOLGA KELAS II Jin. Padangsidempuan Nomor 06 Kota Sibolga,Telp/Fax. 0631-21572 Website: www.pengadilan Negeri-sibolga.go.id Email: Pengadilan Negerisibolga@gmail.com KEPUTUSAN KETUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah berdasarkan Undang-undang no 32 tahun 2004 berkewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat masih banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan dan cita-cita bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang. Apapun bentuk organisasinya, fungsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kegunaan Informasi (Decision-Usefulness Theory)

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kegunaan Informasi (Decision-Usefulness Theory) BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Kegunaan Informasi (Decision-Usefulness Theory) Penelitian ini menggunakan teori kegunaan informasi (decision-usefulness theory). Staubus (2000)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya kepedulian masyarakat terhadap kinerja dari pemerintah, menandakan bahwa masyarakat telah sadar tentang pentingnya pemerintahan yang baik. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi yang didirikan seiring diberlakukannya UU No 33 Tahun 2004 tentang pertimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan terus

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu bentuk keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor publik dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pemerintahan yang baik, sehingga mendorong pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu bentuk konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan

Lebih terperinci