BAB II KERANGKA TEORI. persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORI. persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih,"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Persepsi Pengertian Persepsi Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Suryani (2008) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan, dan mengintepretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. Sedangkan menurut Ferrinadewi (2008) bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diintepretasi menjadi informasi yang bermakna. Persepsi menurut Arnould dkk (2002:310) merupakan proses pemberian arti berdasarkan sensor stimuli. Adanya stimulus yang mengenai sensory receptor mengakibatkan individu merespon. Respon langsung atau segera dari organ sensory receptor tersebut dinamakan sensasi. Tingkat kepekaan sensasi antara individu satu dengan yang lain berbeda-beda. Menurut Runyon dan Stewart (1987:423) persepsi merupakan proses dimana stimuli yang datang diberikan sebuah makna atau dengan kata lain proses dimana kita akan mengerti tentang dunia. Sedangkan menurut Bourne dan Ekstrand (1979:67) dalam Horton (1984) persepsi merupakan proses dimana pikiran kita membentuk representasi internal dari dunia luar. Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana pikiran manusia mengolah stimuli-stimuli yang ada untuk menjadi sesuatu yang

2 memiliki makna dan menjadi representasi dari stimuli-stimuli yang telah di terima tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengertian persepsi menurut Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Suryani (2008) yaitu persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan, dan mengintepretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses respon terhadap stimulus. Melalui sensor penyerap, stimulus tersebut akan memicu terjadinya proses internal. Proses persepsi terjadi secara cepat, otomatis, dan tidak disadari oleh konsumen. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen. 1. Pandangan, yaitu bentuk, ukuran, gaya, maupun warna kemasan produk atau jasa. Beberapa produk kemudian mempatenkan warna sebagai diferensiasi dan warna resmi perusahaan, 2. Suara, yaitu seperti musik, perkataan endorser dapat menciptakan brand awareness dan menciptakan mood yang positif terhadap produk. Suara atau musik dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku konsumen. 3. Aroma, yaitu bau tertentu yang dapat mempengaruhi emosi apakah itu rasa suka, rasa sebal, atau bahakan perasaan tenang. Aroma juga dapat meningkatkan kenyamanan konsumen.

3 4. Rasa, yaitu ketika konsumen berinteraksi dengan produk yang terkadang konsumen memiliki rasa suka yang tinggi untuk rasa tertentu. Biasanya ini ditemukan dalam usaha tempat makan. 5. Tekstur, yaitu tekstur identik dengan sentuhan terhadap produk yang kemudian membuat persepsi seusai dengan yang seringkali diasosiasikan. 6. Paparan, yaitu terjadi ketika stimulus eksternal mengenai sensor penyerap subjek. Dengan banyaknya stimulus yang ada di lingkungan, konsumen mungkin hanya akan memperhatikan satu stimulus saja. 7. Perhatian, yaitu sejauh mana konsumen memproses stimulus tersebut. Proses ini sangat ditentukan oleh karakter stimulus dan kondisi konsumen sebagai penerima stimulus saat itu Proses Persepsi Persepsi pada hakikatnya merupakan suatu proses psikologis yang kompleks yang juga melibatkan aspek fisiologis. Proses psikologis yang terlibat dari dalamnya dimulai dari proses memilih, mengorganisasikan dang mengintepretasikan sehingga terdapat sebuah makna atas objek tersebut. Terdapat tiga proses penting dalam persepsi yaitu: a. Seleksi Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera yang disebut dengan sensasi. Stimuli yang beragam bentuknya akan selalu menyentuh indera konsumen. Dalam kondisi seperti ini, konsumen akan memilih stimuli yang menarik

4 perhatiannya. Ada dua faktor yang mempengaruhi pemilihan stimuli yang akan di persepsikan oleh konsumen. 1. Faktor dari stimuli itu sendiri Kararkteristik dari stimuli itu sendiri yang akan mempengaruhi konsumen untuk memilihnya. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi karakteristik stimuli yaitu: a. Kekontrasan (perbedaan yang menyolok) Prinsip kontras ini menyatakan bahwa stimuli eksternal yang berbeda atau berlawanan dengan kondisi yang ada akan menarik perhatian. b. Kebaruan Stimuli yang baru apakah itu berupa iklan baru, produk baru, kostum tenaga penjual yang baru dan lain-lain yang sifatnya masih baru menurut konsumen akan menarik perhatian konsumen. c. Intensitas Semakin kuat intensitas suatu stimuli elsternal akan semakin dirasakan konsumen, sehingga konsumen cenderung memperhatikannya. d. Besarnya ukuran Ukuran sangat sering dikaitkan dengan intensitas. Semakin besar suatu obyek, maka akan semakin dirasakan oleh konsumen.

5 e. Gerakan Prinsip gerakan ini menyatakan bahwa konsumen akan memberikan perhatin lebih terhadap objek bergerak yang dilihatnya dibandingan dengan objek yang tidak bergerak. f. Pengulangan Stimuli yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian konsumen dibandingkan stimuli yang kemunculannya hanya sekali. Konsumen cenderung memperhatikan stimuli yang berulan-ulang dibandingkan dengan yang tidak. 2. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Konsumen pada umumnya akan melihat dengan cermat apa yang mereka harapkan berdasarkan pengalamannya. Faktor internal dipengaruhi oleh beberapa prinsip yaitu: a. Pemaparan selektif (Selective exposure) Konsumen cenderung memilih apa yang dilihat dan dirasakannya secara selektif. Tidak semua yang mengenai dirinya akan dipilih. Berbagai informasi yang ada di ingatannya akan mempengaruhi pemilihannya. b. Perhatian selektif (Selective attention) Konsumen dapat memperhatikan stimuli secara sengaja dan tidak sengaja. Perhatian secara sengaja akan terjadi jika

6 konsumen sadar dan aktif memperhatikan pada stimuli. Jika konsumen mempunyai keterlibatan terhadap suatu produk, maka konsumen akan melakukan perhatian selektif. c. Bertahan secara perspetual (Perceptual defence) Konsumen secara tidak sadar akan melindungi dirinya dari stimuli yang dianggap dapat membahayakan dan mengurangi kenyamanan konsumen. Konsumen akan melindungi dirinya dari stimuli yang tidak sesuai dengan kebutuhan, keyakinan, dan nilai-nilainya. d. Menutup secara perseptual (Perceptual blocking) Pada saat konsumen disentuh dengan banyak stimuli, mereka akan melindungi dirinyan dengan menahan berbagai stimuli sesuai dengan kesadarannya. b. Pengorganisasian Setelah pemilihan terhadap stimuli apa saja yang akan diperhatikan, konsumen akan mulai melakukan pengorganisasian terhadap stimuli tersebut dan menghubungkan stimuli yang dilihatnya agar dapat diintepretasikan. Prinsip dasar dalam pengorganisasian ini meliputi : 1. Gambar dan latar belakang (Figure and ground) Agar stimuli yang diperhatikan dapat mudah diberi makna, konsumen akan menghubungkan dan mengaitkan antara gambar dengan dasar, mengaitkan antara apa yang ada dengan konteksnya sehingga memiliki makna.

7 2. Kecenderungan untuk menutup / menyelesaikan (closure) Menurut psikologi Gestalt konsumen cenderung menanggapi secara keseluruhan, oleh karena itu ada dorongan pada konsumen untuk mengisi kekurangan dari stimuli yang ada agar menjadi menyeluruh. (Suryani, 2008) 3. Pengelompokan (grouping) Konsumen cenderung akan mengelompokkan suatu objek yang memiliki kemiripan sebagai satu kelompok. Terdapat tiga prinsip yang biasa digunakan oleh konsumen : a. Prinsip keterdekatan Objek-objek yang saling berdekatan biasanya dikelompokkan sebagai suatu kelompok. b. Kesamaan Konsumen cenderung mengelompokkan stimuli yang memiliki kesamaan satu sama lain c. Kesinambungan Konsumen akan melihat hal-hal yang terputus-putus atau masih sepotong-potong menjadi suatu kesatuan dengan yang lain. c. Intepretasi Setelah stimuli diorganisasikan dan dikaitkan dengan informasi yang dimiliki, maka agar stimuli tersebut mempunyai makna, konsumen akan mengintepretasikan stimuli tersebut menjadi sesuatu yang memiliki arti.

8 2.2. Store Atmosphere Pengertian Store Atmosphere Store atmosphere menurut Mowen dan Minor (2002) merupakan bagaimana para manajer dapat memanipulasi desain bangunan, ruang interior, tata ruang lorong-lorong, tekstur karpet dan dinding, bau, warna, bentu, dan suara yang dialami pelanggan. Sedangkan Kotler dalam Mowen (2002) mengatakan bahwa store atmosphere sebagia usaha merancang lingkungan membeli untuk menghasilakan pengaruh emosional khusus kepada pembeli yang memungkinkan meningkatkan pembeliannya. Store atmosphere menurut Berman dan Evans (1997) merujuk pada karakteristik fisik toko yang digunakan untuk meningkatkan citra dan menarik konsumen. Pandangan, suara, bau dan lain-lain dari sebuah toko berkontribusi besar terhadap citra yang ditampilkan ke konsumen. Store atmosphere sangat penting untuk dipahami sebagai suatu perasaan psikologis yang didapat konsumen ketika mengunjungi sebuah toko atau karakteristik toko tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengertian store atmosphere yang dikemukakan oleh Berman dan Evans (1997) yaitu merujuk pada karakteristik fisik toko yang digunakan untuk meningkatkan citra dan menarik konsumen Elemen-elemen dalam Store Atmosphere Kebanyakan orang membentuk kesan sebuah toko sebelum mereka memasuki toko atau hanya ketika mereka baru memasuki toko. Konsumen ini bisa menilai sebuah toko bahkan ketika mereka belum melihat produk yang ditawarkan dan harganya. Store atmosphere bisa memberikan suatu efek terhadap

9 kenyamanan konsumen berbelanja, waktu yang mereka gunakan untuk mencari dan meneliti penawaran penjual, keinginan mereka untuk berkomunikasi dengan penjaga toko dan menggunakan fasilitas seperti ruang ganti, kecenderungan konsumen untuk menghabiskan lebih banyak uang dari yang direncanakan, dan kemungkinan mereka untuk menjadi langganan tetap. Menurut Berman dan Evans (1995), store atmosphere memiliki 4 elemen yang perlu di perhatikan untuk membangun sebuah store atmosphere yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu exterior, general interior, store layout, dan interior display. Empat elemen ini merupakan keseluruhan keadaan yang harus dimaksimalkan oleh pemilik toko untuk membuat tokonya menarik. a. Exterior (Bagian luar) Karakteristik bagian luar toko memiliki efek yang kuat terhadap citra toko dan harus dirancang dengan sebaik mungkin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bagian luar toko. 1. Store front (bagian depan toko) Bagian depan toko adalah keseluruhan bagian luar toko tersebut. Bagian depan toko memiliki peran yang kuat dikarenakan bagian depan toko membentuk citra toko tersebut, khususnya bagi konsumen baru. Bagian depan toko harus dirancang dengan seksama, dikarenakan bagian depan toko menjadi penarik utama dalam mencari konsumen. 2. Marquee (papan nama) Papan nama digunakana untuk memberitahu kepada konsumen tentang toko tersebut. Papan nama bisa dibuat dengan hanya di cat

10 biasa atau diberi hiasan lampu, berdiri sendiri atau dibuat dengan moto atau slogan toko atau informasi lainnya. Agar penggunaan papan nama ini efektif, papan nama sebaiknya dibuat agar lebih menonjol dan menarik perhatian konsumen. 3. Entrances (pintu masuk) Pintu masuk merupakan jalan bagi masuknya konsumen ke toko kita. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pintu masuk toko yaitu : a. Tentukan jumlah pintu masuk. Sebuah pintu masuk toko merupak jalan masuk bagi datangnya konsumen. Pintu masuk harus dirancang sesuai dengan kebutuhannya yaitu untuk jalan masuk konsumen ke toko tersebut. b. Tipe pintu masuk yang dipilih. Pemilihan seperti apa model pintu masuk yang akan digunakan, pemilihan model lantai apa yang akan digunakan, apakah menggunakan karpet, keramik atau lantai semen biasa, pemilihan pencahayaan yang sesuai. Semua ini dilakukan agar menarik minat konsumen untuk mengunjungi toko tersebut. c. Jalan masuk toko. Jalan masuk toko sebaiknya dirancang agar memudahkan konsumen untuk melewatinya. Jalan masuk yang besar dan lebar lebih baik digunakan dibandingkan dengan jalan masuk yang sempit dan kecil.

11 4. Display windows (etalase toko) Etalase toko memiliki peran yang penting dalam sebuah toko. Etalase toko memiliki dua tujuan utama yaitu : a. Identifikasi sebuah toko dan yang ditawarkan b. Menarik konsumen untuk mengunjungi toko Etalase toko memberikan berbagai informasi yang beragam tentang toko tersebut. Penataan etalase toko yang sesuai dapat memberikan informasi apa yang ingin disampaikan oleh toko tersebut. Seperti memajang produk musiman yang hanya akan di saat tertentu saja, memajang produk yang obral agar konsumen sadar akan adanya obral, menampilkan etalase toko yang sedikit lebih menarik agar menarik konsumen melihat ke toko tersebut, dan memajang produk unggulan mereka untuk menampilkan keseluruhan produk yang ditawarkan. 5. Hegihts of building (tinggi bangunan) Tinggi sebuah bangunan dapat menjadi aspek yang menentukan apakah toko tersebut dapat dilihat oleh konsumen atau tidak. Tinggi bangunan yang dapat dilihat dengan jelas biasanya merupakan bangunan yang berada hanya di atas permukaan tanah, tidak ada bagian yang berada di bawah permukaan. Sedangkan tinggi bangunan yang tidak dapat dilihat dengan jelas adalah bangunan yang memiliki bagian gedung dibawah permukaan tanah.

12 6. Size of building (luas bangunan) Keseluruhan luas bangunan tidak dapat dilihat dengan jelas, tetapi target pasar harus diteliti untuk melihat bagaimana mereka menggunakan fasilitas yang tersedia. Seperti sebuah pusat perbelanjaan tidak mungkin berada di lokasi yang kecil. 7. Visibility (cara pandang) Semua toko harus memperhatikan bagian luar tokonya, tetapi bagi sebagian toko, mereka bisa sukses dalam menjalankan usahanya tanpa terlalu menonjolkan bagian depan toko. Hal ini berarti bahwa konsumen dapat melihat dengan jelas papan nama dan pintu masuk toko tersebut. Pandangan terhadap sebuah toko didapat dari kombinasi keadaan bagian luar toko. Tujuan utamanya adalah untuk membuat toko terlihat unik, menonjol, dan menarik minat konsumen untuk datang. 8. Uniqueness (keunikan) Keunikan bisa menjadi suatu daya tarik sebuah toko tetapi tetap memiliki kekurangan. Toko yang memiliki bangunan yang unik membutuhkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan toko memiliki bangun biasa, selain itu toko yang unik kadang bisa membingungkan konsumen dalam mengitari toko tersebut. 9. Surrounding store (toko sekitar) Ketika seorang pemilik merencanakan bagian luar toko, keadaan sekitar toko dan sekitar lingkungan harus sama sama diperhatikan. Masing-masing memiliki peran yang mendukung

13 dalam membangun citra toko tersebut. Citra keseluruhan lingkungan dapat menghapus keseluruhan pandangan konsumen terhadap lingkungan tersebut seperti di pusat perbelanjaan dan pasar, tetapi sebuah toko dapat membuat bagian luar tokonya menarik sehingga dapat menarik konsumen,tetapi tetap memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. 10. Surrounding area (lingkungan sekitar) Lingkungan sekitar termasuk didalamnya adalah lingkungan dan gaya hidup masyarakat sekitar. Citra toko dipengaruhi oleh keadaan dimana toko itu berada. Suasana yang kurang nyaman biasanya ada ketika tingkat kejahatan di sekitar toko tinggi, masyarakat sekitar bukan menjadi target pasar, dan lingkungan sekitar sudah bangkrut. 11. Parking (tempat parkir) Fasilitas parkir dapat mendukung ataupun memperburuk suasana toko. Lapangan parkir yang luas, lapang dan gratis memberikan kesan yang lebih positif dibandingkan dengan lapangan parkir yang sempit, mahal, dan jauh. Konsumen potensial mungkin tidak akan pernah sampai ke toko jika tempat parkir toko tersebut sulit di temukan. Konsumen lainnya mungkin akan masuk dan keluar dari toko dengan cepat dikarenakan lokasi parkir yang menggangu. Pemilik toko seharusnya memperhatikan lapangan parkirnya, tidak semua konsumen mau untuk berjalan kaki cukup

14 jaduh dari lapangan parkir ke toko dan tidak semua konsumen menyukai model lapangan parkir bertingkat-tingkat. 12. Congestion (kemacetan) Masalah utama dalam parkir juga berhubungan dengan kemacetan. Suasana toko akan buruk ketika lapangan parkir, jalan dan pintu masuk dalam keadaan macet. Konsumen yang mengalami kemacetan biasanya akan menghabiskan sedikit waktu di dalam toko dan memiliki suasana hati yang kurang baik dibandingkan dengan konsumen yang merasa nyaman. b. General Interior (interior utama) Ketika konsumen sudah berada didalam toko, ada banyak hal-hal yang mempengaruhi persepsi mereka yaitu: 1. Flooring (lantai) Pemilihan tentang bagaimana lantai akan di rancang merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Lantai bisa terbuat dari semen, kayu, tegel, karpet, keramik, marmer dan sebagainya. Pemilihan bahan untuk lantai dan desain sangat penting untuk dilakukan. 2. Colors (warna) Pemilihan warna berpengaruh terhadap citra sebuah toko. Warna yang terang dan hidup memberikan suasana yang berbeda dengan warna pastel atau putih. Warna menjadi salah satu faktor yang membangun perasaan konsumen terhadap toko tersebut.

15 3. Lighting (pencahayaan) Pencahyaan bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Berwarna atau putih, tetap atau berkedip-kedip. Untuk memberikan suasana toko yang penuh semangat dan keceriaan sebaiknya menggunakan pencahayaan secara langsung agar memberikan suasana yang membangun semangat. 4. Scents and sound (bau dan suara) Bau dan suara bisa digunakan untuk mempengaruhi perasaan konsumen dan memberikan suasana yang baik. Bau dan suara yang digunakan harus sesuai dengan usaha yang dijalankan, agar adanya kesinambungan antara apa yang didengar dan dihirup dengan apa yang ditawarkan di toko tersebut. 5. Fixtures (peralatan-peralatan) Peralatan-peralatan toko bisa digunakan selain untuk fungsinya, tetapi juga untuk menghasilkan keindahan di dalam toko. Peralatan seperti rak, pintu, dan meja bisa digunkan sebagai interior untuk memperindah toko. Pemilihan peralatan hanya perlu disesuaikan dengan kesan yang ingin ditampilkan toko tersebut, apakah berkesan elegan, ceria, ataupun lembut. 6. Wall textures (tekstur dinding) Tekstur dinding dalam sebuah toko bisa merendahkan atau meninggikan citra sebuah toko. Untuk toko yang memiliki kesan yang mewah, sebaiknya tekstur dinding mereka dibuat agar tampak indah dan berkelas. Untuk toko seperti pusat perbelanjaan biasanya

16 menggunakan tekstur yang datar dan biasa. Pemilihan tekstur dinding harus disesuaikan dengan apa yang ditawarkan dan apa yang menjadi target citra toko mereka. 7. Temperatures (suhu) Perasaan konsumen juga dipengaruhi dengan suhu yang ada di toko tersebut. Konsumen tidak akan merasa nyaman ketika mereka merasakan suhu yang panas saat musim panas. Sebaiknya pemilik toko menyesuaikan suhu di tokonya dengan cuaca yang ada agar menghindari ketidaknyamanan konsumen. 8. Width of aisles (lebar lorong-lorong) Lebar lorong-lorong mempengaruhi suasana toko. Lorong yang lebar dan tidak terlalu ramai akan lebih baik dibandingkan dengan lorong yang sempit dan ramai. Konsumen akan berbelanja lebih lama dan banyak ketika mereka merasa nyaman dengan toko tersebut. 9. Dressing facilities (fasilitas ruang ganti baju) Untuk toko yang menjual pakaian, fasilitas ruang ganti merupakan hal yang cukup penting. Pemilihan model ruang ganti juga disesuaikan dengan citra toko tersebut. Bagi kebanyakan konsumen, suasana dan fasilitas ruang ganti merupakan hal yang saling berhubungan. 10. Vertical transportation (transportasi lantai) Transportasi lantai disini yang dimaksud adalah alat yang digunakan konsumen untuk berpindah dari satu lantai ke lantai

17 lainnya. Dalam hal ini berlaku bagi toko yang memiliki bangunan lebih dari 1 lantai. Pemilihan alat transportasi ini sebaiknya disesuaikan dengan kenyamanan konsumen. Toko yang luas dan memiliki banyak lantai sebaiknya membuat alat transportasi antar lantai yang cukup banyak tetapi tetap disesuaikan dengan keadaan toko dan konsumennya. 11. Dead areas (area mati) Area mati disini merupakan area dimana tidak mungkin dibuat untuk memajang produk. Area mati ini bisanya seperti toilet, pintu keluar, dan tempat ganti baju. Tetapi hal ini bisa diatasi dengan membuat seperti kaca di pintu keluar, iklan di tempat ganti baju, dan membuat mesin minuman di dekat toilet. 12. Personnel (pegawai) Jumlah, perilaku dan penampilan pegawai memberikan dampak bagi citra toko tersebut. Pegawai yang sopan dan berpenampilan baik akan menaikkan citra tokonya sedangkan pegawai yang tidak sopan dan berpenampilan buruk akan menurunkan citra toko dan membuat konsumen kurang nyaman. 13. Self-service (pelayanan sendiri) Pelayanan sendiri merupakan salah satu hal yang sudah biasa saat ini. Sebuah toko yang betipe pelayanan sendiri bisa meminimalkan pegawainya dan mengalokasikan dananya untuk keperluan lainnya.

18 14. Marchendise (produk) Produk yang ditwarkan juga memberikan pengaruh bagi suasana toko. Penawaran produk yang mewah akan membuat citra toko tersebut mewah dan sebaliknya penawaran produk yang biasa saja akan membuat toko tersebut terlihat biasa saja. 15. Prices level and display (peletakan informasi harga) Harga produk dan penempatan harga produk memiliki pengaruh terhadap suasana dan citra toko tersebut. Karena harga produk di dalam toko membentuk persepsi terhadap rata-rata harga produk di toko tersebut, dan bagaimana harga dipajang dalam toko tersebut mempengaruhi suasana toko tersebut. Toko mewah biasanya memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada harga yang dipajang secara terang-terangan, mereka lebih memilih menampilkan harga pada tag produk mereka. 16. Cash register placement (lokasi kasir) Lokasi kasir berhubungan dengan bagaimana toko menampilkan harga mereka terhadap produk mereka. Lokasi kasir biasanya disesuaikan dengan bagaimana penempatan harga di dalam toko tersebut, toko yang menampilkan harga hanya dengan tag produk saja biasanya memiliki lokasi kasir yang lebih tertutup, sedangkan toko yang menampilkan harga secara besar-besaran biasanya memiliki kasir di depan toko.

19 17. Technologies (teknologi) Teknologi yang dimiliki sebuah toko mempengaruhi citra toko tersebut. Sebuha toko yang memiliki teknologi tinggi seperti kasir dan gudang berbasis komputer memberikan kesan yang baik bagi efisiensi dan kecepatan operasi toko tersebut. Sebaliknya toko yang masih menggunakan teknologi yang lama akan memiliki antrian yang panjang dan membuat konsumen menjadi tidak sabar dan kurang nyaman. 18. Cleanliness (kebersihan) Kebersihan sebuah toko merupakan hal yang paling penting diperhatikan dalam sebuah toko. Toko yang memiliki aspek-aspek lainnya baik tetapi tidak bersih akan sangat mengganggu kenyamanan konsumen dan merusak suasana toko tersebut. c. Store layout (tata letak toko) Tata letak toko mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam membuat konsumen untuk berbelanja lebih dari yang di rencanakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tata letak toko yaitu: 1. Allocation of floor space (alokasi ruang lantai) Setiap toko memiliki memiliki luas total yang harus dibagi-bagi antara penjualan, produk, pegawai, dan konsumen. a. Ruang penjualan merupakan ruang dimana produk ditampilkan, interaksi antara pegawai dan konsumen, demonstrasi, dan sebagainya. Kebanyakan toko menggunakan lebih banyak ruang untuk penjualan.

20 b. Ruang produk adalah dimana produk yang tidak ditampilkan disimpan. Ruang produk digunakan sebagai gudang dan tempat penyimpanan stok barang. c. Ruang pegawai merupakan tempat bagi pegawai untuk beristirahat. Pemilik toko biasanya membuat ruang bagi pegawai hanya secukupnya saja karena ruang toko merupaka sesuatu yang berharga. Tetapi dalam menenutukan luas ruang pegawai, pemilik toko juga harus memikirkan moral dan penampilan pegawai. d. Ruang konsumen disini adalah termasuk didalamnya bangku untuk duduk, ruang ganti baju, toilet, tempat makan, transportasi antar lantai, jalan, dan lain-lain yang dibutuhkan konsumen untuk membuat dirinya nyaman selama berada ditoko tersebut. Pemilik toko tidak dapat menjalankan usahanya apabila tidak memiliki perencanaan terhadap pembagian ruang lantainya. Saat ini, kebanyakan toko telah membuat planogram, yaitu denah yang menggambarkan pembagian ruang-ruang yang ada dalam toko tersebut dan juga produk yang ditampilkan, sehingga memudahkan bagi pegawai dan konsumen kita membutuhkannya. 2. Product grouping (pengelompokan produk) Penawaran toko biasanya dibagi sesuai dengan pengelompokan produk. Ada 4 tipe pengelompokan produk yang biasanya

21 digunakan yaitu berdasarkan fungsi, motivasi pembelian, segmentasi pasar, dan daya simpan. a. Berdasarkan fungsi, yaitu mengelompokkan dan memajang produk yang biasanya digunakan secara bersamaan. Seperti sepatu dengan tali sepatu dan kaus kaki, baju dengan celana dan pakaian dalam, dan lain-lain. b. Berdasarkan motivasi pembelian, yaitu mengelompokkan produk berdasarkan motivasi pembelian konsumen, bagaimana kebutuhan konsumen akan produk tersebut dan waktu yang ingin digunakannya untuk berbelanja. Konsumen yang berminat dengan waktu yang cukup akan mengelilingi seluruh toko, sedangkan konsumen yang kurang berminat dan tidak memiliki cukup waktu hanya akan mengelilingi produk yang berada dekat dengan pintu keluar. c. Berdasarkan segmentasi pasar, yaitu mengelompokkan beberapa produk yang memiliki target pasar yang sama. Seperti menempatkan boneka dan mainan di dalam satu kelompok dengan target pasar anak-anak d. Berdasarkan daya simpan, yaitu mengelompokkan produk berdasarkan daya tahan yang dimiliki produk tersebut. Pengelompokkan ini biasanya diterapkan kepada produk makanan, yaitu menempatkan produk yang memiliki daya simpan yang pendek kedalam satu lingkungan seperti daging

22 dan ikan segar dalam satu lingkungan yang memiliki fasilitas pendingin. Banyak pemiliki toko yang menggunakan kombinasi pengelompokkan produk mereka dan merancang toko mereka berdasarkan pola pengelompokkan tersebut. 3. Traffic flow (lalu lintas toko) Penentuan lalu lintas toko diperlukan untuk memudahkan konsumen. Ada 2 tipe dasar dalam menentukan lalu lintas toko yaitu lurus dan melengkung. Tipe lurus yaitu dimana lorong-lorong dan tampilan produk disusun berbentuk persegi atau secara luruslurus. Sedangkan tipe melengkung, lorong-lorong dan tampilan produk disusun dengan bentuk yang bebas. Tipe melengkung biasanya tidak berbentuk persegi dikarenakan bentuknya yang bebas. 4. Space/marchendise category (kategori ruang/produk) Setelah ruang untuk setiap produk di tentukan, pemilik toko kharus menentukan luas ruang yang akan diberikan bagi setiap produk. Penentuan luas produk ini didasarkan pada tingkat penjualan produk tersebut. Produk yang menghasilkan laba tertinggi mendapat ruang yang lebih luas, begitu juga sebaliknya.

23 5. Department locations (lokasi departemen) Selanjutnya adalah menentukan lokasi tiap-tiap kelompok produk. Produk apa yang akan ditempatkan di lantai bawah, kedua, ketiga, dan seterusnya. Bagaimana penataan tampilan tiap produk tersebut pada tiap lantai juga dipikirkan. 6. Arrangements within departments (penataan antara departemen) Langkah terakhir untuk penataan tata letak toko adalah dengan menentukan tempat untuk setiap produk individu. Produk dan merek yang memiliki keuntungan yang tinggi diletakkan ditempat yang paling sering dilaui konsumen. produk juga harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merek, tingkat yang diperlukan oleh pegawai tersendiri, dan yang menarik konsumen. d. Interior displays (interior ruangan) Setelah tata letak toko diperhatikan, maka bagian terakhir yang harus dirancang adalah interior ruangan. Setiap aspek-aspek yang ditampilkan akan menghasilkan suatu informasi yang menambahkan terhadap suasanna toko dan menjadi promosi tersendiri. Ada berbagai macam interior ruangan yang biasa digunakan oleh pemilik toko yaitu : 1. Assortment (bermacam-macam) Disini pemilik toko menampilkan berbagai macam produk kepada konsumen. Dengan tampilan yang bermacam-macam dan bebas, mendorong konsumen untuk merasakan, melihat, dan atau mencoba berbagai macam produk yang ada.

24 2. Theme-setting (berdasarkan tema) Disini pemilik toko menawarkan produk berdasarkan tema dan membiarkan konsumen menggambarkan suasana tertentu atau perasaan. Pemilik biasa mengganti tema untuk menggambarkan musim atau acara khusus, beberapa bahkan membuat pegawainya untuk berpakaian yang sesuai dengan tema yang ada. Seluruh toko akan beradaptasi dengan tema yang ada. 3. Ensemble (pencocokan) Pecocokan biasanya dilakukan pada produk pakaian. Yaitu produk ditampilkan dalam sebuah patung, disusun dan diatur dengan produk lainnya yang sesuai sehingga lebih menarik untuk dilihat dan meningkatkan daya jual. 4. Rack and casses (penggunaan rak) Penataan dengan rak biasa digunakan oleh pemilik toko pakaian, alat-alat rumah tangga, dan sebagainya. Rak mempunyai fungsi utama yaitu untuk menampilkan produk dengan rapi. Masalah utama dalam menggunakan rak adalah konsumen sering mengembalikan produk ke tempat yang salah. 5. Cut cases and dump bins (kotak dan penyimpanan) Penataan dengan kotak disini adalah dengan menempatkan produk langsung dari kotaknya. Biasanya penataan seperti ini ada di supermarket atau toko cuci gudang. Begitu juga dengan penyimpanan, dimana produk yang tawarkan adalah baju-baju diskon, buku-buku lama, atau produk lainnya. Model ini lebih

25 mengutamakan pengurangan biaya untuk menghasilkan harga yang murah. 6. Posters, signs, and cards (poster, tanda, dan kartu) Poster, tanda, dan kartu dapat digunakan untuk segala macam bentuk pentaan. Ini menjadi sumber informasi bagi produk yang ada di dalam toko seperti lokasi dan memberikan dorongan bagi konsumen. 7. Mobiles (bergerak) Penataan model ini merupakan tipe dengan tata letak produk yang bisa bergerak, seperti bergerak berdasarkan arah angin, tetapi terlihat lebih menarik dan unik. 8. Wall decorations (hiasan dinding) Dekorasi dinding juga mempengaruhi suasana toko dan sekaligus mendukung penataan produk. Dekorasi dinding biasa berguna untuk penataan berdasarkan tema dan pencocokan Tujuan store atmosphere Store atmosphere merupakan salah satu faktor yang membentuk citra konsumen terhadap toko tersebut. Agar sukses, pemilik toko harus membuat dan menjaga citra yang baik, konsisten, dan istimewa (Berman dan Evans, 1995) Sedangkan menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel (2001) dalam Nurmawati (2012:23) menyimpulkan bahwa tujuan store atmosphere ada 2 yaitu : a. Store atmosphere membantu menentukan citra toko dan membentuk posisi toko dalam persepsi konsumen

26 b. Tata letak yang disusun secara efektif dan strategis memiliki jalur lalu lintas konsumen yang tinggi dan perilaku konsumen Kepuasan Konsumen Pengertian kepuasan konsumen Menurut Mowen dan Minor (2002) kepuasan konsumen didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Sedangkan menurut Engel dkk (1995) dalam Sumarwan (2002) bahwa kepuasan adalah evaluasi setelah konsumsi dimana alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi harapan ataupun melebihi harapan. Kepuasan konsumen menurut Kotler dan Keller (2003) dalam Dwiastuti (2013:151) adalah perasaan konsumen, baik itu berupa kesenangan atau ketidakpuasan yang timbul dari membandingkan sebuah produk dengan harapan konsumen atas produk tersebut. Kepuasan konsumen merupak konsep yang terkait erat dengan jenis perilaku pada tahap pasca pembelian atau konsumsi. Rasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi suatu produk atau merek adalah hasil evaluasi alternatif paska konsumsi atau evaluasi alternatif tahap kedua (Sumarwan, 2002) Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengertian kepuasan konsumen menurut Engel dkk (1995) dalam Sumarwan (2002) yaitu bahwa kepuasan adalah evaluasi paska konsumsi dimana alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi harapan atuapun melebihi harapan Elemen kepuasan konsumen Kepuasan konsumen dalam suatu usaha merupakan hal yang sangat penting untuk di capai. Suatu usaha harus mampu memberkan kepuasan kepada

27 konsumen mereka agar mereka dapat memenangkan persaingan dengan kompetitor. Kepuasan merupaka suatu tujauan atau standart yang menjadi dasar perbandingan. Menurut Arnould (2002:625) bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi dasar penilaian konsumen terhadap kepuasan. 1. Expectations (harapan) Harapan secara umumnya diartikan sebagai antisipasi atau prediksi terhadap kejadian yang akan datang. Harapan termasuk di dalamnya prediksi terhadap kelangsungan produk dimasa depan dan bisa juga dihubungkan dengan impian, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi, ketidakpastian, dan kemungkinan. 2. Desires (keinginan) Tujuan dan keinginan setiap individu merupakan suatu standar untuk menilai kepuasan. Disini kepuasan merupakan fungsi dari penilaian konsumen dari sejauh mana produk tersebut melebihi keinginan mereka, yang pada hasil akhirnya akan menjadi suatu kecocokan. Keinginan merupakan tingkat dari atribut produk dan keuntungan yang diharapkan konsumen akan memberikan, atau berhubungan dengan nilai yang lebih tinggi. 3. Fairness (keadilan) Persepsi atas keadilan dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Konsep keadilan kemudian dibuat dan dibuat ke dalam Homan s rule of justice, yang menyatakan parties rewards in exchange with other should be proportional to their investments (or losses) (Arnould dkk, 2002), yang berarti bahwa imbalan bagi suatu pihak dengan pihak

28 lainnya harus sebanding dengan yang mereka investasikan atau kerugian. Dalam menilai keadilan, konsumen membandingkan apa yang mereka dapatkan dengan apa yang mereka berikan, tetapi mereka juga membandingkan hasil yang mereka terima dengan yang dirasakan oleh individu atau kelompok Pengukuran kepuasan konsumen Menurut Dwiastuti dkk (2013:155), ada 4 metode yang dapat dilakukan untuk mengukur kepuasan konsumen, yaitu : 1. Sistem Keluhan dan Saran Setiap usaha yang berorientasi kepada konsumen akan memberikan kesempatan bagi konsumen untuk memberikan saran, pendapat, kritik, dan keluhan mereka terhadap usaha tersebut. Media yang bisa digunakan dalam hal ini seperti pembuatan kotak saran. 2. Survei kepuasan konsumen Metode survey ini dapat dilaksanakan dengan media surat, telepon, internet, maupun wawancara langsung. Keunggulan dari menggunakan metode ini adalah perusahaan akan mendapatkan tanggapan dan umpan balik secara langsung dari konsumen dan memberikan tanda yang positif bahwa usaha tersebut memperhatikan usahanya. 3. Ghost Shopping Ghost shopping disini merupakan metode dimana pemilik mempekerjakan beberapa orang untuk bersikap sebagai pelanggan di usaha pesaing dan mengamati usaha pesaing tersebut.

29 4. Analisis konsumen yang hilang Metode ini dilaksanakan dengan cara menghubungi kembali konsumen yang telah berhenti atau telah beralih ke usaha pesaing. Disini pemilik usaha akan menanyakan penyebab konsumen berhenti membeli atau beralih ke toko pesaing dan memberikan ajakan kepada konsumen untuk kembali lagi ke usaha kita Tujuan Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan hal utama yang ingin dicapai oleh setiap pemilik usaha. Menurut Kotler dan Amstrong (2000) dalam Erawan (2012:22) terdapat 3 tujuan pembentukan kepuasan konsumen yaitu : 1. Loyalitas Produk Konsumen yang terpuaskan cenderung akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Hal ini didasarkan kepada pengalaman baik yang didapat untuk menghindari pengalaman buruk. 2. Komunikasi mulut ke mulut yang positif Kepuasan mendorong adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif. Hal ini dapat berbentuk rekomendasi kepada calon konsumen yang lain tentang pengalaman baik yang telah diterima konsumen. 3. Menjadi pilihan pertama ketika membeli Hal ini merupakan proses kognitif ketika adanya kepuasan. Konsumen cenderung untuk memilih dan mengingat usaha yang

30 bisa memberikan kepuasan kepadanya dibandingkan dengan usaha lain Kerangka Konseptual Menurut Juliandi (2013:119) bahwa kerangka konseptual merupakan penjelasan ilmiah mengenai preposisi antarkonsep atau pertautan hubungan antar variabel penelitian. Kerangka konseptual merupakan suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih konsep. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan kerangka sederhana sebagai berikut: Persepsi (X) Store Atmosphere Kepuasan Konsumen (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, perekonomian Indonesia banyak tertolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring dengan mulai stabilnya perekonomian Indonesia setelah bertahun-tahun ditimpa krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Store Atmosphere Store atmosphere adalah suasana toko yang sangat berpengaruh bagi sebuah toko untuk membuat pelanggan merasa betah dan nyaman memilihmilih jenis

Lebih terperinci

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian I. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan kemajuan yang lebih baik dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian saat ini. Hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata atmosphere, berasal dari bahasa Inggris yang berarti suasana. Secara umum, pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN Mohammad Najib najib_muhammad@rocketmail.com Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini. Karena itu, konsumen membutuhkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Impulse Buying adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan berjalannya waktu kini makanan bukan hanya menjadi kebutuhan pokok tapi juga gaya hidup bagi masyarakat kota.

Lebih terperinci

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N PENTINGNYA PERANCANGAN TOKO Desain interior yang menunjang menjadi sangat penting bahkan dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam 36 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui survei, yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat.

Lebih terperinci

JENIS BARANG YANG DIJUAL

JENIS BARANG YANG DIJUAL JENIS BARANG YANG DIJUAL Jenis Barang Yang Dijual Oleh Suciati S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan tata Busana JPKK FPTK UPI Barang yang dijual pada umumnya dapat dikategorikan sebagai : Jenis Barang Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

Jenis Barang Yang Dijual

Jenis Barang Yang Dijual Jenis Barang Yang Dijual Oleh Suciati S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan tata Busana JPKK FPTK UPI Barang yang dijual pada umumnya dapat dikategorikan sebagai : Jenis Barang Pengertian Contoh Demand goods Barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju perkembangan suatu rumah tangga perusahaan dalam rangka pembangunan bangsa ditentukan oleh kemampuan investasi, mutu produksi, efisiensi dan efektifitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Daryanto (2011) mendefinisikan pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen Menurut Sumarwan (2002), konsumen terdiri dari dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik bisnis retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Store Atmosphere 2.1.1 Pengertian Store Atmosphere Store Atmosphere merupakan penciptaan suasana toko melalui visual, penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata atau tourism secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung saat ini terkenal dengan sebagai salah satu kota wisata yang sangat digemari oleh para wisatawan baik itu turis lokal maupun mancanegara, hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten.

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten. BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Handayani Srimurni (2007) skripsi berjudul Peranan Kebijakan Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten. Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan Store Atmosphere Pada Arena Experince Clothing Bandung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan Store Atmosphere Pada Arena Experince Clothing Bandung. 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian dan menganalisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1.Pelaksanaan Store Atmosphere Pada Arena Experince

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Lingkungan fisik Lingkungan fisik mencakup lokasi geografis dan institusional, dekorasi, suara, aroma, cahaya, cuaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha sektor jasa di Indonesia berlangsung cukup pesat, meskipun keadaan perekonomian Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin tinggi dan persoalanpun semakin meningkat selain itu tingkat aktifitas semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era pasar bebas di kawasan Asia telah dimulai dengan AFTA 2003, hal ini membawa dunia ritel Indonesia pada realitas Global Retailing yang mau tidak mau harus diterima.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil penelitian dengan menggunakan data primer menunjukan bahwa. Probabilitas signifikansinya sebesar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil penelitian dengan menggunakan data primer menunjukan bahwa. Probabilitas signifikansinya sebesar BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh maka dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian dengan menggunakan data primer menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia di sektor ritel semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengusaha, baik dari dalam maupun luar negeri yang terus menerus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memiih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir,

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir, III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan

Lebih terperinci

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG Vionny Ocktavia Azhari 1, Dahnil Johar 2, Lindawati 3 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail: vionny.ocktavia@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen di the Summit Boutique Outlet Bandung. Hasil uji

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Promosi Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh. pembelian pada Uda Espresso Cafe Payakumbuh.

BAB V PENUTUP. 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh. pembelian pada Uda Espresso Cafe Payakumbuh. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel store exterior, general interior, dan interior display berpengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Cleanliness (kebersihan) memberikan pengaruh yang positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang berkembang pesat dan memiliki potensi perkembangan yang besar. Sebuah hasil riset terbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk-produk yang saat ini beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan komunikasi yang unik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya kondisi persaingan yang ada menuntut setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan usahanya. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, perdagangan semakin bebas di era globalisasi seperti ini. Hal tersebut memacu banyak produsen dari berbagai sektor baik industri atau pun jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM.

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM. Kewirausahaan II Modul ke: Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran Fakultas EKONOMI Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST.,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6), konsep pemasaran adalah pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Masyarakat kota Yogyakarta kini dimanjakan oleh kehadiran berbagai pusat perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Di masa kini ada berbagai macam bisnis yang bisa menjadi peluang usaha salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and resto yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing 2.1.1 Pengertian Marketing Kita dapat membedakan antara definisi pemasaran secara sosial dan secara manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia telah dan akan semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang mendasar atau disebut dengan

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks penelitian ini, meliputi perilaku konsumen, motivasi konsumen, loyalitas konsumen, produk, bauran pemasaran, merek

Lebih terperinci

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KOPI SELASAR BANDUNG

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KOPI SELASAR BANDUNG ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.2, No.2 Agustus 2016 Page 414 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KOPI SELASAR BANDUNG Tsurayya Munira Manajemen Pemasaran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang tidak menentu yang diakibatkan dampak dari krisis moneter beberapa tahun lalu. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Usaha : Siete Cafe & Garden Tahun Berdiri : Mei 2012 Alamat : Jalan Sumur Bandung No. 20 Telepon : 022-2500453 Jam Operasi :

Lebih terperinci

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen MODUL PERKULIAHAN Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 14 Abstract Membahas proses dalam pengambilan keputusan pembelian.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Suasana Toko Utami (2006:238) definisi suasana toko adalah sebagai berikut: Suasana toko adalah desain lingkungan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting dijalankan oleh suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha kuliner di Indonesia berlangsung sangat cepat, meskipun sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis sekarang ini identik dengan persaingan dalam memperebutkan pelanggan potensial dan mempertahankan pelanggan yang ada. Persaingan bisnis hampir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, bisnis ritel memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Ada beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, yaitu: Persepsi menurut Pride dan Ferrel dalam Fadila dan Lestari (2013:45), persepsi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen Toserba Carrefour Plaza

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan analisis mengenai pengaruh store atmosphere terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada Rumah Makan Fat Panda Suki Bar Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, setiap perusahaan bersaing untuk menarik pelanggan dan mempertahankan eksistensinya di pasar. Termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, era globalisasi yang menjanjikan suatu peluang dan tantangan baru bagi bisnis baru yang beroperasi di Indonesia. Sebagai salah satu industri yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga di Kota Payakumbuh, terutama di bidang kuliner begitu banyaknya muncul cafecafe

BAB I PENDAHULUAN. juga di Kota Payakumbuh, terutama di bidang kuliner begitu banyaknya muncul cafecafe BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang perkembangan bisnis sangat ketat di negeri ini dan begitu juga di Kota Payakumbuh, terutama di bidang kuliner begitu banyaknya muncul cafecafe sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keinginan saja, tetapi juga mencakup pengharapan konsumen, dan hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keinginan saja, tetapi juga mencakup pengharapan konsumen, dan hal ini BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Pemasaran Pada saat ini, konsep pemasaran tidak hanya mencakup kebutuhan dan keinginan saja, tetapi juga mencakup

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK ABSTRAK Clara Meirista Email: Clarameirista@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung ini sudah dikenal sebagai kota pariwisata yang di dalamnya terdapat banyak pelaku-pelaku bisnis, salah satunya dalam bisnis industry clothing. Persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Istilah perilaku erat hubungannya dengan permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, toko berkonsep swalayan banyak bermunculan,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan 73 BAB IV KONSEP DESAIN IV.1 Konsep Ruang (Citra Ruang) Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan dengan bergaya futurisctic. Konsep fun ini diartikan sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh manusia lain dalam berinteraksi sehari-hari. Terutama dalam memenuhi kebutuhannya, karena setiap manusia

Lebih terperinci

Analisa Faktor Suasana Toko (Store Atmosphere) Pada Distro Di Kota Bandung

Analisa Faktor Suasana Toko (Store Atmosphere) Pada Distro Di Kota Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Research Report http://repository.ekuitas.ac.id Internal Research 2017-02-06 Analisa Faktor Suasana Toko (Store Atmosphere) Pada Distro Di Kota Bandung Basuki,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menganalisis tentang preferensi konsumen terhadap paket wisata Kusuma Agrowisata. Kerangka pemikiran teoritis disusun berdasarkan penelusuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Schiffman dan Kanuk (dalam Nitisusastro, 2013: 31), dalam bukunya

BAB II KERANGKA TEORI. Schiffman dan Kanuk (dalam Nitisusastro, 2013: 31), dalam bukunya 7 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Schiffman dan Kanuk (dalam Nitisusastro, 2013: 31), dalam bukunya yang berjudul Consumer Behaviour, menyatakan batasan perilaku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Retailing 2.1.1 Definisi Retailing Menurut Levy dan Weitz (2011) Retailing is the set of business activities that adds value to the products and services sold to costumers for

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 E-commerce 2.1.1 Pengertian e-commerce Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang dapat dijangkau seseorang melalui komputer, yang digunakan oleh pebisnis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Micky Mouse merupakan salah satu bentuk industri pengecer toko (store retailing), tepatnya termasuk ke dalam jenis Toko Serba Ada (Departement Stores) yaitu toko yang menjual berbagai lini produk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan umum bahwa perilaku pembelian produk fashion oleh konsumen wanita

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah dan variasi ritel modern yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Konsumen sebagai seorang manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhinya, dan sering kali dalam memenuhi kebutuhan ini mereka harus melakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan analisis pembahasan serta uraian pada bab- bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran ritel (Retail Marketing Mix) Amir (2004) menyatakan bauran pemasaran ritel biasanya terdiri dari pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga,

Lebih terperinci