RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG PERHUBUNGAN KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI Jakarta, 12 Mei 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG PERHUBUNGAN KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI Jakarta, 12 Mei 2008"

Transkripsi

1 RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG PERHUBUNGAN KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI Jakarta, 12 Mei 2008 A. LATAR BELAKANG 01. Perhubungan -- baik sebagai infrastruktur maupun sebagai suatu sektor jasa (jasa transportasi) -- adalah suatu uratnadi utama kegiatan perekonomian. Ketersediaan prasarana dan sarana perhubungan yang memadai dan dikelola secara efisien, serta berkembangnya kegiatan industri jasa perhubungan, berperan penting dalam menentukan efisiensi dan kelancaran distribusi barang dan jasa yang pada giliran berikutnya akan menentukan tingkat keunggulan daya saing suatu perekonomian. 02. Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sekitar pulau (2002, saat pasang naik, data dari LAPAN) yang tersebar luas, peran dan fungsi seluruh sektor jasa perhubungan menjadi sangat vital. Ketersediaan prasarana dan sarana yang mencukupi dan efektif, serta tumbuhnya industri jasa yang efisien dan berdaya saing tinggi pada setiap sektor perhubungan, baik darat, laut maupun udara, akan menentukan kecepatan pertumbuhan perekonomian Indonesia mengatasi persaingan global yang makin ketat dan berat. B. SITUASI DEWASA INI 03. Belum ada suatu kebijakan dasar strategis (grand strategy) pembangunan dan pengembangan industri jasa perhubungan. Kebijakan yang ada masih tersegmentasi. 04. Kondisi infrastruktur perhubungan Indonesia dewasa ini pada setiap sektor jasa transportasi tidak memadai untuk kelancaran arus transportasi penumpang dan barang. 05. Kapasitas dan kualitas prasarana-sarana transportasi masih rendah, dan sementara itu praktikpraktik ekonomi biaya tinggi masih berlangsung di pelabuhan, bandar udara, dan jalan raya. 06. Angkutan laut barang, terutama untuk ekspor-impor masih didominasi mutlak oleh perusahaan pelayaran berbendera asing. Kebijakan dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 (asas kabotase) belum efektif. Masih diperlukan penjabaran pelaksanaannya pada tingkat instansi teknis. 07. Tingkat keamanan dan keselamatan transportasi nasional belum memenuhi persyaratan atau standar internasional. Kecelakaan transportasi sering terjadi dalam sektiap sektor. Dunia internasional pun mengkhawatirkan tingkat keselamatan transportasi Indonesia, sehingga, misalnya, Uni Eropa menerapkan larangan terbang terhadap maskapai penerbangan ke wilayahnya. 08. Kebijakan pengembangan industri jasa logistik belum diformulasikan dengan jelas, khususnya untuk pelaksanaan asas kabotase. 09. Kebijakan pembatasan pemakaian BBM berpontensi mengganggu kegiatan jasa angkutan. 10. Masih terjadi tumpang tindih peran dan fungsi antara regulator, fasilitator serta operator, terutama di pelabuhan dan bandar udara. 11. Jaringan multi-moda transportasi belum terkoneksi dengan baik dan optimal satu sama lain. C. RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN KADIN INDONESIA 12. Maksud dan Tujuan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, Kadin Indonesia, c.q. Komite Tetap Perhubungan, menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Perhubungan yang akan dihadiri oleh unsur-unsur berkepentingan (stakeholders) sektor perhubungan untuk mendapatkan solusi, baik berupa saran kebijakan maupun saran tindak yang perlu diambil. 13. Tema Sesuai dengan maksud dan tujuan disebut di atas, Rakernas Perhubungan Kadin Indonesia diselenggarakan berdasarkan tema: Menuju Transportasi yang Efektif, Efisien, dan Lancar dalam rangka Memacu Pertumbuhan Perekonomian Nasional

2 14. Keluaran Secara umum, dari dialog dalam Rakernas Perhubungan Kadin Indonesia diharapkan dihasilkan perumusan rekomendasi kebijakan dan saran tindak untuk pembangunan dan pengelolaan infrastruktur transportasi yang efisien, efektif dan transparan untuk mendorong perkembangan industri jasa transportasi penumpang dan barang yang berdaya saing tinggi dalam rangka memacu pertumbuhan perekonomian nasional. Keluaran utama menurut sektor dan aspek-aspek jasa transportasi sebagai berikut: a. Transportasi Laut Rekomendasi kebijakan pembiayaan untuk pembangunan dan pengembangan industri jasa transportasi laut nasional dalam upaya mencapai asas kabotase secara optimal dalam kerangka Inpres 5 Tahun b. Transportasi Darat Rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan prasarana transportasi darat untuk kelancaran arus logistik antar-sentra produksi yang saling terkait. Di Jawa dan Sumatra berupa jalan raya lintas-jawa, lintas-sumatra, dan pembangunan Jembatan Selat Sunda; di pulau-pulau besar lainnya pembangunan jalan raya lintas, seperti Trans Kalimantan dan Trans Sulawesi, dan seterusnya. c. Perkeretaapian Rekomendasi kebijakan pembangunan dan optimalisasi pendayagunaan prasarana dan sarana perkeretapian sebagai prasarana dan sarana transportasi logistik yang efisien dan efektif dengan tingkat keamanan relatif tinggi. d. Transportasi Udara Rekomendasi kebijakan pengembangan jasa transportasi udara yang memenuhi standar jasa penerbangan internasional serta saran tindak agar maskapai penerbangan nasional segera dapat terbang ke Kawasan Uni Eropa. e. Ekonomi Biaya Tinggi Rekomendasi kebijakan dan saran tindak meminimalkan efek ekonomi biaya tinggi baik akibat kebijakan daerah maupun kebijakan aparat regulator dan pengawas jasa transportasi. f. Keselamatan Transportasi Rekomendasi kebijakan peningkatan keselamatan dalam seluruh sektor jasa transportasi. 15. Pembicara dan Nara Sumber Rakornas diharapkan akan dibuka secara resmi oleh Menteri Perhubungan RI dan akan dihadiri oleh Narasumber dan Pembicara: Menteri Perhubungan Menteri/Ketua Bappenas Direktur Jenderal Perhubungan Darat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Direktur Jenderal Perkeretaapian Direktur Jenderal Bina Marga Masyarakat Transportasi Indonesia Komite Nasional Keselamatan Transportasi Asosiasi-Asosiasi Jasa Transportasi Asosiasi-Asosiasi Pengguna Jasa Transportasi Asosiasi-Asosiasi Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa Pemerintah DKI Jakarta Kadin Provinsi Perusahaan Bidang Jasa Transportasi Pihak-pihak terkait lainnya 16. Peserta Peserta Rakernas Perhubungan ditargetkan berjumlah sekitar 300 peserta yang terdiri atasi: Pengurus Kadin Indonesia Bidang Perhubungan Para CEO & CIO dalam bidang Jasa Transportasi Asosiasi-Asosiasi Jasa Transportasi Pengurus Kadin Provinsi se-indonesia Bidang Perhubungan Perusahaan Bidang Jasa Transportasi

3 SAMBUTAN KETUA PANITIA PELAKSANA PADA RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN 2008 KADIN INDONESIA JAKARTA, 12 Mei 2008 Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua Selamat pagi Ibu-Bapak Yang kami hormati Bapak Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Yang kami hormati Bapak Menteri Perhubungan Republik Indonesia, beserta jajaran Departemen Perhubungan, Yang kami hormati Bapak Direktur Jenderal Otonomi Daerah, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Yang kami hormati Ketua Umum Kadin Indonesia, rekan-rekan Pengurus Kadin Indonesia, para Pimpinan Asosiasi dan Organisasi, para Pembicara dan Nara Sumber, dan Hadirin yang kami hormati, Izinkan kami mengajak Ibu dan Bapak untuk mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Yang Maha-Pengasih yang memberi kita kesehatan sehingga kita semua bisa berkumpul pagi ini dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perhubungan Kadin. Semoga pertemuan dan dialog kita hari ini mendapat petunjuk dan berkat-nya. Selanjutnya perkenankan kami melaporkan bahwa Kadin Indonesia menyelenggarakan Rakornas Perhubungan ini sebagai forum kita bersama untuk membahas masalah-masalah perhubungan, baik dalam sektor infrastruktur maupun dalam sektor industri jasa transportasi yang kondisinya kini memprihatinkan. Dalam bidang prasarana dan sarana perhubungan, misalnya, di samping kondisinya banyak yang rusak, kapasitasnya juga tidak lagi memadai untuk mendukung kegiatan perekonomian yang sedang kita upayakan untuk tumbuh lebih baik. Banyak prasarana dan sarana perhubungan kita saat ini tidak lagi efektif dan efisien untuk menunjang kelancaran arus logistik yang semakin deras. Sementara itu, industri jasa transportasi nasional juga sedang dan masih akan mengalami tekanan berat lainnya, yaitu, antara lain, persaingan yang tidak imbang dengan industri jasa transportasi asing yang didukung dana besar dengan biaya yang lebih murah. Rakornas Perhubungan ini sebuah langkah awal pembahasan masalah-masalah perhubungan untuk penyusunan kebijakan dan program umum Kadin periode , sekaligus menyusun masukan Kadin untuk penetapan kebijakan perhubungan nasional untuk lima tahun ke depan. Langkah awal ini perlu tindaklanjut, karena masalah-masalah

4 perhubungan kini sangat komplikatif untuk dapat tuntas dibahas dalam satu pertemuan sehari. Dilaksanakan oleh Komite Tetap Perhubungan Kadin Indonesia dengan tema Menuju Transportasi yang Efektif, Efisien, dan Lancar dalam rangka Memacu Pertumbuhan Perekonomian Nasional, Rakornas ini akan dihadiri oleh sekitar 300 peserta yang terdiri atas unsur-unsur pemangku kepentingan (stakeholders) sektor perhubungan - meliputi wakil pemerintah, penyedia dan pemakai sarana dan prasarana serta kalangan industri jasa perhubungan, dan masyarakat luas - dan menghadirkan pembicara dan nara sumber yang berkompeten di setiap sektor perhubungan. Keterselenggaraan Rakornas ini tidak bisa dilepaskan dari banyak pihak yang spontan memberikan dukungan serta bantuan moriil dan materiil kepada Panitia. Spontanitas tersebut pada hakikatnya mencerminkan kuatnya keinginan bersama untuk mengatasi masalah-masalah yang sedang dan yang akan dihadapi dalam sektor perhubungan. Perkenankan kami mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan bantuan moriil dan materiil tersebut Kami juga harus mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, khususnya Bapak Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan dan jajaran kepemerintahan yang berkenan hadir untuk menyampaikan sambutan dan paparan tentang kebijakan dan program pemerintah di sektor perhubungan. Terima kasih juga disampaikan kepada para nara sumber, para Pengurus Kadin dan Asosiasi serta hadirin sekalian peserta Rakornas, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang disampaikan dalam diskusi Rakornas Perhubungan 2008 ini. Kami percaya dengan partisipasi aktif hadirin sekalian tujuan Rakornas ini akan dapat tercapai. Terima kasih Ketua Panitia Pelaksana Rakornas Perhunungan Kadin Indonesia 2008 Anton A. Nangoy SAMBUTAN KETUA UMUM KADIN INDONESIA PADA RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN JAKARTA, 12 Mei 2008 Yang kami hormati Bapak DR. Boediono, Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Yang kami hormati Bapak Menteri Perhubungan Republik Indonesia serta jajaran, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dan Direktur Jenderal Perkeretaapian,

5 Yang kami hormati Bapak Direktur Jenderal Otonomi Daerah, Direktur Jenderal Bina Marga, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Yang kami hormati para Pimpinan Asosiasi dan Organisasi, para Pembicara dan Nara Sumber, dan Rekan-rekan Pengurus Kadin serta para pengusaha yang hadir pada Rapat Koordinasi Perhubungan Kadin Indonesia pada hari ini, Assalamu alaikum Wr. Wb., Harga minyak mentah di pasar internasional yang terus menunjukkan kecenderungan meningkat dan telah menembus US$ 120 per barrel dan bahkan diprediksikan akan mencapai US$ 200 per barrel, memberikan tekanan kepada APBN dan memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Kenaikan harga BBM ini akan secara nyata memberikan dampak negatif pada kinerja sektor industri dan perdagangan nasional. Khusus untuk sektor perhubungan yang menjadi topik dari Rapat Koordinasi Nasional Kadin Indonesia pada hari ini, kenaikan harga BBM akan menambah permasalahan yang harus diatasi di sektor yang cukup kompleks ini. Mengingat berbagai dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM pada kinerja perekonomian nasional secara keseluruhan, Kadin Indonesia akan memberikan masukan lebih lanjut kepada pemerintah mengenai berbagai kebijakan dan program perlu diambil guna meminimkan dampak negatif kenaikan harga BBM, guna menggerakkan perekonomian nasional. Bapak Menteri dan hadirin sekalian yang kami hormati, Kadin Indonesia baru saja menyelenggarakan Rapimnas Kadin 2008, yang mengambil tiga permasalahan dasar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, yaitu infrastruktur, ketersediaan energi dan ketahanan pangan, sebagai bahasan utama guna memberikan masukan kepada pemerintah dan menyusun program kerja Kadin dalam mengoptimalkan peran dunia usaha dalam mempercepat pembangunan infrastruktur, ketersediaan energi dan ketahanan pangan dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian dan iklim investasi di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, dalam konteks transportasi di Indonesia secara multimoda, tak pelak lagi memprihatinkan kita semua. Bagi para pelaku usaha, baik dari sisi penyedia jasa perhubungan maupun pemakai jasa perhubungan, ketersediaan infrastruktur menjadi faktor utama bagi kelancaran transportasi; yang ditandai juga oleh faktor ketidak-effisiensi-an di hampir semua segmen jasa transportasi, mulai dari segi manajemen rantai pasokan; minimnya ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai bagi mendukung kelayakan arus barang ekspor impor; kebijakan investasi yang tidak atraktif ditingkat Pusat dan Daerah; serta perlunya dukungan Pemerintah bagi peningkatan investasi infrastruktur melalui APBN sebesar 6-7% Produk Domestik Bruto. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu pilar utama yang menopang daya saing di era dunia tanpa batas (borderless world) atau dunia datar (flat world). Fenomena baru ini berimplikasi pada pergeseran determinan daya saing dari yang tadinya lebih dipengaruhi oleh biaya variabel menjadi kian dipengaruhi oleh biaya tetap. Adalah ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memberikan sumbangan pada penurunan biaya tetap ini. Kendala infrastruktur semakin terasa di luar Jawa, sehingga potensi keuntungan dari membubungnya harga-harga komoditas perkebunan dan pertambangan tak sepenuhnya

6 bisa terwujud secara optimal. Padahal, booming komoditas perkebunan dan pertambangan bisa menjadi pengimbang dan sekaligus pengkompensasi dari berakhirnya era kejayaan migas. Kemerosotan daya saing dan daya tarik investasi Indonesia dibandingkan dengan negaranegara tetangga dekat dapat pula dijelaskan oleh komitmen pemerintahnya dalam membangun infrastruktur. Di Thailand misalnya, pengeluaran untuk infrastruktur mencapai 15,4 persen dari PDB. Sementara itu di Vietnam 9,9 persen, di China 7,4 persen, dan di Filipina 3,6 persen. Sedangkan Indonesia hanya mengalokasikan sekitar 3 persen saja. Oleh karena itu, Kadin menyampaikan masukan kepada pemerintah agar dukungan Pemerintah bagi peningkatan investasi infrastruktur melalui APBN sebesar 6-7% Produk Domestik Bruto. Dalam beberapa waktu belakangan ini kelangkaan barang dan jasa semakin sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Kelangkaan (supply constraint) yang berujung pada kenaikan harga barang dan jasa terjadi tidak hanya karena ketidaktersediaan pasokan tetapi dalam banyak kasus karena tidak tersedianya infrastruktur ekonomi secara memadai. Kongesti di pelabuhan, kekurangan alat pengangkutan, jalan yang rusak semakin sering menjadi penyebab terjadinya kelangkaan barang di beberapa daerah. Lebih jauh, perekonomian modern menuntut tersedianya sebuah jaringan infrastruktur ekonomi yang terpadu, terutama jalan, air, listrik, dan sarana telekomunikasi. Keterpaduan semacam ini akan menciptakan kelancaran kegiatan ekonomi. Bapak Menteri dan hadirin sekalian yang kami hormati, Perkenankanlah kami menyampaikan apresiasi kami kepada Pemerintah dengan di undangkannya Undang-Undang Pelayaran tahun 2008 ini pada tanggal 8 April 2008 yang lalu, yang mengakomodasikan prasarana dan sarana angkutan perairan, keselamatan dan keamanan pelayaran, peran stakeholders dan Pemerintah Daerah d ipelabuhan, hingga aspek lindungan lingkungan di industri jasa pelayaran dan kepelabuhanan. Tentu kita pun berharap bahwa UU Perkereta-apian dan UU Jalan Raya yang sebelumnya lebih dulu diundangkan, dapat berjalan dengan baik implementasinya, dan yang akan disusul oleh RUU Perhubungan Udara dan RUU Angkutan Darat. Selanjutnya, perkenankanlah kami menyampaikan berbagai masukan kepada pemerintah berkenaan dengan pembangunan infrastruktur dan pembenahan sektor perhubungan nasional, sebagai berikut: Perbaikan infrastruktur, terutama jalan dan jembatan dengan segera dan terencana, yang dalam hal pelaksanaannya menyesuaikan dengan siklus musim dan memperhatikan fenomena perubahan iklim. Menciptakan iklim dan kondisi yang lebih memungkinkan pihak swasta berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur, termasuk jalan raya, listrik, dan jembatan. Hal ini bisa diwujudkan antara lain melalui kemudahan penyediaan lahan dan jaminan investasi jangka panjang. Menyediakan berbagai moda transportasi yang sesuai dengan kondisi alam dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam hal ini perlu dipikirkan perluasan peranan kereta api yang berpotensi memiliki skala keekonomian (economy of scale) yang memadai dan ramah lingkungan.

7 Mendirikan lembaga pembiayaan investasi infrastruktur yang independent (non-bank) guna memfasilitasi pembangunan infrastruktur di berbagai sektor di daerah. Merumuskan kebijakan pembenahan dan pembangunan infrastruktur transportasi laut, udara, dan darat untuk kelancaran arus barang ekspor-impor agar pertumbuhan ekonomi nasional tetap dapat dijaga dan ditingkatkan. Meminta pemerintah agar segera membenahi seluruh regulasi investasi infrastruktur di Indonesia, antara lain melakukan kajian draft metrix kebijakan infrastruktur, dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia guna mendukung perekonomian Nasional. Sektor logistik merupakan urat nadi bagi perdagangan dalam negeri maupun internasional. Tanpa kelancaran bekerjanya sektor logistik, proses produksipun dapat terganggu. Inflasipun cenderung akan meningkat bilamana timbulnya kendala, baik di jalan raya atau di pelabuhan. Oleh karena itu, ketentuan hukum yang jelas pun dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian dalam menjalankan usaha logistik. Perlu dipertegas kewenangan instansi untuk menangani sektor logistik yang penting ini, mengingat adanya kecenderungan benturan kepentingan kewenangan antar departemen, dalam hal ini Departemen Perdagangan, Departemen Perhubungan dan Departemen Komunikasi dan Informatika. Bapak Menteri dan hadirin sekalian yang kami hormati, Kami mengharapkan Rapat Koordinasi Nasional Perhubungan tahun 2008, yang diselenggarakan oleh Komite Tetap Perhubungan Kadin Indonesia, dan mengambil tema Menuju Transportasi Yang Efektif, Efisien dan Lancar Dalam Rangka Mamacu Pertumbuhan Perekonomian Nasional, dapat menghasilkan perumusan percepatan pembangunan sektor perhubungan nasional, yang menjadi rujukan bagi pembenahan sektor perhubungan nantinya melalui para pemangku kepentingan (stakeholders) di sektor perhubungan. Demikian kami sampaikan beberapa hal berkenaan dengan peningkatan kinerja sektor perhubungan nasional. Terima kasih. Wassalamu alaikum Wr. Wb. (dari kiri) Menko Perekonomian DR.Boediono, Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat serta Ketua Panitia Pelaksana Anton A. Nangoy ketika memasuki ruang acara

8 Acara Pembukaan Rakornas Perhubungan Kadin Indonesia 2008 ditandai dengan memencet peluit terompet. Dalam gambar dari kiri kekanan: Menko Perekonomian DR. Boediono, Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi, Perhubungan, Informatika, Telekomunikasi dan Pariwisata Chris Kanter, dan Ketua Panitia Pelaksana Anton A. Nangoy. RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG PERHUBUNGAN KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI Hotel Borobudur, Jakarta, 12 Mei 2008 Rakornas Perhubungan Kadin Indonesia 2008 dilaksanakan pada Hari Senin, 12 Mei 2008, di Hotel Borobudur, Jakarta, dihadiri sekitar 300 peserta dari jajaran Kadin, asosiasi sektoral dan instansi terkait. Dibuka oleh Menko Perekonomian dan sambutan kunci Menteri Perhubungan, Rakornas menghadirkan 19 narasumber pemakalah, baik dari instansi terkait sebagai penetap kebijakan atau regulator maupun dari kalangan industri penyedia dan pengguna jasa transportasi. Menko Perekonomian menekan bahwa dalam kondisi dan keterbatasan yang ada atau terjadi dewasa ini, dialog antara pemerintah dan dunia usaha menjadi sangat strategis dalam melanjutkan pembangunan infrastruktur, sekaligus membenahi sistem logistik nasional agar lebih efisien dan efektif meningkatkan daya saing nasional. Menteri Perhubungan dalam sambutan yang dibacakan oleh Sekjen Departemen Perhubungan menyatakan bahwa permintaan akan jasa transportasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun jika tidak diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan handal akan menimbulkan efisiensi dan ekonomi biaya tinggi.

9 Penyediaan jasa transportasi yang didukung sarana dan prasarana yang memadai, efisien dan efektif dengan dukungan peraturan perundang-undangan yang lebih kondusif juga akan mendorong pemerataan pembangunan sekaligus meningkatkan daya saing industri jasa logistik nasional. Untuk mencapai itu, pemerintah telah mengupayakan beberapa perangkat perundangundangan. Bulan Mei ini telah diundangkan Undang-Undang tentang Pelayaran; sedang digarap dan dibahas RUU tentang Perkeretapian, RUU Angkutan dan RUU Penerbangan; yang akan membuka peluang bagi dunia usaha berpartisipasi dalam pembangunan sarana dan prasarana, di samping terus mengembangkan usaha dalam industri jasa transportasi antar wilayah. Dirjen Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri menekankan bahwa otonomi daerah yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nasional hanya akan efektif jika dikembangkan peraturan-peraturan pelaksanaan berbagai undang-undang secara jelas oleh pemerinah pusat. Tanpa adanya peraturan pelaksanaan yang jelas dari pemerintah pusat, pelaksanaan otonomi daerah bisa terjebak menjadi anarkis dalam arti pemerintah kabupaten/kota cenderung menetapkan peraturan daerah yang hanya mempertimbangkan kepentingan daerahnya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan nasional. Ketua Komisi V DPR-RI menggarisbawahi bahwa Indonesia yang diakui PBB sebagai negara kepulauan memerlukan infrastruktur yang memadai dan efisien. Kenyataan yang ada saat ini adalah bahwa pembangunan infrastruktur terkendala keterbatasan dana; kondisi infrastruktur yang ada sangat rendah kinerjanya; tingkat recoverynya rendah; ketersediaan dan aksesibilitas pada infrastruktur sangat senjang dan terjadi inefisiensi dalam pembangunan infrastruktur. Sebagai negara kepulauan, pembangunan infrastruktur transportasi laut harus mendapat utama, namun dengan mengembangkan sinergisme antar-moda transportasi. Dirjen Bina Marga dalam makalah yang dipaparkan oleh Direktur Jalan Raya mengakui ada ketimpangan infrastruktur jalan raya antar-wilayah. Ke depan pembangunan prasarana dilakukan berdasarkan pendekatan geo-strategis dan geo-ekonomis. Berdasarkan pendekatan tersebut, ada tiga kategori wilayah, yaitu: (a) wilayah telah berkembang; (b) Wilayah sedang berkem,bang dan (c) Wilayah pengembangan baru. Pengembangan jaringan jalan secara umum diselaraskan dengan fungsi yang diemban dan tingkat pelayanan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan aspek-aspek utama, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Untuk menunjang arus perdagangan ekspor dan juga impor, Departemen PU menetapkan prioritas berdasarkan leverage paling besar terhadap peningkatan kinerja jalan. Prioritas pembangunan diprioritaskan pada koridor ekonomi utama serta jalan-jalan akses ke koridor tersebut. Giri S. Hadihardjono, ahli transportasi nasional, menekankan vitalnya peran transportasi dalam mewujudkan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Transportasi adalah wahana vital untuk menghilangkan kesenjangan ekonomi, sosialbudaya, politik dan keamanan masyarakat didasarkan pada pertimbangan ekonomi bisnis semata, tetapi juga harus pada pertimbangan kepentingan bangsa secara utuh.

10 Dalam menghadapi kelangkaan energi yang akan terus berlanjut, perlu adanya kebijakan penanggulangan yang didasarkan pada pertimbangan jangka panjang. Kita pernah terjebak pada pertimbangan jangka pendek, ketika booming minyak sekitar tiga dasarwarsa yang lalu. Khusus untuk bahan bakar fosil cair yang jumlahnya terbatas, perlu dipikirkan sungguh-sungguh pemanfaatan bahan bakar fosil padat. Untuk angkutan udara, perlu ada upaya pengembangan pengganti fosil cair. Dirjen Perhubungan Laut memaparkan peluang-peluang yang terbuka bagi dunia usaha dengan diundangkannya Undang-Undang 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Pertama, adanya asas cabotage yang akan berlaku penuh tiga tahun setelah Undang-Undang tersebut diundangkan. Pada tahun 2011 akan dibutuhkan 654 unit kapal yang pengadaannya membutuhkan dana sebesar USD4,64 milyar. Juga terbuka peluang bagi swasta untuk melayani angkutan perairan daerah terpencil berdasarkan penunjukkan dan subsisdi pemerintah. Selain itu, terbuka juga peluang di 11 jenis kegiatan penunjang kelancaran angkutan perairan yang selama ini dilaksanakan oleh BUMN. Perizinan didesentralisasi berdasarkan acuan peraturan pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah pusat. Di bidang pembiayaan, akan berlaku ketentuan hipotek atas kapal yang terdaftar di dalam negeri. Piutang yang dijaminkan dengan kapal akan diprioritaskan. Dalam hal ada kendala perizinan, bagi para pengusaha dibuka koridor penyelesaiannya kepada instansi penerbit izin yang lebih tinggi. Misalnya, jika ada kelambatan perizinan di tingkat kabupaten, maka dimungkinkan melaporkannya kepada gubernur, dan seterusnya. Dirjen juga menekankan kemungkinan pengembangan dryport di hinterland, seperti di Bandung, Purwakarta dan Karawang, untuk menunjang kelancaran arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Undang-Undang Pelayaran yang baru menegaskan fungsi-fungsi setiap pihak secara jelas, yakni antara regulator dengan operator dipisahkan. Di samping itu, terbuka kemungkinan bagi swasta dalam pembangunan pelabuhan Cirebon, khususnya dalam pembangunan dan pengelolaan terminal. Dirjen Perhubungan Darat mengatakan saat ini ada pembahasan RUU Angkutan Jalan sebagai dasar kebijakan pengembangan sektor angkutan darat yang efisien dan efektif masa depan. Kebijakan angkutan jalan mengarah pada pengembangkan arus logistik yang menunjang perekonomian yang berdaya saing tinggi. Kebijakan pengembangan angkutan dalam proses desentralisasi akan didorong ke arah outward looking. Dirjen Perkeretaapian menekankan bahwa dalam rangka optimalisasi kereta api sebagai sarana transportasi yang paling efisien akan dibuka peluang bagi dunia usaha sebagai operator perkeretapian baik untuk angkutan barang maupun untuk angkutan penumpang. Dirjen Perdagangan Luar Negeri menekankan kebijakan yang sedang disiapkan adalah pengembangan industri logistik yang berdayang saing tinggi menghadapi berbagai perjanjian perdagangan multilateral yang disepakati. Penerapan NSW harus diupayakan berhasil agar Indonesia bisa eksis secara kompetitif dalam perjanjian-perjanjian tersebut. Seyogyanya semua kebijakan yang berkaitan dengan transportasi harus mengacu kepada adanya industri logistik yang efisien. Untuk itu perlu adanya suatu otoritas yang berwenang menetapkan kebijakan logistik nasional.

11 Komisi Nasional Keselamatan Transportasi menekankan perlu kebijakan dasar strategis pembangunan jasa perhubungan yang aman harus ada pemisahan yang jelas antara fungsi Pemerintah sebagai Regulator dengan Pengelola Pelabuhan Jasa angkutan sebagai operator. Dalam hal ini masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan menjadi fokus kebijakan. Asosaisi Asuransi Umum Indonesia menekankan perlunya aspek-aspek perasuransian dalam peraturan perundang-udangan jasa transportasi. Penegakan hukum perasuransian menjadi unsur utama dalam keselamatan dalam industri transportasi. Yayasan Lembaga Konsumen menekankan bahwa kualitas layanan angkutan umum belum memadai. Aspek keselamatan belum menjadi prioritas. Disisi lain masyarakat mengeluaskan biaya yang melebihi income. Kedua hal itu memicu buruknya layanan angkutan umum di Indonesia, disamping tidak transparannya penerapan sistim uji kir, sistim trayek, dan adanya pungli. Rangkuman Dari paparan nara sumber dan dialog tanya jawab dengan para peserta Rakornas dapat disimpulkan bahwa banyak kebijakan-kebijakan yang harus dikembangkan untuk mewujudkan industri jasa transportasi yang efisien dan efektif menunjang industri jasa logistik nasional yang berdaya saing di tingkat global. Kebijakan dan rencana kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah sudah mulai mengarah pada industri logistik yang efisien; pemisahan-pemisahan fungsi-fungsi regulator dan operator makin diperjelas. Peluang-peluang bagi dunia usaha menjadi lebih terbuka. Perumusan hasil Rakornas ini masih akan disempurkan oleh tim yang dibentuk oleh Kadin Indonesia untuk merangkum seluruh paparan dan masukan-masukan untuk penyusunan kebijakan lebih komprehensif. (hbt)

MEMBANGUN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN MEDIA NASIONAL YANG KONDUSIF UNTUK INVESTASI

MEMBANGUN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN MEDIA NASIONAL YANG KONDUSIF UNTUK INVESTASI S A M B U T A N KETUA UMUM KADIN INDONESIA PADA RAKORNAS TELEMATIKA DAN MEDIA 2008 KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA MEMBANGUN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN MEDIA NASIONAL YANG KONDUSIF UNTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PENETAPAN TITIK NOL PEMBANGUNAN TERMINAL BANDARA MUTIARA PALU SABTU, 19 MARET 2011

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PENETAPAN TITIK NOL PEMBANGUNAN TERMINAL BANDARA MUTIARA PALU SABTU, 19 MARET 2011 GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PENETAPAN TITIK NOL PEMBANGUNAN TERMINAL BANDARA MUTIARA PALU SABTU, 19 MARET 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI

Lebih terperinci

HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN KADIN INDONESIA Jakarta, Senin 12 Mei 2008

HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN KADIN INDONESIA Jakarta, Senin 12 Mei 2008 HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN KADIN INDONESIA Jakarta, Senin 12 Mei 2008 PENDAHULUAN 01 Perhubungan -- baik sebagai infrastruktur maupun sebagai suatu sektor jasa (jasa transportasi) -- adalah

Lebih terperinci

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA DISKUSI ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA DR. DARMIN NASUTION PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH 2011 JAKARTA, 16 MARET 2011 Yang terhormat Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof.

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Bapak Wakil Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb GUBERNUR JAMBI SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA ACARA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Selasa, 7 April 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb Yth. Menteri Dalam Negeri RI, yang diwakili

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Yth. Gubernur DI Yogyakarta, atau yang Mewakili, Yth.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks

Lebih terperinci

Sambutan/Arahan Kepala Bappeda Kalimantan Tengah

Sambutan/Arahan Kepala Bappeda Kalimantan Tengah PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jln.Diponegoro No. 60. Telp 321715-3221645 dan 3221354 FAX (0536)29161 http://bappeda.kalteng.go.id bappeda@kalteng.go.id PALANGKA

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI DITJEN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DENGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA TAHUN

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI GROUNDBREAKING PROYEK JALAN

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Daerah Istimewa

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Samarinda, 4 April 2016 Yth. Sdr. Menteri Koordinator Perekonomian;

Lebih terperinci

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband KEYNOTE SPEECH MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN dalam SEMINAR NASIONAL BROADBAND ECONOMY Kementerian Komunikasi dan Informatika Hotel Borobudur,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian adalah perusahaan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang termasuk ke dalam sub sektor Transportation. Penentuan

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 Yang kami hormati, Gubernur Jawa Tengah, Bapak H. Ganjar Pranowo, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016 SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016 Yth. Sdr. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PELANTIKAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 16 JUNI 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PELANTIKAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 16 JUNI 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PELANTIKAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 16 JUNI 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb., Yang Saya Hormati, 1. Saudara Sekretaris Jenderal yang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN Yang saya hormati, Pontianak, 26 Juni 2008 - Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal;

Lebih terperinci

Assalamualaikum Wr. Wb.

Assalamualaikum Wr. Wb. SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA FORUM PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua. 1.

Lebih terperinci

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013 SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT Bandung, 8 Juni 2013 Yang Saya Hormati: 1. Gubernur Jawa Barat; 2. Saudara Menteri PPN/Kepala Bappenas; 3. Ketua Kadin Prov. Jawa Barat; 4. Ketua Forum Ekonomi

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

Hari/Tanggal : Rabu / 25 Juni 2008 Pukul : WIB Tempat : Ruang Takalar I Hotel Grand Mahkota, Jl. Sidas No. 8 Pontianak

Hari/Tanggal : Rabu / 25 Juni 2008 Pukul : WIB Tempat : Ruang Takalar I Hotel Grand Mahkota, Jl. Sidas No. 8 Pontianak SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA SEMINAR PERSAINGAN USAHA DENGAN TEMA UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Hari/Tanggal : Rabu / 25 Juni 2008 Pukul : 09.00

Lebih terperinci

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 KAJIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA disusun

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Memajukan Industri Kawasan Timur Indonesia Manado, 30 April 2015 Yth.: 1. Gubernur

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012

BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012 BUTIR-BUTIR PENGARAHAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 6 8 NOVEMBER 2012 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Bapak Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : PRESIDEN RUPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011 Yth. Para Narasumber (Sdr. Dr. Chatib Basri, Dr. Cyrillus Harinowo,

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011 SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 Jambi, 6 April 2011 Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri, Yang terhormat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

Assalamualaikum Wr. Wb.

Assalamualaikum Wr. Wb. SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PROGRAM PRIORITAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2018 Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk Kita

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

SAMBUTAN PENUTUPAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 (JFSS) FEED INDONESIA FEED THE WORLD JAKARTA, 8 FEBRUARI 2012

SAMBUTAN PENUTUPAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 (JFSS) FEED INDONESIA FEED THE WORLD JAKARTA, 8 FEBRUARI 2012 SAMBUTAN PENUTUPAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 (JFSS) FEED INDONESIA FEED THE WORLD JAKARTA, 8 FEBRUARI 2012 Bismillahirrahmanirrahim, Yth. Ketua Umum Kamar Dagang dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2013 SURABAYA,2 OKTOBER 2013

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2013 SURABAYA,2 OKTOBER 2013 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2013 SURABAYA,2 OKTOBER 2013 Yth. Gubernur Provinsi Jawa Timur, Yth. Direktur Jenderal

Lebih terperinci

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RAPAT KERJA DENGAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, MENTERI PERTANIAN, MENTERI PERINDUSTRIAN, MENTERI PERDAGANGAN,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN IKM TAHUN 2016 PALEMBANG, 21 APRIL 2015 Yang Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA SERAH TERIMA PENGALIHAN FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN JASA KEUANGAN DI SEKTOR PERBANKAN DARI BANK INDONESIA KEPADA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Parigi, 4 Mei 2015 Yth.: 1. Bupati Parigi Moutong; 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi, dan salam sejahtera untuk kita semua.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi, dan salam sejahtera untuk kita semua. Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PLAZA INDONESIA JABABEKA Cikarang, 13 Juni 2015 Yth. : 1. Jajaran Direksi PT. Jababeka Tbk; 2. Jajaran Direksi PT. Plaza Indonesia

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Launching Road Map Keuangan Berkelanjutan dan Buku Pedoman Energi Bersih yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional Jakarta, 5 Desember 2014 Assalamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat negara Indonesia membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KOPERASI, UMKM, INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DAERAH SE-PROVINSI SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan berikut adalah sebuah pertanyaan yang tampak sederhana terhadap kondisi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang diusahakan (komersial) dan pelabuhan umum yang tidak diusahakan. Pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan

Lebih terperinci