BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESISS. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESISS. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESISS 2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah. Belajara dapat didefenisikan sebagai suatu prosees usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 2010:2). Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 1990 :84) belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi didalam diri seseorang yang mengalami belajar. Sedangkan menurut Gagne belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah (Suprijono, 2009:2 ). Dari pengertian belajar yang dikemungkakan oleh para ahli diatas, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan seseorang yang sifatnya menetap, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Menurut Suprijono (2009: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara terpisah melainkan secara komprehensif. Pendapat lain menyangkut dengan hasil belajar dikemukakan oleh Purwanto (1989:3) bahwa hasil belajar adalah suatu yang dugunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Hasil Belajar menurut Sudjana (1989 : 2) adalah kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Hasil belajar

2 melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai, (2) menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya, (3) hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya, (4) hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku, dan (5) kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Dari beberpa pengertian hasil belajar diatas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan pemahaman atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar atau proses belajar yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. 2.2 Model Pembelajaran Koperatif Tipe Number Hads Together (NHT) Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajaran. Menurut Suprijono (2009:54), pembelajaran kooperatif meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau yang diarahkan oleh guru. Namun dalam prakteknya, pembelajaran

3 kooperatif lebih diarahkan oleh guru seperti penetapan tugas serta penyediaan bahan informasi untuk membantu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktifis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2012: 11). Menurut Yamin dan Ansari (2012:74) pembelajaran kooperatif merupakan mode pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan atara siswa, sehingga sumber belajara bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Menurut Slavin (2005:4), Pembelajaran kooperatif adalah merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan model pembelajaran laian. Cirri-cirri pembelajaran kooperatif digambarkan sebgai berikut : (1) siswa belajar dalam kelompok kecil untuk mencapai ketuntasan belajar, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri darisuku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang sama, (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada individual (Yamin dan Ansari, 2012:74). Meskipun merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan pembentukan kelompok, pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok. Ada unsur-

4 unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan sekedar belajar kelompok. Suprijono (2009:58) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Lima unsur tersebut terdiri dari: 1. saling ketergantungan positif (Positive interpendence), 2. tanggung jawab perseorangan (Personal responsibility), 3. interaksi promotif (Face to face promotive interaction ), 4. komunikasi antara anggota (Interpersonal skill ), 5. pemrosesan kelompok group (Processing ). Menurut Abdulhak (dalam Isjoni 2012: 85) menjelaskan, langkah-langkah kooperative learning adalah sebagai berikut: 1) merumuskan secara jelas apa yang harus dicapai peserta belajar, 2) memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang paling tepat, 3) menjelaskan secara detail proses pembelajaran kooperatif, yaitu mengenai apa yaang harus dilakukan, dan apa yang diharapkan, 4) memberikan tugas yang paling tepat dalam pembelajaran, 5) menyiapkan bahan belajar yang memudahkan peserta belajar dengan baik, 6) melaksanakan pengelompokan peserta belajar, 7) mengembangkan sistem pujian untuk kelompok atau perorangan peserta belajar, 8) memberikan bimbingan yang cukup kepada peserta belajar, 9) menyiapkan instrumen penilaian yang tepat, 10) mengembangkan sistem pengarsipan data kemajuan peserta belajar, baik perorangan maupun kelompok, dan 11) melaksanakan refleksi. Menurut Trianto (2007:49) terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil,

5 dimana setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas kolektif yang telah ditentukan dengan jelas. Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dikenal sebagai Kepala Bernomor merupakan suatu istilah dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk menunjukkan adanya penomoran pada anggota kelompok (Ibrahim, 2000) (dalam Kusuma, Wijayati, dan Wibowo, 2008:217). Ibrahim (dalam Siregar, 2012:35) mengemukakan tiga tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Number Heads Together (NHT) yaitu : (1) hasil belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, (2) pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang yang berbeda, (3) pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Hads Together (NHT) merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Trianto (2007:48), dalam menggunakan model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) terdapat empat fase sintaks yaitu: (1) fase 1: penomoran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3 sampai 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5, (2) fase 2: mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi, spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan, (3) fase 3: berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim, (4) fase 4: menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

6 Menurut Lie (dalam Siregar, 20012:35-36) pembelajaran Kooperatif Tipe Number Hads Together (NHT) dibagi dalam 4 langkah. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together (NHT) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe Number Hads Together (NHT) Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Penomoran (Numbering) 2. Pengajuaan Pertan yaan (Quesoning) 3. Berpikir Bersama (Hads Together) 4. Pemberi Jawaban (Aswering) Guru membagikan siswa dalam dalam beberapa kelompok dengan anggota masing-msing kelompok senbanyak 3-5, dan setiap anggota kelompok diberikan nomor dari 1-5 Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya Guru menyebut salah satu nomor tertentu untuk mempresentasikan didepan keles Siswa membentuk kelompok sesuai instruksi dariguru Menyimak pertanyan guru dan mengerjakan LKS yang diberikan Siswa berpikir tent ang permasalahan yang ada di LKS Siswa yang dipang gi nomornya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan siswa yang lain menyimak dan menangapi presentasi Pembelajaran kooperatif tipe NHT karena model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam tugas-tugas terstruktur sehingga siswa dapat berinteraksi dengan lainnya. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan saling bekerja sama dalam

7 menyelesaikan berbagai permasalahan belajar. Selain itu arus pembelajaran tidak harus berasal dari guru kepada siswa. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnya, dalam hal ini guru bertindak sebagai motivator, fasilitator dan kontrol. Siswa dituntut untuk mengesampingkanindividualisme. Dalam belajar berkelompok, penguasaan materi anggota kelompok menjadi ntanggung jawab kelompok tersebut (Kusuma, Wijayati, dan Wibowo, 2008:216). Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) (Lestari, Budi, dan Wartini, 2012:6-7). Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) diantaranya: (1) dapat memperluas pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari, sehingga siswa tidak hanya memperoleh materi saja tetapi pengetahuan umum lainnya, (2) melatih siswa untuk berani menyampaikan pendapat, (3) terciptanya saling percaya, serta kerja sama antar siswa dan antar anggota kelompok untuk berfikir dalam menyelesaikan suatu tugas atau masalah, (4) siswa saling berfikir aktif dalam pelaksanaan pembelajaan sehingga siswa semakin memahami materi yang dipelajari dan lebih mampu untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya, (5) siswa dilatih membiasakan diri untuk dapat menerima pendapat orang lain. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe model Number Head Together (NHT), diantaranya : (1) membutuhkan lebih banyak waktu, (2) kurangnya kesempatan untuk berkontribusi individu. 2.3 Pendekatan Problem solving (Pemecahan Masalah) Pendekatan problem solving dalam dunia pendidikan dikenalkan pertama kali oleh Jhon Dewey ahli pendidikan berkebangsaan Amerika. Problem solving adalah sarana memecahkan masalah, memberi respon terhadap rangsangan yang mengambarkan atau mengakibatkan situasi problematika yang menggunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.

8 Menurut Sumardyono (2010:1) problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Namun dalam matematika istilah problem memiliki makna yang lebih khusus. Kata problem terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu problem solving. Menurut Gagne (dalam Yamin dan Ansari, 2012:81) problem solving atau pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainya. Djamarah dan Zain (2010:91) mengungkapkan bahwa, metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang dimulai dengan mencari data sampai solusi pemecahan masalahnya. Ciri-ciri pokok pendekatan problem solving dalam pembelajaran, yakni: 1) siswa bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil, 2) tugas yang diselesaikan adalah persoalan realistik untuk dipecahkan, 3) siswa mengunakan bebagai pendekatan belajar, 4) hasil pemecahan masalah didiskusikan oleh semua siswa (Yamin dan Ansari, 2012:82). Polya (dalam Rohman, 2011:12-13) mengembangkan metode ini dengan empat langkah yaitu: 1. memahami masalah, dalam tahap ini perlu diidentifikasi antara lain apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan serta kondisi yang harus dipenuhi dalam pemecahan masalah, 2. menyusun rencana pemecahan, dalam tahap ini yang perlu dianalisis antara lain hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan serta mencari unsur-unsur pengetahuan lain sehubungan dengan masalah yang diajukan, 3. melaksanakan rencana pemecahan dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah perlu diperhatikan urutan prosedur kerjanya, 4. mengecek kembali hasil yang telah diperoleh, dalam tahap ini diperiksa kembali pemecahan masalah yang sudah diperoleh kebenarannya apakah sesuai dengan kenyataan.

9 Menurut Ambarjaya (2012:107), metode pemecahan masalah atau problem solving merupakan suatu permasalahan yang kemudian dicari penyelesaianya dimana di mulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, b) mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, e) menarik kesimpulan. Secara umum langkahlangkah pembelajaran problem solving dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Langkah-langkah Pendekatan Problem Solving Fase Indikator Kegiatan Guru 1 2 Orientasi siswa pada masalah Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan metode dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah untuk menanamkan kepada siswa bagaimana cara berpikir sistimatis dan logis dalam mengatasi suatu masalah yang dihadapi. Hal ini akan tumbuh jika terjadi pola pembelajran yang interaktif yang lebih menekankan komunikasi banyak arah yang akan antara siswa. Dalam hal ini masalah yang dihadapi oleh

10 siswa adalah masalah-masalah yang ada pada soal-soal pelajaran yang siswa temui selama proses belajar mengajar berlangsung, dan untuk dapat memecahkan masalah tersebut, ia harus menguasai konsep-konsep ataupun aturan yang berhubungan dengan masalah yang ditemukan tersebut. Menurut Ambarjaya (2012:108) didalam penggunaanya pendekatan problem solving atau pemecahan masalah dalam pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan, yakni sebagai berikut: Kelebihan penggunaan pendekatan problem solving dalam pembelajaran dintaranya:(1) meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, problem solving (pemecahan masalah) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, (2) mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, (3) melalui problem solving (pemecahan masalah) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau buku-buku saja, (4) mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahua baru, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Adapun kekurangan dari pendekata problem solving dalam pembelajran, diantaranya: (1) memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain, (2) menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, (3) mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau

11 kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. 2.4 Penerapan model pembelajara Number Hads Together (NHT) melalui pendektan problem solving pada pembelajaran kimia. Dalam pembelajaran kimia banyak dihadapkan dengan materi-materi yang tidak hanya membutuhkan pemberian konsep-konsep dari guru itu sendiri melainkan bagaimana siswa memahami suatu konsep dan menerapkan konsep tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving, siswa lebih banyak dihadapkan dengan suatu persoalan atau soal-soal, dan siswa dituntut secara kreatif mencari solusi atau pemecahan masalah tersebut dengan berdiskusi. Dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Number Hads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving siswa tidak saling mengharapkan melainkan saling membantu dalam memberikan ide-ide atau saling membantu dalam memberikan jawaban, sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Adapun pengembangan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Langkah-langkah pembelajran kooperatif melalui pendekatan problem solving. tipe Number Hads Together (NHT) No Tahapan Kegiatan 1 Pendahuluan - Guru membuka pelajaran - Menyampaikan tujuan pelajaran - Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran dengan menggunakan model Number Hads Together (NHT) melalui pendekatan proplem solving

12 2 Inti 3 Penutup - Menjelaskan materi pelajaran secara garis besar - Memberikan satu contoh atau permasalahan dengan solusi pemecahanya - Membagi siswa kedalam kelompok, secara heterog en beranggotakan 4-6 (setia panggota kelompok mendapatkan nomor) - Memberikan materi permasalahan atau soal yang akan dibahas dalam kelompok dengan LKS Problem solving - Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah atau soal pada LKS - Guru menyebut salah satu nomor tertentu untuk mempresentasikan solusi atau jawaban didepan kelas (nomor yang sama dari kelompok lain bertugas menanggapi) - Guru menberikan quis untuk pementapan materi - Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan - Guru menutup pelajaran 2.5 Tinjauan Materi Tetapan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (K sp ) Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam air seperti Natrium Klorida (NaCl) dan ada pula garam sukar larut dalam air seperti perak klorida (AgCl). Apabila Natrium Klorida (NaCl) dilarutkan ke dalam air, mula-mula akan larut. Akan tetapi, jika natrium klorida ditambahkan terus-menerus ke dalam air, pada suatu saat ada Natrium Klorida (NaCl) yang tidak dapat larut. Semakin banyak Natrium Klorida (NaCl) ditambahkan ke dalam air, semakin banyak endapan yang diperoleh. Larutan yang demikian itu disebut larutan jenuh artinya pelarut tidak dapat lagi melarutkan natrium klorida (NaCl). Jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut disebut kelarutan ( Harnanto dan Ruminten, 2009:227). Menurut Sastrohamidjojo (2005:238) kelarutan menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan dan kelarutan juga digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Konsentrasi dari larutan jenuh dari sejumah solute dalam jumlah solven tertentu yang digunakan.

13 Menurut Utami, Yamtinah, dan Mulyani (2007:207) Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Menurut Nurchsanah, Sunaryati, dan Pudiastuti (2002:237) kelarutan adalah jumlah zat yang akan melarut pada volume tertentu pelarut pada temperature tertentu. Jumlah maksimal zat terlarut yang membentuk suatu larutan jenuh dengan pelarutnya dengan suhu tertentu mempunyai satuan mol/liter. Dari defenisi kelarutan diatas maka dapat dikatakan bahwa kelarutan merupaka ukuran batas suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Menurut Lukum (2008:25) tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion yang terdapat alam kesetimbangan dipangkatkan koefesiennya. Pendapat yang sama dikemungkakan oleh Purba (2007:269) hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air, setelah masingmasing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Menurut Syukri (1999:434) Ksp disebut konstanta hasil kali kelarutan (solubility product constant), yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing. Selanjutnya hasil kali kelarutan (Ksp) menurut Nurchsanah, Sunaryati, dan Pudiastuti (2002:238) bahwa hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut air pada temperature tertentu setelah masing-masing konsetrasi dipangkatkan koefisien menurut persamaan ionisasin. Dari defenisi hasil kali kelarutan (Ksp) diatas dapat dikatakan hasil kali kelarutan adalah penggambaran batas kelarutan senyawa pada suhu tetentu atau batas maksimal hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutanjenuh elektrolit yang sukar larut dalam air.

14 Menurut James E. Brady (1990) (dalam Utami, Yamtinah, dan Mulyani 2007:207) dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut. Persamaan hasil kali kelarutan (Ksp) dalam suatu larutan jenuh dirumuskan sebagai berikut: MxAy (s) x My + (aq) + y Ax - (aq) Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja. Hasil kali kelarutan dari perasmaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: Ksp = [M y+ ] x [A x- ] y Kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp) memiliki hubungan yang erat. Menurut Keenan (1992) (dalam Utami, Yamtinah, dan Mulyani 2007: 208) karena kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp) sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp) ada hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai hasil kali kelarutan (Ksp ) ada keterkaitannya dengan nilai kelarutan (s). Menurut Purba (2007 : 270) secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk elektrolit A x B y dapat dinyatakan sebagi berikut: A x B y (s) xa y+ (aq) + y B x- (aq) s xs ys Dari reaksi kesetimbangan larutan jenuh diatas diperoleh tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah: Ksp = [A y+ ] x [B x- ] y, Jadi, harga tetapan hasil kali kelarutan suatu larutan jenuh dapat dihitung dengan rumus : Ksp = (xs) x (ys) y = x x y y s (x+y). Dimana: x dan y = koefisien reaksi, Ksp = tetapan hasil kali kelarutan, s = kelarutan. Dari rumus Ksp tersebut dapat ditentukan nilai kelarutannya dengan rumus berikut: s =. Jadi dapat dikatakan bahwa kelarutan (s) memiliki hubungan dengan hasil kali kelarutan (Ksp), dimana besarnya kelarutan (s) suatu zat dapat dihitung dari hasil kali

15 kelarutannya (Ksp), ataupun sebaliknya hasil kali kelarutan suatu zat dapat dihitung dari kelarutannya (s). Kelarutan suatu zat dapat berubah jika terdapat faktor luar yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat, diantaranya: pengaruh penambahan ion sejenis/senama, dan pengaruh ph (Lukum, 2008: 26). pengaruh ion sejenis/ion senama, apabila ke dalam larutan jenuh ditambahkan ion senama, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (ke arah pereaksi). Jadi, penambahan ion senama akan berakibat menurunnya kelarutan dari suatu zat. (Partana dan Wiyarsi, 2009 : 236). Menurut Keenan, (1992) (dalam Utami, Yamtinah, dan Mulyani 2007: 209) penambahan ion senama (sejenis) kedalam larutan akan mempengaruhi keadaan kesetimbangan. Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan ion senama (sejenis) akan mengeser kesetimbangan ke kiri atau kearah pembentukan molekul, akibatnya jumlah suatu zat yang larut berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil kelarutan atau menyebabkan larutan sukar larut. 2) pengaruh ph terhadap larutan, menurut James E. Brady (1990) (dalam Utami, Yamtinah, dan Mulyani 2007:210) harga ph sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya, harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan ph larutan.tingkat keasaman larutan (ph) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih laut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat. Suatu basa akan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa daripada dalam larutan netral. (Purba, 2007: 272). Salah satu ciri reaksi kimia adalah terbentuknya endapan. Konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dapat digunakan untuk meramalkan apa suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak. Terbentuknya endapan atau tidak pada akhir proses reaksi tergantung

16 pada molaritas ionion dipangkatkan dengan koefisiennya. Hasil kali molaritas awal dari ionion dalam larutan, dengan asumsi larutan terionisasi sempurna disebut kuotion reaksi. Kuotion reaksi disimbolkan Qc. Jika harga Ksp dan Qc dibandingkan, maka dapat diketahui apakah reaksi kimia membentuk endapan atau tidak. (Partana dan Wiyarsi, 2009:233). Jadi secara umum, apakah keadaan suatu larutan belum jenuh, jenuh, atau terjadi pengendapan, dapat ditentukan dengan memeriksa nilai Q c -nya dengan ketentuan sebagai berikut: Jika harga Q c < K sp, larutan belum jenuh, Jika harga Q c = K sp, larutan tepat jenuh, Jika harga Q c > K sp, terjadi pengendapan (Purba, 2007 :274). 2.6 Kajian Relevan Berikut ini disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa hasil penelitian mengemunggakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together (NHT) memberikan hasil belajar siswa yang lebih baik.1) penelitian yang dilakukan oleh Wijayati, Kusumawati dan Kushandayanti (2008) mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang denagan judul Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar kimia, penelitan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar kimia hidrokarbon. Dari penelitian diperoleh t hitung sebesar 5,539, t tabel =1,66 pada taraf kesalahan 5% dengan dk=87. Jadi t hitung > t tabel yang berarti ada perbedaan yang signifi kan yaitu nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol, 2) Penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2011) mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN, dengan judul penelitian Penerapan pendekatan problem solving dalam meningkatkan hasil belajar kimia

17 siswa terhadap konsep mol dalam stoikiometi penelitian ini bertujuan untuk meningkat hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan problem solving. Hasil penelitian diperoleh 87,50 % siswa telah mencapai SKBM (60) pada siklus 2 dengan nilai rata-rata 73,78, hal tersebut membuktikan dampak yag positif bagi siswa dalam proses belajar mengajar, 3) Serta penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, Wijayanti dan Wibowo (2008) mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang dengan judul penelitian Pembelajaran Kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) berbasis Savi untuk meningkatkan hasil belajar kimia pokok bahasan laju reaksi, nilai rata-rata siklus I, II dan III berturut-turut adalah 69,77%), 79,07%, dan 86,05%. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) berbasis SAVI, hasil penelitian diperoleh hasil belajar yang dicapai dari siklus ke siklus menunjukkan adanya peningkatan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan penerapan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) berbasis SAVI. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) berbasis SAVI dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi. Berdasarkan penelitian yang relevan diatas, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dipadukan dengan pendekatan problem solving dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Limboto. 2.7 Kerangka Bepikir Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukan bahwa pembelajran kimia kurang efektif, dimana guru hanya mentransfer konsep pada siswa daripada melatih siswa untuk memahami konsep tersebut, hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada materi kimia itu sendiri, khususnya pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

18 Salah satu faktor rendahnya hasil belajara yang diperoleh siswa adalah kurang variativnya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga pembelajaran kimia dikelas tidak menarik bagi siswa. Salah satu usaha yang dilakukan guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti berusaha meminimalisir hal tersebut dengan menggunakan model pebelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving dalam pembelajaran. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan dapat menyelesaikan permasalahan hasil belajar siswa maka dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, dimana terdapat dua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Untuk kelas yang diberi perlakuan berupa model pebelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving disebut kelas eksperimen dan kelas yang dijadikan pembanding diberi perlakuan pembelajaran berupa model pembelajaran konvensional disebut kelas kontrol. Model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving dapat mengurangi kebiasan belajar siswa yang hanya terpusat pada guru, dimana siswa lebih dihadapkan dengan suatu masalah dan mencari solusi pemecahannya dengan bimbingan dari guru. Dalam pempelajaran dengan mengunakan model Number Heads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving siswa dibagikan dalam beberapa kelompok secara heterogen kemudian diberikan permaslahan untuk diselesaikan secara berkelompok sesuai tahapan-tahapannya, yakni tahap analisis sampai pada tahap pengecekan. Dalam penyelesaiannya siswa tidak saling mengharapkan melainkan saling kerjasama mencari solusi pemecahannya, terlebih lagi dengan nomor yang diperoleh masing-masing siswa. Pemberian nomor berfugsi agar tidak ada siswa yang tidak terlibat dalam diskusi kelompok, bekerja sesuai dengan nomor yang dipegang, serta dalam presentasinya guru

19 hanya menyebutkan salah satu nomor kemudian siswa mencocokonnya dengan nomor yang dipenganngnya. Sehingga pembelajran dengan menngunakan kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) melalui pendekatan problem solving dapat melibatkan siswa secara keseluruhan, dan dapat meningkatkan motivasi atau ketertarikan siswa dalam pembelajaran, serta meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik. 2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together melalui pendekatan problem solving dan yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Hads Together melalui pendekatan problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. hasil belajar siswa (Sudjana, 2006: 22). Menurut Lindgren dalam (Suprijono,

BAB II KAJIAN TEORITIS. hasil belajar siswa (Sudjana, 2006: 22). Menurut Lindgren dalam (Suprijono, 6 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai objek penilaian. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil

Lebih terperinci

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN SEKOLAH : SMAN 6 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis dan Hipotesis 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI 216 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 216-223 PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI Ersanghono Kusuma,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia ini dengan baik dan

Lebih terperinci

Untuk SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Sepfina Nurul Mundharifah Universitas Negeri Semarang

Untuk SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Sepfina Nurul Mundharifah Universitas Negeri Semarang Untuk SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam Sepfina Nurul Mundharifah Universitas Negeri Semarang Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2008) mendefinisikan belajar sebagai proses bahwa tingkah laku yang ada pada diri seseorang ditimbulkan atau diubah karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

Lebih terperinci

MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN

MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami konsep hubungan kelarutan dengan Ksp 2) Mahasiswa mampu memprediksi terjadinya reaksi pengendapan 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN 7 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) B. HUBUNGAN KELARUTAN (s) DENGAN Ksp C. PENGARUH ION SEJENIS TERHADAP KELARUTAN D. HUBUNGAN Ksp DENGAN PH LARUTAN E. HUBUNGAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kelas/semester Meta pelajaran Topik Pertemuan Alokasi Waktu : XI/2 : Kimia : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan :.. : 11 x 45 menit a. Kompotensi Dasar : 1.1 Menyadari

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA NAMA: SUPIANDI NIM : E1A012054 ABSTRAK Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis SAVI merupakan suatu perpaduan

Lebih terperinci

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci.

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci. Kimia XI SMA 205 BAB 8 Kelarutan Garam Sukar Larut Gambar Larutan Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke- : Kimia : SMA : XI/2 : 2 x 45 menit : 9 (sembilan) Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Dyah Kartika Sari

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Salvin, dalam Isjoni ( 2011:15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar, baik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar, baik BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar, baik

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PENGARUH INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya perbedaan karakteristik khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. Pengertian Kelarutan Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam air seperti natrium klorida (NaCl) dan ada pula garam sukar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang peranan yang penting, oleh karena itu majunya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA semester genap yaitu memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivisme adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivisme adalah 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivisme adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran K-1 kimia K e l a s XI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan 1. Memahami tentang kelarutan garam (elektrolit). 2. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering dijumpai di lingkungan sekitar dan dapat mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp Mei 2012 ISSN:

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp Mei 2012 ISSN: KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SMA NEGERI 9 SURABAYA (STUDENTS SOCIAL SKILLS ON OXIDATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996: 7) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V Endah Tri Wahyuni 1 1 Universitas Negeri Malang Email: 1 endahtriw7@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1002) berarti pengertian, pendapat; pikiran,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku intelektual, moral, maupun sosial. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran kimia merupakan salah satu bidang mata pelajaran IPA yang mempelajari tentang fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran kimia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.

memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Menurut Sudjana (1989:20) peran aktif adalah suatu kegaiatan dalam proses belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara langsung baik intelektual maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku 1. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 619 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERLATAR NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Andri Kasrani, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung andrikas03@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi membantu siswa dalam perkembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO Titik Pitriani Muslimin

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1) Oleh: Umi Lestari 2), H. Setyo Budi 3), Warsiti 3)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu

Lebih terperinci

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 100-105 MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMAN 2 Pringsewu, diperoleh bahwa nilai rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X pada materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci