Laporan pelaksana tugas pokjanas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan pelaksana tugas pokjanas"

Transkripsi

1

2

3 Buku Laporan ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas dari berbagai upaya yang ditempuh oleh Pokjanas TPID dalam koordinasi pengendalian inflasi di daerah sepanjang tahun Laporan pelaksana tugas pokjanas TPID 2012

4 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 Kata Pengantar Pada tahun 2012, inflasi dapat terjaga pada tingkat yang relatif rendah dan berada dalam kisaran sasarannya (4,5% ± 1%). Inflasi nasional tercatat sebesar 4,30% (yoy) pada 2012, didukung oleh terjaganya inflasi inti (4,40%, yoy), terkendalinya inflasi volatile food pada level yang rendah (5,68%, yoy) dan minimalnya inflasi administered prices (2,66%, yoy). Pencapaian sasaran inflasi ini diharapkan membantu mempercepat proses disinflasi menuju sasaran inflasi jangka panjang yang rendah dan setara dengan tingkat inflasi di negaranegara mitra dagang. Tercapainya sasaran inflasi nasional tidak terlepas dari terkendalinya inflasi di daerah sepanjang tahun Pada akhir 2012, Kawasan Sumatera mencatat inflasi cukup rendah sebesar 3,5%, jauh berada di bawah inflasi kawasan lainnya. Sementara itu, inflasi di Kawasan Jawa, Kawasan Jakarta, dan Kawasan Timur Indonesia tercatat masing-masing sebesar 4,2%, 4,5%, dan 5,2%. Secara umum, terkendalinya inflasi di berbagai daerah terutama didukung oleh terkelolanya permintaan domestik selaras dengan kapasitas produksi, membaiknya ekspektasi inflasi dan terjaganya nilai tukar rupiah. Di samping itu, faktor kecukupan pasokan pangan karena kenaikan produksi dan kelancaran distribusi, serta minimalnya kenaikan barang dan jasa yang diatur Pemerintah dapat membawa inflasi di berbagai daerah berada pada tingkat yang relatif rendah. Semakin solidnya koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, baik di tingkat Pusat dan Daerah khususnya melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI dan TPID), berperan penting dalam pencapaian sasaran inflasi. Penerapan strategi bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mengarahkan ekspektasi pada sasaran inflasi, dan mengelola sisi permintaan selaras dengan kemampuan sisi penawarannya, secara keseluruhan dapat membawa inflasi IHK tahun 2012 tetap berada pada tingkat yang rendah. Nilai tukar rupiah yang terkendali dengan didukung implementasi berbagai kebijakan sektoral dalam upaya stabilisasi harga pangan mampu mendukung pencapaian inflasi volatile food yang rendah. Pencapaian tingkat inflasi yang rendah tersebut juga didukung oleh rendahnya inflasi barangbarang yang harganya diatur Pemerintah administered prices. Terkendalinya inflasi didukung oleh semakin intensifnya peran daerah dalam menjaga stabilisasi harga, khususnya melalui TPID. Hingga akhir 2012, jumlah TPID tercatat mencapai 86 TPID yang tersebar di seluruh daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Berbagai inisiatif kebijakan yang ditempuh oleh daerah yang diarahkan untuk peningkatan produksi pangan, pengamanan kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi bagi masyarakat pada gilirannya berdampak positif bagi terjaganya stabilitas harga di daerah. Kestabilan harga juga didukung oleh relatif stabilnya harga pada masa hari raya besar keagamaan sejalan dengan adanya langkah sejumlah daerah yang menempuh inisiatif penguatan komunikasi kepada masyarakat sehingga turut berkontribusi besar dalam mengelola ekspektasi inflasi masyarakat. IV Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

5 Selama tahun 2012, Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID berupaya mengarahkan peran TPID untuk mulai menyentuh persoalan struktural di daerah dan merumuskan solusinya untuk dapat lebih menjamin terjaganya stabilitas harga. Untuk mendukung hal tersebut, program Pokjanas TPID pada tahun 2012 difokuskan pada upaya penguatan aspek kelembagaan TPID serta menindaklanjuti agenda kesepakatan Rakornas III TPID yang diarahkan pada pengelolaan cadangan pangan daerah melalui Sistem Resi Gudang (SRG), pengembangan perluasan aksesibilitas informasi harga bagi masyarakat melalui pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), dan penguatan kerjasama antar daerah. Dalam hal ini, Pokjanas TPID juga diarahkan untuk menjadi sarana untuk memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Ke depan, inisiatif penguatan kerjasama yang dibangun bersama oleh Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di dalam Pokjanas TPID akan terus diperkuat. Buku Laporan ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas dari berbagai upaya yang ditempuh oleh Pokjanas TPID sepanjang tahun Dalam Laporan ini juga diuraikan beberapa catatan penting yang perlu dicermati dan ditindaklanjuti, serta rencana kerja Pokjanas TPID ke depan dalam upaya pengendalian inflasi. Demikian, semoga buku ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai referensi bagi TPID dalam menyusun agenda kegiatan ke depan. Jakarta, Februari 2013 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Dalam Negeri Bank Indonesia Sartono Plh. Asisten Deputi Urusan Ekonomi dan Keuangan Daerah Widodo Sigit Pudjianto, SH, MH Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah Dr. Sugeng Kepala Grup Kebijakan Moneter Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012 V

6 Halaman ini sengaja dikosongkan

7 Daftar isi Kata Pengantar... Daftar Isi... IV VII Bab I Pendahuluan... 1 Bab II Perkembangan dan Prospek Inflasi Daerah... 7 II.1. Perkembangan Inflasi Daerah Tahun II.2. Prospek dan Tantangan Pengendalian Inflasi Daerah... 9 Bab III Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pokjanas TPID Tahun III.1. Penguatan Aspek Kelembagaan III.1.A. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan TPID III.1.B. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Inflasi Daerah III.1.C. Fasilitasi Pembentukan TPID III.1.D. Rakor Pusat-Daerah dan Rakorwil TPID III.1.E. Penguatan Kompetensi Anggota TPID III.2. Agenda Prioritas Rakornas III TPID III.2.A. Memperkuat Cadangan Pangan Daerah melalui Upaya Percepatan Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) di Berbagai Daerah III.2.B. Pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) III.2.C. Memperkuat Kesepahaman Bersama terhadap Pentingnya Mendorong Kelancaran Perdagangan antar Daerah dalam Stabilisasi Harga III.3. Penyelarasan Asumsi Makroekonomi Daerah Bab IV Program Kerja IV.1. Penguatan Kelembagaan TPID IV.2. Penguatan Koordinasi Pusat-Daerah dalam rangka Penyelarasan Tahapan Penetapan Asumsi Makroekonomi di Daerah IV.3. Peningkatan Akses Informasi Harga bagi Masyarakat, Edukasi Inflasi dan Peran TPID dalam Stabilisasi Harga Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012 VII

8

9 Bab I PENDAHULUAN Perkembangan inflasi secara nasional merupakan cerminan dari dinamika harga-harga umum yang terbentuk di daerah. Dalam kaitan ini, upaya pencapaian sasaran inflasi nasional tidak akan dapat terlepas dari upaya untuk menjaga stabilitas harga-harga di daerah. Namun, adanya kenyataan bahwa aktivitas kegiatan ekonomi di daerah masih dihadapkan pada berbagai persoalan mendasar seperti rendahnya konektivitas dan efisiensi sistem logistik, tingginya ketergantungan produktivitas pangan pada faktor cuaca, serta struktur pasar yang terdistorsi merupakan tantangan terbesar bagi terjaganya stabilitas harga. Akibatnya perkembangan harga di daerah masih rentan dipengaruhi oleh faktor gejolak di sisi pasokan (supply side shocks). Di samping itu, melihat pada berbagai pengalaman sebelumnya, kebijakan strategis pemerintah di bidang harga seperti penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan cukai rokok cenderung diikuti perubahan harga-harga umum di daerah. Implikasi dari adanya berbagai persoalan tersebut di atas ialah bahwa upaya pencapaian sasaran inflasi memerlukan koordinasi kebijakan yang solid. Koordinasi yang kuat antara kebijakan moneter, fiskal dan sektoral termasuk kebijakan Pemerintah Daerah menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan paduan kebijakan yang saling mendukung untuk mengarahkan inflasi ke level yang diharapkan. Di samping itu, semakin besarnya kewenangan daerah dalam pelaksanaan pembangunan mengisyaratkan bahwa paduan kebijakan yang efektif hanya dapat dihasilkan melalui koordinasi yang kuat hingga di tingkat daerah. Penguatan koordinasi inilah yang menjadi strategi bersama Bank Indonesia (BI), pemerintah pusat, dan pemerintah daerah untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Dalam kaitan ini, pembentukan Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat daerah menjadi sarana yang efektif untuk merumuskan berbagai pilihan kebijakan dalam kerangka stabilisasi harga. TPID diharapkan menjadi katalisator yang dapat mempercepat implementasi program pemerintah dan memperkuat sinergi berbagai program pembangunan di daerah. Keberadaan TPID diarahkan untuk turut berperan aktif di dalam pengembangan ekonomi daerah pada konteks yang lebih luas. Dalam kerangka otonomi daerah, TPID mengedepankan kapasitas dan karakteristik dari masing-masing daerah sebagai bagian penting upaya stabilisasi harga. Dalam kaitan ini, TPID diarahkan untuk turut mendorong pembangunan ekonomi antara lain melalui pengembangan sektor utama dan produk unggulan daerah. Untuk mencapai hal tersebut, upaya memperkuat sinergi berbagai program pembangunan di daerah dan forum yang telah ada, seperti Forum Pengembangan Ekonomi Daerah (FPED) akan terus dilakukan. Strategi pengembangan produk unggulan daerah difokuskan kepada pemanfaatan dan optimalisasi sumberdaya dan kompetensi lokal dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk mengatasi persoalan kemiskinan, pengangguran serta menciptakan pembangunan berkelanjutan di berbagai daerah. Langkah TPID untuk turut mendorong pengembangan produk unggulan daerah memiliki nilai strategis karena akan mendorong kemandirian daerah. Upaya mendorong pengembangan produk unggulan daerah bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya yang dimiliki, memperluas kesempatan kerja dan sekaligus menjadikan sumber pendapatan daerah secara berkelanjutan. Dalam kaitan Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

10 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 ini, sejumlah TPID dalam beberapa waktu terakhir telah mendorong pengembangan komoditas pangan khas daerah seperti pengembangan komoditi rumput laut di Kawasan Timur Indonesia, komoditi cabai Jawa dan Sumatera, komoditi bawang merah di Palangkaraya, dan lain sebagainya. Berbagai langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing ekonomi daerah dan secara bertahap meningkatkan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan. Keberadaan Pokjanas TPID menjadi komitmen bersama Bank Indonesia dan Pemerintah untuk mendorong peningkatan efektivitas peran TPID dalam menjaga stabilitas harga di daerah 1.Selama 2012, program Pokjanas TPID menekankan pada aspek penguatan kelembagaan TPID dan menindaklanjuti kesepakatan yang dicapai pada Rakornas III TPID. Prioritas Pokjanas TPID pada penguatan aspek kelembagaan dilandasi pertimbangan perlunya mendorong peningkatan efektivitas peran TPID dalam menjaga stabilitas harga di daerah. Dalam kaitan ini, Pokjanas TPID masih memandang perlunya payung hukum untuk mendukung konsistensi peran TPID dan sekaligus memberikan mekanisme koordinasi yang lebih baik. Hal ini menjadi sangat penting mempertimbangkan semakin luasnya dukungan pemerintah daerah untuk turut aktif menjaga stabilitas harga sebagaimana tercermin dari jumlah TPID yang telah terbentuk 2. Pokjanas TPID mendorong peran TPID untuk menjadi katalisator bagi upaya penyelesaian permasalahan struktural agar dapat lebih menjamin terjaganya stabilitas harga di daerah. Permasalahan terkait tingginya ketergantungan produksi pangan terhadap faktor musim, keterbatasan akses informasi harga dan pasokan pangan, serta belum memadainya infrastruktur logistik menyebabkan besarnya disparitas harga antar daerah. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan harga pangan rentan mengalami gejolak. Keberadaan TPID sebagai forum koordinasi lintas sektor yang ada di daerah diharapkan mampu merumuskan solusi yang komprehensif bagi upaya mengatasi persoalan struktural yang ada. Rapat Koordinasi Nasional III TPID yang dibuka secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia menyimpulkan tiga sasaran prioritas program sebagai langkah awal dalam penyelesaian kendala struktural di daerah. Ketiga program tersebut ialah penguatan cadangan pangan daerah melalui percepatan penerapan Sistem Resi Gudang (SRG), memperluas akses informasi harga bagi masyarakat, dan meningkatkan kesepahaman bersama terhadap pentingnya kerjasama daerah dalam stabilisasi harga. Dalam Rakornas tersebut, untuk pertamakalinya Pokjanas TPID memberikan penghargaaan kepada daerah yang memiliki kinerja pengelolaan inflasi terbaik 3. Pemberian penghargaan ini diharapkan menjadi insentif untuk memacu peran aktif daerah dalam menjaga stabilitas harga. Komitmen dan koordinasi yang kuat antara BI dan pemerintah, baik di tingkat pusat dan daerah, telah menghasilkan paduan kebijakan yang berkontribusi positif bagi tercapainya sasaran inflasi nasional Kebijakan yang ditempuh oleh BI dan pemerintah secara keseluruhan mampu meredam berbagai potensi tekanan harga, baik yang bersumber dari domestik maupun pengaruh eksternal. Inflasi pada akhir 2012 tercatat sebesar 4,30% atau berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional yang ditetapan pemerintah yakni 4,5%±1%. Angka realisasi inflasi tersebut didukung oleh terjaganya inflasi inti pada level yang rendah, cukup rendahnya inflasi bahan pangan, dan minimalnya inflasi administered prices. Capaian realisasi inflasi di 2012 tersebut memberikan optimisme bagi berlanjutnya proses disinflasi ke arah sasaran inflasi jangka panjang yang sebanding dengan tingkat inflasi negara-negara mitra dagang. 1 Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID dibentuk sebagai tindaklanjut dari Nota Kesepahaman yang ditandatangani pada 16 Maret 2011 antara Bank Indonesia, Kemenko Bidang Perekonomian, dan Kementerian Dalam Negeri tentang Koordinasi Pemantauan dan Pengelolaan Inflasi Daerah. 2 Hingga akhir 2012 tercatat telah terbentuk 87 TPID, terdiri dari 33 TPID tingkat Provinsi dan 54 TPID tingkat Kabupaten/Kota 3 Rakornas III TPID diselenggarakan pada 16 Mei TPID tingkat provinsi terbaik pada tahun 2012 ialah TPID Sumatera Utara, TPID Jawa Barat, dan TPID Sulawesi Selatan. Sementara pada tingkat kabupaten/kota, TPID terbaik pada 2012 ialah TPID Pematang Siantar, TPID Solo, dan TPID Balikpapan. 2 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

11 Dilihat secara spasial, capaian inflasi nasional yang berada di kisaran sasarannya bersumber dari penurunan laju inflasi yang cukup besar di Sumatera dan relatif terkendalinya inflasi di kota-kota kawasan lainnya. Sebagian besar kota-kota di Sumatera dapat mencatat angka inflasi yang lebih rendah dari nasional. Hal ini menyebabkan menurunnya kontribusi Sumatera dalam pembentukan inflasi nasional, bahkan bila dibandingkan rata-rata kontribusinya dalam 10 tahun terakhir. Inflasi kawasan Sumatera tercatat sebesar 3,50% (yoy) di 2012, melambat dibandingkan pencapaian inflasi di 2011 sebesar 3,98% (yoy). Melambatnya inflasi di kawasan Sumatera terutama disebabkan oleh terkendalinya inflasi di kelompok bahan pangan. Relatif terjaganya harga bahan pangan di kawasan Sumatera dipengaruhi oleh peningkatan produksi terutama dari perluasan lahan. Sementara itu, inflasi di sebagian besar kota-kota di Jawa (termasuk Jakarta) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) relatif terkendali. Peningkatan inflasi di kawasan Jawa dan Jakarta disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan dan makanan jadi sejalan dengan permintaan yang tinggi terutama pada masa puasa dan Lebaran. Selain itu di 2012 terdapat kelangkaan pasokan beberapa komoditas pangan seperti kedelai dan daging. Di KTI, inflasi 2012 terutama dipengaruhi oleh gangguan distribusi mengingat masih adanya keterbatasan infrastruktur dan transportasi antar pulau. Selain itu, faktor cuaca juga berpengaruh pada distribusi bahan pangan melalui jalur laut di KTI. Secara keseluruhan di 2012, inflasi kawasan Jawa dan Jakarta tercatat masing-masing sebesar 4,15% (yoy) dan 4,52% (yoy), sedangkan inflasi KTI sebesar 5,24% (yoy). Secara umum disparitas inflasi antar daerah belum memberikan gambaran yang berbeda. Inflasi yang terjadi di kotakota di Kawasan Timur Indonesia masih lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya di Jawa dan Sumatera. Gambar 1. Inflasi Daerah 2012 %,yoy 8,0 SUMATERA JAKARTA & JAWA KAWASAN TIMUR INDONESIA 7,0 Pkl. Pinang Palangkaraya Ambon Maumere 6,0 5,0 4,0 3,0 Pmtg Siantar Bengkulu Jakarta Jambi Medan Padang Tj. Pinang Cilegon Dumai Sibolga Palembang Bandung Purwokerto Bekasi Cirebon Yogyakarta Tasikmalaya Sumenep Sampit Samarinda Jember Surabaya Makassar Tegal Surakarta Madiun Banjarmasin Watampone Manado Palu Kendari Palopo Sorong Jayapura Mamuju Kupang Inflasi Nasional (4,30%) Bima 2,0 Batam 1,0 0,0 Lhokseumawe Banda Aceh Semakin luasnya keberadaan TPID disertai intensifnya upaya untuk menjaga stabilitas harga berperan penting pada tercapainya sasaran inflasi nasional. Hingga akhir 2012, tercatat sebanyak 86 TPID telah terbentuk di seluruh daerah, di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Secara umum, berbagai langkah kebijakan daerah dalam upaya stabilisasi harga, terutama harga pangan, mendukung terkendalinya inflasi nasional. Beberapa inisiatif kebijakan diarahkan pada upaya pengamanan pasokan melalui kelancaran distribusi, stabiliasi harga di tingkat produsen dan konsumen, serta memperkuat efektivitas komunikasi kepada masyarakat antara lain melalui iklan layanan masyarakat serta penerbitan siaran pers. Di samping itu, beberapa daerah mendorong dilakukannya kampanye diversifikasi pangan sebagai bagian penting untuk stabilisasi harga pangan. Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

12 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 Ke depan, Pokjanas TPID akan mendorong penguatan peran daerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan risiko pengendalian inflasi di daerah dan menyelaraskan pandangan daerah terhadap dinamika makroekonomi untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional. Untuk mengakselerasi penyelesaian berbagai persoalan struktural terkait pengendalian inflasi, perlu diawali adanya kesatuan pandangan antara daerah dan pusat dalam mencermati dinamika ekonomi yang dihadapi dan arah kebijakan yang perlu ditempuh. Dalam kaitan ini, program Pokjanas TPID pada 2013 akan menekankan pada pentingnya keselarasan arah besaran sasaran makroekonomi daerah yang tertuang di dalam rencana kerja pemerintah daerah dengan besaran makroekonomi yang menjadi landasan arah kebijakan pemerintah pusat. Pokjanas TPID memandang perlu disempurnakannya business process penetapan asumsi makro ekonomi dalam perencaanaan anggaran di daerah sebagai langkah awal yang penting untuk menyelaraskan perencanaan nasional dengan perencanaan dan penganggaran di daerah. Setelah Bab Pendahuluan, pada Bab Kedua dari buku ini akan diuraikan secara lebih lengkap dinamika inflasi pada 2012 dan prospeknya ke depan. Selanjutnya, di dalam Bab Ketiga akan disampaikan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Pokjanas TPID selama Berbagai tantangan yang dihadapi dalam upaya mengendalikan inflasi di daerah dan menjadi agenda prioritas kerja bagi Pokjanas TPID pada 2013 akan dijelaskan pada Bab terakhir Buku Laporan ini. 4 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

13 Halaman ini sengaja dikosongkan

14

15 Bab II PERKEMBANGAN DAN PROSPEK INFLASI DAERAH II. 1. Perkembangan Inflasi Daerah 2012 Realisasi inflasi nasional pada akhir 2012 tercatat 4,30% atau berada di dalam kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah yakni sebesar 4,5%±1%. Tercapainya sasaran inflasi pada 2012 tidak terlepas dari semakin solidnya koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah di tingkat pusat dan daerah. Perkembangan inflasi hingga akhir 2012 tersebut memberikan optimisme pada berlanjutnya proses disinflasi menuju arah sasaran inflasi jangka panjang pada tingkat yang setara dengan inflasi di negaranegara mitra dagang utama. Secara umum, terkendalinya inflasi pada kisaran sasarannya tersebut didukung oleh terjaganya inflasi inti, rendahnya inflasi bahan pangan yang rentan bergejolak (volatile foods), dan minimalnya tekanan inflasi dari kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered prices). Inflasi inti yang terjaga pada tingkat yang aman merupakan pengaruh positif dari terkelolanya permintaan dan ekspektasi inflasi, serta didukung oleh kemampuan respons sisi produksi terhadap kuatnya permintaan. Dalam upaya menjaga stabilitas inflasi ditengah tantangan dinamika global yang diliputi ketidakpastian yang tinggi, Bank Indonesia selama tahun 2012 memperkuat implementasi bauran kebijakan moneter dan makroprudensial. Kebijakan suku bunga secara konsisten diarahkan untuk menjaga pergerakan inflasi tetap berada di dalam sasaran yang telah ditetapkan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Menghadapi tekanan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh rencana kebijakan Pemerintah di bidang energi pada awal tahun 2012, Bank Indonesia menempuh langkah untuk mempertahankan BI Rate dengan disertai penguatan operasi moneter dan penguatan komunikasi kebijakan sehingga ekspektasi inflasi dapat tetap terkelola dalam sasaran yang ditetapkan. Sementara itu, upaya stabilisasi inflasi ditempuh Pemerintah melalui penguatan ketahanan pangan sehingga dapat menjaga inflasi volatile food berada pada tingkat yang rendah. Kebijakan Pemerintah untuk mendorong ketahanan pangan ditempuh antara lain melalui pemberian subsidi sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk, dan bantuan langsung lainnya. Pada gilirannya, kebijakan tersebut dapat mendukung naiknya produksi beras pada 2012 yang juga berdampak positif bagi naiknya pengadaan beras BULOG. Pada masa paceklik periode triwulan akhir 2012 bahkan harga beras tercatat hanya meningkat 1%, jauh lebih rendah dibanding rata-rata historisnya yang berada pada kisaran 3%. 4 Stabilitas harga juga didukung langkah pemerintah untuk penyaluran raskin yang lebih tepat waktu. Peningkatan produksi juga terjadi pada komoditas bumbu sehingga mendorong koreksi harga yang cukup dalam selama tahun Beberapa daerah sentra produksi cabai di Sumatera dan Jawa diperkirakan mengalami kenaikan produksi yang cukup baik didukung kondusifnya faktor cuaca selama tahun Di kedua kawasan ini, harga cabai merah cenderung terkoreksi sehingga berdampak positif pada terkendalinya inflasi. Di samping itu, semakin intensifnya peran Pemerintah untuk menjaga kelancaran dan 4 Rata-rata kenaikan harga beras triwulan IV mengeluarkan tahun 2010 (krisis harga beras). Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

16 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 kesinambungan pasokan pangan serta minimalnya kebijakan harga yang diatur Pemerintah berpengaruh positif pada terjaganya inflasi. Dilihat secara spasial, capaian inflasi nasional yang berada di kisaran sasarannya bersumber dari penurunan laju inflasi yang cukup besar di Kawasan Sumatera dan terkendalinya inflasi di kotakota kawasan lainnya. Sebagian besar kota-kota di Sumatera dapat mencatat angka inflasi yang lebih rendah dari nasional. Hal ini menyebabkan menurunnya kontribusi Sumatera dalam pembentukan inflasi nasional, bahkan bila dibandingkan rata-rata kontribusinya dalam 10 tahun terakhir. Sementara itu, inflasi di sebagian besar kota-kota di Jawa (termasuk Jakarta) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) relatif terkendali. Meski demikian, inflasi yang terjadi di kota-kota di Kawasan Timur Indonesia masih cenderung lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya di Jawa dan Sumatera. Perkembangan ini menunjukkan bahwa masih terjadi disparitas yang cukup besar antara inflasi di KTI dengan Kawasan Jawa dan Kawasan Sumatera. 11,0 9,0 7,0 5,0 3,0 1,0 (1,0) % yoy NASIONAL Sumatera Jakarta Jawa KTI ,24 4,52 4,15 3,50 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - %, contribution Sumatera Jakarta Jawa KTI Core Volatile Adm.Prices Grafik 1. Perkembangan Inflasi Kawasan Grafik 2. Disagregasi Inflasi Kawasan Inflasi kawasan Sumatera tercatat sebesar 3,50% (yoy) di 2012, lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi tahun 2011 yang sebesar 3,98% (yoy). Lebih rendahnya inflasi di kawasan ini terutama bersumber dari penurunan inflasi kelompok komoditas volatile food. Beberapa kota di kawasan ini mencatat terjadinya deflasi selama beberapa waktu, terutama pada paruh kedua tahun Faktor utama yang menyebabkan rendahnya inflasi kelompok pangan ini ialah cukup melimpahnya hasil produksi di beberapa daerah sentra produksi Sumatera. Kondisi cuaca yang kondusif selama tahun 2012 turut berpengaruh besar terhadap capaian hasil produksi pangan. Data prakiraan produksi pangan yang dirilis Badan Pusat Statistik menunjukkan beberapa daerah di Sumatera mencatat kenaikan tingkat produksi pangan, khususnya padi, yang lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Di samping itu, kendala distribusi sepanjang tahun 2012 relatif minimal sehingga pasokan di Sumatera dapat terjaga. Sementara itu, inflasi kawasan Jawa, Jakarta,dan KTI tercatat masing-masing sebesar 4,15% (yoy) 4,52% (yoy), dan 5,24% (yoy). Memadainya pasokan pangan disertai terjaganya kelancaran distribusi secara umum berdampak positif bagi terkendalinya inflasi di ketiga kawasan tersebut. Meski demikian, terjadinya kelangkaan bebeberapa komoditas pangan seperti kedelai dan daging yang terjadi selama beberapa waktu sempat memberikan tekanan kenaikan inflasi, terutama di Kawasan Jakarta. Di samping itu, tekanan inflasi di Jakarta turut dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga yang cukup signifikan pada biaya sewa dan kontrak bangunan sehingga menyebabkan inflasi inti di kawasan ini cenderung lebih tinggi dibanding kawasan lainnya. Kenaikan biaya sewa dan kontrak bangunan ini yang biasanya terjadi di awal tahun, pada tahun 2012 menunjukan pola yang berbeda yakni terjadi pada triwulan III Di KTI, inflasi 2012 terutama dipengaruhi oleh adanya gangguan distribusi mengingat masih adanya keterbatasan infrastruktur dan transportasi antar pulau. Selain itu, faktor cuaca juga berpengaruh pada distribusi bahan pangan melalui jalur laut di KTI. 8 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

17 %,yoy Nasional Sumatera %,yoy Nasional KTI %,yoy 20 %,yoy Nasional Jakarta Nasional Jawa Grafik 3. Perkembangan Inflasi Volatile Food Kawasan Beberapa kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah terkait pengaturan pasokan maupun harga relatif berdampak minimal pada inflasi. Implementasi penerapan Undang-undang hortikultura yang mengatur importasi komoditas sayur, buah dan umbi lapis pada September yang semula dikhawatirkan dapat memberi tekanan kenaikan harga karena kenaikan biaya distribusi, relatif tidak memberikan dampak yang signifikan pada inflasi. Penerapan pengaturan importasi hortikultura tersebut secara umum mengatur pemasukan impor hanya melalui empat pelabuhan, yakni Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Perak (Surabaya), Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar), dan Bandar Udara Soekarno-Hatta (Banten). Meski demikian, perlu diperhatikan implikasi dari penerapan kebijakan daerah yang dapat memberi dampak tekanan pada kenaikan harga di daerah lainnya. Secara keseluruhan, kebijakan terkait komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) yang diambil pada tahun ini yaitu penyesuaian harga terkait transportasi seperti tarif kereta api, tarif tol dan tarif parkir juga hanya memberikan dampak yang minimal. II. 2. Prospek dan Tantangan Pengendalian Inflasi Daerah Prospek Inflasi Perekononomian Indonesia tahun 2013 diprakirakan tetap kuat dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama dalam kinerja pertumbuhan perekonomian di tahun 2013, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Selain itu, ekspor diprakirakan juga akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi. Peningkatan volume ekspor yang ditunjang dengan tingkat harga yang lebih baik akan menyebabkan kontribusi sektor eksternal di tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mondominasi perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global. Mencermati perkembangan tersebut, Pertumbuhan perekonomian Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

18 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 domestik 2013 diprakirakan dapat mencapai kisaran 6,3% - 6,8%. Inflasi 2013 diperkirakan dapat dijaga pada kisaran sasarannya sebesar 4,5±1% dengan dukungan koordinasi kebijakan yang lebih solid. Prakiraan terkendalinya inflasi di 2013 ditopang oleh memadainya pasokan seiring dengan penambahan kapasitas produksi. Demikian pula dengan meningkatnya pertumbuhan investasi pada beberapa tahun terakhir dan perkiraan pertumbuhan investasi yang tetap tinggi pada tahun 2013, secara umum dapat meningkatkan kemampuan sisi pasokan dalam mengimbangi tetap kuatnya permintaan ke depan. Di samping itu, ekspektasi inflasi masyarakat yang terkelola dengan baik dan mengarah pada sasaran inflasi berdampak positif bagi terkendalinya inflasi. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang berpotensi memberikan tekanan inflasi cukup besar. Risiko tekanan inflasi diperkirakan terutama bersumber dari penerapan kebijakan administered prices dan masih rentannya pasokan pangan terhadap kejutan dari eksternal maupun domestik. Risiko dari administered prices terutama berupa kenaikan tarif energi untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga. Sejumlah rencana kebijakan terkait energi seperti kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan LPG dapat memicu kenaikan inflasi seperti kenaikan harga sewa/kontrak rumah, dan barang-barang lainnya. Penerapan kenaikan Upah Minimum Provinsi yang signifikan di beberapa daerah perlu diwaspadai implikasinya terhadap penyesuaian harga jual pelaku usaha serta iklim (kepastian) usaha di daerah. Selain itu, meningkatnya kinerja perekonomian dan perdagangan internasional pada gilirannya akan meningkatkan harga komoditas internasional yang dapat ditransmisikan ke harga domestik. Tekanan harga juga berpotensi muncul dari harga bahan pangan baik domestik maupun global seiring dengan kondisi cuaca yang tidak menentu yang dapat menimbulkan gangguan dari sisi pasokan. Bank Indonesia dan Pemerintah akan mempererat koordinasi baik di tingkat pusat dan daerah serta melanjutkan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial. Kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan untuk mengelola permintaan domestik agar sejalan dengan upaya untuk menjaga keseimbangan eksternal. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan yang secara konsisten diarahkan untuk menjaga prakiraan inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasarannya. Koordinasi kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah akan terus diperkuat, khususnya dalam menjaga kecukupan pasokan, kelancaran distribusi, diseminasi informasi dan pengendalian ekspektasi inflasi. Sementara itu, upaya stabilisasi inflasi didukung oleh komitmen pemerintah untuk memperkuat kebijakan peningkatan produksi dan menjamin kesinambungan pasokan, khususnya bahan pokok 5. Semakin besarnya partisipasi pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga memberikan optimisme pada kembali tercapainya sasaran inflasi. Berbagai langkah kebijakan tersebut diharapkan dapat mengendalikan berbagai potensi tekanan inflasi pada 2013, seperti dari kenaikan TTL, UMP, masih kuatnya permintaan dan risiko masih berlanjutnya pelemahan ekonomi global. Dengan berbagai kebijakan dan penguatan koordinasi tersebut, inflasi diprakirakan dapat tetap dijaga dalam kisarannya 4,5% + 1%. Tantangan Pengendalian Inflasi Ke Depan Prospek inflasi yang mengarah pada kisaran sasarannya dibayangi beberapa tantangan yang perlu dicermati karena dampaknya bagi stabilitas harga ke depan. Beberapa tantangan tersebut antara lain sebagai berikut: Pertama, prospek perekonomian global yang mulai terindikasi adanya pemulihan walaupun masih rentan dibayangi tingginya ketidakpastian akan cenderung diikuti tekanan kenaikan harga komoditas global. Dinamika harga yang terjadi di pasar global pada gilirannya akan berimbas pada perkembangan harga di pasar domestik. 5 Rencana Kerja Pemerintah 2013 menekankan pada (a) keterjangkauan harga dan distribusi pangan melalui stabilitas harga bahan pangan dalam negeri; (b) peningkatan efisiensi distribusi dan logistik pangan antar wilayah dan antar musim;(c) pengendalian ekspor impor bahan pangan; (d) memantapkan keanekaragaman pangan berbasis pangan lokal; dan (e) peningkatan mutu dan jenis pangan olahan, perlindungan dan pemberdayaan petani serta peningkatan kesejahteraan petani. 10 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

19 Kedua, permasalahan konversi lahan dan tingginya kergantungan produksi pangan pada faktor cuaca. Tingginya konversi lahan produktif yang juga diikuti penurunan kualitas infrastruktur irigasi merupakan tantangan terbesar dalam mendorong produksi pangan nasional dan upaya pencapaian target surplus beras 10 juta ton. Di samping itu, karakteristik produksi pangan yang belum sepenuhnya mampu mengadopsi teknologi pangan menyebabkan kesinambungan produksi pangan rentan dipengaruhi oleh faktor cuaca. Ketiga, rencana penerapan beberapa kebijakan Pemerintah terkait harga barang/jasa strategis dan kemungkinan adanya implikasi negatif dari tingginya kenaikan upah minimum provinsi. Penerapan kebijakan administered prices yang disertai adanya kenaikan upah minimum yang signifikan berpotensi diikuti oleh penyesuaian harga jual produk sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi. Keempat, permasalahan struktural terkait masih rendahnya keterhubungan antar daerah, belum memadainya sistem logistik, dan terbatasnya aksesibilitas terhadap informasi harga. Dalam kaitan ini, kesinambungan pasokan rentan dipengaruhi oleh gangguan distribusi dan aksi spekulasi. Perdagangan antar daerah ditengah tingginya saling ketergantungan pasokan antar satu daerah dengan daerah lainnya belum sepenuhnya berjalan optimal karena belum didukung sarana dan kerja sama antar daerah yang memadai. Pada akhirnya, kesenjangan harga dan bahkan laju perubahan inflasi antar daerah yang lebar masih akan mewarnai dinamika inflasi daerah. Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

20

21 Bab III EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN POKJANAS TPID TAHUN 2012 Secara umum, berbagai program kerja yang direncanakan oleh Pokjanas TPID dan amanat Rakornas III TPID dapat terlaksana dengan baik. Selama tahun 2012, program Pokjanas TPID menitikberatkan pada pentingnya penguatan aspek kelembagaan TPID guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan stabilisasi harga di daerah. Di samping itu, Pokjanas TPID menindaklanjuti agenda kesepakatan Rakornas III TPID yakni terkait penguatan cadangan pangan daerah melalui Sistem Resi Gudang (SRG), pengembangan perluasan aksesibilitas informasi harga bagi masyarakat, dan penguatan kerjasama antar daerah. Pokjanas TPID pada 2012 juga mulai menginisasi program kegiatan untuk mengakselerasi penyelesaian berbagai persoalan struktural di daerah yang diawali dari pentingnya keselarasan antara daerah dan pusat dalam mencermati dinamika ekonomi yang dihadapi dan arah kebijakan yang perlu ditempuh. Dalam pelaksanaanya, kegiatan penyelarasan program daerah pada 2012 dilakukan dalam bentuk workshop terkait peningkatan akurasi proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah. III.1. Penguatan Aspek Kelembagaan Pokjanas TPID menekankan pada aspek penguatan kelembagaan guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan upaya menjaga stabilitas harga di daerah. Dalam kaitan ini, beberapa program yang dilaksanakan oleh Pokjanas TPID untuk memperkuat aspek kelembagaan ialah penyusunan pedoman baku pelaksanaan TPID, pengukuran kinerja pengelolaan inflasi daerah, memfasilitasi pembentukan TPID baru, penyelenggaraan Rakor Pusat-Daerah dan Rakorwil TPID, serta peningkatan kompetensi anggota TPID. III.1.A. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan TPID Semakin luasnya partisipasi daerah untuk turut menjaga stabilisasi harga perlu didukung adanya suatu pedoman yang dapat menjadi acuan baku di dalam pelaksanaan koordinasi stabilisasi harga di daerah. Dalam kaitan ini, Pokjanas TPID memprioritaskan pada penguatan aspek kelembagaan melalui penyusunan dasar hukum bagi pelaksanaan TPID. Selama tahun 2012, di bawah koordinasi Kemendagri dilakukan penyusunan draft Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) tentang Pedoman Pelaksanaan Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah. Adapun hal-hal yang diatur di dalam Permendagri tersebut antara lain mencakup pengaturan mengenai pembentukan dan keanggotaan TPID, tugas dan fungsi TPID, pendanaan, monitoring dan evaluasi, serta pengaturan koordinasi kebijakan stabilitas harga di pusat dan di daerah, antar daerah, maupun antara pusat dengan daerah. Proses perumusan payung hukum bagi TPID ini masih dilakukan secara intensif hingga akhir Hal ini mengingat kompleksitas permasalahan pengendalian inflasi di daerah yang memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga perlu pertimbangan yang Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

22 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 komprehensif. Produk hukum ini nantinya diharapkan menjadi pedoman bagi TPID dalam melakukan upaya pengendalian inflasi di daerah, serta mendorong penguatan koordinasi antar satu daerah dengan daerah lainnya dan dengan pemerintah di tingkat pusat. III.1.B. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Inflasi Daerah Pengukuran kinerja pengelolaan inflasi daerah dimaksudkan untuk mengukur efektivitas koordinasi pengendalian inflasi daerah yang telah dilakukan oleh TPID baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota. Melalui diskusi yang mendalam dengan berbagai pihak (akademisi, kementerian/lembaga, dan pemerintah daerah), Pokjanas TPID merumuskan mekanisme pengukuran kinerja pengelolaan inflasi daerah. Pengukuran kinerja TPID pada 2012 difokuskan pada berbagai aspek koordinasi stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah daerah, khususnya melalui TPID, dalam upaya menjaga stabilitas harga di daerahnya masing-masing sepanjang tahun Tabel1. Aspek dan Komponen Pengukuran Kinerja TPID Proses Aspek Aspek proses mencerminkan langkah/upaya bersama dalam pengendalian inflasi daerah Aspek keluaran merefleksikan hasil dari upaya pengendalian inflasi A Intensitas Kegiatan TPID Rapat Teknis TPID Rekomendasi kebijakan/inspeksi Lapangan Rekomendasi kebijakan yang ditindaklanjuti B Koordinasi Kebijakan High level meeting TPID Rakorwil TPID C Pengelolaan Ekspektasi Masyarakat Konferensi pers Keluaran D Realisasi Inflasi Deviasi realisasi inflasi dengan sasaran implisit (yoy) E Volatilitas inflasi Standar deviasi inflasi (mtm) Sesuai dengan prinsip dasar pengukuran kinerja TPID, yaitu sederhana, transparan, dan objektif; pelaksanaan proses pengukuran kinerja TPID dilakukan dengan metode self assessment. Pengukuran kinerja mencerminkan dua aspek utama, yaitu proses dan keluaran (output). Pokjanas TPID menyepakati bahwa aspek proses sebagai cermin dari komitmen daerah dalam upaya pengelolaan inflasi memperoleh penekanan dalam pengukuran kinerja secara keseluruhan. Pada aspek proses ini, tiga hal pokok yang diukur terkait dengan intensitas kegiatan TPID, koordinasi kebijakan yang dilakukan melalui TPID, dan juga pengelolaan ekspektasi masyarakat. Sementara itu, untuk aspek keluaran terdapat dua komponen utama yang diukur yakni terkait dengan besaran realisasi inflasi dan volatilitas inflasi di daerah tersebut. Dalam menjaga obyektivitas hasil pengukuran kinerja TPID, Pokjanas TPID juga melibatkan tim penilai eksternal (external reviewers) yang independen dan kompeten. Penilaian oleh pihak eksternal terutama untuk menilai kualitas dari kegiatan utama yang dilakukan di daerah dalam rangka stabilisasi harga. Setelah melalui proses penilaian yang cukup intens dan menyeluruh, terpilihlah tiga TPID di tingkat provinsi dan tiga TPID di tingkat kabupaten/kota berkinerja terbaik dalam menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi di daerahnya masing-masing (Tabel 1). 14 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

23 Tabel 2. TPID Dengan Kinerja Pengendalian Inflasi Terbaik Sepanjang 2011 KAWASAN TPID Tingkat Provinsi TPID Tingkat Kabupaten/Kota SUMATERA TPID Provinsi Sumatera Utara TPID Kota Pematang Siantar JAWA TPID Provinsi Jawa Barat (FKPI Jawa Barat) TPID Kota Surakarta TIMUR INDONESIA TPID Provinsi Sulawesi Selatan TPID Kota Balikpapan Pengukuran kinerja pengelolaan inflasi daerah ini akan dilakukan secara berkala. Penyempurnaan mekanisme penilaian akan terus dilakukan, antara lain dengan meningkatkan keterlibatan pemerintah daerah dan akademisi dalam proses penilaian kinerja pengelolaan inflasi daerah. Selain itu, untuk meningkatkan obyektifitas pengukuran kinerja inflasi daerah, Pokjanas TPID akan menyusun standar baku pengukuran kinerja pengelolaan inflasi. Ke depan, aspek penilaian akan difokuskan pada inovasi kebijakan daerah serta kontinuitas kebijakan dalam rangka mewujudkan stabilitas harga di daerahnya masing-masing. III.1.C. Fasilitasi Pembentukan TPID Pokjanas TPID terus mendorong partisipasi aktif daerah di dalam memperkuat koordinasi guna stabilisasi harga, khususnya melalui pembentukan TPID. Sepanjang tahun 2012, terdapat lima TPID yang baru dibentuk, yaitu: TPID Kabupaten Barito Selatan, TPID Kabupaten Ciamis, TPID Kota Jambi, TPID Kota Padang, dan TPID Kota Manado. Sampai dengan saat ini terdapat 87 TPID, terdiri dari 33 TPID di tingkat provinsi dan 54 TPID di tingkat kabupaten/kota (termasuk 5 kabupaten/kota yang bukan kota inflasi, yaitu: Pandeglang, Tangerang Selatan, Barito Selatan, Ciamis, dan Kabupaten Tasikmalaya). Dengan demikian, dari 66 kota basis penghitungan inflasi(sbh 2007), masih terdapat 17 kota yang belum memiliki TPID di tingkat kabupaten/kota, meskipun telah memiliki TPID di tingkat provinsi. Ke depan, Pokjanas TPID akan terus memfasilitasi pembentukan TPID di berbagai daerah terutama di seluruh ibu kota provinsi - untuk lebih meningkatkan efektivitas upaya stabilisasi harga. Gambar2. Peta Sebaran TPID Legenda: Telah terbentuk TPID tingkat provinsi Belum terbentuk TPID tingkat provinsi Kota Inflasi - Belum Terbentuk TPID Kota Inflasi - Telah Terbentuk TPID Non Kota Inflasi - Telah Terbentuk TPID Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

24 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 III.1.D. Rakor Pusat-Daerah dan Rakorwil TPID Dalam upaya menjaga sinergi koordinasi pengendalian inflasi di daerah, Pokjanas TPID memfasilitasi koordinasi baik yang bersifat nasional, pusat dan daerah atau regional serta wilayah. Di samping, penyelenggaraan Rakornas III TPID pada tanggal 16 Mei 2012 yang diikuti TPID dari seluruh daerah, Pokjanas TPID juga menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pusat-Daerah TPID di Medan pada tanggal 24 Oktober 2012 dan Rakor Wilayah Jakarta Jawa Barat Banten di Bogor pada tanggal 21 November Beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian bersama berdasarkan hasil pembahasan pada rakor tersebut antara lain: Pemerintah pusat berperan penting dalam mewujudkan optimalnya peran dan komitmen pemerintah daerah untuk mengatasi berbagai kendala yang berpotensi menghambat kelancaran perdagangan antar daerah terutama dari aspek regulasi dan kelembagaan melalui instrumen kerjasama daerah. Pemerintah daerah perlu meningkatkan keterlibatan pihak swasta/dunia usaha dalam kerjasama antar daerah. Perlunya membangun informasi harga pangan yang terpadu dan terpercaya (kredibel) yang dapat menjadi acuan bagi pelaku ekonomi secara umum. Untuk mencapai hal tersebut, maka pengembangan PIHPS harus memenuhi kriteria Consistent, Reliable, Accurate, Timely, and Accessible (CRATA). Perlunya peranan pemerintah daerah dalam mendorong dan memperkuat peran BUMD dan Kamar Dagang Indonesia Daerah (Kadinda) dalam rangka meningkatkan kerjasama daerah. Mendorong peran dan fungsi koperasi serta meningkatkan kesiapan daerah untuk dapat mengimplementasikan SRG secara optimal. Mengoptimalkan sistem informasi perdagangan antar daerah untuk mendukung berbagai program kerjasama perdagangan antar daerah. Selain itu, pengembangan pusat distribusi pangan perlu mempertimbangkan kesiapan multi moda transportasi dan partisipasi aktif pelaku usaha. Mengawal berbagai kesepakatan terkait langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong kerjasama perdagangan antar daerah, termasuk merumuskan berbagai kendala yang perlu diselesaikan baik di tingkat pusat maupun daerah. Ke depan, untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Pokjanas TPID menyepakati perlu adanya suatu pedoman baku penyelenggaraan forum koordinasi. Pedoman tersebut akan menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan bersama anggota Pokjanas TPID dalam menyelenggarakan rakor pengendalian inflasi daerah. Adapun hal-hal yang diatur dalam pedoman tersebut antara lain meliputi: penentuan tema, tujuan kegiatan, jadwal pelaksanaan, tempat pelaksanaan, peserta rapat yang akan diundang, dan sumber pembiayaan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan penyelenggaraan rakor pengendalian inflasi dapat lebih efektif dan efisien serta lebih terarah. 16 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

25 Tabel 3. Pedoman Umum Pelaksanaan Rapat Koordinasi TPID Rakornas Rakorwil Rakor Pusat Daerah Definisi Forum koordinasi nasional pengendalian inflasi daerah dengan melibatkan seluruh TPID/Pemda di Indonesia. Forum koordinasi lintas TPID/ Pemda, baik yg berada di satu Provinsi maupun antar Provinsi yang diinisiasi langsung oleh TPID/Pemda Forum koordinasi antara Pokjanas TPID dengan TPID/Pemda di suatu kawasan tertentu yang disepakati Pokjanas TPID. Kawasan terdiri dari Sumatera, Jawa, dan KTI. Tujuan Merumuskan solusi kebijakan dari Pemerintah Pusat yang diperlukan guna mengatasi permasalahan inflasi daerah. Menetapkan arah prioritas pengendalian inflasi daerah Evaluasi terhadap program pengendalian inflasi di daerah (tindak lanjut kesepakatan Rakornas sebelumnya). Merumuskan solusi kebijakan lintas daerah yang diperlukan guna mengatasi permasalahan inflasi daerah. Merumuskan isu yang mengemuka dan rekomendasi kebijakan Pemerintah Pusat yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan inflasi daerah. Menetapkan prioritas kegiatan sebagai tindak lanjut Rakornas TPID. Menindaklanjuti kesepakatan Rakornas TPID Merumuskan solusi kebijakan yang diperlukan sebagaimana hasil Rakorwil. Merumuskan isu strategis yang dapat diangkat dalam Rakornas TPID. Inisiatif Pokjanas TPID TPID/Pemda setempat Pokjanas TPID Timing Pelaksanaan Semester I Tergantung kebutuhan daerah Semester II (setelah pelaksanaan Rakornas TPID) Peserta Seluruh TPID TPID/Pemda terkait TPID yang berada pada satu kawasan yang sama Tindaklanjut Rumusan hasil Rakornas TPID menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan TPID dan menjadi masukan bagi Pemerintah Pusat untuk ditindaklanjuti. Proceeding Rakornas disampaikan kepada Kepala Daerah dari masing-masing TPID melalui surat dari Kemenko Perekonomian Rumusan hasil Rakorwil TPID disampaikan kepada Kepala Daerah dari masingmasing TPID yang menjadi peserta Rakorwil dan Pokjanas TPID. Rumusan hasil disampaikan oleh Ketua TPID yang menginisiasi Rakorwil. Rumusan hasil Rakor disampaikan kepada Kepala Daerah dari masingmasing TPID peserta melalui surat dari Kemenko Perekonomian. III.1.E. Penguatan Kompetensi Anggota TPID Dalam rangka memperkuat kompetensi anggota di tataran teknis, Pokjanas TPID bekerjasama dengan TPI menyelenggarakan program rutin Workshop Inflasi di Bandung pada tanggal 8 November Selain dihadiri oleh anggota tim teknis TPI dan Pokjanas TPID, workshop ini juga mengikutsertakan anggota tim teknis TPID Jakarta. Workshop Inflasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap konsep, definisi, serta dasar-dasar penghitungan inflasi di Indonesia. Selain itu, untuk menambah wawasan peserta mengenai perkembangan terkini risiko tekanan inflasi ke depan, dibahas pula mengenai dampak berbagai kebijakan administered prices dan faktor eksternal terhadap inflasi. Penyelenggaraan Workshop Inflasi ini dinilai cukup berhasil meningkatkan pemahaman anggota tim teknis TPI, Pokjanas TPID, dan TPID Jakarta terhadap konsep dan perhitungan inflasi serta potensi risiko tekanan terhadap stabilitas harga ke depan. Sebagai langkah lanjutan, Workshop Inflasi akan diarahkan pada kegiatan yang lebih terstruktur dengan cakupan materi yang lebih komprehensif sehingga dapat memberikan nilai tambah pada peningkatan kompetensi anggota tim teknis. Selain itu, program ini Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

26 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 juga akan diperluas; tidak hanya terbatas pada anggota TPI, Pokjanas TPID, ataupun TPID Jakarta saja; tetapi juga ditujukan bagi seluruh anggota tim teknis TPID yang telah terbentuk di Indonesia. III.2. Agenda Prioritas Rakornas III TPID 6 Rapat Koordinasi Nasional Ketiga Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Rakornas III TPID) mempertegas komitmen bersama daerah bagi upaya stabilisasi harga pangan. Presiden RI dalam amanatnya menekankan pentingnya peran daerah dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan untuk memberikan ruang bagi penguatan daya beli masyarakat. Dalam kaitan ini, Presiden RI menyampaikan tiga hal penting yang harus dilakukan untuk stabilitas harga, yakni peningkatan produksi pangan nasional, menjaga kelancaran distribusi, dan membuka seluas-luasnya akses informasi harga bagi seluruh pelaku ekonomi. Menghadapi berbagai tantangan pengendalian inflasi ke depan, Presiden RI meminta komitmen seluruh daerah untuk meningkatkan kerjasama dan koordinasi, baik antar daerah maupun dengan pemerintah pusat, untuk merumuskan langkah konkrit yang diperlukan dan secara mudah dapat diimplementasikan langsung dalam upaya stabilisasi harga. Prioritas yang disepakati pada Rakornas III TPID menjadi langkah awal untuk mengatasi berbagai persoalan strutural yang menjadi kendala bagi terjaganya stabilitas harga di daerah. Prioritas bersama yang dituangkan dalam Kesepakatan Jakarta 2012 ialah sebagai berikut: 1. Memperkuat cadangan pangan, khususnya melalui upaya percepatan penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) di berbagai daerah. 2. Memperluas akses informasi harga pangan di daerah dalam upaya menjaga stabilitas harga melalui pengembangan pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS). 3. Memperkuat kesepahaman bersama ( common understanding) terhadap pentingnya mendorong kelancaran perdagangan antar daerah. Sebagai perwujudan komitmen di dalam Kesepakatan Jakarta 2012 maka dirumuskan suatu Rencana Aksi yang meliputi: (i) perlunya membentuk task force yang dikoordinir oleh Kemenko Perekonomian dalam rangka mempercepat penerapan SRG di berbagai daerah secara bertahap dan berkesinambungan, (ii) mendorong pengembangan PIHPS, serta (iii) mengoptimalkan forum koordinasi TPID untuk memperkuat kerjasama perdagangan antar daerah. III.2.A. Memperkuat Cadangan Pangan Daerah melalui Upaya Percepatan Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) di Berbagai Daerah Penerapan SRG menjadi salah satu solusi yang diharapkan dapat memperkuat cadangan pangan daerah ditengah masih tingginya ketergantungan produksi pangan pada faktor musim. Pola produksi pangan yang masih sangat tergantung pada faktor musim berdampak pada pergerakan harga pangan yang diwarnai tekanan pada masa paceklik. Kondisi ini juga turut berpengaruh pada pendapatan petani yang tidak optimal di masa panen, namun juga tidak dapat mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga pada masa paceklik. Dalam kaitan ini, SRG menjadi suatu solusi yang dapat mendorong terjaganya kesinambungan pasokan pangan sepanjang tahun bagi masyarakat dan juga memperbaiki pendapatan petani. Rakornas III TPID menyepakati untuk mendorong penerapan SRG di daerah melalui pembentukan task force percepatan penerapan SRG. Task force tersebut akan menjadi wadah koordinasi di tingkat pusat untuk merumuskan strategi dan upaya yang perlu dilakukan untuk berbagai mendorong penerapan SRG di berbagai daerah. Adapun lembaga yang akan menjadi ujung tombak dalam task force percepatan implementasi SRG adalah Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, dan beranggotakan kementerian/lembaga, Bank Indonesia, BUMN/BUMD, pihak swasta, 6 Mengacu kepada Proceeding Rapat Koordinasi Nasional III Tim Pengendalian Inflasi Daerah Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

27 perbankan, pemerintah daerah, dan DPRD. Tahapan pembentukan task force hingga akhir 2012 masih terus berlanjut dan diharapkan Surat Keputusan tentang pembentukan tim koordinasi percepatan implementasi SRG oleh Kemenko Perekonomian dapat diterbitkan pada awal Selain itu, Pokjanas TPID juga melakukan beberapa langkah penguatan cadangan pangan, yaitu melalui benchmarking penerapan SRG di Haurgeulis (Kabupaten Indramayu) dan penyusunan kajian cadangan pangan di DKI Jakarta. III.2.B. Pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Informasi harga pangan yang kredibel dan dapat diakses dengan mudah, cepat, dan aktual oleh masyarakat berperan penting untuk mengatasi permasalahan struktural terkait disparitas harga pangan. Minimnya informasi harga pangan yang terpercaya menyebabkan ekspektasi harga pangan yang terbentuk di masyarakat bersumber dari informasi yang tidak lengkap (asymmetric information). Hal ini menyebabkan pembentukan harga rentan dipengaruhi oleh aksi spekulasi dan persepsi. Dalam kaitan ini, perlu ditempuh suatu strategi untuk mendorong peningkatan akses informasi harga kepada masyarakat. Adanya akses terhadap informasi harga pangan yang kredibel diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat, produsen, dan pemangku kebijakan yang pada gilirannya akan dapat mendorong pada pembentukan harga yang lebih efisien. Salah satu agenda prioritas Pokjanas TPID ialah mendorong adanya Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) disertai penguatan basis data informasi harga pangan yang telah ada saat ini (existing). Pembenahan basis data pada sistem yang telah dikembangkan selama ini di berbagai lembaga menjadi langkah penting untuk menjamin kredibilitas data yang dibangun dalam PIHPS. Pengembangan PIHPS nasional secara komprehensif akan dituangkan di dalam suatu blueprint yang disusun bersama beberapa Kementerian/Lembaga terkait. Pada 2012, sebagai tahapan awal telah dilakukan diskusi terfokus dan penjajakan kerjasama informasi harga pangan dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, serta menginisiasi kerjasama pengembangan PIHPS dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pilot project. 7 Pengembangan pilot project PIHPS Jakarta difokuskan kajian kelayakan pengembangan PIHPS dan upaya pembenahan basis data informasi harga pangan Jakarta. Pokjanas TPID bekerjasama dengan lembaga riset mengkaji lebih dalam kelayakan dari pengembangan PIHPS di Jakarta dan pemetaan basis data harga pangan yang ada saat ini. Selanjutnya juga ditelaah secara lebih jauh proses pengumpulan data harga yang saat ini berlaku dan menyusun rancangan business process dari pengumpulan data yang ideal. Secara umum, hasil kajian dapat menggambarkan perlu adanya suatu data informasi harga yang terintegrasi sebagai referensi bagi masyarakat dan juga para penentu kebijakan. Di samping itu, hasil kajian mendukung perlunya penataan kelembagaan dan proses bisnis dalam rangka membangun pusat informasi harga yang kredibel. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah memiliki peran strategis dari sejak proses pengumpulan data, pengolahan data, hingga diseminasi data tersebut kepada masyarakat. Untuk memperkaya dasar rujukan pengembangan sistem manajemen informasi PIHPS Jakarta, Pokjanas TPID dan TPID Jakarta bersama-sama mengkaji pemanfaatan sistem teknologi yang terintegrasi terkait pengumpulan data harga. Dalam kaitan ini, pada 6 September 2012 dilakukan kunjungan ke Sentra Pelayanan Agrobisnis (SAPA) yang merupakan klaster industri pertanian terpadu di Sukabumi yang telah memanfaatkan mobile information system dalam proses pengumpulan informasi produksi dan harga. Penggunaan sistem teknologi informasi SAPA memungkinkan tidak hanya dilakukannya pengawasan terhadap harga jual di outlet ritel penjualan, namun juga pengawasan terhadap luas areal panen secara lebih akurat (dengan mengadaptasi teknologi geo-spasial), sarana produksi yang dibutuhkan, serta informasi besar dana yang dapat disalurkan oleh LKM (sebagai modal biaya produksi) kepada petani sesuai dengan tahapan produksinya. Dalam kaitannya dengan pengembangan PIHPS Jakarta, hasil tinjauan 7 SK Gubernur No. 693/2012 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

28 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS POKJANAS TPID 2012 terhadap proses bisnis sistem informasi SAPA akan dijadikan masukan dalam penyusunan proses bisnis PIHPS Jakarta, dari proses pengumpulan data, pengolahan, hingga pelaporan. III.2.C. Memperkuat Kesepahaman Bersama terhadap Pentingnya Mendorong Kelancaran Perdagangan antar Daerah dalam Stabilisasi Harga Kerjasama antar daerah berperan penting untuk mengatasi perbedaan dan kesenjangan sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah. Adanya perbedaan karakteristik sumberdaya antar daerah menyebabkan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya pangan, tidak dapat dipenuhi hanya mengandalkan pada produksi lokal di masing-masing daerah, melainkan ada saling ketergantungan yang tinggi dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Di samping itu, masih besarnya perbedaan kapasitas infrastruktur antar daerah kerapkali menghambat kelancaran arus distribusi barang. Dalam kaitan ini, adanya kerjasama antar daerah yang kuat diharapkan menjadi solusi untuk memastikan kelancaran ketersediaan pasokan pangan bagi masyarakat. Kerjasama antar daerah dapat berjalan dengan baik dan efektif apabila ada kesadaran antar daerah yang saling membutuhkan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mewujudkan hal ini, perlu adanya komitmen dari masing-masing pemerintah daerah untuk mendahulukan kepentingan bersama. Kerjasama antar daerah dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat dapat menjamin kontinuitas pasokan, kelancaran arus distribusi, kebijakan lalu lintas barang di daerah pemasok dan tata niaga yang lebih tertata yang pada akhirnya dapat mewujudkan stabilitas harga. Kerjasama antar daerah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Kerjasama Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2009 dan Nomor 23 Tahun Peraturan tersebut memberikan payung hukum dan pedoman dalam pelaksanaan kerjasama antar daerah yang didasarkan atas persamaan kepentingan dan kesetaraan kedudukan. Pokjanas TPID mendorong penguatan kerjasama perdagangan antar daerah sebagai salah satu amanat Rakornas III TPID. Pada Rapat Koordinasi Pusat-Daerah se Sumatera di Medan pada tanggal 24 Oktober 2012 dan Rapat Koordinasi Wilayah Jakarta Jawa Barat Banten pada tanggal 21 November di Bogor, terwujudnya kesepahaman bersama (common understanding) terhadap pentingnya mendorong kelancaran perdagangan antar daerah dalam upaya mewujudkan stabilisasi harga di daerah menjadi tema utama diskusi antara Pokjanas TPID dengan pemerintah daerah se Sumatera. Rakor tersebut menekankan pentingnya peran kerjasama antar daerah dalam mendukung stabilisasi harga serta berbagai tantangan dan strategi yang dapat ditempuh untuk mendukung kelancaran perdagangan antar daerah. III.3. Penyelarasan Asumsi Makroekonomi Daerah Keberhasilan pembangunan daerah sangat ditentukan oleh perencanaan program kerja dan penggunaan anggaran yang terarah. Penetapan prioritas program dan perencanaan anggaran di daerah selain mempertimbangkan karakteristik daerah, juga perlu memiliki keselarasan dengan arah tujuan pembangunan nasional. Di samping itu, dalam penetapan prioritas program dan perencanaan anggaran perlu mempertimbangkan dinamika dan prospek risiko dari keterhubungan ekonomi yang tinggi baik antar daerah maupun dengan negara-negara mitra dagang. Dalam kaitan ini, Pokjanas TPID mendorong adanya kesatuan pemahaman terhadap pentingnya penetapan asumsi makro di daerah sebagai dasar bagi penetapan prioritas kerja pemerintah daerah. Besaran asumsi makro yang ditetapkan di daerah akan turut mencerminkan adanya keselarasan dengan tujuan pencapaian sasaran prioritas pembangunan daerah yang terlihat pada struktur dan postur perencanaan anggaran pembangunan daerah. 20 Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID 2012

29 Dalam kaitan tersebut di atas, Pokjanas TPID menginisiasi penyelenggaraan workshop TPID dengan tema Meningkatkan Akurasi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah dalam Rangka Mendukung Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparatur dalam perumusan asumsi, proyeksi dan target pencapaian berbagai indikator ekonomi makro daerah. Adapun target peserta adalah pejabat daerah tingkat provinsi di bidang ekonomi di seluruh Indonesia dan peneliti ekonomi dari masing-masing Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi. Ke depan, penyelenggaraan wokshop ini akan dilakukan secara berkala, lebih terstruktur, dan komprehensif. Hal ini dimaksudkan selain untuk menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi aparatur daerah dalam merumuskan asumsi ekonomi makro juga untuk menyelaraskan perbedaan mekanisme penetapan asumsi makro oleh pemerintah pusat dengan mekanisme penetapan asumsi makro daerah oleh pemerintah daerah. Laporan Pelaksanaan Tugas Pokjanas TPID

30

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai Rupiah, yang salah satunya adalah dalam bentuk

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan Pola Inflasi Ramadhan 1 Tracking bulan Juni 2014 2 Risiko Inflasi s.d Akhir 2014 3 Respon Kebijakan 4 Pola Inflasi Ramadhan Bila mengamati pola historis inflasi selama periode Ramadhan-Idul Fitri, umumnya

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 Yang kami hormati, Gubernur Jawa Tengah, Bapak H. Ganjar Pranowo, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2011 INFLASI 0,89 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,89 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 012/03/63/Th. XVII, 1 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KALIMANTAN SELATAN BULAN FEBRUARI KOTA BANJARMASIN INFLASI 0,43 PERSEN Pada bulan Kota Banjarmasin mengalami inflasi sebesar 0,43

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/Th. XIII, 1 November 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2010 INFLASI 0,06 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA DR. DARMIN NASUTION PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH 2011 JAKARTA, 16 MARET 2011 Yang terhormat Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 60/10/Th. XIV, 3 Oktober 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2011 INFLASI 0,27 PERSEN Pada 2011 terjadi inflasi sebesar 0,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 39/07/Th. XIV, 1 Juli 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2011 INFLASI 0,55 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,55 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER 2017 INFLASI 0,11

KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER 2017 INFLASI 0,11 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER INFLASI 0,11 Kelompok Bahan Makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,44 persen pada Oktober Oktober, Kota Bandar Lampung mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 20/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2011 DEFLASI 0,32 PERSEN Pada bulan terjadi deflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2013 BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/10/53/Th. XVI, 1 Oktober 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2013 Bulan September 2013: Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Conference Series on Managing Inflation:

Conference Series on Managing Inflation: Yang kami hormati, KEYNOTE SPEECH DEPUTI GUBERNUR BI Conference Series on Managing Inflation: Sistem Logistik Pangan Berbasis Transportasi Kereta Api Bandung, 26 Maret 2014 - Wakil Gubernur Jawa Barat,

Lebih terperinci

Inflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan

Inflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan Kajian Komoditi Pemicu Inflasi dan Program Unggulan Penanggulangan Inflasi di Kota Jambi Dr. Junaidi, SE, M.Si Dr. Tona Aurora Lubis, SE, MM Seminar: Komoditi Pemicu Inflasi Kota Jambi Bappeda Kota Jambi,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2013 INFLASI 0,75 PERSEN Pada Februari 2013 terjadi inflasi sebesar 0,75 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI KOTA TARAKAN BULAN APRIL 2016 0,45 PERSEN Kota Tarakan pada bulan April 2016 mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 33/06/63/Th.XIX, 1 Juni PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan, di Kota Banjarmasin terjadi inflasi sebesar 0,31 persen. Laju kumulatif tahun ( terhadap Desember ) terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 20/04/Th. XIII, 1 April 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2010 DEFLASI 0,14 PERSEN Pada bulan terjadi deflasi sebesar 0,14 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 14/03/Th. XIV, 1 Maret 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2011 INFLASI 0,13 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,13 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-22 dan Kota Metro peringkat ke-39,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/09/Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2011 INFLASI 0,93 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MEI 2011 INFLASI 0,12 PERSEN Pada bulan Mei 2011 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 Selama September 2017, terjadi deflasi sebesar 0,01 persen di Kalimantan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/01/81/Th. XVIII, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA DESEMBER 2015 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,62 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI 2,37 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/01/Th. XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN Pada 2015 terjadi inflasi sebesar 0,96 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100), Umum Banda Aceh 216,59 246,43 278,90 295,67 112,07 139,01 172,41 190,86 109,37 115,47 119,06 124,90 127,19 Lhokseumawe 217,73 242,90 273,06 295,55 111,38 124,28 143,10 154,71 108,33 116,24 121,61 130,52

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 23/05/82/Th XVI, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI April 2017, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,36 PERSEN Pada April 2017, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK STRATEGI KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI DI DAERAH PASCA KEBIJAKAN BARU SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) : Studi di Provinsi D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013 BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/05/53/Th. XVI, 1 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL Bulan : Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 006/02/63/Th.XVIII, 3 Februari PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan di Kota Banjarmasin terjadi inflasi sebesar 0,64 persen. Laju inflasi kumulatif tahun dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN l No. 45/11/14/Th. XII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Kota Pekanbaru mengalami inflasi

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN No. 01/01/14/Th. XI, 4 Januari 2010 BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN Dengan menggunakan tahun dasar 2007=100, pada bulan Desember 2009 Kota Pekanbaru mengalami deflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 06/02/63/Th.XX, 1 Februari PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan, di Kota Banjarmasin terjadi inflasi sebesar 0,49 persen. Laju inflasi kumulatif tahun ( terhadap ) sebesar 0,49 persen dan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 07/02/21/Th.VIII, 01 Februari 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM BULAN JANUARI 2013 INFLASI 0,94 PERSEN Pada Bulan Januari 2013 di Kota

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 2015 INFLASI 1,01 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 2015 INFLASI 1,01 PERSEN No. 23 / / 940 /Th. II, 2 November 205 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 205 INFLASI,0 PERSEN Bulan Oktober 205 Kabupaten Merauke mengalami inflasi,0 persen, dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 50/07/64/Th.XIX, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JUNI 2016 1,10 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Juni

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 25/05/51/Th. XVII, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL KOTA DENPASAR INFLASI 0,07 PERSEN Pada bulan di Kota Denpasar terjadi inflasi sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/12/81/Th. XIX, 4 Desember 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA NOVEMBER 2017 TERJADI DEFLASI SEBESAR 0,59 PERSEN DI KOTA AMBON DAN DEFLASI SEBESAR 2,74 PERSEN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/09/53/Th. XIV, 5 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Bulan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami Inflasi sebesar 0,46

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/04/53/Th. XVII, 1 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2014 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,14 PERSEN Pada Maret 2014 terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 30/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN APRIL 2016 DEFLASI -0,34 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG MARET 2017 DEFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,10 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN

BPS PROVINSI LAMPUNG MARET 2017 DEFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,10 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 14/04/18/Th. IV, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN Maret 2017, IHK Gabungan Lampung mengalami penurunan indeks dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 86/11/64/Th.XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN OKTOBER 2016 DEFLASI -0,09 PERSEN Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate No. 58/11/82/Th. XVI, 01 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate Oktober 2017, Ternate mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/11/53/Th. XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,19 PERSEN Oktober 2016, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 52/07/64/Th.XX, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2017 1,89 PERSEN Kota Tarakan pada bulan Juni 2017 mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/02/81/Th. XVIII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA JANUARI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,28 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI 0,29 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/11/81/Th. XIX, 1 November 20 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA OKTOBER 20 TERJADI DEFLASI SEBESAR 1,28 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI SEBESAR 1,05 PERSEN DI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/05/81/Th. XIX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA APRIL 2017 TERJADI DEFLASI SEBESAR 0,76 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI SEBESAR 0,16 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 INFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,54 PERSEN

BPS PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 INFLASI GABUNGAN SEBESAR 0,54 PERSEN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 14/03/18/Th. IV, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2017 INFLASI SEBESAR 0,54 PERSEN Februari 2017, IHK Gabungan Lampung mengalami kenaikan indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 80/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN Pada September 2016,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TANJUNGPINANG BULAN APRIL 2011 DEFLASI 0,38 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TANJUNGPINANG BULAN APRIL 2011 DEFLASI 0,38 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 25/05/21/Th.VI, 02 Mei 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TANJUNGPINANG BULAN APRIL 2011 DEFLASI 0,38 PERSEN Pada Bulan April 2011 di Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/09/81/Th. XVIII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA AGUSTUS 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,43 PERSEN DI KOTA AMBON DAN DEFLASI 0,27 PERSEN DI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/08/53/Th. XIV, 1 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Bulan Juli Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 18/04/82/Th XVI, 03 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Maret 2017, KOTA TERNATE DEFLASI SEBESAR 0,31 PERSEN Pada Maret 2017, Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,31 persen dengan

Lebih terperinci