Tabel berikut menunjukkan kurangnya daerah resapan akibat perkembangan kota DKI Jakarta yang dari tahun ke tahun semakin berkurang.
|
|
- Susanti Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI 2.1. Tinjauan Umum Kondisi dari DAS Ciliwung meliputi kondisi alam, kondisi administrasi dan geografis, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi jenis tanah, kondisi kependudukan, kondisi penggunaan lahan, serta kondisi iklim dan curah hujan Kondisi Alam Berdasarkan data yang diambil dari DKI Jakarta dalam Angka tahun 2007, Kali Ciliwung pada lingkup pekerjaan, hampir keseluruhan peruntukan lahan nya digunakan sebagai tempat usaha Perkantoran dan Pergudangan (Office and Warehouse), Permukiman (Housing), dan Perindustrian (Industry), sedangkan sisanya merupakan daerah resapan berupa taman (Park) dan fasilitas lain. Hal ini menunjukkan betapa padatnya penggunaan lahan di DKI Jakarta, Kota Depok dan juga mulai berkembang ke Kabupaten Bogor, sehingga dapat dipastikan semakin berkurangnya daerah resapan. Tabel berikut menunjukkan kurangnya daerah resapan akibat perkembangan kota DKI Jakarta yang dari tahun ke tahun semakin berkurang. Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
2 Tabel 2.1. Luas Tanah dan Penggunaannya Menurut Daerah Kotamadya/Kabupaten Perumahan Industri Municipality/Regency Housing Industry Perkantoran dan Pergudangan Taman Lain-lain Office and Warehouse Luas Total Area Park Others Total Area Jakarta Selatan 10, , , , Jakarta Timur 13, , , , Jakarta Pusat 2, , , Jakarta Barat 7, , , , Jakarta Utara 8, , , , , Kep. Seribu , Total 42, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) Kondisi Administrasi dan Geografis Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang melewati wilayah administratif DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, yang bermuara di Banjir Kanal Barat (BKB) menuju ke Laut Jawa. Secara geografis lokasi pekerjaan terletak di DKI Jakarta dan Kota Depok pada 6 12 Lintang Selatan (LS) dan Bujur Timur (Bujur Timur). Sedangkan batas batas wilayah pekerjaan adalah : Utara Selatan Barat : Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur : Kota Depok (Kecamatan Beji) : Jakarta Selatan dan Kota Depok (Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji) Timur : Jakarta Timur dan Kota Depok (Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis) Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
3 Gambar 2.1. Ruang Lingkup Sungai Ciliwung Kondisi Geomorfologi Secara garis besar lokasi pekerjaan di Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan morfologi, yang meliputi : 1. Morfologi Daerah Pantai Morfologi daerah dataran pantai dicirikan melalui kondisi permukaan tanahnya yang datar dengan ketinggian antara 0 15 meter di atas permukaan laut (DPL). Daerah dataran ini mempunyai lebar antara 7 40 km yang meliputi tanggul pematang pantai, daerah rawa dan dataran delta. Dataran ini dikenal sebagai Dataran Rendah Jakarta. Maka dari itu sebagian Wilayah Sungai Ciliwung berada pada Dataran Rendah yang apabila terjadi genangan air, surutnya memerlukan waktu yang relatif lama.hal ini yang memerlukan penanganan agar genangan air tersebut cepat surut dengan waktu yang singkat. Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
4 2. Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor ini menyebar dari arah selatan ke utara dengan Kabupaten Bogor sebagai puncaknya. Daerah ini ditempati oleh rempah rempah gunung api berupa tuf, konglomerat serta lapisan breksi yang sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat dengan batuan berwarna merah kecoklatan Kondisi Geologi Sesuai dengan data penelitian mengenai kondisi geologi yang telah dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, kondisi geologi di sepanjang lokasi pekerjaan di Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor sesuai dengan peta geologi regional bersistem, merupakan daerah endapan pantai yang terdiri dari jenis tanah endapan Batuan Pasir Tufan dan Konglomeratan Kipas Aluvium (Qav) dan Batuan Aluvium (Qa), Jenis tanah endapan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini : Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
5 Pintu Air Manggarai Banjir Kanal Barat Akhir Lokasi Pekerjaan di Pondok Cina (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) Gambar 2.2. Peta Geologi Regional Lokasi Pekerjaan Qav (Batuan Pasir Tufan dan Konglomeratan Kipas Aluvium) Tuf halus berlapis, tuf konglomeratan berselang seling dengan tuf pasiran dan tuf batuapung. Tuf halus, kelabu muda, berlapis tipis, pejal, merupakan bagian bawah dari satuan ini; tebal yang tersingkap pada jenis ini ±2 meter. Tuf konglomeratan, putih kekuningan, kemas terbuka, pemilahan buruk, Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
6 membundar tanggung membundar sempurna, berbutir 1 3 cm, tersusun oleh andesit dan kuarsa, matrik tuf halus, tebal ±1,5 meter. Tuf pasiran, kelabu muda, pemilahan buruk, berbutir halus kasar, membundar tanggung membundar, bersusunan andesitan, berselang selingdengan tuf konglomeratan. Tuf batu apung, kuning kecoklatan, kemerahan, mengandung konkresi besi (2 3 cm) dan fragmen batu apung, membundar garis tengah 3 5 cm dan kerikil kuarsayang bundar, menindih langsung tuf konglomeratan. Tebal ±3 meter. Satuan ini membentuk morfologi kipas dengan pola aliran dischotomic. Pengendapannya diduga pada lingkungan darat, bahan pembentuknya diperkirakan berasal dari batuan gunung api muda di Dataran Tinggi Bogor. Umur satuan ini diduga Plistosen Akhir atau lebih muda. Tebal satuan ini ±300 meter. Satuan ini terhampar sangat luas dari selatan ke utara memebntuk kipas aluvium. Qa (Batuan Aluvium) Terdiri dari lempung, pasir, kerikil, kerakal dan bongkahan. Secara umum merupakan tanah endapan yang berada pada daerah pantai, endapan pada sungai dan rawa. Sebaran dari satuan ini tersebar di daerah sepanjang pantai utara dan dan sepanjang lembah dari sungai sungai besar di wilayah Bogor sampai dengan Jakarta Kondisi Iklim dan Curah Hujan Secara umum iklim di lokasi pekerjaan yang meliputi DKI Jakarta, Kota Depok dan Kabupaten Bogor terdiri dari dua musim utama, yaitu musim kemarau dan musim penghujan seperti halnya wilayah lain di Indonesia. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan. Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
7 Pada tahun 2006 suhu udara yang diamati oleh lima stasiun pengamat tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, walaupun pengamatan suhu udara amat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya titik pengamatan terhadap muka air laut. Secara umum pada lokasi pekerjaan yang diwakili oleh data pengamatan di wilayah DKI Jakarta adalah beriklim panas dengan rata rata suhu udara maksimum berkisar 34,1 C pada siang hari dan suhu udara minimum berkisar 23,5 C pada malam hari. Suhu udara maksimum tercatat di stasiun pengamat Pondok Betung yaitu 35,2 C. Sedangkan kelembaban udara maksimum rata rata adalah sebesar 88,0% dan rata rata minimum sebesar 71,8% dengan rata rata curah hujan sepanjang tahun sebesar 174,8 mm 2. Uraian Description Tabel 2.2. Data Rata Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Arah Angin, Kecepatan Angin, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari di Stasiun Pengamatan BMG 2006 Pondok Betung Stasiun Pengamat/Observation Station Halim Perdana Kusuma Cengkareng Jakarta Tanjung Priok (1) (2) (3) (4) (5) (6) Suhu/Temperature ( o C) Maksimum/Maximum Minimum/Minimum Rata-rata/Average Kelembaban Udara/Relative Humidity (%) Maksimum/Maximum Minimum/Minimum Rata-rata/Average Tekanan Udara Atmospheric Pressure (mbs) Arah Angin Wind Direction (Point) Kecepatan Angin Wind Velocity (M/SE) Curah Hujan Rainfall (mm 2 ) Penyinaran Matahari Sunlight (%) Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
8 Tabel 2.3. Data Suhu Udara Maksimum, Minimum dan Rata Rata Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 Bulan Suhu Udara/Temperature Month Maksimum Minimum Rata-Rata Maximum Minimum Average (1) (2) (3) (4) Januari/January Pebruari/February Maret/March April/April Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August September/September Oktober/October Nopember/November Desember/December Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Tabel 2.4. Data Kelembaban Udara Maksimum, Minimum dan Rata Rata Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 Bulan Kelembaban Udara/Relative Humidity (%) Month Maksimum Minimum Rata-Rata Maximum Minimum Average (1) (2) (3) (4) Januari/January Pebruari/February Maret/March April/April Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August September/September Oktober/October Nopember/November Desember/December Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
9 Tabel 2.5. Data Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 Bulan Curah Hujan Banyaknya Hari Hujan Month Rainfall (mm 2 ) Frequency of Rain (days) (1) (2) (3) Januari/January Pebruari/February Maret/March April/April Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August September/September Oktober/October Nopember/November Desember/December Bulan Month Tekanan Udara Arah Angin Kecepatan Angin Atmospheric Pressure (mbs) Tabel 2.6. Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Data Rata Rata Tekanan Udara, Arah Angin, Kecepatan Angin, Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 Wind Direction (Point) Wind Velocity (M/SE) Penyinaran Matahari Sunlight (%) (1) (2) (3) (4) (5) Januari/January 1, Pebruari/February 1, Maret/March 1, April/April 1, Mei/May 1, Juni/June 1, Juli/July 1, Agustus/August 1, September/September 1, Oktober/October 1, Nopember/November 1, Desember/December 1, Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
10 Lokasi Pengukuran Measure Location (1) Tabel 2.7. Data Kualitas dan Baku Mutu Udara, Menurut Lokasi Pengukuran Tahun 2006 Metode Sesaat/Temporary Methode NO 2 (ppm) SO 2 (ppm) TSP (mg/m 3 ) Pb (mg/m 3 ) (2) (3) (4) (5) I II Derah Permukiman/Housing Area 1. Dinas Pertamanan Kantor Kec. Cilincing Kantor Kelurahan Tebet Masjid Al-Firdaus IPAK Lubang Buaya Daerah Industri/Industry Area 1. PT. JIEP Pulo Gadung II Daerah Perkantoran/Office Area 1. Masjid Istiqlal Kuningan (BPLHD) IV Daerah Rekreasi/Recreation Area 1. Dunia Fantasi Ancol Keterangan : - Data tidak tersedia Kriteria Ambien Kualitas Udara (Nilai Baku Mutu) : - Nitrogen Oksida (NO 2 ) = ppm - Sulfur Dioksida (SO 2 ) = ppm - TSP = 150 mg/m 3 - Pb = 2 mg/m 3 Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta 2.2. Kajian Sosial Ekonomi Demografi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibukota negara sekaligus pusat kegiatan perekonomian di Indonesia memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi masyarakat di Indonesia pada umumnya. Kondisi ini menempatkan DKI Jakarta menjadi salah satu tujuan masyarakat di Indonesia untuk berbagai kepentingan terutama kepentingan ekonomi. Penduduk DKI Jakarta saat in lebih banyak dihuni oleh masyarakat pendatang, sehingga Orang Betawi sebagai penduduk asli Jakarta telah tergeser jauh ke luar DKI Jakarta. Padatnya penduduk Jakarta telah memaksa sebagian masyarakat untuk tinggal di wilayah wilayah yang tidak diperuntukan bagi Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
11 pemukiman termasuk wilayah bantaran sungai. Sungai Ciliwung adalah sungai yang membelah wilayah DKI Jakarta dan melintasi wilayah Jabodetabek. Tingkat kepadatan penduduk di Wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.8. Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah DKI Jakarta Bulan : Agustus 2008 Wilayah JumlahWNI Jumlah WNA Total Luas Kepadatan / Km JakartaPusat , JakartaUtara , JakartaBarat , JakartaSelatan , Jakarta Timur , Kep. Seribu TOTAL , Sumber : Hasil Survei Lapanngan, 2008 Wilayah Jakarta Pusat merupakan wilayah terpadat karena hanya menempati luas areal Km 2 yang dihuni oleh orang sehingga memiliki kepadatan penduduk 193 orang/ Km 2. Adapun wilayah yang paling banyak penduduknya adalah Wilayah Jakarta Timur yakni orang yang menempati lahan seluas Km 2. Kajian sosial ekonomi untuk pendukung penataan Sungai Ciliwung dilakukan di Wilayah Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan. Kelurahan Manggarai adalah satu wilayah langganan banjir setiap tahunnya, saat ini dihuni oleh orang dengan luas total kelurahan Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
12 65,6 Ha. Jumlah penduduk sebanyak tersebut merupakan penduduk yang terdaftar di Kelurahan Manggarai dan memiliki KTP, namun banyak pula penduduk yang tidak terdaftar dan tidak memiliki KTP yang tinggal di Kelurahan Manggarai. Jumlah penduduk yang tidak terdaftar dan tidak memiliki KTP di Kelurahan Manggarai diperkirakan mencapai orang. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor informal sebagai pedagang dan jasa keliling. Berdasarkan data profil kelurahan sebanyak orang penduduk bekerja di sektor informal ini, sebagian besar bekerja sebagai tukang ojek, pedagang keliling dan pedagang yang berjualan di pasar kaget. Kelurahan Manggarai memiliki pasar kaget yang juga merupakan salah satu faktor penarik pendatang untuk berdomisili di Kelurahan Manggarai. Pasar kaget tersebut buka dari subuh hingga sekitar pukul Berdasarkan keterangan informan ratarata penghasilan penduduk dari sektor informal ini adalah sekitar Rp ,00/hari, yang biasanya digunakan untuk kebutuhan konsumsi keluarga sebanyak lima orang. Wilayah Kelurahan Manggarai yang menjadi langganan banjir adalah wilayah RW 04 dan RW 01 yang dihuni oleh sekitar orang. Pada tahun 2007 pernah terjadi penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta di wilayah RW 01, 02, 04 dan 10 yang lahannya diperuntukan bagi pembangunan Double Track kereta api. Wilayah wilayah tersebut juga merupakan wilayah yang sering terkena banjir. Wilayah lain yang juga dikaji adalah Kelurahan Bukit Duri yang letaknya berbatasan langsung dengan Kelurahan Manggarai. Wilayah Kelurahan Bukit Duri juga sebagian berada di Bantaran Sungai Ciliwung dan merupakan daerah langganan banjir setiap tahunnya. Seperti halnya di Kelurahan Manggarai, penduduk di Kelurahan Bukit Duri juga lebih banyak bekerja di sektor informal terutama penduduk yang berdomisili di wilayah bantaran Sungai Ciliwung. Profesi yang biasa dijalankan oleh penduduk tersebut adalah penjual nasi goreng keliling, gorengan, tukang sol Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
13 sepatu serta jasa dan perdagangan lainnya yang dilakukan dengan cara berkeliling. Wilayah Kelurahan Bukit Duri yang berada di bantaran Sungai Ciliwung adalah wilayah RW 10, 11 dan 12. Ketiga RW ini merupakan wilayah terparah diserang banjir karena memang lokasinya tepat di bantaran Sungai Ciliwung. Wilayah Bukit Duri saat ini dihuni oleh sekitar orang penduduk yang terdaftar sebagai penduduk dan memiliki KTP DKI Jakarta dengan luas wilayah 107,1 Ha Sosial Budaya Kerangka budaya yang berlaku dan hidup ditengah tengah masyarakat pada dasarnya dapat memberikan gambaran umum mengenai pola budaya yang ada di masyarakat. Masyarakat yang tingal di bantara Sungai Ciliwung adalah penduduk pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang tentunya memiliki latar belakang budaya yang beragam. Sebagian besar atau bahkan seluruh masyarakat pendatang di wilayah bantara Sungai Ciliwung adalah masyarakat migran yang memiliki tujuan orientasi ekonomi untuk tinggal di Jakarta. Seperti pada umumnya masyarakat migran yang tidak permanen atau biasa disebut migrasi sirkuler yang hanya tinggal untuk jangka waktu tertentu atau musiman biasanya kurang memperhatikan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Sebagian besar masyarakat pendatang tidak menjadikan domisili barunya seperti mereka memperlakukan kampung halamannya. Dengan tingkat persaingan yang keras dalam memperoleh akses perekonomian maka biasanya terbentuk masyarakat yang cenderung individualistik yakni masyarakat gesselschaft yang sangat pamrih. Beberapa kerangka budaya yang muncul pada saat penelusuran sosial ekonomi di Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung adalah. Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
14 Low Empathy Masyarakat pendatang yang bekerja di sektor informal dengan tingkat persaingan ekonomi yang tinggi tumbuh menjadi individu individu yang kurang memiliki atau bahkan tidak memiliki empati terhadap pihak lain. Hal ini terlihat ketika mereka mulai menempati lingkungan di wilayah bantaran Sungai Ciliwung biasanya kurang peduli dengan aturan kependudukan, sehingga sangat jarang diantara mereka yang terdaftar sebagai penduduk. Fenomena lainnya dapat dilihat pada bangunan tempat tinggal yang tidak memperhatikan kaidah kaidah lingkungan serta perilaku buang sampah ke badan sungai. Berbagai himbauan yang dilakukan oleh pihak kelurahan kurang ditanggapi serius termasuk dalam peringatan dini akan datangnya bahaya banjir. Budaya kurang empati ini semakin jelas mucul ketika mereka berada di tendatenda penampungan yang dibangun pemerintah daerah. Beban kelurahan dalam menyediakan keperluan di tenda penampungan seperti memasak tidak dapat dibagikan kepada pengungsi. Pengungsi yang sebagian penjual nasi goreng, gorengan lebih mementingkan memasak dan mempersiapkan kegiatan berdagang daripada berbagi pekerjaan dengan aparat kelurahan di tenda tenda penampungan. Low Participation Partisipasi semua pihak dalam menangani berbagai masalah di tendatenda penampungan semestinya dapat berlangsung sinergis terutama antara aparat kelurahan dengan warganya. Akan tetapi hal itu tidak terwujud, karena tingkat partisipasi masyarakat pendatang yang ditampung di tenda tenda penampungan tingkat partisipanya sangat rendah. Hal ini semakin mempertajam budaya low empathy yang telah disinggung di atas. Selama masyarakat pendatang terutama para migran sirkuler masih memperlakukan tempat tinggal barunya hanya sebatas untuk urusan ekonomi Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
15 saja maka rasa memiliki dan kepedulian terhadap penanganan banjir akan tetap rendah. Akibatnya pemerintah daerah selalu dipandang harus menjadi penyelamat dan tempat mereka bergantung. Kebijkan Pemeritan Provinsi DKI Jakarta dalam tata ruang dan wilayah menurut berbagai pihak termasuk masyarakat korban banjir ditenggarai sebagai salah satu penyebab masalah terbesar dalam bencana banjir di DKI Jakarta. Rational Society Masyarakat yang berada dalam tingkat persaingan tinggi dalam memperoleh nafkah cenderung akan melahirkan masyarakat yang sangat rasional. Kerangka budaya rasional dalam hal ini merupakan implikasi dari orientasi masyarakat yang seluruhnya ditujukan untuk kepentingan ekonomi, sehingga semuanya akan dihitung berdasarkan nilai nilai untung dan rugi. Penduduk yang tinggal di Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung sebagian besar merupakan masyarakat rasional yang sangat berorientasi pada ekonomi terutama untuk pemenuhan konsumsi keluarga Indikasi Permasalahan Permasalahan banjir yang terjadi di Wilayah Sungai Ciliwung pada dasarnya merupakan akibat dari permasalahan permasalahan yang saling terkait dan kompleks. Adapun indikasi permasalahan tersebut, meliputi: a. Kondisi iklim yang semakin tahun mengalami peningkatan curah hujan, sedangkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung mengalami perubahan peruntukan lahan yang semula banyak daerah resapan saat ini berubah menjadi permukiman dan daerah urban. b. Pada beberapa lokasi di alur sungai (khususnya daerah hilir) terjadi pendangkalan dan penyempitan sehingga menyebabkan kapasitas tampungan Sungai Ciliwung berkurang. Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
16 c. Pada beberapa lokasi di Sungai Ciliwung (pada daerah hulu Pintu Air Manggarai) terdapat beberapa belokan sungai (meandering) yang menyebabkan kurang lancarnya aliran air banjir pada Kali Ciliwung. d. Adanya alih fungsi bantaran sungai (dimanfaatkan untuk permukiman, industri, dan usaha perkantoran) sehingga memperkecil penampang basah kali dan menghambat aliran air. e. Kondisi saluran saluran drainasi kota yang kurang maksimal karena dipenuhi sampah, sehingga pada saat hujan besar datang, genangan air cepat terbentuk. f. Digunakannya bantaran di dalam garis sempadan Sungai Ciliwung sebagai permukiman (squatter) yang menyebabkan terhambatnya aliran sungai pada saat banjir. Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan oleh lembaga independent kepada penduduk sekitar bantaran sungai didapati sebab sebab digunakannya bantaran sungai sebagai tempat tinggal, diantaranya sebagai berikut : Tersedianya air bagi kehidupan sehari hari walaupun secara kualitas kurang higienis. Tersedianya air untuk usaha perekonomian. Lahan tersebut dianggap Tidak Bertuan. Tempat buangan limbah (padat & cair) yang luas dan bebas. Bencana Banjir dianggap sebagai Dinamika Hidup tahunan yang harus diterima sebagai resiko. Kondisi lokasi Sungai Ciliwung saat ini sangat memprihatinkan, berikut ini adalah dokumentasi kondisi Sungai Ciliwung saat ini : Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
17 Kondisi di hulu Pintu Air Manggarai yang banyak sampah yang menghambat aliran pada Sungai Ciliwung. Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai Sedimentasi alur sungai sebelum Pintu Air Manggarai (Jembatan Manggarai) dimana pada belokan dalam alur Sungai Ciliwung terjadi sedimentasi yang besar dan mengurangi kapasitas tampungan sungai. Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai sebelum Pintu Air Manggarai (Jembatan Manggarai) dimana pada belokan dalam alur Sungai Ciliwung terjadi sedimentasi yang besar dan mengurangi kapasitas tampungan sungai. Gambar 2.3. Foto foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
18 Informasi tinggi muka air banjir pada februari 2007 berdasarkan wawancara singkat dengan penduduk sekitar di daerah Manggarai. Kondisi bantaran sebelah kanan dan kiri Sungai Ciliwung di daerah Kampung Melayu, dimana pada bantaran sungai dimanfaatkan sebagai permukiman yang padat, sehingga menghambat aliran sungai pada saat musim penghujan. Tampak juga longsoran tebing sungai yang menyebabkan pendangkalan alur sungai. Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai di daerah Kampung Melayu dimana pada bantaran sungai dimanfaatkan sebagai permukiman padat sehingga menghambat aliran sungai pada saat musim penghujan. Gambar 2.3. Foto foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan) Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
19 Kondisi sebelah kanan dan kiri Sungai Ciliwung di daerah Kebon Baru/Bukit Duri yang mengalami pendangkalan alur sungai. Kondisi alur sungai sebelah kanan Sungai Ciliwung di daerah Cililitan dimana terdapat banyak sampah yang menghambat dan mengurangi kapasitas tampungan sungai. Kondisi permukiman yang berhimpit Tinggi muka air banjir dengan Sungai Ciliwung sebelah kanan sungai di daerah kompleks DPR Kalibata dengan beda elevasi yang cukup besar, dan merupakan daerah genangan bila musim penghujan turun. Gambar 2.3. Foto foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan) Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
20 Kondisi tebing Sungai Ciliwung sebelah kiri sungai yang rawan Longsor di daerah Kompleks DPR Kalibata, yang saat ini sedang ditangani dengan pemasangan turap tiang pancang baja. Kondisi alur sungai di Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji Kota Depok, tampak bantaran belum dipenuhi permukiman. Kondisi salah satu saluran drainasi di Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji Kota Depok, dan beberapa saluran lain di lokasi pekerjaan yang umumnya dipenuhi sampah dan menghambat aliran menuju ke badan sungai. (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) Gambar 2.3. Foto foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan) Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
21 2.4. Daerah Genangan Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Depertemen Pekerjaan Umum, bahwa daerah rawan banjir di Wilayah Sungai Ciliwung adalah: 1. Wilayah Jakarta Selatan, meliputi: Mampang, Tegal parang, Pejaten, Tebet, Bukit Duri, Kebun Baru. 2. Wilayah Jakarta Timur, Meliputi: Kampung Melayu, Bidaracina, Jatinegara, Cipinang Muara. Kedalaman genangan di semua lokasi relatif sama, yaitu sekitar 0.5 m sampai 1.5 m, dengan lama genangan hingga mencapai 3 hari. Peta lokasi daerah genangan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 2.7. di bawah ini. Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
22 (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) Gambar 2.4. Peta Daerah Rawan Banjir Sungai Ciliwung Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
23 Luapan Banjir Akibat Luapan SungaiCiliwung Gambar 2.5. Peta Daerah Rawan Genangan (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
24 Tabel 2.9. Dampak Banjir Sungai Ciliwung Februari 2007 Tanggal Wilayah Lokasi Area Genangan Kerusakan Akibat Banjir dan Genangan 2-9 Februari 2007 Jakarta Selatan Mampang, Tegal Parang, Pejaten, Tebet, Bukit Duri, Kebun Baru, Jakarta Selatan mengalami kerusakan jalan mulai dari lubang kecil, lubang besar hingga pengelupasan kulit aspal mencapai m unit rumah hanyut di daerah Kampung Melayu Jakarta Timur Kampung Melayu, Bidaracina, Jatinegara, Cipinang Muara Jakarta Timur mengalami kerusakan jalan mulai dari lubang kecil, lubang besar hingga pengelupasan kulit aspalmencapai m unit rumah hanyut dan rusak di Jakarta Timur, yang terparah di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah yang hanyut : 5 unit rumah hanyut di daerah Bidaracina. 15 unit rumah hanyut di daerah Bale Kambang. 14 unit rumah hanyut di daerah Cawang. 4 unit rumah hanyut di daerah Cililitan. Rumah yang rusak : 16 unit di Bidaracina. 42 unit di Bale Kambang. 51 unit di Cawang. 10 unit di Cililitan. 14 unit di Pasar Rebo 49 unit di Makasar. 485 unit di Cakung. 50 unit di Cipinang Besar Selatan. 3 unit di Cipinang Besar Utara. (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) Gambar 2.6. Genangan di Daerah Jatinegara Saat Banjir Februari 2007 Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
25 2.5. Penanganan Kasus Setelah mengetahui kronologis permasalahan banjir yang terjadi di Wilayah Sungai Ciliwung ini, maka selanjutnya perlu dilakukan langkah penanganan kasus, dengan beberapa paket, yaitu : a. Paket 1 Pada paket 1 ini, direncanakan pengendalian banjir dengan cara Normalisasi Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor dan perencanaan kembali Pintu Air Manggarai Jakarta. Dalam perencanaan normalisasi sungai ini menggunakan permodelan dengan program software HEC HMS untuk hitungan hodrologi dan HEC CRAS untuk hitungan hidrolika. Tetapi pokok pembahasan dalam Laporan Tugas Akhir ini lebih ditekankan pada Sta , yaitu awal perencanaan adalah mulai STA 165, di mana merupakan titik rencana lokasi pelimpah sungai menuju gorong gorong, sampai STA b. Paket 2 Pada paket ini, diplih apabila pada paket 1, permodelan melalui HEC CRAS design rencana tetap meluap atau banjir, sehingga pada paket ini mencoba memberikan pilihan dengan mengurangi debit banjir melalui pembuatan sudetan yang berada pada Sta 165 Sungai Ciliwung, dimana sudetan tersebut akan dibuat dibawah jalan raya yang akan bermuara di saluran Banjir Kanal Barat, sudetan ini berupa goronggorong (deep tunnel) berbentuk lingkaran, tetapi pada paket ini tidak dilakukan perencanaan teknis gorong gorong tersebut. Disini hanya disebutkan berapa banyak debit banjir yang akan dialirkan melalui sudetan ini menuju saluran Banjir kanal Barat. Sehingga debit banjir yang akan menuju Pintu Air Manggarai berkurang. Dengan adanya sudetan ini perencanaan normalisasi sungai tidak banyak memerlukan Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
26 lahan sehingga aspek sosial bisa ditekan seminimal mungkin. Seperti, mengurangi penggusuran pemukiman penduduk yang berada di samping Sungai Ciliwung. Selain itu juga ada pemikiran tentang dibuatnya peraturan daerah mengenai perizinan untuk setiap pembangunan pemukiman atau bangunan baru harus dilengkapi dengan sumur resapan, agar debit banjir untuk tahun mendatang tidak bertambah secara drastis. Rencana lokasi Deep Tunnel dapat dilihat pada peta di bawah ini: Gambar 2.7. Peta Rencana Lokasi Gorong Gorong (Deep Tunnel ) Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 STA
KEADAAN IKLIM Climate
KEADAAN IKLIM Climate JAKARTA IN FIGURES 2008 CLIMATE 2. KEADAAN IKLIM Kota Jakarta dan pada umumnya di seluruh daerah di Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni
Lebih terperinciBPS-Statistics DKI Jakarta Provincial Office 17
2. KEADAAN IKLIM Kota Jakarta dan pada umumnya di seluruh daerah di Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia
Lebih terperinciBAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA
BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian
Lebih terperinciKONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok
IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12 Lintang Selatan dan 106 o 48 Bujur
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis
22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperincidua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis katulistiwa di apit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan
Lebih terperinciGambar 1.1 DAS Ciliwung
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekalongan dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kabupaten Pekalongan dan wilayah Kotamadya Pekalongan. Di Kabupaten Pekalongan mengalir beberapa sungai
Lebih terperinciSurabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya
30 Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara 07 9-7 21 Lintang Selatan dan 112 36-112 54 Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PENELITIAN
33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta
Lebih terperinciGambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.
BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI
BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI
IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan dan kondisi eksiting Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Bekasi, Kota Bekasi. 3.1 Gambaran
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM LOKASI
6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Kondisi wilayah studi dari DAS Sengkarang meliputi : kondisi topografi, cuaca, geologi, hidrologi, geoteknik, kondisi sungai Sengkarang, kondisi sungai Meduri, kondisi sungai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan
Lebih terperinciBerfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.
4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR
PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciGambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta
IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN - 1 -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM
BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di dalam proses
Lebih terperinciPropinsi Banten dan DKI Jakarta
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis 1. Batas Administrasi Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan
Lebih terperinciBAB 3 GEOLOGI SEMARANG
BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Palembang terletak pada 2 59 27.99 LS-104 45 24.24 BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Palembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP
PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten
Lebih terperinciKONDISI W I L A Y A H
KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciStadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya
Lebih terperinciMedan Dalam Angka Medan In Figure,
1. L E T A K Kota Medan terletak antara : - 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara - 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. 1.Geography Position Medan lies between : - 2º.27'
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi
Lebih terperinciKONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta
30 KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis. Setiap waktu fisik kota tampak berubah oleh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota seiring pertambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
27 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1. Kota Banjarmasin Secara geografis Kota Banjarmasin terletak pada posisi antara 3 15 LS 3 22 LS dan 114 52 LS - 114 98 LS. Adapun jika ditinjau secara administratif Kota
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM TAPAK
IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di
Lebih terperinci4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI
83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.
ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berlokasi di wilayah yang rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor,
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Kota Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom Baru (DOB) yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro
BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Lebih terperinciIDENTIFIKASI CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI MANOKWARI TANGGAL 18 FEBRUARI Stasiun Meteorologi Nabire
IDENTIFIKASI CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI MANOKWARI TANGGAL 18 FEBRUARI 2017 BADAN Eusebio Andronikos Sampe, DAN GEOFISIKA S.Tr BALAI BESAR DAN GEOFISIKA WILAYAH V STASIUN PMG Pelaksana Lanjutan NABIRE
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciOPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG
OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,
BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5
Lebih terperinciGambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.
25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan
Lebih terperinci