TANDA -TANDA DALAM UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA (Tinjauan Semiotika)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANDA -TANDA DALAM UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA (Tinjauan Semiotika)"

Transkripsi

1 TANDA -TANDA DALAM UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA (Tinjauan Semiotika) SKRIPSI OLEH NELLI LORISKA L. GAOL DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh. Medan, September 2007 Nelli Loriska L. Gaol

3 TANDA-TANDA DALAM UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA (Tinjauan Semiotika) OLEH: NELLI LORISKA L. GAOL ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba. Tanda bertujuan untuk menyederhanakan buah pikiran atau ide-ide untuk mempermudah komunikasi yang didalamnya terkandung arti, nilai-nilai, norma-norma atau maksud tertentu yang harus dipatuhi oleh masyarakat Batak Toba. Aspek yang dikaji adalah jenis dan makna dari tanda-tanda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba. Hasilnya menunjukkan bahwa tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba terdiri atas (1) ulos si torop rambu, (2) dekke mas, (3) hepeng tuhor, (4) boras sipir ni tondi, (5) indahan na las, (6) aek sitio-tio, (7) napuran, (8) pinggan na hot, (9) bulung pisang, (10) jagal/ jambar, (11) mandar hela, dan (12) pisang sitonggi-tonggi. Tandatanda tersebut mempunyai makna ritual dan sakral, makna sosial, makna keagungan atau kebesaran, makna permohonan atau harapan, makna komunikasi, dan makna etika atau kesopanan.

4 PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Syaefuddin, M.A., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Sastra USU. 2. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia USU dan sekaligus sebagai pembimbing I, yang telah sabar memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum. sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia USU. 4. Bapak Prof. Ahmad Samin Siregar, S.S. sebagai dosen wali, yang telah sabar memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan selama penulis kuliah. 5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Sastra Indonesia USU, yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis kuliah. 6. Kakak Fitri, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU. 7. Semua narasumber yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data. 8. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi, Ayahanda B. Lumban Gaol dan Ibunda B. Lumban Batu yang telah sabar memenuhi segala kebutuhan penulis, baik moril maupun materi.

5 9. Abang Marjon yang telah banyak memberikan dukungan selama penulis kuliah dan buat adik-adikku yaitu Sartika, Jupar, Sulastri, Dorlina, Radiman, Lorince, Riwanto, Erdina, dan Rintar (Si Pudan) yang telah memberikan semangat selama penyelesaian skripsi ini. 10. Teman-teman stambuk 2003, khususnya Barnadis, Mc, dan lain-lain semoga kita tetap kompak walau di mana pun kita berada. 11. Teman-teman di kost yang menjadi sahabat dekatku Mimin, Yuyun, Mega, dan Roy ganteng ambillah segi positif dari persahabatan kita karena tiada kata yang dapat melukiskan indahnya persahabatan kita selama ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, baik di bidang linguistik maupun sastra. Medan, Agustus 2007 Penulis, Nelli Loriska L. Gaol

6 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Latar Belakang Masalah Batasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode dan Teknik Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Pengkajian Data Landasan Teori Semiotika Tanda Bahasa Simbolik... 14

7 1.4.4 Makna BAB II TANDA-TANDA DALAM UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA 2.1 Jenis tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba Simbol Indeks Ikon Makna tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba Makna Ritual dan Sakral Makna Sosial Makna Komunikasi Makna Permohonan dan Harapan Makna Keagungan dan Kehormatan Makna Etika dan Kesopanan BAB III SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR INFORMAN DAFTAR PUSTAKA... v

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai etnik (suku) yang memiliki budaya yang berbedabeda. Perbedaan itu tidak lepas dari kondisi letak geografis suatu suku dan aturan yang berlaku dalam daerah itu. Salah satu etnik (suku) tersebut adalah Batak Toba yang berdomisili di Kabupaten Humbang Hasundutan, yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Dolok Sanggul, Siborongborong, Lintong Ni Huta, Pollung, Si Pitu Huta, Huta Julu, Huta Paung, Parsingguran, Ria-Ria, Si Batu-Batu, Purba, Parlilitan, dan desa-desa kecil lainnya. Soebono ( Ritonga, 1991 : 1 ) menyatakan kita tidak mungkin mengabaikan kebudayaan-kebudayaan setempat, yaitu kebudayaan tiap-tiap suku bangsa atau daerah. Oleh karena itu, tiap-tiap kelompok etnik (suku) mempunyai kebudayaan sendiri. Kebudayaan adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat untuk mengenali, menginterpretasikan dan memproduksi tanda-tanda dengan cara yang sama (Zoest, 1993:124). Kehidupan manusia dilingkupi oleh tanda-tanda yang memungkinannya berkomunikasi (Zoest, 1993). Ia mengatakan bahwa arti dan makna dari tanda-tanda itu sudah ada sejak zaman dahulu kala. Salah satu masyarakat yang

9 berbudaya itu adalah masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Toba memiliki kebudayaan berupa adat-istiadat yang perlu dilindungi dan dipertahankan. Pada upacara adat-istiadat tersebut, kehadiran tanda-tanda yang berupa benda sangat penting. Adat-istiadat adalah suatu pelaksanaan upacara yang dilaksanakan untuk keperluan tertentu yang mengandung nilai, aturan dan norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat yang menganutnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adatistiadat adalah (1) aturan (perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; menurut suku Batak Toba laki-lakilah yang berhak sebagai ahli waris; (2) wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturanaturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Sebagai contoh, masyarakat Batak Toba memiliki adat-istiadat perkawinan sebagai suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, yaitu upacara yang dilakukan untuk membuat sebuah ikatan sosial dan ikatan kekeluargaan. Pada upacara perkawinan tersebut banyak digunakan tanda berupa simbol yang mempunyai makna dan fungsi yang sangat penting. Bentuk tanda-tanda tersebut bertujuan untuk menyampaikan informasi, permohonan, dan hasil pemikiran seseorang. Dalam penelitian ini akan dijelaskan jenis dan makna simbolik dari tanda-tanda yang terdapat pada upacara perkawinan Batak Toba. Terbentuknya adat-istiadat perkawinan Batak Toba ini merupakan kesepakatan dan menjadi suatu ikatan sosisal dalam membentuk rasa kebersamaan dan persaudaraan. Menurut T. M. Sihombing, upacara perkawinan Batak Toba dapat dilakukan melalui berbagai tahap, yaitu: 1. Mangalua yaitu mengajak perempuan berkenalan dengan pihak laki-laki;

10 2. Marhusip melamar yaitu pihak laki-laki melamar perempuan yang akan menjadi bagian dari keluarga mereka; 3. Martumpol tunangan yaitu antara kedua calon mempelai sepakat atau mengikat janji untuk menempuh jalan sehidup semati; 4. Pamasu-masuon pemberkatan yaitu acara pemberkatan kedua mempelai di gereja yang dipimpin oleh pendeta dan pada saat itu mereka bukan lagi dua tetapi mereka sudah menjadi satu yang telah dipersatukan oleh Tuhan dan tidak bisa dipisahkan manusia, perkenalan seluruh saudara antara pihak laki-laki dan perempuan; 5. Mangadati, pada tahap inilah orang tua perempuan serta semua pihak keluarga memberikan hadiah pernikahan pada anak dan menantunya yang sekaligus puncak dari upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba, dan yang terakhir ialah pembagian harta atau warisan; dan 6. Maningkir tangga yaitu orang tua laki-laki akan memberikan warisan kepada mempelai yang baru baik berupa harta maupun benda. Setiap rentetan acara tersebut merupakan upacara yang sakral dan mengandung nilainilai yang menjadi pegangan bagi kedua mempelai. Bagi masyarakat Batak Toba, serangkaian upacara perkawinan tersebut tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Pada upacara tersebut akan diketahui sistem kekerabatan antara yang satu dengan yang lainya (Dalihan Na Tolu). Misalnya, apa tutur (sistem kekerabatan) yang diucapkan kepada orang yang lebih tua dalam ikatan semarga dan tutur kepada keluarga dari pihak laki-laki maupun perempuan. Upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba merupakan serangkaian upacara yang memancarkan kebesaran suatu tatanan adat-istiadat dan kehidupan sosial masyarakat Batak Toba secara turun-temurun. Namun, karena perkembangan dan kemajuan zaman, makna dari adat-istiadat tersebut menjadi kabur dan tidak tertutup kemungkinan akan hilang. Hal ini disebabkan karena masyarakat Batak Toba pada saat ini hanya melihat adat-istiadat itu sebagai formalitas saja tanpa memperhatikan asal-usul dan makna yang terkandung di dalamnya.

11 Penelitian terdahulu tentang tanda-tanda sudah pernah dilakukan oleh Parlaungan Ritonga, (1997) dalam bukunya berjudul Makna Simbolik dalam Upacara Mangupa Masyarakat Angkola Sipirok di Tapanuli Selatan. Penelitian ini membahas tentang proses pelaksanaan upacara mangupa dan makna simbol yang mengandung makna suatu permintaan atau doa yang ditujukan kepada kedua mempelai. Kemudian Petty Angela Hasibuan (2003) meneliti tentang Rumah Adat Mandailing dengan Kajian Semiotik. Penelitian ini membahas tentang bentuk, fungsi, dan simbolik dari rumah adat Mandailing. Rumah adat Mandailing memiliki bentuk-bentuk yang mempunyai fungsi dan makna yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Mandailing. Matius Tarigan (2003) meneliti tentang Ragam Hias Rumah Adat Karo suatu Kajian Semiotik. Penelitian ini membahas tentang bentuk dan makna dari ragam hias rumah adat Karo. Bentuk ragam hias bermotif geometris, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagian tubuh manusia. Makna ragam hias rumah adat Karo yaitu makna ritual dan sakral, makna simbolik keamanan, makna simbolik komunikasi, makna simbolik sosial, dan makna simbolik etika. Upacara perkawinan Batak Toba menggunakan berbagai bentuk tanda yang masing-masing mengandung makna dan informasi. Setiap tanda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba mempunyai makna tersendiri yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Selain itu tanda tersebut mencerminkan perilaku, pikiran, atau ide-ide masyarakat yang bersifat kesopanan, didikan, kebijaksanaan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai agar rumah tangga mereka tetap utuh. Terciptanya informasi atau makna dari tanda itu semua hasil dari konvensi dari masyarakat setempat. Dengan demikian, kepada generasi berikutnya diharapkan dapat mempertahankan makna

12 tanda tersebut serta dapat menumbuhkan sikap kepedulian terhadap tanda yang merupakan ciri khas bagi kebudayaan masyarakat Batak Toba. Dalam upacara perkawinan Batak Toba banyak dijumpai bentuk benda yang mempunyai arti. Setiap posisi atau letak dari benda tersebut mempunyai makna. Hegel (dalam Pettinasary,1996:2) menegaskan bahwa: Sebuah tanda seharusnya ditempatkan pada suatu posisi, supaya dapat menghasilkan makna yang kemudian dapat membentuk suatu gambaran mengenai suatu benda yang mempunyai makna tambahan dan demikian halnya dengan pesan yang ingin disampaikan melalui suatu tanda atau simbol. Tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba tidak terlepas dari makna. Tanda-tanda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba memiliki fungsi sebagai cerminan kepribadian masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Toba diharapkan tetap menjaga segala bentuk, aturan, dan kegunaan tanda-tanda sehingga tatanan adat-istiadat Batak Toba tetap berlanjut. Hal itulah yang mendorong peneliti mengadakan penelitian tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa sajakah jenis tanda-tanda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba? 2. Apakah makna dari tanda-tanda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba?

13 1.2 Batasan Masalah Dalam upacara perkawinan Batak Toba ditemukan tanda-tanda yang merupakan syarat sekaligus tradisi yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Tanda tersebut ada yang berupa gerakan dan berupa benda yang memiliki makna. Sesuai dengan permasalahan yang ada, penelitian ini dibatasi pada tanda-tanda berupa benda yang memiliki makna yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba yang ada di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. mendeskripsikan tanda-tanda berupa benda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba, dan 2. menjelaskan makna dari tanda berupa benda-benda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

14 1. menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat, khususnya generasi muda mengenai makna dari tanda-tanda yang ada dalam upacara perkawinan Batak Toba, 2. menjadi acuan dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tanda-tanda yang ada dalam upacara perkawinan, dan 3. upaya mempertahankan makna dari tanda-tanda yang ada pada upacara perkawinan Batak Toba. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Data utama dalam penelitian ini adalah data lisan yaitu berupa informasi tentang makna simbolik tanda-tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba. Metode yang digunakan adalah metode cakap atau percakapan langsung dengan penutur selaku narasumber (Sudaryanto, 1993:137). Kemudian, metode ini dikembangkan dengan teknik pancing sebagai teknik dasar. Dalam teknik pancing narasumber dipancing berbicara untuk mendapatkan data. Selain itu, teknik cakap semuka juga dilakukan sebagai teknik lanjutan. Dalam teknik cakap semuka peneliti mengarahkan dan mengendalikan pembicaraan sehingga peneliti dapat memperoleh data selengkapnya. Peranan narasumber sangat menentukan keakuratan data yang diperolrh peneliti. Untuk mendapat hasil yang baik, narasumber tersebut harus benar-benar mengetahui kebudayaannya. Pemilihan narasumber didasarkan pada persyaratan-persyaratan berikut: 1. Berjenis kelamin pria dan wanita; 2. Lahir dan besar di daerah penelitian;

15 3. Berusia antara tahun; 4. Memiliki kebanggan terhadap kebudayaannya; 5. Pengetua adat, yang mengetahui dengan jelas tentang seluk-beluk adat-istiadat; 6. Mempunyai ketertarikan di dalam penelitian mengenai kebudayaan ; dan 7. Sehat jasmani (tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang baik) dan rohani (tidak gila atau pikun) (Mahsun, 1995). Selain metode dan teknik di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera atau poto untuk memperoleh data berupa gambar dari tanda-tanda yang berhubungan dengan upacara perkawinan Batak Toba Metode dan Teknik Pengkajian Data Untuk menganalisis data digunakan metode padan. Disebut metode padan karena objek penelitian ditentukan berdasarkan kesepadanan, kecocokan, atau kesamaannya dengan alat penentu atau referennya. Alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) narasumber (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu, yaitu adanya daya pilah peneliti dalam melihat bagian-bagian sebuah tanda yang sudah disesuaikan dengan sifat unsur penentu masing-masing. Teknik lanjutannya adalah teknik hubung banding menyamakan, maksudnya peneliti mengolah data dengan menghubungkan serta membandingkan suatu tanda dengan makna yang dikandungnya serta melihat bagian persamaan tanda dengan kenyataan dalam upacara perkawinan tersebut. Sebagai contoh ulos Batak Toba berikut ini:

16 Gambar 1. Ulos Batak Pada kenyataannya, ulos Batak Toba adalah sebuah benda yang terbuat dari benang. Bagi orang lain ulos tersebut hanyalah sehelai kain yang tidak mempunyai makna. Namun bagi masyarakat Batak Toba yang kaya dengan budaya, ulos tersebut memiliki makna. Dengan adanya makna yang terkandung dalam benda tersebut, maka benda itu berfungsi sebagai alat untuk memberi berkat, kekuatan, dan perlindungan bagi

17 jiwa kedua mempelai. Selain itu tanda tersebut juga digunakan untuk mempererat tali persaudaraan antara kedua belah pihak. Hal ini terlihat dari bentuk ulos yaitu helaian benang yang sudah disatukan menjadi sebuah ulos yang kuat dan utuh. Demikian juga halnya dengan kedua mempelai yang akhirnya disatukan menjadi satu keluarga baru yang kuat menghadapi segala cobaan. Pada akhirnya mempelai tersebut tetap utuh selamanya (seumur hidup) seperti keutuhan ulos Batak tersebut. Selain itu, ulos Batak tersebut mempunyai makna berupa permohonan atau doa agar kedua mempelai mempunyai banyak keturunan seperti rambu yang terdapat pada ujung ulos Batak. Ulos tidak hanya menyatukan kedua mempelai saja, tetapi keluarga kedua belah pihak telah disatukan menjadi satu keluarga besar yang siap tolong-menolong antara yang satu dengan yang lain.

18 Gambar 2. Sipir ni Tondi Beras boras dalam upacara perkawinan Batak Toba dikatakan juga sipir ni tondi. Dikatakan sipir ni tondi karena beras tersebut merupakan tanda yang melambangkan kekuatan dan alat untuk memberkati pengantin agar rohnya tondi dalam membangun rumah tangga yang baru tetap kuat. Salah satu prosesnya ialah beras tersebut dibuat di atas kepala mempelai dengan maksud agar jiwa dan roh kedua mempelai tersebut tetap kuat seperti biji beras itu. Boras sipir ni tondi termasuk suatu tanda dalam upacara pekawinan Batak Toba. 1.5 Landasan Teori

19 Penelitian ini menggunakan teori semiotik. Hal ini didasarkan pada semiotik yang menguraikan suatu bentuk yang mempunyai suatu petanda dan mengandung bahasa atau makna tersendiri. Tanda tersebut merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuan pemberi tanda kepada orang lain Semiotik Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semion yang berarti tanda. Dalam perkembangan semiotika modern, muncul dua ahli yang menjadi pelopor, yaitu Ferdinand de Saussure ( ) dan Charles Sanders Peirce ( ). Menurut Ferdinan de Saussure semiotika adalah ilmu tanda. Ferdinand de Saussure mengembangkan dasar-dasar teori linguistik umum dan ia mengatakan bahwa bahasa sebagai sistem tanda, yang masing-masing terdiri atas dua sisi, yaitu signifian (penanda atau sesuatu yang dapat dipersepsi sebagai tanda) dan signifie (petanda atau isi atau makna tanda itu). Ia mengatakan bahwa teori tentang tanda linguistik perlu mendapatkan tempatnya dalam sebuah teori yang lebih umum. Pierce (dalam Zoest, 1992 : 1) mengusulkan kata semiotika sebagai sinonim kata logika. Menurut Pierce, logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran itu, menurut hipotesis teori Peirce yang mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tandatanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Dengan mengembangkan teori semiotika, Peirce memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya. Pada tanna-tanda linguistik, ia memberi tempat yang penting meskipun bukan yang utama.

20 Lebih jelasnya untuk mempermudah mengkaji sebuah tanda yang ada di dalam masyarakat Pierce (dalam Sobur, 2003:42) membagi tanda atas tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah hubungan antara tanda dan acuanya berupa hubungan kemiripan. Misalnya, sebuah peta geografis dengan sebuah potret. Indeks adalah hubungan tanda dengan acuannya karena adanya hubungan sebab akibat. Misalnya, asap berarti api karena api umumnya penyebab asap. Simbol adalah hubungan antara tanda dan konsepnya bersifat arbitrer dan konvensional. Misalnya, anggukan kepala yang menandakan persetujuan dan tanda kebahasaan. Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Peirce memandang semiotika sebagai tanda pada umumnya dan segala sesuatu bisa menjadi tanda. Saussure juga memandang semiotika sebagai ilmu tanda, tetapi ia mengatakan bahwa bahasa sebagai sistem tanda yang utama. Ahli lain yang memberi pendapat tentang semiotika adalah T. Christomi. Menurut T. Christomi (2004:56) semiotika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Menurut Santosa (1993:2) nama lain semiotika adalah semiologi. Keduanya memiliki pengertian yang sama, yaitu ilmu tentang tanda baik itu semiotika maupun semiologi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu semion yang berarti tanda. Ferdinand de Sausure (dalam Kris Budiman, 2000:3) semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, suatu ilmu yang mengkaji tanda-tanda dalam suatu masyarakat. Sedangkan menurut Scholes (dalam Kris Budiman 2003:3) semiotika, yang biasanya didefenisikan sebagai pengkajian tandatanda, pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode yaitu sistem apapun yang

21 memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai suatu yang bermakna. Jadi, sesuai dengan hipotesis bahwa semiotik mengkaji semua proses kebudayaan sebagai proses komunikasi serta merupakan suatu studi yang mempelajari tentang tanda dan lambang yang mempunyai makna sesuai dengan pemahaman si pengirim dan si penerima. Penelitian ini lebih menitikberatkan kepada semiotik komunikasi. Ferdinand de Saussure berpendapat semiotik komunikasi adalah tanda sebagai bagian dari proses komunikasi. Artinya, dikatakan tanda adalah apabila seorang pengirim menyampaikan sesuatu maksud dengan menggunakan kode atau benda kepada penerima dan penerima mengerti apa yang disampaikan oleh pengirim. Oleh karena itu, setiap tanda memberi makna atau informasi apa saja yang terkandung di dalamnya Tanda Menurut Ferdinand de Saussure, tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Tanda adalah suatu informasi yang disampaikan dalam suatu referen (Sobur, 2003:41). Setiap tanda mempunyai kemampuan untuk menginformasikan apa saja yang dikandungnya, kemampuan itu disebut gejala analogi linguistik semiotik. Artinya, bahwa sesuatu tanda merupakan informasi yang terdiri dari unsur yang ditata sehingga

22 masyarakat setempat cepat memahami dan menafsirkan apa yang disampaikan oleh tanda tersebut. Pada dasarnya tanda bertujuan untuk menyederhanakan buah pikiran atau ideide untuk mempermudah komunikasi yang di dalamnya terkandung arti, nilai-nilai atau maksud tertentu. Tanda dapat dibagi kedalam tiga bagian yaitu simbol, indeks, dan ikon Bahasa Simbolik Kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symbolos yang berarti tanda yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Menurut Herusatoto (Tarigan 2003:17), bahwa kebudayaan terdiri atas gagasan-gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Herusatoto menandaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan, dan mengenal dunia secara langsung, tetapi melalui berbagai simbol. Simbol merupakan wahana yang mempunyai arti tertentu yang lebih luas dari apa yang tampil atau terlihat secara nyata. Simbol mewujudkan komunikasi hanya dengan pengamat yang mengetahui artinya. Simbol yang wujudnya tidak mirip sama sekali dengan arti yang dimaksudkan harus dipelajari untuk dikenal Makna Ferdinan de Saussure mengatakan bahwa tanda memiliki dua entitas yaitu signifier dan signified atau tanda dan makna atau penanda dan tanda. Keduanya saling berkaitan satu sama lain. Kombinasi keduanya dalam semiotika disebut tanda. Istilah tanda dapat pula diidentikkan dengan bentuk yang mempunyai makna. Makna merupakan hubungan antara penanda-penanda dan objeknya. Makna sangat berperan dalam suatu tanda karena suatu tanda mengandung makna dan informasi.

23 Sebagaimana dikemukakan oleh Peirce (dalam Sudjiman, 1992:7) makna tanda sebenarnya adalah mengemukakan sesuatu, yang disebut dengan istilah representamen. Apa yang dikemukakan oleh tanda, apa yang diacunya, apa yang ditunjuknya, Peirce menyebutnya sebagai objek. Geoffery Broadbent (dalam Dolok Lubis, 2000:17) berpendapat bahwa semiotik adalah teori mengenai suatu makna yang dapat ditangkap dari suatu jenis tanda. Arti dan makna dari tanda-tanda itu sudah ada sejak zaman dahulu kala. Teori semantik juga merupakan salah satu teori yang digunakan dalam penelitian ini. Tidak semiotika tanpa semantik (Sobur, 2004 : 144). Semantik adalah bidang linguistik yang mempelajari tanda dengan yang ditandainya (Chaer, 1995 :2). Menurut Matius Tarigan (2003), ada tujuh makna simbolik pada rumah adat Karo, yaitu: (1) makna simbolik ritual dan sakral, (2) makna simbolik keamanan, (3) makna simbolik etika, (4) makna simbolik komunikasi, (5) makna simbolik sosial, (6) makna simbolik keagungan, dan (7) makna simbolik konstekstual. Dari ketujuh makna di atas ada beberapa makna yang berhubungan dengan tanda pada upacara perkawinan Batak Toba. BAB II TANDA-TANDA DALAM UPACARA PERKAWINAN BATAK TOBA

24 Bagi masyarakat Batak Toba, prinsip tatanan kehidupan tidak terlepas dari upacara perkawinan masyarakat setempat. Upacara perkawinan tersebut menunjukkan suatu kepribadian yang tinggi dalam hubunganya dengan perilaku adat-istiadat maupun perilaku hubungan sosial antar keluarga dan hubungan sesama warga masyarakat. Perilaku yang diperlihatkan oleh masyarakat Batak Toba dalam kehidupan seharihari, tidak terlepas dari sistem kekerabatan antara yang satu dengan yang lainya (Dalihan Na Tolu) yang berlaku di antara hubungan keluarga semarga ataupun marga lainnya. Misalnya, apa tutur (sistem kekerabatan) yang diucapkan kepada orang yang lebih tua dalam ikatan semarga dan tutur kepada keluarga dari pihak laki-laki maupun perempuan. Dengan adanya sistem kekerabatan yang berbeda, maka tanda yang diterima atau diberikan kepada mempelai dan keluarga mempelai berbeda. Setiap tanda tersebut mengandung makna yang berbeda pula. Misalnya, ulos yang diberikan oleh orang tua laki-laki kepada kedua mempelai dan kepada orang tua perempuan mengandung makna yang berbeda. Ulos yang diberikan kepada kedua mempelai merupakan tanda yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan berkat atau doa-doa agar kedua mempelai tersebut tetap utuh dan kuat dalam membina rumah tangga yang baru, sedangkan ulos yang diterima oleh orang tua perempuan mengandung makna agar mereka mulai saat itu menjadi satu keluarga yang siap membantu antara yang satu dengan yang lain. Tanda-tanda yang digunakan pada etnis (suku) merupakan sarana sakral yang sudah ada sejak masyarakat mengenal budaya. Namun tanda yang digunakan dalam upacara perkawinan pada daerah tertentu mempunyai makna yang berbeda. Setiap

25 tanda-tanda tersebut mengandung makna yang sangat dalam dan dapat diterima oleh setiap kelompok masyarakat. Adat-istiadat dalam masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari kehidupan masyarakat setempat. Adat-istiadat Batak Toba adalah suatu pelaksanaan upacara yang dilaksanakan untuk keperluan tertentu yang mengandung nilai, aturan dan norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakat yang menganutnya. Sebagai contoh, masyarakat Batak Toba memiliki adat-istiadat perkawinan sebagai suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, yaitu upacara yang dilakukan untuk membuat sebuah ikatan sosial dan ikatan kekeluargaan. Pada upacara perkawinan Batak Toba banyak digunakan tanda-tanda yang mempunyai makna dan fungsi yang sangat penting. Adapun tanda-tanda tersebut ialah ulos Batak, ikan mas dekke si mundur-undur, uang hepeng, beras boras sipir ni tondi, nasi indahan na las, air putih aek sitio-tio, sirih napuran, pinggan, daun pisang bulung ni pisang, pisang pisang sitonggi-tonggi, sarung mandar hela, dan daging babi jambar. Tanda-tanda tersebut bertujuan untuk menyampaikan informasi, permohonan, dan hasil pemikiran seseorang kepada orang yang akan menerima tanda tersebut. Kehadiran tanda-tanda tersebut sangat mempengaruhi berlangsungnya upacara perkawinan dengan baik sehingga tercipta upacara yang sakral. 2.1 Jenis Tanda-Tanda dalam Upacara Perkawinan Batak Toba Tanda-tanda yang terdapat dalam upacara perkawian Batak Toba memiliki makna tersendiri yang berhubungan dengan agama dan lingkungan setempat sehingga antara adat dan agama merupakan dua hal yang sukar dipisahkan.

26 Bentuk-bentuk tanda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba tersebut akan dijelaskan berdasarkan hubungan signifian (penanda atau sesuatu yang dapat dipersepsi sebagai tanda) dan signifie (petanda atau isi atau makna tanda itu). Berdasarkan hubungan tersebut Peirce (dalam Sobur, 2003:42) membagi adanya tiga bentuk tanda, yaitu: Simbol Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan antara tanda dan petandanya. Simbol merupakan suatu tanda yang dapat melambangkan atau mewakili sesuatu benda lain secara arbitrer dan konvensional (berdasarkan kesepakatan umum), Pierce (dalam Sobur, 2003:42). Misalnya, anggukan kepala yang menandakan persetujuan dan tanda kebahasaan pada masyarakat tertentu tetapi pada masyarakat lain dapat berbeda. Dalam upacara perkawinan Batak Toba terdapat dua belas tanda, antara lain ulos sitorop rambu, dekke simundur-undur, boras sipir ni tondi, hepeng tuhor, indahan na las, aek sitio-tio, napuran, pinggan na hot, pisang sitonggi-tonggi, jagal jambar, bulung pisang, dan mandar hela. Dari semua tanda-tanda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba ada beberapa tanda yang dapat mewakili sesuatu tanda (benda) lain secara arbitrer dan konvensional. Dalam adat-istiadat Batak Toba dikatakan bersifat konvensional berarti pemberian makna sebuah tanda dilakukan berdasarkan kesepakatan atau tradisi dari masyarakat. Adapun tanda yang termasuk simbol dalam upacara perkawinan Batak Toba sebagai berikut.

27 1. ulos sitorop rambu Ulos adalah hasil karya menusia yang merupakan simbol kultural masyarakat Batak Toba. Ulos adalah kain hasil tenunan dengan bermacam pola dan digunakan pada saat perkawinan Batak Toba. Bentuk ulos seperti selendang namun bahan dan coraknya berbeda. Ulos adalah bentuk simbol yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: bagian tengah yaitu badan ulos yang mempunyai warna dan corak yang berbeda. bagian ujung yaitu rambu-rambu yang terdapat di pinggir ulos pada sisi lebarnya, dan sirat yaitu hiasan yang berada di antara badan ulos dan rambu. Sirat dan rambu berada pada kedua sisi lebar badan ulos. Bagian tengah merupakan bagian yang paling inti, dianggap sebagai orang tua dan mempelai, sedangkan bagian ujung merupakan simbol dari cucu / keturunan dari mempelai dan orang tua memepelai. Jadi, ulos dalam upacara perkawinan Batak Toba adalah sebagai simbol kasih sayang, keturunan, dan penyejuk untuk kedua mempelai dalam membangun keluarga yang baru. 2. dekke mas dengke simundur-undur Dekke mas merupakan simbol yang menggambarkan pasangan kedua mempelai. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, dekke mas adalah beberapa ikan mas yang dimasak secara utuh dan diletakkan di atas pinggan na hot. Sesuai dengan kenyataanya bahwa sepasang ikan akan selalu beriringan dalam melawan arus air, demikian juga dengan harapan dan doa dari orang tua memepelai bahwa kedua memepelai akan selalu

28 beriringan dalam menjalani hidup. Pemberian ikan tersebut hitungannya harus ganjil, yaitu 1, 3, 5, dan seterusnya. Orang Batak dahulu kala selalu berpegang teguh pada kesaktian bilangan-bilangan ganjil. Bilangan 1 merupakan simbol persatuan dan kesatuan dalam segala hal, baik dalam hal kekuatan, kerukunan, dan kesehatan. Bilangan 3 merupakan simbol kesaktian. Bilangan 5 merupakan kesempurnaan pancaindera yang berjumlah lima dan jari-jari tangan dan kaki yang berjumlah lima. Demikian juga doa dan harapan dari orang tua mempelai sehingga anak mereka kedepan tetap sempurna secara fisik dan mental. Bilangan 7 merupakan kesempurnaan. Bilangan 13 merupakan simbol nasib. Jadi, pemberian dekke mas yang dilakukan oleh orang tua mempelai selalu ganjil sebagaimana makna dari setiap ikan tersebut. 3. napuran Napuran merupakan tanda yang digunakan dalam upacara perkawinan Batak Toba. Napuaran tersebut terdiri dari beberapa helai daun sirih yang dibuat di atas pinggan na hot. Adapun warna dari napuran tersebut adalah hijau yang melambangkan kesejukan dan hati yang tulus tanpa ada kebohongan dan kepura-puraan dari pihak hulahula yang telah memberikan berkat dan janji kepada mempelai dihadapan Tuhan. Tanda napuran dikatakan sebagai simbol karena makna dari tanda ini hanya dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat Batak Toba. Bagi masyarakat lain napuran mungkin tidak

29 mempunyai makna, namun dalam upacara perkawinan Batak Toba napuran tersebut memiliki makna Indeks Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan antara tanda dengan petanda yang bersifat kausal atau berhubungan sebab akibat, atau tanda yang dapat menunjukkan sesuatu benda lain, Pierce (dalam Sobur, 2003:42). Misalnya, asap menunjukkan adanya api karena umumnya penyebab asap adalah api. Adapun tanda indeks yang dapat ditemukan dalam tanda-tanda adat-istiadat perkawinan Batak Toba adalah sebagai berikut: 1. hepeng /tuhor Hepeng /tuhor adalah alat tukar yang digunakan oleh masyarakat. Bentuk, ukuran, dan nilai dari hepeng tersebut berbeda-beda. Ada yang terbuat dari kertas dan ada juga yang terbuat dari logam. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, pada saat upacara penyerahanya kepada orang tua mempelai perempuan, hepeng /tuhor diletakkan di atas painggan na hot. Dengan memberikan hepeng /tuhor tergantung dengan persetujuan kedua belah pihak, anak perempuan tersebut sudah menjadi bagian dari keluarga pihak laki-laki. Hepeng tersebut menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yang terjadi antara kedua belah pihak sehingga terlaksananya upacara perkawinan Batak Toba. 2. mandar hela

30 Mandar hela adalah sehelai kain yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh. Pada adat-istiadat Batak Toba, pihak laki-laki selalu disarankan supaya menggunakan sarung mandar sehingga kelihatan lebih sopan. Mandar hela yang diberikan pada mempelai laki-laki adalah mandar pilihan, mutunya bagus dan harganya mahal. Hal itu dilakukan karena masyarakat Batak Toba tidak ingin membuat menantu mereka kecewa pada saat yang berbahagia itu. Mandar tersebut akan selalu digunakan oleh mempelai laki-laki dalam mengikuti adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat Batak Toba. Fungsi pemberian mandar hela dalam upacara perkawinan Batak Toba adalah sebagai salah satu sarana untuk memberitahukan adat-istiadat Batak Toba yang sebenarnya kepada memepelai laki-laki. Sehingga mempelai laki-laki akan menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga yang baik. 3. cincin Cincin merupakan indeks dalam upacara perkawinan Batak Toba. Adapun cincin dalam upacara perkawinan Batak Toba ialah benda yang berbentuk lingkaran yang terbuat dari emas dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Cincin dibuat di dalam kotak yang indah dan bagus. Tanda cincin diibaratkan sebagai mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, sedangkan kotak dari cincin tersebut diibaratkan sebagai rumah dari mempelai. Acara tukar cincin diadakan di depan pendeta dan para jemaat. Cincin tersebut menunjukkan adanya hubungan antara kedua mempelai. Dengan menggunakan cincin tersebut, masyarakat sudah mengetahui bahwa orang tersebut sudah menikah atau mempunyai ikatan suci sehingga mereka akan lebih dihormati kaum yang lebih muda. Dalam upacara

31 perkawinan Batak Toba, cincin merupakan salah satu syarat untuk berlangsungnya upacara perkawinan Ikon Ikon adalah hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan kemiripan, tanda yang hubungannya dengan petanda bersifat persamaan bentuk alamiah atau tanda yang menggambarkan persamaan bentuk, Pierce (dalam Sobur, 2003:42). Misalnya, sebuah peta geografis dengan sebuah potret. Adapun bentuk tanda ikon dalam upacara perkawinan Batak Toba, yaitu: 1. aek sitio-tio Aek sitio-tio merupakan ikon. Tanda aek sitio-tio adalah suatu cairan yang sangat jernih dan bertujuan untuk menghilangkan rasa haus sehingga tetap semangat dalam melanjutkan aktivitas. Dari warna aek sitio-tio yang bening melambangkan bahwa pernikahan itu suci. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, aek sitio-tio diisi ke dalam cangkir mempelai dan undangan sampai penuh. Aek sitio-tio dilambangkan dengan masa depan mempelai. Mengisi cangkir dengan penuh diyakini sebagai berkat yang berkelimpahan. Sehingga mereka akan memperoleh masa depan yang cerah dan rejeki yang bagus dalam kehidupannya. 2. boras sipir ni tondi

32 Beras boras dalam upacara perkawinan Batak Toba dikatakan juga sipir ni tondi. Boras sipir ni tondi adalah biji-bijian yang sangat kuat pir dan keras. Bentuknya lonjong, ukurannya kecil, dan warnanya ada yang merah dan putih. Dalam kehidupan sehari-hari beras digunakan sebagai makanan pokok oleh masyarakat. Dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba, boras diletakkan di dalam pinggan. Kemudian boras tersebut ditabur di atas kepala kedua mempelai. Hal ini dilakukan oleh semua anggota keluarga mempelai. Dengan menabur boras tersebut, jiwa tondi mereka telah diberkati dan mereka menjadi berkat bagi semua orang, sebagaimana fungsi beras tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 3. pisang sitonggi-tonggi Pisang sitonggi-tonggi adalah suatu makanan yang dilapisi dengan kulit yang tebal, lembut dan rasanya manis. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, Pisang sitonggi-tonggi akan dibagikan kepada semua masyarakat yang hadir pada upacara tersebut. Seoerti manisnya rasa pisang tersebut, hendaknya begitu pulalah kehidupan mereka dalam membangun rumah tangga yang baru. Mereka tetap terlindungi dari masalah-masalah sebagaimana biji pisang tersebut. Jadi, bentuk ikon pisang sitonggitonggi tersebut merupakan lambang adat-istiadat bagi masyarakat Batak Toba. 4. pinggan na hot Pinggan na hot merupakan ikon yang berbentuk bumi tempat manusia hidup dan beraktivitas. Pinggan na hot adalah sebuah piring besar yang berbentuk lingkaran. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, pinggan na hot digunakan sebagai tempat tanda-tanda

33 yang maknanya berupa doa, pengaharapan, dan tanda yang melambangkan persaudaraan, seperti boras sipirni tondi, dekke mas, napuran, hepeng /tuhor, dan tanda-tanda lainya. Pinggan na hot melambangkan berlangsungnya semua aktivitas mempelai dan merupakan tempat mempelai mengadu kepada penciptanya. 5. bulung pisang Bulung pisang adalah helaian daun pisang yang masih muda, halus, dan dingin. Pada kenyataanya makanan harus dialasi dengan alat atau benda tertentu, sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Demikian halnya dengan adat-istiadat masyarakat Batak Toba, dalam pemberian tanda (pemberian jambar dan dekke mas) kepada pihak lain digunakan bulung pisang sebagai alasnya. Bulung pisang tersebut adalah alat untuk minta maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di antara kedua belah pihak selama upacara pernikahan berlangsung. 6. jambar juhut Jambar juhut merupakan ikon. Jambar dikatakan ikon karena pembagian jambar tersebut dilambangkan sebagai susunan silsilah keluarga. Jambar adalah daging hewan yang sudah dipotong-potong sesuai dengan kedudukan setiap orang dalam upacara perkawinan Batak Toba. Jambar tersebut akan dibagikan tanpa dimasak terlebih dahulu. Dalam pembagian jambar tidak boleh ada yang tidak kebagian. Setiap oarang akan mendapat bagian sesuai dengan kedudukan mereka, baik sebagai anggota keluarga, undangan, maupun pemerintah dalam daerah tersebut.

34 Melalui pembagian jambar, hubungan kekeluargaan mereka akan semakin jelas. Jambar merupakan suatu perlengkapan yang harus ada dalam upacara perkawinan Batak Toba. 2.2 Makna Tanda dalam Upacara Perkawinan Batak Toba Budaya merupakan keterampilan suatu kelompok untuk mengenali, menginterpretasikan, dan memproduksi tanda dengan cara yang sama. Budaya dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan kebiasaan semiotis yang saling terkait. Manusia adalah mahluk yang berbudaya dan budaya tersebut mengandung makna yang sangat dalam yang berhubungan erat dengan cara hidup masyarakat setempat. Masyarakat Batak Toba adalah masyarakat yang berbudaya. Salah satu budaya tersebut ialah adat-istiadat yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi berikutnya. Sebagai contoh ialah upacara perkawinan yang didalamnya terkandung nilainilai yang sakral dan suci. Pada upacara perkawinan Batak Toba sangat dibutuhkan kehadiran benda-benda berupa tanda. Kehadiran tanda pada saat upacara perkawinan Batak Toba merupakan

35 salah satu syarat berlangsungnya upacara tersebut. Setiap tanda tersebut mengandung makna yang sangat kuat dan sakral. Tanda-tanda itu digunakan oleh setiap individu untuk mengutarakan maksud, harapan, ide, norma-norma, dan pemikiran setiap orang kepada kedua mempelai berdasarkan tempat tinggal mereka. Setiap tanda mengandung makna dan fungsi yang cukup kompleks yang terjalin kuat dengan masyarakat Batak Toba. Menurut Sudjiman (1992) makna adalah adanya hubungan langsung dengan kenyataan atau referenya (acuanya). Suatu tanda selalu mengandung makna, itulah yang harus dipelajari untuk mengungkap apa yang ingin disampaikan dari suatu tanda. Makna yang terkandung dalam tanda tersebut merupakan harapan dari setiap individu yang menggunakan tanda tersebut. Adapun makna dari tanda yang terdapat dalam upacara perkawinan Batak Toba sebagai berikut Makna Ritual dan Sakral Tanda-tanda adat-istiadat perkawinan Batak Toba merupakan bagian dari ritual religi dalam masyarakat Batak Toba, makna ritualnya suatu acara yang ditujukan kepada kedua mempelai dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Hal ini menandakan bahwa suatu ikatan tersebut bukan hanya di depan masyarakat, tetapi di hadapan Tuhan sebagai penciptanya. Makna tanda ritual dan sakral dalam upacara perkawinan Batak Toba dapat dilihat dalam tanda berikut: 1. cincin Makna sakral dan ritual dari adat-istiadat dapat dilihat dari adannya keyakinan masyarakat bahwa dalam upacara tukar cincin. Dengan adannya cicin merupakan tanda

36 bahwa mereka sudah siap menjalani rumah tangga. Tukar cincin dilakukan supaya kedua mempelai mempunyai ikatan yang suci dan sakral yang tidak bisa dipisahkan oleh siapa pun kecuali kematian. 2. napuran Napuran merupakan benda yang didalamnya terkandung makna sakral. Napuran tersebut mempunyai makna bahwa dengan hati yang tulus tanpa ada kebohongan dan kepura-puraan, pihak hula-hula telah memberikan berkat dan janji kepada mempelai dihadapan Tuhan. Pemberian berkat melalui napuran merupakan suatu kepercayaan yang masih diterima oleh masyarakat pada saat upacara perkawinan Batak Toba. 3. aek sitio-tio Aek s tio-tio merupakan tanda ketulusan hati. Aek sitio-tio dikatakan juga aek sisada dai sebab pada umumnya air putih rasanya sama. Pada upacara perjamuan dalam pesta perkawinan, masyarakat Batak Toba mengisi gelas minum pengantin dan tamunya penuh gok dengan tujuan agar pengantin dan tamu menerima kebahagian dan berkat yang penuh dari Tuhan. Masyarakat Batak Toba memiliki keyakinan kalau segala sesuatu tidak boleh dilakukan separuh-separuh, tetapi harus penuh atau selesai. Hal ini dapat dilihat dari cara masyarakat Batak Toba mengisi gelas tersebut. Jadi, air putih aek sitio-tio yang diisi penuh dalam sebuah gelas mempunyai makna agar kedua mempelai menerima kebahagiaan yang penuh dan rejeki yang bagus dari Tuhan.

37 2.2.2 Makna Sosial Tanda dalam upacara perkawinan Batak Toba merupakan identitas sosial dalam keluarga serta masyarakat Batak Toba. Dikatakan makna sosial yang berarti adannya hubungan sosial antarmasyarakat. Hubungan itu terjalin dalam bentuk persaudaraan dan kekeluargaan yang erat. Makna tanda sosial dalam upacara perkawinan Batak Toba terdapat dalam acara pembagian jambar. Pembagian jambar dalam upacara perkawinan Batak Toba dilakukan berdasarkan kedudukan dan hubungan kekeluargaan dengan orang yang berpesta suhut. Pada upacara perkawinan Batak Toba, di antara tamu/ undangan masih ada yang belum saling mengenal. Maka tujuan membagi-bagi jambar dalam upacara perkawinan Batak Toba adalah untuk memperkenalkan kepada semua undangan yang semula tidak saling mengenal, sehingga nereka dapat menyimpulkan hubungan kekeluargaan antar yang satu dengan yang lain (Dalihan Na Tolu). Hal ini dapat dilihat dari isi umpama Batak Toba berikut: Sinintak abit laho pasiding somot-somot Binagi parjambaran laos patudu parsolhoton, Artinya: pembagian jambar dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan hubungan kekeluargaan antara suhut dengan undangan. Jadi, dalam upacara perkawinan tersebut akan saling mengenal satu sama lain dan memperluas hubungan kekeluargaan Makna Komunikasi

38 Makna tanda komunikasi dalam upacara perkawinan Batak Toba dapat dilihat dalam tanda-tanda berikut: 1. pinggan na hot Pinggan na hot merupakan tumpuan atau tempat berkumpulnya segala tanda yang didalamnya mengandung makna harapan dan doa. Pinggan na hot digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengadu kepada Tuhan bahwa hubungan kekeluargaan antar kedua belah pihak tidak akan berubah lagi. Mereka akan menjadi keluarga yang saling tolong-menolong antara satu dengan yang lainya sampai selama-lamanya. 2. indahan na las Komunikasi yang baik antara kedua belah pihak mempelai dapat mempererat tali persaudaraan. Indahan na las merupakan alat yang digunakan oleh kedua belah pihak untuk melakukan pertemuan sehingga komunikasi mereka tetap baik. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, indahan na las juga digunakan sebagai alat untuk mempertemukan semua keluarga maupun undangan sebelum upacara dimulai. 3. bulung pisang Tanda bulung pisang merupakan tanda berupa benda yang digunakan sebagai alas dari semua tanda yang diberikan oleh kedua belah pihak. Bulung pisang tersebut digunakan sebagai alat komunikasi antara kedua belah pihak. Adapun makna dari tanda tersebut yaitu supaya kedua belah pihak saling memaafkan apabila ada kesalahan dan

39 kekurangan selama upacara pernikahan berlangsung. Hal itu dapat dilihat dari filsafat Batak berikut: Lapik dohot bulung Artinya: apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam tutur kata selama acara berlangsung supaya terlebih dahulu dimaafkan, sehingga tidak menimbulkan dendam atau perkelahian. Jadi, bulung pisang merupakan tanda yang mempunyai makna komunikasi antara kedua belah pihak Makna Permohonan dan Harapan Makna tanda adat-istiadat perkawinan merupakan suatu bagian dari permohonan dan harapan yang disampaikan melalui tanda-tanda yang ada adat-istiadat yang ditujukan kepada kedua mempelai. Makna tanda ritual tersebut dapat dilihat dalam tanda-tanda berikut: 1. ulos si torop rambu Ulos si torop rambu dalam upacara perkawinan Batak Toba merupakan tanda yang mempunyai makna permohonan dan harapan. makna permohonan dan harapan dari ulos si torop rambu tersebut ialah supaya pengantin baru tersebut diberikan keturunan oleh Tuhan dan supaya selalu memperhatikan filsafat-filsafat Dalihan Na Tolu. Hal ini dapat dilihat dari fungsi ulos yang sebenarnya yaitu memberikan kehangatan bagi jiwa dan raga dari orang yang menerima ulos si torop rambu tersebut. Dalam upacara perkawinan Batak Toba, pemberian ulos mangulosi secara garis besar dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

40 1. ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada orang tua pengantin laki-laki sebagai ulos panggonggom. Ulos panggonggom mempunyai makna agarmenantunya tetap hidup rukun dan damai dengan orang tua pengantin laki-laki dan lingkungannya berkat pertolongan Tuhan. 2. ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi orang tua pengantin laki-laki yang mempunyai makna penghormatan terhadap orang tua pengantin laki-laki, dan 3. ulos yang diberikan oleh orang tua laki-laki maupun orang tua perempuan kepada mempelai, yang bermakna kasih sayang dan doa restu dari orang tua mereka supaya mereka tetap langgeng sampai selama-lamanya. 2. boras sipir ni tondi Boras disebut juga sipir ni tondi, dalam upacara perkawinan Batak Toba adalah tanda yang melambangkan kekuatan. Boras sipir ni tondi ini digunakan sebagi alat untuk memberkati roh jiwa kedua mempelai agar mereka tetap kuat dalam membangun rumah tangga mereka dan menjadi penolong atau harapan bagi orang-orang di sekitarnya, sebagaimana kuatnya biji beras yang menjadi harapan dan sumber kehidupan bagi orang banyak. 3. pisang sitonggi-tonggi Pisang sitonggi-tonggi mempunyai makna suatu pengharapan, sebagaimana manisnya pisang tersebut begitu jugalah hendaknya kehidupan kedua mempelai. Rasa manisnya pisang diartikan sebagai suatu keharmonisan kedua mempelai. Dengan harapan

41 agar kehidupan kedua mempelai tetap manis dan bahagia. Pemberian pisang sitonggitonggi dilakukan sebagai tanda bahwa berkat sudah diterima dengan harapan kedepannya kehidupan mereka lebih baik. 4. dengke mas dengke simundur-undur Dengke simundur-undur mempunyai makna harapan dari orang tua mempelai perempuan kepada kedua mempelai agar mereka selalu beriringan, sehati, dan sepikir dalam menjalankan roda rumah tangga mereka. Seperti sepasang ikan yang selalu beriringan dalam mencari makanan. Demikian halnya dengan dengke simundur-undur yang diberikan kepada mempelai supaya kedua mempelai tetap seia sekata dalam segala pekerjaan dan usaha menuju kebahagiaan dan kemakmuran, juga dengan saudarasaudaranya sehingga mereka tidak akan tergoyahkan oleh apa pun yang hendak menghalangi langkah mereka Makna Keagungan dan Kehormatan Setiap masyarakat mempunyai budaya yang berbeda sehingga makna dari setiap tanda juga berbeda. Makna dari tanda yang terdapat dalam setiap budaya hanya dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat setempat. Masyarakat Batak Toba sebagai masyarakat yang berbudaya mempunyai tanda berupa benda yang mengandung makna keagungan dan kehormatan. Adapun tanda tersebut disebut dengan hepeng tuhor.

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi/data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi/data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka yang Relevan Kepustakaan yang relevan atau sering juga disebut tinjauan pustaka ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah, yaitu bagaimanakah bentuk simbol-simbol yang terdapat dalam teks pangupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

KONSEP WARNA DALAM BUDAYA BATAK TOBA SKRIPSI

KONSEP WARNA DALAM BUDAYA BATAK TOBA SKRIPSI KONSEP WARNA DALAM BUDAYA BATAK TOBA KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI SKRIPSI Oleh : GEBIE PRATIWI NIM 130701075 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN BALIGE SKRIPSI OLEH ENI EFRIDA SINAGA

MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN BALIGE SKRIPSI OLEH ENI EFRIDA SINAGA MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN BALIGE SKRIPSI OLEH ENI EFRIDA SINAGA 050701003 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 1 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan 2.1.1 Semiotik Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang berarti tanda. Jika dilihat dari kata asalnya maka semiotik adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang. bagaimana hendaknya manusia memperlakukan lingkungannya.

BAB IV ANALISA DATA. A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang. bagaimana hendaknya manusia memperlakukan lingkungannya. BAB IV ANALISA DATA A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang Belum Menikah Menurut Garna, tradisi adalah kebiasaan yang turun-menurun yang mencerminkan keberadapan para pendukungnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana.ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan, bahwabahasa

BAB I PENDAHULUAN. wacana.ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan, bahwabahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari berbagai etnik (suku) yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat dilihat dari kondisi letak geografis suatu suku dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi. BAB I PENDAHULUAN Suku Batak Toba memiliki berbagai benda budaya yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. Ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

UPACARA ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT MANDAILING DI PADANG LAWAS : KAJIAN SEMIOTIK

UPACARA ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT MANDAILING DI PADANG LAWAS : KAJIAN SEMIOTIK UPACARA ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT MANDAILING DI PADANG LAWAS : KAJIAN SEMIOTIK SKRIPSI Oleh: AZWAR UMRI POHAN 090703010 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET

PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR DI INTERNET SKRIPSI OLEH MARINTAN SIHOMBING NIM 050701009 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam masyarakat Indonesia adalah mutlak adanya dan merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat Batak Toba pesta perkawinan menurut adat sebenarnya adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan menurut semestinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam berinteraksi sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri satu dengan yang lainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT PAKPAK DAIRI KAJIAN ANTROPOLINGIUSTIK SKRIPSI OLEH: LISNAWATI MUNGKUR

MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT PAKPAK DAIRI KAJIAN ANTROPOLINGIUSTIK SKRIPSI OLEH: LISNAWATI MUNGKUR MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT PAKPAK DAIRI KAJIAN ANTROPOLINGIUSTIK SKRIPSI OLEH: LISNAWATI MUNGKUR 130701024 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO DELTA FM MEDAN

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO DELTA FM MEDAN TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN SKRIPSI OLEH RINA DESLIAH TAMPUBOLON 090701022 DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 TINDAK

Lebih terperinci

PERTENUNAN BOI-TULUS TEKSTIL DI KECAMATAN BALIGE

PERTENUNAN BOI-TULUS TEKSTIL DI KECAMATAN BALIGE PERTENUNAN BOI-TULUS TEKSTIL DI KECAMATAN BALIGE (1950-1998) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : SWANDI F TAMBUNAN NIM : 090706036 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FENOMENA PILIHAN HIDUP TIDAK MENIKAH (STUDI DESKRIPTIF PADA WANITA KARIR ETNIS BATAK TOBA DI KOTA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Oleh PRIMA DAFRINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini dapat dilihat bahwa adat sistem perkawinan suku Pakpak Kelasen sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data. 219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PERANCANGAN

BAB V LAPORAN PERANCANGAN BAB V LAPORAN PERANCANGAN 5.1 Ulos dan Upacara Adat 5.1.1 Ulos Jenis - jenis ulos Batak Toba terpilih untuk diulas dalam buku ini adalah ulos - ulos yang paling sering digunakan dalam upacara adat Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PANGGIH PADA PERNIKAHAN ADAT SUKU JAWA : KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK PROPOSAL OLEH : TARI FEBRIANTI

MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PANGGIH PADA PERNIKAHAN ADAT SUKU JAWA : KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK PROPOSAL OLEH : TARI FEBRIANTI MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PANGGIH PADA PERNIKAHAN ADAT SUKU JAWA : KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK PROPOSAL OLEH : TARI FEBRIANTI 130701025 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK DEPARTEMEN SASTRA DAERAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK DEPARTEMEN SASTRA DAERAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 GORGA SOPO GODANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA : KAJIAN SEMIOTIK SKRIPSI SARJANA Dikerjakan Oleh NAMA : RAYKING NIM : 090703005 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK DEPARTEMEN SASTRA DAERAH FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT TAPANULI SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN ANGKOLA BARAT) SKRIPSI

PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT TAPANULI SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN ANGKOLA BARAT) SKRIPSI PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT TAPANULI SELATAN (STUDI KASUS KECAMATAN ANGKOLA BARAT) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas

Lebih terperinci