MODUL SEKOLAH BEBAS NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA
|
|
- Erlin Widya Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL SEKOLAH BEBAS NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, PROSTITUSI JAWA BARAT 2000
2 A. PEDOMAN APA ITU SEKOLAH BEBAS NAZFA Sekolah bebas nafza adalah sekolah yang memiliki program pencegahan dan penanggulangan nafza serta bersih dari berbagai insiden yang berhubungan dengan nafza TUJUAN SEKOLAH BEBASA NAFZA 1. meningkatkan ketahanan sekolah terhadap intervensi nafza di lingkungan sekolah 2. meningkatkan kesadaran warga sekolah dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah terhadap bahaya nafza 3. meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan nafza 4. menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang aman, menyenangkan, sehat, produktif dan bebas nafza 5. menjadikan sekolah sebagai agen pembaharu bagi upaya pencegahan dan penanggulangan nafza. 6. tercipta mekanisme kontrol khususnya di lingkungan sekolah untuk mencegah dan menggulangi penyelahgunaan nafza 7. menekan penyebarluasan penyalahgunaan nafza PROGRAM SEKOLAH BEBAS NAFZA Program sekolah bebas nafza pada dasarnya bersifat khas sekolah, dalam arti setiap sekolah akan memiliki program yang berbeda dengan sekolah lain. Secara umum program direncanakan atau dikemas dalam susunan sebagai berikut : 1. landasan, berisi tentang hal-hal yang dijadikan dasar menyusun program baik berupa produk hukum maupun berbagai temuan yang menghawatirkan atau menimbulkan kecemasan. Visi dan misi sekolah, peraturan penggunaan zat aditif dan psikotropika, kecenderungan atau
3 indikator penyalah gunaan mafza di sekitar lingkungan sekolah dapat dijadikan landasan. 2. Tujuan, berisi tentang tujuan secara spesifik program sekolah bebas nafza bagi sekolah yang bersangkutan. Perumusan tujuan akan terkait dengan keluasan dan kedalaman berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan nafza yang dilakukan oleh sekolah. Tujuan secara umum terfokus pada upaya peningkatan ketahan sekolah terhadap bahaya nafza serta kasadaran dan partisipasi warga sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk memerangi nafza. Secara khusus sekolah dapat merumuskan tujuan-tujuan antara atau tujuan-tujuan spesifik percawu, persemester atau pertahun ajaran yang akan dilakukan oleh sekolah untuk mewujudkan atau mencapai tujuan umum. 3. Lingkup, berisi tentang batasan-batasan program pencegahan dan penanggulangan nafza serta bentuk network pelaksanaan program. Sekolah dapat menetapkan lingkup program pada pengembangan berbagai bentuk penyuluhan, pengembangan dan menyaluran bakat, minat dan kemampuan siswa pada berbagai aktivitas yang positif, jalinan hubungan kerjasama maupun pelaksanaan kegiatan bersama sekolah dengan warga masyarakat di lingkungan sekitar sekolah, bentuk kegiatan atau aturan peningkatan keamanan dan ketahanan sekolah dari intervensi nafza, upaya deteksi atau pelaksanaan tes keterlibatan nafza serta upayaupaya investigasi intervensi nafza di sekitar lingkungan sekolah. Bagaimana program akan dilaksanakan, hubungan kerja seperti apa yang diinginkan intern sekolah maupun ekstern dengan masyarakat di lingkungan sekolah. 4. Isi program, gambaran aktivitas yang akan dilakukan oleh sekolah. Program dapat dilaksanakan dalam bentuk pendekatan preventif, kuratif dan developmental edukatif. Aktivitas yang akan dilaksanakan merupakan perwujudan secara spesifik lingkup program yang ditetapkan. Misalnya lingkup pengembangan berbagai penyuluhan dapat terdiri atas :
4 penyuluhan tentang bahaya nafza dari kepolisian, pembuatan liflet tentang nafza, pembentukan konselor sebaya. 5. Personil, susunan organisasi, hubungan orang-orang yang terlibat dalam program, serta peran dan tanggung jawab masing-masing personil. personil terdiri atas unsur warga sekolah dan unsur masyarakat sekitar. Unsur warga sekolah adalah pimpinan sekolah, guru, staf tata usaha, siswa, pedagang di dalam sekolah, orang tua siswa dan alumni sekolah. Unsur masyarakat di lingkungan sekolah adalah pedagang di sekitar sekolah, pengelola tempat-tempat rekreasi atau hiburan di sekitar sekolah, aparat kepolisian sektor dimana sekolah berada, warga masyarakat di sekitar sekolah, pimpinan masyarakat dari tingkat RT, RW, Kelurahan serta kecamatan dimana sekolah berada, tokoh agama dan tokoh masyarakat dimana sekolah berada. Pembetukan tim satgas interen sekolah serta satgas yang lebih luas dengan pelibatan unsur masyarakat di sekitar lingkungan sekolah dalam koordinasi pimpinans ekolah dan pimpinan masyarakat. Penetapan peran, fungsi dan tugas sesuai dengan susunan organisasi dan mekanisme kerja yang disepakati. 6. Sarana dan prasarana, sarana dan prasarana yang dibutuhkan agar terlaksana program. Terdiri atas sarana ruangan, berbagai atribut, serta dana bagi pelaksanaan program. Sumber dana dapat digali secara swadaya dari warga sekolah dan warga masyarakat di sekeliling sekolah. 7. Jadwal, terdiri atas aktivitas, waku pelaksanaan aktivitas serta penananggung jawab aktivitas. 8. dilengkapi atau didukung dengan berbagai format administrasi untuk monitoring dan evaluasi program. 9. monitoring dan evaluais program ditujukan pada keterlaksanaan program dan dampak program terhadap perubahan perilaku warga sekolah serta warga masyarakat terhadap intervensi nafza.
5 SASARAN 1. siswa 2. remaja, pemuda atau orang dewasa di sekitar lingkungan sekolah TEMPAT Program di laksanakan di sekolah ataupun di tempat umum yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar sekolah TEKNIK Curah fikir, konsultasi, bimbingan dan konseling, penyuluhan, pelatihan, penyebaran informasi melalui media komunikasi, pengadaan aktivitas atau kegiatan pengembangan bakat dan minat serta apresiasi. PELAKSANA 1. TIM SATGAS SEKOLAH : siswa, guru, pimpinan sekolah, orang tua, staf tata usaha, alumni 2. TIM SATGAS SEKOLAH DAN MASYARAKAT : Tim satgas sekolah, tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan masyarakat, aparat keamanan, departemen atau dinas pemerintah terkait, warga masyarakat, pengusaha, LSM, lembaga atau institusi formal maupun non formal yang ada di masyarakat yang peduli terhadap program pencegahan dan penanngulangan nafza. EVALUASI 1. Evaluasi proses, yaitu monitoring dan evaluasi terhadap keterlibatan dan partisipasi pada kegiatan / program 2. Evaluasi hasil adalah dampak pelaksanaan program terhadap ketahanan sekolah, ketahanan lingkungan serta ketahanan individu terhadap intervensi nafza.
6 ADMINISTRASI 1. Pemasangan papan sekolah bebas nafza 2. penyiapan dan mengisian berbagai format monitoring dan evaluasi program 3. pelaporan pelaksanaan program pada warga sekolah dan warg msyarakat di lingkungan sekolah secara berkala. B. MATERI SEKOLAH BEBAS NAFZA Penggunaan Nafza atau narkotika dan zat aditif pada saat ini meningkat sangat tinggi. Pengguna nafza melebar dan meluas pada berbagai tingkatan usia maupun strata masyarakat. Pengedaran nafza tidak hanya terbatas pada kalangan dan tempat tertentu, tetapi sudah menjadi transaksi bebas. Bahaya yang ditimbulkan oleh nafza terhadap pengguna sangat besar, karena tidak hanya merusak secara fisik tetapi juga merusak individu secara mental. Kerusakan yang ditimbulkan secara individual orang perorang pemakai dan pengedar pada suatu saat akan menjadi perusak bangsa dan hilangnya satu generasi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi sebagai agen penerus dan penjaga sistem nilai serta pembaharu masyarakat sudah selayaknya memiliki visi dan misi yang jelas dan tegas terhadap berbagai intervensi berkenaan dengan nafza. Visi dan misi dijabarkan dalam program yang tersusun secara sistematis dengan melibatkan semua unsur di dalam sistem sekolah serta mengembangkan jaringan kemitraan dengan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah. Dasar hukum penanganan masalah nafza adalah UU no 22 tahun 1977 tentang nafza dan psikotropika serta kepres No. 116 tentang badan koordinasi narkotika Nasional. Secara empirik menurut catatan kanwil Depsos tercatat korban nafza di Jawa Barat 2942(per juni 1999). Bahaya
7 nafza bagaikan gubung es diprediksi apabila ditemukan 1 orang berarti terdapat 10 korban maka jumlah korban narkotika adalah 10 kali lipat. Pengguna narkotika sebagian besar (90 %) adalah remaja, 68 % diantaranya berpendidikan SD sampai dengan SMU sekitar usia tahun. Tujuan umum program adalah mengembangkan ketahanan diri secara individual, ketahanan sekolah serta ketahanan masyarakat terhadap berbagai intervensi nafza. Program dapat berupa pencegahan dan penanggulangan nafza maupun pengembangan berbagai aktivitas bersifat edukatif yang meningkatkan ketahanan individu, sekolah maupun masyarakat terhadap intervensi nafza. Tujuan khusus yang dicanangkan sekolah terbagai dalam tujuan yang bersifat preventif antara lain : deteksi dini siswa pengguna nafza, mengembangkan jaringan anti nafza, atau pusat pengembangan potensi siswa; bersifat kuratif antara lain : penyembuhan korban nafza, Bantuan konsultasi nafza, investigasi korban nafza; serta bersifat developmental antara lain mendidik siswa pasca penyembuhan, penyuluhan bahaya nafza oleh mantan pemakai. Tujuan khusus yang ditetapkan harus memperhatikan kemampuan sekolah sendiri melaksanakannya. Dalam kapasitas sebagai lembaga pendidikan formal, secara fungsional program sekolah bebas nafza lebih berorientasi prefentif dalam arti melalukan berbagai upaya agar intervensi nafza terhadap generasi muda tidak berkembang. Tujuan yang bersifat kuratif dan development memerlukan tambahan kemampuan dan keterampilan personil di dalamnya tentang penanngulangan nafza. Sekolah dapat menspesifikasi diri dalam lingkup program sesuai dengan kemampun serta misi dan visi yang diemban oleh sekolah, antara lain : 1. pengembangan bakat, minat dan kemampuan generasi muda. Sekolah menyediakan berbagai aktivitas yang dapat dipilih dan diikuti siswa untuk menyalurkan bakat dan kemampuan. Generasi muda yang terlibat dalam aktivitas yang positif dipredikasi tidak akan memiliki peluang untuk berminat terhadap nafza. Secara psikologis individu yang memiliki rasa aman, nyaman serta berada pada kondisi yang menyenangkan akan
8 memiliki kepercayaan diri dan ketahan mental. Kegiatan bersifat ektrakurikuler tetapi berada tanggung jawab dan jadwal yang ditetapkan sekolah, sehingga monitoring dan evaluasi kegiatan mudah dilaksanakan. Jenis kegiatan dapat dalam dimensi organisasi kepemimpinan dan disiplin seperti Pramuka, Paskibra, PMR, Polisi Sekolah; Olah raga seperti sepakbola, Bola Voli, Basket, Atletik, catur, panjat tebing, senam serta permainan bola besar maupun bola kecil lainnya; Ilmiah dan bidang studi seperti Kelompok ilmiah remaja, klub bahasa, klub sosial, orbit; Beladiri antara lain karate, PD, Tajimalela, Satria nusantara; Keterampilan seperti antara lain : pertanian, keputrian, elektro; Pencinta alam; dan lain sebagainya. Pemanfaatan waktu luang dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat serta memilih lingkup pergaulan dalam koridor kelompok atau organisasi formal maupun informal yang memiliki tujuan pengembangan potensi diri dalam dimensi sosial merupakan kunci menghindari keterlibatan penyalaggunaan nafza pada remaja dan generasi muda. 2. peningkatan pemahaman dan pelaksanaan ibadah keagamaan, moral dan etika. Penyelenggaraan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi regius yang dimiliki siswa perlu dilakukan. Siswa yang memiliki kompetensi religius akan dapat mengelola diri dan memiliki pertahanan diri terhadap intervensi berbagai tindak atau perilaku yang tidak baik termasuk penyalah gunaan nafza. Selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa serta melaksanakan ritual ibadah keagamaan dengan kesadaran akan kebutuhan ibadah tersebut bagi ketenangan diri merupakan benteng yang kuat bagi diri menahan keterlibatan maupun kembali terlibat pada nafza. Remaja dengan landasan religius yang tinggi memiliki peluang yang lebih kecil untuk terlibatan penyalahgunaan nafza. Hanya 21% remaja yang memiliki pemahaman agama atau melaksanakan ibadah yang kembali mengkonsumsi nafza. 3. Latihan keterampilan psikologis, merupakan latihan atau pengajaran yang bertujuan agar individu mampu merespon secara kompeten dan tepat berbagai situasi dan permasalahan dalam mencapai suatu tujuan. Latihan
9 keterampilan psikologis merupakan perencanaan mengajar perilaku dan keinginan khusus yang dibutuhkan secara individual dan sistematis untuk fungsi yang tidak efektif dan cara yang statis, periode waktu yang berlebihan, hubungan antar pribadi yang negatif. Tuntutan situasional yang melebihi keterampilan individu merupakan indikator adanya permasalahan psikologis. Ketidak mampuan merupakan produk ketidak sesuaian antara tampilan kemampuan dengan tuntutan tugas. Individu dengan permasalahan psikologis memiliki peluang yang lebih tinggi untuk terlibat penyalah gunaan nafza, karena efek yang ditimbulkan nafza memberikan rasa aman dan kepercayaan diri secara sementara. Walaupun sebenarnya atau pada kenyataannya rasa aman dan kepercayaan diri tersebut hanyalah hayalan semata atau dengan kata lain merupakan upaya diri untuk menghindari permasalahan. Latihan keterampilan psikologis dilakukan berdasarkan kebutuhan keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa untuk memenuhi tuntutan tugas, antara lain latihan keterampilan pskologis yang berkenaan dengan bidang akademis misalnya latihan mendengarkan dengan aktif, latihan membuat catatan atau latihan kemampuan logika hitungan. Latihan dapat juga berhubungan dengan kemampuan mengelola emosi seperti relaksasi, mengelola marah, mengelola stress. Latihan yang berhubungand engan peningkatan kemampuan verbal antara lain letihan mengemukakan ide, menjalin relasi atau berkomunikasi. Individu yang memiliki kemampuan psikologis atau ketahan mental untuk menghadapi tututan dan beradaptasi dengan konsekuensi pilihan yang dibuat diharapkan mampu hidup sehat secara psikologis. Penciptaan suasa psikologis yang aman, nyaman dan sehat penting bagi kesehatan mental. 4. Mengembangkan budaya bebas rokok di sekolah. Orang yang merokok 80 % lebih mudah beralih atau mengkonsumsi nafza, karena orang yang merokok memiliki kecenderungan untuk menikmati atau ketergantungan terhadap zat nikotin. Membuat siapapun di lingkungan sekolah maupun di
10 sekitar lingkungan sekolah tidak merokok merupakan langkah awal yang dapat dilakukan agar sekolah bebas dari nafza. Individu harus belajar tidak merokok bukan hanya memperoleh informasi tentang bahaya rokok. 5. Pengembangan berbagai bentuk penyuluhan, penyuluhan dapat dilakukan oleh personil yang ada disekolah atau melibatkan nara sumber dari luar sekolah. Di dalam lingkup sekolah personil adalah pimpinan sekolah, pembina osis, guru, teman sebaya. Penyuluh teman sebaya dalam konteks karakteristik remaja merupakan mediator yang paling efektif, karena tidak merasa digurui atau merasa sama. Penyuluh teman sebaya dilatih untuk memiliki kemampuan mendengarkan, memprovokasi anti nafza dan mendorong mengakualisasikan potensi. Pimpinan sekolah, pembina osis dan guru harus tampil sebagai model atau tokoh yang dapat diidolakan/ menjadi panutan. Nara sumber dari pihak luar dapat dimanfaatkan untuk lingkup penyuluhan yang bersifat umum, nara sumber yang dapat dimanfaatkan antara lain dokter, polisi, ulama, ahli/ praktisi hukum. Penyuluhan juga dapat dilakukan melalui media tidak langsung seperti leaflet, poster, tulisan Koran/ madding sekolah, stiker. Tulisantulisan memuat bahaya narkotika, Remaja yang berkaya, anti narkotika. 6. jalinan hubungan kerjasama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan bersama sekolah dengan warga masyarakat di lingkungan sekitar sekolah. Hubungan yang harmonis antara warga sekolah dengan warga di lingkungan sekitar sekolah memberikan rasa aman bagi anak. Jalinan kerjasama dapat dimulai dengan penggunaan bersama fasilitas sekolah maupun fasilitas di lingkungan sekitar, seperti penggunaan lapangan untuk olah raga atau tempat ibadah. Bentuk kerjasama lain dapat dalam bentuk laporan siswa sekolah yang berada di luar sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung. 7. kegiatan atau aturan peningkatan keamanan dan ketahanan sekolah dari intervensi nafza, upaya deteksi atau pelaksanaan tes keterlibatan nafza serta upaya-upaya investigasi intervensi nafza di sekitar lingkungan sekolah. Peningkatan keamanan dapat dilakukan dengan membentuk tim
11 keamanan sekolah, penetapan dan penegakan disiplin sekolah, penyelenggaraan tes kesehatan deteksi dini nafza atau memprasyaratkan surat keterangan bebas nafza. Upaya invenstigas harus dilakukan bersama dengan polisi agar tidak terjdi kesalah pahaman atau penyalahan prosudr investigasi. Isi program, menggambarkan aktivitas yang akan dilakukan oleh sekolah. Program dapat dilaksanakan dalam bentuk pendekatan preventif, kuratif dan developmental edukatif. Aktivitas yang akan dilaksanakan merupakan perwujudan secara spesifik lingkup program yang ditetapkan. Contoh Program : 1. Sosialisasi program sekolah bebeas nafza 2. Bidang penyuluhan a. pengertian nafza b. bahaya nafza bagi kesehatan c. nafza dalam tilikan agama d. memanfatkan waktu luang e. remaja kreatif dan produktif 3. Bidang pengembangan bakat dan minat a. lomba poster bahaya nafza b. pilihan ektra kurikuler 4. Ketahanan sekolah a. razia sekolah b. upacara dengan inspektur upacara polisi 5. Kerjasama/ kemitraan a. referal kasus siswa terdektekdi pengguna nafza b. pemberdayaan orang tua pencegahan bahya nafza di lingkungan keluarga Agar aktivitas yang dilakukan dirasakan sebagai miliki dan tanggung jawab semua warga sekolah maupun warga di lingkungan sekitar sekolah maka sosialisasi dan diseminasi program sekolah bebas nafza terhadap warga sekolah maupuan warga masyarakat merupakan hal yang penting.
12 Aktivitas dapat dilakukan secara formal maupun informal. Langkah kedua adalah menciptakan keterlibatan semua pihak pada setiap aktivitas program. Pemasangan spanduk ataupun wawaran dalam berbagaibentuk tidak ada artinya jika individu tidak merasa terlibat atau merupakan bagian dari program. Menciptakan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tanggung jawab bersama dalam usaha pencegahan keterlibatan penyalagggunaan nafza. Rujukan Dedi Hafid, 1998, Analisa kecenderungan adiksi pada remaja, tesis, Bandung : PPS IKIP Bandung O Donohue & Krasner, 1995, Handbook pf psychological skill training, Boston : Allyn and Bacon Syamsu Yusuf, Anne, Yusi, 2000, Bimbingan Keluarga, Materi pelatihan bimbingan konseling, Bandung : PusdikKimBangWil Jurusan PPB FIP UPI
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI
Lebih terperinciMODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA
MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Tujuan
A. Tujuan I. PENDAHULUAN Setelah mempelajari modul ini para konselor diharapkan : 1. Memiliki pemahamam tentang konselor sebagai suatu profesi 2. Memiliki pemahamam tentang kinerja profesional konselor
Lebih terperinciS A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
Lebih terperinciMODUL DETEKSI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAFZA UNTUK FASILITATOR REMAJA DAN ORANG TUA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA
MODUL DETEKSI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAFZA UNTUK FASILITATOR REMAJA DAN ORANG TUA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN NAFZA JAWA BARAT 2001 A. PEDOMAN APA DETEKSI KORBAN PENYALAHGUNAAN
Lebih terperinciBUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA
PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1999 I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciNOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bahaya penyalahgunaan narkoba ditingkat pelajar mencapai angka yang sangat menghawatirkan, Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah yang bergerak untuk
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KELURAHAN.
Menimbang PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciGELANGGANG REMAJA DI JAKARTA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciPROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 8 13 Periode Wisuda November 2016 PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA
Lebih terperinciKemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens
BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA,
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang :a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor
Lebih terperinciPROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.
PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN 3.1. Visi Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 3.2. Misi 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat belajar. 2. Mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari
Lebih terperinciKABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 12, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR
Lebih terperinciPROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MAROBO, SALASSA, SUKAMAJU DAN BONE-BONE MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran
Lebih terperinciKONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN DISUSUSN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN DISUSUSN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1999 A. TUJUAN I. PENDAHULUAN Setelah
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciKemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k
FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. kontrol sosial yang terdiri dari faktor-faktor eksternal, kelekatan ayah-anak,
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Pertanyaan penelitian dalam disertasi ini adalah Apakah model kontrol sosial yang terdiri dari faktor-faktor eksternal, kelekatan ayah-anak, kelekatan ibu-anak, komitmen sekolah,
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 JUNI 2013 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 Juni 2013
BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 JUNI 2013 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 Juni 2013 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati ; Forum
Lebih terperinciANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA
ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA NAMA :... KELAS :... PETUNJUK : Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan di bawah ini dengan cermat. Bubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciPENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA
PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PPB FIP UPI BANDUNG 1999 I PENDAHULUAN A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharpakan : 1. mampu melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciMEMBEBASKAN KULONPROGO DARI BAHAYA NARKOBA
Artikel MEMBEBASKAN KULONPROGO DARI BAHAYA NARKOBA Eko Wisnu Wardana dan Mardiya Sebagai daerah yang terbuka dan memiliki akses jaringan informasi yang kuat, Kulonprogo selain dapat mengambil kemanfaatan
Lebih terperinci2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1717, 2014 PERATURAN BERSAMA. Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Pengembangan. Pembinaan. Pencabutan. PERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
Lebih terperinciBahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35
Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip utama yang telah disepakati oleh pakar pendidikan adalah bahwa setiap warga negara seharusnya mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini fenomena masalah moral pada kalangan remaja semakin meningkat dan menjadi lebih kompleks dari masa-masa sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik dan dikelola dengan perencanaan yang matang akan menciptakan
Lebih terperinciPEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER I. PENDAHULUAN Pasal 3 Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciTENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG
WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan produk yang
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciS A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010
S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN
SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk
Lebih terperinciWALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus
WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus Dewan Perwakilan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (DPD LPM) Kota Pekanbaru di lapangan Bukit, Senapelan, Pekanbaru,
Lebih terperinciBUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan tanggung-jawab bersama, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama
Lebih terperinciBAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN
BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.
No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN DEMAK
PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinci