III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
|
|
- Suryadi Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 20 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografi Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Buton yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun Pemerintah pusat pada tahun 1995 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 462/KPTS-11/1995 telah menetapkan bahwa wilayah Wakatobi sebagai Taman Wisata Alam Laut. Dasar penetapan tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu wilayah yang mempunyai keanekaragaman laut yang terlengkap di dunia. Pada tahun 1996 dengan SK Menteri Kehutanan Nomor 393/KPTS-VI/1996 status daerah tersebut ditingkatkan menjadi wilayah konservasi, dengan status Taman Nasional. Luas kawasan taman Nasional Wakatobi adalah ha, sama persis atau overlap dengan luas wilayah Kabupaten Wakatobi. Secara geografis kawasan Taman Nasional Wakatobi terletak di sebelah timur Pulau Buton, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buton dan Muna, Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Buton, dan Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores. Secara astronomis, wilayah Taman Nasional Wakatobi terletak antara 5 o 12 Lintang Selatan hingga 6 o 10 Lintang Selatan dan 123 o 20 Bujur Timur hingga 124 o 39 Bujur Timur. Wilayah Taman Nasional Wakatobi terdiri atas 48 pulau, 3 gosong dan 5 atol (Gambar 2). Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maka semua pulau pada kawasan Taman Nasional tergolong ke dalam pulau kecil. Dalam undangundang tersebut yang dimaksud dengan pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan km 2 beserta kesatuan ekosistemnya. Terbentuknya kepulauan Wakatobi dimulai sejak zaman tersier hingga akhir zaman Miosen. Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya proses geologi berupa sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak zaman
2 21 Gambar 2 Peta wilayah Taman Nasional Wakatobi (Sumber : Balai Taman Nasional Wakatobi 2009) dulu hingga sekarang. Kawasan di sekitar Sulawesi, laut Flores, Laut Banda dan Laut Jawa bagian Timur merupakan kawasan dinamis yang mengalami interaksi tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia di sebelah barat, lempeng Indo- Australia di sebelah selatan dan lempeng Filipina di sebelah utara ke arah timur laut (Daly et al. 1991). Ketiga lempeng ini mengakibatkan tekanan dan tarikan, baik dari arah barat-timur maupun utara-selatan. Lempeng dasar dari kepulauan Wakatobi merupakan pecahan lempeng dasar yang berasal dari Papua Nugini. Lempeng ini memanjang sekitar 200 km ke arah barat laut dan tenggara. Dasar dari lempeng ini tidak berasal dari vulkanik dan selama ini tidak pernah tercatat adanya aktivitas vulkanik di daerah Wakatobi ( Hamilton 1979). B. Topografis Secara geografis kondisi bentang alam daratan pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Wakatobi relatif kering, bergelombang dan berbukit-bukit. Jenis tanahnya bervariasi dari batuan kapur, pasir putih, dan tanah lempung. Tanah di
3 22 daerah ini kurang begitu subur untuk usaha bercocok tanam. Peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi Sulawesi Tenggara skala 1: tahun 1994 menunjukkan bahwa secara umum formasi geologi Wakatobi dikelompokkan kedalam formasi geologi Qpl dengan jenis bahan induk yaitu batu gamping coral. Beberapa vegetasi yang bisa ditanam atau bisa tumbuh antara lain jambu mete, kelapa, ubi kayu, dan jagung. Tanaman keras yang umum tumbuh di wilayah ini adalah pohon asam (Tamarindus indicus). C. Iklim Berdasarkan hasil analisa data curah hujan dalam penentuan tipe iklim menggunakan sistem klasifikasi Schmidth-Fergusson sebagian besar daerah di Sulawesi Tenggara memiliki tipe iklim A dan B. Sedangkan berdasarkan sistem klasifikasi Oldeman sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara memiliki zona agroklimat B (Stasiun Maritim Kendari 2006). Jumlah curah hujan di Kabupaten Wakatobi tidak tinggi sepanjang tahun. Menurut data curah hujan selama 10 tahun ( ), curah hujan terendah terjadi pada bulan September, rata- rata hanya mencapai 4,7 mm/th dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, dengan rata-rata mencapai 149,2 mm/th. Sumber mata air di Kabupaten Wakatobi pada umumnya berasal dari air tanah dan gua-gua karst. Sedangkan air permukaan atau sungai kecil hanya ditemukan di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi dan Kaledupa, terutama pada musim penghujan. Data curah hujan antara tahun 1993 hingga tahun 2002 di Wakatobi disajikan pada Tabel 1. Keadaan angin di Wakatobi sangat dipengaruhi oleh angin muson yang secara garis besar dapat dibagi menjadi angin musim barat (Desember-Maret) dan angin musim timur (Juni-September). Musim Pancaroba terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober-Nopember. Kecepatan angin pada musim barat bervariasi antara 7 sampai 20 knot per jam, yang umumnya bertiup dari barat daya sampai barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot/ jam biasanya terjadi antara bulan Desember-Februari. Pada musim timur kecepatan angin berkisar antara 7 sampai 15 knot/ jam yang bertiup dari arah timur sampai tenggara.
4 23 Tabel 1 Data curah hujan Stasiun Waha Kecamatan Tomia Kabupaten Buton (sekarang Wakatobi) antara tahun (10 tahun) Bulan Tahun Jumlah (cm) Rerata (cm) Jan X ,2 Feb X ,4 Maret ,4 April Mei X ,4 Juni X ,4 Juli X 31 X ,9 Agus X X Sep X X 14 4,7 Okt X X ,7 Nop X 169 X X ,4 Des X X 238 X X ,7 Keterangan : X tidak ada data; - tidak ada hujan Sumber : Data stasiun klimatologi kelas 1 Panakukang Maros diacu dalam stasiun maritim Kendari (2006) D. Kualitas Perairan Perairan Taman Nasional Wakatobi tergolong masih bersih. Hasil pengukuran kualitas perairan disajikan pada Tabel 2. E. Potensi Sumberdaya Alam Hampir seluruh wilayah Taman Nasional Wakatobi (97%) adalah lautan, sedangkan sisanya 3% merupakan daratan. Daratan utama di wilayah ini terdapat di empat pulau, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Potensi sumberdaya alam terbesar daerah ini berada di laut, terutama ikan, budidaya laut dan terumbu karang yang menjadi salah satu objek wisata. Sebagian besar penduduk di kawasan Taman Nasional Wakatobi menggantungkan kehidupannya pada sumberdaya laut.
5 24 Tabel 2 Parameter fisika-kimia perairan Taman Nasional Wakatobi No Parameter Perairan Wangi-Wangi Kaledupa Tomia Binongko 1. DO (ppm) 6,35 ± 0,40 6,22 ± 0,64 6,54 ± 0,51 6,37 ± 0,51 2. ph 8,20 ± 0,02 8,24 ± 0,13 8,30 ± 0,10 8,23 ± 0,09 3. Salinitas ( ) 34,50 ± 0, ,90 ± 0,20 34,80 ± 0,20 4. TTS (mg/l) 3,77 ± 0,64 3,99 ± 0,39 3,99 ± 0,39 3,90 ± 0,39 5. Nitrat (ppb) 1,77 ± 2,42 1,74 ± 2,86 2,85 ± 5,04 2,12 ± 3,5 6. Nitrit (ppb) 0,90 ± 1,34 0,07 ± 0, Fosfat (ppb) 4,28 ± 2,28 3,98 ± 1,95 5,34 ± 2,42 4,50 ± 2,0 8. Suhu ( o C) 2 m 27,26 28,73 27,26 28,73 27,26 28,73 27,26 28,73 50 m 23,88 27,53 23,88 27,53 23,88 27,53 23,88 27,53 9. Kecerahan (%) 70,80 86,10 70,80 86,10 70,80 86,10 70,80 86, Kekeruhan (NTU) 11. Intensitas Matahari (m) 12. Arus air < 1 < 1 < m 25 cm/detik 40 cm/detik 37 cm/detik 20 m 19 cm/detik 40 cm/detik 37 cm/detik 50 m 28 cm/detik 34 cm/detik 35 cm/detik 100 m 23 cm/detik 26cm/detik 32 cm/detik Smber : Balai Taman Nasional Wakatobi (2009) Taman Nasional Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam yang bervariasi. Dari berbagai potensi sumberdaya alam tersebut, terdapat delapan sumberdaya alam yang menjadi target konservasi, yaitu : 1).terumbu karang, 2) padang lamun, 3). mangrove, 4). jalur migrasi paus dan lumba-lumba, 5). habitat burung pantai, 6). pantai tempat bertelur penyu, 7). tempat memijah ikan-ikan karang, dengan target karapu, kakap, dan napoleon, dan 8). spesies laut dan pesisir yang memberikan manfaat ekonomi ( Balai Taman Nasional Wakatobi 2008). Keberadaan sumberdya bakau (mangrove) di Taman Nasional Wakatobi, memiliki peran yang sangat strategis dalam melindungi pantai dan pemukiman penduduk dari gelombang, angin, badai serta dapat menunjang kelestarian
6 25 ekosistem terumbu karang, yang menjadi sumberdaya alam utama di Taman Nasional Wakatobi. Berdasarkan hasil survei pengelola taman nasional pada tahun 2001, dari 48 buah pulau yang terdapat di kawasan taman nasional Wakatobi, komunitas mangrove hanya ditemukan pada beberapa pulau saja. Komunitas mangrove yang terbanyak ditemukan di Pulau Kaledupa. Pada Pulau Derawa, Lintae Utara, Runduma dan Pulau Tomia komunitas mangrove hanya ditemukan pada beberapa desa saja, bahkan di Pulau Binongko hanya ditemukan di Desa Wali ( Anonim 2009) F. Potensi Sumberdaya Manusia 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 tercatat sebanyak jiwa, terdiri dari (48.55%) laki-laki dan (51.45%) perempuan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi telah mencapai jiwa, yang terdiri dari (48.70%) laki-laki dan (51.30%) perempuan. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Dalam kurun waktu 6 tahun ( ) tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Wakatobi tergolong rendah, hanyak 1.1 % per tahun (Tabel 3). Tabel 3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan tingkat pertumbuhan ratarata pertahun di Kabupaten Wakatobi ( ) Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Tahun 2000 Tahun 2006 Pertumbuhan Penduduk/ Tahun Laki-Laki % Perempuan % Jumlah % Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi (2007) 2. Penyebaran Penduduk Penyebaran penduduk di Kabupaten Wakatobi bervariasi antar wilayah. Tingkat kepadatan penduduk menurut kecamatan disajikan pada Tabel 4
7 26 Tabel 4 Jumlah dan tingkat kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Wakatobi, tahun 2006 No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Tingkat Kepadatan (jiwa) (Km 2 ) Penduduk (Orang/Km 2 ) 1. Wangi-Wangi , Wangi-Wangi Selatan , Kaledupa , Kaledupa Selatan , Tomia , Tomia Timur , Binongko ,00 92 Jumlah , Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi (2007) Tabel 4 memperlihatkan hanya dua kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling tinggi, yaitu Kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan. Besarnya jumlah penduduk pada dua kecamatan tersebut karena letaknya dekat dengan ibukota kabupaten, memiliki beberapa akses yang lebih besar daripada kecamatan lainnya, seperti akses transportasi, ekonomi (pelabuhan besar dan pasar), kesehatan, pendidikan dan akses lainnya. 3. Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan formal penduduk di Kabupaten Wakatobi secara umum belum menggembirakan. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk masih berpendidikan rendah. Pada tahun 2000 sebesar 79,13% penduduk Wakatobi masih berpendidikan SD ke bawah (Tabel 5). Persentasi ini hampir sama di semua kecamatan yang ada, sehingga secara umum kondisi pendidikan di seluruh wilayah kecamatan relatif tidak berbeda. Hal ini diduga berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan, serta akses penduduk terhadap pendidikan yang ada masih rendah. 4. Pekerjaan Penduduk Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah kepulauan, dimana potensi yang paling menonjol dan telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Wakatobi menjadi sektor unggulan utama adalah sektor perikanan dan kelautan. Namun
8 27 Tabel 5 Persentase pendidikan tertiggi yang ditamatkan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Wakatobi, tahun 2000 No Pendidikan Kecamatan Wakatobi Wangi-Wangi Kaledupa Tomia Binongko 1 Tidak/Belum Sekolah 50,09 51,50 50,00 48,14 50,02 2 SD 29,97 25,54 25,66 34,71 29,11 3 SLTP 12,02 12,05 12,96 12,65 12,30 4 SLTA 6,91 9,78 9,93 3,97 7,53 5 Diploma 0,53 0,58 0,71 0,28 0,54 6 Universitas 0,48 0,55 0,75 0,25 0,51 Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi (2007) sampai saat ini belum direspon secara baik oleh sebagian besar penduduk. Kondisi ini tergambar dari besarnya proporsi angkatan kerja yang bekerja sebagai petani tanaman pangan yang masih dominan. Secara umum penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai petani tanaman pangan mencapai 48,1%, bahkan kalau digabung dengan petani perkebunan jumlahnya mencapai sekitar 51,2%, sedangkan yang tercatat memiliki pekerjaan nelayan hanya 17.7% ( Tabel 6). Peranan sub sektor perikanan dan kelautan yang kurang dominan di Kabupaten Wakatobi, merupakan salah satu fenomena yang perlu dicermati lebih lanjut. Wilayah Wakatobi (97%) merupakan wilayah laut, sehingga idealnya sebagian besar masyarakat akan bergantung pada laut sebagai potensi sumberdaya yang ada. G. Permasalahan dalam Pengelolaan Sumberdaya Laut Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang tersedia, ditemukan beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya laut di Kabupaten Wakatobi. 1. Perilaku Masyarakat yang Merusak Terumbu Karang Berdasarkan hasil penelitian LIPI di 52 stasiun pengamatan pada tahun 2006, dilaporkan bahwa kondisi terumbu karang di Kabupaten Wakatobi termasuk
9 28 Tabel 6 Distribusi penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis pekerjaan di empat kecamatan wilayah Kabupaten Wakatobi, tahun 2000 No Pendidikan Kecamatan Wangi-Wangi Kaledupa Tomia Binongko Wakatobi 1 Petani Tanaman pangan 55,5 26,2 55,8 38,9 48,1 2 Petani Perkebunan 2,7 8,7 0,4 0,3 3,1 3 Petani Peternak 0,1-0,1 0,3 0,1 4 Petani Lainya 1,2 1,2 0,2 0,7 1,0 5 Nelayan 14,0 47,0 8,1 2,2 17,7 6 Pengrajin (industri) 0,6 3,5 0,9 5,7 1,8 7 Pedagang 11,1 4,0 19,5 10,1 11,2 8 Pekerja jasa 4,7 6,7 10,0 8,8 6,6 9 Sopir/Oojek) 3,3 0,7 2,2 17,9 4,2 10 Lainnya 6,8 2,0 2,8 15,1 6,2 Jumlah Penduduk 100% 100 % 100% 100% 100% Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi (2007) dalam kategori sedang, dengan tutupan karang hidup rata-rata mencapai 31%. Persentasi tutupan karang hidup rata-rata terendah ditemukan di Pulau Wanci (27%) dan yang tertinggi ditemukan di Pulau Tomia (44%), sedangkan di Pulau Kaledupa berada dikisaran kedua pulau tersebut. Kondisi persentase tutupan karang hidup yang ditemukan di Kabupaten Wakatobi mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan terumbu karang dikawasan tersebut. Berdasarkan hasil kajian aspek sosial terumbu karang yang dilakukan LIPI pada tahun 2002, diperoleh hasil bahwa kerusakan terumbu karang di kawasan Wakatobi telah berlangsung cukup lama. Kerusakan tersebut disamping karena faktor alami, juga berkaitan erat dengan perilaku masyarakat yang merusak terumbu karang, terutama penggunaan bahan dan alat tangkap yang merusak dan penambangan karang dan pasir. 2. Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang Kerusakan terumbu karang yang terkait penggunaan bahan dan alat yang merusak terumbu karang di Kabupaten Wakatobi antara lain :
10 29 (a). Bubu Dasar Sebagian nelayan di Kabupaten Wakatobi menggunakan bubu dasar untuk menangkap ikan dikawasan terumbu karang. Misalnya di Desa Waha sekitar 20 orang nelayan mengopersikan sebanyak 100 bubu. Sekali pasang nelayan meletakan 6 buah bubu (ukuran 100 x 50 x 30 cm). Agar bubu tidak hanyut bubu tersebut ditindih atau dipagari dengan sekitar 20 bongkahan atau patahan karang yang masih hidup. Dengan demikian untuk 100 buah bubu diperlukan sekitar 2-3 m 3 karang. Bubu dipindahkan sebanyak 2 kali per minggu. Diperlukan batu karang m 3 per bulan atau m 3 per musim/tahun. Dari perhitungan ini LIPI memperkirakan kerusakan terumbu karang di Desa Waha akibat penggunaan bubu dasar sekitar 150 m 3 /tahun. (b). Bius (Potasium) Penggunaan bius oleh sebagian nelayan telah sejak lama digunakan di Wakatobi, yaitu pertengahan tahun 1980-an untuk menangkap ikan karang hidup, dan pada akhir tahun 1990-an untuk menangkap lobster. Dampak penggunaan bius menimbulkan kerusakan yang cukup besar terhadap ekosistem terumbu karang. (c ). Cungkil Batu Penangkapan gurita marak dilakukan di Kabupaten Wakatobi, karena nilai jualnya relatif tinggi (Rp /kg). Permasalahan muncul karena penangkapan gurita dilakukan dengan cara membongkar atau menghancurkan terumbu karang, dimana gurita sering berlindung. (d). Bom Ikan Penggunaan bom untuk menangkap ikan pernah marak dilakukan di kabupaten Wakatobi, sekitar 15 km karang di perairan Waha rusak akibat penggunaan bom oleh nelayan. Pada saat penelitian, pengguaan bom sudah tidak ditemukan lagi. 3. Penambangan Batu Karang dan Pasir Penambangan batu karang dan pasir mempunyai konstribusi yang cukup signifikan terhadap terjadinya degradasi sumberdaya laut di Kabupaten Wakatobi. Kegiatan ini hampir menyebar di seluruh kawasan. Pengambilan batu karang
11 30 mulai marak sejak tahun 1970-an, ketika masyarakat mulai membangun rumah permanen dengan pondasi rumah dari batu karang. Kebutuhan akan batu karang dan pasir semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya pembangunan Kota Wanci sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Wakatobi. Secara resmi penambangan batu karang dan pasir saat ini telah dilarang oleh pemerintah setempat. Tetapi kegiatan tersebut belum bisa berhenti sama sekali, karena merupakan sumber pendapatan sebagian penduduk, khususnya penambang. Di beberapa tempat penambangan pasir masih terus terjadi secara intensif, dan akan berhenti jika diketahui akan adanya patroli dari aparat pemerintah. Bahkan pada beberapa tempat pengambilan pasir dilakukan pada malam hari secara sembunyi-sembunyi. 4. Pengambilan Kayu Bakau Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung, pengambilan kayu bakau oleh mansyarakat masih berlangsung sampai sekarang, terutama untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, dalam kehidupan sehari-hari. H. Aksesibilitas Transpotasi menuju Taman Nasional Wakatobi masih relatif terbatas. Dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Kendari), Taman Nasional Wakatobi saat ini hanya dapat ditempuh lewat perjalanan laut dengan dua alternatif, yaitu: pertama melalui rute Kendari- Bau-Bau - Wanci, dan kedua rute Kendari-Wanci (Gambar 3) Rute pertama dari Kendari-Bau-Bau-Wanci ditempuh dengan menggunakan kapal cepat (motor vessel) dari Kendari ke Bau-Bau, dengan waktu tempuh ± 4 jam. Selanjutnya dari Bau-Bau ke Wanci dilanjutkan dengan kapal kayu, dengan waktu tempuh ± 9 jam. Kapal Kendari-Bau-Bau pulang pergi 2 kali dalam sehari, dan dari Bau-Bau ke Wanci hanya 1 kali dalam sehari. Rute kedua yaitu dari Kendari-Wanci ditempuh dengan menggunkan kapal kayu secara reguler 3 kali seminggu, dengan waktu tempuh ± 12 jam. Pulau Kaledupa dapat ditempuh dengan kapal kayu dari Wanci, dengan waktu tempuh ± 2 jam. Untuk menuju Pulau Tomia dapat ditempuh dari Wanci selama ± 2 jam dengan speed boat atau kapal kayu, dan dari Tomia ke Pulau Binongko dapat ditempuh dengan kapal kayu ± 1 jam. Rute Wanci- Kaledupa dan
12 dari Wanci-Tomia dilayani secara reguler 1 kali/hari, sedangkan rute Tomia- Binongko 3 kali/minggu Peta Jalur Transportasi Laut Dari Ibukota P ropinsi Ke Taman N asional Wakatobi P. S ulawes i 4 N P. W a won ii W E #Y Ke nda ri S km Keterangan : #Y Ibukota Kabupaten/Kota Jalur Transportasi Garis Pantai Darat #Y Rah a Peta Indeks : P. M una 5 P. Ka bae na P. Buton #Y Wangi - W angi KABUPATEN WAKATOBI #Y Ba u-ba u P. Ka le dup a P. Tom ia J am ili N RP. G P. Bino ngko Program Studi Biologi Tum buhan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Gambar 3 Jalur transportasi laut dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Kendari) menuju Taman Nasional Wakatobi. Aksesibilitas menuju menuju pulau-pulau di Kabupaten Wakatobi sangat sulit dicapai dengan transportasi laut pada saat musim timur (Juni-Agustus), dan musim barat (Desember-Februari) karena gelombang laut sangat besar. Musim yang relatif tenang dan nyaman untuk perjalanan laut di Wakatobi adalah pada bulan September- November dan pada bulan Maret-Mei.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu ekosistem pulau-pulau kecil di Indonesia, yang terdiri atas 48 pulau, 3 gosong, dan 5 atol. Terletak antara 5 o 12 Lintang Selatan
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang
V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinciES R K I R P I S P I S SI S S I TEM
69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
28 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten administrasi di Provinsi DKI Jakarta dimana sebelumnya menjadi salah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH
III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur
Lebih terperinciTINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA
TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA Tito Latif Indra, SSi, MSi Departemen Geografi FMIPA UI
Lebih terperinciNama WAKATOBI diambil dengan merangkum nama. ngi- wangi, Kaledupa. dan Binongko
OU MATAHORA BANK IKAN UNTUK PERIKANAN BERKELANJUTAN DI DESA MATAHORA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Oleh : Anggun Ciputri Pratami (8220) Dian Ekawati (8224) Musriani (8242) SMA Negeri
Lebih terperinciMaster Plan Pengendalian Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala. yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemanfaatan sumber
BAB I Pendahuluan Master Plan I.1. LATAR BELAKANG Keberadaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di Kabupaten Donggala merupakan salah satu dari modal pembangunan yang harus dikelola dengan baik dan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi
70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciGambar 1. Diagram TS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
40 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Lokasi Penelitian Kabupaten Bima sebagai bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di ujung Timur Pulau Sumbawa secara geografis terletak
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
36 4.1. Kondisi Geografis BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH Gugus Pulau terletak di Gugusan Kepulauan Wakatobi dikenal juga dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi merupakan salah satu gugusan pulau-pulau kecil
Lebih terperinciGambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta
IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan
Lebih terperinciAnalisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya
1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciREPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI
REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG...
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar
Lebih terperinciBab 4 Hasil Dan Pembahasan
Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan banyak negara berkembang sering harus dibayar dengan biaya mahal dalam bentuk berbagai kerusakan alam maupun lingkungan sosial. Karena itu,
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung
Lebih terperinciRencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua
Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan
Lebih terperinciKadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)
Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto) KADAR SALINITAS, OKSIGEN TERLARUT, DAN SUHU AIR DI UNIT TERUMBU KARANG BUATAN (TKB) PULAU KOTOK KECIL
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.
Lebih terperinciPENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM
PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL
IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan
18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir
Lebih terperinciBab III Karakteristik Desa Dabung
Bab III Karakteristik Desa Dabung III.1. Kondisi Fisik Wilayah III.1.1. Letak Wilayah Lokasi penelitian berada di Desa Dabung yang merupakan salah satu desa dari 18 desa yang terdapat di Kecamatan Kubu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis 1. Batas Administrasi Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320
28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU
48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan 4.1.1 Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciKANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA
KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografi dan Topografi Kawasan Sendang Biru secara administratif merupakan sebuah pedukuhan yang menjadi bagian dari Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 78 % wilayah Indonesia merupakan perairan sehingga laut dan wilayah pesisir merupakan lingkungan fisik yang mendominasi. Di kawasan pesisir terdapat
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Untung Jawa berada pada posisi 05 0 58 45,21 Lintang Selatan dan 106 0 42 11,07 Bujur Timur. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa adalah salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI
BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Umum Kepulauan Karimunjawa secara geografis berada 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian 0-605 m dpl, terletak antara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Pengamatan Desa Otiola merupakan pemekaran dari Desa Ponelo dimana pemekaran tersebut terjadi pada Bulan Januari tahun 2010. Nama Desa Otiola diambil
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara geografis, Kecamatan Padang Cermin terletak di sebelah Tenggara Kabupaten
Lebih terperinciBulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).
1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan
Lebih terperinciKAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI
KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xi xv
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,
Lebih terperinciDitulis oleh Administrator Minggu, 25 Desember :15 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16
Letak Geografis Kabupaten Buton terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan bila ditinjau dari peta Provinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang
Lebih terperinci2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah
2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari
Lebih terperinciREPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI
REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain
Lebih terperinci