PENYUSUN. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Dr. Rustam S. Pakaya, MPH. Kepala Bidang Pemantauan dan Informasi Yus Rizal, DCN, M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUN. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Dr. Rustam S. Pakaya, MPH. Kepala Bidang Pemantauan dan Informasi Yus Rizal, DCN, M."

Transkripsi

1

2 PENYUSUN Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Dr. Rustam S. Pakaya, MPH Kepala Bidang Pemantauan dan Informasi Yus Rizal, DCN, M.Epid Kepala Bagian Tata Usaha Drg. Els Mangundap, MM Kepala Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan Dr. Lucky S. Tjahjono, M.Kes Kepala Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan Drs. Sridjono Mukmin, SKM, MM Kepala Sub Bidang Pemantauan Edy S. Purba, SKM, MKM Kepala Sub Bidang Informasi Yuniyati, S.Sos, M.Si PENYUNTING Dr. Ina Agustina Isturini Dr. Jaya Supriyanto Vanda Roza, S.Kom Zulkarnain Gaffar, S.S Antonius Sunar Wachyudi, A.Md

3 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Pedoman Penyusunan Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Untuk Kabupaten/Kota ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Penyusunan buku ini bertujuan sebagai pedoman bagi pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dinas kesehatan kabupaten/kota dalam menyusun profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, sehingga tersedianya data dan informasi kesiapsiagaan serta sumber daya kesehatan yang lengkap, akurat dan dapat dimanfaatkan dalam mengambil keputusan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Guna meningkatkan mutu penyajian informasi buku sejenis dimasa mendatang, diharapkan kritik dan saran yang membangun serta partisipasi semua pihak, khususnya upaya mendapatkan data/informasi yang lebih akurat dan sesuai kebutuhan. Akhir kata kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran sehingga buku Pedoman Penyusunan Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana untuk Kabupaten/Kota ini dapat tersusun, kami mengucapkan terima kasih. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI. Hal i ii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 2 II. TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP... 5 A. Tujuan Umum 5 2. Khusus.. 5 B. Sasaran... 5 C. Ruang Lingkup Jenis Data dan Informasi 5 2. Sumber Data Periode Data dan Jadwal Penyusunan 6 III. PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI... 7 A. Pengumpulan dan Pengolahan Data Cara Pasif 7 2. Cara Aktif 7 B. Analisis Data dan Penyajian Informasi... 7 C. Distribusi Profil... 8 IV. SISTEMATIKA PENYAJIAN V. DATA/INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA A. Gambaran Umum B. Upaya Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan C. Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan D. Sistem Informasi VI. PENUTUP... 71

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap terjadinya bencana. Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana diartikan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Faktor geografis, geologis, hidrologis dan demografis Indonesia menjadi faktor penentu yang menempatkan wilayah Indonesia pada situasi tersebut. Secara geografis, Indonesia rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami karena wilayahnya terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik di dunia, yaitu lempeng benua Asia dan Benua Australia, serta lempeng Samudra Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia juga memiliki 129 gunung api aktif yang dapat meletus kapan saja. Curah hujan yang ekstrem, perbukitan dengan lereng sedang hingga terjal, dengan jenis tanah lolos air tinggi dan kurangnya vegetasi berakar kuat dan dalam juga merupakan faktorfaktor kerentanan lainnya terhadap bencana banjir maupun gerakan/tanah longsor. Selain itu, dari aspek demografis keanekaragaman ras, budaya dan agama sering memicu konflik sosial. Kejadian bencana umumnya memiliki dampak yang merugikan. Rusaknya sarana prasarana fisik, permukiman dan fasilitas umum hanyalah sebagian kecil dari dampak bencana yang dapat langsung terlihat. Dampak lain yang tak kalah pentingnya adalah permasalahan kesehatan seperti kolapsnya fasilitas pelayanan kesehatan, adanya korban meninggal dan luka, penurunan status gizi masyarakat, rusaknya sarana air bersih dan lingkungan pemukiman, stress pasca trauma dan masalah psikososial. Kejadian bencana seringkali diikuti dengan adanya arus pengungsian penduduk ke lokasi yang aman, yang tentunya akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang baru di lokasi tujuan pengungsian tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia sering dilanda bencana, baik bencana alam (banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, banjir, banjir bandang), non alam (kegagalan teknologi), maupun bencana sosial (konflik, terorisme). Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, pada tahun 2006 telah terjadi 162 kali bencana, tahun 2007 sebanyak 205 kali dan tahun 2008 sebanyak 420 kali. Jumlah korban yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Tercatat korban sejak tahun 2006 hingga 2008 sebanyak jiwa dan jumlah pengungsi pada 3 tahun tersebut sebanyak jiwa.

6 Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan kegiatan yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan pengendalian yang berada dalam lingkup Siklus Penanggulangan Bencana (Disaster Management Cycle). Siklus tersebut di mulai sejak sebelum terjadinya bencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), pada saat terjadinya bencana (tanggap darurat) dan pada saat setelah terjadinya bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi). Dalam rangka mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya-upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota. Guna membantu pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah kiranya perlu disusun suatu pedoman yang dapat digunakan sebgai acuan dalam melakukan peyusunan profil tersebut. B. Dasar Hukum a. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. c. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. d. Kepmenkes No.145/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. e. Kepmenkes No.064/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. f. Kepmenkes No.876/ MENKES/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain

7 BAB II TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP A. TUJUAN 1. Umum Tujuan umum dari penyusunan pedoman profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di dalam menyusun profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kabupaten/kota. 2. Khusus Tujuan khusus dari penyusunan pedoman profil ini adalah : a) Tersedianya acuan pengumpulan dan pengolahan data untuk penyusunan profil. b) Tersedianya acuan untuk analisis data dan penyajian informasi profil. c) Tersedianya acuan pendistribusian profil. d) Tersedianya acuan penjadwalan kegiatan penyusunan profil. e) Tersedianya acuan data dan informasi yang dibutuhkan untuk penyusunan profil. B. SASARAN Sasaran dari buku pedoman profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. C. RUANG LINGKUP 1. Jenis Data dan Informasi Data dan informasi yang dikumpulkan untuk penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kabupaten/kota adalah : a) Gambaran umum wilayah. b) Upaya Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. c) Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan d) Sistem Informasi 2. Sumber Data Data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kabupaten/kota bersumber dari unit pelaksana program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana atau pun unit-unit kerja yang terkait dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, baik lintas program maupun lintas sektor. 3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan

8 Profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan profil informasi tahunan yang disusun secara rutin tiap tahunnya. Periode data yang digunakan dalam profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Kabupaten/Kota adalah periode Januari sampai dengan Desember tahun Profil. Dengan demikian Profil Kesehatan Kabupaten/Kota X Tahun 2009 berisi tentang informasi sepanjang tahun Mengingat profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Kabupaten/Kota merupakan sarana menyusun rencana tahunan Kesehatan Kabupaten/Kota tahun berikutnya, maka diharapkan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Kabupaten/Kota telah selesai disusun bulan Maret. Ini berarti bahwa profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Kabupaten/Kota Tahun 2009 diharapkan telah selesai disusun pada bulan Maret Tabel 2.1 Jadwal Tentative Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota NO KEGIATAN Jan Feb Mar Apr 1 Pengumpulan dan pengolahan data xxxx xxxx 2 Analisis data dan penulisan draft xxxx xxxx 3 Finalisasi, Penggandaan/Pencetakan xxxx 4 Distribusi ke Bupati, DPRD, Kantor-kantor Dinas Kab/Kota, RS, Puskesmas, Dinas Kesehatan Provinsi, Depkes Pusat (Pusat Penanggulangan Krisis) xxxx

9 BAB III PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI A. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data untuk keperluan penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Cara Pasif Pengumpulan data secara pasif berupa kegiatan mengumpulkan data dari pencatatan dan pelaporan yang sudah ada di unit kerja pengelola program. 2. Cara Aktif Untuk keperluan data yang tidak tersedia di unit kerja pengelola program, maka perlu dilakukan pengumpulan data secara aktif yaitu dengan jalan mengambil langsung data dari sumbernya (lintas program dan sektor terkait). Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan kebutuhan informasi sesuai dengan pedoman penyusunan profil. Selanjutnya data yang telah terkumpul perlu dilakukan pemeriksaan/koreksi data terlebih dahulu baik kelengkapan, akurasi dan konsistensinya sebelum masuk kedalam proses pengolahan data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan melakukan rekapitulasi data kedalam bentuk tabel-tabel ataupun teks naratif untuk memudahkan didalam melakukan analisis data. B. ANALISIS DATA DAN PENYAJIAN INFORMASI Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis data. Ada beberapa teknik analisis data yang dapat dilakukan antara lain : 1. Analisis Deskriptif, yaitu upaya menjelaskan/menggambarkan data yang ada sesuai dengan karakteristik data yang ditampilkan, dapat berupa angka mutlak, persentase ataupun teks pernyataan. 2. Analisis komparatif adalah upaya menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data berdasarkan wilayah/tempat atau waktu. Misalnya perbandingan jumlah tenaga terlatih antara kecamatan A dan B, besarnya anggaran untuk penanggulangan bencana tahun 2010 dibandingkan dengan Untuk mendapatkan hasil analisis data yang baik diperlukan pengetahuan yang cukup baik dengan substansi-substansi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Oleh karena itu penyusun profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah orang-orang yang memiliki kemampuan di dalam bidang statistik,

10 manajemen penanggulangan bencana, epidemiologi, kesehatan masyarakat dan informasi kesehatan. Kegiatan analisis data tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penyajian informasi. Terdapat berbagai bentuk sajian informasi, antara lain dalam bentuk teks, tabel, grafik, peta ataupun kombinasinya. Untuk sajian dalam grafik ada beberapa bentuk yang dapat digunakan tergantung keperluan informasinya. Grafik batang biasanya digunakan untuk mensajikan informasi distribusi frekuensi yang digambarkan dalam bentuk bar (batang) guna membandingkan satu nilai atau lebih dari beberapa kategori. Grafik garis yaitu grafik yang berbentuk garis untuk menggambarkan trends/perkembangan suatu nilai dari waktu ke waktu. Pie (lingkaran) yaitu grafik berbentuk lingkaran yang terbagi kedalam beberapa bagian untuk membandingkan suatu nilai (proporsi) dari beberapa kategori. Piktogram yaitu grafik yang berupa gambar bentuk-bentuk nyata seperti orang, setumpuk/kepingan uang, gedung dan lain-lain. Sedangkan peta adalah tampilan grafik yang diwujudkan dalam bentuk peta suatu wilayah dimana bagian-bagiannya menunjukkan distribusi frekuensi. Peta terutama digunakan untuk menjelaskan distribusi sesuatu dikaitkan dengan geografi. C. DISTRIBUSI PROFIL Distribusi profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : Bupati/Walikota DPRD Kabupaten/Kota Badan/lembaga atau dinas terkait Puskesmas, dan UPT Kesehatan lainnya termasuk GFK Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Dinas Kesehatan Provinsi Departemen Kesehatan c.q Pusat Penanggulangan Kriss LSM Kesehatan di Kabupaten/Kota Lembaga Donor

11 BAB IV SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah sebagai berikut. Bab-1 : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang, maksud dan tujuan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana serta ruang lingkup penyajiannya. Bab-2 : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas gambaran wilayah rawan bencana menurut jenis bencana serta informasi bencana yang telah terjadi. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, peta, dan sebagainya. Bab-3 : Upaya Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya yang dilakukan kabupaten/kota terkait dengan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam bidang kesehatan. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, peta, dan sebagainya. Bab-4 : Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya yang telah dilakukan kabupaten/kota selama masa tanggap darurat dan pemulihan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, peta, dan sebagainya. Bab-5 : Sistem Informasi Bab ini menguraikan tentang sistem informasi yang telah digunakan dan dikembangkan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, peta, dan sebagainya. Bab-6 : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu ditelaah lebih lanjut dari profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang sehingga perlu penanganan yang lebih baik lagi diperiode tahun berikutnya.

12 Lampiran Pada lampiran ini berisi tentang tabel-tabel informasi penunjang yang tidak dapat disajikan kedalam bab-bab sebelumnya. Profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ini dapat disajikan dalam bentuk tercetak (berupa buku) atau dalam bentuk lain (CD/DVD, tampilan di situs internet, dan lain-lain).

13 BAB V DATA/INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Kabupaten/Kota adalah profil yang menggambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya-upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di kabupaten/kota bersangkutan. Untuk menyusun profil tersebut di atas, dibutuhkan data dan informasi sebagai berikut : A. GAMBARAN UMUM 1. Dinas Kesehatan : Alamat (lengkap) : Telp :.... Fax : Telp :... Fax : Website/ ... Petunjuk pengisian form di atas I. Diisi nama dinas kesehatan kabupaten/kota bersangkutan II. Diisi alamat lengkap surat menyurat dinas kesehatan disertai nomor telepon dan fax. III. Diisi alamat website dan atau alamat dinas kesehatan kabupaten/kota bersangkutan.

14 Tabel 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Kota. Tahun.. Jumlah No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Desa / Kelurahan Rumah Tangga / Kepala Keluarga Penduduk Bayi Balita Ibu Hamil Ibu Meneteki Lanjut Usia Topografi Jenis Rawan Bencana Jumlah (Kab/Kota)

15 Petunjuk pengisian form Gambaran Umum Wilayah (Tabel 5.1) 1. Baris isian judul tabel gambaran umum wilayah kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan 2. Baris isian tahun diisi dengan tahun data profil 2009 maka baris isian tahun diisi dengan tahun Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 di isi dengan nama kecamatan yang ada di wilayah kabupaten/kota. 5. Kolom no. 3 di isi dengan luas wilayah kecamatan 6. Kolom no. 4 di isi dengan jumlah desa/kelurahan yang ada di wilayah kecamatan 7. Kolom no. 5 di isi dengan jumlah rumah tangga/kepala Keluarga. 8. Kolom no. 6 di isi dengan jumlah penduduk keseluruhan yang ada di wilayah kecamatan 9. Kolom no. 7 di isi dengan jumlah penduduk bayi (umur 0 11 bulan) yang ada di wilayah kecamatan. 10. Kolom no. 8 di isi dengan jumlah penduduk balita (umur 1 5 tahun) yang ada di wilayah kecamatan. 11. Kolom no. 9 di isi dengan jumlah penduduk ibu hamil yang ada di wilayah kecamatan. 12. Kolom no. 10 di isi dengan jumlah penduduk ibu meneteki yang ada di wilayah kecamatan. 13. Kolom no. 11 di isi dengan jumlah penduduk usia lanjut yang ada di wilayah kecamatan. 14. Kolom no. 12 di isi dengan keadaan bentuk muka bumi (topografi) sebagian besar wilayah kecamatan. Contoh : daerah pegunungan, pantai, dataran rendah dll 15. Kolom no. 13 di isi dengan jenis bencana yang rawan di wilayah kecamatan (dapat di isi lebih dari satu jenis bencana) Contoh : Bencana alam : gempa bumi, tsunami, banjir, banjir bandang, tanah logsor, letusan gunung api, dan lain lain Bencana non alam : kebakaran pemukiman, kecelakaan industri, epidemi penyakit dan lain-lain Bencana sosial : teror, konflik sosial (kerusuhan), dan lain-lain

16 Tabel 5.2 Gambaran Aksesibilitas Wilayah Di Kabupaten/Kota... Tahun... No Kecamatan Akses Komunikasi Akses Transportasi Waktu Tempuh Jarak Keterangan

17 Petunjuk pengisian form Gambaran Aksesibilitas Wilayah (Tabel 5.2) 1. Baris isian judul tabel gambaran umum aksesiibilitas wilayah kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan 2. Baris isian tahun diisi dengan tahun data profil 2009 maka baris isian tahun diisi dengan tahun Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 di isi dengan nama kecamatan yang ada di wilayah kabupaten/kota. 5. Kolom no. 3 di isi dengan jaringan komunikasi umum yang dapat dipergunakan. Contoh : telepon biasa, handphone, SSB, dan lain-lain 6. Kolom no. 4 di isi dengan jalur transportasi yang dapat digunakan dari ibukota kabupaten/kota. Bila letak kecamatan berada di wilayah ibukota kabupaten/kota, maka diisi jalur transportasi yang dapat digunakan dari ibukota provinsi ke kecamatan di ibukota kabupaten/kota bersangkutan. Contoh : darat dapat dilalui roda 4 atau lebih, darat hanya dapat dilalui roda 2, angkutan sungai, angkutan laut dan angkutan udara 7. Kolom no. 5 di isi dengan waktu tempuh yang diperlukan Catatan : waktu tempuh adalah waktu yang diperlukan untuk dapat sampai di ibukota kecamatan setempat dari ibukota kabupaten/kota dengan menggunakan sarana angkutan yang berlaku di daerah tersebut. Bila letak kecamatan berada di wilayah ibukota kabupaten/kota, maka waktu tempuh dan jarak dihitung dari ibukota provinsi ke kecamatan di ibukota kabupaten/kota bersangkutan. Contoh : Kecamatan Babelan akses transportasinya darat dengan waktu tempuh 2 jam dari Kabupaten Bekasi. Kecamatan Cikarang Selatan (ibukota Kabupaten Bekasi) akses transportasi darat dengan waktu tempuh 1,5 jam dari Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 8. Kolom no. 5 di isi dengan jarak yang ditempuh Catatan : jarak adalah jarak yang ditempuh untuk dapat sampai di ibukota kecamatan setempat dari ibukota kabupaten/kota dengan menggunakan sarana angkutan yang berlaku di daerah tersebut. Bila letak kecamatan berada di wilayah ibukota kabupaten/kota, maka jarak dihitung dari ibukota provinsi ke kecamatan di ibukota kabupaten/kota bersangkutan. Contoh : Kecamatan Babelan akses transportasinya darat dengan jarak 100 km dari Kabupaten Bekasi. Kecamatan Cikarang Selatan (ibukota Kabupaten Bekasi) akses transportasi darat dengan jarak 75 km dari Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 9. Kolom no. 7 di isi dengan keterangan lain dari aksesibilitas jika ada.

18 Tabel 5.3 Data Kejadian Bencana di Wilayah Kabupaten/Kota... Tahun... No Lokasi Kejadian Tanggal Kejadian Jenis Bencana Meninggal Hilang Jumlah Korban Luka Berat / Rawat Jalan Luka Ringan / Rawat Jalan Pengungsi Sarana Kesehatan Yang Rusak Bantuan Kesehatan Yang Diterima Jumlah (12) (13)

19 Petunjuk pengisian form Data Kejadian Bencana di Wilayah (Tabel 5.3) 1. Baris isian judul tabel data kejadian bencana di wilayah kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 di isi dengan lokasi kejadian bencana (desa dan kecamatan). 5. Kolom no. 3 di isi dengan tanggal kejadian bencana. 6. Kolom no. 4 di isi dengan jenis bencana yang terjadi. 7. Kolom no. 5 di isi dengan jumlah korban meninggal. 8. Kolom no. 6 di isi dengan jumlah korban hilang. 9. Kolom no. 7 di isi dengan jumlah korban luka berat/rawat inap. 10. Kolom no. 8 di isi dengan jumlah korban luka ringan/rawat jalan. 11. Kolom no. 9 di isi dengan jumlah pengungsi. 12. Kolom no. 10 di isi dengan sarana kesehatan yang rusak berdasarkan jumlah, jenis dan tingkat kerusakan (ringan, sedang dan berat). Contoh : Puskesmas : 2 rusak ringan, 1 rusak berat. Ambulans : 1 rusak berat. 13. Kolom no. 11 di isi dengan jenis dan jumlah bantuan kesehatan yang telah diterima sesuai asal bantuan dari tingkat provinsi, pusat, kabupaten/kota lain maupun bantuan asing. Contoh : MP-ASI 2 ton, Dana Operasional Rp. 200 juta dari Dinkes Provinsi 14. Kolom no. 12 di isi dengan jumlah sarana kesehatan yang rusak seluruh kejadian bencana. 15. Kolom no. 13 di isi dengan jumlah seluruh bantuan kesehatan yang diterima dinas kesehatan kabupaten/kota.

20 Tabel 5.4 Data Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kabupaten/Kota.. Tahun.. No Nama Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik Kapasitas Tempat Tidur BOR Dokter Umum Dokter Spesialis Peny. Dalam Anestesi Anak Bedah Jumlah Tenaga Penata Rontgen Bidan Perawat Jiwa Apoteker Asisten Apoteker Tenaga Kesehatan Lingkungan Gizi Apakah Memiliki Tim Penanggulangan Bencana Kepemilikan Protap Penanggulangan Bencana Jumlah

21 Petunjuk pengisian form Data Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah (Tabel 5.4) 1. Baris isian judul tabel data sarana pelayanan kesehatan di wilayah kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 di isi dengan nama dan alamat rumah sakit pemerintah maupun swasta, puskesmas dan klinik kesehatan yang ada di wilayah kabupaten/kota. Contoh : Puskesmas Ngadirejo, Kec. Kulon. RS. Panti Waluyo, Kec. Selon. 5. Kolom no. 3 di isi dengan kapasitas tempat tidur yang dimiliki 6. Kolom no. 4 di isi dengan bor (bed occupancy rate) persentase pemakaian tempat tidur pada satu-satuan waktu tertentu 7. Kolom no. 5 di isi dengan jumlah dokter umum yang ada. 8. Kolom no. 6 di isi dengan jumlah dokter spesialis bedah yang ada. 9. Kolom no. 7 di isi dengan jumlah dokter spesialis anak yang ada. 10. Kolom no. 8 di isi dengan jumlah dokter spesialis anestesi yang ada. 11. Kolom no. 9 di isi dengan jumlah dokter spesialis penyakit dalam yang ada. 12. Kolom no. 10 di isi dengan jumlah dokter spesialis jiwa yang ada. 13. Kolom no. 11 di isi dengan jumlah perawat yang ada. 14. Kolom no. 12 di isi dengan jumlah bidan yang ada. 15. Kolom no. 13 di isi dengan jumlah penata rontgen yang ada. 16. Kolom no. 14 di isi dengan jumlah apoteker yang ada. 17. Kolom no. 15 di isi dengan jumlah asisten apoteker yang ada. 18. Kolom no. 16 di isi dengan jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang ada. 19. Kolom no. 17 di isi dengan jumlah tenaga gizi yang ada. 20. Kolom no. 18 di isi dengan kepemilikan tim penanggulangan bencana, jawaban ya, jika memiliki dan tidak jika tidak memiliki 21. Kolom no. 19 di isi dengan kepemilikan protap penanggulangan bencana. Contoh : - Ada protap penanggulangan bencana untuk kejadian bencana di lingkup rumah sakit/puskesmas bersangkutan. - Ada protap penanggulangan bencana di luar lingkup rumah sakit/puskesmas. - Tidak ada.

22 B. UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN Unit kerja di lingkup Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab/koordinator dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana... Petunjuk pengisian Unit kerja yang mempunyai tugas pokok dan fungsi terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana baik secara struktural maupun fungsional (penunjukkan) ditulis secara lengkap. Contoh: Seksi Gadar Bidang Yankes Dinkes Prov. DKI Jakarta Health Crisis Center Dinkes Prov. Papua Tabel 5.5

23 Program Kerja/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.... Tahun.. No. Program kerja / Jumlah Dana Sumber Pembiayaan Kegiatan (Rp) Jumlah Petunjuk pengisian form Program Kerja/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.5) 1. Baris isian judul tabel data program kerja/kegiatan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan program kerja/kegiatan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang telah dilaksanakan pada tahun bersangkutan baik yang mendapatkan biaya maupun yang tidak. 5. Kolom no. 3 diisi dengan besarnya biaya per program kerja/kegiatan jika ada. 6. Kolom no. 4 diisi dengan sumber pembiayaannya (APBN, APBD, dan sumber lain) jika ada.

24 Tabel 5.6 Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Kabupaten/Kota.... Tahun.. No Rencana Kontinjensi Tahun Keterangan Petunjuk pengisian form Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.6) 1. Baris isian judul tabel data rencana kontinjensi yang pernah disusun terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan rencana kontinjensi penanggulangan bencana tertentu. Rencana kontinjensi adalah rencana penanggulangan yang disusun atas dasar satu jenis bencana tertentu dengan skenario kejadian tertentu pula. Contoh : rencana kontinjensi penanggulangan bencana banjir, Rencana kontinjensi penanggulangan kerusuhan massal. 5. Kolom no. 3 diisi dengan tahun penyusunan. 6. Kolom no. 4 diisi dengan penjelasan-penjelasan terkait rencana kontinjensi yang disusun jika ada.

25 Tabel 5.7 Peraturan/Kebijakan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Kabupaten/Kota... yang Pernah Disusun dan Masih Berlaku Tahun... No Nomor Surat Pejabat yang Perihal Tanggal Keputusan Memutuskan Ditetapkan Petunjuk pengisian form Peraturan/Kebijakan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Kabupaten/Kota yang Pernah Disusun dan Masih Berlaku (Tabel 5.7) 1. Baris isian judul tabel data peraturan/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang pernah disusun dan masih berlaku di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan nomor surat keputusan bersangkutan. 5. Kolom no. 3 diisi dengan jabatan pejabat yang membuat keputusan Contoh : Bupati, Kepala Dinas Kesehatan, dan lain-lain. 6. Kolom no. 4 diisi dengan perihal dari surat keputusan tersebut. 7. Kolom no. 5 diisi dengan tanggal ditetapkan surat keputusan tersebut.

26 Tabel 5.8 Pedoman/Protap/Juklak/Juknis Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Disusun dan Masih Berlaku oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tahun... No Pedoman/Protap/ Sasaran Tanggal Juklak/Juknis Diterbitkan Petunjuk pengisian form Pedoman/Protap/Juklak/Juknis Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Disusun dan Masih Berlaku oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.8) 1. Baris isian judul tabel data pedoman/protap/juklak/juknis terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang pernah disusun dan masih berlaku oleh dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi uraian/judul dari pedoman/protap/juklak/juknis yang pernah disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersangkutan. 5. Kolom no. 3 diisi dengan sasaran peruntukan dari pedoman/protap /juklak/juknis dimaksud. 6. Kolom no. 4 diisi dengan tanggal diterbitkan pedoman/protap/juklak/juknis tersebut.

27 Tabel 5.9 Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tahun... No Pertemuan Lintas Program Lintas Sektor Frekuensi Koordinasi yang Terlibat yang Terlibat Petunjuk pengisian form Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.9) 1. Baris isian judul tabel data pertemuan koordinasi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang pernah diselenggarakan/dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi uraian pertemuan koordinasi yang diselenggarakan/dilaksanakan. 5. Kolom no. 3 diisi dengan lintas program termasuk puskesmas yang ikut pertemuan koordinasi dimaksud. 6. Kolom no. 4 diisi dengan lintas sektor yang ikut pertemuan koordinasi dimaksud. 7. Kolom no. 5 diisi dengan frekuensi pelaksanaannya selama tahun bersangkutan.

28 Tabel 5.10 Kegiatan Sosialisasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tahun... No Kegiatan Sosialisasi Sasaran Frekuensi Petunjuk pengisian form Kegiatan Sosialisasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.10) 1. Baris isian judul tabel data kegiatan sosialisasi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang pernah diselenggarakan/dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi uraian topik/program yang disosialisasikan. Sosialisasi adalah kegiatan penyebarluasan informasi terkait dengan topik/program yang bertujuan agar kelompok sasaran dapat memahaminya. 5. Kolom no. 3 diisi dengan kelompok masyarakat, unit kerja maupun instansi yang menjadi sasaran kegiatan sosialisasi dimaksud. 6. Kolom no. 4 diisi dengan frekuensi pelaksanaannya selama tahun bersangkutan.

29 Tabel 5.11 Kegiatan Advokasi Terkait Penanggulangnakan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tahun... No Kegiatan Advokasi Sasaran Frekuensi Petunjuk pengisian form Kegiatan Advokasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.11) 1. Baris isian judul tabel data kegiatan advokasi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang pernah dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 di isi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi uraian topik/program yang diadvokasikan. Advokasi adalah upaya persuasif yang dilakukan pada lintas program dan lintas sektor dengan tujuan untuk memperoleh komitmen atau dukungan terkait topik/program dimaksud. 5. Kolom no. 3 diisi dengan unit kerja maupun instansi yang menjadi sasaran kegiatan advokasi dimaksud. 6. Kolom no. 4 diisi dengan frekuensi pelaksanaannya selama tahun bersangkutan.

30 Tabel 5.12 Satuan Tugas Kesehatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Kabupaten/Kota... Tahun... No. Jenis Tim Kesehatan Jumlah Tim Jumlah dan Jenis Tenaga Asal Anggota Kewenangan Mobilisasi Tim Reaksi Cepat (TRC) 2. Tim Penilaian Cepat Kesehatan/RHA (Rapid Health Assessmet) 3. Tim Bantuan Kesehatan

31 Petunjuk pengisian form Satuan Tugas Kesehatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Kabupaten/Kota (Tabel 5.12) 1. Baris isian judul tabel data satuan tugas kesehatan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Tim Reaksi Cepat (TRC) adalah Tim kesehatan yang dapat sesegera mungkin bergerak ke lokasi bencana setelah ada informasi kejadian bencana untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi korban bencana. Tim RHA adalah Tim yang bertugas melakukan kegiatan penilaian keadaan kesehatan (termasuk kebutuhan pelayanan kesehatan) ke lokasi bencana pada saat bencana terjadi dan tim ini diberangkatkan segera setelah kejadian bencana diketahui. Sedangkan Tim Bantuan Kesehatan adalah Tim Kesehatan yang diberangkatkan sesuai kebutuhan pelayanan berdasarkan hasil RHA. 4. Kolom no. 1 cukup jelas. 5. Kolom no. 2 cukup jelas. 6. Kolom no. 3 diisi dengan jumlah tim yang ada. 7. Kolom no. 4 diisi dengan jumlah dan jenis tenaga anggota seluruh tim menurut jenis tim kesehatan Contoh : 2 dokter umum, 1 dokter spesialis bedah, 6 perawat, 1 apoteker, 1 tenaga DVI, 2 sanitarian, 2 sopir, 2 petugas komunikasi, dan sebagainya. 8. Kolom no. 5 diisi asal unit kerja masing-masing anggota tim. Contoh : Dinas Kesehatan, RS, Puskesmas, Unit Kesehatan TNI dan POLRI, dan sebagainya 9. Kolom no. 6 diisi dengan pejabat yang berwenang untuk memobilisasi tim kesehatan dimaksud.

32 Tabel 5.13 Tenaga Kesehatan Terlatih Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Kabupaten/Kota... Tahun... No Unit Kerja Jumlah Tenaga Kesehatan yang Pernah Dilatih dan Masih Aktif Bertugas Menurut Jenis Pelatihan Total Dst... Operasional Perahu Karet Manajemen Obat dan Logistik Pengelolaan Data dan Informasi Radio Komunikasi Emergency Nursing ATLS ACLS Manajemen Bencana Jumlah

33 Petunjuk pengisian form Tenaga Kesehatan Terlatih Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Kabupaten/Kota (Tabel 5.13) 1. Baris isian judul tabel data tenaga kesehatan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan unit kerja kesehatan yang ada di kabupaten/kota bersangkutan. Unit kerja kesehatan dimaksud adalah : Dinas Kesehatan, RSUD, RS lainnya, Puskesmas, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, STIKES, Unit Kesehatan TNI dan POLRI. 5. Kolom no. 3 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan manajemen bencana dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 6. Kolom no. 4 diisi dengan jumlah tenaga dokter yang pernah mengikuti pelatihan ACLS (Advanced Cardiology Life Support) dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 7. Kolom no. 5 diisi dengan jumlah tenaga dokter yang pernah mengikuti pelatihan ATLS (Advanced Traumatic Life Support) dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 8. Kolom no. 6 diisi dengan jumlah tenaga perawat yang pernah mengikuti pelatihan emergency nursing dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 9. Kolom no. 7 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan radio komunikasi dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 10. Kolom no. 8 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan pengelolaan data dan informasi dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 11. Kolom no. 9 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan manajemen obat dan logistik dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 12. Kolom no. 10 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan operasional perahu karet dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 13. Kolom no. 11 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan lainnya (sebutkan) dan masih bertugas pada tahun bersangkutan. 14. Kolom no. 12 diisi dengan jumlah tenaga kesehatan (penjumlahan kolom 3 sampai dengan 11) menurut unit kerja.

34 Tabel 5.14 Data Ketenagaan Unit Kerja Pengelola Program Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tahun... No Tingkat Pendidikan Jumlah tenaga yang ada Jumlah tenaga yang masih dibtuhkan S2 Kesehatan 2. S2 non Kesehatan 3. S1/D4 Kesehatan 4. S1/D4 non Kesehatan 5. D3 Kesehatan 6. D3 non Kesehatan 7. SLTA Kesehatan 8. SLTA Umum... Jumlah Petunjuk pengisian form Data Ketenagaan Pengelola Program Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.14) 1. Baris isian judul tabel data ketenagaan pengelola program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan data tingkat pendidikan formal sesuai tahun bersangkutan. 5. Kolom no. 3 diisi dengan tenaga yang bekerja pada unit kerja pengelola program sesuai dengan tingkat pendidikan formal. 6. Kolom no. 4 diisi dengan kebutuhan tenaga yang masih dibutuhkan pada unit kerja pengelola program menurut tingkat pendidikan formal

35 Tabel 5.15 Pelatihan yang Pernah Diselenggarakan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tahun... No Uraian Pelatihan Sasaran Frekuensi Petunjuk pengisian form Pelatihan yang Pernah Diselenggarakan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Tabel 5.15) 1. Baris isian judul tabel data pelatihan yang pernah diselenggarakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana oleh dinas kesehatan kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan judul/topik pelatihan yang diselenggarakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sesuai tahun bersangkutan. 5. Kolom no. 3 diisi jumlah dan sasaran peserta yang mengikuti pelatihan dimaksud. 6. Kolom no. 4 diisi dengan frekuensi pelatihan dimaksud sesuai tahun bersangkutan.

36 Tabel 5.16 Sarana Transportasi Kesehatan yang Dimiliki dan Dapat Dioperasionalkan pada Saat Bencana di Kabupaten/Kota... Tahun... No Unit Kerja/Instansi Ambulans Puskesmas Keliling Mobil Operasional R4 Mobil Bak Terbuka/Boks Mobil Jenazah Sepeda Motor Perahu Karet Pusling Air/Speedboat Lainnya

37 Petunjuk pengisian form Sarana Transportasi Kesehatan yang Dimiliki dan Dapat Dioperasionalkan pada saat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.16) 1. Baris isian judul tabel data sarana transportasi kesehatan yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan pada saat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan unit kerja/instansi kesehatan yang ada di kabupaten/kota bersangkutan, seperti : dinas kesehatan, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, kantor kesehatan pelabuhan, unit kesehatan TNI dan POLRI, dan lain-lain. 5. Kolom no. 3 diisi jumlah ambulans yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 6. Kolom no. 4 diisi jumlah puskesmas keliling yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 7. Kolom no. 5 diisi jumlah mobil operasional R4 yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 8. Kolom no. 6 diisi jumlah mobil bak terbuka atau boks yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 9. Kolom no. 7 diisi jumlah mobil jenazah yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 10. Kolom no. 8 diisi jumlah sepeda motor yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 11. Kolom no. 9 diisi jumlah perahu karet yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 12. Kolom no. 10 diisi jumlah pusling air atau speedboat yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 13. Kolom no. 11 diisi jumlah jenis alat transportasi lain (sebutkan) yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan.

38 Tabel 5.17 Alat Kesehatan dan Sarana Penunjang yang Dimiliki dan Dapat Dioperasionalkan pada Saat Bencana di Kabupaten/Kota... Tahun... No Unit Kerja/Instansi Lainnya... Lainnya... Lainnya... Emergency Health kit Velbed Gen Set Tenda Lapangan

39 Petunjuk pengisian form Alat Kesehatan dan Sarana Penunjang yang Dimiliki dan Dapat Dioperasionalkan pada saat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.17) 1. Baris isian judul tabel data alat kesehatan dan sarana penunjang yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan pada saat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan unit kerja/instansi kesehatan yang ada di kabupaten/kota bersangkutan, seperti : dinas kesehatan, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, kantor kesehatan pelabuhan, unit kesehatan TNI dan POLRI, dan lain-lain. 5. Kolom no. 3 diisi jumlah tenda lapangan yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 6. Kolom no. 4 diisi jumlah gen set yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 7. Kolom no. 5 diisi jumlah velbed yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 8. Kolom no. 6 diisi jumlah emergency health kit yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 9. Kolom no. 7, 8 dan 9 diisi jumlah jenis alat lain (sebutkan) yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan jika ada.

40 Tabel 5.18 Ketersedian Obat dan Logistik lain yang Dimiliki dan Dapat Digunakan pada Saat Bencana di Kabupaten/Kota... Tahun... No Unit Kerja/Instansi Lainnya... Lainnya... Lainnya... MP-ASI Buffer Stock Obat

41 Petunjuk pengisian form Ketersediaan obat dan logistik lain yang Dimiliki dan Dapat Digunakan pada saat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.18) 1. Baris isian judul tabel data ketersediaan obat dan logistik lain yang dimiliki dan dapat digunakan pada saat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan unit kerja/instansi kesehatan yang ada di kabupaten/kota bersangkutan, seperti : dinas kesehatan, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, kantor kesehatan pelabuhan, unit kesehatan TNI dan POLRI, dan lain-lain. 5. Kolom no. 3 diisi dengan tersedia atau tidak tersedia buffer stock yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana. 6. Kolom no. 4 diisi jumlah MP-ASI yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 7. Kolom no. 5, 6 dan 7 diisi jumlah jenis bahan logistik lain (sebutkan) yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana.

42 Tabel 5.19 Ketersedian Bahan dan Alat Sanitasi yang Dimiliki dan Dapat Dioperasionalkan pada Saat Bencana di Kabupaten/Kota... Tahun... No Unit Kerja/Instansi Lainnya... Lainnya... Lainnya... Kantong Jenazah Kantong Sampah Kaporit Penjernih Air Cepat Mist Blower Spraying Pump Alat Fogging Alat Water Purifier

43 Petunjuk pengisian form Ketersediaan Bahan dan Alat Sanitasi yang Dimiliki dan Dapat Dioperasionalkan pada saat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.19) 1. Baris isian judul tabel data ketersediaan bahan dan alat sanitasi yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan pada saat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan unit kerja/instansi kesehatan yang ada di kabupaten/kota bersangkutan, seperti : dinas kesehatan, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, kantor kesehatan pelabuhan, unit kesehatan TNI dan POLRI, dan lain-lain. 5. Kolom no. 3 diisi jumlah alat water purifier yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 6. Kolom no. 4 diisi jumlah alat fogging yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 7. Kolom no. 5 diisi jumlah spraying pump yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 8. Kolom no. 6 diisi jumlah mist blower yang dimiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 9. Kolom no. 7 diisi jumlah bahan penjernih air cepat yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 10. Kolom no. 8 diisi jumlah kaporit yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 11. Kolom no. 9 diisi jumlah kantong sampah yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 12. Kolom no. 10 diisi jumlah kantong jenazah yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 13. Kolom no. 11, 12 dan 13 diisi jumlah jenis bahan/alat sanitasi lain (sebutkan) yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan jika ada.

44 Tabel 5.20 Ketersedian Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas Lapangan yang Dimiliki dan Dapat Digunakan pada Saat Bencana di Kabupaten/Kota... Tahun... No Unit Kerja/Instansi Lainnya... Lainnya... Lainnya... Spanduk Topi Lapangan Pakaian Seragam Rompi Personal Kit Sepatu Boot Sarung Tangan Masker

45 Petunjuk pengisian form Ketersediaan Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas Lapangan yang Dimiliki dan Dapat Digunakan pada saat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.20) 1. Baris isian judul tabel data ketersediaan Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas Lapangan yang dimiliki dan dapat digunakan pada saat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan unit kerja/instansi kesehatan yang ada di kabupaten/kota bersangkutan, seperti : dinas kesehatan, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, kantor kesehatan pelabuhan, unit kesehatan TNI dan POLRI, dan lain-lain. 5. Kolom no. 3 diisi jumlah masker yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 6. Kolom no. 4 diisi jumlah sarung tangan yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 7. Kolom no. 5 diisi jumlah sepatu boot yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 8. Kolom no. 6 diisi jumlah personal kit yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 9. Kolom no. 7 diisi jumlah rompi yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 10. Kolom no. 8 diisi jumlah pakaian seragam yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 11. Kolom no. 9 diisi jumlah topi lapangan yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 12. Kolom no. 10 diisi jumlah spanduk yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan. 13. Kolom no. 11, 12 dan 13 diisi jumlah jenis alat pelidung diri dan identitas petugas lapangan lain (sebutkan) yang dimiliki dan dapat digunakan untuk penanggulangan bencana sesuai tahun bersangkutan jika ada.

46 C. UPAYA TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN Tabel 5.21 Mobilisasi Satuan Tugas Kesehatan pada Saat Bencana di Kabupaten/Kota... Tahun... No Lokasi Kejadian Jenis Bencana Waktu Kejadian TRC Tim RHA Tim Bankes Keterangan Petunjuk pengisian form Mobilisasi Satuan Tugas Kesehatan pada saat Bencana di Kabupaten/Kota (Tabel 5.21) 1. Baris isian judul tabel data mobilisasi satuan tugas kesehatan pada saat bencana di kabupaten/kota diisi dengan nama kabupaten/kota bersangkutan. 3. Kolom no. 1 diisi dengan nomor urut. 4. Kolom no. 2 diisi dengan lokasi kejadian bencana. Contoh : Desa Bukit dan Sarijaya, kecamatan Panggung. 5. Kolom no. 3 diisi dengan jenis bencana yang terjadi. 6. Kolom no. 4 diisi dengan kapan waktu terjadinya (tanggal, bulan dan tahun). 7. Kolom no. 5 diisi jawaban ya bila dilakukan mobilisasi TRC dan tidak bila tidak dilakukan mobilisasi TRC pada saat bencana terjadi. 8. Kolom no. 6 diisi jawaban ya bila dilakukan mobilisasi Tim RHA dan tidak bila tidak dilakukan mobilisasi TRC pada saat bencana terjadi. 9. Kolom no. 5 diisi jawaban ya bila dilakukan mobilisasi Tim Bankes (Bantuan Kesehatan) dan tidak bila tidak dilakukan mobilisasi TRC pada saat bencana terjadi. 10. Kolom no. 6 diisi penjelasan-penjelasan terkait dengan mobilisasi satuan tugas kesehatan pada kejadian bencana bila ada.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008 TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 28 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tinjauan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (MARET 2009) SUMUT RIAU Sambaran Petir JABAR, Tanah Longsor, Angin Siklon Tropis SULTENG Angin Siklon Tropis PAPUA Tanah Longsor NAD SUMBAR,

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1117, 2014 KEMENHAN. Dukungan Kesehatan. Penanggulangan Bencana. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI BUPATI PATI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIGI PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 1 BUPATI SIGI PERATURAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011 BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada pada posisi rawan bencana, baik bencana alam geologis maupun bencana alam yang diakibatkan ulah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PERALATAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

INOY TRISNAINI, SKM., M.KL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA BENCANA PERAN KADER KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

INOY TRISNAINI, SKM., M.KL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA BENCANA PERAN KADER KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BENCANA PERAN KADER KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Bencana ialah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yg disebabkan, baik

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tris Eryando LATAR BELAKANG Secara geografis sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana yaitu bencana

Lebih terperinci

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN DALAM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 ACEH Tanah Longsor SUMUT Angin Puting Beliung SUMBAR Kebakaran Angin Puting Beliung KEPRI Angin Puting Beliung JAMBI Tanah Longsor KALTIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 RancanganPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

ASPEK GOVERNANCE. B. Pendanaan C. Pengelolaan Bantuan D. Pengelolaan Data dan Informasi E. Kepemimpinan ASPEK GOVERNANCE 6/8/2010

ASPEK GOVERNANCE. B. Pendanaan C. Pengelolaan Bantuan D. Pengelolaan Data dan Informasi E. Kepemimpinan ASPEK GOVERNANCE 6/8/2010 Manajemen Bencana ASPEK GOVERNANCE dr. Siti Noor Zaenab, M.Kes 1 ASPEK GOVERNANCE A. Pengorganisasian B. Pendanaan C. Pengelolaan Bantuan D. Pengelolaan Data dan Informasi E. Kepemimpinan 2 1 DASAR HUKUM

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DISTRIBUSI BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 1 DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 2 1. PENDAHULUAN 2. PERAN FASYANKES PRIMER /DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 3. DUKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (APRIL 2009) RIAU Banjir, Angin Siklon Tropis JABAR Banjir, Tanah Longsor, Banjir disertai Tanah Longsor KALTENG Banjir, Banjir Bandang SULTENG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010

Lebih terperinci

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2013 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 Direncanakan oleh : Kasubbag Kelembagaan, IBRAHIM, S. Sos NIP. 520 010 396 Disetujui oleh : Kepala Bagian Organisasi, TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDARISASI LOGISTIK

Lebih terperinci

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman. No.1421, 2014 BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN INVENTARISASI LOGISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika dalam penulisan proposal tugas akhir ini.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1224, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penanggulangan. Bencana. Bantuan. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG KERINCI DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 1 I. Pendahuluan Kabupaten Kerinci merupakan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER ACEH Angin Puting Beliung Banjir Banjir Bandang KALBAR Tanah Longsor KALSEL Kebakaran Hutan KALTENG Kebakaran Hutan SULUT Konflik Sosial

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN FUNGSI, KLASIFIKASI, PERSYARATAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di Sub Dinas Kesehatan Gawat Darurat dan Bencana Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, yang dilaksanakan dari

Lebih terperinci

KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA

KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA PENGERTIAN BENCANA Peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. b. c.

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci