BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II. A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN II. A. 1. Definisi Pengambilan Keputusan Menurut Salusu (2004) pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Ketika keputusan sudah dibuat, sesuatu yang baru mulai terjadi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambil tindakan, serta mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill et al., dalam Salusu 2004). Harus ada tindakan yang dibuat saat tiba waktunya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya itu bukanlah keputusan, tetapi lebih tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik (Drucker&Hoy, dalam Salusu, 2004). Harris (1998) menjabarkan pengambilan keputusan sebagai: Decision making is the study of identifying and choosing alternatives based on the values and preferences of the decision maker. Decision making is the process of sufficiently reducing uncertainty and doubt about alternatives to allow a reasonable choice to be made from among them Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengidentifikasi dan memilih alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat alternatif pilihan yang tidak hanya harus diidentifikasi tetapi juga dipilih, dan pemilihannya sesuai dengan nilai, tujuan, gaya hidup dan lain sebagainya sebagaimana yang dianut pengambil keputusan. Proses yang terjadi 13

2 pada pengambilan keputusan bertujuan untuk menekan ketidakpastian dan keraguan atas alternatif pilihan (Harris, 1998). Janis & Mann (1977) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan merupakan pemecahan konflik dan terhindar dari faktor situasional: Decision making as a matter of conflict resolution and avoidance behaviors due to situational factors (Janis & Mann, 1977) Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses mengidentifikasikan alternatif yang ada sehingga dapat dipilih yang paling sesuai dengan nilai dan tujuan individu untuk mendapatkan solusi dari masalah tertentu. II. A. 2. Tahapan Pengambilan Keputusan dan Faktor yang Mempengaruhi Gambaran unik proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang dapat dilihat dari tahap-tahap yang dilaluinya sebelum sampai pada keputusan akhir. Hal ini berbeda-beda pada setiap individu dan tergantung pada pola seseorang dalam menghadapi masalahnya. Janis & Mann (1977) memperkenalkan lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan, yang terdiri atas: a. Menilai Masalah Tahap ini meliputi pengenalan terhadap masalah, mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi tindakan yang akan dilakukan, menemukan tujuan yang ingin dicapai bagi penyelesaian masalah yang kompleks. 14

3 Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penilaian masalah pada tahap ini, yaitu sumber masalah untuk dapat dipercaya, kejelasan masalah, dan kepribadian serta mood seseorang waktu menilai permasalahan yang ada. Pada tahap ini, pertanyaan kunci atau inti yang dapat diajukan untuk melihat suatu keputusan yang akan diambil adalah: Adakah risiko serius yang akan timbul jika saya tidak melakukan perubahan? b. Menilai alternatif-alternatif yang ada Setelah seseorang merasa yakin terhadap informasi yang berkaitan dengan masalahnya, dia mulai memusatkan perhatian pada berbagai alternatif pilihan yang ada. Seseorang juga berusaha mencari masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya. Selain itu, ia juga akan semakin memberikan perhatian pada informasi yang relevan di media massa. Hal yang paling penting pada tahap ini adalah sikap terbuka dan fleksibilitas. Hal itu berguna dalam mengumpulkan seluruh kemungkinan alternatif, baik yang nyata maupun tidak nyata. Faktor yang mempengaruhi jalannya tahap kedua ini adalah mengumpulkan seluruh kemungkinan alternatif, dan efisiensi pencarian keterangan mengenai alternatif yang ada. Pertanyaan kunci pada tahap ini adalah Apakah saya telah melihat dan mempertimbangkan seluruh alternatif yang ada? c. Menimbang Alternatif Pada tahap ini, seorang pengambil keputusan mulai mengevaluasi seluruh pilihan yang ada berdasarkan konsekuensi dan kemungkinan untuk dilakukan. Mengenai konsekuensi tindakannya, seseorang melihat kemungkinan manfaat 15

4 dan pengorbanan yang harus diterima. Ketika seseorang menyadari bahwa terdapat kemungkinan terjadinya penyesalan di masa mendatang, ia pun menjadi semakin berhati-hati dalam menimbang alternatif-alternatif yang ada. Karakteristik seseorang yang berada pada tahap ini adalah munculnya ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin telah dilakukan dan ketidakinginan untuk komit atas alternatif-alternatif. Meskipun seseorang mulai merasa yakin atas pilihan yang terbaik, biasanya menjadi responsif atas informasi baru yang penting. Tahap ini dipengaruhi oleh adanya keahlian/keterampilan yang dimiliki seseorang sebelumnya yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk meperhitungkan seluruh kemungkinan secara akurat. Pertanyaan kunci pada tahap ini adalah Apa alternatif yang terbaik bagi saya? d. Membuat Komitmen Tahap ini ditandai dengan penumpukan tegangan dalam mempertimbangkan banyaknya alternatif. Hal ini hanya dapat diatasi dengan membuat komitmen terhadap pilihan. Setelah membuat komitmen, pengambil keputusan pun mulai mempertimbangkan untuk mengimplementasikan komitmennya dan memberitahu orang lain mengenai keputusan yang diambilnya. Pengambil keputusan menyadari bahwa cepat atau lambat, orang lain dalam jaringan sosialnya akan mengetahui mengenai keputusan yang diambilnya, dan ia juga menyadari bahwa ketika ia mengimplementasikan dan mengungkapkan keputusannya, maka ia akan terkait dengan keputusannya. Dengan demikian pada saat pengambilan keputusan, membuat langkah awal untuk membuat 16

5 suatu komitmen, ia mengantisipasi kemungkinan kehilangan harga diri jika ia gagal menjalankan keputusan yang sudah dibuatnya, ia menjadi lebih termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya dengan cara-cara yang dapat membantunya untuk mengimplementasikan keputusannya dengan kekuatiran yang minim. Dengan demikian, tahap ini sangat dipengaruhi oleh orang-orang atau kelompok yang dianggap penting oleh pengambil keputusan. Pertanyaan yang menjadi kunci pada tahap ini adalah Kapan saya dapat mengimplementasikan alternatif terbaik dan membiarkan orang lain tahu keputusan saya? e. Tetap Melakukan Komitmen Meskipun Ada Umpan Balik yang Negatif Setiap keputusan yang diambil seseorang mengandung risiko (nilai negatif), yang penting adalah tidak bereaksi berlebihan terhadap kritik atau kekecewaan yang mungkin timbul. Pertanyaan kunci: Apakah risiko itu menjadi serius jika saya melakukan perubahan? Apakah risiko itu menjadi suatu hal yang serius jika saya melakukan perubahan? Dari tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa seseorang akan sangat berhati-hati dan sangat mempertimbangkan segala sesuatu untung atau ruginya sebelum mengambil suatu keputusan yang akan menjadi sebuah komitmen dalam hidupnya. Komitmen tersebut haruslah dilakukan dengan serius dan sungguhsungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. Jika komitmen tidak dilakukan, maka itu bukanlah suatu keputusan, tapi hanya sebatas hasrat atau keinginan. 17

6 II. A. 3. Proses Pengambilan Keputusan Janis & Mann (1977) mengemukakan, pada umumnya individu akan menghadapi konflik dalam mengambil suatu keputusan yang sangat penting. Munculnya konflik membuat pengambil keputusan akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan muncul. Konflikkonflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak tindakan yang harus dilakukan sesuai keputusan yang dibuat. Simptom yang dominan muncul adalah keragu-raguan, kebimbangan, ketidakpastian, dan tandatanda stres ketika keputusan ditetapkan. Sesuai dengan hal tersebut, metode yang efektif dalam pengambilan keputusan adalah metode yang menggunakan conflict-theory model, dapat melihat segala konsekuensi yang mungkin terjadi ketika mengambil satu keputusan tertentu. Hal ini tergantung dari jawaban individu yang mengambil keputusan tersebut terhadap empat pertanyaan dasar dalam metode ini. Metode ini mencakup tiga hal besar yang harus diperhatikan, yaitu antecendent conditions (kondisi-kondisi yang mendahului), mediating processes (proses-proses yang terjadi), dan consequences (akibat-akibatnya). Banyak hal yang mempengaruhi ketiga hal tersebut, baik internal maupun eksternal. Antecendent conditions sangat dipengaruhi oleh variabel komunikasi seseorang, yang kemudian sangat mempengaruhi mediating processes. Oleh sebab itu, variabel komunikasi ini sangat diperhatikan dalam satu proses pengambilan keputusan. 18

7 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi antecendent conditions dapat berupa faktor situasional dan juga variabel kepribadian dan karakteristikkarakteristik lain dari seorang pengambil keputusan (Elms dalam Janis & Mann, 1974). Semua faktor ini sangat mempengaruhi kesediaan pengambil keputusan untuk memberikan jawaban-jawaban yang positif atau negatif terhadap keempat pertanyaan dasar tersebut. Keunikan dari model ini adalah spesifikasi kondisikondisi yang ada, berhubungan dengan konflik, harapan, dan waktu tertekan yang mengantarai pola pengambilan keputusan yang khusus. Kelima tahapan pengambilan keputusan menurut Janis & Mann, yang telah dijelaskan di atas akan menunjukkan suatu proses yang unik dari tahap pertama ke tahap berikutnya, demikian seterusnya sampai tahap kelima. Proses yang terjadi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya akan menggambarkan sisi negatif dan sisi positif yang mungkin terjadi dari jawaban setiap pertanyaan yang diajukan. Proses pengambilan keputusan tersebut akan menunjukkan kondisi-kondisi yang terjadi sebelumnya, kemudian proses apa saja yang akan muncul, serta apa yang menjadi akibatnya. Hal ini menolong pengambil keputusan untuk meneliti dan menganalisa setiap jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan dari setiap proses yang terjadi. Jawaban itu akhirnya akan mengarahkan pengambil keputusan kepada satu keputusan akhir, yang akan dianut dalam hidupnya, dengan setiap konsekuensi yang mungkin terjadi. 19

8 Proses pengambilan keputusan menurut Janis & mann tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Antecendent Conditions Mediating Processes Consequences START : Feedback positif atau negative (sesuatu yang mendukung atau menghambat) Informasi tambahan tentang Penderitaan dari Ketidakberubahan Question 1: Apakah ada risiko yang serius jika tidak berubah? TIDAK Ketaatan yang bertentangan Mungkin atau Ya Informasi tentang Penderitaan dari Berubah Tanda-tanda dari informasi yang mungkin dan sumber-sumber yang tidak digunakan Mungkin atau Ya Question 2: Adakah risiko yang serius jika saya berubah? Question 3: Apakah mungkin untuk berharap menemukan solusi yang lebih baik? TIDAK TIDAK Perubahan yang Bertentangan Akhir: Nilai pencapaian yang tidak sempurna dan kemungkinan rencana Defensive Avoidance Mungkin atau Ya Informasi tentang batasan dan waktu yang tertekan Mungkin atau Ya Question 4: Apakah ada waktu yang cukup untuk mencapai dan dengan tenang? waspada TIDAK Hyper waspada Akhir: Nilai pencapaian sepenuhnya dan kemungkinan rencana 20

9 Proses pengambilan keputusan yang digambarkan dalam bagan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Diawali dari kondisi atau tanda-tanda yang mengancam, mengindikasikan penderitaan yang serius (atau kegagalan untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan) akan muncul jika ketaatan seseorang terhadap tindakan yang diambil atau ketidakgiatannya. Individu mencari informasi-informasi jika ia tidak berubah dari keadaan yang sekarang. Kerugian atau penderitaan apa yang akan ia alami jika tetap dalam kondisi sekarang. Pertanyaannya adalah: Apakah ada risiko yang serius jika saya tidak berubah? Jika individu berespon negatif (menjawab tidak ), maka ia akan tetap melakukan ketaatan yang bertentangan. Hal ini akan menyebabkan individu tersebut tidak mencapai nilai yang sempurna atas keputusan yang diambil serta rencana-rencana yang mungkin. Jika individu menjawab mungkin atau iya, maka kemungkinan dia akan menyadari bahwa kerja keras yang dilakukan akan sangat melelahkan dan merusak kehidupan keluarganya. Dia mulai berfikir tentang alternatif lain. Jika alternatif-alternatif tersebut tidak menimbulkan respon yang negatif terhadap pertanyaan berikutnya tentang risiko perubahan, dia akan tetap pada keputusan yang sangat sulit, ingin berubah untuk menghindari risiko yang serius, tapi dalam waktu yang bersamaan juga tidak ingin berubah untuk menghindari harga dan risiko yang harus dibayar atas tindakan yang harus dilakukan. b. Individu kemudian mencari lagi informasi tentang penderitaan-penderitaan yang mungkin terjadi jika melakukan perubahan. Lebih besar komitmen yang 21

10 dibuat oleh individu yang mengambil keputusan, maka lebih besar kemungkinan untuk mengalami stres ketika sebuah komunikasi yang menantang atau peristiwa-peristiwa yang memotivasinya untuk mencapai tindakan yang lebih baik. Pertanyaannya adalah: Apakah ada risiko yang serius jika saya berubah? Jika individu menjawab tidak, maka dia akan mengalami perubahan yang bertentangan. Dia tidak menemukan suatu risiko jika ia berubah. Maka individu akan tetap melakukan tindakannya yang sebelumnya. Hal ini juga akhirnya akan menyebabkan individu tidak mencapai penilaian yang sempurna serta kemungkinan rencana-rencananya juga tidak sempurna. Tapi jika individu menjawab Mungkin atau ya, maka komitmen yang diambil tersebut akan terus ia kerjakan. Semakin ia berkomitmen, maka semakin besar ancaman baginya dari celaan sosial dan hukuman lain untuk berubah. c. Jika individu tersebut mengetahui bahwa keberadaannya sekarang sangat buruk, dia akan merasakan putus asa untuk dapat menemukan solusi yang memuaskan. Tapi individu tersebut akan semakin mencari informasi dan segala sumber daya yang belum digunakan untuk lebih lagi mencari kemungkinan solusi yang lebih baik dan memuaskan dirinya. Pertanyaannya adalah: Apakah mungkin berharap untuk menemukan solusi yang baik dan memuaskan? 22

11 Jika individu berespon negatif, maka dia akan kehilangan harapan untuk mendapatkan solusi yang lebih baik. Oleh sebab itu, dia akan menunjukkan pola perilaku yang menghindar dari kenyataan yang ada. Jika individu menjawab mungkin atau ya, maka dia akan merenungkan setiap hal yang telah pernah dia lalui dan melihat ke depan, kemungkinan yang bisa dilakukan lebih baik untuk kelanjutan hidupnya. d. Perenungan yang dilakukan pada langkah ke-3 di atas akan membuat perhitungan-perhitungan selanjutnya. Tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan dengan waktu yang mungkin untuk mencapainya dengan tidak terburu-buru menjadi hal yang kemudian dipikirkan. Pertanyaannya adalah: Apakah ada waktu yang cukup untuk mencapainya dan dengan tenang atau tidak tergesa-gesa? Jika individu berespon negatif terhadap pertanyaan ini, maka dia akan sangat memperhatikan, apakah ada waktu yang cukup untuk mencapai solusi yang lebih baik. Pada tahap ini, pengambil keputusan berada pada tahap stress psikologis yang sangat tinggi. Dia akan menjadi sangat ketakutan terhadap ancaman penderitaan yang diyakini akan muncul terus menerus sampai mendekati waktu untuk mendapatkan solusi yang lebih baik, mengetahui bahwa satu atau lebih konsekuensi yang lain yang tidak diharapkan akan terwujud. Kondisi ini akan menjadikan individu tersebut menjadi sangat hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan). Individu tersebut memberikan respon terhadap tekanan batasan waktu, ketika semua alternatif yang mungkin menimbulkan ancaman yang menimbulkan penderitaan yang sangat serius. 23

12 Keadaan ini akan berakhir juga dengan penilaian pencapaian yang tidak sempurna serta perencanaan yang mungkin dilakukan juga tidak sempurna. Jika individu berespon positif (menjawab mungkin atau ya ) akan menghasilkan stres yang rendah, karena individu tersebut telah yakin dan pasti dengan solusi yang diambilnya. Individu tersebut akan melakukannya dengan berhati-hati dan dengan pertimbangan yang matang atas segala sesuatu yang telah ia lalui dari tahap pertama sampai kepada yang keempat ini. Hal ini akhirnya akan memberikan penilaian pencapaian yang sempurna serta perencanaan yang mungkin diambil akan mudah dilakukan dengan satu keyakinan bahwa rencana itu akan memberikan kondisi yang lebih baik bagi individu tersebut. Dari keempat proses tersebut dapat dilihat bahwa hanya ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada seseorang yang mengambil suatu keputusan: yang pertama, jika respon yang diberikan dari setiap pertanyaan yang muncul dalam proses tersebut selalu negatif (menjawab tidak ), maka akan memberikan hasil yang tidak baik, yaitu kemampuan dan kemungkinan melaksanakan setiap rencana yang dibuat tidak akan sempurna. Kondisi ini akan menghasilkan keputusan yang tidak memuaskan. Sebaliknya, yang kedua, jika respon yang diberikan dari setiap pertanyaan selalu positif, maka keputusan yang diambil akan memuaskan, yaitu kemampuan dan kemungkinan melaksanakan setiap rencana akan sempurna dan berhasil. 24

13 II. B. Narkoba Narkoba adalah suatu istilah yang berasal dari terjemahan asing, seperti drug abuse dan drug dependence, di kalangan awam dikenal dengan istilah Narkoba, yang merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain, yaitu Napza, yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif. Berbagai istilah yang sering digunakan, tidak jarang menimbulkan salah pengertian, tidak saja di kalangan medis, tapi juga masyarakat awam (Hawari, 2003). Dalam penelitian ini digunakan istilah Narkoba. II. B. 1. Definisi Narkoba Narkoba itu sendiri sulit untuk diartikan, karena tergantung pada perspektif masing-masing individu. Berikut ini akan dikemukakan pengertian istilah narkoba menurut Dinas Kesehatan. Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan aparat penegak hukum, untuk bahan/obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan, dan sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono, 2000). Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi individu yang menggunakannya. Menurut Hawari (2003), semua zat yang tergolong sebagai narkoba akan menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya akan berakibat pada ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 25

14 a. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang dimaksud, dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya. b. Kecenderungan untuk menambah takaran sesuai dengan toleransi tubuh. c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi, dan sejenisnya. d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejal fisik yang dinamakan gejala putus zat (withdrawal symptoms). II. B. 2. Jenis-jenis Narkoba Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan zat-zat yang terkandung di dalamnya memiliki efek samping yang berbeda-beda. Tidak ada jenis narkoba yang aman bagi tubuh. Penggunaan narkoba adalah berbahaya dan merusak kesehatan, baik secara jasmani maupun mental-emosional dan sosial. Pengaruh yang ditimbulkan narkoba berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, halusinasi, rangsangan semangat dan timbulnya khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi penggunanya. Menurut Badan Narkoba Nasional (2004), jenis narkoba yang tergolong narkotika, diantaranya: a. Heroin Ini merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan. Sangat mudah membuat individu yang menggunakannya kecanduan, karena 26

15 efeknya sangat kuat. Heroin mempunyai kekuatan dua kali lebih kuat dari morfin. Cara penggunaannya berupa suntikan, dihirup dan dimakan. Biasanya jenis ini ditemukan dalam bentuk pil, bubuk putih dengan rasa pahit dan cairan. Jenis narkoba ini dapat menimbulkan rasa ngantuk, lesu, jalan ngambang dan penampilan dungu. b. Ganja Dikenal dengan nama marijuana, gelek, cimeng, budha stick, dan marijane. Narkoba jenis ini menimbulkan ketergantungan psikis, terutama bagi mereka yang telah rutin menggunakannya. Biasanya bentuknya berupa daun kering, cairan yang lengket dan minyak. Pemakaian ganja dapat menurunkan kemampuan motorik, bingung, kehilangan konsentrasi dan penurunan motivasi. Efek yang ditimbulkan dapat menyebabkan komplikasi kesehatan pada daerah pernafasan, sistem peredaran darah dan kanker. Cara pemakaiannya dengan dihisap seperti rokok. c. Hashisu Jenis ini mempunyai bentuk yang bermacam-macam, bahkan ada yang juga bubuk. Hashisu memiliki efek sepuluh kali lebih besar dari marijuana. Zat yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan efek psikologis. Hashisu diperoleh dari daun-daun dan pucuk bunga tanaman Cannabis Sativa dan Cannabis Indica. Psikotropika merupakan zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku disertai timbulnya halusinasi, ilusi dan gangguan cara berfikir. Narkoba jenis ini 27

16 dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi bagi para pemakainya. Menurut Badan Narkoba Nasional (2004), narkoba yang tergolong psikotropika, diantaranya adalah : a. Ecstacy Ini merupakan salah satu obat bius yang dibuat secara illegal di sebuah laboratorium dalam bentuk tablet atau kapsul yang berwarna-warni. Jenis ini dikenal dengan nama Inex, XTC, Black heart, Huge drug, yuppie drug, dan essence. Cara menggunakannya ditelan secara langsung. Efeknya, peningkatan detak jantung, tekanan darah meningkat, hilangnya kontrol dan peningkatan rasa percaya diri. b. Shabu shabu Nama aslinya adalah methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan. Jenisnya antara lain gold river, coconut, dan kristal. Tidak berwarna ataupun berbau. Obat ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap syaraf. Pemakai obat ini akan selalu bergantung pada obat bius ini dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian. Efek yang dihasilkan adalah kehilangan berat badan, sering halusinasi, mengalami kerusakan pada organ tubuh, seperti pada liver dan lambung. c. Obat Penenang Obat ini meliputi Pil koplo, Nipam, Valium, obat tidur. Bentuknya berupa tablet yang berwarna-warni. Penggunaan obat ini akan memperlambat respon 28

17 fisik, mental, dan emosi. Bila penggunaan dicampurkan dengan alkohol akan menghasilkan kematian. Zat aditif lainnya yang tergolong narkoba adalah: a. Alkohol Jenis ini dapat memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian. b. Zat yang mudah menguap Zat ini akan menimbulkan perasaan senang yang berlebihan, puyeng, penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan. Selain itu akan mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna. Gangguan kesehatan yang sering ditimbulkan adalah ginjal, lever, paru-paru, dan merusak otak. c. Zat yang menimbulkan halusinasi Zat ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna. Individu yang mengkonsumsi zat ini akan merasakan senang dan sejahtera karena perubahan pada proses berfikir dan menghilangkan kontrol. Meskipun jenis-jenis narkoba sangat banyak, tapi satu hal yang pasti bahwa setiap jenis tersebut akan menimbulkan adiksi atau ketergantungan. Hal ini disebabkan karena setiap jenis narkoba mengandung suatu zat yang menimbulkan psychoactive effects. 29

18 II. B. 3. Kecanduan Narkoba Permasalahan kecanduan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial, kriminalitas, kerusuhan massa, dan lain sebagainya (Hawari,2003). Menurut Hawari (2003), secara umum pecandu narkoba dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu: a. Kecanduan Primer Ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang umumnya terdapat pada orang yang berkepribadian yang tidak stabil. b. Kecanduan Reaktif Kecanduan ini terdapat pada remaja, yang terjadi karena dorongan, keingintahuan, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan, serta pengaruh teman kelompok sebaya. c. kecanduan Simtomatis Kecanduan ini pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian antisosial dan pemakaian narkoba hanya sebagai kesenangan semata. II. B Definisi Kecanduan Penyalahgunaan narkoba menyebabkan kecanduan pemakaian terhadap narkoba itu sendiri. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa nikmat, nyaman, kesenangan, dan ketenangan, walaupun hal tersebut sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Memang banyak yang berpendapat bahwa kecanduan zat atau drug addiction merupakan penyakit 30

19 kompleks yang menahun dan sering kambuh walaupun ada periode obstinensia yang berjangka lama (Thaib dalam Alatas, 2001). Penyalahgunaan terjadi apabila pemakaian obat tanpa petunjuk medis, biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapa kasus, biasanya dapat menjadi fatal. Lebih lanjut, Sudirman (dalam Alatas, 2001) menjelaskan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan fungsi social dan okupasional. Menurut Hawari (2003), kecanduan narkoba (zat) adalah kondisi yang kebanyakan disebabkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya toleransi zat dan gejala putus zat. Selanjutnya, dalam buku pedoman Puskesmas dan Rumah Sakit Umum (2001), kecanduan narkoba didefinisikan sebagai keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik, sehingga tubuh memerlukan jumlah narkoba yang makin bertambah (disebut toleransi), sehingga jika pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul gejala putus zat. Oleh karena itu, ia selalu berusaha memperoleh narkoba yang dibutuhkannya, agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara normal; jika tidak, ia akan mengalami gejala putus zat. Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan narkoba adalah suatu kondisi yang disebabkan karena penyalahgunaan obat atau zat, yang akan mengakibatkan pengguna tersebut mengalami ketergantungan fisik dan psikis. Akibat dari kecanduan tersebut akan merusak tubuh dan berdampak terhadap kondisi psikologisnya. 31

20 II. B Faktor Penyebab Kecanduan Narkoba Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas, mengapa seseorang menjadi seorang pecandu narkoba dan mengakibatkan ketergantungan. Harboenangin (dalam Yatim, 1986) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua bagian besar penyebab seseorang menjadi pecandu narkoba, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. 1. Faktor Internal a. Faktor Kepribadian Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Faktor kepribadian juga memungkinkan bahwa drug abuse lebih cenderung terjadi pada mereka yang lebih rebellious, impulsive, menerima perilaku illegal, berorientasi pada pencarian sensasi (Brook, dkk dalam Sarafino, 1998). b. Inteligensi Pecandu yang melakukan konseling sering ditemukan bahwa mereka mempunyai kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata kebawah dari kelompok usianya. 32

21 c. Usia Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja, karena kondisi social psikologis yang membutuhkan pengakuan, identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang. d. Dorongan kenikmatan dan perasaan ingin tahu Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama. e. Pemecah masalah Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada. 2. Faktor Eksternal 1. Keluarga Dalam perbincangan sehari-hari, keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian tim UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta pada tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu: a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba 33

22 b. Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak) c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya. e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal. f. Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu. 2. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor 34

23 sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis. 3. Faktor Kesempatan Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu faktor tertentu. II. B Akibat Kecanduan Narkoba Menurut DSM IV TR (2000), Sudirman (dalam Alatas, 2001), dan Neale, dkk.(2004), ada 3 bagian yang akan mengalami gangguan akibat dari penggunaan narkoba, yaitu kondisi fisik, gangguan kehidupan mental emosional, dan gangguan terhadap kehidupan sosial. a. Gangguan terhadap kondisi fisik 35

24 Gangguan terhadap kondisi fisik akan mengakibatkan organ-organ tubuh menjadi rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti: 1) Akibat zat itu sendiri Gangguan yang muncul adalah termasuk gangguan mental organic akibat zat, misalnya intoksikasi, yaitu perubahan mental yang terjadi karena dosis berlebih yang memang diharapkan oleh pecandu. Sebaliknya, bila pemakaiannya terputus maka akan terjadi kondisi putus zat. 2) Akibat bahan campuran/pelarut Bahaya yang mungkin timbul adalah infeksi dan emboli. 3) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril Tindakan ini akan mengakibatkan terjadinya infeksi, terjangkitnya penyakit AIDS dan hepatitis. 4) Akibat pertolongan yang keliru Akibat pertolongan yang keliru yang diberikan kepada pecandu akan mengakibatkan gangguan fisik, misalnya dalam keadaan tidak sadar, pecandu diberi minum. 5) Akibat tidak langsung Pada individu yang mengkonsumsi alkohol akan terjadi stroke atau malnutrisi karena gangguan absorbsi. b. Gangguan terhadap kehidupan mental emosional Intoksikasi dari pemakaian narkoba dapat menimbulkan perubahan kehidupan mental emosional. Hal ini akan termanifestasi pada gangguan 36

25 perilaku yang tidak wajar, seperti sindrom amotivasional dan depresi yang menyebabkan bunuh diri. c. Gangguan terhadap kehidupan sosial Gangguan mental emosional pada pecandu narkoba akan mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja, atau sekolah. Hubungan anggota keluarga dan teman dekat akan terganggu. Selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai pada perceraian. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecanduan narkoba akan merusak saraf pusat atau organ-organ tubuh lain. Hal ini mengakibatkan melemahnya fisik, daya fikir, dan merosotnya moral. Selain itu juga akan merusak hubungan keluarga, menurunnya kemampuan belajar, produktivitas kerja menurun drastis, perubahan perilaku menjadi perilaku anti sosial, gangguan kesehatan, meningkatnya tindakan kriminalitas, untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, mereka akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh narkoba. II. C. Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Menggunakan Narkoba Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penyalahgunaan narkoba, yang cenderung akan menyebabkan kecanduan dapat berisiko menyebabkan timbulnya gangguan jiwa dan juga gangguan perilaku. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ-III, 1993) termasuk kategori diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Pemakai narkoba kehilangan kontrol terhadap perilaku penggunaan narkoba, 37

26 sehingga dosisnya semakin lama semakin besar. Jika dihentikan akan mengakibatkan gejala putus zat, dengan perubahan fisiologis tubuh yang sangat tidak menyenangkan, sehingga memaksanya untuk menggunakan zat tersebut lagi atau yang sejenisnya untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Penggunaan narkoba dapat menguntungkan bagi seorang pecandu, yaitu memberikan rasa senang dan hilangnya rasa sakit yang ada dalam hidupnya, bahkan dapat memberikan rangsangan semangat. Namun di samping itu juga, sangat banyak dampak negatif yang muncul dan sangat merugikan serta membahayakan pecandu tersebut. Identifikasi terhadap bahaya dan dampak negatif tersebutlah yang mendorong pecandu untuk mengambil keputusan untuk berubah dan berhenti dari kehidupannya yang gelap dan menderita selama ini. Sesuai dengan teori dari Janis & Mann, tahap awal yang dilakukan dalam mengambil keputusan adalah menilai masalah yang ada. Pada tahap ini, seorang pecandu akan mencoba mengenali permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat kecanduan, mencari informasi-informasi tentang pengaruh positif atau negatif jika berhenti mencandu. Setelah pecandu menemukan segala informasi tersebut, maka akan ditentukan satu tujuan yang ingin dicapai untuk menyelesaikan segala masalah yang ada. Pada tahap ini, pecandu cenderung akan mendapatkan feedback negatif dari dirinya sendiri atau lingkungan tentang keinginannya untuk berhenti dari kecanduan. Namun jika keinginan itu kuat, maka kesempatan yang ada akan dipandang sebagai suatu kesempatan yang menantang untuk menunjukkan bahwa pecandu bisa berubah dan memiliki masa depan yang lebih baik. Meskipun hal ini 38

27 sangat sulit untuk dicapai, karena selama seseorang menjadi pecandu, sangat banyak perubahan-perubahan kondisi fisik, terkhusus sistem saraf dan organ tubuh pokok lainnya, seperti otak, jantung, paru-paru, liver, dan jaringan tubuh. Hal ini disarari penuh oleh seorang pecandu. Hal ini menyebabkan pecandu untuk mencari informasi-informasi tambahan tentang risiko yang serius yang mungkin muncul jika tetap mencandu (misalnya: melemahnya fungsi otak dan menurunnya kekebalan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi otak dan tubuh). Meskipun sulit, namun dia akan terus menilai alternatif-alternatif yang ada, yang mungkin untuk dilakukan seorang pecandu. Setelah tahu risiko jika tetap mencandu, maka dia juga akan mencari tahu risiko dan keuntungan jika berhenti dari mencandu. Dalam hal ini, pecandu harus menilai secara objektif, jika menginginkan hasil yang terbaik. Meskipun kenikmatan ketika menggunakan narkoba sangat sulit untuk dilepaskan, namun satu hal yang harus diingat dengan jelas, bahwa narkoba akan merusak sistem saraf Locus Coeruleus (LC), yang merupakan nukleus adrenergik terbesar di otak. Jika sistem ini rusak, maka akan mengakibatkan hilangnya kemampuan kontrol tubuh dan menjadi ketergantungan fisik secara penuh. Hal inilah juga yang menyebabkan sangat sulit seorang pecandu dapat berhenti dari penggunaan narkoba. Pecandu kemudian akan menimbang alternatif-alternatif yang ada: berhenti atau tetap mencandu dengan segala risiko dan konsekuensi yang mungkin dihadapi. Pada tahap ini, pecandu akan mendapatkan tanda-tanda dari setiap informasi yang diperolehnya, baik yang buruk maupun yang positif. Selama proses ini, pecandu akan mengetahui keberadaannya yang sebenarnya sekarang 39

28 sangat buruk, setelah menjadi seorang pecandu untuk sekian lama. Mungkin pecandu akan merasa putus asa untuk mendapatkan solusi yang memuaskan. Karena jika berhenti, akan ada akibat negatifnya, tetapi jika tetap mencandu maka tinggal kehancuranlah yang akan dihadapi. Sejalan dengan itu, pecandu yang ingin mengambil keputusan berhenti dari penggunaan narkoba akan semakin mencari informasi dan segala sumber daya yang belum digunakan untuk lebih mencari kemungkinan solusi yang lebih baik dan memuaskannya. Alternatif-alternatif yang ada akan membuat pecandu bingung dan merasakan ketegangan terhadap segala pertimbangan dari setiap alternatif. Hal ini menuntut pecandu membuat suatu komitmen dalam dirinya untuk berubah dan akan menghadapi segala kemungkinan yang menyakitkan. Karena konsekuensi negatif jauh lebih besar jika tetap mencandu daripada berhenti. Jika berhenti, memang akan merasakan sakit atau sakaw untuk masa-masa awal perubahan. Tapi tindakan ini akan lebih memberikan kehidupan yang baik dan berharga. Setelah komitmen diambil, maka pecandu akan memikirkan tentang waktu untuk melakukannya sampai berhasil dan akhirnya memberikan seperti yang diharapkannya sebelumnya. Meskipun komitmen telah diambil, tetapi masih ada kemungkinan pecandu tidak melakukannya. Hal ini terjadi jika komitmen yang diambil membuatnya tertekan dan merasa stres. Pecandu sangat ketakutan terhadap ancaman penderitaan yang diyakini akan muncul terus menerus sampai komitmen tersebut berhasil dilakukan. Namun jika pecandu merasa yakin penuh dan yakin akan memiliki waktu yang cukup untuk mencapai komitmen tersebut sampai akhir, maka stresnya akan lebih rendah dan lebih memungkinkan pecandu 40

29 untuk melakukan komitmen berhenti mencandu dengan lebih mudah. Pecandu akan menjalani perubahan gaya hidup yang baru sesuai komitmennya tersebut dengan sangat berhati-hati dan dengan sungguh. Jika pecandu sampai pada tahap ini, maka dia akan tetap melakukannya dan menganutnya meskipun ada umpan balik yang akan dihadapinya. Meskipun ada risiko negatif yang muncul selama melakukan komitmen tersebut, maka pecandu tersebut akan terus berjuang dan menghadapinya dengan penuh keberanian. Tindakan ini tentunya akan memberikan nilai pencapaian dan perencanaan yang sempurna terhadap keputusan yang diambil, yaitu berhenti menggunakan narkoba dan menjadi seorang manusia yang kembali memiliki kehidupan yang layak dan berharga. 41

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA C.02 STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA Rilla Sovitriana Fakultas Psikologi, UPI YAI rilla.sovitriana@gmail.com Abstraksi. Subjek (A) adalah seorang remaja putri

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat terbatas. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba itulah yang mendorong terjadinya penyalahgunaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, masalah penyalahgunaan narkoba meningkat luas, tidak hanya di kota besar namun juga di kota-kota kecil dan pedesaan di Indonesia.

Lebih terperinci

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perlindungan korban tindak pidana dalam sistem hukum nasional nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : 15061143 Prodi Akuntansi Tugas Aplikom 1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 SAY NO TO DRUGS SEJAK Anak bisa berkomunikasi, mereka mulai menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang penggunaannya di

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. Setiap tahunnya penggunaan Napza semakin meningkat.

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NARKOBA) dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukan kecenderungan peningkatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba di Indonesia telah menunjukkan titik yang sangat mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya.. Kecemasan Berlebihan Kecemasan berlebihan atau dalam bahasa psikologi di kenal dengan nama Anxiety merupakan suatu gangguan yang muncul karena kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat Adiktif dan Psikotropika Bab 11 Zat Adiktif dan Psikotropika Sumber: image.google.com Gambar 11.1 Berbagai jenis zat adiktif dan psikotropika Di era modern ini banyak sekali kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

GAMBARAN SOCIAL SUPPORT PECANDU NARKOBA

GAMBARAN SOCIAL SUPPORT PECANDU NARKOBA GAMBARAN SOCIAL SUPPORT PECANDU NARKOBA DISUSUN OLEH : RAHMA YURLIANI, S.Psi NIP. 132 316 966 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN AGUSTUS 2007 GAMBARAN SOCIAL SUPPORT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum. Masalah

Lebih terperinci

NARKOBA : ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA Oleh : Chandra Dewi Puspitasari, S.H.

NARKOBA : ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA Oleh : Chandra Dewi Puspitasari, S.H. NARKOBA : ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA Oleh : Chandra Dewi Puspitasari, S.H. Laju peredaran narkoba akhir-akhir ini semakin marak. Menjamur, tidak hanya di perkotaan saja tetapi telah merambah pedesaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman keras akhir-akhir ini telah menimbulkan masalah yang menganggu kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari akan bahaya pengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Regulasi Emosi 2.1.1 Definisi Regulasi Emosi Regulasi emosi mempunyai beberapa definisi dari para ahli. Menurut Shaffer, (2005), regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terapi rumatan metadon adalah sebuah terapi dimana terdapat substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik yang berbentuk cair yang

Lebih terperinci

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN By Zulkarnain Masalah Kesehatan Mental Kecemasan Depresi Kecemasan Kecemasan merupakan suatu gangguan yang biasa didapati pada pekerja. Dilaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apabila individu tidak mampu menyaring informasi yang datang dari luar maka

BAB I PENDAHULUAN. Apabila individu tidak mampu menyaring informasi yang datang dari luar maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman begitu cepat baik dari kemajuan teknologi maupun informasi. Kemajuan di bidang teknologi dan informasi menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan untuk Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku menurut Chaplin (2005) memiliki beberapa arti yaitu (a) sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang diakukan organisme, (b) bagian dari satu

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Jumlah pengguna dan pecandu narkoba dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau yang populer diistilahkan dengan narkoba di kalangan sekelompok masyarakat kita menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih BAB II LANDASAN TEORI A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian pengambilan keputusan Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif bagaimana cara bertindak dengan

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 40 BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 A. Faktor-faktor Terjadinya Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN NARKOBA Istilah narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Lama kelamaan disadari bahwa kepanjangan narkoba tersebut keliru sebab istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 25 BAB II LANDASAN TEORITIS A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION MAKING) A.1. Definisi Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan menurut George R. Terry adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)

Lebih terperinci

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : NUARI YAMANI

Lebih terperinci

Bab 31 Mengenal narkoba

Bab 31 Mengenal narkoba Banyak pengguna obat terlarang, dalam keingintahuan, mencari sensasi, melarikan diri dari tekanan dan frustasi, ditindas oleh orang lain dan penyebab lainnya mulai mencoba obat terlarang. Jika menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap

Lebih terperinci

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

DRUG ABUSE KELOMPOK 5 DRUG ABUSE KELOMPOK 5 Pertanyaan Umum 1. Identitas Pribadi Nama Pasien : Umur : tahun (*pria/wanita) Alamat : Suku : Agama : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : Aktivitas sehari-hari : Status pernikahan

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa penyebab yang melatarbelakangi pemilihan judul Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang. Latar belakang dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Harm Reduction (pengurangan dampak buruk narkoba) di Indonesia telah lahir sejak 1999 pertamakali di Bali dan telah digunakan dalam berbagai cara untuk mengatasi persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Narkoba Narkoba atau Narkotika dan Obat (bahan berbahaya) merupakan istilah yang sering kali digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. Narkoba dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35 Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba kini mengintai setiap generasi muda khususnya para pelajar, masyarakat, keluarga, dan sekolah memikul tanggung jawab untuk menjaga para pelajar dari ancaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperkenalkan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) atau yang sering dikenal dengan Narkoba(Narkotika

Lebih terperinci

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito NAPZA Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito POST TEST Apa yang dimaksud dengan Napza? Apa kerugian yang disebabkan oleh pemakaian Napza? Bagaimana cara pencegahan penyalahgunaan narkoba? SAY NO TO NAPZA!

Lebih terperinci

Kasus penyalahgunaan narkoba

Kasus penyalahgunaan narkoba Narkoba Perusak Generasi Bangsa # Humas Poltekkes Kemenkes Bengkulu # A. PENDAHULUAN Didorong pula oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, mereka mnerima bujukan tersebut. Selanjutnya akan dengan

Lebih terperinci