Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Lahan Rawa untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Lahan Rawa untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat"

Transkripsi

1 Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Lahan Rawa untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Development and Management of Wetland Resources for Improving Prosperity of Local Community Zainal Ridho Djafar Dosen Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Kampus Unsri, Inderalaya, Ogan Ilir. ABSTRACT Research on exploring possibility in developing wetland resources has been conducted using a descriptive method. Results of the study indicated that wetland has high potential in improving prosperity of local communities. The wetland can be managed for agricultural production and sustaining the environment, including for increasing food production. Suitable wetland for agricultural uses has been estimated to cover around 21 million hectares. However, only about 4.5 million hectares or 22 percent of its total area have been productively cultivated. Wetland development can be accomplished by both extensification and intensification approaches. Water management is a key factor for successful wetland development programs. Proper management of wetland has been reported to increase total income of the communities at wetlands areas at economic value approaching 504 billion rupiah annually and food (rice) production approximately 252 million tons paddy or equivalent to 151,2 million tons of rice. Key words: wetlands, land potential, water management, food demand, food crops ABSTRAK Penelitian mengkaji kemungkinan pengembangan potensi lahan rawa, telah dilakukan dengan menggunakan metode deskriprif. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa lahan rawa mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lahan rawa merupakan lahan yang berfungsi untuk produksi pertanian dan kelestarian lingkungan. Lahan rawa merupakan lahan yang cukup potensial untuk pengembangan produksi pangan. Luas lahan yang diduga potensial mencapai sekitar 21 juta hektar. Luas tersebut baru dimanfaatkan sekitar 4,5 juta hektar (22%) untuk produksi pertanian. Pengembangan lahan rawa dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengelolaan tata air yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk pengembangan lahan rawa. Dari hasil kajian diatas ternyata bahwa lahan rawa dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayahnya secara keseluruhan mencapai minimal 504 milyar rupiah pertahun dan produksi pangan (padi) sekitar 252 juta tongkp (setara 151,2 juta ton beras). Kata kunci: Lahan Rawa, Potensi Lahan, Tata Air, Kebutuhan Pangan, Tanaman Pangan.

2 PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya alam oleh pemerintah Republik Indonesia secara berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan ini berupa pendapatan dan tersediaannya pangan melalui kegiatan produksi. Hal ini berarti bahwa ketahanan pangan, keamanan pangan dan kemandirian pangan sangat memerlukan perencanaan kebijakan yang baik. Dengan demikian bangsa Indonesia akan menjadi produsen pangan bukan pengimpor pangan. Menurut Syahri dan Somantri (2013), bahwa Indonesia akan menghadapi krisis pangan pada beberapa tahun mendatang. Untuk itu diperlukan pemanfaatan sumberdaya yang ada antara lain lahan rawa (Susanto 2013). Meskipun banyak kendala antara lain pengelolaan air dan kesuburan lahan. Hal ini sependapat dengan Suwignyo (2014), bahwa lahan rawa telah memberikan kontribusi yang berarti dalam system ketahanan pangan nasional. Asalkan kendala yang ada dapat diatasi.lahan rawa merupakan bagian dari daratan yang sepanjang tahun atau pada periode tertentu jenuh air. Hal ini akibat drainase terhambat dan mempunyai ciri ekosistem khusus, mempunyai potensi yang cukup besar untuk dijadikan lahan produksi pangan (Syahbuddin, 2011). Luas lahan diperkirakan sekitar 33,4 juta hektar, terdiri dari sekitar 60,2 persen lahan pasang surut dan sisanya sekitar 39,8 persen lahan lebak (Azdan, 2014). Menurut Susanto (2010) lahan rawa merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pangan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa lahan rawa mempunyai fungsi produksi dan pelestarian lingkungan. Pengelolaan rawa untuk produksi pangan dan pelestarian lingkungan merupakan dua hal yang harus diperhatikan secara proporsional dan bersamaan. Upaya pengembangan dan konservasi lahan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan erat. Dari hasil penelitian terdahulu, bahwa faktor utama yang perlu diperhatikan di dalam memanfaatkan lahan rawa untuk produksi tanaman pangan adalah faktor air dan kesuburan tanah (Susanto, 2013). Syahbuddin (2011) menyatakan bahwa kelebihan air pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau, merupakan kendala utama didalam mengelola lahan rawa. Lahan rawa umumnya mempunyai kesuburan tanah yang rendah (Syahri dan Somantri, 2013).Dengan demikian untuk pengembangan lahan rawa perlu dilakukan pengelolaan tata air dan kesuburan lahan. Apabila lahan rawa dikelola dengan tepat, melalui hasil-hasil penelitian dapat dijadikan lahan produktif guna mendukung peningkatan produksi pangan, diverifikasi produksi, pengembangan agroindustri, pengembangan argibisnis dan lapangan kerja. Peran ini dapat dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi, karena pada saat ini produktivitas lahan masih rendah dan areal yang di usahakan masih sedikit. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang potensi lahan rawa dan prosfek pengembangannya untuk meningkatkan pendapatan dan produksi tanaman pangan bagi masyarakat. Kegiatan utama ditujukan di dalam upaya ekstensifikasi pada lahan yang potensial, dan intensifikasi pada lahan yang telah diusahakan dan yang akan dibuka. Upaya yang dilakukan antara lain dengan penglolaan tata air dan kesuburan lahan.

3 METODE Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif, data diperoleh dari data sekunder dari hasil-hasil penelitian terdahulu. Data tersebut dianalis secara tabulasi, kemudian dibahas, serta selanjutnya diambil kesimpulan. 1. Ekstensifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 33,4 juta hektar, yang terdiri dari lahan pasang surut dan lahan lebak. Dari luasan tersebut dapat di rinci berdasarkan tipe lahan (Tabel.1) Tabel.1. Potensi Luas Lahan Rawa Tipe Lahan Luas.. Juta Hektar Pasang Surut: 20,11 - Potensial 2,07 - Sulfat masam 6,71 - Gambut 10,89 - Salin 0,44 Lebak: 13,23 - Dangkal 4,167 - Tengahan 6,025 - Dalam 3,038 Total 33,34 Sumber: Syahbuddin (2011) Dari data diatas dengan teknologi hasil penelitian diperkirakan pada rawa pasang surut lahan yag kemungkinan dapat dikembangkan untuk produksi tanaman pangan adalah lahan potensial dan sebagian dari lahan sulfat masam, gambut dan salin, sekitar 10 juta hektar. Untuk lahan lebak diperkirakan lahan yang berpotensi untuk tanaman pangan adalah lebak dangkal dan tengahan sebagian lahan dalam diperkirakan seluas sekitar 11 juta hektar. Jadi total lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sekitar 21 juta hektar. Akan tetapi luas lahan yang sudah dikembangkan baru mencapai sekitar 5 juta hektar (Tabel.2). Dari lahan tersebut menurut kenyataan dilapangan belum seluruhnya untuk produksi

4 tanaman pangan. Apabila luas yang dikembangkan di bandingkan dengan potensi yang ada, baru mencapai sekitar 22% dari potensi yang ada (Tabel.2). Tabel.2. Luas Lahan Rawa yang sudah di kembangkan Tipe lahan luas potensi luas yang persentase dikembangkan juta hektar persen Pasang surut 10, ,86 Lebak ,31 Total 21, rata-rata 21,57 Sumber: diolah dari data Syahbuddin (2011), dan Susanto (2013) Dari data pada tabel diatas ternyata bahwa baru sebagian kecil dari lahan rawa yang diduga potensial sudah dikembangkan. Hal ini berarti masih terbuka peluang untuk peningkatan produksi melalui kegiatan ekstensifikasi. 1. Intensifikasi Kegiatan intensifikasi dilakukan dengan pengelolaan tata air dan kesuburan lahan. Kedua kegiatan ini secara signifikan dapat meningkatkan produksi tanaman pangan dilahan rawa (Susanto, 2013).Hal ini berarti, bahwa secara eksitensifikasi dan intensifikasi lahan rawa dapat dikembangkan untuk produksi pertanian terutama tanaman pangan seperti padi dan palawija serta tanaman holtikultura. Susanto (2013) menyatakan bahwa kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan keterpaduan program perbaikan infrastruktur, teknologi budidaya, dan pemberdayaan kelompok tani. Dari hasil penelitian yang ada, telah didapatkan bahwa produktifitas tanaman pangan terutama padi dapat memberikan hasil yang tinggi (Syahri dab Somantri, 2014). Produktivitas padi di lahan rawa rata-rata sekitar 3,5 t/ha (Azdan, 2014), dengan teknologi budidaya yang baik dapat dituangkan sampai 8 t GKP/ha (Susanto, 2010). Mengingat sifat lahan rawa yang marjinal dan rapuh, usaha pengembangan harus arif dan bijaksana tanpa merusak sumber daya alam (Rudjito, 2014). Menurut Azdan (2014), bahwa usaha pengelolaan lahan rawa harus menerapkan konservasi. Dengan demikian produktivitas lahan meningkat akan membuka kesempatan kerja, dan kegiatan perekonomian wilayah meningkat yang dapat mendorong laju perekonomian melalui sektor industri dan jasa (Syahbuddin, 2011).

5 2. Pengelolaan Lahan Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 Lahan rawa mempunyai keseluruhan fisika, kimia, dan biologi yang rendah (Djafar, 2012; dan Noor, 2007).Ratmini dan Marpaung (2014), telah melaporkan bahwa penggunaan pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi di lahan rawa secara signifikan. Kenaikan produksi tanaman padi dari hasil penelitian yang ada ternyata bahwa pemupupukan pupuk organik dan anorganik dapat menaikkan produksi rata-rata sampai sekitar 6,56 t GKP/ha, (Tabel.3) Tabel.3. Pengaruh Pemupukan terhadap produksi padi dilahan rawa Perlakuan KATAM PUTS Cara petani Produktivitas t GKP/ha 6,56 a 5,60 b 5,21 c Sumber: Syahri dan Somantri (2014) Keterangan: - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf 5 %. - KATAM: pemberian pupuk organik dan anorganik - Cara petani: pemupukan yang biasa dilakukan petani - PUTS: pemupukan organik Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian Yunizar (2014),bahwa pemberian pupuk organik dan anorganik dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi sampai sekitar 6 t.gkp/ha. Perbaikan kesuburan lahan dengan takaran pupuk yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas padi dilahan rawa. Takaran pupuk di dalam budidaya padi dilahan rawa tergantung dari jenis tanah dan tingkat kesuburan tanah (Syahri dan Somantri, 2014). Pemberian pupuk dengan takaran yang tepat sebaiknya disertai dengan pemberian kapur dan unsur hara mikro, hal ini tergantung dari jenis tanah (Tabel.4). Tabel.4 Anjuran pemberian pupuk dan kapur Pupuk/kapur jenis tanah Mineral Gambut.. kg ha.. N P

6 K2O CUSO4-2,5-5 ZnSO4-2,5-5 Kapur sumber: diolah dari data Noor (2007) Dari data pada Tabel 4. dapat di simpulkan bahwa pemberian pupuk dan atau kapur tergantung dari tersedianya unsur hara yang ada didalam tanah. Tanah gambut pada umumnya mempunyai kesuburan lahan dan ph tanahnya lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral (Noor, 2007). 3. Pengeolaan tata air Keberhasilan pengembangan lahan rawa untuk peningkatan produksi pangan, terletak pada pemeliharaan system tata air makro dan mikro, sesuai dengan tipologi lahan. Kegiatan ini berhubungan dengan pemanfaatan lahan rawa sebagai fungsi produksi dan stabilitas lingkungan. Menurut Juarsah (2011) pengelolaan air ditujukan tersedianya air yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangn tanaman, mencuci zat beracun bagi tanaman, menghindari terbentuknya firit, dan menjaga kestabilan lahan terutama lahan gambut. Kondisi volume air sungai, curah hujan dan ketinggian air pasang menyebabkan lahan usaha tani tergenang air. Pada dasarnya lahan rawa merupakan lahan tampung banjir dari curah hujan, luapan sungai dan pengaruh pasang surut air laut. Pengelolaan tata air yang baik akan selalu meningkatkan produksi lahan secara berkelanjutan (Imanudin dan Bakri, 2014).Susanto (2013) menyatakan, bahwa pengelolaan air dilahan usaha tani memerlukakn pemahaman tentang tata air makro dan mikro, serta saluran primer, sekunder dan tersier. Selain itu juga pemahaman tentang tanggul banjir dan pintu air yang mengatur air masuk dan keluar dilahan usaha tani. Lahan rawa merupakan ekosistem yang tergenang air yang terbentuk secara alami dilahan luapan aluvial, mineral dan gambut, dengan topografi pada dasarnya datar. Pengelolaan lahan rawa akan berkelanjutan apabila dampak negatif kerusakan lingkungan yang timbul dapat dihindarkan dan keseimbangan ekosistem dipertahankan (Azdan, 2014). Hal ini berarti bahwa pengembangan lahan rawa harus memperhitungkan zona konservasi dan zona pengembangan, terutama untuk budidaya tanaman pangan, khususnya padi. Lahan rawa secara alami berfungsi sebagai daerah tampung hujan dan banjir. Untuk itu perlu di buat waduk penampung air tersebut disekitar lahan usaha. Banjir dapat diatur dengan pembuatan saluran-saluran yang dialirkan ke waduk penampung, dan dilengkapi dengan pintu-pintu air. Pada musim kemarau air dari waduk dialirkan ke lahan usahan tani dengan menggunakan pompa, sehingga kondisi air dilahan selalu tersedia dan lahan tetap basah dan lembab. Dengan potensi curah hujan sekitar 3000 mm sampai 4000 mm pertahun dan kondisi lahan, maka dimungkinkan untuk membangun cadangan air sebagai penampung bajir guna kebutuhan irigasi. Kapasitas waduk (ukuran waduk) disesuaikan dengan kemampuan waduk menampung air banjir dan kebutuhan air bagi tanaman pada musim kemarau (Herawati et.al., 2014). Untuk

7 pengelolaan tata air diperlukan saluran primer, sekunder dan tersier dan merupakan tanggung jawab pemerintah, dan dilengkapi dengan pintu-pintu air. Untuk pengelolaan air di lahan usaha tani diperlukan saluran kuarter dan kemalir merupakan tanggung jawab kelompok tani. Saluran primer dan sekunder mengatur keluar dan masuknya air banjir pada musim penghujan atau air dari waduk pada musim kemarau ke saluran tersier. Pintu-pintu air pada saluran tersier membuang kelebihan air, dan mengatur tinggi muka air dilahan usaha tani sesuai dengan kegiatan budidaya dan perkembangan tanaman. Untuk itu perlu selalu diupayakan perawatan dan perbaikan saluran-saluran dan pintu-pintu air dilakukan secara rutin. Kegiatan ini sangat membantu untuk menjaga muka air dilahan usaha tani, sehingga kondisi media tumbuh selalu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.luas waduk diperkira sebear 30 persen dari luas lahan yang akan dikembangkan. Sekitar 5 % dari luas yang akan dikembangkan di tanami dengan pohon rawa, yang ditanam disekeliling waduk.tujuan penanaman pohon tersebut untuk membantu mengatur kondisi hidroorologis dan kondisi lingkungan. Dalam keadaan alami hutan rawa merupakan salah satu ekosistem habitat pauna. Baik yang hidup diatas poho, dibawah pohon, maupun hidup pada kondisi di dalam air rawa di sekitar pohon. Hal ini secara tidak langsung dapat membantu kelestarian lingkungan. Pengelolaan air ditingkat saluran tersier sangat berpengaruh terhadap tata air mikro dilahan usaha tani. Kegagalan di dalam mengatur air pada saluran akan berdampak negatif terhadap peningkatan produksi pangan. Misalnya pada budidaya tanaman padi pengelolaan tata air pada saluran disesuaikan dengan kegiatan budidaya dan perkembangan tanaman (Tabel. 5) Tabel. 5. Pengelolaan air untuk budidaya tanaman padi dilahan rawa pada saluran tersier Kegiatan budidaya/ Kondisi air Pengaturan pintu air Pertumbuhan tanaman pencucian lahan kondisi banjir pintu air masuk dan keluar dibuka. Pengelolaan tanah kapasitas lapang pintu air masuk ditutup, pintu air keluar dibuka. Penanaman bibit macak-macak pintu air masuk ditutup pintu air keluar di buka. Pertumbuhan tanaman tinggi muka air pintu air masuk dibuka, pintu vegelatif dan generatif 2 cm - 5 cm air keluar dibuka muka air di tahan setinggi 2 cm-5cm. Pemupukan dan macak-macak pintu air masuk ditutup pintu pengendalian gulma air keluar di buka. Fase pematangan dan kapasitas lapang pintu air masuk ditutup, panen sampai kering pintu air keluar dibuka. Sumber: diolah dari data Imanudin (2010).

8 Imanudin dan Bakri (2014) telah melaporkan bahwa operasi pintu air di tingkat saluran tersier dilahan usaha tani dapat meningkatkan produktivitas lahan dan indeks pertanaman. Kegiatan budidaya dan pertumbuhan tanaman sangat tergantung dari operasi pintu air ditingkat saluran tersier. Dengan pengelolaan air yang baik, kegiatan teknologi budidaya dapat dilaksanakan secara optimal (Mulyanigsih et,al, 2014). Susanto (2013) menyarankan bahwa, pengelolaan air dilahan usaha tani perlu mendapat dukungan sarana inprastruktur jaringan air yang lengkap, terutama keberadaan pintu-pintu air di tingkat saluran tersier. Pengaruh ekologis berperan sangat penting di dalam pengelolaan tata air dilahan rawa. Kondisi ekologis antara lain adalah hidrotopografi lahan, kondisi iklim, dan jenis tanaman yang akan dikembangkan. Dengan demikian pengembangan lahan rawa untuk produksi tanaman terutama tanaman pangan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Pada gilirannya akan membuka peluang kesempatan kerja, kegiatan ekonomi wilayah, dan mendorong roda perekonomian melalui sektor Agribisnis (Syahbuddin, 2011). 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan produksi pangan Optimalisasi pengelolaan lahan rawa, melalui perbaikan tata air dan kesuburan lahan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pada gilirannya juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari luas lahan rawa yang ada seluas 33,4 juta hektar, diduga mempunyai potensi yang cukup besar, sekitar 21 juta hektar untuk budidaya tanaman pertanian terutama tanaman pangan. Akan tetapi baru sebagian kecil yaitu seluas sekitar 4,5 juta hektar (22%) yang sudah di kembangkan untuk produksi pertanian (Tabel.2). Denganadanya perbaikan teknologi pengelolaan air dan lahan, maka produktivitas lahan dan pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan. Adanya waduk pengendali banjir dan tersedianya air pada musim kemarau, indeks pertanaman dapat ditingkatkan menjadi IP 200 sampai IP 300 (Susanto, 2013). Hal ini berarti bahwa dapat mengembangkan lahan potensial untuk produksi pertanian. Adanya waduk tampung air banjir, juga dapat di manfaatkan masyarakat untuk budidaya perikanan dan peternakan khususnya kerbau rawa (Noor, 2007). Kegiatan tersebut akan dapat menambah pendapatan masyarakat.dengan pengelolaan air yang terkendali kegiatan ekstensifikasi dan teknologi intensifikasi budidaya seperti penggunaan varitas unggul, pengelolaan tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemupukan dan pemeliharaan lahan dapat dilaksanakan. Hal itu berarti bahwa pendapatan masyarakat dan produksi pangan dapat lebih ditingkatkan (Tabel.6). pada gilirannya perkembangan ekonomi wilayah meningkat.perkiraan pendapatan petani dilahan lebak dari sekitar 4 juta rupiah perhektar menjadi sekitar 8 juta rupiah perhektar. Demikian juga pendapatan petani dilahan pasang surut dari sekitar 5 juta rupiah menjadi 15 juta rupiah perhektar (Tabel. 6).

9 Tabel.6. Perkiraan pendapatan petani dan produksi padi dilahan rawa Lahan Kegiatan intensifikasi Tambahan tanpa dengan Lebak: - Produksi (t/ha) 2,25 4,05 1,80 - Pendapatan (juta rupiah) 4,5 8,10 3,6 Pasang surut: - Produksi (t/ha) 2,40 7,50 5,10 - Pendapatan (juta rupiah) 4,80 15,0 10,20 total rawa: - Produksi (t/ha) 4,65 11,55 6,90 - Pendapatan (juta rupiah) 9,30 23,10 13,80 sumber: diolah dari data Noor (2007) dan Djafar (2012), perkiraan harga gabah Rp 2000/kg. Dari data pada tabel diatas ternyata bahwa dengan penggunaan teknologi itensifikasi dapat meningkatkan produksi tanaman padi dan pendapatan petani. Hal ini sependapat dengan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mulia Ningsih et.al, (2014), dan Hakim et.al. (2014). Apabila produksi dan pendapatan tersebut dibandingkan dengan luas lahan rawa yang sudah di kelola dan yang potensial serta IP200 produksi dan pendapatan akan meningkat lebih tinggi lagi (Tabel.7). Tabel. 7. Asumsi pendapatan minimum dan produksi padi pertahun dilahan rawa yang sudah dikembangkan dan yang potensial satuan lahan yang dikembangkan lahan potensial IP200 luas (juta hektar) 4, Produksi (juta ton) 27, Pendapatan (miliar rupiah) 54, Sumber: diolah dari data pada Tabel 2. Keterangan: - Asumsi produksi optimum rata-rata 6 t gabah/ha (Syahri dan Somantri, 2014) - Asumsi harga gabah Rp 2000/kg. Dari data pada tabel diatas, terlihat bahwa pengelolaan lahan rawa dapat meningkatkan produksi dan pendapatan. Apabila disertai dengan indeks panen (IP 200). Hal tersebut dapat meningkatkan masing-masing 504 miliar rupiah untuk pendapatan, dan produksi kurang lebih 252 juta ton atau setara dengan 151,2 juta ton beras pertahun. Kegiatan ini dapat dilakukan

10 apabila tata air dapat dikendalikan dan penggunaan teknologi hasil penelitian terutama untuk tanaman padi dilahan rawa. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal yaitu lahan rawa mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk dimanfaatkan guna meningkatkan produksi pangan dan pendapatan masyarakat. Dari luas lahan yang potensial yang ada baru sekitar 22 persen yang sudah dikembangkan untuk produksi pertanian terutama budidaya tanaman. Pengembangan lahan rawa untuk pertanian dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Dengan pengelolaan tata air yang baik, kondisi lahan rawa tetap basah dan lembab. Optimalisasi pengelolaan tata air dan perbaikan kesuburan lahan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan produksi tanaman pangan di lahan rawa. DAFTAR PUSTAKA Azdan, M.D, Pengelolaan lahan rawa berkelanjutan dalam menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan pangan nasional dan perubahan iklim. Prosiding seminar nasional INACID, Palembang 16 Mei-17 Mei Hal. P6.1-P6.14. Djafar, Z.R Budidaya tanaman dilahan pasang surut. Unsri Press, Palembang 168 hal. Hakim, M.M; Alamsyah; dan D.W. Sari Perbandingan tingkat produktivitas dan pendapatan petani pengguna pupuk organik pada agroekosistem lahan yang berbeda di Sumatera Selatan. Prosiding seminar nasional lahan suboptimal, Palembang September Hal Herawati; H; Suripin dan Suharyanto Pengembangan reservoir di daerah rawa untuk mendukukng pertanian pada lahan pasang surut. Prosiding seminar nasional INACID. Palembang 16 Mei-17 Mei Hal A2.1-A2.11. Imanudin, M.S Strategi operasi pengendalian muka air untuk pertanian daerah rawa pasang surut Sumatera Selatan Indonesia. Ringkasan Disertasi, program Pascasarjana Unsri Palembang. 103 hal. Imanudin, M.S; dan Bakri, Kajian budidaya jagung pada musim hujan di daerah reklamasi pasang surut dalam terciptanya indeks pertanaman 300%. Prosiding seminar nasional INACID. Palembang 16 Mei-17 Mei Hal.A8.1-A8.11. Juarsyah, I Pemanfaatan lahan rawa lebak berkelanjutan di kecamatan Rambutan kabupaten Banyuasin, propinsi Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian, BKS-PTN Wilayah Barat. Palembang 23 Mei-25 Mei Hal Mulyaningsih, N; K. Nur dan S. Hadiansyah Pengaruh kenaikan mutu air laut terhadap intrusi salinitas dan zona pengelolaan air di lahan rawa pasang surut. Prosiding seminar nasional INACID, Palembang 16 Mei-17 Mei 2014, Hal A14.1-A14.11.

11 Noor, M Rawa lebak; ekologi, pemanfaatan dan pengembangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 274 hal. Ratmini, N., S; dan I.S. Marpaung Teknologi untuk meningkatkan produksi padi sawah lebak bukaan baru di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional INACID. Palembang 16 Mei-17 Mei Hal. A11.1-A11.7. Rujito, A.S Keragaan Ketahanan berbagai genotype padi pada fase awal pertumbuhan tanaman terhadap lama cekaman terendam, Seminar Universitas Sriwijaya, Indrelaya 6 Mei hal. Subatra, K Pengaruh sisa amelioran, pupuk N dan P terhadap ketersediaan N, pertumbuhan dan hasil tanaman padi di musim tanam kedua pada lahan gambut. J. Lahan Suboptimal, 2: Susanto, R. H Pengelolaan lahan rawa untuk pembangunan berkelanjutan, Seminar Universitas Sriwijaya, Inderalaya 6 September Hal Susanto, R.H, Potensi dan strategi pemanfaatan lahan basah untuk pertanian, peternakan dan perikanan. Makalah pada seminar nasional lahan suboptimal. Palembang September hal. Syahbuddin, H Rawa lumbung pangan, menghadapi perubahan iklim. Laporan Balai Penelitian Lahan Rawa. Banjar baru. 71 hal. Syahri, dan R.U. Somantri Respon pertumbuhan tanaman padi terhadap rekomendasi pemupukan PUTS dan KATAM hasil litbang pertanian di lahan rawa lebak Sumatera Selatan,. J. Lahan Suboptimal, 2: Yunizar, Kajian teknologi hemat air pada padi gogo pada lahan kering masam dalam mengantisipasi perubahan ikllim di propinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional lahan Suboptimal, Palembang 26 September-27 September Hal

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak menjadi Sumber Pangan

Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak menjadi Sumber Pangan Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online) Vol. 2, No.1: 60-69, April 2013 Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak menjadi Sumber Pangan Zainal Ridho Djafar

Lebih terperinci

Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak menjadi Sumber Pangan

Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak menjadi Sumber Pangan Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 2, No.1: 58-67, April 2013 Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak menjadi

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si PERMASALAHAN AIR TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR Dalam pengelolaan tata air makro pada lahan rawa lebak menggunakan SISTEM POLDER. Pada sistem polder diperlukan bangunan air,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN Volume 16, Nomor 1, Hal. 45-52 Januari Juni 2014 ISSN:0852-8349 PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN Sri Ratmini dan Herwenita Balai

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

Kajian Pola Tanam dan Pola Pemupukan Padi Rawa di Lampung

Kajian Pola Tanam dan Pola Pemupukan Padi Rawa di Lampung Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-30 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 3, No.2: 161-167, Oktober 2014 Kajian Pola Tanam dan Pola Pemupukan Padi Rawa di Lampung Study

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP. Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang Suhendar Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya PENGETAHUAN RAWA RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik,

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan-lahan sub optimal pada masa yang datang merupakan pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk. 1992 dan Suryana. 2004). Hal ini terkait dengan masih berlangsungnya

Lebih terperinci

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN (Studi kasus Desa Panggang Marak, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah) Rosita Galib Balai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat

Lebih terperinci

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT SISTEM TATA AIR MIKRO (TAM) Novitasari,ST.,MT TIK Mahasiswa akan dapat memahami prinsipprinsip sistem pengelolaan air pada sistem tata air mikro, tipekal zoning, tipekal jaringan saluran blok sekunder,

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG)

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG) TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG) Ishak Yunus Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bina Darma Palembang Pengurus Himpunan Ahli

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan pangan utama yang dikonsumsi oleh hampir setengah penduduk dunia. Kebutuhan pangan akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kacang Tanah merupakan tanaman polong polongan kedua terpenting

PENDAHULUAN. Kacang Tanah merupakan tanaman polong polongan kedua terpenting PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang Tanah merupakan tanaman polong polongan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini sebetulnya bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan tanaman yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKSI DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SL PTT DI KABUPATEN KUANSING

KERAGAAN PRODUKSI DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SL PTT DI KABUPATEN KUANSING Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 3 Desember 2014 (231-236) ISSN 0215-2525 KERAGAAN PRODUKSI DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SL PTT DI KABUPATEN KUANSING Performance of Production

Lebih terperinci

Tata at Ai a r Rawa (Makr

Tata at Ai a r Rawa (Makr SISTEM TATA AIR RAWA PASANG SURUT Tata Air Rawa (Makro) 1 PEDOMAN TEKNIS Tata Air Makro adalah : Penguasaan air ditingkat kawasan/areal reklamasi yang bertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. POTENSI, KENDALA DAN SOLUSI DALAM PENGEMBANGAN LAHAN SUBOPTIMAL UNTUK MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN NASIONAL HASBI KEPALA PUSAT UNGGULAN RISET PENGEMBANGAN LAHAN SUBOPTIMAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia dewasa ini memerlukan kerja keras dengan melibatkan puluhan juta orang yang berhadapan dengan berbagai

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki sektor pertanian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan serta mengatasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perluasan lahan pertanian di Indonesia merupakan salah satu pengembangan sektor pertanian yang dimanfaatkan dalam ekstensifikasi lahan pertanian yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011 Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim Surakarta, 8 Desember 2011 BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34%

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LatarBelakang Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% (BPS, 2013), sementara itu sebagian besar penduduk Indonesia (± 90%) masih menjadikan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.) Kelompok 2: Wahyu Puspasari (121510501006) Tatik Winarsih (121510501009) Devi Anggun C (121510501010) Jeni Widya R (121510501018) Devy Cristiana (121510501020) Aulya Arta E (121510501021) KAJIAN POLA TANAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN KATA PENGANTAR Pedoman Desain Optimasi Lahan Rawa dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi para

Lebih terperinci

TEKNOLOGI UNTUK PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL KERING MASAM DAN BERIKLIM KERING SECARA PRODUKTIF, INKLUSIF, DAN EKOLOGIS

TEKNOLOGI UNTUK PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL KERING MASAM DAN BERIKLIM KERING SECARA PRODUKTIF, INKLUSIF, DAN EKOLOGIS SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TEKNOLOGI UNTUK PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL KERING MASAM DAN BERIKLIM KERING SECARA PRODUKTIF, INKLUSIF, DAN EKOLOGIS KUKUH MURTILAKSONO dan SYAIFUL ANWAR Pusat Unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer baik yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

Lebih terperinci

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 011 ISBN 78-0-147-0- 115 Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM MINAPADI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI PROVINSI JAMBI Yusma Damayanti Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala) Prosiding Pekan Serealia Nasional, 20 ISBN : 978-979-8940-29-3 Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sektor pertanian melalui peningkatan kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu upaya untuk memperkuat perekonomian

Lebih terperinci

KONDISI LAHAN PASANG SURUTKAWASAN RAWA PENING DAN POTENSI PEMANFAATANNYA

KONDISI LAHAN PASANG SURUTKAWASAN RAWA PENING DAN POTENSI PEMANFAATANNYA J. Tek. Ling Vol. 9 No. 3 Hal. 294-301 Jakarta, September 2008 ISSN 1441-318X KONDISI LAHAN PASANG SURUTKAWASAN RAWA PENING DAN POTENSI PEMANFAATANNYA Euthalia Hanggari Sittadewi Peneliti di Pusat Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007

LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007 LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007 1. Acara Panen Raya Padi Gogo Rancah dilaksanakan pada tanggal 13 Maret

Lebih terperinci