Short Course Series in International Trade/SCSIT WTO Chairs Programme
|
|
- Fanny Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Latar Belakang Pusat Studi Perdagangan Dunia Center for World Trade Studies Universitas Gadjah Mada Short Course Series in International Trade/SCSIT WTO Chairs Programme Terms of Reference Sejalan dengan latar belakang didirikannya Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) UGM, seri perkuliahan ini dirancang untuk menyediakan kajian dan ruang berwacana bagi para perumus kebijakan, praktisi, akademisi dan segenap pemerhati perdagangan internasional di Indonesia. Kajian berseri ini adalah wadah bagi mereka untuk berikhtiar dalam rangka menyeimbangkan beragam praktik perdagangan global yang kerap kali menampilkan ketidakselarasan hubungan antar-negara. Ketidakselarasan yang pada gilirannya membawa dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap perkembangan berbagai aspek lain seperti politik, hukum, sosio-kultural dan berbagai sektor publik seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan publik lain. Dalam kerangka WTO Chairs Programme (WCP), PSPD UGM menyelenggarakan kuliah singkat berseri ini untuk mengeksplorasi isu-isu utama dalam perdagangan global yang berguna sebagai masukan dan rekomendasi bagi pemerintah dan segenap pemangku kepentingan lain untuk mengantisipasi beragam permasalahan, tantangan dan peluang perdagangan internasional. PSPD UGM Sejak resmi dibentuk pada tahun 2008, PSPD UGM mencanangkan visi untuk menjadi pusat studi yang menghasilkan penelitian atau kajian perdagangan global untuk meningkatkan daya saing bangsa. Misinya adalah menjadi lembaga pengkajian dinamika perdagangan dunia dan WTO, serta menjadi lembaga pendidikan dan konsultasi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Secara lebih khusus, pusat studi ini bertujuan untuk melakukan: (1) identifikasi dan kajian kritis terhadap prosedur, kebijakan dan problematika perdagangan dunia dan WTO, (2) analisis atau kajian dan membuat proyeksi tentang perdagangan internasional, (3) kajian tentang aspek pengembangan teknologi, standarisasi produk dan paten dalam perdagangan dunia untuk memperkuat daya saing produk dan jasa Indonesia, serta menyelenggarakan konsultasi dan pelatihan bagi pelaku perdagangan internasional, baik pemerintah maupun swasta, membekali negosiator dengan konsep dan substansi negosiasi pada forum perdagangan dunia dan WTO, meningkatkan mutu pendidikan melalui pengintegrasian hasil kajian dalam proses belajar mengajar, dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan perdagangan dunia dan WTO. PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 1
2 WTO Chairs Programme (WCP) UGM/Indonesia WCP adalah program baru yang diluncurkan oleh Sekretariat WTO di Jenewa (sejak 2009/) dalam rangka meningkatkan peran serta lembaga-lembaga akademik di negara-negara sedang berkembang untuk ikut merancang dan member masukan tentang isu-isu perdagangan dunia dan pembangunan. Melalui proposal yang dipersiapkan dan diajukan oleh PSPD UGM pada pertengahan tahun 2009, UGM terpilih menjadi salah satu mitra di antara lebih dari 70 proposal yang masuk ke Sekretariat WTO. WCP UGM/Indonesia yang dilaksanakah untuk periode ini mengambil tema dasar Capacity Building for the Development of Multi-Disciplinary Study and Research on WTO and other International Trade-related Issues in Indonesia and/or Southeast Asia. Berbagai kegiatan pengembangan kapasitas yang dirancang dalam WCP UGM/Indonesia ini bertujuan untuk memahami dan mendalami secara komprehensif isu-isu pada 3 (tiga) area kunci (yaitu dinamika perdagangan internasional, WTO, dan daya saing perdagangan), kebijakan-kebijakan yang terkait dengan perdagangan internasional (melalui katalogisasi dan inventarisasi regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia serta tindakan yang dilakukan terkait isu perdagangan sebagaimana hal tersebut berpengaruh pada sektor publik maupun swasta). Tujuan lainnya adalah merancang program akademik (pada tingkat pasca-sarjana) studi perdagangan internasional yang berbasis pendekatan multidisiplin dan kurikulum yang berorientasi pada kebijakan, serta mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan mitra universitas atau pusat studi di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Oleh karenanya, WCP UGM/Indonesia memusatkan perhatian pada tiga program utama berikut ini: pengembangan kurikulum dan pengajaran, penelitian, serta kerjasama dan pengembangan jaringan. SCSIT sebagai Seri Kajian Perdagangan Internasional Short Course Series in International Trade (SCSIT) adalah seri kajian yang membahas isu-isu pokok dalam perdagangan internasional. Sebagai kajian berseri, SCSIT diselenggarakan sejalan dengan salah satu tujuan WCP UGM/Indonesia, yaitu untuk memahami dan mendalami secara komprehensif isu-isu pada tiga area pokok yaitu dinamika perdagangan internasional, isu yang memiliki relevansi dengan WTO, dan isu daya saing dalam perdagangan. Selain itu, kajian berseri ini juga dirancang sebagai salah satu program WCP yaitu pengembangan kurikulum dan pengajaran. Peserta yang diharapkan terlibat dalam kajian ini adalah praktisi dari departemen dan dinas pemerintah yang terkait dengan isu perdagangan, pelaku yang terjun langsung dalam perdagangan internasional, akademisi dan mahasiswa serta masyarakat awam pemerhati masalah-masalah perdagangan internasional. PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 2
3 Tema Kajian SCSIT Seri Pertama: Introduction to International Trade (IIT) (Desember ) Seri ini dimaksudkan sebagai kajian pengantar untuk memahami apa, bagaimana dan mengapa perdagangan internasional itu mengemuka dan berkembang. Ruang lingkup seri ini adalah menggambarkan secara garis besar isu-isu kunci dan pola-pola perdagangan internasional yang dilihat dari beragam aspek, seperti ekonomi, hukum, sosial-politik, hubungan internasional dan berbagai dimensi teknis lainnya yang berlaku di sejumlah komoditi (semacam pertanian). Seri Kedua: Basics in International Trade (BIT) (April 2011) Seri ini bertujuan untuk mendalami serangkaian isu kunci dalam perdagangan internasional yang melingkupi aspek-aspek legalnya, ekonomi politiknya, kebijakannya dan teknisnya. Pada aspek legal, ada isu kunci yang hendak dikaji adalah pola-pola penerapan perjanjian WTO semacam TRIPs (Trade Related Intellectual Property Rights, GATS (General Agreement in Trade in Serivices), AoA (Agreement on Agriculture) dalam hukum nasional negara-negara anggota WTO. Pada aspek ekonomi politik, seri ini mengkaji esensi dan motif berbagai perundingan perdagangan internasional. Pada aspek kebijakan, kajian mengenai kebijakan perdagangan pada tingkat nasional akan menjadi fokus pada seri ini (sebagaimana tergambar dalam Trade Policy Review/TPR masingmasing negara anggota yang dilaporkan kepada WTO). Pada aspek teknis, kajian akan difokuskan pada penerapan berbagai standar internasional untuk jenis-jenis komoditi perdagangan tertentu seperti pertanian, perkebunan, produk perikanan, peternakan, dan sejenisnya. Seri Ketiga: Cases in International Trade (CIT) (Agustus 2011) Seri ini dirancang untuk mengkaitkan isu-isu kunci yang dieksplorasi dalam seri kedua dengan tema-tema khusus dalam formulasi dan penerapan kebijakan perdagangan internasional di negara-negara anggota WTO. Fokusnya adalah menggambarkan apa dan bagaimana isu-isu kunci itu diperdebatkan, disepakati dan kemudian diterapkan oleh para pelaku perdagangan internasional. Studi kasus akan menjadi instrumen dan metode penting dalam seri ini. Dalam hal DSM, misalnya, bagaimana sebuah kasus sengketa perdagangan diseleseaikan dan kemudian dijalankan oleh para pihak menjadi fokus dari studi kasus yang dikembangkan dalam seri ini. Seri Keempat: Practices of International Trade (PIT) (Desember 2011) Seri ini merupakan rekapitulasi dari tiga seri sebelumnya, yaitu untuk menyediakan gambaran yang mendekatkan para peserta pada realitas dan praktik dalam perdagangan internasional. Kombinasi metode kajian dan magang (internships) digunakan dalam seri PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 3
4 ini untuk memastikan bahwa para peserta mendapatkan pengalaman tangan pertama (hands-on experiences) dari para pelaku perdagangan internasional. Lembaga-lembaga pemerintahan yang bergelut dengan formulasi dan penerapan kebijakan perdagangan semacam Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertanian dan sejenisnya merupakan tempat magang yang diprioritaskan dalam seri ini. Akan tetapi, institusi swasta (dari kalangan dunia usaha dan bisnis) dan non-pemerintah (dari kalangan masyarakat sipil yang memiliki perhatian pada bidang perdagangan) juga merupakan tempat calon magang yang tidak kalah penting. Demikian pula, apabila sumber daya memungkinkan, lembaga-lembaga internasional semacam WTO, UNCTAD dan sejenisnya juga merupakan destinasi magang yang penting. Clusters in SCSIT SCSIT menawarkan 4 (empat) pengelompokan tema (clusters) dalam kajian berserinya, yaitu: 1. Aspek Legal dalam Perdagangan Internasional (Legal Aspects in Trade) 2. Ekonomi Politik Perdagangan Internasional (Political Economy of Trade) 3. Kebijakan dan Dinamika Perdagangan Internasional (Trade Policy and Dynamics) 4. Aspek Teknis Perdagangan Internasional (Technical Aspects in Trade) Seri Pertama SCSIT: Introduction to International Trade/IIT Legal Aspects in Trade Pada seri pertama, klaster ini menawarkan dua sub-tema kajian yaitu Introduction to Trade- Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) dan Introduction to Dispute Settlement Mechanism (DSM) Introduction to TRIPS Sub-tema ini membahas berbagai isu Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) sebagai aspek yang dalam perjanjian WTO dianggap sebagai berkaitan dengan kegiatan perdagangan internasional. Sub-tema ini dirancang untuk mengeksplorasi aspek-aspek perdagangan internasional yang berkaitan dengan HaKI sebagaimana diatur dalam perjanjian WTO. HaKI menjadi perhatian berbagai kalangan masyarakat internasional, terutama dilihat dari berbagai praktik anti-haki dan penerapan HaKI di Indonesia yang dianggap masih lemah. Praktik anti-haki ini misalnya ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat pembajakan dan belum ketatnya penerapan paten dalam industri yang pada gilirannya akan mempersulit posisi Indonesia dalam perdagangan internasional. PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 4
5 Introduction to DSM Sub-tema ini menegetengahkan isu-isu sengketa perdagangan yang melibatkan beragam aktor dalam perdagangan internasional sebagaimana diatur dalam perjanjian WTO mengenai penyelesaian sengketa. Ia membahas bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa itu dilakukan dalam kerangka WTO. Proses DSM dalam WTO oleh karenanya akan menjadi bahasan utama dalam sub-tema ini. Political Economy of Trade Pada seri pertama, klaster ini menawarkan 2 (dua) sub-tema, yaitu Trade Negotiation dan Local Capacity Building. Trade Negotiation Negosiasi merupakan salah satu isu yang harus diperhatikan dalam perdagangan internasional karena ketika aktor berhasil dalam negosiasi maka akan menaikkan posisi tawar. Keberhasilan aktor dalam negosiasi akan menguntungkan bagi si aktor untuk kepentingan-kepentingan lain dan posisi di masa selanjutnya. Seri ini memperkenalkan isu-isu negosiasi dalam perdagangan internasional. Local Capacity Building (LCB) Yang dibahas dalam sub-tema ini adalah penguatan kapasitas lokal sebagai bagian untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri (lokal) vis a vis produsen luar negeri. Dengan adanya penguatan ini diharapkan produk lokal mampu bersaing tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja melainkan mampu untuk bersaing di pasar internasional karena kualitas sudah memenuhi syarat minimal yang dibutuhkan. Trade Policy and Dynamics Pada seri pertama, klaster ini menyediakan 2 (dua) tema yaitu Export-Import Policies dan Global Marketing Export-Import Policies Kebijakan perdagangan merupakan hal paling mendasar dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai kebijakan perdagangan, regulasi baik nasional maupun internasional, dan berbagai data pendukung sehingga diharapkan pemahaman yang lebih mendalam. Sub-tema ini diampu oleh pihak yang berpengalaman dalam masalah perdagangan yaitu Kementerian PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 5
6 Perdagangan Republik Indonesia. Pada seri ini akan dibahas mengenai kebijakan ekspor dan impor Indonesia dan praktik yang dilakukan di lapangan. Global Marketing Pemasaran merupakan salah satu bagian yang penting dalam perdagangan internasional karena bagaimanapun barang yang dihasilkan harus dipasarkan. Bagaimana cara memasarkan, dengan metode seperti apa dan media yang digunakan merupakan perhatian dari tema ini. Hal ini dikarenakan memasarkan barang ke luar negeri jauh lebih sulit daripada di dalam negeri karena tentunya karakteristik yang berbeda dan bermacam-macam serta biaya yang lebih besar. Pada seri ini akan dibahas mengenai teknik dasar untuk memasarkan produk atau jasa dalam perdagangan internasional. Technical Aspects in Trade: Agriculture Commodities Pada seri pertama, klaster ini menawarkan pembahasan tentang penerapan standardisasi internasional yang diberlakukan khususnya pada komoditi pertanian dan produk-produk lain yang berkaitan seperti peternakan dan perikanan. Oleh karenaya, sub-tema yang akan dibahas adalah tentang SPS (Sanitary and Phytosanitary) in Agricultural Commodities yang terkait dengan public health dan Product Standardization yang terkait dengan TBT (Technical Barriers to Trade) Agreement in Agricultural Commodities. SPS in Agricultural Commodities Sebagai salah satu instrument standardisasi internasional, SPS dikenal secara jamak diterapkan dalam berbagai komoditi perdagangan internasional. Pertanian adalah salah satu komoditi yang paling banyak dikenai aturan mengenai SPS. Pengetahuan dasar soal SPS oleh karena itu sangat diperlukan bagi para pelaku perdagangan internasional yang bergerak pada komoditi pertanian. Sub-tema ini memperkenalkan apa dan bagaimana SPS itu diberlakukan, yaitu bagaimana standarisasi kesehatan barang-barang ekspor dan impor dilakukan sehingga layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Pengetahuan ini juga penting agar barang impor yang masuk sesuai dengan standar kesehatan sementara barang ekspor sesuai dengan standar yang disyaratkan di dunia internasional. Sub-tema ini membahas standar global mengenai SPS. Product Standardization in Agricultural Commodities Sub-tema ini terkait dengan peningkatan standar kualitas barang produksi untuk mampu bersaing dengan produk negara lain. Standar ini meliputi standar bahan baku yang dipergunakan, standar proses sehingga output yang dihasilkan pun akan baik. Pada seri ini akan dibahas mengenai standar global mengenai produk. PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 6
7 Jadwal dan Rincian Agenda Seri Pertama SCSIT Hari Jam Agenda Rabu, 8 Desember (Legal Aspects in Trade) Sesi I (Introduction to TRIPS oleh Prof. M. Hawin Ph.D/Dosen Fakultas Hukum UGM) I Sesi II (Introduction to DSM oleh Joseph Wira Koesnaidi LL.M / Trade Lawyer) Kamis, 9 Desember (Technical Aspects in Trade: Agricultural Commodities) Jumat, 10 Desember (Trade Policies and Dynamics) Sabtu, 11 Desember (Political Economy of Trade) Sesi I (Product Standardization oleh Prof. Dr. Zaenal Bachrudin / Dirjen P2HP Kemtan RI) I Sesi II (SPS in Agricultural Commodities oleh Prof. Dr. Y. Andi Trisyono M.Sc. / Dosen Fakultas Pertanian UGM) Sesi I (Export-Import Practices oleh Ir. Herliza, M.Sc / Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan - Kemendag RI) I Sesi II (Global Marketing oleh Dra. Sari Winahjoe, MBA / Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM) Sesi I (Negotiation oleh Dr. Makarim Wibisono / Mantan Duta Besar Indonesia di WTO) I Sesi II (LCB oleh Dr. Nanang Pamuji M / Dosen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM) PSPD UGM_SCSIT Terms of Reference 7
hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l
BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG
P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World Trade Organization ditandatangani para
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. paparkan sebelumnya, dengan uraian sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Penulis di atas, Penulis menarik kesimpulan guna menjawab perumusan masalah yang telah Penulis
Lebih terperinciLatar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral
Lebih terperinciProyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia
RI N G K ASA N KEG IATA N AGUSTUS SEPTEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...
Lebih terperinciPengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1
Pengantar Hukum WTO Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1 PRAKATA Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pak Adolf Warauw S.H., LL.M. dan Prof. Hikmahanto Juwana S.H., LL.M.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO), Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional
Lebih terperinciIsu Prioritas - Standar (SNI)
1 Isu Prioritas - Standar (SNI) Melindungi hak konsumen dan memaksimalkan kepuasan pelanggan adalah bagian dari tujuan utama perusahaanperusahaan di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia
Lebih terperinciNo dan Cukai. Penting untuk digarisbawahi bahwa mekanisme perekaman ini sama sekali tidak menggantikan mekanisme pendaftaran HKI kepada Direkt
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6059 EKONOMI. Pelanggaran HKI. Impor. Ekspor. Pengendalian. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 108) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciMENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 527/MPP/KEP/7/2002 TANGGAL 5 JULI 2002 TENTANG TATA KERJA TIM NASIONAL WTO DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PERUNDING UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga hak setiap orang seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu dari upaya tersebut adalah melalui pembentukan
Lebih terperinci2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, keterbukaan, keterkaitan, ketergantungan, serta persaingan antar negara khususnya dalam bidang ekonomi semakin tidak dapat dihindari.adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional, dan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia perdagangan tidak dapat dilepaskan dari pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang pelaksanaannya dititikberatkan
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perdagangan global seiring berjalannya waktu selalu menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk sebelumnya yang memiliki kualitas
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG HAKI
TINJAUAN TENTANG HAKI Mata Kuliah : Legal Aspek dalam Produk TIK Henny Medyawati, Universitas Gunadarma Materi dikutip dari beberapa sumber Subjek dan objek hukum Subjek Hukum adalah : Segala sesuatu yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA
BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA Bab ini akan menjelaskan mengenai awal mula lahirnya suatu perjanjian TRIPs yang dikeluarkan oleh WTO. Dimana di bab ini lebih
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perdagangan global, tidak dapat dipungkiri bahwa lalu lintas barang semakin terbuka, sehingga memungkinkan tidak adanya batasan negara dalam lalu lintas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin. tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan
--, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang i1mu pengetahuan dan teknologi. Negara yang unggul dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, Tingkat persaingan bisnis akan makin meningkat dengan adanya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciRenstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN
RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara negara maju bidang hak kekayaan intelektual ini sudah mencapai suatu titik dimana masyarakat sangat menghargai dan menyadari pentingnya peranan hak kekayaan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman dan kekayaan seni, budaya, suku, bangsa, dan agama. Keanekaragaman akan memberikan suatu identitas
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
w w w.bpkp.go.id KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undangundang tentang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perjanjian Bidang Pertanian/ Agreement on Agriculture merupakan salah satu jenis perjanjian multilateral yang disepakati di dalam WTO. Secara umum, hal ini dilakukan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Penyusunan Melengkapi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: WAA
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya terdapat tiga fungsi aparatur pemerintah seiring dengan bergulirnya reformasi birokrasi, yaitu fungsi penyelenggaraan pemerintah, fungsi penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat,
Lebih terperinciterm of reference Kursus Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS dalam Sistem Kesehatan Nasional
term of reference Kursus Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS dalam Sistem Kesehatan Nasional Angkatan ke 3 Periode Februari April Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM Department
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya
Lebih terperinciArtikel 22 ayat 1, DSU Agreement.
BAB IV KESIMPULAN World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan
Lebih terperinciPROGRAM KERJA FAKULTAS
PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf
Lebih terperinci9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA
9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA Yayasan Aliansi Remaja Independen (ARI), sebuah lembaga non-profit yang dibentuk dan dijalankan oleh orang muda di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pembangunan secara efektif, efisien, dan memiliki sasaran yang tepat maka diperlukan proses perencanaan untuk menjamin tercapainya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciPedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pelaksanaan lima tahunan pembangunan hortikultura yang diamanahkan kepada Direktorat Jenderal Hortikultura dari tahun 2010-2014 telah memberikan beberapa manfaat dan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi teknologi berbasis sumber daya kecerdasan manusia. Seperti
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MEREK
LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MEREK Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan : I Rapat ke : 8 Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP) ke-2 Sifat Rapat : Terbuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri merupakan salah satu program studi yang berada di bawah naungan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG
Salinan BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG KOMITE NASIONAL PENANGANAN HAMBATAN TEKNIS PERDAGANGAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan, sehingga selalu terikat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan merupakan salah satu faktor sentral, bagi negara berkembang maupun negara maju untuk memusatkan kekuatan ekonominya, hal ini tidak lepas dari tingginya tuntutan
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) A. Sejarah WTO World Trade Organization (WTO) adalah suatu organisasi perdagangan antarbangsabangsa dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Semakin tinggi peradaban manusia, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, dan kebudayaan, semakin tinggi pula hasrat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.
No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL
Lebih terperinci1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual
Lebih terperinciSambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia
Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Lebih terperinciBEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL*
BEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL* Oleh: Abdul Bari Azed 1. Kami menyambut baik pelaksanaan seminar ten tang Penegakan Hukum
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012
1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciPOLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015
POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat tetap dan eksklusif serta melekat pada pemiliknya. Hak kekayaan intelektual timbul
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI
P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI I. UMUM Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan isu yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan isu yang sangat penting karena berkaitan dengan perdagangan internasional dan pembangunan ekonomi suatu negara. Karya-karya
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA
PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA oleh: Ngurah Bagus Indra Putra I Wayan Suarbha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciPerundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor
RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, 26 27 MEI 2016 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waralaba pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat, sistem ini dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinci2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia
No.92, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Republik Rakyat Tiongkok. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara
BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan apa
Lebih terperinciSEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009
BAHAN KULIAH WORLD TRADE ORGANIZATION Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 SEJARAH TERBENTUKNYA GATT (1) Kondisi perekonomian
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perundingan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang banyak memiliki objek wisata yang bagus dan berkualitas. Objek pariwisata tersebut dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kaum manusia. Tiada orang yang dapat memungkiri kebutuhan teknologi bagi kehidupan manusia hari ini. Penemuan
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS YANG DILINDUNGI OLEH PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan
Lebih terperinci