POLICY PAPER. Pengendalian Masalah Tembakau yang Efektif akan Mencegah Semakin Miskinnya Penduduk Miskin SERI:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLICY PAPER. Pengendalian Masalah Tembakau yang Efektif akan Mencegah Semakin Miskinnya Penduduk Miskin SERI:"

Transkripsi

1 SERI: 2 POLICY PAPER Pengendalian Masalah Tembakau yang Efektif akan Mencegah Semakin Miskinnya Penduduk Miskin Tembakau dikampanyekan oleh sebagian kalangan dengan alasan menyumbang perekonomian negara. Namun faktanya, tembakau justru berkontribusi terhadap kemiskinan di tingkat individu, rumah tangga, bahkan negara. Sementara industri rokok menikmati margin yang besar, masyarakat miskin perokok dan keluarganya justru menanggung beban penderitaan akibat konsumsi tembakau yang menyebabkan mereka semakin sulit keluar dari perangkap kemiskinan. Poster kampanye WHO pada Hari Tanpa Tembakau tahun 2004 dengan slogan Tobacco and poverty: a vicious circle 1, yang dapat diterjemahkan sebagai Tembakau dan Kemiskinan: Lingkaran Setan. Berbagai literatur telah menunjukkan dampak negatif konsumsi tembakau bagi kesehatan. Berbagai macam penyakit kanker, kardiovaskular (jantung - pembuluh darah), penyakit paru-paru, dan impotensi, adalah diantara sekian banyak gangguan kesehatan akibat tembakau. Konsumsi tembakau menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang di dunia setiap tahunnya atau setara dengan satu kematian setiap enam detik2. Pada saat banyak penduduk di negara maju mulai berhenti merokok, perkembangan penggunaan tembakau saat ini bergeser menjadi epidemik di negaranegara miskin dan menengah, yang menyumbang sekitar 82% dari total pengguna tembakau di dunia. Indonesia memiliki posisi signifikan dalam atlas tembakau di dunia karena Indonesia berada di posisi ketiga terbesar jumlah perokok di dunia. Dampak konsumsi tembakau mempunyai dimensi yang luas, tidak hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga pada dimensi sosial dan ekonomi. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengulas kaitan masalah tembakau dengan kemiskinan dan memberikan usulan bagaimana kebijakan pemerintah dalam pengendalian tembakau dapat berperan untuk lebih melindungi masyarakat miskin, dan negara. TEMBAKAU DAN KEMISKINAN Bukan tanpa sebab, pastinya, WHO mengangkat isu tembakau dan kemiskinan dalam kampanye tingkat global. Berikut adalah beberapa fakta tentang kaitan antara masalah tembakau dan kemiskinan. Fakta 1: Proporsi merokok lebih besar pada penduduk miskin, dibanding penduduk kaya. Fakta ini konsisten di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Hasil systematic review WHO terhadap berbagai studi menunjukkan bahwa kelompok penduduk berpendapatan rendah memiliki risiko 1,4 kali lebih tinggi untuk merokok dibandingkan kelompok dengan pendapatan tinggi (OR= 1.415, 95% CI )3. Kelompok keluarga termiskin mempunyai proporsi belanja rokok lebih besar (12%) dibandingkan kelompok terkaya (7%). Survei yang dilakukan selama tahun pada lebih dari keluarga miskin perkotaan menunjukkan bahwa tiga dari empat kepala keluarga (73,8%) adalah perokok aktif4. 1

2 Fakta 2: Pengeluaran rumah tangga untuk rokok mereduksi pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Lebih dari 60 juta orang membelanjakan uang setiap hari untuk membeli rokok. Perokok rata-rata menghabiskan 11 batang rokok setiap hari. Pada tahun 2008, Kosen dkk 5 menghitung biaya rata-rata yang dibelanjakan oleh individu perokok untuk membeli tembakau dalam satu bulan adalah Rp Secara nasional, belanja bulanan rokok pada keluarga perokok menempati urutan terbesar kedua (9%) setelah beras (12%) (BPS, 2006). Bagi keluarga miskin, situasi ini lebih buruk karena proporsi pengeluaran untuk rokok justru lebih besar dari makanan pokok. Belanja mingguan untuk membeli rokok menempati peringkat tertinggi (22%), lebih besar dari pengeluaran makanan pokok, yaitu beras (19%), jauh lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk telur (3%) dan ikan (4%) yang merupakan makanan kaya sumber zat gizi. Proporsi pengeluaran untuk rokok pada keluarga perokok ternyata setara dengan pengeluaran untuk beras pada keluarga non-perokok (22%) 4. Argumen bagi perokok: Rokok adalah hak asasi Namun, fakta membuktikan bahwa pengeluaran yang tinggi untuk rokok pada keluarga miskin telah mengesampingkan hak anggota keluarga (terutama ibu dan anak) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Perokok menghabiskan pengeluaran untuk rokok sekitar tujuh kali lebih tinggi dibandingkan pengeluaran per kapita untuk kesehatan. Pada kelompok yang berada di bawah garis kemiskinan, ratio ini jauh lebih besar, dimana pengeluaran untuk tembakau 19,2 kali lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk kesehatan, dan 7 kali pengeluaran untuk pendidikan 6. Kematian bayi dan balita pada keluarga miskin perokok lebih tinggi dibandingkan non-perokok. Studi pada lebih dari rumah tangga miskin di perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok daripada yang tidak merokok. Di perkotaan, proporsi kematian bayi dengan ayah perokok adalah 6,3% vs 5,3% pada keluarga dengan ayah tidak merokok. Di pedesaan, perbedaannya lebih besar, yaitu 9,2% (dengan ayah perokok) vs 6,4% (dengan ayah bukan perokok). Gambaran serupa terlihat pada kematian balita. Perbandingan angka kematian balita pada keluarga dengan ayah perokok dan bukan perokok adalah 8,1% vs 6,6% di perkotaan; 10,9% vs 7,6% di pedesaan 7. Fakta 3: Rokok memperburuk derajat kemiskinan. Gbr 1. Pengeluaran Mingguan Keluarga Miskin Perkotaan dengan Ayah Perokok Gambaran situasi di atas terkait erat dengan risiko terjadinya gizi kurang pada bayi dan balita dari keluarga perokok. Bayi dan balita yang mengalami gizi kurang berisiko lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat kerentanan terhadap penyakit. Konsekuensi jangka panjangnya adalah hilangnya sebuah generasi (loss generation). Dampak negatif rokok terhadap kesehatan menyebabkan beban pengeluaran kesehatan bagi keluarga menjadi lebih besar. Beban ini diperburuk lagi dengan fakta bahwa dampak kesehatan dari rokok menyebabkan lebih tingginya risiko kematian dan hilangnya produktivitas. Bagi penduduk miskin, situasi ini menyebabkan mereka semakin terjerat dalam lingkaran kemiskinan. Selain itu, penduduk miskin akan semakin sulit keluar dari kecanduan rokok karena untuk sebagian mereka, rokok merupakan pelarian dari masalah hidup. Hubungan antara merokok dan kemiskinan dapat dijabarkan sebagai berikut 8 : 2

3 Gbr 2. Hubungan antara Merokok dan Kemiskinan Kaitan antara rokok dan kemiskinan dapat mengarah pada terjadinya kemiskinan struktural yang pengaruhnya berlanjut secara intergenerasi. Bayangkan suatu keluarga miskin dengan ayah perokok, maka kebutuhan dasar anak-anaknya (makanan, kesehatan, dan pendidikan) akan teralihkan untuk memenuhi kepuasan merokok sang ayah. Kondisi ini diperberat lagi dengan buruknya status kesehatan anak akibat infeksi yang merupakan dampak asap rokok di dalam rumah. Anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi sumber daya manusia dengan kualitas yang rendah, yang pada akhirnya berpeluang menambah deretan penduduk miskin. Fakta 4: Rokok tidak hanya memperburuk kemiskinan di tingkat rumah tangga, tetapi juga bagi negara. Tembakau tidak hanya memperburuk kemiskinan penggunanya, tetapi secara umum menyebabkan beban finansial yang sangat besar bagi negara. Di tingkat nasional, biaya yang diakibatkan oleh penggunaan tembakau diantaranya meningkatnya pembiayaan kesehatan, hilangnya produktivitas sebagai akibat kesakitan dan kematian usia produktif, menurunnya nilai tukar mata uang asing, dan kerusakan lingkungan 1. Negara menanggung beban pembiayaan kesehatan dan kehilangan produktivitas yang sangat besar sebagai dampak dari penyakit dan kematian usia dini akibat penggunaan tembakau. Di negara maju, biaya kesehatan tahunan yang terkait penggunaan tembakau berkisar 6% dan 15% dari total biaya kesehatan. Di Cina, suatu studi pada pertengahan tahun 1990an mengestimasikan biaya kesehatan langsung dan tidak langsung sebagai akibat merokok adalah US$ 6,5 miliar per tahun. Sedangkan di Mesir, biaya langsung per tahun untuk pengobatan penyakit yang diakibatkan penggunaan tembakau diestimasikan sebesar US$ 545,5 juta. Jika tren penggunaan tembakau tidak mengalami penurunan, diperkirakan sebanyak 650 juta orang dari populasi dunia saat ini akan meninggal akibat tembakau, dan separuhnya meninggal dalam usia produktif, kehilangan tahun hidupnya 1. Kerugian ekonomi total penduduk Indonesia dalam setahun akibat konsumsi produk-produk tembakau mencapai Rp. 338,75 triliun, atau lebih dari enam kali pendapatan cukai rokok Pemerintah yang hanya Rp. 53,9 triliun. Jumlah tersebut setara dengan belanja Kementerian Pendidikan Nasional RI lebih dari lima tahun atau sama dengan belanja Kementerian Kesehatan RI selama lebih dari 15 tahun. 5 Fakta 5: Dengan menurunkan penggunaan tembakau pada kelompok miskin, akan berdampak signifikan terhadap pencapaian MDGs. Pengendalian tembakau berperan dalam mencapai MDGs melalui 9 : Mengurangi besarnya yang dibelanjakan untuk rokok dibandingkan untuk makanan (MDG 1). Mendorong pergeseran dalam penggunaan uang yang tadinya untuk rokok menjadi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikn (MDGs 1,2,3,4,5). Menurunkan jumlah anak yang tidak dapat bersekolah sebagai akibat dari pertanian tembakau atau hand-rolling tobacco products (MDG 2). Menurunkan jumlah perempuan yang merokok dan terpapar dengan secondhand smoke (MDG 3). 3

4 Menurunkan paparan secondhand smoke bagi populasi secara keseluruhan, dan terutama bagi anak-anak dan wanita hamil (MDG 4 dan MDG 5). Menurunkan angka kematian akibat HIV/AIDS dan tuberkulosis yang terkait dengan penggunaan tembakau (MDG 6). Mengurangi kerusakan lingkungan akibat penanaman, konsumsi, dan sampah tembakau dan produknya (MDG 7). Mengembangkan koalisi yang efektif untuk pengendalian tembakau (MDG 8). Pemahaman bahwa upaya penurunan penggunaan tembakau pada kelompok miskin akan berdampak signifikan terhadap pencapaian MDGs merupakan salah satu pertimbangan penting bagi pemerintah dalam menyusun program-program yang lebih efisien. TANTANGAN KEBIJAKAN SAAT INI Argumen utama yang menghambat penerapan kebijakan pemerintah dalam pengendalian masalah tembakau adalah adanya kekawatiran bahwa penurunan konsumsi rokok berdampak langsung pada turunnya jumlah pekerja industri rokok dan petani tembakau yang berarti naiknya jumlah pengangguran, ditambah dengan turunnya pendapatan pemerintah. Nampaknya pemerintah perlu mengkaji lagi fakta ini. Lebih lanjut, pemerintah perlu membandingkan kontribusi industri rokok dengan kerugian ekonomi yang diakibatkannya. Data menunjukkan kontribusi industri rokok, pertanian tembakau dan cengkeh terhadap total penerimaan dalam negeri pada tahun 2005 hanyalah sebesar 1,64%. Sedangkan daya serap industri pengolahan tembakau pada tahun 2006 hanya 1,4%10. Dari aspek kesehatan, perkiraan total biaya kesehatan yang dibelanjakan oleh rakyat Indonesia ( kasus) dalam setahun untuk penyakit yang dikaitkan dengan tembakau berjumlah total Rp 18,5 triliun, terdiri dari Rp 15,4 triliun untuk pelayanan rawat inap dan Rp 3,1 triliun untuk pelayanan rawat jalan. Dampak dari konsumsi tembakau menyebabkan kehilangan tahun produktif (DALYs Loss/Disability Adjusted Life Years Loss). Dengan menggunakan GDP per capita pada tahun 2008 (sebesar US$ 1,420), maka secara makro total tahun poduktif yang hilang akibat konsumsi tembakau menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$ 18,5 milyar (setara dengan Rp 166,5 triliun) 5. Saat ini pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat melalui program jaminan perlindungan. Namun menjadi ironi jika faktanya sebagian besar biaya kesehatan tersebut digunakan untuk membiayai penyakit yang dikaitkan dengan konsumsi rokok. REKOMENDASI Sebagai bagian dari kesungguhan pemerintah dalam melindungi masyarakatnya, terutama masyarakat miskin, diperlukan serangkaian kebijakan spesifik untuk mengendalikan masalah rokok pada masyarakat miskin. Kebijakan yang dikembangkan harus difokuskan untuk: (1) mencegah konsumsi rokok bagi yang belum merokok, (2) memperkecil akses terhadap konsumsi rokok, dan (3) membantu mereka yang sudah merokok untuk dapat berhenti. Dalam kebijakan pengendalian masalah tembakau terkait dengan dampaknya terhadap kemiskinan, maka kebijakan yang dikembangkan harus menjadi tanggung jawab bersama antara Parlemen, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Sosial. Usulan kebijakan diantaranya: 1. Meningkatkan harga dan cukai rokok Kebijakan peningkatan harga rokok akan melindungi penduduk termiskin dari kecanduan dan perangkap akibat konsumsi rokok. Hasil estimasi data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 menunjukkan bahwa peningkatan 10% harga rokok akan menurunkan konsumsi rokok perokok termiskin sebanyak 16%, sementara konsumsi rokok perokok kaya hanya akan turun 6%. Ini menunjukkan bahwa perokok termiskin lebih sensitif terhadap harga dibandingkan 4

5 perokok terkaya11. Kebijakan kenaikan cukai yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara harus juga diarahkan untuk menurunkan konsumsi rokok pada orang miskin. Melihat besarnya masalah sosial dampak rokok, terutama pada penduduk miskin, maka kebijakan peningkatan harga dan cukai rokok merupakan kebutuhan yang mendesak. Penetapan kebijakan ini pada masa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 (sebelum 2012) dapat menjadi salah satu contoh keberhasilan pemerintahan ini. 4. Menyusun program promosi kesehatan dan penghentian adiksi rokok yang terintegrasi pada program perlindungan masyarakat, misalnya pada jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin. Targetnya adalah masyarakat miskin yang menggunakan jaminan kesehatan untuk pembiayaan penyakit akibat rokok akan diberikan program promosi kesehatan dan penghentian rokok yang intensif. Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama pemerintah dengan berbagai LSM ataupun institusi yang bergerak dalam pengendalian masalah tembakau. 2. Melakukan monitoring penggunaan dana bantuan tunai pada kelompok miskin untuk memastikan dana tersebut tidak digunakan untuk membeli rokok. Memang monitoring yang dilakukan memang tidak akan bisa sepenuhnya mencegah penggunaan dana tersebut untuk membeli rokok, tetapi diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat dan meningkatkan kesadaran yang pada akhirnya berdampak pada pengurangan konsumsi rokok. Hal ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih bertanggung jawab dalam penggunaan dana tersebut. 3. Menyusun program bantuan sosial lain dengan prasyarat tidak merokok. Dalam peluncuran Peraturan Daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok, Walikota Pontianak sudah mengemukakan wacana pemberian bantuan perbaikan rumah layak huni dan beasiswa sekolah kepada keluarga yang orang tuanya tidak merokok. Saat ini DKI Jakarta juga sedang menyusun kebijakan serupa. Prasyarat tidak merokok untuk pemberian bantuan bisa dilakukan, walaupun kajian mendalam tentang hal ini masih harus dilakukan. 5. Meningkatkan pendidikan dan informasi bagi masyarakat (termasuk penggunaan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar). Masyarakat, terutama konsumen, tidak sepenuhnya menyadari risiko penyakit dan kematian dini akibat merokok. Hal ini terutama karena rentang waktu untuk munculnya gejala penyakit akibat rokok umumnya lama, sekitar tahun. Untuk itu diperlukan program pendidikan masyarakat yang komprehensif. Program pendidikan ini dapat dilakukan melalui media, film, pendidikan lingkungan sekolah, dan sebagainya. Salah satu sarana pendidikan masyarakat yang efektif dan tidak memerlukan biaya dari pemerintah adalah Peringatan Kesehatan berbentuk gambar di bungkus rokok. Pendekatan ini efektif diantaranya karena: menjangkau segala lapisan; memiliki efek repetitif karena dilihat hampir kali/tahun oleh perokok yang merokok 1 bungkus/hari; biaya produksi menjadi tanggungan industri rokok, dan mudah dipahami oleh kelompok masyarakat berpendidikan rendah dan buta huruf10. Di tingkat masyarakat, inisiatif pengendalian masalah tembakau sudah mulai terlihat, diantaranya dari dibentuknya kampung-kampung bebas rokok di Lampung Selatan, Kabupaten Enrekang (Sulawesi Selatan), Jogyakarta, Surabaya, dan Bogor. 5

6 DAFTAR PUSTAKA: 1. WHO. Tobacco and Poverty: A Vicious Circle WHO. Report on the Global Tobacco Epidemic Gbr 3. Kampung Bebas Rokok di Dusun Bone-Bone, Kabupaten Enrekang ( 3. WHO. Systematic Review of the Link Between Tobacco and Poverty Semba et al. Paternal smoking is associated with increased risk of child malnutrition among poor urban families in Indonesia. Public Health Nutrition: 10(1), Kosen dkk. Study on Medical Expenditure and Burden of Major Tobacco Attributed Disease in Indonesia. Final Report submitted to WHO Indonesia. NIHRD. Center for Health Systems and Policy Research and Development, Jakarta Center for Health Research. Smoking, Poverty, and Loss Generation Semba RD, et al. Paternal Smoking and Increased Risk of Infant and Under-5 Child Mortality in Indonesia. J Public Health;98: Teh-wei Hu. Trading Tobacco for Health Initiative: Smoking and Poverty. Presentation material presented in Bangkok, March The Union. Fact Sheet: Tobacco and Poverty. 10. TCSC Bunga Rampai Fakta Tembakau, Permasalahannya di Indonesia. Tobacco Control Support Center (TCSC), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan. 11. Ahsan, Abdillah dan Mulia H.L. Tobing. Study of the impact of tobacco consumption among the poor. Faculty of Economics, University of Indonesia, Depok, ID Diakses dari: TOPIC.html 12. TCSC-IAKMI. Fact Sheet: Konsumsi Rokok dan Balita Kurang Gizi. Informasi : TCSC Jl. Jati Padang Raya No. 41 Pasar Minggu - Jakarta Telp.: , Fax: Website: tcipha@yahoo.com info@tcscindo.org 6

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan ketergantungan yang menjerat konsumennya tanpa pandang status sosial ekonomi penggunanya. Konsumen rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah kemiskinan. Memperbaiki gizi di masa awal kehidupan manusia dapat membangun fondasi yang kuat dalam membantu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan faktor risiko terbesar yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap tahunnya merokok menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir 20% penduduk di dunia adalah perokok. Pada tahun 2009, jumlah rokok yang dikonsumsi mencapai 5,9 triliun batang, meningkat sebesar 13% dalam dekade terakhir.

Lebih terperinci

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama (SpP (K), DTMH, MARS Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan - RI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan kembali menaikkan harga cukai untuk

1. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan kembali menaikkan harga cukai untuk 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pemerintah melalui Kementerian Keuangan kembali menaikkan harga cukai untuk Tahun 2013 dengan besaran rata-rata sekitar 8,5 persen atau mulai Rp 5,00 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari

Lebih terperinci

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng Data global mencatat bahwa 6 juta orang meninggal dunia tiap tahun akibat penyakit terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis masih merupakan masalah utama baik di Indonesia maupun di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3 juta kasus

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan Tujuan Pembangunan Indonesia The 4th ICTOH Balai Kartini,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan

Lebih terperinci

Deni Wahyudi Kurniawan

Deni Wahyudi Kurniawan Dukungan Masyarakat Indonesia Terhadap Kebijakan Pengendalian Tembakau dan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-FCTC) Deni Wahyudi Kurniawan Disampaikan Pada Simposium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya masyarakat yang sehat maka akan terwujud pula kecamatan, menjangkau dan dimanfaatkan oleh setiap warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya masyarakat yang sehat maka akan terwujud pula kecamatan, menjangkau dan dimanfaatkan oleh setiap warga negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan sangat memerlukan perhatian karena dengan terwujudnya masyarakat yang sehat maka akan terwujud pula kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan negara

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu, BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsure kesejahteraan yang harus diwujudkan bagi segenap bangsa Indonesia sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok telah lama dikenal oleh masyakarat Indonesia dan dunia dan jumlah perokok semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. The Tobacco Atlas 2009 mencatat,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dr. Supriyatiningsih, Sp.OG, M.Kes MTCC Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pendahuluan Angka perokok di Indonesia terus meningkat dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari. Namun, kecanduan dalam merokok masih belum bisa lepas dari masyarakat di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Permasalahan akibat merokok saat ini sudah menjadi topik yang terusmenerus dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara

Lebih terperinci

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) atau SDGs, yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai penelitian telah menjelaskan dampak buruk akibat merokok terhadap kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang dikarenakan bukan hanya penyakit menular yang menjadi tanggungan negara tetapi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok menimbulkan polusi terhadap perokok pasif dan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa negara yang tergolong paling tinggi tingkat perokoknya. Sepuluh negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional merupakan usaha meningkatkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PESAN BAHAYA ROKOK PADA BUNGKUS ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK MASYARAKAT MISKIN

EFEKTIVITAS PESAN BAHAYA ROKOK PADA BUNGKUS ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK MASYARAKAT MISKIN EFEKTIVITAS PESAN BAHAYA ROKOK PADA BUNGKUS ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK MASYARAKAT MISKIN Sri Widati Tobacco Control Support Centre East Java widatisantoso@gmail.com Abstract: Smoking prevalence in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tembakau diperkirakan sudah digunakan sejak 100 tahun sebelum masehi oleh suku Aborigin di Amerika (Geiss 2007). Kemudian ketika, Columbus mendarat di benua Amerika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang selalu menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dalam laporannya, World Health Organization

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu ancaman terbesar masalah kesehatan didunia, bisa menyebabkan kematian sekitar 6 juta penduduk per tahun. Lebih dari 5 juta kematian akibat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SUBSIDI KESEHATAN BAGI RUMAH TANGGA MISKIN, KONSUMSI ROKOK DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 Dan 2004

KEBIJAKAN SUBSIDI KESEHATAN BAGI RUMAH TANGGA MISKIN, KONSUMSI ROKOK DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 Dan 2004 KEBIJAKAN SUBSIDI KESEHATAN BAGI RUMAH TANGGA MISKIN, KONSUMSI ROKOK DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 Dan 2004 Juanita, Laksono T, Ghufron A.M, Yayi S.P Disampaikan pada Forum

Lebih terperinci

KONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA DAN PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKANNYA

KONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA DAN PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKANNYA KONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA DAN PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKANNYA Chriswardani S *, L. Ratna K* Ki Hariyadi ** *Fak. Kesehatan Masy UNDIP ** PMPK FK UGM LATAR BELAKANG Jumlah perokok di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah perokok dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik laki-laki, perempuan. Usia perokok juga bervariasi dari yang dewasa sampai remaja bahkan anak dibawah umur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision making, bahkan mungkin harus dilakukan beberapa kali. Mulai dari masalah-masalah yang sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang harus diperhitungkan. Beban ganda kesehatan menjadi permasalahan kesehatan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah serta masyarakat umum. Salah satu masalah yang sangat umum sekarang adalah meningkatnya

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB) dapat berlanjut menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini merokok sudah seperti budaya yang melekat di Indonesia. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan negara pengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal kelompok yang bersangkutan (WHO, 2001). Anemia merupakan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap sebagai perilaku yang wajar dan menjadi bagian dari kehidupan sosial dan gaya hidup tanpa memahami risiko

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular pembunuh nomor satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat 9,6

Lebih terperinci

KONSUMSI ROKOK DAN KONTRIBUSI TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH

KONSUMSI ROKOK DAN KONTRIBUSI TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH KONSUMSI ROKOK DAN KONTRIBUSI TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH JARINGAN SURVEI INISIATIF Alamat : Jln. T. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Telepon : (0651) 6303

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi rokok merupakan salah satu penyebab utama kasus kematian di dunia yang dapat dicegah (Erdal, Esengun, & Karakas, 2015). Beberapa penelitian terkait risiko yang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan sekitar 6 juta kematian pertahun. Lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsumsi rokok di dunia Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan dengan aspek kesehatan, namun juga aspek ekonomi, sosial, budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rata-rata kematian karena rokok pada laki-laki adalah 248 jiwa pada tiap 100.000 laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok adalah 7%, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Pangan Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan hingga saat ini. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada masyarakat, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok sudah menjadi kebudayaan di masyarakat sehingga kegiatan merokok ini dapat kita jumpai di banyak tempat. Padahal sebagian besar masyarakat sudah mengatahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia, dari berbagai kalangan masyarakat mengetahui dan juga banyak diantaranya

Lebih terperinci

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar di dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 juta kematian yang

Lebih terperinci

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Masalah Merokok di Indonesia Situasi Terkini Penyakit Terkait Rokok di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

KAJIAN KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) PADA SEKTOR KESEHATAN KHUSUSNYA PRODUKSI TEMBAKAU/ROKOK

KAJIAN KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) PADA SEKTOR KESEHATAN KHUSUSNYA PRODUKSI TEMBAKAU/ROKOK KAJIAN KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) PADA SEKTOR KESEHATAN KHUSUSNYA PRODUKSI TEMBAKAU/ROKOK Indonesian Conference on Tobacco or Health 2017 Balai Kartini, Jakarta 15-16

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)

HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) Sudikno 1 ; Bona Simanungkalit 2 ; Yekti Widodo 1 dan Sandjaja 2 1 Pusat Teknologi Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan tersebut berlaku bagi masyarakat kelas ekonomi bawah dan kelas ekonomi atas. Kebiasaan merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Generasi muda adalah tulang punggung bangsa jika dulu para pahlawan dengan susah payah membela bangsa dengan bambu runcing, maka kita mengemban tugas dengan mengangkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami oleh dunia. Rokok membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya. Lebih dari 5 juta kematian diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN Disampaikan dalam rangka menjadi pembicara pada Diskusi Panel kenaikan cukai dan harga rokok sebagai Instumen pengendalian tembakau

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi, tetapi tidak dapat dipungkiri indonesia menjadi salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi, tetapi tidak dapat dipungkiri indonesia menjadi salah satu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat, khususnya para pengusaha telah di kejutkan dengan adanya krisis global yang melanda dunia. Walaupun pemerintah telah mengatakan untuk tidak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa yang dibutuhkan negara dan suatu bentuk investasi negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya

Lebih terperinci

Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok

Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok www.iakmi.or.id 1 Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok Oleh : Dr. Sumarjati Arjoso, SKM Ketua TCSC IAKMI Amanat Pembukaan UUD 1945 Amanat Pendiri Bangsa Indonesia Nation MDGs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Perilaku merokok telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan terjadinya 25 penyakit di tubuh manusia. Analisa mendalam tentang aspek sosio ekonomi dari bahaya merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dua beban ganda kesehatan Indonesia menjadi permasalahan kesehatan bagi bangsa ini. Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium Development Goals

Lebih terperinci