Pengukuran Dosis Berkas Elektron Dari Mesin Berkas Elektron Pada Biji Tumbuhan Menggunakan Spectrophotometer Genesys 5. Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengukuran Dosis Berkas Elektron Dari Mesin Berkas Elektron Pada Biji Tumbuhan Menggunakan Spectrophotometer Genesys 5. Skripsi"

Transkripsi

1 Pengukuran Dosis Berkas Elektron Dari Mesin Berkas Elektron Pada Biji Tumbuhan Menggunakan Spectrophotometer Genesys 5 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Program Studi Fisika Diajukan Oleh: Patrik Ageng Pangarso FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

2 Measuring Dosage Electron Beam from Electron Beam Machine on Plant Seeds Using Spectrophotometer Genesys 5 Skription Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to obtain the Sarjana Sains Degree in Physics By Patrik Ageng Pangarso FACULTY of SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY Yogyakarta 2008

3

4

5 Persembahan Ku persembahkan karya kecil ini kepada : Sang Maha Guru Allah Bapa - Embah Kakung H.Y.R.Soedjono trima Kasih atas nasehat dan materil yang diberikan selama ini untuk nyantrik di rumah tercinta ini. - Embah Putri Valentina Musinah trima kasih atas kesediaan hati dalam melayani dan memberikan petuah serta pengalaman hidup selama ini dari muda sampai usia tua yang aku rasa ada kata kesimpulan yaitu Sabar.. - Pa...e... Yohanes Pemandi Wartono, yang telah memberikan banyak dana dan usaha selama aku belajar di Jogja. Matur nuwun ngeh pak... - Bu...e... Maria Marselina Rusmiyati, Tak terkira selama ini yang engkau sudah berikan kepada aku baik materil atau pun moril. Maka Ku ucapkan trima kasih tak terkira untuk Ibu tercinta. Matur sembah nuwun Ibu... - Kakak ku Alm Yustinus Danang Wicaksono Trima kasih atas dorongan suport yang tak terlihat semoga engkau terberkati di surga dan selalu mendampingi aku selama perjalanan hidup ini. - Adik ku Fransiska Pangesti trima kasih semuanya atas dukungan dan hiburan selama ini walaupun kau jauh disana. - Satu lagi yang tak terlupa adalah dia adek Ruri yang telah menyemangati aq dalam penulisan ini.hehehehehe. Akhir kata.. Tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin, Segala sesuatu dapat terjadi oleh Nya, oleh sebab itu belajar terus jangan putus asa sampai tutup mata. Ora et labora, Pro eklesia et patria. iv

6

7 ABSTRAK Pengukuran Dosis Berkas Elektron Dari Mesin Berkas Elektron Pada Biji Tumbuhan Menggunakan Spectrophotometer Genesys 5 Oleh : Patrik Ageng Pangarso. Telah dilakukan penelitian pengukuran dosis berkas elektron dari mesin berkas elektron pada biji tumbuhan menggunakan Spectrophotometer Genesys 5. Penelitian pengaruh dosis berkas elektron ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari pengaruh berkas elektron pada beberapa biji tumbuhan dengan menvariasikan dosis berkas elektron. Mesin berkas elektron ini memancarkan berkas elektron dengan energi 277,2 kev dan arus berkas elektron sebesar 0,6 ma, 1,0 ma, 1,8 ma, 2,7 ma, dan 3,8 ma. Dari penelitian ini, dosis yang teramati sampai mengenai bahan sebesar 18±1 kgy, 30±1 kgy, 49±2 kgy, 67±1 kgy, dan 92±1 kgy. vi

8 ABSTRACT Measuring Dosage Electron Beam from Electron Beam Machine on Plant Seeds Using Spectrophotometer Genesys 5 By Patrick Ageng Pangarso The Research of measurement electron beam had been done to measure the dosage of electron beam from electron beam machine on seed by using Spectrophotometer Genesys 5. This research was done to find out the result from the effect of electron beam from kinds of seed by differentiate the dosage of electron beam. This electron beam machine emits electron beam at 277, kev with electron beam current of 0,6 ma, 1.0 ma, 1,8 ma, 2,7 ma, and 3,8 ma. From this research, the dosage that reached the material are 18±1 kgy, 30±1 kgy, 49±2 kgy, 67±1 kgy, and 92±1 kgy. vii

9 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Patrik Ageng Pangarso Nomor mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENGUKURAN DOSIS BERKAS ELEKTRON DARI MESIN BERKAS ELEKTRON PADA BIJI TUMBUHAN MENGGUNAKAN SPECTROPHOTOMETER GENESYS 5 Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal :15 Agustus 2008 Yang menyatakan Patrik Ageng Pangarso

10 KATA PENGANTAR Puji syukur pertama-tama saya haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan perlindungannya yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasarat dalam memperoleh gelar sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Dosis Berkas Elektron Dari Mesin Berkas Elektron Pada Biji Tumbuhan Menggunakan Spectrophotometer Genesys 5. Saya menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa proses yang panjang dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dalam kesempatan yang berbahagia ini saya secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr.Ir. Widi Setiawan, selaku Kepala Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Yogyakarta. 2. Bapak Ir. Suprapto selaku Kepala Bidang Teknologi Akselerator dan Fisika Nuklir. 3. Bapak Drs. Tjipto Sujitno APU., yang telah menjembatani dalam penelitian di Bidang Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. 4. Bapak Ir. H. Muryono Hadihardjono, yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Rany Saptaaji dan kelompok Akselerator yang telah memberikan keterangan mengenai mesin berkas elektron dengan sabar. viii

11

12 Daftar Tabel Halaman Tabel 4.1. Data volume, massa, dan massa jenis biji Tabel 4.2. Data hubungan arus berkas elektron (ma) terhadap dosis berkas elektron (kgy) dengan kecepatan konveyer 2,7 cm/detik dan energi 277,2 kev x

13 Daftar Gambar Halaman Gambar 2.1. Skema mesin berkas elektron... 5 Gambar 3.1. Alur penelitian Gambar 4.1. Grafik hubungan respons dosimeter terhadap dosis kalibrasi pada Spectrophotometer Genesys Gambar 4.2. Grafik hubungan dosis iradiasi (kgy) terhadap arus berkas elektron (ma) dengan kecepatan konveyer 2,7 cm/det dan energi 277,2 kev.. 21 Gambar 4.3. Sampel biji kangkung tanpa dosis berkas elektron Gambar 4.4. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 18 kgy...22 Gambar 4.5. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 30 kgy Gambar 4.6. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 49 kgy Gambar 4.7. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 67 kgy Gambar 4.8. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 92 kgy Gambar 4.9. Sampel biji sawi tanpa dosis berkas elektron Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 18 kgy Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 30 kgy Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 49 kgy Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 67 kgy Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 92 kgy Gambar Hasil penyemaian pada tumbuhan kangkung dengan dosis berkas elektron dari k1 sampai dengan k5 dengan menggunakan polybag Gambar Hasil penyemaian pada tumbuhan sawi yang sudah dikenai berkas elektron dengan dosis dari s1 sampai s5 dengan menggunakan polybag xi

14 Daftar isi Halaman Halaman Judul... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Persembahan... Pernyataan Keaslian Karya... Abstrak... Abstrack... Kata Pengantar... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Isi... i ii iii iv v vi vii viii x xi xii Bab I Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Sistematika Penulisaan... 3 Bab II Dasar Teori Penemuan Elektron Mesin Berkas Elektron... 5 xii

15 Emisi Termionik Tabung Pemercepat Gaya magnetik pada sebuah muatan yang bergerak Penentuan dosis pada CTA... 9 BAB.III. Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Alat Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pengukuran massa jenis biji Memancarkan berkas elektron Persiapan menjalankan mesin berkas elektron Menjalankan mesin berkas elektron Mematikan mesin berkas elektron Perhitungan dosis dengan Spectrophotometer Genesys Melihat biji yang sudah dikenai berkas elektron menggunakan mikroskop kamera Menanam biji yang sudah dikenai berkas elektron BAB IV. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Data biji Kalibrasi alat Data arus berkas elektron yang digunakan untuk memancarkan berkas elektron xiii

16 Pengaruh berkas elektron pada biji yang dilihat dengan mikroskop Hasil pengaruh berkas elektron pada biji kangkung dilihat pada mikroskop Hasil pengaruh berkas elektron pada biji sawi dilihat pada mikroskop Hasil pengamatan tanaman dari biji yang dikenai berkas elektron Hasil penyemaian pada biji kangkung Hasil penyemaian pada biji sawi yang dipancarkan oleh berkas elektron Pembahasan hasil Dosis berkas elektron Mendapatkan dosis dari mesin berkas elektron Pengaruh arus berkas elektron terhadap dosis berkas elektron Penerapan mesin berkas elektron pada biji Hasil mikroskopik biji Hasil pengaruh berkas elektron pada biji dengan ditanam BAB V Penutup Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran xiv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang. Mesin Berkas Elektron berguna untuk memancarkan berkas elektron ke bijibijian yang merupakan alat teknologi baru di Indonesia. Dalam penggunaannya mesin berkas elektron tidak menggunakan bahan radioaktif sehingga aman untuk kesehatan. Mesin berkas elektron dirancang untuk keperluan penelitian dan aplikasi dalam bidang industri, kesehatan lingkungan, dan bioteknologi. Berkas elektron dapat digunakan dalam meningkatkan kinerja jasad hidup [Muryono, 2001]. Aplikasi menggunakan berkas elektron untuk pangan secara komersial di Indonesia telah dimulai pada tahun 1987, tetapi penelitian dengan menggunakan mesin berkas elektron untuk memancarkan berkas elektron ke biji tanaman belum pernah dilakukan sampai saat ini. Berkas elektron memberikan pengaruh pada tepung dengan berbagai perlakuan [Tanhindarto, 2005]. Berdasarkan pada hasil tersebut dan untuk menjawab tantangan alternatif penggunaan mesin berkas elektron perlu adanya penelitian proses memancarkan berkas elektron pada biji tanaman untuk mengetahui pengaruh dari berkas elektron pada biji tanaman. Dalam penelitian ini, peneliti memvariasikan dosis berkas elektron pada biji tumbuhan. Untuk mencapai hal tersebut digunakan mesin berkas elektron sebagai pemancar berkas elektron. Berkas elektron dianalisa lewat Spectrophotometer Genesys 5. Hasilnya diamati lewat mikroskop kamera dan penanaman biji. 1

18 2 1.2 Rumusan Masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah menentukan dosis berkas elektron pada beberapa biji tumbuhan. Mengetahui perubahan hasil dari tiap dosis berkas elektron ke biji tumbuhan Batasan Masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pengaruh berkas elektron pada biji kangkung, dan biji sawi. Memvariasikan dosis dari arus berkas elektron yang digunakan Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkas elektron yang dipercepat pada beberapa biji tumbuhan. Dengan memvariasikan arus dari berkas elektron yang menuju biji tanaman dapat diketahui dosis yang diterima Manfaat Penelitian. Memberikan informasi kepada pengguna mesin berkas elektron bahwa telah dilakukan penelitian tentang pengaruh berkas elektron pada biji kangkung, dan biji sawi dengan menggunakan mesin berkas elektron sehingga dapat berguna untuk proses selanjutnya dan dapat dikembangkan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan Sistematika Penulisan. Dalam penelitian ini dituliskan dengan sistematika sebagai berikut:

19 3 BAB I. Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II Dasar Teori. Bab ini menguraikan tentang teori yang digunakan dalam MBE dan yang berhubungan dengan prinsip kerja MBE. BAB III. Metodologi Penelitian. Bab ini menguraikan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen, prosedur eksperimen dan metode yang digunakan untuk analisa data. BAB IV. Hasil Dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang hasil eksperimen dan pembahasannya. BAB V. Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap penelitian yang telah dilakukan.. Selain itu disertakan juga daftar pustaka dan lampiranlampiran untuk melengkapi uraian sebelumnya.

20 BAB II DASAR TEORI 2.1. Penemuan Elektron. Pada tahun 1897 J.J.Thomson mengamati penyimpangan partikel pada gabungan medan magnet dan medan listrik. Dari pengukuran perbandingan muatan dan massa pada percobaan tersebut dihasilkan penemuan sebuah partikel [Halliday & Resnick, 1996]. Menurut Thomson partikel tersebut merupakan butiran-butiran kecil yang berasal dari dalam atom-atom yang menyusun bahan katoda sendiri. Butiran yang kecil ini oleh Thomson disebut elektron. Elektron ini bermuatan negatif sebab dipancarkan oleh katode dan ditarik oleh anode. Alat yang dipakai Thomson dalam eksperimen tersebut menggunakan berkas elektron yang dihasilkan dari kawat yang panas. Kemudian berkas elektron dipercepat oleh perbedaan potensial listrik yang digunakan. Berkas elektron lalu memasuki sebuah daerah dengan arah tegak lurus medan listrik dan medan magnet. Elektron yang bergerak tersebut terlihat sebagai sebuah titik cahaya yang mengarah pada layar pendar. Keseluruhan ruang pada saat elektron bergerak dari sumber sampai layar pendar dibuat hampa udara agar tidak terjadi tumbukkan antara berkas elektron yang bergerak dengan molekul udara [Halliday & Resnick, 1996]. 4

21 Mesin Berkas Elektron. Mesin berkas elektron merupakan suatu unit alat untuk menghasilkan berkas elektron yang digunakan untuk memancarkan berkas elektron. Skema sistem peralatan ini dapat dilihat pada gambar 2.1. Tabung Akselerator S a m p e l Sumber elektron Magnet pemanyar Gambar 2.1. Skema mesin berkas elektron. Sumber elektron merupakan komponen Mesin Berkas Elektron (MBE) yang sangat penting yaitu sebagai penghasil berkas elektron yang akan memancarkan berkas elektron pada suatu bahan. Pada bagian pemancar, elektron dihasilkan dengan cara memanaskan logam dengan arus listrik dan selanjutnya elektron yang dihasikan tersebut dikeluarkan dari dalam sumber dan dibentuk menjadi berkas elektron. Catu daya sebagai sumber daya listrik digunakan untuk mengatur arus listrik menuju ke sumber elektron yang dipakai dalam pembentukkan berkas elektron. Pemfokus berkas elektron mempunyai fungsi untuk mengumpulkan

22 6 berkas elektron yang dipancarkan oleh sumber elektron sehingga dapat masuk dalam tabung akselerator. Tabung akselerator berfungsi untuk mempercepat berkas elektron yang dihasilkan dari sumber elektron sehingga berkas elektron tersebut dapat mencapai kecepatan yang tinggi sesuai dengan kebutuhan mesin berkas elektron untuk memancarkan berkas elektron. Untuk mempercepat berkas elektron tersebut tabung akselerator menggunakan tegangan listrik searah digunakan generator yang dapat menghasilkan tegangan tinggi. Magnet pemayar berfungsi untuk menyimpangkan berkas elektron agar bergerak kearah samping kiri dan kanan terhadap sumbu tabung akselerator sehingga berkas elektron yang keluar dari tabung akselerator mengenai keseluruh permukaan sampel di bawah jendela pemayar. Catu daya sebagai sumber daya listrik berfungsi untuk mengatur arus listrik. Arus listrik yang menuju rangkaian magnet pemayar menghasilkan medan magnet. Medan magnet yang dihasilkan digunakan dalam memayarkan berkas elektron. Dari magnet pemayar sampai jendela pemayar berkas elektron dilindungi oleh corong pemayar agar tidak berbenturan dengan molekul udara lainnya. Dari jendela pemanyar menuju sampel terdapat penyetop berkas elektron, kegunaan penyetop berkas elektron adalah untuk mengetahui arus berkas elektron yang menuju sampel, jika sudah sesuai dengan arus berkas elektron yang diinginkan maka penyetop berkas akan terbuka secara otomatis. Sempel yang dikenai berkas elektron dibawa sampai tepat di bawah corong pemayar dengan konveyer. Koveyor merupakan roda besi yang diatur sedemikian

23 7 dan dihubungkan dengan tali karet khusus sehingga dalam berjalan semua roda bergerak. Konveyor ini dijalankan dengan kecepatan yang dapat diatur Emisi Termionik. Gejala pelepasan elektron bebas dari permukaan logam karena panas logam disebut emisi termionik. Bila suhu katoda cukup tinggi sebagian elektron memiliki cukup tenaga untuk lepas dari logam, seperti molekul-molekul yang akan menguap dari suatu zat cair. Elektron bebas yang terdapat pada bahan logam, baru dapat lepas dari permukaan logam itu apabila tenaga geraknya cukup besar, sehingga dapat mengatasi tenaga ikat permukaan pada elektron bebas tersebut. Tenaga ikat pada elektron disebut fungsi kerja. Potensial yang mengikat elektron bebas untuk tidak lepas dari permukaan dapat disebut potensial ambang [Soedojo, 1985]. Bahan yang digunakan sebagai sumber elektron adalah kawat tungsten Tabung Pemercepat. Tabung pemercepat berfungsi mempercepat elektron yang dihasilkan oleh sumber elektron. Energi yang digunakan untuk mempercepat elektron sangat besar maka elektron dapat keluar dari tabung pemercepat dan digunakan untuk memancarkan berkas elektron pada suatu bahan. Oleh karena itu di dalam tabung pemercepat harus dihasilkan suatu medan listrik sedemikian rupa sehingga berkas elektron dapat dipercepat. Medan listrik dalam tabung pemercepat dihasilkan dengan pemasangan tegangan listrik searah

24 8 (DC) [Djoko, 2004]. Gaya yang terdapat pada elektron yang berada dalam medan listrik dapat dituliskan [Alonso, 1992]: ρ ρ F = qe (2.1) dengan E ρ : medan listrik(newton/coulomb). q : muatan elektron (1, coulomb). Elektron sebagai suatu massa jika ditarik oleh suatu gaya akan menghasilkan gerak lurus yang dipercepat beraturan dengan percepatan tertentu pula. [Soetrisno,1978]: ρ ρ F a = (2.2) m dengan F ρ : gaya yang berkerja pada elektron. a ρ : percepatan elektron. m : massa elektron (9,109 x kg). Dengan mengikuti persamaan (2.1) dan (2.2) percepatan berkas elektron pada tabung pemercepat menjadi: qe a ρ ρ = (2.3) m

25 Gaya Magnetik pada sebuah muatan yang bergerak. Interaksi antara muatan listrik yang bergerak dengan medan magnetik pada daerah yang mempunyai medan magnet menyebabkan adanya gaya terhadap muatan. Gaya tersebut tergantung pada kecepatan, muatan elektron, dan medan magnetik. Hal ini dapat dituliskan dengan persamaan berikut [Johannes, 1978]: ρ ρ ρ F = qv B (2.4) dengan V ρ : kecepatan muatan. B ρ : medan magnetik dengan satuan T. Persamaan 2.4 digunakan untuk memayarkan berkas elektron seperti pada gambar 2.1. Magnet pemanyar berkas elektron digunakan untuk menarik berkas elektron menyebar ke seluruh corong pemanyar sehingga berkas elektron dapat merata keseluruh permukaan sampel yang dilalaui Penentuan dosis pada CTA. Dalam menentukan dosis serap pada bahan didasarkan pada hasil deteksi berkas elektron yang mengenai CTA beserta bahan. Setelah berkas elektron mengenai bahan dilakukan pengukuran absorbansidengan alat Spectrophotometer Genesys 5. Perhitungan dosis serap dilakukan berdasarkan kalibrasi dosis serap terhadap respon dosimeter. Kurva kalibrasi diperoleh dari hasil pengukuran dosimeter yang telah diketahui nilai dosisnya secara pasti. Sedangkan respon dosimeter (R) merupakan hasil pengukuran absorban dosimeter setelah dikenai berkas elektron (abs) dikurangi dengan absorban dosimeter tanpa dikenai berkas

26 10 elektron (bgd) dibagi dengan tebal dosimeter (t) yang diulis dalam rumus sebagai berikut [Saptaaji, 2006]: ( abs bgd ) R = (2.5) t dengan R : respons dari dosimeter CTA abs : absorban dosimeter setelah dikenai berkas elektron. bgd : absorban dosimeter tanpa dikenai berkas elektron.

27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta. Pengukuran fisik sampel dikerjakan di Laboratorium Analisa Pusat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses memancarkan berkas elekton dan uji dosis dilakukan di Laboratorium Mesin Berkas Elektron (MBE) (PTAPB-BATAN). Uji foto mikro dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Alat Penelitian. Pada penelitian ini digunakan peralatan yang terdiri dari beberapa bagian utama yaitu : 1. Mesin Berkas Elektron. 2. Dosimeter CTA. 3. Spectrophotometer Genesys 5 4. Timbangan Scout Pro. 5. Gelas ukur 10 ml. 6. Mikroskop Kamera. 11

28 12 Berikut ini penjelasan dari alat-alat yang digunakan : 1. Mesin Berkas Elektron Mesin Berkas Elektron digunakan sebagai alat untuk memancarkan berkas elektron menuju sampel. 2. Dosimeter CTA Dosimeter CTA yang digunakan adalah tipe FUJI FTR-125 buatan jepang yang berupa pita panjang, warna bening dengan dimensi lebar 8 mm, tebal 0,125 mm, densitas 1,298 gr/cm 3 dan dapat dibaca pada panjang gelombang 280 mm. 3. Spectrophotometer Genesis 5. Spectrophotometer Genesis 5 digunakan untuk mengukur absorbansi dosimeter sebelum dan sesudah dikenai berkas elektron dengan MBE. 4. Timbangan Scout Pro. Timbangan ini merupakan timbangan digital yang digunakan untuk mengukur massa biji digunakan untuk mengukur massa jenis biji yang dikenai berkas elektron. 5. Gelas Ukur. Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume biji yang akan dikenai berkas elektron. 6. Mikroskop kamera. Mikroskop yang digunakan adalah jenis mikroskop kamera merek olympus DP 12. Miktroskop tersebut digunakan untuk melihat perubahan biji yang sudah dikenai berkas elektron.

29 13 gambar 3.1 Dalam eksperimen tersebut langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada MBE Dosimeter +Sampel Spctrophotometer Genesys 5 Mikroskopik biji Uji tanaman Gambar 3.1. Alur penelitian. Mesin Berkas Elektron digunakan untuk memancarkan berkas elektron menuju bahan yang sudah disiapkan dalam wadah. Dosimeter Cellulose Triacetat (CTA) digunakan sebagai alat untuk mengetahui dosis berkas elektron. Untuk mengetahui hasil pancaran berkas elektron, CTA dianalisis absorbansinya oleh alat Spectrophotometer Genesis 5. Nilai absorbansi yang ditampilkan diolah dengan komputer untuk mendapatkan data dosis pada masing-masing perlakuan.

30 14 Setelah dikenai berkas elektron biji dilihat dengan mikroskop kamera untuk melihat morfologi pada biji. Sesudah dilakukan penelitian fisik pada biji maka selanjutnya biji kemudian ditanam untuk melihat efek berkas elektron pada pertumbuhan biji Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu: pengukuran massa jenis biji, tahap memancarkan berkas elektron, tahap perhitungan dosis pada bahan dengan menggunakan Spectrophotometer Genesys 5, tahap melihat biji yang sudah dikenai berkas elektron dengan mikroskop, dan tahap menanam biji yang sudah dikenai berkas elektron Pengukuran massa jenis biji. Sampel dalam penelitian ini adalah biji tanaman pertanian. Untuk mengetahui massa jenis biji dilakukan pengukuran massa dan volume pada biji. Dari data tersebut massa jenis biji dapat diketahui dengan membagi massa biji dengan volume pada biji. Dalam mencari massa dari biji kangkung, dan biji sawi digunakan timbangan digital Scout Pro. Untuk mengetahui volume pada biji menggunakan gelas ukur yang diisi air. Perubahan air yang naik pada gelas ukur menunjukkan volume biji Memancarkan berkas elektron. Proses memancarkan berkas elektron dilakukan menggunakan Mesin Berkas Elektron 300 kev / 10 ma milik P3TM_ BATAN. Proses operasi Mesin Berkas Elektron terdiri dari:

31 Persiapan menjalankan mesin berkas elektron. Dalam menjalankan mesin berkas elektron dipastikan tidak ada personil di dalam ruangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengoprasikan mesin berkas elektron: - Suhu ruang dalam mesin berkas elektron tidak lebih dari 25 derajat Celsius. - Kelembaban relativ tidak lebih dari 60 persen. - Suhu pendingin pada Osilator dan Shuter tidak lebih dari 20 derajat Celsius. - Tekanan udara pada kompresor antara 5-7 kg/cm 2 - Kevakuman pada mesin berkas elektron kurang dari 5 x 10-5 milibar. - Menghidupkan sumber tegangan pemercepat sampai tegangan anoda hidup. - Pastikan tidak ada orang didalam ruangan. - Selama menjalankan mesin berkas elektron ruangan dalam keadaan tertutup. - Mengaktifkan Emergensi selama mesin berkas elektron dijalankan Menjalankan mesin berkas elektron. Dalam menjalankan mesin berkas elektron, tegangan tinggi diatur agar sampel dapat dikenai berkas elektron dengan baik. Hal-hal yang penting dalam menjalankan mesin berkas elektron: -Menghidupkan kunci kontak, alaram peringatan akan berbunyi selama 10 sampai 30 detik. - Menyiapkan kondisi kontrol dengan menekan tombol on. -Untuk menaikkan tegangan tinggi dengan cara menekan tombol Riliase dan tombol up secara serempak. - Tegangan tinggi diatur hingga mencapai tegangan yang dikehendaki. - Penyetop berkas elektron diposisikan menutup.

32 16 -Menghidupkan pendingin window (Blower) AC ruangan akan mati dengan sendirinya. - Menghidupkan sistim pemanyar. Sumber elektron dihidupkan dengan menyalakan sumber daya filamen secara bertahap sambil menjaga kondisi kevakuman tetap tinggi sekitar 5 x 10-5 milibar. Tegangan anoda diatur untuk memperoleh arus berkas elektron pada nilai yang dikehendaki. Jalankan konveyor serta sampel yang akan dikenai berkas elektron sesuai dengan dosis yang diinginkan. Sampel dimasukkan dalam plastik tipis agar mudah untuk dikenai berkas elektron, kemudian diletakkan pada wadah khusus diatas bantalan konveyer Mematikan mesin berkas elektron. Langkah-langkah dalam mematikan mesin berkas elektron: - Tutup penyetop berkas elektron. - Mematikan tegangan tinggi dengan menekan tombol Release dan tombol Reset. - Mematikan sumber elektron dengan cara mematikan sumber daya filamen dan sumber daya anoda. - Mematikan sistem pemayar, dan pendingin jendela pemayar. - Hidupkan ventilator untuk membersihkan ruangan MBE dari gas ozon, selama ± 10 menit, dan hidupkan AC ruangan MBE. - Matikan kunci kontak dengan cara memutar ke posisi off. - Masuk ruangan sambil menekan tobol emergency I dan II.

33 17 - Matikan sumber daya tegangan tinggi, sesuai prosedur yang ada melalui panel kontrol operasi, hingga bola pelucut muatan menempel pada terminal atau elektroda sumber tegangan tinggi. - Gunakan tongkat pelucut muatan yang tersedia untuk mengamankan setiap komponen MBE yang berpotensi bermuatan sebelum dipegang. Mesin berkas elektron ini dijalankan dengan energi tertentu. Energi yang diperkenankan hanya sampai 300 kev meskipun dirancang untuk 350 kev. Ini dilakukan untuk menjaga keadaan alat agar tidak ada lompatan energi yang lebih besar yang menyebabkan kerusakkan komponen mesin Perhitungan dosis dengan menggunakan Spectrophotometer Genesys 5. Perhitungan dosis berkas elektron menggunakan CTA dosimeter dan Spectrophotometer Genesys 5. Untuk mengkalibrasi alat Spectrophotometer Genesys 5 digunakan CTA dosimeter yang sudah diketahui dosisnya secara pasti. Nilai absorbansi dari CTA yang sudah diketahui dosisnya digunakan untuk mencari respons. Data dari respon pada dosimeter akan didapatkan grafik persamaan kalibrasi dosis elektron terhadap respons dosimeter. Dari persamaan dapat digunakan sebagai acuan untuk mencari dosis setelah dikenai berkas elektron. Persamaan kalibrasi dapat dilihat pada gambar 4.1. Persamaan kalibrasi pada gambar grafik 4.1 digunakan untuk mencari dosis dari CTA. Dengan perhitungan absorbansi dari CTA yang sudah dikenai berkas elektron akan diketahui respons dosimeter. Dari respons akan diketahui dosis berkas elektron.

34 Melihat biji yang sudah dikenai berkas elektron menggunakan mikroskop kamera. Untuk melihat biji yang sudah dikenai berkas elektron digunakan mikroskop kamera merek olympus DP.12. Mikroskop ini merupakan mikroskop yang secara otomatis dapat melihat gambar hasil perbesaran pada layar yang sudah diatur. Hasil perbesaran yang sudah diatur tersebut diolah dalam perangkat komputer Menanam biji tanaman yang sudah dikenai berkas elektron. Untuk melihat pertumbuhan biji yang sudah dikenai berkas elektron ditanam dalam palstik polybag, dengan cara mengisikan kantung polibag tersebut dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Siapkan lahan yang dijadikan tempat penyemaian agar mudah dalam pengawasan dan dapat teramati dengan baik. Dalam mengisikan tanah dan pupuk tersebut kedalam polibag menjadi 5 untuk masing-masing perlakuan dosis dan satu sebagai kontrol dengan ketinggian setengah tinggi polibag. Setelah ditanam dilakukan penyiraman pada polibag tersebut. Diamati tumbuhan tersebut selama satu bulan terhitung dari menanam.

35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian Data biji. Sebelum dikenai berkas elektron sampel berupa biji tanaman dilakukan pengukuran massa jenisnya dahulu, dengan menggunakan gelas ukur untuk mengetahui volume dan timbangan digital Scout Pro untuk mengetahui massanya hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 4.1. Selengkapnya dari perhitungan massa jenis biji terlampir di lampiran 1. Berikut hasil perhitungan massa jenis biji. No. Jenis biji tanaman Massa biji (gr) Volume (ml) Massa jenis (gr/ml) 1. Kangkung 3,1 2,5 1,24±0,02 2. Sawi 0,7 0,7 1,04±0,05 Tabel 4.1. Data volume, massa, dan massa jenis tiap-tiap biji Kalibrasi alat. Sebelum alat Spectrophotometer Genesys 5 digunakan perlu dilakukan kalibrasi agar memperoleh perhitungan standar untuk mendeteksi dosis. Data dicari dari CTA yang sudah diketahui dosisnya secara pasti. Kemudian dicari absorbansi dari setiap dosis yang sudah diketahui tersebut yang kemudian dapat dicari respon dari dosis tersebut. Hasil kalibrasi dapat dilihat pada gambar 4.1. Hasil selengkapnya dapat ditunjukkan dalam lampiran 2. 19

36 R = 0,659 D - 1,4211 Response (cm Dosis kalibrasi (kgy) Respons (cm ) Linear (Respons (cm )) Gambar 4.1. Grafik hubungan respon dosimeter terhadap dosis kalibrasi pada spectrophotometer Genesys Data arus berkas elektron yang digunakan untuk memancarkan berkas elektron. Dalam memancarkan berkas elektron pada penelitian ini menggunakan arus berkas elektron yang berbeda hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan dosis yang bervariasi. Data dosis dari mesin berkas elektron ini diperoleh dari pengukuran pada CTA dosimeter yang dilihat absorbansinya pada Spectrophotometer Genesys 5. Dari nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam persamaan kalibrasi alat untuk mendapatkan nilai dosis yang dipakai hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2. Dari tabel 4.2 dapat dibuat grafik hubungan dosis berkas elektron (kgy) terhadap arus berkas elektron (ma) seperti pada gambar 4.2. Data pengukuran absorbansi ada pada lampiran 4.

37 21 No. Arus berkas elektron (ma) Absorbansi (A) Respons (cm -1 ) Dosis berkas elektron(kgy) 1. 0,6 0,2 10,2 18±1 2. 1,0 0,3 18,1 30±1 3. 1,8 0,5 30,9 49±2 4. 2,7 0,6 42,6 67±1 5. 3,8 0,8 59,3 92±1 Tabel 4.2. Data hubungan arus berkas elektron (ma) terhadap dosis berkas elektron (kgy) dengan kecepatan konveyer 2,7 cm/detik dan energi 277,2 kev. Dosis berkas elektron (kg Arus berkas elektron (ma) D = 22,684A + 6,2851 Dosis berkas elektron (kgy) Linear (Dosis berkas elektron (kgy)) Gambar 4.2. Grafik hubungan dosis berkas elektron (kgy) terhadap arus berkas elektron (ma) dengan kecepatan konveyer 2,7 cm/det dan energi 277,2 kev.

38 Pengaruh berkas elektron pada biji yang dilihat pada mikroskop Hasil pengaruh berkas elektron pada biji kangkung dilihat pada mikroskop. Gambar biji ini diperbesar dengan menggunakan mikroskop kamera olympus DP 12 dengan perbesaran 20 kali. Gambar 4.3 merupakan biji kontrol tanpa pengaruh berkas elektron. Sedangkan pada gambar 4.4, gambar 4.5, gambar 4.6, gambar 4.7, dan gambar 4.8 merupakan biji kangkung yang sudah dikenai berkas elektron dengan dosis 18±1 kgy, 30±1 kgy, 49±2 kgy, 67±1 kgy, dan 92±1 kgy. Gambar 4.3 merupakan sampel biji kangkung tanpa dikenai berkas elektron. Gambar 4.4 adalah sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron 18±1 kgy. Terlihat dari gambar 4.4 memiliki warna yang lebih tua dan bintik hitam yang sedikit karena dosis yang digunakan pada biji kangkung pada gambar 4.4 masih kecil. Gambar 4.3. Sampel biji kangkung tanpa dosis berkas elektron. Gambar 4.4. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 18±1 kgy.

39 23 Pada gambar 4.5 terlihat mulai adanya bercak-bercak kehitaman pada biji hal ini dimungkinkan karena pengaruh dosis yang diberikan dari mesin berkas elektron sebesar 30±1 kgy. Pada permukaan biji juga terlihat adanya seperti bekas terbakar. Terlihat pada gambar seperti adanya kawasan berkas elektron yang menumbuk permukaan biji kangkung. Gambar 4.5. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 30±1 kgy. Pada gambar 4.6 merupakan sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 49±2 kgy terlihat bercak hitam pada permukaan biji semakin besar dan meluas. Terlihat pula pada gambar tersebut bintik-bintik hitam dan bercak hitam yang semakin besar. Hal ini menandakan adanya berkas elektron yang sampai ke biji kangkung. Gambar 4.6 Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 49±2 kgy.

40 24 Pada gambar 4.7 bintik hitam semakin jelas dan terlihat hampir menutupi lapisan biji dan terlihat mengumpul. Hal ini menandakan adanya berkas elektron yang mengenai biji pada dosis 67±1 kgy sehingga terbentuk menjadi bintik-bintik kecil. Gambar 4.7. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 67±1 kgy. Pada gambar 4.8 merupakan dosis berkas elektron yang terakhir sebesar 92±1 kgy pada biji kangkung. Pada gambar tersebut terlihat bintik bintik hitam yang mengumpul dan merata keseluruh permukaan biji yang dikenai berkas elektron. Gambar 4.8. Sampel biji kangkung dengan dosis berkas elektron sebesar 92 ± 1 kgy Hasil pengaruh berkas elektron pada biji sawi dilihat pada mikroskop. Biji sawi ini juga diperbesar dengan mikroskop yang sama dengan perbesaran 10 kali. Gambar 4.9 merupakan biji kontrol sawi tanpa pengaruh berkas elektron. Sedangkan pada gambar 4.10, gambar 4.11, gambar 4.12, gambar 4.13, dan gambar

41 merupakan biji sawi yang sudah dikenai berkas elektron dengan dosis yang sama sebesar 18±1 kgy, 30±1 kgy, 49±2 kgy, 67±1 kgy, dan 92±1 kgy. Terlihat pada gambar 4.9 biji tidak ada yang bintik bintik hal ini karena biji tidak dikenai berkas elektron. Gambar 4.9. Sampel biji sawi tanpa dosis berkas elektron. Pada gambar 4.10 permukaan biji mulai nampak bintik-bintik kecil dan terlihat pada pinggir biji. Biji ini dikenai berkas elektron dengan dosis 18±1 kgy. Pada gambar ini juga terlihat adanya bekas tumbukan dengan partikel terlihat adanya titik- titik pada biji sawi yang diberikan berkas elektron tersebut. Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 18±1 kgy. Pada gambar 4.11 biji sawi dikenai berkas elektron dengan dosis berkas elektron sebesar 30±1 kgy. Dari gambar terlihat biji yang seperti bintik-bintik yang banyak dan lebih menyebar. Hal ini dapat diketahui dari bintik pada biji.

42 26 Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 30±1 kgy. Pada gambar 4.12 biji sawi dipancarkan berkas elektron dengan dosis berkas elektron sebesar 49±2 kgy. Dari uji foto mikroskopik ini dalam biji terlihat adanya bintik hitam yang lebih banyak lagi dan warnanya juga berubah. Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 49±2 kgy. Pada gambar 4.13 biji ini dipancarkan berkas elektron dengan dosis dari berkas elektron sebesar 67±1 kgy. Dari gambar mikroskopik ini terlihat berkas yang menembus permukaan biji dan terjadi perubahan pada kulit biji yang terlhat agak kemerahan dan bintik yang ada lebih luas dari yang sebelumnya. Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 67±1 kgy.

43 27 Pada gambar 4.14 biji sawi ini dikenai berkas elektron dengan dosis berkas elektron sebesar 92±1 kgy. Dalam gambar ini biji yang dikenai berkas elektron terlihat berkas yang keseluruh permukaan biji dan berkas yang banyak. Gambar Sampel biji sawi dengan dosis berkas elektron sebesar 92±1 kgy Hasil pengamatan tanaman dari biji yang dikenai berkas elektron. Pada penyemaian biji ini di lakukan pada polibag dengan isi tanah sebagai media yang ditanam selama 30 hari Hasil penyemaian pada biji kangkung. Dari hasil penanaman biji kangkung menurut dosis berkas elektron yang diberikan terdapat beberapa perbedaan dari tumbuhan yang tumbuh. Pada K0 merupakan tumbuhan kangkung kontrol yang tanpa dikenai berkas elektron. Terlihat pada tumbuhan tersebut tumbuh dengan normal. Pada K1, K2, K3, K4, dan K5 merupakan tumbuhan kangkung yang bijinya sudah dikenai dosis berkas elektron dari 18±1 kgy, 30±1 kgy, 49±2 kgy, 67±1 kgy, dan 92±1 kgy.

44 28 K0 K1 K2 K3 K4 K5 Gambar Hasil penyemaian pada tumbuhan kangkung dengan dosis berkas elektron dari k1 sampai k5 dengan menggunakan polybag. Pada K0 merupakan biji kontrol pada biji kangkung dapat tumbuh dengan baik. Dari menvariasikan dosis berkas elektron tersebut tanaman yang terlihat paling banyak daunnya pada dosis K1 dan daunnya kecil-kecil. Pada K2 biji kangkung terlihat juga dapat tumbuh dilihat dari adanya daun yang tumbuh. Pada K3 daun yang terlihat hanya sedikit dimungkinkan akibat pengaruh dari dosis berkas elektron yang diberikan. Tumbuhan K4 terlihat lebih kecil lagi dan agak lebih keriting hal ini juga dimungkinkan akibat dosis berkas elektron yang diberikan. Pada tumbuhan K5 daun yang semi juga sedikit dan daunnya lebih kecil dari yang sebelumnya Hasil penyemaian pada biji sawi yang dipancarkan oleh berkas elektron. Dari hasil penanaman biji sawi yang sudah dikenai berkas elektron terlihat di gambar Pada gambar tersebut S0 merupakan kontrol dari biji sawi, sedangkan untuk S1, S2, S3, S4, dan S5 merupakan tumbuhan yang bijinya sudah dikenai berkas elektron dengan masing-masing dosis berkas elektron sebesar 18±1 kgy, 30±1 kgy, 49±2 kgy, 67±1 kgy, dan 92±1 kgy. Pada biji kontrol S0 biji sawi dapat tumbuh

45 29 dengan baik. Sedangkan pada biji sawi S1, S3, S4, dan S5 tidak ada biji sawi yang tumbuh, hanya S2 saja yang dapat tumbuh setelah dikenai berkas elektron, hal ini akibat pancaran berkas elektron yang berbeda-beda. S0 S1 S2 S3 S4 S5 Gambar 4.16 Hasil penyemaian pada tumbuhan sawi yang sudah diiradiasi dengan dosis iradiasi dari S1 sampai S5 dengan menggunakan polybag. 4.2.Pembahasan hasil Dosis berkas elektron Mendapatkan dosis dari mesin berkas elektron. Dalam mendapatkan dosis pada proses menjalankan mesin berkas elektron menggunakan CTA sebagai dosimetri yang dikenai berkas elektron bersama-sama dengan sampel. Setelah CTA dikenai berkas elektron tersebut dianalisa absorbansinya dengan menggunakan Spectrophotometer Genesys 5. Dari nilai absorbansinya maka dengan otomatis dapat diketahui respons dosimeter. Untuk mengetahui dosis tersebut menggunakan persamaan kalibrasi yang dibuat dari dosis yang sudah diketahui secara pasti.

46 Pengaruh arus berkas elektron terhadap dosis berkas elektron. Dalam gambar 4.2 grafik hubungan dosis berkas elektron (kgy) terhadap arus berkas elektron (ma) dengan kecepatan konveyer 2,7 cm/det dan energi 277,2 kev terlihat bahwa arus berkas elektron memiliki peranan untuk menaikkan dan menurunkan dosis. Dari gambar grafik dapat diketahui persamaan dosis terhadap arus berkas elektron yaitu D = 22,684 A + 6, Penerapan mesin berkas elektron pada biji. Mesin berkas elektron ini dalam penerapan selanjutnya digunakan untuk memancarkan berkas elektron pada beberapa biji tumbuhan. Dari hasil uji mikroskopik dan penanaman dapat dilihat adanya pengaruh berkas elektron terhadap biji Hasil mikroskopik biji. Pada hasil foto mikroskopik pada biji kangkung dan sawi terlihat perubahan struktur kulit pada biji dari penambahan dosis yang dilakukan. Dari hasil foto ini terlihat pada biji kangkung semakin besar dosis yang dilakukan maka semakin terlihat pengaruh dari berkas elektron, ini terlihat dari bercak-bercak kehitaman yang menandakan adanya pengaruh dosis dari berkas elektron tersebut. Pada biji sawi juga terlihat nampak adanya bintik-bintik kehitaman hal ini juga menandakan adanya pengaruh berkas elektron pada biji.

47 Hasil pengaruh berkas elektron pada biji dengan ditanam. Dari hasil penanaman biji kangkung dan biji sawi sesudah dikenai berkas elektron memiliki hasil yang berbeda. Terlihat dari hasil penanaman biji kangkung, biji dapat tumbuh semua dengan baik dan terlihat adanya perubahan tanaman dari perlakuan dosis pada masing-masing biji. Pada biji sawi yang ditanam terlihat beberapa tanaman sawi yang mendapatkan perlakuan berkas elektron tidak bisa tumbuh semua hal ini dibandingkan pada kontrol atau biji tanaman yang tanpa dikenai berkas elektron. Dari tabel 4.1 biji kangkung lebih besar massa jenisnya dari pada biji sawi. Dari dosis yang sama tampak bahwa pertumbuhan biji kankung dapat tumbuh lebih baik dibandingkan dengan biji sawi. Hal ini dikarenakan penetrasi berkas elektron pada biji kangkung lebih pendek dibanding biji sawi.

48 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. Dari penelitian ini, didapatkan arus berkas elektron mempengaruhi besarnya dosis. Hubungan dosis berkas elektron terhadap arus berkas elektron memiliki hubungan yang linier terlihat pada gambar 4.2. Semakin besar dosis berkas elektron yang mengenai pada biji semakin banyak pula bercak yang ditimbulkannya. Peningkatan dosis berkas elektron mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Perbedaan pengaruh berkas elektron pada masing-masing biji dikarenakan perbedaan massa jenis biji yang dikenai berkas elektron Saran. elektron. Diharapkan dalam penelitian lebih lanjut untuk memvariasikan energi berkas 32

49 DAFTAR PUSTAKA Alonso,M, & Finn,E Dasar-dasar Fisika Universitas edisi kedua. jilid 2 Medan dan Gelombang. Jakarta. Penerbit Erlangga. Djoko, S, P Teknologi Mesin Berkas Elektron. Diktat Materi Kuliah BATAN Accelerator School Haliday,D, R Fisika. Edisi ke 3, Jilid 2. Jakarta pusat. Penerbit Erlangga. Johannes, H Listrik dan Magnet. PN. Jakarta. BALAI PUSTAKA. Muryono,H Kajian Pemanfaatan Laboratorium Berbasis Akselerator Dalam Bidang Bioteknologi. P3TM. BATAN, Yogyakarta. Volume 3, Nomor 2. Nopember Saptaaji,R, et.al Penentuan Keseragaman Dosis dan Penetrasi Berkas Mesin Berkas Elektron 350 kev/ 10 ma. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir. Yogyakarta, 19 September 2006.PTAPB. Soedojo,P Asas-asas Ilmu Fisika Listrik Magnet. Gajah Mada University Press. Sutrisno Fisika dasar. Penerbit ITB. Tanhindarto, R. P Proses Iradiasi Tepung Terigu Dengan Menggunakan Mesin Berkas Elektron (325 kev/10 ma). Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN. ISSN Volume 7, November

50 34 1. Data perhitungan massa jenis biji Lampiran 1. No. Jenis biji tanaman Massa biji (gr) Volume (ml) Massa jenis (gr/ml) 1 Kangkung 3,5 3,5 1,24±0,02 2 Sawi 1,1 1,4 1,04±0,05 kangkung: Berikut contoh perhitungan untuk mendapatkan massa jenis pada biji -Massa wadah kosong = 2,5 gr -Massa I biji kangkung + wadah = 5,9 gr. -Massa II biji kangkung + wadah = 6,1 gr. -Massa III biji kangkung + wadah = 5,2 gr. -Massa IV biji kangkung + wadah = 5,3 gr Massa bi I = 3,4 gr. Massa bi II = 3,6 gr Massa bi III = 2,7 gr. Massa bi IV = 2,8 gr. Dalam, menghitung volume tiap biji menggunakan gelas ukur sebesar 5ml * Cara mendapatkan volume kangkung: - Tinggi I air awal= 5,1 ml menjadi =7,9 ml, Volume kangkung I = 2,8 ml. - Tinggi II air awal = 5 ml menjadi = 7,9 ml, Volume kangkung II = 2,9ml. - Tinggi III air awal = 5,1 ml menjadi = 7,3 ml, Volume kangkung III= 2,2ml. - Tinggi IV air awal = 5,2 ml menjadi = 7,4 ml, Volume kangkung IV = 2,2ml.

51 35 m massa Untuk perhitungan massa jenisnya ρ = = V Volume maka dari itu hasil yang diperoleh dari massa dan volume sampel dapat dicari massa jenis dari sampel sebagai berikut : - ρ kangkung I = 3,4 gr/2,8 ml = 1,214 gr/ml - ρ kangkung II = 3,6 gr/2,9 ml = 1,241 gr/ml - ρ kangkung III = 2,7 gr/2,2 ml = 1,227 gr/ml - ρ kangkung IV = 2,8 gr/2,2 ml = 1,272 gr/ml

52 36 Lampiran 2 Dalam lampiran ini disajikan hasil kalibrasi dari alat Spectrophotometer Genesis 5 adalah sebagai berikut: Dosimeter n Absorbance Response (cm-1) Dose(kGy) Unirradiated a 0,116 Unirradiated b 0,120 Unirradiated c 0,119 Unirradiated d 0,121 P03/ a 0,170 4,08 5,02 P03/ b 0,167 3,84 5,02 P03/ c 0,157 3,04 5,02 P03/ d 0,175 4,48 5,02 P03/ a 0,193 5,92 10,2 P03/ b 0, ,2 P03/ c 0,193 5,92 10,2 P03/ d 0, ,2 P03/ a 0,268 11,92 20,6 P03/ b 0,263 11,52 20,6 P03/ c 0,268 11,92 20,6 P03/ d 0,267 11,84 20,6 P03/ a 0,326 16,56 30,4 P03/ b 0,330 16,88 30,4 P03/ c 0,332 17,04 30,4 P03/ d 0,331 16,96 30,4 P03/ a 0,410 23,28 40,8 P03/ b 0,423 24,32 40,8 P03/ c 0,421 24,16 40,8 P03/ d 0,413 23,52 40,8 P03/ a 0,508 31,12 50,3 P03/ b 0,510 31,28 50,3 P03/ c 0,503 30,72 50,3 P03/ d 0,505 30,88 50,3 P03/ a 0,581 36,96 60,7 P03/ b 0,584 37,2 60,7 P03/ c 0,559 35,2 60,7 P03/ d 0,572 36,24 60,7 P03/ a 0,742 49,84 80,5 P03/ b 0,751 50,56 80,5 P03/ c 0,765 51,68 80,5 P03/ d 0,754 50,8 80,5 P03/ a 0,987 69,44 100,5 P03/ b 0,984 69,2 100,5 P03/ c 0,963 67,52 100,5 P03/ d 0,958 67,12 100,5

53 37 Rata2 BGD Tebal (cm) 0,119 0, R = 0,659 D - 1,4211 Response (cm Dosis kalibrasi (kgy) Respons (cm ) Linear (Respons (cm ))

54 38 Lampiran 3 Dalam lampiran berikut disajikan hasil analisa radiasi lewat CTA reader yang dideteksi melalui Spectrophotometer Genesis 5 dan dianalisa melalui komputer sebagai berikut: Typing Genesys 5 readings Date : 05/31/07 Operator : Rani/Patrik Comment : Iradiasi Mesin Berkas Elektron Target Dose (kgy) : 15 Absorbance measurement is done at 280 nm! Is this true (Y/N)? Zeroing of Spectrophotometer must be done with dosimeter holder in place! Is it OK (Y/N)? y y Dosimeter N Absorbance 1 0, ,24 3 0, , ,239

55 39 Average dose calculation Sheet (kgy) Calibration Curve : Dose(kGy) = (R+ 1,421 )/ BGD = 0,119 A t = 0,0125 cm Dosimeter N Absorbance (Abs-BGD)/t (cm-1) Dose (kgy) Average Dose (kgy) 1 0,252 10,64 18, ,24 9,68 16, ,243 9,92 17, ,238 9,52 16, ,239 9,6 16, , Target Dose (kgy) : 15 Mesured Dose (kgy) : 17, Ecart (kgy) : 2,

56 40 Lampiran 4 Dalam lampiran ini ditunjukkan cara mendapatkan dari masing masing dosis yang telah diberikan dari nilai absorbansi dari alat Spectrophotometer Genesis 5. Dosimeter N Absorbance Response Dosis radiasi (Dosis rata semua ) 1 0,252 10,64 18, ,24 9,68 16, ,243 9,92 17, ,238 9,52 16, ,239 9,6 16, ,7±0,7 6 0,253 10,72 18, ,255 10,88 18, ,249 10,4 17, ,252 10,64 18, ,25 10,48 18, ,34 17,68 28, , , ,338 17,52 28, ,335 17,28 28, ,332 17,04 28, ,7±1,1 16 0,358 19,12 31, ,351 18,56 30, ,352 18,64 30, ,358 19,12 31, ,355 18,88 30, ,514 31,6 50, ,51 31,28 49, ,53 32,88 52, ,533 33,12 52, ,522 32,24 51, ,1±2,5 26 0,51 31,28 49, ,495 30,08 47, ,501 30,56 48, ,482 29,04 46, ,466 27,76 44, ,652 42,64 66, ,667 43,84 68, ,664 43,6 68, ,65 42,48 66, ,654 42,08 66, ,8±1,3 36 0,643 41,92 65, ,648 42,32 66, ,64 41,68 65,

57 ,64 41,68 65, , , ,863 59,52 92, ,859 59,2 91, ,862 59,44 92, ,858 59,12 91, ,859 59,2 91, ,2±0,8 46 0,866 59,76 92, ,865 59,68 92, ,875 60,48 93, ,85 58,48 90, ,854 58,8 91,

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS Sukaryono, Rany Saptaaji, Suhartono, Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SUKARMAN, MUHTADAN Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Arum Sekar 1, Suprapto 2, Fuad Anwar 3 1 Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN e/m ELEKTRON

PERCOBAAN e/m ELEKTRON PERCOBAAN e/m ELEKTRON A. TUJUAN 1. Mempelajari sifat medan magnet yang ditimbulkan oleh kumparan Helmholtz.. Menetukan nilai e/m dengan medan magnet. B. PERALATAN 1. Seperangkat peralatan e/m. Sumber

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ Oleh : Agus Purwanto Sumarna JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,

Lebih terperinci

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA Rany Saptaaji, Sukaryono, Suhartono dan Sumaryadi, BATAN Jl. Babarsari POB 6101 Ykbb, Telp. (0274) 488435, Yogyakarta 55281 ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 800 kev DALAM GAS BUANG PLTU PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON

PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 800 kev DALAM GAS BUANG PLTU PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 800 kev DALAM GAS BUANG PLTU PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON RANY SAPTAAJI Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

Lebih terperinci

Eksperimen e/m Elektron

Eksperimen e/m Elektron Eksperimen e/m Elektron Eksperimen e/m Elektron 1 Mei Budi Utami, Ninis Nurhidayah, 3 Erlin Nasocha, 4 Hanif Roikhatul J, 5 Oktaviana Retna Abstrak Laboratorium Fisika Modern, Departemen Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Air terjun setinggi 8 m dengan debit 10 m³/s dimanfaatkan untuk memutarkan generator listrik mikro. Jika 10% energi air berubah menjadi energi listrik dan g = 10m/s², daya keluaran generator listrik

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL Suhartono, Sukidi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUJIAN SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Pembuatan Modul Petunjuk Praktikum Fisika pada Eksperimen Franck-Hertz

Pembuatan Modul Petunjuk Praktikum Fisika pada Eksperimen Franck-Hertz Pembuatan Modul Petunjuk Praktikum Fisika pada Eksperimen Franck-Hertz G. Budijanto Untung Tjondro Indrasutanto Herwinarso Abstrak. Telah dilakukan penelitian untuk menunjukkan bahwa energi elektron suatu

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2) 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu; Mengamati dan memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor. Menghitung faktor konversi energi listrik menjadi kalor. 1.2 Dasar

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev PADA HIDROGEL UNTUK PEMBALUT LUKA

KAJIAN PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev PADA HIDROGEL UNTUK PEMBALUT LUKA Suharni, dkk. ISSN 0216-3128 399 KAJIAN PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev PADA HIDROGEL UNTUK PEMBALUT LUKA Suharni, Rany Saptaaji, Susanna Tuning S. PTAPB-BATAN ABSTRAK KAJIAN PENENTUAN

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom TEORI ATOM Awal Perkembangan Teori Atom Teori atom pada masa peradaban Yunani Demokritus, Epicurus, Strato, Carus Materi tersusun dari partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dibagi lagi Partikel

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI 1. EKSITASI ATOMIK 2. SPEKTRUM EMISI HIDROGEN 3. DERET SPEKTRUM HIDROGEN 4. TINGKAT ENERGI DAN

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2 Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS RADIASI MENGGUNAKAN DOSIMETER FRICKE

PENENTUAN DOSIS RADIASI MENGGUNAKAN DOSIMETER FRICKE PENENTUAN DOSIS RADIASI MENGGUNAKAN DOSIMETER FRICKE Sukaryono 1, Suhartono 1 dan Athanasia Elra Andjioe 2 1, BATAN. Jl. Babarsari Kotak Pos 1601 ykbb, Yogyakarta email:sukaryono@batan.go.id 2 Sekolah

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Pangan Bidang Proses Radiasi Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN Jakarta, Bidang

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh :

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Sinar X (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Nur Izzati R. (120210102026) Nanda Nurarivikka F. (120210102029) Novida Ismiazizah (120210102090) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA 1 1. Seorang siswa mengukur ketebalan suatu bahan menggunakan mikrometer sekrup. Ketebalan bahan adalah. A. (5,83±0,005) mm B. (5,83±0,01) mm C. (5,53±0,005) mm D. (5,53±0,01) mm E. (5,33±0,005) mm 2.

Lebih terperinci

LAPORAN FISIKA EKSPERIMENTAL I

LAPORAN FISIKA EKSPERIMENTAL I LAPORAN FISIKA EKSPERIMENTAL I Eksperimen e/m Elektron Pelaksanaan Praktikum Hari : Rabu Tanggal: 7 April 2014 Jam : 10.40 12.20 Oleh : Nama : Novi Tri Nugraheni NIM : 081211333009 Anggota Kelompok : 1.

Lebih terperinci

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Artikel 0854-0675 Penelitian Volume 15, Nomor 2, April 2007 Artikel Penelitian: 73-77 Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller M. Azam 1,

Lebih terperinci

MAKALAH. Makalah Diajukan untuk

MAKALAH. Makalah Diajukan untuk MAKALAH PENGARUH POSISI BULAN TERHADAP PERCEPATAN GRAVITASI EFEKTIF YANG DIALAMI BENDA DI PERMUKAAN BUMI Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika Program Studi

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

Penentuan Energi Eksitasi Elektron dan Panjang Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck-Hertz

Penentuan Energi Eksitasi Elektron dan Panjang Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck-Hertz Penentuan Energi Eksitasi Elektron dan Panjang Gelombang Foton Menggunakan Percobaan Franck-Hertz Evi Nurafida (081411331018), Rahmatul Izza N.A. (081411331028), Miftachul Nur Afifah (081411331062) Laboratorium

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter minimum dari pengukuran benda di atas A. 5,685 cm B. 5,690 cm C. 5,695 cm D. 5,699 cm E. 5,700 cm 2. Sebuah partikel

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Fisika

UN SMA IPA 2009 Fisika UN SMA IPA 009 isika Kode Soal P88 Doc. Version : 0-06 halaman 0. itria melakukan perjalanan napak tilas dimulai dari titik A ke titik B : 600 m arah utara; ke titik C 400 m arah barat; ke titik D 00 m

Lebih terperinci

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut?

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? 1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? a. 0,4 m/s 2 c. 3 m/s 2 b. 0,05 m/s 2 d. 15 m/s 2 2.

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL (KODE A )

KISI-KISI PENULISAN SOAL (KODE A ) KISI-KISI PENULISAN SOAL (KODE A ) Jenis Sekolah : SMK Alokasi Waktu menit Mata Pelajaran : FISIKA Jumlah Soal butir Kurikulum : K- Guru Penyusun Iksan, S.Pd NO STANDAR KOMPETENSI KLS / BENTUK UR MATERI

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

LAPORAN FISIKA EKSPERIMENTAL I

LAPORAN FISIKA EKSPERIMENTAL I LAPORAN FISIKA EKSPERIMENTAL I Eksperimen Franck Hertz Pelaksanaan Praktikum Hari : Rabu Tanggal: 2 April 2014 Jam : 10.40 12.20 Oleh : Nama : Novi Tri Nugraheni NIM : 081211333009 Anggota Kelompok : 1.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan fisika radiasi sebagai dasar dalam diagnosa Roentgenografi. POKOK BAHASAN : Fisika radiasi Sub pokok bahasan : 1. Konsep dasar sinar

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan 1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan setiap benda akan memancarkan cahaya bila dipanaskan, contoh besi yang dipanaskan warna yang terpancar tidak bergantung pada jenis bahan atau warna asalnya, melainkan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 07

Xpedia Fisika DP SNMPTN 07 Xpedia Fisika D SMT 07 Doc. ame: XFIS9912 Version: 2012-07 halaman 1 Untuk soal nomor 1 s.d. 3: ertanyaan merujuk pada gambar di bawah yang menunjukkan gelombang longitudinal bergerak melalui air dalam

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 2001

Fisika EBTANAS Tahun 2001 Fisika EBTANAS Tahun 2001 EBTANAS-01-01 Batang serba sama (homogen) panjang L, ketika di tarik dengan gaya F bertambah panjang sebesar L. Agar pertambahan panjang menjadi 4 L maka besar gaya tariknya A.

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

C17 FISIKA SMA/MA IPA

C17 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Diameter minimum dari pengukuran benda di bawahadalah. A. 2,085 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,290 cm E. 2,305 cm 1 2. Seorang

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd.

HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2013 HandOut Mata Kuliah Konsep Dasar Fisika Prodi. PGSD Semester

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KISI KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Mata Pelajaran : Fisika Kurikulum : KTSP Alokasi waktu : 120 menit Jenis Sekolah : Madrasah Aliyah Jumlah soal : 40 butir Penyusun : FARLIN

Lebih terperinci

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2 Latihan Soal UN Fisika SMA 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 ML-1T-2 ML2 T-2 ML-2T-2 2. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut adalah...

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN ATOM

TEORI PERKEMBANGAN ATOM TEORI PERKEMBANGAN ATOM A. Teori atom Dalton Teori atom dalton ini didasarkan pada 2 hukum, yaitu : hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier), massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa

Lebih terperinci

DETEKSI RADIASI ELEKTROMAGNETIK DI SEKITAR ELEKTRON YANG MENGALAMI PERCEPATAN PADA PERCOBAAN PENGUKURAN e/m ELEKTRON

DETEKSI RADIASI ELEKTROMAGNETIK DI SEKITAR ELEKTRON YANG MENGALAMI PERCEPATAN PADA PERCOBAAN PENGUKURAN e/m ELEKTRON LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DETEKSI RADIASI ELEKTROMAGNETIK DI SEKITAR ELEKTRON YANG MENGALAMI PERCEPATAN PADA PERCOBAAN PENGUKURAN e/m ELEKTRON Oleh : Agus Purwanto Sumarna

Lebih terperinci