Catatan 25 Tahun Perjalanan Imamat Romo A. Yus Noron, Pr BIJI SESAWI EDITOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Catatan 25 Tahun Perjalanan Imamat Romo A. Yus Noron, Pr BIJI SESAWI EDITOR"

Transkripsi

1 Catatan 25 Tahun Perjalanan Imamat Romo A. Yus Noron, Pr BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH EDITOR JULIUS POUR A. ARIOBIMO NUSANTARA

2 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

3

4 BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH Catatan 25 Tahun Perjalanan Imamat Romo A. Yus Noron, Pr EDITOR JULIUS POUR A. ARIOBIMO NUSANTARA Penerbit Panitia Peringatan 25 Tahun Imamat Romo A. Yus Noron, Pr. Paroki Santa Maria Regina, Bintaro 2013 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

5 BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH Catatan 25 Tahun Perjalanan Imamat Romo A. Yus Noron, Pr. Paroki Santa Maria Regina, Bintaro TIM PENYUSUN BUKU (urutan berdasarkan abjad) A. Ariobimo Nusantara Aloysius Ary Satrio Bagus Marsudi Cecilia Hesti Prayoganingsih Chatarina Puramdari Hariti Fransiskus Heru Setiawan James F. Kullit Julius Pour Maria Seraphina Astriani Nani Yulianiwati Simon Djoko Marjono Susilo Theresia Widningtyas Diterbitkan pertama kali oleh Panitia Peringatan 25 Tahun Imamat Romo A. Yus Noron, Pr. Paroki Santa Maria Regina, Bintaro, 2013 Dicetak oleh Kreasi Dwicipta Biji Sesawi dari Kampung Sawah

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Ucapan Terima Kasih... 5 Prakata... 7 Yohanes Subagyo, Pr Vikaris Jenderal KAJ... 7 Heribertus Warnata Natawardaya, Pr Pastor Paroki St. Maria Regina, Bintaro... 9 Prolog Biji Sesawi dari Kampung Betawi Terbang dengan Satu Sayap Biji Sesawi Itu Mulai Bertunas Menjemput Panggilan ke Mertoyudan Berbaur dengan Keluarga Baru Semangat yang Sempat Runtuh Frater yang Pernah Ingin Angkat Koper Ada Apa dengan Saya? Sulit Bicara di Depan Umum Tahbisan yang Tertunda Biji Sesawi dari Kampung Sawah

7 4. Jejak Langkah Anak Kampung Sawah Dilanda Kecemasan Parang di Atas Altar Merintis Paroki Baru Berkarya di Paroki Raksasa Mengagumi Mgr Leo Soekoto SJ Dianggap Kurang Bersahabat Dari Utara ke Selatan Sehat Rohani, Bugar Jasmani Rekam Jejak di Pesta Perak Epilog Galeri Foto Biji Sesawi dari Kampung Sawah

8 KATA PENGANTAR ANDAIKAN sebuah pelayaran, maka perjalanan 25 tahun Imamat Romo Yus Noron Pr tidak berlangsung dalam buaian angin sepoi dan di bawah tatapan sinar bulan purnama. Tetapi, dia harus menerobos hantaman gelombang besar, terpaan hujan lebat berikut tiupan topan yang nyaris menenggelamkan dirinya, sehingga bisa memaksanya tidak meneruskan pelayaran dan sekaligus pasti akan menghalangi dirinya untuk meneruskan pelayaran menuju ke pantai tujuan, untuk menjadi seorang Imam Katolik. Dengan terbuka Romo Yus Noron mengakui, Pada saat sedang studi di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang (Jawa Tengah), dua kali saya hampir keluar dari lembaga pendidikan calon Imam tersebut Pengalaman pertama, dalam masa liburan panjang, selama satu bulan dia pulang ke rumahnya di Jakarta. Begitu sampai di depan pintu, sambil meletakkan kopor pakaian, kepada Mama-nya yang menyambutnya dia langsung berkata, Saya tidak akan kembali lagi ke Mertoyudan, saya telah memutuskan keluar Tidak ada kesabaran melebihi sikap seorang Ibu, ketika harus menghadapi ulah putranya. Dengan penuh kasih Ny Naomi Noron, sang Mama, langsung menjawab, Kalau kamu memang ingin meninggalkan Seminari keluarlah, tidak pernah ada yang memaksamu untuk terus berada di sana. Tetapi sejujurnya kalau saya ditanya, terus terang Mama lebih senang kau menjadi seorang Imam Namun kalau kamu sudah memutuskan keluar dari Mertoyudan, Mama hanya bisa memberi pesan, jadilah orang baik. Menurut pengakuan Yus Noron, selama menjalani masa liburan, meski Mama setiap hari selalu mencurahkan kasih sayang disertai perasaan keibuannya, saya justru dilanda oleh kerinduan dengan kehidupan di Seminari. Saya malahan tidak betah tinggal di rumah, dengan demikian, begitu masa Biji Sesawi dari Kampung Sawah 1

9 liburan selesai, saya pamit kepada Mama, untuk kembali ke Mertoyudan. Mama mengantar sampai ke pintu depan sambil berkata, Kembalilah ke Mertoyudan anakku, doa Ibumu selalu menyertaimu Romo Yus Noron menuturkan, ketika duduk di tingkat II Seminari Tinggi di Jakarta, saya kembali dilanda kegalauan. Saya merasakan kesulitan dalam berdoa. Ketika masa liburan tiba dan pulang ke rumah, keinginannya untuk meninggalkan Seminari dia kemukakan kembali kepada ibunya. Sepanjang ingatannya, Berbeda dengan pengalaman pertama, kali ini mendengar kata-kata saya, Mama hanya diam. Saya justru menjadi bingung, karena Mama diam tanpa memberi komentar. Tetapi setiap tengah malam, sebelum tidur saya lihat Mama berdoa lama sekali. Setiap kali saya tanya, dia tidak pernah mau menjelaskan doa apa dan juga apa permintaannya kepada Tuhan. Yang pasti, begitu masa liburan selesai, tiba-tiba ada dorongan kuat muncul dari dalam lubuk hati saya, mendorong saya untuk segera kembali masuk ke Seminari. Keinginan untuk keluar dari Seminari tidak hanya dua kali, sebagaimana dikemukakan di atas. Keinginan yang ketiga malahan telah sempat dia kemukakan kepada Mgr. Leo Soekoto SJ. Dalam ingatan Romo Yus Noron, waktu itu Mgr. Leo Soekoto hanya menanyakan, Mengapa kamu memutuskan keluar dari Seminari? Apa sebenarnya masalahmu? Kalau kamu sekadar tidak krasan di Yogya akan saya pindahkan ke tempat lain Yus Noron tidak menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi dalam hati dia mengaku, Saya sebenarnya ingin menjawab, bahwa saya tidak mau munafik dengan memaksakan diri tetap bertahan di Seminari. Saya merasa sering berdosa, sehingga tidak sepantasnya terus bertahan di sana, saya tidak ingin mengotori kesucian lembaga pendidikan calon Imam tersebut. Maka saya langsung minta diri kepada Rektor, dan dengan sikap tegar, tanpa memberi komentar Mgr. Leo Soekoto hanya mengangguk pelan. 2 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

10 Begitu dia meninggalkan kamar kerja Uskup, Yus Noron secara kebetulan bertemu Vikjen, Romo Alex Dirdjosusanto SJ. Dengan spontan Romo Alex berkata, Saya tidak peduli asalmu dari Jakarta. Pokoknya, saya tidak mau melihat kamu berada di sana. Hanya satu pesanku setelah liburan selesai segera balik ke Seminari Tinggi Yogyakarta. Di masa liburan ketika kegalauan tersebut melanda dirinya, entah dorongan apa Yus Noron malah pergi ke Bandung dan bermalam di Seminari Tinggi di Jalan Buah Batu, Bandung selama dua malam. Setiap kali bertemu umat, hatinya langsung dipeluk oleh kedamaian dan kerinduan untuk berbuat sesuatu dalam membantu melayani kebutuhan keimanan mereka. Yus Noron ingat kepada sebuah kalimat bersayap, panenan sangat melimpah tetapi kita kekurangan tukang panen. Perasaan damai yang sangat menyejukkan pribadinya tersebut, akhirnya tanpa dia sadari kembali mendorong langkahnya ke Seminari lagi. Begitu dia membuka pintu gerbang Seminari, pada papan pengumuman dekat pintu masuk asrama Seminari Tinggi Jakarta tertempel tulisan: Yus Noron harap segera menghadap Mgr. Leo Soekoto SJ. Meski hatinya diselimuti beragam pertanyaan, oleh karena benar-benar dia merasa tidak tahu apa makna di balik pengumuman tersebut, Yus Noron segera mencegat bus di depan Seminari, meloncat masuk ke dalam, agar bisa secepatnya sampai di Keuskupan di Jalan Katedral, Jakarta. Begitu Yus Noron membuka pintu kamar kerja Uskup, ketika melihat dirinya, Mgr. Leo Soekoto langsung menghardik dengan suara keras, sambil berkata, Yus Noron kamu memang plinplan. Kemarahan Uskup tampak jelas, oleh karena menunjuk, koran yang pagi itu sedang beliau baca, langsung dipukulkan ke meja, sehingga robek jadi dua, setelah itu langsung Yus Noron dimarahi habis-habisan. Providentia Dei, penyelenggaran Illahi, meski beberapa kali pernah muncul keinginan untuk meninggalkan pendidikan calon Imam di Seminari. Namun setiap kali muncul bisikan dalam hatinya sekaligus Biji Sesawi dari Kampung Sawah 3

11 dorongan, memintainya kembali masuk ke Seminari. Awal Agustus 2013 saya mudik ke Banyumas, oleh karena isteri saya orang Purwokerto, kami sengaja menemui Uskup Mgr Julianus Soenarko SJ, saya betanya, Apakah Bapak Uskup kenal Romo Yus Noron. Jawaban beliau spontan, Ingat sekali, karena saya pernah ditugaskan jadi Rektor Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, maka bisa disebutkan saya salah seorang gurunya. Saya tidak pernah lupa dia dari Jakarta. Maka ketika dia sudah ditahbiskan jadi Imam saya sengaja mengunjungi paroki tempat tugasnya dengan pakaian biasa. Kepada Kosternya saya mengaku bekas gurunya. Saya merasa Koster tersebut mungkin sangsi, mana mungkin gurunya orang Jawa, Buktinya waktu itu saya dipaksa harus menunggu lama sekali di halaman gereja, baru Romo Noron bersedia keluar menemui saya... kenang Mgr. Soenarko. Bintaro, 18 Agustus 2013 Julius Pour 4 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

12 UCAPAN TERIMA KASIH BERAWAL dari sebuah perbincangan informal, beberapa teman dari Panitia Syukuran 25 Tahun Imamat Romo Aloysius Yus Noron, Pr dan Romo Stephanus Roy Djakarya, Pr melontarkan ide untuk menerbitkan sebuah buku sebagai monumen syukuran tersebut. Lontaran ide itu rupanya terus bergulir meski saat itu belum sedikit pun tebersit dalam benak panitia, buku semacam apa yang hendak diterbitkan. Satu per satu, panitia mulai mengumpulkan nama siapa saja umat Paroki Santa Maria Regina yang dianggap cakap untuk mewujudkan ide tersebut, mulai dari pewawancara, penulis, editor, fotografer, hingga desainer buku. Puji Tuhan! Ternyata bukan perkara sulit untuk menemukan umat Paroki Santa Maria Regina yang memiliki talenta tersebut. Namun, agaknya bukan di situ letak persoalannya.persoalan pertama adalah sulitnya mempertemukan para professional itu dalam satu forum. Bahkan, hingga batas akhir penulisan, belum pernah sekalipun tim buku ini bertemu secara lengkap. Selanjutnya, tim dihadapkan pada persoalan pemilihan narasumber yang harus dihubungi, mengingat begitu banyak rekan kerja, sahabat, dan umat yang pernah merasakan pelayanan imamat Romo Yus Noron yang tidak mungkin semuanya kami hubungi satu per satu. Maka, tanpa bermaksud meniadakan peran yang satu dan mengunggulkan yang lain, kami pilih beberapa nama. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada: Dewan Paroki Santa Maria Regina - Bintaro, Romo Yohanes Subagyo, Pr (Vikaris Jenderal KAJ), Romo Heribertus Warnata Natawardaya, Pr (Pastor Paroki St. Maria Regina, Bintaro), Romo Stephanus Royke Djakarya, Pr, Pastor Silvano Laurenzi SX (Pastor Kepala Paroki Santo Matius Penginjil Bintaro, ), Bapak FX Maman Noron, Bapak Andreas Noron, Sr. Erlisda, FdCC, Sr. Miryam HK, Fr. Bernardus Dimas Indragraha, Bapak Biji Sesawi dari Kampung Sawah 5

13 Yakobus Priyo Utomo, Bapak Theodorus Soegiyanto, Bapak S. Budi Pratiknyo, Ibu Yanti Paulus, Ibu Miranda, Bapak Mindiarto Djugorahardjo, Bapak Marcel Aslin, Ibu Junny, Bapak Frans Sudarmanto, Bapak Putut, Bapak Yustinus Haris, Bapak Iwan Tanjung, Bapak Leonardus, Bapak Nico Mardiansyah, Ibu Sri Martini, Bapak Ivan Gunawan, Mbak Theresia Rini Budiastuti, Mas Anton Purnama, Mpok Koben, Remy, Aldo, dan semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini, yang namanya tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Buku yang masih jauh dari sempurna ini tidak dimaksudkan sebagai sebuah biografi seorang tokoh, apalagi untuk mengkultuskan Romo Yus Noron. Benang merah yang hendak kami jahit pada buku ini lebih pada bagaimana iman yang sebesar biji sesawi itu bila Allah berkehendak maka ia akan tumbuh dengan menakjubkan. Sosok Romo Yus hanyalah menjadi sebuah contoh, bagaimana tak mudahnya merawat panggilan yang datang menghampirinya. Untuk itu, kepada Romo Yus Noron, dengan penuh cinta dan hormat, kami atas nama umat Paroki Santa Maria Regina mengucapkan Selamat Merayakan 25 Tahun Imamat. Terima kasih atas bimbingan, pendampingan, dan kebersamaan yang selama ini sudah kami rasakan. Selamat membaca. Bintaro, Agustus 2013 Yohana Sri Hartati Sustiadji Ketua Panitia 6 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

14 PRAKATA Yohanes Subagyo, Pr Vikaris Jenderal KAJ SAAT Romo Yus merayakan duapuluh lima tahun imamat adalah terutama saat untuk bersyukur. Tuhan tidak hanya me-nambahkan tahun demi tahun, pengalaman pasto-ral di berbagai tempat perutusan, banyaknya kena-lan. (dokumentasi Majalah Hidup) Tuhan terutama dengan setia membe-rikan rahmat demi rahmat kepada Romo Yus. Saya mengenal Romo Yus sejak di Seminari Menengah Mertoyudan. Kami masuk di tahun yang sama. Sampai lulus pun kami selalu ada di kelas yang sama. Bahkan Romo Yus-lah yang menjadi guide yang setia menemani saya,saat kami melamar bersama menjadi calon imam untuk KAJ. Bersama Romo Yus, saya diterima masuk seminari tinggi KAJ dan memulai kuliah kami di STF Driyarkara. Saya sungguh mengalami, Romo Yus adalah pribadi yang rendah hati dan sederhana. Tidak suka menceritakan yang hebat-hebat. Tidak membanggakan diri atau apa pun yang dilakukannya. Waktu ia diberi kesempatan untuk memperdalam masa pastoral dan menunda tahbisan, ia pun dengan rendah hati dan bahagia menerimanya. Justru sifat sederhana dan rendah hati ini yang membuat banyak hal dijalaninya dengan lancar sampai usia imamat duapuluh lima tahun ini. Ia sungguh seorang romo projo, seorang bapak yang keutamaannya adalah keugahariannya dalam pelayanan umat. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 7

15 Kendati pribadi Romo Yus terkesan pendiam, ia sebetulnya kelihatan hidup dan berbahagia kalau sedang mendengarkan musik jazz. Di masa kuliah dulu di Yogya uang sakunya seringkali dipergunakan untuk membeli kaset-kaset Cassiopea, Lee Ritenour, dan beberapa pemusik fusion jazz. Ini jenis musik yang menggerakkan hati dan badannya untuk tenggelam dalam nadanada improvisasi. Beberapa kali saya ketemu Romo Yus di pagelaran Java Jazz. He is a jazzy priest, Dalam syukur duapuluh lima tahun imamat ini saya mengucapkan selamat kepada Romo Yus, sekaligus berterimakasih. Ketekunannya dalam menjalankan perutusan imamat dan kesetiaannya sebagai imam, memberi kekuatan kepada saya pribadi, kepada banyak imam dan keluarga-keluarga yang digembalakannya. Ad multos annos, Romo Yus! 8 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

16 Heribertus Warnata Natawardaya, Pr Pastor Paroki St. Maria Regina, Bintaro TANGGAL 15 Agustus 2013 Romo Yus Noron genap 25 tahun hidup sebagai imam Keuskupan Agung Jakarta. Peristiwa ini patut kita rayakan dengan penuh syukur. Sebab, imamat merupakan anugerah Allah bagi Gereja, umat Allah. Para imam, berkat tahbisan dan perutusan yang mereka terima dari para Uskup, diangkat untuk melayani Kristus Guru, Imam, dan Raja. Mereka ikut menunaikan pelayanannya, yang bagi Gereja merupakan upaya untuk tiada hentinya dibangun dunia ini menjadi umat Allah, Tubuh Kristus dan Kenisah Roh Kudus. (PO 1). Rasa syukur memenuhi hati terlebih ketika ingat betapa tidak mudahnya Gereja memenuhi kebutuhannya akan pelayan-pelayan tertahbis. Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (Mat 9:37). Kita sudah berdoa minta kepada Tuhan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Kita sudah berupaya untuk menumbuh-kembangkan panggilan imamat. Sebab, sebagaimana harus kita sadari, tersedianya imam-imam untuk pelayanan Gereja adalah tanggung jawab bersama umat. Maka, kita bersyukur Tuhan telah mengirimkan Romo Yus Noron, salah satu pekerja bagi tuaian-nya di Keuskupan Agung Jakarta ini. Kita bersyukur karena kesetiaannya dalam hidup dan karya imamat, dalam perjalanan pelayanannya bagi umat dari paroki satu ke paroki lain, hingga paroki Santa Maria Regina, Bintaro Jaya saat ini. Selama perjalanan imamat tentu banyak pengalaman suka-duka dan perjuangan. Namun, berkat rahmat Tuhan dan karena dukungan serta doa umat, sampailah Romo Yus Noron pada hari Pesta Perak yang berbahagia ini. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 9

17 Kita semua tetap berdoa, semoga Romo Yus Noron semakin diperkaya dengan rahmat, semakin setia dan gembira dalam melayani umat, dan semakin sempurna dalam menghadirkan Yesus Kristus, Sang Imam Abadi. Profisiat, Rm. Yus Noron Romo Aloysius Yus Noron dan Romo Heribertus Warnata dalam Misa Malam Natal 10 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

18 PROLOG Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah. (Luk 9: 62) KEPUTUSAN itu akhirnya keluar juga. Romo, kami nanti tidak akan mengambil SanMaRe sebagai paroki di bawah SX tapi diserahkan kepada keuskupan. Demikian berita yang disampaikan Pastor Fernando SX, pimpinan Serikat Xaverian kepada saya pada medio Meski demikian, berita tersebut masih berkabut, belum teramat jelas ujung ceritanya. Setelah diserahkan kepada Keuskupan, kepada siapakah pelayanan di paroki baru itu akan dipercayakan? Kami pun mahfum karena Keuskupan Agung Jakarta baru saja punya kerja besar. Pada hari Senin, 28 Juni 2010, pukul waktu Vatikan, atau pukul WIB Vatikan mengumumkan bahwa Uskup Koajutar Keuskupan Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo, resmi menjadi Uskup Agung KAJ setelah pengunduran diri Julius Kardinal Darmaatmadja SJ disetujui oleh Paus Benediktus XVI. Pertanyaan itu pun terjawab tak lama kemudian, ketika Keuskupan secara resmi menyerahkan pelayanan paroki baru itu kepada imam-imam diosesan. Lalu, di sekitar awal bulan Juli 2010 Pastor Silvano Laurenzi SX selaku Pastor Kepala Paroki St. Matius Penginjil, Bintaro, diminta Bapa Uskup untuk menyiapkan Dewan Paroki SanMaRe. Pastor Laurenzi SX pun lantas meminta saya membantunya. Padahal saat itu kami sudah menyusun Dewan Paroki St. Matius Penginjil, Bintaro. Jadilah kami melakukan bongkar pasang lagi. Pastor Laurenzi SX bekerja keras untuk mengubahnya. Meski demikian, hingga hari itu masih belum ada kabar lebih lanjut, siapa imam yang akan bertugas di paroki baru itu. Memilih dan menempatkan imam ke paroki jelas bukan semudah membalik telapak tangan."tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Biji Sesawi dari Kampung Sawah 11

19 tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38). Akhirnya, setelah Bapa Uskup berdiskusi cukup intens dengan Pastor Laurenzi SX, saya ditugaskan mendampingi Romo Heribertus Warnata Natawardaya, Pr untuk berkarya di Paroki Santa Maria Regina, Bintaro. Mengapa kami berdua yang ditunjuk? Saya tidak tahu persis alasannya, hanya barangkali pertimbangannya karena kami sudah kenal dengan umat di SanMaRe ini. Bintaro memang bukan tempat yang asing lagi buat saya. Dua tahun sebelumnya, di awal Agustus 2008 saya mendapat kabar dari Uskup Agung Jakarta saat itu Kardinal Julius Darmaatmadja SJ bahwa saya akan ditugaskan menjadi Pastor Rekan di Paroki Santo Matius Penginjil, Bintaro, Tangerang Selatan. Ketika itu saya masih berkarya di Paroki Santo Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Mendapat kabar itu, ada sedikit pertanyaan yang muncul dalam hati saya. Setahu saya Paroki Santo Matius Penginjil Bintaro ditangani oleh imam-imam dari Serikat Xaverian (SX), sedangkan saya seorang imam diosesan. Saya pun lalu mengajukan satu pertanyaan kepada Bapa Uskup, Kenapa saya dikirim ke Bintaro? Rupanya, tugas baru ini adalah bagian dari rencana Bapa Uskup untuk membuat komunitas campur dalam satu paroki. Imam-imam tidak hanya berkarya dalam satu tarekat atau dioses yang sama. Pertanyaan pun terjawab. Sebagai daerah permukiman yang sedang dan terus berkembang, saya menyaksikan sendiri betapa luasnya wilayah ini dan betapa besar umat yang harus dilayani. Inilah sawah saya yang baru, yang harus saya garap bersama para pastor yang ada di paroki ini termasuk tentunya umat stasi Santa Maria Regina yang dari waktu ke waktu terus bertambah. Saking luasnya sawah garapan ini, maka saya merasa bahwa mau tak mau kunjungan imam ke wilayahwilayah harus semakin sering. Jika tidak, imam yang hanya terbatas ini akan semakin kerepotan mengenali umatnya yang pasti terus bertambah yang tentunya Stasi Santa Maria Regina akan sampai pada waktunya berdiri menjadi sebuah paroki. 12 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

20 Minggu, 22 Agustus 2010, doa dan kerja keras umat Stasi Santa Maria Regina, Bintaro terkabul. Stasi berubah menjadi Paroki Santa Maria Regina, Bintaro, diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo SJ. Paroki ini melayani enam wilayah. Lima wilayah berasal dari wilayah-wilayah yang semula dilayani oleh Paroki St. Matius Penginjil, Bintaro (wilayah 14, 15, 17, dan 19), ditambah satu wilayah yang semula merupakan empat lingkungan yang dilayani oleh Paroki Santo Nikodemus, Ciputat, Tangerang (wilayah 6). Meski demikian, melihat suburnya sawah di Bintaro ini, adalah sebuah keniscayaan bila di masa depan wilayah-wilayah ini akan terus berkembang dan beranak pinak. Saya menerima tugas ini dengan gembira. Saya senang karena sebelumnya sudah sering bertemu umat SanMaRe semasa masih berstatus stasi. Beberapa orang sudah menjadi teman bicara dan berdiskusi. Itu adalah hal menyenangkan bagi saya bila setiap kali saya ditempatkan di satu paroki sudah ada orang yang bisa saya ajak bicara. Paling tidak saya sudah mendapat informasi gambaran umum mengenai umat di paroki tersebut. Hanya tantangannya, menurut saya saat ini, adalah umat di SanMaRe termasuk yang sulit berinisiatif untuk berkumpul di lingkungannya. Boleh jadi hal ini karena sebagian besar umat tinggal di clustercluster perumahan sehingga lebih eksklusif sifatnya, kurang terbuka. Berbeda dengan umat yang tinggal di kawasan permukiman yang biasa bergaul dengan masyarakat sekitar sehingga bersifat lebih terbuka sifatnya. Ada dua wilayah yang tipikal umatnya cukup terbuka, namun empat wilayah lain masih kurang. Apalagi sebagian besar umat di sini sibuk bekerja sampai malam hari. Namun, seperti halnya sewaktu saya ditugaskan di paroki-paroki sebelumnya, saya meyakini bahwa intensitas kunjungan imam ke umat bisa menjadi jurus jitu untuk merangkul semuanya. Toh demikian, semua butuh proses karena ini paroki baru. Semua serba baru. Tidak ada kata terlambat. Di saat-saat awal bertugas di sini saya sering sengaja duduk di sekretariat. Suasananya Biji Sesawi dari Kampung Sawah 13

21 benar-benar sepi. Jarang ada umat yang datang. Padahal seharusnya sekretariat menjadi tempat bertemunya umat. Maka, kami coba berbenah diri. Sekretariat kami lengkapi dengan meja-kursi yang nyaman dan bukubuku yang bisa dibaca umum. Perubahan mulai terlihat, satu per satu umat mulai berani datang dan merasa nyaman berkunjung ke sekretariat. Sekarang umat SanMaRe lebih terbuka, lebih dekat dengan para pastornya. Mereka sudah merasa punya pastor. Kalau pengurus lingkungan sering bertemu pastor itu wajar. Namun, yang kami alami saat ini, kebanyakan umat yang jarang kami kunjungi, yang biasanya hanya melihat kami dari jauh, kini mulai mendekat kepada para pastor. Itulah salah satu kebahagiaan kami para pastor, khususnya kebahagiaan yang semakin meneguhkan panggilan imamat saya. Para Pastor Paroki SanMaRe, Romo Aloysius Yus Noron dan Romo Heribertus Warnata sedang mempersembahkan Misa 14 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

22 1 BIJI SESAWI DARI KAMPUNG BETAWI "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Mat 9:37) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 15

23 1 BIJI SESAWI DARI KAMPUNG BETAWI "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Mat 9:37) MEMBAYANGKAN situasi wilayah Kampung Sawah, Pondok Gede, di timur Jakarta 54 tahun lalu tentulah bukan perkara gampang. Meski lokasinya yang terhitung jauh di pinggir kota Jakarta, untuk takaran masa itu, daerah ini sudah lama mendapat julukan sebagai Kampung Betawi dengan tambahan predikat: unik karena agama warganya beraneka. Lebih dari seabad lalu, warga kampung ini telah terbiasa hidup berdampingan meski mereka berbeda-beda suku bangsa (ada yang akar budayanya memang Betawi, ada yang Jawa, Sunda, Flores, bahkan Portugis) dan berbeda-beda latar agama (Islam, Kristen Protestan, dan Katolik). Lima puluh empat tahun lalu itu pula, tepatnya pada 22 Juni 1959, tatkala kegembiraan menghampiri keluarga Lewi Noron yang beragama Katolik, kabar gembira itu pun segera tersiar baik ke keluarga besar Noron maupun ke para tetangga lainnya yang lokasinya tersebar. Hari itu, Maria Naomi melahirkan anak bungsunya yang diberi nama Yus Noron melengkapi kehadiran Chatarina Warsinah Noron, FX Maman Noron, dan Andreas Noron di keluarga itu. Meski demikian, kehadiran anak bungsu ini terpaut 19 tahun dari kakak sulungnya. 16 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

24 Sebagai seorang Katolik yang taat, Lewi Noron tak perlu berlama-lama memutuskan. Hanya beberapa jam setelah dilahirkan, ia pun membaptiskan bayi bungsunya ini lewat tangan Romo Bratasoegondo, SJ. Aloysius, begitulah nama santo yang dipilih Lewi Noron sebagai nama pelindung bayi mereka. lahir jam 6 baptis jam 7, lalu catatannya dimundurlah satu hari. Jadi ditulis tanggal 22 Juni. Itu yang saya tahu. Tentang kelahiran anak bungsu ini, Maman Noron, salah seorang kakak Yus Noron bercerita, Sebenarnya dia lahir tanggal 21 Juni. Saya tahu persis. Karena waktu itu di sini Pastor hanya datang 2 minggu sekali. Jadi Sabtu dan Minggu di sini, Senin kembali. Saya sebenarnya punya 4 orang adik lagi, kakak-kakaknya Yus. Tapi semua meninggal saat mereka masih kecil sekali. Belum lama lahir, meninggal. Saya kurang tahu kenapa mereka meninggal. Waktu Yus lahir, ada Pak Mario yang akhirnya jadi Pastor bilang ke Abah saya, daripada meninggal lagi setelah usia 2 minggu, langsung dibaptis saja setelah lahir. Jadi, saya tahu persis adik saya ini diberi nama Aloysius sama Abah karena hari itu hari Sabtu peringatan Santo Aloysius. Jadi, langsung diberi nama Aloysius. Dia lahir jam 6 pagi. Lalu Abah bilang jam 7 langsung baptis saja. Nah mungkin, waktu itu masa Rumah keluarga Lewi Noron yang asri di Kampung Sawah tempat Yus melewatkan masa kecilnya Menjadi Katolik bagi Lewi Noron dan Maria Naomi bukanlah sekadar beragama, tetapi benar-benar diimani dengan sepenuh diri. Tak heran, bila nama Lewi Noron (dan beberapa kerabatnya: Yepta Noron, Tarub Noron, Yulius Sastra Noron) termaktub dalam catatan sejarah gereja Katolik Betawi Kampung Sawah, bersama nama-nama lain seperti Sael Niman, Gobeg, dan Saiman yang meski menjadi penganut Katolik Biji Sesawi dari Kampung Sawah 17

25 mereka tak lantas meninggalkan tradisi Kampung Sawah: berpeci. (lih. Gema Eklesia). Meski demikian, setiap kali ditanya dari latar suku bangsa apakah marga Noron itu, Romo Yus sendiri mengaku bingung dan belum menemukan jawaban yang pasti. Saya merasa tercabut dari akar budaya saya sebenarnya. Dari nama Noron, ada yang mengatakan nenek moyang saya dari daerah Sulawesi. Namun, ada juga yang mengatakan dari kawasan Sumba atau Nusa Tenggara Barat. Bisa jadi, bukan hanya Romo Yus seorang yang belum menemukan jawaban itu, pasalnya, hingga hari ini masih banyak yang mengira ia berasal dari keluarga Betawi asli. Padahal sejak kecil budaya Betawi tidak berlaku di keluarganya maupun keluarga besarnya. Seperti cerita Maman Noron tadi, mereka lebih terbiasa memanggil Abah kepada ayah mereka ketimbang sebutan Babe sebagaimana layaknya dipakai dalam budaya Betawi. Memang, sekali-sekali di daerah tempat tinggal saya dulu bila ada pernikahan masih menggunakan petasan layaknya yang ada dalam budaya Betawi, juga dialek Betawi mewarnai bahasa pergaulan kami seharihari, aku Romo Yus. Malah, menurutnya, suasana budaya Porto (Portugis) lebih terasa dalam keluarga besar Noron. Salah seorang pamannya memiliki kelompok musik keroncong Porto, semacam keroncong Tugu yang sering diminta tampil di berbagai acara, termasuk tampil dalam setiap acara keluarga. Terbang dengan Satu Sayap PAGI berganti petang. Siang berganti malam. Kesukaan berganti kedukaan. Di saat si bungsu Yus sedang lucu-lucunya dan membutuhkan perhatian besar orang tuanya, Tuhan berkehendak lain. Lewi Noron, Sang Kepala Rumah Tangga, mengalami sakit keras, Tuberkulosis (TB atau TBC).Tak ada yang tahu persis, sudah berapa lama Lewi Noron mengidap penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosisini. Yang jelas, raganya sudah tak kuasa untuk bertahan sehingga hari itu Romo 18 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

26 Bratasoegondo SJ berkenan datang untuk memberikan Sakramen Minyak Suci kepada Lewi Noron. Dengan penuh kepasrahan dan kondisi yang terus melemah, Lewi Noron menerima sakramen itu. Betapa gundah hati Maria Naomi. Terlebih lagi, dalam sakit kerasnya itu, Lewi Noron sempat terbatuk hebat hingga riak-darahnya mengotori jubah Romo Brata. Lewi Noron menitipkan keluarganya kepada Romo Bratasoegondo SJ. Tak banyak yang bisa dikatakan oleh Romo Brata, selain ia memberi kata-kata penghiburan, yang agaknya itu menjadi sebuah rahasia kecil yang melegakan Lewi Noron dan tetap disimpan kerahasiaannya oleh Maria Naomi sampai waktunya tiba. (baca Bab 3 Frater yang Pernah Ingin Angkat Koper ). Kesukaan yang baru saja mereka terima, perlahan tapi pasti meredup berganti menjadi kedukaan. Lewi Noron menutup buku hidupnya di usia 49 tahun, meninggalkan Maria Naomi dan keempat anaknya. Langit serasa runtuh, gelap, bumi serasa berhenti berputar. Tiang utama keluarga telah tiada. Bagaimana masa depan hidup mereka, sungguh tak terbayangkan. Yang ada kini hanyalah menyandarkan sepenuhnya harapan keluarga organis dan aktivis gereja itu kepada rencana penyelenggaraan Illahi. Yus yang baru menginjak 4 tahun jelas belum mengerti apa-apa tentang misteri kehidupan itu. Ia hanya merasa ada yang beda sesudah itu. Andreas Noron menceritakan, Dia belum paham benar. Tapi dia tahu kalau ditanya akan menjawab Abahnya Yus meninggal. Karena kan waktu Abah masih hidup, tiap sore jam 4 Abah pulang kerja naik sepeda membunyikan bel sepeda klining, klining, artinya Abah pulang. Biasanya saya, kakak, atau Mama menyambut. Dia belum ngerti. Nah, setelah Abah meninggal kan tidak ada lagi yang membunyikan bel sepeda. Jadi, di situlah Yus paham kalau Abah sudah tidak ada. Sepeninggal suaminya, mau tak mau Maria Naomi harus segera mengambil alih peran, menjadi ibu sekaligus ayah di keluarga itu. Ibaratnya, ia harus tetap membawa terbang keluarganya, meski kini hanya memiliki satu sayap, yakni dirinya. Si bungsu dan kakak bungsu masih menjadi tanggungannya. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 19

27 Sementara, anak sulungnya sudah berkeluarga dan anak keduanya sudah bekerja. Itulah yang sedikit bisa mengurangi beban yang harus ditanggungnya. banyak melakukan akrobat finansial dalam menyiasati perjalanan hidup selanjutnya, yang barangkali saat itu belum bisa direkam kuat oleh otak kanak-kanak Yus. Tuhan, Sang Mahasempurna, telah mengatur semuanya dengan begitu indah dan selalu hadir tanpa pernah berhenti mendampingi umatnya dalam tiap pergumulan yang terjadi dalam hidup di dunia ini. Marilah kepada-ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan bela-jarlah pada-ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-ku pun ringan. (Mat 11: 28-30). Mama seorang ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan uang pensiun almarhum Papa yang bekerja di Departemen Penerangan RI. Kata kakak saya, uang pensiun yang diterima Mama saat itu dua ribu rupiah, ujar Romo Yus pada masa kecilnya. Uang pensiun itulah yang diandalkan Maria Naomi untuk membesarkan kedua anaknya. Maria Naomi tentu harus Foto leluarga Lewi Noron tahun 1989 tanpa Abah. Dari kiri: Warsinah, Maman, Mama Naomi, Yus dan Andreas (dokumentasi pribadi) Hidup terus bergulir. Yus terus bertumbuh. Kehidupan sebagai pelajar dilaluinya di SD dan SMP Strada Kampung Sawah. Pelajaran Sejarah adalah mata pelajaran yang paling disukainya, ketimbang pelajaran Berhitung yang dirasanya sebagai pelajaran sulit. Nilai pelajaran ilmu sosialnya mengalahkan nilai- 20 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

28 nilai pelajaran eksaktanya. Meski demikian, sesulit-sulitnya pelajaran Berhitung, tak menghalangi prestasi Yus di sekolah. Bukan hanya sekali-dua kali ia bahkan membukukan prestasi sebagai juara kelas. Sudah barang tentu hal ini membanggakan hati Maria Naomi, ibundanya. Boleh jadi, melihat kenyataan itu hati kecilnya kembali teringat pada rahasia kecil yang diterimanya menjelang kematian suami tercinta, yang terus disimpannya rapat. Menjadi juara tak lantas membuat Yus jumawa. Ia tetap sederhana, tak lalu menjauhkan diri dari teman-teman sepermainannya. Masa kanak-kanaknya bisa dibilang lengkap. Ia bermain layang-layang, bersepeda, dan juga bermain gundu alias kelereng. Untuk urusan adu gundu, dia pulalah biangnya. Matanya sangat jeli membidik, tembakannya selalu presisi dan kuat, membuat ciut nyali teman-temannya. Tidak ada yang berani melawannya. Meski ini hanya permainan, sepertinya Yus tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang mempraktikkan teori-teori berhitung dan sains yang notabene tak terlalu disukainya di kelas; bahwa mental juaranya sedang bekerja secara bawah sadar. Di sisi lain, hal ini menunjukkan betapa sejak muda Yus memang sudah keranjingan olahraga. Bulutangkis adalah olahraga yang menjadi kegemarannya. Tidak mengherankan, sebab semasa remajanya itu, bulutangkis memang menjadi olah raga kebanggan bangsa Indonesia. Hampir di setiap pelosok kampung, penduduknya gemar bermain bulu tangkis. Bahkan, tak ada raket, papan kayu pun jadilah. Yang penting bisa dipakai untuk memukul shuttle cock (kok) alih-alih yang dimaksud shuttle cock di sini adalah kok bekas yang bulu-bulunya sudah banyak tercerabut. Setiap kali ke sekolah saya bawa raket papan itu dan saya masukkan ke dalam tas. Lalu saat istirahat saya bermain bersama teman saya. Netnya pun hanya seutas tali yang kami ikat seadanya. Tak ada yang bisa menebak apa yang ada dalam benak Yus kala itu barangkali saja sambil berjalan ke sekolah ia berkhayal dirinya bak Ferry Sonneville yang akan maju ke lapangan pertandingan. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 21

29 Agaknya, Yus tidak menyadari bahwa polah tingkahnya itu tak lepas dari pengamatan kakaknya. Seolah tak tega melihat adiknya seperti itu, Sang Kakak pun lalu menghadiahinya sebuah raket asli, bukan papan. Betapa girang hati Yus Noron karena ia bisa bermain bulutangkis beneran, tanpa menghasilkan suara tak, tok, tak, tok saat shuttle cock beradu dengan senar raketnya. Semangat bermainnya semakin tinggi, lambungan umpannya semakin presisi, pukulannya pun makin kuat berisi mungkin itu salah satu berkat dari teramat seringnya ia memukul shuttle cock dengan raket papan kayu. Tak heran bila sempat beberapa kali ia terpilih mengikuti kejuaraan bulutangkis. Adakah di balik semua ini sebenarnya tangan Allah sedang berkarya? Berkarya bukan untuk menyiapkan Yus Noron menjadi seorang atlet bulutangkis, melainkan menyiapkannya menjadi salah satu gembala-nya? Gembala yang kelak mampu menjadikan bulutangkis dan olahraga ringan lainnya sebagai salah satu sarana menggembala di gereja diaspora. Rencana Allah adalah misteri, tidak seorang manusia pun mampu menduganya. Biji Sesawi Itu Mulai Bertunas MARIA Naomi dan anak-anaknya lama kelamaan semakin terbiasa menjalani hidup tanpa kehadiran fisik seorang kepala keluarga. Ia tetap mendidik anak-anaknya secara Katolik, tiap hari Minggu membawa Yus mengikuti misa di gereja Kampung Sawah. Pilihan tempat duduknya selalu sama, bangku terdepan agar Yus dapat mengikuti ekaristi dengan baik. Sekolah Minggu dan kegiatan putra altar juga tak luput dari hidup beriman Yus. Tidak tanggung-tanggung, kecintaannya pada tugas putra altar ditunjukkannya dengan rajin bertugas pada setiap misa harian di gerejanya. Letak rumah keluarga Lewi Noron yang sangat dekat dengan gereja tentulah menjadi salah satu alasan rajinnya Yus bertugas sebagai putra altar. Rumah yang berhalaman cukup luas itu tepat berada di depan gereja. Itu hanyalah satu dari sekian banyak rumah yang dihuni oleh keluarga besar Noron. Satu RT tempat tinggal saya semuanya beragama Katolik dan Kristen Protestan. 22 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

30 Namun, mayoritas adalah umat Katolik. Dalam catatan sejarah Katolik Kampung Sawah, disebutkan bahwa dulu memang ada guru-guru yang mengajarkan agama Katolik di sekitar Kampung Sawah. Dulu kakek saya memang diminta bantuan Pastor di Gereja Kampung Sawah untuk menjaga gereja, karena waktu itu belum ada Pastor yang menetap sehingga mungkin kakek saya beli tanah di seberangnya, terang Romo Yus. Gereja St. Servatius Kampung Sawah yang letaknya hampir berseberangan dengan rumah keluarga Lewi Noron. Yus kerap duduk di bangku terdepan agar dapat mengikuti ekaristi dengan baik. Keluarga Noron memang sebagian besar beragama Katolik dan Kristen Protestan, bahkan menjadi aktivis gereja, dimulai dari Sang Kakek. Oleh karena itu, tak heran bila sedang tidak bertugas ataupun mengikuti misa, Yus juga sering bertandang ke Pastoran dan Susteran sekadar untuk menumpang main dan menumpang membaca buku-buku koleksi gereja, antara lain buku tentang kehidupan para santo dan santa. Sesekali ia juga menyempatkan diri mengobrol dengan pastor dan suster yang ada di sana, mendengar cerita tentang pengalaman biarawan biarawati itu dalam melayani, sekaligus menimba cerita tentang pendidikan calon imam. Pembawaan Yus yang seolah telah menjadikan Pastoran dan Susteran sebagai rumah keduanya, tak heran menggelitik pastor dan suster untuk mengajak bocah itu ikut dalam pelayanan mereka, termasuk jalan-jalan berkunjung ke seminari-seminari. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 23

31 Sampailah pada suatu hari ada seorang imam muda, gagah, dan pintar datang ke Gereja Kampung Sawah. Romo Sudiro Atmadja SJ. Sosok ini berhasil mencuri perhatian Yus, yang diam-diam mulai memperkuat keinginannya menjadi seorang imam. Panggilan itu mulai bersemi. Hingga akhirnya tahun 1971 terjadi peristiwa yang tak akan terlupakan oleh seluruh umat Katolik Kampung Sawah, tak terkecuali sang Putra Altar, Yus Noron. Pada 12 September 1971 Uskup Agung Jakarta menahbiskan seorang imam baru, Marius Mariatmadja. Dibilang istimewa karena setelah 20 tahun ( ) Gereja Kampung Sawah tidak memiliki pastor tetap, akhirnya pada hari itu Bapa Uskup menghadiahi mereka seorang imam praja. Menariknya, saat ditahbiskan, Marius Mariatmadja sudah berusia 60 tahun. Dalam catatan sejarah Gereja Kampung Sawah dikatakan bahwa Marius dulu pernah mengikuti studi menjadi imam tapi gagal. Ia lalu menyampaikan permohonan kepada Monseigneur Djajaseputra agar boleh ditahbiskan sekalipun sudah lanjut usia. Permintaan itu ditolak. Penolakan itu tak lantas menyurutkan semangat pelayanannya. Ia menjadi pengajar agama dan pendamping umat Katolik Kampung Sawah. Pada 1970, ketika Monseigneur Leo Soekoto SJ menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta, Marius kembali memberanikan diri mengajukan permohonan tahbisan, meski saat itu usianya sudah menginjak 60 tahun. Kali ini permohonannya dikabulkan. Mendengar hal itu, umat Katolik Kampung Sawah menyambut gembira dan penuh bahagia menyambut gembala mereka yang selama 20 tahun ini sudah mendampingi mereka. Dialah yang sebelumnya oleh umat Katolik Kampung Sawah sering dipanggil Pak Mario. Saat itu usia Yus telah beranjak remaja, 12 tahun. Ia pun larut dalam kesibukan upacara pentahbisan, khususnya bertugas sebagai putra altar. Semangatnya membuncah, perhatiannya selalu terpusat pada setiap detail acara. Hati kecilnya mulai berbisik, seandainya peristiwa itu adalah untuk dirinya. Mungkin persis seperti ketika dirinya dulu membayangkan sebagai pemain bulutangkis profesional. 24 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

32 Penahbisan ini begitu melekat dalam hati dan pikiran, melecut niatnya untuk meneruskan bersekolah ke seminari. Namun demikian, rencana Tuhan sungguh tidak bisa diduga. Setelah menjawab doa umat Katolik Kampung Sawah, pada 3 Oktober 1972, duka kembali menyelimuti umat Katolik Kampung Sawah, tak terkecuali Yus Noron. Tuhan memanggil pulang gembala-nya. Romo Marius Mariatmadja wafat. Hanya setahun ia berkarya namun telah meninggalkan karya dan kenangan yang tak terhingga bagi perkembangan Gereja Kampung Sawah. Setelah wafatnya Romo Marius Mariatmadja, dua pastoran, Kampung Sawah dan Cililitan pun lowong. Untuk itu, sebagai tindakan darurat, pimpinan Serikat Yesus mengutus Romo Bratasoeganda SJ menangani paroki ini. Sayangnya, Tuhan kembali menguji iman umat Katolik Kampung Sawah karena belum genap 10 hari bertugas, Romo Bratasoeganda yang pada 1959 membaptis Yus Noron bayi pun dipanggil Tuhan pada 13 Oktober Dua kali kehilangan gembala bukannya menyurutkan niat Yus untuk mengejar panggilannya. Niatnya malah semakin kuat. Di zaman yang masih serba terbatas itu, ia mulai mencari informasi seminari menengah mana yang cocok untuknya kelak setelah lulus dari SMP. Beberapa seminari memang pernah didatanginya bersama Frater Sujudanto ketika bertugas di Kampung Sawah. Tetapi, perhatiannya tertambat pada Seminari Santo Petrus Canisius, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Yus tertarik setelah melihat foto-foto kegiatan di seminari ini yang menunjukkan banyak sekali pilihan ekstrakurikulernya. Juga, ia ingin menjajal hidup di luar kota Jakarta. Sebuah lompatan besar bagi seorang remaja belasan tahun yang sejak lahir hidup jauh di sebuah kampung yang berani memutuskan sendiri untuk pergi dari tanah kelahirannya menuju kota kecil di Jawa Tengah. Tak bisa dipungkiri, tekad itu tentu terbangun oleh tempaan pengalaman hidup yang datang silih berganti, yang tentunya bukanlah sebuah kebetulan, tetapi sebuah ujian. Yus Noron lulus dalam ujian pertama. Dan kini, Roh Kudus mengarahkannya untuk memenuhi panggilannya sebagai imam. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 25

33 26 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

34 2 MENJEMPUT PANGGILAN KE MERTOYUDAN "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-ku." (Mat 16: 8) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 27

35 2 MENJEMPUT PANGGILAN KE MERTOYUDAN "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-ku." (Mat 16: 8) Berbaur dengan Keluarga Baru MAGELANG, Jawa Tengah, Bangunan Belanda Seminari Menengah Santo Petrus Canisius tampak berdiri kokoh di tengah rindangnya pohon-pohon besar di sekelilingnya. Suasana teduh dan damai langsung menyapa Yus Noron yang datang diantar oleh Maman Noron, kakaknya. Ini kedatangannya kedua, setelah dipastikan lulus tes dan diterima di Seminari Mertoyudan. Sanctitas, Sanitas, Scientia. Itulah motto yang diusung Seminari Menengah Mertoyudan yang bercita-cita mendidik seminaris agar berkembang secara seimbang dalam ke- sucian, kesehatan, dan pengetahuan. Inilah tempat untuk mendidik dan mendampingi siswa menjadi pribadi yang berkembang secara integral dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), dan scientia (pengetahuan) ke arah kedewasaan sesuai dengan usianya sehingga semakin mampu mengambil keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya. Saya yang antar dia ke sana 3 hari tes waktu itu. Saya tungguin. Ternyata diterima. Saya waktu itu sudah kerja jadi guru di SD Strada Cengkareng. Kebetulan kepala sekolah saya dulu adalah calon pastor. Jadi, dia mendukung sekali waktu saya izin mau antar Yus ke 28 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

36 Mertoyudan. Langsung saya diberi izin pergi, cerita Maman. Irama detak jantung Yus mulai terasa menggedor rongga dadanya. Deg-degan sudahlah pasti. Rasa senang dan waswas silih berganti menghuni hatinya. Apalagi, kepergiannya ini dilepas oleh haru yang mendalam mama tercinta, Maria Naomi. Inilah kali pertama ia harus berpisah jauh dari anak bungsunya yang masih usia remaja. Jauh dalam lubuk sanubarinya, tentu ia pun menyadari bila kelak putra bungsunya berhasil menjadi imam maka ia pun harus siap dari sekarang ke mana pun Tuhan akan menugaskannya. selalu ada di sampingnya, kini situasi akan berubah total. Yus tak kuasa menahan tangisnya saat melepas Sang Kakak melangkah pergi meninggalkannya. Serasa ada yang hilang dari hatinya. Kosong dan hampa. Barulah ia menyadari apa yang dirasakan mamanya beberapa hari sebelumnya, saat melihatnya pergi. Tahun pertama di Mertoyudan adalah kelas persiapan. Tahun pertama ini adalah masa yang berat bagi Yus Noron. Ia harus menye- Di Mertoyudan, Yus tak punya banyak waktu untuk berlama-lama bersama Maman. Setelah segala piranti dan keperluan dibereskan, tibalah waktu bagi kakaknya untuk kembali ke Jakarta. Di situlah Yus mulai merasakan ketakutan ditinggal sendiri. Bila hari-hari sebelumnya dia masih bisa merasa nyaman karena Maman Noron Seminari Menengah Santo Petrus Canisius, Mertoyudan, Magelang (dokumentasi Rudy Corsica) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 29

37 suaikan beragam hal baru yang tak pernah ia alami sebelumnya di Kampung Sawah, termasuk harus merelakan diberi nama panggilan baru. Namanya yang terdengar unik di telinga teman-temannya yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah mendorong mereka untuk memanggilnya Noron saja. Unik dan gampang diingat. Berpisah dari Mama dan keluarga merupakan hal yang berat. Setidaknya itulah yang dirasakan Yus meski ia sudah memiliki keluarga baru di Mertoyudan. Satu-dua kali malam minggunya hanya dihabiskannya dengan duduk terdiam di gawang lapangan bola di halaman seminari sambil menangis. Ia ingat Mama. Ingat teman-teman mainnya di Kampung Sawah tiap kali malam Minggu tiba. Bukan itu saja, setiap kali Maman mengiriminya wesel, Yus pernah bertanya kepada Mama siapa yang membiayai dirinya. Saya pikir dia tak perlu memikirkan itu, yang penting lanjut sekolah. Karena itu memang sudah tugas saya. Kan kakak dan adik saya sudah berkeluarga, saya sendiri jadi bisa bantu membiayai dia, Maman membuka rahasianya. Alasan Maman ada benarnya. Yus lebih baik berkonsentrasi pada sekolah barunya karena di sana ia masih harus banyak menyesuaikan diri. Perasaan tidak kerasan mulai menyusup sanubari Yus, terutama karena kendala bahasa. Ia sama sekali tidak mengerti Bahasa Jawa, bahasa yang sama sekali tak pernah disinggungnya. Padahal sebagai siswa Seminari Mertoyudan, ia baru menyadari bahwa Mars Seminari ternyata teks aslinya berbahasa Jawa. MARS SEMINARI Lagu: J. Schouten SJ Teks: A. Soenarja SJ teks asli dalam bahasa Jawa: Mba putra Seminari, setya mring sesanti. Rukun tunggil tenaga mangudi jejangka. Sinanggi manah panggah, ing bingah lan susah. 30 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

38 Amung satunggal esti imam Dalem Gusti. Ing satindak satandang, manah bingar padhang. Nuju sucining budi kanthi ulah dhiri. Tan mundur wit rubeda, tan wigih ing karya. Amung satunggal esti imam Dalem Gusti. Hai putra Seminari, selalu sehati. Ikut panggilan suci dengan niat murni. Sedia akan karya bagi Greja bangsa. Karna tujuan kita imamat mulia. Usaha hidup suci, sehat dan berbudi. Dengan bangga berbakti berjiwa mengabdi. Dalam suka dan duka tetap tabah setia. Demi tujuan kita imamat mulia. Tak pelak, sebesar-besarnya keluarga yang ia miliki sekarang, kalau mayoritas bicara dalam bahasa yang tak dimengertinya, maka kesepian jualah yang menemani hatinya. Rindu untuk kembali berkumpul dengan komunitas yang ia bisa berbaur di dalamnya. Semangat yang Sempat Runtuh KENDALA bahasa memang hanya dialami Yus dalam percakapan sehari-hari. Di kelas tidak ada masalah karena semuanya memakai pengantar Bahasa Indonesia. Namun, satu hal yang di luar dugaannya, rupanya siswasiswa yang diterima di Seminari Mertoyudan banyak yang pintar dan kreatif. Yus harus bersaing keras dengan mereka. Pelajaran Berhitung dan Matematika yang dari dulu kurang disukainya, di seminari ini berhasil menyumbang angka merah di rapornya. Prestasi akademik yang pernah diraihnya selama di SD dan SMP seolah tak sanggup melawan kepandaian teman-teman barunya. Nilainya jatuh, membuatnya semakin tak betah dan berencana angkat kaki dari situ. Teman-teman seangkatan Yus antara lain Subagyo (Romo Yohanes Subagyo Pr, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta), Priyo (Yakobus Priyo Utomo, CEO Book Publishing and Retail Gramedia), Wandi (Suwandi S. Brata, Vice Group Director, Group of Book Publishing Gramedia), dan Nico Adi (Mgr. Nicolaus Adi Seputro MSc, Uskup Agung Merauke, Papua). Subagyo adalah salah satu Biji Sesawi dari Kampung Sawah 31

39 siswa yang terkenal pintar dan kreatif, sedangkan Yus adalah siswa yang tak banyak bicara dan biasa-biasa saja. Noron itu orangnya lurus nggak neko-neko. Beda dengan saya yang agak aneh. Kadangkadang saya tiba-tiba nyanyi dangdut di depan teman-teman. Dulu tiap Sabtu dan Minggu, saya dan Subagyo ngamen di bus sampai ke Temanggung dan Wonosobo. Tes mental saja! cerita Priyo. tidak harus menonjol atau sangat pintar untuk menjadi yang terpilih. ~Yakobus Priyo Utomo Teman di Seminari Mertoyudan ( ) Saya pertama kali bertemu Yus Noron tahun 1976 saat kami bersama-sama baru masuk Seminari Menengah di Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Saat itu yang ada dalam pikiran saya, kok ada orang dari Kampung Sawah masuk seminari menengah di sini. Biasanya yang masuk seminari di Mertoyudan itu dari paroki-paroki terkenal di Jakarta. Saat itu ada 3 orang dari Kampung Yus bersama Subagyo (kini Vikaris Jendral Keuskupan Agung Jakarta), teman dekat di Seminari Mertoyudan (dokumentasi pribadi, 1981) Sawah yang masuk seminari di sana. Saya sampai mencari tahu di mana itu Kampung Sawah saat saya berkunjung ke Jakarta. Ternyata daerah Kampung Sawah itu situasinya tidak berbeda jauh dengan situasi desa saya di Yogya, baik secara ekonomi maupun pergaulan, sehingga saat kami mengobrol gampang karena mempunyai latar belakang kehidupan yang sama. Dulu kami memanggil Romo Yus dengan panggilan Noron, karena terdengar unik di telinga orang Jawa dan gampang diingat. 32 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

40 Noron termasuk siswa yang lurus nggak neko-neko. Karena itu, kami yakin ia pasti akan jadi imam. Saat itu ada 110 siswa yang bersama kami masuk ke seminari menengah di Mertoyudan, 26 di antaranya akhirnya ditahbiskan jadi imam. Ini termasuk jumlah yang banyak. Dari pengalaman saya belajar di seminari, saya mengambil kesimpulan bahwa kepandaian bukanlah hal yang paling menentukan seseorang berhasil menjadi imam, tapi lebih pada kesungguhan seseorang. Dari segi kepandaian, Noron termasuk siswa yang biasa saja. Saya juga siswa yang prestasinya biasa saja. Karena itu kami harus tekun belajar dan berusaha untuk mencapai sesuatu. Noron juga sama. Jadi, seseorang tidak harus menonjol atau sangat pintar untuk menjadi yang terpilih. Tidak perlu dilihat apa latar belakangnya. Yus Noron biasa-biasa saja. Namun, karena biasa saja maka ia terus-menerus berusaha dan tekun hingga bisa mencapai seperti ini. Selama belajar di Mertoyudan, Noron adalah siswa yang patuh. Walaupun saya tidak pernah sekelas, saya tahu ia begitu. Berbeda dengan saya yang lebih spontan. Saat di Mertoyudan saya mendapat panggilan Badak karena pernah secara spontan saya menguap lebar saat sedang belajar di kelas. Guru yang mengajar saat itu marah, lalu memberi saya julukan itu. Berbeda dengan Noron, ia tidak pernah bersikap seperti itu. Bagi saya, seminari Mertoyudan adalah tempat yang luar biasa. Di sini tempat pembentukan karakter dan kedisiplinan kami. Di sini saya juga belajar memahami karakter berbagai orang dari berbagai daerah. Ada yang nakal, suka mencuri, dan lain-lain. Saya belajar bahwa dari lembaga yang kita anggap paling suci pun kita tidak bisa menuntut terlalu banyak. Mereka manusia biasa seperti kita. Hikmahnya, kita tidak terlalu mudah menghakimi. Tidak usah kecewa bila lembaga yang kita agungagungkan ternyata juga membuat kesalahan. Setelah lulus dari Mertoyudan tahun 1980 saya tidak melanjutkan ke seminari tinggi. Itu keputusan pribadi saya. Saya menjadi penulis lepas di majalah HAI, yang saat itu dipegang Arswendo Atmowiloto. Kemampuan menulis saya terasah juga di Biji Sesawi dari Kampung Sawah 33

41 Mertoyudan, karena kami mempunyai guru Bahasa Indonesia yang luar biasa. Tak lama setelah itu saya diterima di bagian penerbitan Gramedia Pustaka Utama dan saya melanjutkan kuliah jurnalistik. Saya merasa saya lebih dibutuhkan di luar seminari dengan kemampuan saya. Jadi, setiap orang mempunyai panggilannya masing-masing, tidak ada yang lebih atau kurang. Ada yang seperti saya, seperti Noron, atau bahkan seperti Romo Mangun. Dengan profesi saya, mau tak mau saya banyak berinteraksi keluar dengan saudarasaudara non Katolik. Misalnya, saat perusahaan menerbitkan buku yang dinilai menghina agama tertentu. Tekanannya luar biasa. Kami sudah biasa menghadapinya. Namun, mereka yang keras itu karena mereka tidak paham. Masih banyak saudara kita yang non Katolik tidak seperti itu dan mendukung kita. Karena itu pesan saya untuk Romo Yus Noron dan para imam lainnya: banyak-banyaklah ke luar lingkungan gereja untuk berinteraksi dengan saudara-saudara non Katolik. Saya yakin makin sering para imam Katolik berinteraksi ke luar dengan jujur, maka masalah-masalah kontra agama akan bisa teratasi. Persaingan yang begitu berat rupanya sempat meruntuhkan semangat Yus untuk melanjutkan cita-citanya. Oleh karena itu, saat libur sekolah dan siswa diberi kesempatan untuk pulang ke keluarga masingmasing, Yus bertekad tidak akan kembali lagi ke Mertoyudan. Namun, kenyataan berkata lain. Terlalu lama di rumah justru membuat Yus merasa bosan dan ingin kembali ke Mertoyudan. Ia rindu suasana kebersamaan bersama teman-temannya di Seminari Mertoyudan. Seolah-olah teman-teman di Mertoyudan menarik saya kembali. Akhirnya saya kembali lagi. Meski demikian, godaan untuk meninggalkan seminari kembali datang saat ia duduk di kelas 2 (tahun ke-3 di seminari), gara-gara ia mengalami konflik dengan teman dan pembimbingnya sehingga menimbulkan rasa tak nyaman. Selain itu, ia melihat seolah-olah kehidupan di luar semi- 34 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

42 nari lebih menarik, misalnya bisa bebas memilih universitas yang akan dituju. Sekali lagi, ketika tiba waktunya libur dan siswa diperbolehkan pulang, ia memutuskan tidak akan kembali ke Mertoyudan. Namun, bila Allah sudah berkehendak manusia tidak akan pernah bisa menolak. Sekembalinya di Kampung Sawah, lagi-lagi Yus harus menyerah kembali ke Mertoyudan karena tak betah di rumah. Kerinduannya berkumpul bersama teman-temannya di Mertoyudan sangat kuat menariknya. Di seminari saya sudah biasa segala sesuatu teratur dan disiplin, sedangkan di rumah tidak bisa begitu. Pertama kali jauh dari keluarga, kesepian, konflik dan persaingan akademik yang berat sempat meruntuhkan semangat Yus Noron (kanan) untuk bertahan di Seminari Mertoyudan (dokumentasi pribadi) Yus pasrah pada kesadaran bahwa persaudaraan bersama teman-teman di Seminari Mertoyudan tak akan bisa ia dapatkan di tempat lain. Kebersamaan ini meneguhkannya tiap kali ia dilanda kegundahan apakah akan meneruskan panggilannya atau tidak. Di Seminari Mertoyudan ia bisa belajar bersama, bermain bersama, bahkan tidur bersama banyak teman di bangsal yang luas. Di Mertoyudan ini pula mereka dibina apa itu kesetiaan, komitmen, dan disiplin. Di sinilah pembentukan karakter para seminaris dimulai. Di sini pula Yus merasakan bahwa ketekunan pasti akan membuahkan hasil yang indah. Semasa belajar di Mertoyudan, Yus adalah pelanggan angka merah untuk pelajaran Matematika. Oleh karena itu, ketika Biji Sesawi dari Kampung Sawah 35

43 mendekati ujian kelas 3 ia berusaha belajar dengan lebih cerdas. Caranya, dicarinyalah teman belajar yang lebih pintar dalam pelajaran Matematika guna mendongkrak nilai ujiannya, setidaknya hasilnya akan mendekati nilai teman yang pintar ini. Ternyata, begitu hasil ujian diumumkan, nilainya berbanding terbalik. Nilai Matematika Yus jauh melebihi nilai dari teman yang lebih pintar tadi yang dalam ujian ini ternyata malah mendapat nilai merah. Sesungguhnya, di kelas 2 sudah ada tawaran untuk memilih akan masuk ke tarekat atau diosesan, seiring dengan pengenalan dari masing-masing tarekat dan diosesan. Ketertarikan pertama Yus jatuh pada Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau Fransiskan. Namun, saat ia duduk di kelas 3 dan selesai menjalani tes, wawancara, dan retret, Yus akhirnya memantapkan diri untuk menjadi imam diosesan. Salah seorang guru di Seminari Mertoyudan yang masih diingat oleh Romo Yus adalah Pak Sunaryo, Guru Bahasa Indonesia, yang dinilainya telah membentuk para seminaris mampu berbicara dan menulis dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sosoknya tidak galak tapi tegas, mengajarkan bahasa dengan sangat jelas, teliti, dan telaten mulai dari dasar. Kami sampai gregetan kok pelajaran tidak majumaju. Lagi-lagi Subyek, Predikat, Obyek, terang Romo Yus. Belum lagi selama 4 tahun di seminari menengah tersebut, setiap hari Sabtu mereka harus membuat semacam presentasi sidang akademik yang disampaikan di aula, lintas angkatan pula. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan bicara siswa. Dan memang, hal ini lama-kelamaan melatih pola pikir mereka lebih sistematis yang tersampaikan dalam kemampuan menulis dan bicara. Priyo, mengatakan, Rata-rata kami mempunyai kemampuan bahasa yang baik. Kemampuan menulis itu kan harus terstruktur dan rasional. Yus merasakan yang dikatakan teman sekelasnya itu. Kita juga terlatih untuk bisa membaca situasi saat berdebat dari mendengar dan membaca apa yang disampaikan. Kami bisa menilai kirakira apa titik lemahnya. 36 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

44 Kemampuan yang baik dalam berbahasa Indonesia ini sangat berpengaruh saat para seminaris mempelajari bahasa lainnya, seperti Bahasa Latin dan Bahasa Inggris. Bahasa Jawa termasuk menulis menggunakan huruf Jawa pun dipelajari di sini. Bahkan, Yus bersama siswa-siswa lain yang berasal dari Jakarta, Bali, dan Kalimantan disatukan dalam satu kelas khusus untuk belajar Bahasa Jawa. reuni dengan masa lalunya. ~ Sr. Erlisda, FdCC Rumah Retret Canossa Ternyata Romo Yus adalah sosok yang friendly, humoris, dan kadang iseng. Seringkali membuat lelucon, tapi terkadang raut wajahnya tanpa ekspresi, padahal yang mendengar leluconnya tertawa terpingkalpingkal. Pernah suatu ketika, pada saat Romo Yus masih bertugas di Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro, selesai makan siang, beliau menyelinap dari pastoran bersama tim (ssst namanya tidak usah disebut ya hehehe) menuju ke rumah retret Canossa demi makan durian tanpa diketahui Pastor Kepala Paroki, yang memang tidak suka durian, dan kembali ke pastoran sebelum Pastor Kepala mengetahuinya. Atau, ketika tampaknya tak seorang pun membuat sesuatu yang spesial di hari ulang tahun imamatnya, bersama dengan Pak Jento, penyakit isengnya kambuh lagi. Mereka berbohong dan menculik saya untuk makan di restoran seafood. Jadi bingung juga saat itu Yang pesta siapa ya? Kok malah aku yang dikerjain? Itulah sisi lain dari Romo Yus yang tampaknya pendiam. Walau terkesan cuek, hati Romo Yus baik dan lembut, pribadi yang tenang, sopan, sederhana, dan tidak neko-neko. Saya masih ingat, ketika PPA (Putera Puteri Altar) mengadakan ziarah ke Yogya dan menginap di Seminari Mertoyudan selama 4 hari 3 malam, beliau lebih memilih kamar lamanya, dan berada di antara anak-anak PPA, dengan alasan reuni dengan masa lalunya, daripada kamar nyaman yang telah disiapkan pastor. Dan, di balik sikap cuek-nya, beliau memiliki hati besar alias kerendahan hati untuk menerima saran dan kritik. Bagi saya Biji Sesawi dari Kampung Sawah 37

45 Romo Yus adalah pribadi sederhana yang mencintai panggilannya. Bertemu dan mengenal Romo Yus membawa saya untuk lebih mencintai panggilan saya melalui kesaksian hidupnya. Hidupnya seakan-akan mengatakan, Aku istimewa di mata-nya. Ia memilih aku, menguduskan aku, dan mengutus aku untuk mereka yang dikasihi- Nya. Maka aku membalas kasih itu melalui hidup dan pelayananku. Kebersamaan dengan teman-teman di Seminari Mertoyudan meneguhkan Yus Noron setiap kali ia dilanda kegundahan apakah akan meneruskan panggilannya atau tidak (dokumentasi pribadi antara tahun ) 38 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

46 3 FRATER YANG PERNAH INGIN ANGKAT KOPER Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. (Mk 8:34) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 39

47 3 FRATER YANG PERNAH INGIN ANGKAT KOPER Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. (Mk 8:34) Ada Apa dengan Saya? TANPA terasa empat tahun di Seminari Mertoyudan akhirnya bisa dilalui oleh Yus Noron, meski dirinya harus melewati kerikilkerikil keraguan. Tahun 1980 Yus berhasil menyelesaikan studinya di Seminari Mertoyudan, lalu ia kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di STF Driyarkara. Perjalanan untuk menjadi imam masih panjang. Sebagaimana nama sekolahnya, di sini ia dituntut untuk secara intens mempelajari filsafat, sebuah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis yang dijabarkan dalam konsep mendasar. Sebagai ibu dari segala ilmu, atau kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya menurut Rene Descartes filsafat tentu bukan perkara mudah untuk dipelajari, apalagi dihapalkan. Menginjak tahun kedua, kegamangan kembali menyergapnya. Kali ini dengan alasan yang sepele: tidak bisa berdoa. Saya merasa hampa saat berdoa, hanya rutinitas saja. Kejadian berulang. Ia pulang ke rumah, tetapi rasa rindu kembali ke seminari lebih kuat menariknya. Ia kembali ke STF Driyarkara hingga waktu 3 tahun yang diberikan untuk mempelajari filsafat selesai dilewatinya. Dalam kurun waktu itu menda- 40 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

48 pat tugas pelayanan asistensi di Paroki Pademangan ( ), mengajar di Sekolah Bintang Kejora, Kemakmuran ( ), di Paroki Santo Aloysius Gonzaga, Cijantung, Jakarta Timur ( ). Yus Noron yang bersama Subagyo yang sudah memilih untuk kelak menjadi imam diosesan atau projo akhirnya berhasil menyelesaikan studi pada Yus Noron pun memasuki Tahun Orientasi Pastoral (TOP) selama setahun yang dijalaninya di Paroki Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Bila sebelumnya dalam masa asistensi ia hanya bertugas hari Sabtu dan Minggu maka pada masa TOP ini Frater Yus Noron harus tinggal di paroki tersebut. Waktu delapan tahun sudah dilaluinya. Artinya, tiga tahun lagi Frater Yus Noron sudah boleh ditahbiskan sebagai seorang imam. Ia hanya perlu menyelesaikan pendidikan di Seminari Tinggi Teologi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta, selama 3 tahun. Namun, semakin dekat pada tahun kelulusannya, ia justru semakin gamang Seminari Tinggi Teologi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta (dokumentasi Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma, 2013) pada panggilannya. Rasa jenuh pada rutinitas yang dijalaninya tanpa disadari menggerogoti nilai-nilai ujiannya. Beberapa kali ia gagal dalam ujian, mengulang lagi, gagal lagi. Akhirnya, ia nekat keluar asrama, tidak belajar, dan memilih bersantai saja. Tetapi apa yang terjadi? Kali ini ia justru lulus ujian. Kembali Tuhan hendak menunjukkan pada Yus bahwa Rencana Allah itu selalu pasti dan punya caranya sendiri. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 41

49 Ada apa dengan saya? demikian gugat Frater Yus dalam hati. Keraguan demi keraguan silih berganti menyergapnya, akankah ini pertanda bahwa dirinya tak layak menjadi imam? Gugatan diri itu berbuah pada sebuah keputusan: keluar dari seminari. Tidak hanya sekali ia mengajukan permohonan keluar dari Seminari Tinggi, tetapi baik Rektor maupun Bapa Uskup tak mengizinkannya. Sebaliknya, Yus malah diganjar izin untuk berlibur ke mana saja asal kembali lagi ke seminari. Saya heran. Ada apa dengan saya, kenapa selalu tidak boleh. Kenapa kalau yang lain mau keluar gampang sekali memperoleh izin? Seolah baik Bapa Uskup, Rektor, maupun semua pembimbingnya mempunyai catatan tersendiri tentang dirinya dan melihat bahwa permohonan keluar Frater Yus hanya sebatas dorongan emosional belaka. Entah benar atau tidak kesimpulan itu, yang jelas ketika tahun 1987 Frater Yus Noron dinyatakan selesai studi dan siap ditahbiskan menjadi imam, lagi-lagi ia dihinggapi keraguan: layakkah dirinya ditahbiskan? Hatinya merasa belum mantap dan ia takut menjadi orang munafik. Ia juga merasa belum siap berhadapan dengan banyak orang karena sifat pendiamnya sehingga sulit berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, ia mengajukan permohonan penundaan pentahbisannya dan menyilakan sahabatnya sejak di Seminari Mertoyudan, Frater Yohanes Subagyo, menerima sakramen Imamat terlebih dulu. Sulit Bicara di Depan Umum TERNYATA Mgr Leo Soekoto SJ menangkap alasan masalah berkomunikasi Frater Yus Noron.Tahun 1987 itu juga Mgr Leo Soekoto SJ menempatkannya di sebuah rumah pembinaan bagi orang muda, CIVITA, di kawasan Ciputat, sebagai pendamping kaum muda. Semula Frater Yus Noron tidak mengerti mengapa ia ditempatkan di Komisi Kepemudaan dan CIVITA. Padahal saya berharap mendapat tugas di sebuah paroki. Tetapi, mengapa saya harus melayani dan berjumpa dengan anak-anak muda mulai usia SD sampai SMA. Sebenarnya, berada di antara kaum muda yang selalu ceria dan gembira membuat 42 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

50 Frater Yus Noron menemukan warna kehidupan yang unik dari mereka. Namun agaknya, pelayanan bersama mereka bukanlah yang diinginkan oleh frater muda ini. Apalagi setelah ditahbiskan tahun 1988, ia tidak juga dipindah dan tetap dalam Komisi Kepemudaan KAJ. Sejak semula citacita Yus Noron ingin menjadi imam yang melayani paroki sebuah cita-cita yang boleh jadi terinspirasi oleh romo paroki semasa kecilnya di Kampung Sawah. Melayani orang banyak yang beragam sepertinya menjadi model pelayanan yang didambakannya. Dalam pembinaan di CIVITA ini Frater Yus bekerja sama dengan Romo Widadaprayitna SJ, Suster Roswinda CB, dan Suster Joanetta CB. Pekerjaan ini berjalan terus hampir setiap hari tanpa henti, pagi, siang, dan malam. Lama-lama para pembina ini merasa tenaga mereka terkuras. Frater Yus merasa jenuh dan kering. Apalagi makin lama CIVITA makin terkenal sebagai tempat pembinaan mental yang menarik sehingga makin banyak sekolah yang mengirimkan murid-muridnya ke situ. Syukurlah Mgr. Leo Soekoto SJ bermurah hati dengan mengirim Membina orang muda di CIVITA ternyata melatih Frater Yus untuk lancar berbicara di depan umum (dokumentasi pribadi, 1987) seorang imam paruh baya Rm. Suharto CM dan memberikan tenaga-tenaga baru yang memperkuat Tim CIVITA. Bagi orang yang sulit berkomunikasi seperti Frater Yus, tugas kali ini jelas terasa sebagai beban berat. Namun, karena terus-menerus tugas ini saya lakukan akhirnya saya pun makin lancar berbicara di depan umum. Lama-lama saya menyadari mengapa Bapa Uskup memberi tugas ini. Saya merasa mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Karena saya pendiam dan tidak banyak bicara, saya sering mendapat Biji Sesawi dari Kampung Sawah 43

51 kesulitan jika harus berhadapan dengan orang banyak, apalagi harus berbicara. Melalui pergaulan dengan anak-anak dari SD sampai SMA, mau tidak mau saya harus berbicara terus-menerus. Percaya diri saya juga makin tum-buh karena lawan bicara saya adalah anak-anak SD, SMP dan SMA/SMK. Akhirnya dia malah sangat berterima kasih kepada Mgr. Leo. Berkat didikannya di CIVITA, kemampuan berbicara di depan umum Frater Yus Noron semakin terasah. Frater Juga Manusia Peristiwa dua kali pulangnya Yus Noron ke keluarga semasa masih di Seminari Mertoyudan, rupanya menjadi catatan tersendiri bagi keluarganya. Mama dan kakak-kakak Yus Noron tidak ingin calon pastor ini gagal di tengah jalan hanya karena hal-hal duniawi. Oleh karena itu, saat si Bungsu meneruskan sekolah di seminari, keluarganya lebih ketat menjaganya. Bila ia pulang ke Kampung Sawah, kakaknya akan menginterograsi dan bertanya apa yang ia lakukan bila bersama Sangat manusiawi apabila kedatangan para gadis yang menarik ke CIVITA mengurangi kejenuhan Frater Yus ketika bertugas di sana (dokumen pribadi, 1987) teman perempuan; bergandengan tangan atau tidak. Hal yang sama juga terjadi semasa ia di Mertoyudan. Bila ada hari libur dan Frater Yus bertandang ke rumah kakak sepupunya di Semarang, ia langsung dalam pengawasan ketat, tidak boleh pergi ke luar bila tidak bersama kakak sepupunya karena khawatir bila adiknya ini gagal akibat tergoda oleh gadis. Merasa kurang nyaman dengan status jejaka pingitan itu, Frater Yus memilih untuk melakukan bohong putih alias tidak mengaku berapa hari liburnya setiap kali menginap di Semarang. Libur tiga 44 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

52 hari, bilang sehari. Sisa dua hari dihabiskannya di seminari sambil menikmati kebebasannya. Salah satu kebiasaannya semasa di Seminari Mertoyudan adalah selalu mengantongi obat ganteng alias sisir ke mana pun ia pergi. Begitu pula, kala itu sedang tren memiliki pen friend atau sahabat pena. Diam-diam Yus pun mencari sahabat pena, seorang remaja putri, tentu. Tak pelak, ketika suratnya dibalas dan disertai foto diri, Yus dipanggil oleh Rektor dan ditanya, kamu dapat ini, sekarang pilih mana: foto atau tetap di sini? Ya, salah satu kebijakan di seminari adalah semua surat harus melalui screening terlebih dulu. Sebagai seorang manusia, Frater Yus juga pernah merasa jatuh cinta. Tidak perlu dimungkiri bahwa rasa suka, rasa cinta, adalah hadiah dari Allah juga kepada manusia. Bedanya, Frater Yus merasa cukup menyimpan sendiri rasa suka yang pernah mampir di hatinya itu, tanpa perlu mengungkapkannya baik secara langsung atau lewat kata-kata yang memberikan harapan. Kejenuhan yang sering menghampiri Frater Yus semasa bertugas di CIVITA ternyata juga sering terbilas bila yang datang ke CIVITA adalah remaja-remaja putri yang menarik. Sungguh situasi yang sangat manusiawi. Apa pesan moral dari cerita ini? Tak ada yang perlu ditakuti untuk masuk seminari; tak perlu keder menjadi frater sebab frater juga manusia Tahbisan yang Tertunda Satu tahun berkarya di CIVITA, akhirnya mengantar Frater Yus pada hari pentahbisan. Pada 15 Agustus 1988 Aloysius Yus Noron ditahbiskan menjadi imam. Ia menjadi putra sulung paroki Kampung Sawah yang menjadi imam, ditahbiskan sebagai seorang Imam Diosesan Keuskupan Agung Jakarta di Katedral oleh Mgr. Leo Soekoto, SJ, bersama Frater St. Roy Djakarya Pr, Frater FX Sutarjo OFM, Frater Louis M. Djangoen Pr, dan Frater A. Budi Agus Setyawan Pr satu orang frater teman seangkatan, tiga orang frater lainnya terhitung adik kelasnya. Belakangan ia men- Biji Sesawi dari Kampung Sawah 45

53 dapat kabar dua dari teman tahbisannya itu telah mengundurkan diri dari Imamat. Di antara para hadirin yang menyaksikan peristiwa itu, ada seorang perempuan yang mengikuti peristiwa itu dengan sangat khusyuk dan penuh haru. Dia adalah Maria Naomi, ibunda Aloysius Yus Noron. Segurat rasa lega tergambar di wajahnya. Sebuah rahasia kecil yang disimpannya selama bertahun-tahun hari itu seolah menemukan jawabannya. Sebuah rahasia tatkala Yus Noron masih seorang bocah berusia 4 tahun. Peristiwa 15 tahun silam terpapar kembali dalam benaknya. Ketika Lewi Noron, suaminya, mengalami sakit keras sehingga ia pun menitipkan keluarganya kepada Romo Bratasoegondo SJ. Romo Brata yang juga membaptis Yus semasa masih bayi itu menenangkan Lewi Noron dengan mengatakan, Kelak di antara anak-anak ada yang mengikuti saya menjadi pastor. Ya, inilah rahasia kecil itu, kata-kata yang diucapkan oleh Romo Bratasoegondo SJ tatkala batuk-darah Lewi Noron mengenai jubahnya. Kata-kata yang terus disimpan rapat oleh Maria Naomi menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Mama baru menceritakan peristiwa ini setelah saya ditahbiskan. Mungkin Mama tidak ingin membebani saya, mengingat kakak saya yang urung melanjutkan panggilan sebagai bruder dan kerabat yang menjalani kehidupan sebagai suster juga keluar, komentar Romo Yus. Tentu bukan tanpa alasan Maria Naomi bersikap demikian. Ibu yang bijak ini boleh jadi tidak ingin dianggap memaksa putranya menjadi imam hanya karena rahasia kecil itu. Hal itu dibenarkan oleh Maman, Waktu itu usia saya sudah 33 tahun, tahun Jadi, karena saya sudah kerja lama jadi guru waktu itu saya langsung masuk seminari tinggi STF Driyarkara. Saya merasa pendidikannya terlalu berat, saya tidak bisa mengikuti. Jadi saya dites di Katedral, salah satunya oleh Mgr. Leo Soekoto, saya diterima. Saya senang sekali. Ternyata setelah masuk kuliah berat sekali, karena saya kan tidak mengikuti proses dari seminari menengah. Semester pertama saja 46 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

54 nilai saya banyak D, saya harus her. Semester kedua makin berat lagi. Akhirnya saya menyerah. Oleh karena itu, ketika anak bungsunya ini sempat dua kali angkat koper alias pulang ketika masih duduk di seminari menengah. Bahkan, menunda tahbisannya selama satu tahun, lengkaplah sudah keraguan Maria Naomi akan kebenaran rahasia kecil itu. Bisa dibayangkan betapa kebahagiaan Maria Naomi membuncah manakalah Allah benarbenar memilih Yus menjadi salah satu gembalanya, ditahbiskan sebagai imam. Jalan Allah tak pernah bisa ditebak oleh manusia. mengatakan mau ditahbiskan dengan catatan Tetapi tidak sekarang, lanjutnya. Jadilah, Yus Noron ditahbiskan pada tahun 1988, sementara kedua rekannya mendahului ditahbiskan pada Yus Noron sendiri tidak tahu ketika Pastor Bratasugondo SJ, bernubuat untuknya. Saya sempat terpikir, seandainya Mama mengatakan hal ini sebelum tahbisan, mungkin akan memberikan semangat dan kekuatan lebih, tetapi setelah dipikir-pikir lagi, bisa jadi malah sebaliknya. Setelah menyelesaikan kuliah filsafat, Mgr. Leo Soekoto bertanya apakah sudah siap ditahbiskan. Ketika itu, sebagai frater dirinya merasa belum mantap sehingga ia pun Yus Noron ditahbiskan sebagai Imam Projo oleh Mgr Leo Soekoto pada tanggal 15 Agustus Walaupun sempat beberapa kali angkat koper, Tuhan tetap memilih anak Lewi dan Naomi itu menjadi salah satu gembalanya. (dokumentasi pribadi) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 47

55 Penundaan ini, dalam konsep Frater Yus, bukan berarti ragu-ragu. Baginya, yang disebut ragu-ragu adalah bila ia tidak tahu akan memilih ditahbiskan atau tidak. Sesungguhnya ia memang ingin ditahbiskan, hanya saja ia belum bisa memutuskan kapan waktunya: sekarang atau nanti. Sebab, baginya keputusannya itu untuk selamanya. Masih ada kecemasan yang menggelayuti hatinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti Apakah nanti bisa berhasil menjadi imam? Apakah saat menjadi gembala bisa diterima umat? Apakah nanti bisa menjadi imam yang baik? membuat hati Frater Yus Noron ciut. Pertanyaan-pertanyaan itu dipungkasinya dengan percaya diri bahwa dia adalah dia bukan orang lain. Keyakinan ini semakin memantapkan jalan menuju tahbisan. Keraguan di masa sebelumnya memberikan inspirasi baginya untuk mengambil motto tahbisan, Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. (Yoh 21:17c) Ketika berkelindan persoalan manusia sering mengalami kecemasan dan keraguan, sering merasa tidak dipercaya dan merasa ditinggalkan. Inilah saat Petrus menjadi sedih, karena Yesus sampai tiga kali bertanya, Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? (Yoh 21:17a). Demikian halnya Romo Yus ketika dihadapkan pada persoalan. Dia lebih sering berkutat pada diri sendiri dan tidak memikirkan Dia yang telah memilihnya. Padahal Dia telah memi-kirkan apa yang terbaik untuk saya, Dia telah menyediakan jalan. Hanya saja saya sering tidak melihat, kata Romo Yus. Oleh karena itu, motto yang dipilih untuk tahbisannya merupakan penyerahan diri kepada Tuhan ketika menghadapi persoalan dan kecemasan. Ia semakin menyadari betapa panggilan bukanlah karya manusia, tapi karya Allah. Panggilan juga tidak bisa diukur dalam hitungan masa manusia. Selintas ingatannya kembali ke masa kecilnya, saat dirinya menjadi putra altar dalam pentahbisan Romo Marius Mariatmadja yang sudah berusia 69 tahun. 48 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

56 Tuhan... Engkau tahu bahwa aku mencintai Engkau. Mengambil motto ini Yus Noron mantap menerima tahbisan sebagai Imam Projo bersama dengan FX Sutarjo OFM, Stephanus Royke Djakarya Pr, Louis MM Djangoen Pr dan Agustinus Budi A. Setyawan Pr di Gereja Katedral Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1988 Biji Sesawi dari Kampung Sawah 49

57 50 B i j i Sesawi dari Kampung Sawah

58 4 JEJAK LANGKAH ANAK KAMPUNG SAWAH Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. (Yes 46:4) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 51

59 4 JEJAK LANGKAH ANAK KAMPUNG SAWAH Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. (Yes 46:4) Dilanda Kecemasan SETELAH tahbisan, perjalanan Imamat Romo Yus tidak serta merta melenggang di jalan lapang. Hambatan dan persoalan makin memancing kecemasannya. Ada kalanya Romo Yus merasa seperti tidak melihat jalan keluar atas suatu masalah dan merasa tidak tahu harus bagaimana menyelesaikannya. Salah satunya ketika menjadi Pastor Paroki St. Aloysius Gonzaga, Cijantung ( ). Ia datang sebagai Pastor Rekan, mendampingi Romo LBS Wiryowardoyo, Pr. Ketika itu kondisi paroki tidak terlalu baik karena masih punya tanggungan utang dari renovasi gereja periode sebelumnya. Mengandalkan perolehan dari kolekte jelas tidak mencukupi. Belum lagi ada beberapa pengeluaran mendadak dari PSE menjadikan beban keuangan agak berat. Romo Yus turut mencari jalan keluar atas persoalan itu, tetapi rasanya tak ada yang berarti. Dalam kebuntuan, tiba-tiba terbersit pemikiran ada sebidang tanah milik gereja yang sudah tidak digunakan lagi. Atas izin Keuskupan tanah itu pun dijual. Theodorus Soegiyanto, salah seorang anggota Dewan Paroki dari Paroki St. Aloysius Gonzaga Cijantung kala itu, mengakui bahwa Romo Yus adalah orang yang sederhana, rapi, jujur, tidak aneh-aneh, 52 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

60 dan sopan. Beliau tidak memandang berbeda umat, tidak pilih-pilih umat untuk dikunjungi. Meski, ada kalanya muncul juga sifat lain Romo, yakni saklek, terlalu kaku, kadang malah terlihat keras kepala. Tapi, menurutnya, untuk hal-hal yang penting, sikap seperti itu sangat perlu. Hal senada diamini oleh Budi Pratiknyo, mantan Ketua Mudika (OMK) Paroki St. Aloysius Gonzaga Cijantung kala itu, yang hingga kini masih bersahabat dengan Romo Yus. Tahun 1982 saat Romo Yus Romo Yus Noron bersama para Pengurus Wilayah dan Lingkungan Paroki St. Aloysius Gonzaga, Cijantung dalam sebuah acara pembekalan pada tahun 1997 (dokumenrasi pribadi) masih sebagai frater yang melakukan asistensi di paroki kami, kebetulan saya sebagai ketua mudika. Kami mempunyai panggilan akrab untuk beliau yaitu Frater Yusno. Memang, ketika itu Frater Yusno lebih banyak bertugas mendampingi misdinar dibanding bersama mudika. Namun, ia juga sering berkumpul bersama kami. Frater Yusno senang berjalan ke mana saja, juga senang ikut berkemah bersama mudika. Sejak masih menjadi frater, ia senang berkunjung ke rumah-rumah umat. Di situ tampak ia adalah tipikal orang yang easy going. Diajak berjalan kaki mau, naik motor mau. Romo Yus itu sebenarnya orangnya hangat, walaupun memang agak strict. Ia mau mendengarkan saat berdiskusi, walaupun keputusan akhir ada di beliau. Kalaupun Romo Yus tidak setuju, tidak akan disampaikan secara frontal. Memang, bila ia sudah punya pendapat ya itulah pendapatnya. Sepengetahuan saya, Romo Yus tipe orang yang tidak mau mencari keributan. Karena itu, ia berusaha merangkul semua orang. Jadi, bila ada hal yang menimbulkan pertentangan biasanya ia akan berusaha menetralisirnya walaupun tetap ia punya pendapat sendiri. Ia juga tidak suka bergosip. Sehing- Biji Sesawi dari Kampung Sawah 53

61 ga bila sudah ada yang mulai bergosip akan dialihkan ke pembicaraan lain. Benarlah, hasil penjualan tanah itu ternyata cukup untuk menutup pinjaman bank dan kebutuhan-kebutuhan lain yang selama ini tertunda. Apalagi kolekte umat mengalami peningkatan sehingga keadaan keuangan paroki yang semula minus menjadi surplus. Tak bisa dimungkiri betapa tangan Tuhan bekerja dengan indahnya. Romo Yus menyakini bahwa Tuhanlah yang memberikan jalan keluar. Kadang kala manusia tidak melihat apa yang dikehendaki Allah karena lebih sering menuruti pemikiran sendiri, cerita Romo Yus yang atas peristiwa itu ia merasa makin dikuatkan oleh motto tahbisannya. Kecemasan yang begitu berat pernah melanda Romo Yus ketika menggembala di suatu paroki. Kecemasan ini begitu mengimpit dan mengakibatkan dirinya stres berat. Tanda-tandanya? Saya merasa lapar, tetapi ketika makan sesuap-dua suap, saya merasa mual dan muntah. Beberapa teman dekatnya sempat menuduhnya sedang mengalami stres. Romo Yus tidak begitu saja percaya pada diagnosis itu sehingga ia pun memutuskan untuk mengunjungi dokter. Tidak tanggung-tanggung tiga dokter ia temui. Ternyata diagnosis ketiga dokter itu sama, kelelahan dan stres. Dalam kondisi seperti itu, Romo Yus bersyukur mendapat dukungan dari temanteman dan keluarga, baik keluarga sendiri maupun keluarga-keluarga lain. Mereka memberikan penghiburan yang menguatkan dan mendorong untuk tetap maju. Saya merasa ada yang menolong saya. Ada orang yang mau mendengar masalah saya. Penguatan dan penghiburan juga diperolehnya dalam retret, Saat itu saya baru menyadari, saya berpikir mengenai diri sendiri bahwa Tuhan tidak mencintai saya lagi, Tuhan meninggalkan dan mendiamkan saya. Padahal Tuhan tahu saya mengasihi Dia. Setelah beberapa waktu, Tuhan sungguh menunjukkan jalan bahwa ternyata saya dalam koridor yang benar. Dengan keyakinan itu dan dukungan berbagai pihak, akhirnya masalah yang begitu berat itu bisa selesai juga. Pengalaman Romo Yus itu seolah mengingatkan pada sebuah cerita bijak karya 54 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

62 Margaret Fishback Powers yang sangat popular: Jejak Kaki (Footprints). Semalam aku bermimpi, berjalan di sepanjang pantai bersama Tuhan. Di cakrawala luas terbentanglah seluruh adegan kehidupanku. Pada setiap adegan kulihat dua pasang jejak kaki di pasir; sepasang jejak kakiku, dan sepasang lagi jejak kaki Tuhan. Setelah adegan terakhir dari kehidupanku terhampar di hadapanku, aku menoleh ke belakang melihat jejak kaki di pasir. Kuperhatikan bahwa berkali-kali sepanjang jalan hidupku, terutama pada saat paling gawat dan menyedihkan, hanya terdapat sepasang jejak kaki. Hal ini benar-benar membuatku sangat kecewa maka aku bertanya kepada Tuhan. Tuhan, Engkau mengatakan bila aku mengikutimu, Kau berjanji akan berjalan bersama sepanjang jalan hidupku. Namun, aku perhatikan bahwa pada saat-saat paling gawat dan beban berat menindas hidupku, hanya ada sepasang jejak kaki. Aku tidak mengerti mengapa pada waktu aku sangat membutuhkanmu, justru Engkau meninggalkanku? Tuhan menjawab lembut, Anak-Ku, engkau sangat berharga di mataku, Aku sangat mengasihimu dan Aku tidak akan meninggalkanmu. Pada waktu dirimu dalam bahaya dan penderitaan, kau hanya melihat sepasang jejak kaki karena pada waktu itu Aku menggendongmu. Entah sudah berapa banyak Tuhan menggendong Romo Yus dalam menapaki perjalanan imamatnya, dari satu pelayanan ke pelayanan lain. Bukan mustahil, cara Tuhan menggendong adalah dengan menghadirkan orang-orang di sekitar Romo Yus dalam setiap episode kehidupannya, meski hanya dalam sebuah persinggahan yang singkat. Parang di Atas Altar PADA era 1990-an situasi Paroki St Leo Agung Jatibening sangat rawan. Namun, Romo Yus mantap memilih paroki ini ketika ditanya di Biji Sesawi dari Kampung Sawah 55

63 mana akan berkarya setelah dari Paroki Teluk Gong. Alasan utamanya adalah ingin menemani Romo Pranataseputra yang sendirian merintis paroki di sana. Mgr. Leo Soekoto, waktu itu berpesan agar para pastor paroki hendaknya tidak sendirian. Selain itu saya merasa masalah di Jatibening itu terjadi karena adanya segelintir orang yang tidak setuju pendirian gedung gereja lalu mengajak orang-orang dari luar, kata Romo Yus. Saat Romo Yus ditempatkan di Jatibening, perayaan Ekaristi sudah berpindah tempat beberapa kali karena bentrok dengan masa yang tidak setuju. Bahkan suatu kali, massa secara paksa membubarkan perayaan Ekaristi. Waktu itu paroki ini mencakup 9 wilayah dan 33 lingkungan dan memiliki umat sekitar orang. Lokasi pastoran berdekatan dengan lahan yang akan dibangun gedung gereja dan beberapa kali pastoran ini menjadi sasaran teror. Tidak hanya pastoran. Susteran FCJM yang tak jauh dari pastoran juga kena teror. Bentuk teror bermacam-macam, kadang berupa lemparan batu atau berupa ancaman melalui telepon. Suatu ketika Romo Yus hendak memimpin misa di rumah umat. Romo Yus menerima telepon dari orang yang tidak dikenal. Orang itu mengatakan jika tetap akan memimpin misa, Romo Yus akan dicegat di tengah jalan. Saya sempat takut dan bingung juga. Lalu saya menghubungi umat yang kebetulan seorang polisi. Dia mengawal kami. Tenyata tidak ada apa-apa. Berangkat dan pulang, aman, kenang Romo Yus. Namun, peristiwa yang paling menakutkan bagi Romo Yus pernah terjadi ketika memimpin misa di kediaman salah seorang umat. Saat itu umat sudah memenuhi rumah yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi. Beberapa umat yang berprofesi sebagai aparat keamanan hadir pula di sana. Setelah khotbah, entah dari mana asalnya, massa yang menentang pendirian gereja mendatangi rumah itu sambil berteriak-teriak kasar. Seorang di antara mereka langsung maju menantang Romo Yus, ceritanya, Sambil mengacung kan senjata tajam semacam parang di atas meja yang digunakan sebagai altar, orang itu mengancam, pilih selamat atau ini. Saya melihat umat sudah kabur, tinggal be- 56 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

64 berapa umat yang berprofesi sebagai polisi. Oleh pemilik rumah, Romo Yus diminta masuk ke ruang dalam. Selanjutnya, beberapa umat yang kebetulan menjadi polisi mengambil alih dan menenangkan para perusuh ini. Romo Yus tidak tahu bagaimana para polisi itu melakukan negosiasi dan menenangkan keadaan. Yang ia tahu, setelah keadaan aman ia diantar kembali ke Pastoran. Semasa menjadi Pastor Rekan di Jatibening ini Romo Yus sempat menyaksikan berdirinya bangunan bedeng Serba Guna (1995) berukuran 16 x 36 meter. Bedeng ini kemudian diubah menjadi bangunan semi permanen yang digunakan sebagai Gedung Serba Guna dengan nama Graha Manunggal Bhakti Leo Agung sehingga bisa digunakan untuk melakukan kegiatan ibadah, Misa Kudus dan kegiatan rohani yang lain. Sayangnya, setahun kemudian Gedung Serba Guna ini dibakar massa tepatnya pada Selasa 17 September Waktu itu Romo Yus sudah pindah tugas ke Cijantung. Bu, ayo pulang Yanti Paulus Ibu Rumah Tangga Pastoran Saya mencoba mengupas sisi-sisi kemanusiawian Romo Yus mengingat rumah saya dekat dengan tempat tinggal kedua pastor tersebut dan saya dipercaya menjadi ibu rumah tangga Pastoran. Saya sebut Pastoran karena pada masa itu St. Leo Agung masih belum mempunyai apa pun, termasuk gedung pastoran sehinggga dipinjami rumah oleh salah seorang umat. Romo Yus adalah romo yang bersahaja dan tidak rewel dalam arti menerima apa saja yang ada. Orangnya pendiam dan rendah hati di dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai gembala umat. Begitu pun dalam hal makan, Romo tidak memilih-milih. Makanan yang menjadi kegemarannya adalah lalapan berikut sambel terasi. Karena kegemarannya itu, suatu hari beliau datang ke rumah saya sambil menyembunyikan tangan di balik punggungnya, lalu melontarkan tebakan, apa yang kira-kira dibawanya. Saya yang sudah hafal betul kesukaannya, langsung menebak, be- Biji Sesawi dari Kampung Sawah 57

65 liau membawa buah gandaria dan meminta dibuatkan sambal. Pada suatu hari, beliau mengatakan Bu, ayo pulang. Saya tanya, mau pulang ke mana karena ini kan rumah beliau juga. Ternyata, yang dimaksud adalah pulang ke rumah mamanya di Kampung Sawah. Dengan perasaan agak terpaksa karena jalan ke Kampung Sawah masih belum diaspal, becek, dan berlumpur banyak kuburan pula bersama seorang ibu, saya antar beliau. Begitulah, kala itu, setiap kali Romo Yus kangen pada ibunya, kami ibu-ibu dengan senang hati mengantar beliau pulang kampung, meskipun tempatnya masih serem. Kami paham, itulah sifat manusiawi seorang romo, sama seperti kita semua, sering kangen pada orang tua, terutama kepada ibu. Sisi-sisi sebagai manusia biasa juga terlihat dari beberapa kegiatan yang dilakukannya di sela-sela tugasnya sebagai gembala umat, antara lain bermain bulutangkis, menonton film, dan rekreasi. Menonton pertandingan sepak bola di TV juga merupakan kegemarannya, bersama Pak Sugiarto yang rumahnya dekat dengan tempat tinggal Romo Yus, mereka biasa nonton bareng sampai dini hari. Salah satu pembicaraan yang sampai sekarang terkesan dalam diri saya adalah ketika beliau mendengar salah satu saudara saya meninggalkan panggilannya sebagai romo dan kembali menjadi awam. Beliau bertanya pada saya, berapa umur saudara saya itu dan mungkinkah hal yang sama terjadi pada dirinya? Maklum, saat itu Romo Yus belum genap sepuluh tahun menjalani panggilannya sebagai imam. Pertanyaan itu saya jawab dengan tegas, Tidak ada yang bisa memengaruhi Romo karena untuk bisa menjadi seorang romo tidak mudah dan berat perjalanannya. Saya katakan pula, bahwa saya akan terus berdoa untuk Romo supaya tetap setia pada panggilannya. Ucapan saya itu mungkin bukan sesuatu yang istimewa, namun waktu membuktikan bahwa meski perjalanan hidupnya sebagai gembala umat penuh dengan tantangan dan liku-liku, Romo Yus berhasil melewatinya dan mencapai pesta perak imamatnya. Suatu perjalanan yang bukan sebentar untuk membuktikan kesetiaan hidup membiara, menjadi gembala 58 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

66 yang konsisten terhadap panggilannya, tentu semua itu juga berkat dukungan doa dari kita semua. Teror yang dialami Romo Yus memberikan trauma. Sejak saat itu jika dipindahtugaskan ke sebuah paroki, ia selalu bertanya, Di sini aman, nggak? Meskipun selalu demikian situasi keamanan paroki tidak memengaruhi semangat Romo Yus untuk berkarya di paroki tersebut. Ia tetap menjalankan penugasan yang diberikan kepadanya. Merintis Paroki Baru MESKIPUN tidak semencekam di Jatibening, Romo Yus pernah dihadapkan pada situasi keamanan lingkungan yang tidak nyaman. Itu terjadi ketika merintis stasi Teluk Gong yang sudah dibentuk tahun 1978 menjadi sebuah paroki. Tugas ini sungguh membuatnya gamang, tidak siap, dan tidak percaya diri. Gambaran dan karakter Teluk Gong yang merupakan daerah pelabuhan tidak terlalu ia pahami. Apalagi baru dua tahun menjadi imam dan berkarya di paroki pun belum lama. Mengapa harus saya, bukankah ada pastor yang lebih senior. Saya itu belum lama belajar menjadi imam, Romo Yus serasa kembali kepada kecemasan ketika akan ditahbiskan, yaitu merasa tidak mampu. Di sisi lain Mgr. Leo Soekoto SJ terus membujuk. Meski sempat menunda-nunda keputusan, akhirnya Romo Yus bersedia menerima penugasan ini. Setelah memutuskan, saya menghadap Bapa Uskup. Beliau sedang sakit, tetapi mau menerima saya di kamarnya. Saya kemukakan bahwa saya mau menerima tugas di Teluk Gong. Mendengar keputusan saya dia tertawa. Akhirnya kamu mau juga ke Pluit, ya. Tugas merintis paroki baru di Teluk Gong tidak mudah, apalagi tahun pertama di Teluk Gong dijalaninya sendirian. Baru pada tahun kedua ia ditemani seorang frater. Salah satu tugas Romo Yus adalah mengunjungi rumah-rumah umat yang terkena banjir karena wilayah ini begitu sering dilanda banjir. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 59

67 Demikian pula, oleh karena ini daerah pelabuhan maka Romo Yus sering berhadapan dengan preman-preman pelabuhan, bahkan ia sempat pernah dikerjain preman setempat. Romo Yus kemudian menemukan cara berkawan dengan preman-preman tersebut. Ia mencari informasi siapa gembong premannya dan melakukan pendekatan dengannya. Setelah beberapa lama, gembong preman itu berkata kepada saya, Sekarang aman, Romo. Dan memang keadaan menjadi lebih aman. Selama periode perintisan, tarekat CDD ingin berkarya di sana maka Romo Yus bersama tarekat tersebut menyiapkan terbentuknya paroki baru. Ketika stasi sudah siap diresmikan menjadi paroki, Mgr. Leo Soekoto meminta Romo Yus mencarikan nama yang diambil dari nama para rasul. Saya mengusulkan nama Philipus, yang langsung disetujui oleh Mgr. Leo. Kemudian Keuskupan Agung Jakarta mengeluarkan surat keputusan No. 178/ /93 tertanggal 2 Februari 1993, ditandatangani oleh Mgr. Leo Soekoto SJ, yang isinya meningkatkan Stasi Teluk Gong menjadi Paroki, dengan nama pelindung Santo Philipus Rasul. Bapa Uskup pada 4 Februari 1993 menugaskan Pastor Djohan Lianto, CDD sebagai Pastor Kepala. Perayaan Ekaristi peresmian Paroki Philipus Rasul yang sekarang berlokasi di Kapuk dilakukan pada 6 Februari 1993 dan keesokan harinya, 7 Februari, saya pamitan, karena sudah dipindahtugaskan ke Paroki Jatibening. Romo Yus bersama para Orang Muda Katolik di Stasi Teluk Gong (dokumentasi pribadi, 1992) Keberhasilan merintis Paroki St. Philipus Rasul Teluk Gong tak lepas dari peran para pastor Xaverian yang mendampingi dan membimbingnya. Selama dua tahun sebelum merintis Teluk Gong, ia berkarya di Paroki Stella Maris yang merupakan penugasan pertamanya di paroki setelah ditahbiskan. 60 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

68 Ketika diberi tahu akan ditugaskan di Paroki Stella Maris, Romo Yus sangat gembira. Inilah saat yang dinantikan, yaitu berkarya di paroki. Ia bersyukur harapannnya terkabul. Namun, rasa grogi menyergapnya karena ia harus bekerja sama dengan pastor-pastor berkebangsaan Italia, yaitu Pastor Santadrea SX dan Pastor Lorenzo Suryo Prayoga SX, sedangkan umat yang dilayani sebagian besar beretnis China. Romo Yus berusaha menyesuaikan dengan orang-orang bule itu. Ia menerka-nerka bahwa para pastor dari Italia ini biasanya suka nonton pertandingan sepakbola. Itu sama dengan dirinya, meskipun tidak pandai bermain, ia suka nonton pertandingan sepakbola di TV. Saat itu Liga Italia Seria A mulai ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Setiap Minggu malam kami bertiga pergi ke rumah salah seorang umat yang memiliki dekoder yang dapat mentransfer tayangan Serie A tersebut. Di Paroki Stella Maris inilah Romo Yus banyak belajar berparoki secara konkret. Dari pastor-pastor ini saya mendapat begitu banyak pengalaman mengelola sebuah paroki dan menjalankan pelayanan paroki dengan rapi. Jika para pastor Italia ini berkumpul, mereka selalu mengajak saya. Meskipun mereka berbicara dengan bahasa Italia, pastor-pastor Pluit akan menerjemahkan. Saya bersyukur mendapat pengalaman hidup berkomunitas dengan mereka. Lalu apa yang dikerjakannya di paroki itu? Tugas yang diberikan Pastor Suryo kepada saya adalah membaca laporan-laporan dari lingkungan dan seksi, meringkasnya untuk kemudian dibacakan di rapat Dewan Paroki. Begitu terus berulang-ulang, cerita Romo Yus. Sementara, di mata umat Paroki Stella Maris, Miranda salah seorang umat mengakui, Sosok Romo Yus adalah seorang yang hobi nonton bola kaki, dikenal, dicintai, dan dicari oleh banyak umat mulai dari anak-anak, remaja, OMK, hingga orang tua. Kepolosannya membuat banyak orang merasa nyaman bertukar pengalaman, curhat ataupun hanya sekadar ngobrol ringan bersamanya. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 61

69 Berkarya di Paroki Raksasa DI setiap paroki, Romo Yus selalu menemukan dinamika dan pengalaman berkarya yang unik. Termasuk ketika berkarya sebagai Pastor Kepala di Paroki St. Yakobus, Kelapa Gading ( ). Paroki ini bisa disebut sebagai Paroki Raksasa dengan jumlah umat lebih dari 18 ribu orang. Romo Yus membagikan Hosti kepada para Orang Muda Katolik dalam acara misa Retret Mudika Paroki Stella Maris (dokumentasi pribadi, 1991) Paroki yang dilayani oleh empat orang imam ini menyelenggarakan 13 kali perayaan Ekaristi dari Sabtu sore hingga Minggu sore (termasuk misa di kapel Andreas Kim Tae Gon yang diresmikan sejak 14 Desember 2004). Di Paroki Stella Maris Romo Yus banyak belajar berparoki secara komplit, termasuk memimpin misa lingkungan di rumah warga (dokumentasi pribadi, 1990) Pengalaman saat terjadi bencana banjir 2007 sangat berkesan baginya. Selesai mempersembahkan Misa Jumat Pertama di kapel Andreas Kim Tae Gon yang berjarak sekitar 4 km dari Gereja St. Yakobus Kelapa Gading, Romo Yus berniat akan tinggal sampai sore di sana. Hari itu hujan, tetapi dia tidak menyangka kalau di luar sudah banjir. Ketika masuk ke kamar di kapel itu, air sudah masuk hingga sekitar 1 meter. Waktu itu Romo Yus berpikir akan lebih baik kalau kembali ke Gereja Yakobus saat itu juga. 62 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

70 dan dihadiri oleh pengungsi yang ada di gereja saja. Hari-hari berikutnya baru datang bantuan hingga melimpah. Selama menjadi pastor di Kelapa Gading, Romo Yus mengalami banjir semacam ini dua kali. food hunting di surganya makanan di Kelapa Gading. Mindiarto Djugorahardjo Mantan anggota Depahar Kapel Andreas Kim Tae Gon, Kelapa Gading terendam banjir (dokumentasi pribadi, 2007) Tak ayal banjir pun diterjangnya, meski ratarata tinggi air banjir sudah selutut hingga sedada. Apa boleh buat. Dompet dibungkusnya dengan plastik dan ditaruh di saku jaket. Saya hafal jalan yang saya lalui jadi saya tahu jalan mana yang berlobang besar mana yang tidak. Sesampainya di gereja, aula sudah dipenuhi pengungsi. Waktu itu tidak ada uang, jadi uang apa saja dipakai untuk urusan pengungsi, sebab kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk ke bank. Misa Kudus hari Sabtu-Minggu yang biasa diadakan 6 kali, saat itu hanya diadakan sekali Merakyat. Barangkali itulah stempel yang tepat untuk sosok Romo Yus Noron yang pernah berkarya di Paroki Santo Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Fakta yang kami temui tentang Romo Yus, antara lain Romo yang Gaul, Membumi, Doyan Makan, dan Hobi Badminton. Romo yang Gaul, terlihat dari sangat kentalnya candaan-candaan beliau, tetapi dapat menempatkan diri kapan sebagai Romo dalam tugas penggembalaan yang harus berdiri di depan; kapan harus menempatkan diri sebagai pemimpin suatu komunitas; dan kapan harus bertindak sebagai pengikut (follower) tanpa perlu merasa gengsi. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 63

71 Romo Membumi, tercermin dari tidak adanya perasaan berjarak antara pribadi Romo Yus dan umatnya. Beliau sangat mengenal nama-nama umatnya dengan fasih, mau dan cukup sering berkunjung ke rumah-rumah umat, bisa berbaur dan tidak membedakan status sosial dalam melayani. Semua dilayani dengan sama rasa, sama kualitas, dan sama ketulusannya. Romo Doyan Makan, dibuktikan dengan sangat seringnya bergerilya atau food hunting di surganya makanan di Kelapa Gading. Tidak tanggung-tanggung, hal itu bukan dilakukan pada jam makan, melainkan selesai rapat Depa hingga lewat tengah malam, menyusuri makanan-makanan legendaris dan menu favorit. Beliau sangat tahu tempatnya, tahu rasa nikmatnya, dan tahu menu andalannya dan yang pasti dalam porsi yang tidak sedikit. Namun, karena pencernaan yang baik maka hobi makan ini tidak pernah membuatnya gemuk. Tubuhnya terjaga langsing, ditambah lagi oleh hobinya bermain badminton. Romo Hobby Badminton, tak bisa disangkal sebab di mana ada pertandingan, di situ Romo Yus Noron berada. Umat selalu dilibatkan bersama, pergi ke luar kota bersama, membaur sehingga orang luar tidak pernah menyangka bahwa di tengah lapangan sedang ada seorang romo yang performing. Di Paroki St. Yakobus, Kelapa Gading, Romo Yus juga meninggalkan jejak karya pastoral yang monumental. Marcel Aslin, mantan anggota Dewan Paroki bercerita bahwa sampai sekarang karya pastoral ini masih berlanjut, yaitu penyelenggaraan Perayaan Ekaristi bagi pasangan suami istri yang merayakan ulang tahun perkawinan, diadakan setiap hari Rabu minggu ketiga setiap bulannya. Begitupun pastoral konsultasi keluarga yang dirintisnya, hingga sekarang masih bersinambungan yang sedikit banyaknya membantu mengurangi tingkat perceraian di antara pasangan suami istri, terutama pasangan usia muda. Beberapa kali kami bersama-sama mengadakan kunjungan pastoral secara berkala ke setiap wilayah yang mempunyai 3-5 lingkungan untuk bertatap muka secara langsung 64 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

72 dan berdialog dengan umat, Tidak heran, gairah umat untuk melayani sangat terpacu. Pastoral beliau sangat bagus dan tertata rapi, terbukti dengan pengenalannya terhadap umat sesuai dengan lingkungan masingmasing, jelas Marcel Aslin. Kesaksian Marcel Aslin dibenarkan oleh Junny, seorang umat yang mengaku ngobrol dengan Romo Yus selalu terasa mengasyikkan, apa pun obrolannya. Begitu dekatnya ibu ini dan keluarganya dengan Romo Yus sehingga tak lagi canggung untuk ngobrol dengan bahasa Betawi. Mau ngobrol lama atau sebentar, tetap saja terasa nyambung banget. Secara pribadi, tegur sapa ala Betawi, ngomong logat Betawi, sambil menyisipkan istilah-istilah bahasa Betawi yang sering kami dengar ataupun bahasakan di masa lalu, seakan membawa kami kembali sejenak ke masa lalu semasa kami masih kanak-kanak dengan latar belakang yang sama, tinggal di Betawi sebagai orang Betawi. Istilah-istilah yang sudah lama tidak terucap atau jarang terdengar, kadangkadang spontan muncul kembali membuat suasana menjadi hangat. Mengagumi Mgr Leo Soekoto SJ ADALAH wajar jika Romo Yus Noron sangat mengagumi Mgr. Leo Soekoto SJ yang menjadi Uskup Agung Jakarta ( ). Bukan saja karena ia ditahbiskan oleh Mgr. Leo Soekoto atau karena Sang Monsiegneur adalah uskup pertama yang dilihatnya ketika beliau menahbiskan Romo Marius Maria atmaja di parokinya, Kampung Sawah. Bagi Romo Yus, Mgr. Leo Soekoto sangat memperhatikan perkembangan dan kepribadian para imam yang dipimpinnya, termasuk dirinya. Romo Yus sangat mengagumi Mgr Leo Soekoto SJ yang menahbiskannya sebagai Imam sekaligus membimbingnya dalam berbagai tugas penggembalaan (dokumen pribadi, 1988) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 65

73 Romo Yus merasa sangat dididik oleh Mgr. Leo dalam tugas-tugas penggembalaannya. Dari penugasan di CIVITA, Romo Yus memperoleh kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum. Dari penugasan di Teluk Gong, ia mempunyai pengalaman merintis sebuah paroki, dan dari tugas di Jatibening Romo Yus menaklukkan kekhawatiran akan keselamatan diri. Penugasan-penugasan awal yang bagi Romo Yus sangat sulit telah menggembleng mental dan memberikan bekal kekuatan untuk melanjutkan karya di paroki-paroki selanjutnya. Mgr. Leo Soekoto SJ juga tidak marah ketika Romo Yus membandel saat akan berkarya di Teluk Gong atau ketika dirinya tidak mau dipindah dari Jatibening ke Kelapa Gading. Menurut Romo Yus, Alasannya, ketika itu saya baru 3 bulan di Jatibening. Temanteman pastor juga menguatkan alasan saya. Mgr. Leo akhirnya mau menerima alasan saya. Meskipun mengagumi Mgr. Leo Soekoto SJ, dirinya tetap hormat dan taat kepada para uskup yang menggantikan beliau. Romo Yus menganggap para uskup ini sebagai bapak dan bimbingan Allah kepadanya mengalir melalui Bapa Uskup yang memimpinnya. setiap malam dia mendoakan temanteman sepanggilannya ~ Sr. Miryam HK Seorang sahabat, Lampung Saya teringat pertama kali bertemu dengan Romo Yus Noron pada awal Agustus 1992 di Kedoya. Waktu itu, seorang teman menitip pesan agar saya berjumpa dengannya. Dari pertemuan itu saya memiliki kesan bahwa dia seorang yang akrab. Setelah sekian lama tidak kontak dan bertemu, pada 2003, saya bertemu kembali saat Romo Yus mempersembahkan misa di Paroki Ratu Damai, Telukbetung, Lampung. Dalam homilinya waktu itu, ia bicara tentang makna Tanda Salib bagi orang Katolik. Seusai misa, saya mendatanginya lalu dengan percaya diri bercerita bahwa kami pernah bertemu di Kedoya beberapa tahun lalu. Sayangnya, Romo Yus tidak begitu ingat nama saya. Romo Yus adalah seorang imam yang sangat liturgis, suaranya lembut dan jelas seti- 66 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

74 daknya itulah kesan yang saya tangkap pada waktu misa bersama kelompok kharismatik saat itu. Orang-nya ramah dan penampilannya rapi-bersih. Dari perjumpaan inilah kami lalu sering kontak telepon untuk bercerita dan berbagi pengalaman kerasulan maupun pengalaman hidup. Bahkan dalam beberapa kali datang ke Lampung entah bersama rombongan putra-putri altar, bersama keluarga-keluarga untuk berziarah, jalan-jalan, ataupun bersama rombongan badminton romo selalu menyempatkan diri mampir untuk bertemu. Sesekali ia juga mengajak saya ngobrol-ngobrol sambil makan. Dari beberapa kali perjumpaan, saya semakin mengenalnya. Dia semakin mantap menjalani panggilan hidup imamatnya sebagai seorang imam. Yang saya lihat atau alami, Romo Yus bahagia dan setia dalam imamat dan pelayanannya, juga peduli pada temanteman seperjuangan panggilan yang jauh dari tempat perutusannya. Ia seorang pendengar yang baik, sabar saat mendengarkan cerita dari teman-temannya yang sedang patah semangat atau gagal dalam tugas kerasulannya. Ia juga memberikan peneguhan agar orang dapat merasakan kembali sentu- han dari Tuhan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan penuh ketulusan dan cinta. Romo Yus itu seorang yang murah hati, suka ajak jalan-jalan dan makan, tapi tak bisa gemuk... tetap aja seperti itu... hehehe... Kadang-kadang dia juga mengirim pulsa buat temannya yang ada di pedesaan. Yang luar biasa bagi saya adalah bahwa setiap malam dia mendoakan teman-teman sepanggilannya dan juga kuat berdevosi kepada Bunda Maria. Sebagai seorang selibater, Romo Yus Noron dicintai umatnya terlihat dari perhatian dan sapaan umatnya untuk mengajaknya menonton film, jalan-jalan, atau bermain badminton yang dia sukai. Bagi saya ini merupakan bentuk perhatian dia sebagai seorang imam. Dianggap Kurang Bersahabat ORANG mengenal Romo Yus sebagai imam yang pendiam, kurang ramah dan tidak suka tersenyum. Malah ada yang mengatakan Biji Sesawi dari Kampung Sawah 67

75 galak. Romo Yus mengaku sering mendengar orang menilai demikian. Bisa jadi karena Romo Yus lebih menitikberatkan pada aturan dan nilai-nilai prinsip yang benar yang harus dipahami oleh umat atau siapapun. Tujuan saya sebenarnya mendidik dan menunjukkan yang benar dan baik, jelasnya. Misalnya, suatu kali Romo Yus menolak memberi tanda tangan seorang siswa yang minta tanda tangan untuk tugas agama di sekolah. Alasan Romo Yus, anak itu sama sekali tidak menulis apa pun di bukunya. Ibu itu bilang Kok gitu aja dipersulit. Ya masa saya menandatangani kertas kosong? Kalau ada keterangan misalnya perayaan Ekaristi dipimpin Romo Yus atau keterangan lain saya tentu akan memberi tanda tangan. Lain cerita, di sebuah paroki ada umat yang minta agar rumah barunya diberkati. Romo Yus mengatakan agar umat yang lain diundang. Tujuan pemberkatan rumah bukan sekadar mengusir roh jahat atau semacamnya tetapi lebih untuk menghadirkan Allah dalam rumah yang ditandai dengan persekutuan dengan umat yang lain, yang saling menguatkan dan menghibur. Sampai waktu yang telah dijanjikan Romo Yus datang, rumah tersebut dalam keadaan berantakan, koran-koran penutup lantai bertebaran, pengecatan tampak belum selesai, tak satupun umat lain yang diundang dan tidak ada meja yang disediakan untuk altar. Hanya ada pasangan suami istri pemilik rumah itu.romo Yus kesal, lalu pulang, tidak jadi memberkati rumah tersebut. Kesalahpahaman ini sering terjadi. Romo Yus pun pernah membuat kesalahan yang membuat umat kesal. Waktu itu ia diminta memimpin misa di rumah umat. Romo Yus datang mengenakan sandal yang biasa untuk pergi, bukan sandal jepit. Rupanya umat itu tidak berkenan dan menganggap Romo Yus tidak menghormati keluarga itu, dan terus terang tidak mau kenal lagi dengan Romo Yus. Tetapi Romo Yus tetap mendatangi, sehingga hubungan kembali baik. Di balik kesan kurang bersahabat -nya itu, sejatinya Romo Yus adalah sosok yang menyukai kebersamaan dan suasana guyub. Pengalaman kebersamaan ketika berkarya bersama pastor-pastor Xaverian sangat membekas di hatinya. Sebenarnya, kebersa- 68 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

76 maan dalam komunitas menjadi ciri khas Gereja. Seperti persekutuan dalam Gereja Perdana, Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (Kis 3:42) Ia kerap menekankan kebersamaan dalam doa dan merayakan Ekaristi. Dalam kebersamaan, umat akan saling mendukung, saling menghibur, saling menguatkan dan saling menghargai dan saling menenggang rasa. Misalnya dalam merayakan Ekaristi, kebersamaan ditunjukkan dengan datang tepat waktu sehingga bisa bersama-sama merayakan persekutuan dengan Allah. Kalau datang terlambat, akan mengganggu umat lain, ini namanya tidak menenggang rasa, seolah ikut misa adalah urusan diri sendiri dengan Allah. Romo Yus pernah dibuat terharu oleh kebersamaan umat di sebuah lingkungan di Paroki Kelapa Gading. Jumlah umat di lingkungan tersebut sekitar 60 KK. Kebanyakan dari mereka adalah para kontraktor alias tinggal di rumah kontrakan. Saat diadakan perayaan Ekaristi di lingkungan mereka, yang hadir sangat banyak. Seingat saya misa kudus di lingkungan inilah yang dihadiri umat paling banyak. Dan setelah misa mereka makan bersama dengan menu apa adanya. Saya melihat kebersamaan dan kegembiraan dari wajah-wajah mereka. Sungguh sangat mengharukan. Dari Utara ke Selatan DARI Paroki raksasa di wilayah utara Jakarta, Romo Yus dipindahkan ke daerah selatan, sebagai Pastor Rekan di Paroki St. Matius Bintaro ( ). Dari segi geografis paroki ini sangat bertolak belakang dengan paroki di Kelapa Gading. Situasi dan kondisi di Bintaro relatif lebih tenang. Ekaristi dirayakan empat kali dan ritme pelayanan agak lebih santai. Berkarya di sini mengingatkan Romo Yus pada saat pertama kali menjadi pastor paroki di Paroki Stella Maris, kala ia bekerja sama dengan para imam Xaverian. Inilah yang dialaminya kembali di Bintaro. Sebenarnya, ada keinginan dari Romo Yus untuk ditugaskan di paroki-paroki pedala- Biji Sesawi dari Kampung Sawah 69

77 man seperti di Kalimantan atau di Papua selepas tugasnya di Kelapa Gading, Saya sudah mengajukan permohonan kepada Bapa Uskup (waktu itu Bapa Kardinal Julius Darma atmaja SJ). Jawaban Bapa Uskup cukup singkat, Saya akan memikirkannya tetapi sekarang kamu ke Bintaro dulu. Jadi tidak ada pilihan lain, saya menjalankan tugas ke Bintaro. Tugas adalah tugas. Di mana pun ditugaskan, ia akan menjalankannya dengan sepenuh hati karena esensinya adalah sama: pelayanan. Bagi Romo Yus, yang menarik di Paroki Bintaro sepanjang dua tahun yang dilaluinya di sana adalah aktivitas wilayah yang sangat tinggi. Kegiatan Misa Kudus di Wilayah dan Lingkungan berjalan lancar. Bisa jadi karena St. Matius Bintaro adalah wilayah hunian yang bersifat permukiman sehingga jarak antar-rumah lebih berdekatan dan usia umat relatif lebih dewasa. Saya merasa ada kebersamaan bersama umat, dan umat sepertinya lebih guyub, kesannya. Gereja Santo Matius Penginjil, Bintaro tempat Romo Yus bekerja sama kembali dengan para Pastor Xaverian sebagaimana yang pernah ia alami di Paroki Setlla Maris (dokumentasi pribadi) Di dalam kehidupan menggereja, kepercayaan dan pengakuan para Romo senior kepada Romo Yus diwujudkan dalam tugas menangani materi Penyegaran Iman Katolik (PIKAT) serta pelaksanaannya. Dengan kedalaman pengetahuan keagamaan, pengalaman iman, materi PIKAT bisa dilaksanakan dengan baik. Bukan pekerjaan mudah menyiapkan materi PIKAT karena materi harus sesuai dengan kebutuhan iman umat Matius, harus komplementer dan tidak berdiri sendiri, tidak boleh terlalu berat bagi umat tetapi juga tidak boleh terlalu dangkal, 70 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

78 serta harus menyiapkan pengajar yang yang memahami materi serta menitikberatkan aspek pastoralnya. Atas kerja keras beliau, PIKAT telah berjalan 3 angkatan dan terus berlangsung. Jangan pernah menjadi Imam yang berkarat. ~ Pastor Silvano Laurenzi, SX Pastor Kepala Paroki Santo Matius Penginjil Bintaro ( ) Saya sudah kenal Romo Yus sebelum ia ditugaskan di Bintaro. Saat itu, saya sedang menyiapkan pembukaan novisiat Xaverian di Cempaka Putih. Selama proses menunggu 1,5 tahun saya tinggal di Pluit. Saat itulah saya mengenal Romo Yus, atau bahkan saat Romo Yus masih sebagai frater. Jadi, Romo Yus Noron juga sudah lama mengenal para imam Serikat Xaverian. Tahun 2008, Uskup Agung Jakarta Kardinal Julius Darmaatmadja mengambil keputusan untuk dilakukan kerjasama antara para pastor religius dari Serikat Xaverian dan pastor rekan, yaitu pastor projo di Paroki Matius Bintaro. Kebetulan saat itu saya sedang di Italia, namun setelah tahu bahwa Romo Yus yang akan dikirim ke Bintaro, saya senang sekali. Kesan saya terhadap beliau sejak kenal sangat positif. Ketika Romo Yus dikirim ke sini, banyak rekan mengatakan kasihan Romo Yus karena saya keras sekali. Ternyata setelah bersama kami di sini, Romo Yus mengakui bahwa saya tidak seperti yang digambarkan banyak orang. Ia pernah mengatakan kepada saya, Pastor keras saat memang harus keras ambil keputusan. Bahkan, Romo Yus selalu rajin mengikuti semua kegiatan rutin yang dilakukan oleh para imam Xaverian supaya tidak merasa kesepian. Ia rajin ikut berdoa bersama kami. Saya senang sekali bisa bekerja sama dengannya. Sebagai Pastor Kepala, tentu saya harus terbuka kepada semua pastor rekan termasuk kepada Romo Yus. Romo Yus adalah sosok yang terbuka dan bisa bergaul ke semua usia. Saat ia masih berkarya di Paroki Matius, semua umat yang Biji Sesawi dari Kampung Sawah 71

79 ia kunjungi tidak pernah menolak. Semua senang dikunjungi Romo Yus. Ia senang terjun langsung, mengunjungi umat. Romo Yus juga pandai. Ia yang memulai PIKAT (Penyegaran Iman Katolik) yang idenya berasal dari Pastor Francesco Marini SX. Ini adalah sebuah ide yang sangat bagus karena memberi kesempatan kepada semua umat untuk memperdalam segala hal tentang iman Katolik. Saya yakin saat itu Romo Yus dikirim ke sini oleh Uskup untuk mempelajari hubungan antara Paroki Matius dan calon Paroki SanMaRe yang pasti akan terus berkembang. Saya sangat mencintai umat di Paroki SanMaRe. Saya ingat bagaimana kami bekerja keras untuk membangun paroki ini. Kiranya dengan pertolongan Santa Maria Regina Romo tetap bisa melayani dengan penuh suka cita, penuh optimisme, dan inisiatif. Jangan pernah menjadi Imam yang berkarat. Terima kasih sudah melayani dengan baik selama di Paroki Matius. Saya merasa kehilangan setelah Romo Yus pindah ke SanMaRe. Saya yakin persahabatan kita akan tetap berlanjut dalam mendukung tugas imamat kita dalam kegembiraan. Ad Multos Annos. Rajin mengunjungi OMK di wilayah dan berdialog terbuka ~ Frans Sudarmanto Wakil Ketua DP ( ) Dengan diantar oleh Bapak F.X. Suhardi, Wakil Ketua Dewan Paroki (DP) Paroki St. Yakobus dan beberapa pengurus, serta umat, pada suatu senja secara resmi Romo Yus hadir di Paroki Matius. Kami berkenalan dalam suasana akrab. Pada saat itu juga kami, beberapa pengurus DP Matius, mengetahui siapa Romo Yus dengan segala perhatian serta kesukaannya. Justru setelah itu saya merasa sedih karena Matius tidak mempunyai fasilitas seperti yang menjadi kesukaan beliau. Saya menjadi kasihan karena Romo Yus telah ditugaskan ke sebuah paroki pinggiran yang sepi dan tidak bisa mendukung aktivitas olahraganya, meskipun 72 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

80 ia tidak pernah meminta atau menuntut fasilitas tersebut. Ia juga harus tinggal dalam lingkungan baru, dengan komunitas baru, dan hidup bersama romo-romo SX senior (Romo S. Laurenzi SX, Romo Bruno Orru, SX, Romo Francesco Marini, SX.) Dalam konteks yang lebih luas, ia harus mulai mengenal medan (wilayah, lingkungan), pengurus, dan karakteristik umat Bintaro dengan segala permasalahannya secara bersamaan. Dalam waktu relatif singkat, ia ternyata mampu hidup dengan baik dan bisa ngemong romo-romo senior; berhasil menyalurkan hobi badminton; secara diamdiam memahami wilayah dan lingkungan, beserta batas geografisnya. Umat menerima romo muda yang cepat beradaptasi dengan nadi kehidupan paroki. Saya lega, Romo Yus telah beradaptasi dengan sangat baik dan memahami permasalahan serta karakter umat Matius Bintaro. Keberhasilan Romo Yus merebut hati umat Matius Bintaro tidak terlepas dari sifatnya yang supel, rendah hati serta terbuka, mudah diajak berdiskusi dan gampang memahami permasalahan umat. Khotbah-khotbahnya selalu mengena karena didasarkan pada realitas di dalam umat Paroki Matius. Orientasi Romo Yus pada kondisi geografis, pemahaman kepada permasalahan pastoral dalam lingkup Paroki Matius, tercermin di dalam saran, pendapat, solusi yang tepat, pada setiap pertemuan Rapat Pengurus Dewan Paroki, Rapat DP inti, maupun rapat DP Pleno. Ketekunan dan kerajinannya dalam menangani seksi-seksi yang dipercayakan kepadanya sangat memperkaya pengetahuannya di dalam melayani umat Matius dan juga Stasi Santa Maria Regina, misalnya seksi kepemudaan. Ia rajin mengunjungi OMK di wilayah dan berdialog terbuka sehingga paham betul masalah yang dihadapi OMK di paroki, di wilayah, serta menjadi motor penggerak OMK di wilayah. Putut, mantan ketua Seksi Kepemudaan Paroki St. Matius Bintaro, menggarisbawahi pendapat Frans Sudarmanto tentang peran Romo Yus terhadap OMK. Romo Yus sangat Biji Sesawi dari Kampung Sawah 73

81 penting dalam sejarah perkembangan OMK Matius. Beliau adalah seorang Romo yang sangat mendukung program dari Keuskupan ini dengan nyata pergi ke lingkunganlingkungan untuk mensosialisasikan program ini sehingga sekarang OMK basis di Matius menjadi bertumbuh subur dan menjadi contoh bagi paroki-paroki lain. Saya juga sependapat bahwa khotbahkhotbahnya yang dipersiapkan dengan baik sungguh bisa dengan mudah ditangkap umat, kata Yustinus Haris, mewakili umat St. Matius. Sehat Rohani, Bugar Jasmani ATAS semangat kebersamaan pulalah, Romo Yus lantas gemar menggerakkan menggalakkan bidang olah raga cocok dengan kesenangannya. Yang ingin dicapai dengan bergiat di olahraga ini selain kebugaran juga kebersamaan. Menang kalah barangkali menjadi urusan nomor buncit. Dengan olahraga, orang bisa saling bertemu, berkumpul, bercanda, dan menggalang persahabatan. Orang juga bisa mengungkapkan iman melalui kebersamaan dalam olahraga. Sewaktu di Cijantung misalnya, bersama umat dan beberapa romo ia bermain bulutangkis. Ketika di Kelapa Gading umat yang berpartisipasi makin banyak, apalagi banyak kelompok bulutangkis di sana. Yang unik dari kegiatan ini adalah para penontonnya ikut aktif dalam kegiatan ini. Salah satu kegiatan yang menarik adalah pertandingan sambil ziarah. Contohnya, Kita bertanding ke Malang. Yang bertanding paling 15 orang tetapi rombongannya banyak karena mereka tertarik ikut ziarah sesudah pertandingan. Pesertanya juga tidak hanya para keluarga pemain tetapi juga para penonton. Dari pengalaman bersama umat di Kelapa Gading, ada beberapa umat yang merasa bertumbuh imannya dalam kebersamaan dalam permainan bulutangkis ini, karena mereka saling membantu, saling menguatkan dan saling menghibur. 74 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

82 Bermain bulutangkis adalah salah satu kegemaran Romo Yus (dokumentasi pribadi) Di paroki kami ada aula 3 lantai. Lantai 3 aula adalah ruangan serba guna untuk rapat dan lain-lain. Sejak Romo Yus menjadi pastor di paroki kami, ruangan tersebut menjadi multi fungsi dimanfaatkan pula sebagai lapangan bulutangkis. Itulah monumen peninggalan Romo Yus di Paroki Cijantung. Jadi, beliau menciptakan keakraban umat melalui bulutangkis, cerita Budi Pratiknyo. Di Paroki Santa Maria Regina, ia sangat giat menggerakkan tenis meja dan bulutangkis sambil terus merintis menggerakkan olahraga bersepeda. Ada cerita menarik tentang bersepeda ini, kejadiannya sewaktu dirinya masih bertugas di Paroki St. Matius. Di sana hanya ada satu sepeda milik pastoran dan sepeda itu sering dipinjamnya untuk berolahraga. Melihat itu, Romo Laurenzi SX menawari untuk membeli sepeda lagi, tetapi Romo Yus tidak mau. Sampailah saat Romo Petrus SX datang yang ternyata juga senang bersepeda sehingga sepeda itu pun dipakai secara bergantian. Sekali lagi, Romo Laurenzi SX menawari untuk membeli satu sepeda lagi untuk Romo Petrus SX. Namun, begitu sepeda baru dibeli, tak lama kemudian Romo Yus Noron dipindahtugaskan ke Paroki Santa Maria Regina. Jadilah di Paroki St. Matius sekarang ada dua sepeda, tetapi penggemarnya berkurang satu. Mengapa Romo Yus seolah getol sekali bersepeda? Hal ini terkait dengan kambuhnya cedera kaki yang pernah dialaminya saat bermain bulutangkis. Alan Budi Kusuma, pebulutangkis nasional yang juga menjadi umatnya semasa di Kelapa Gading, menyarankan agar Romo Yus banyak bersepeda untuk memulihkan kondisi kakinya. Hobi bersepeda ini lantas dikukuhkannya secara serius di Paroki Santa Maria Regina, Bintaro, Biji Sesawi dari Kampung Sawah 75

83 dengan membentuk Komunitas Sepeda SanMaRe (KSM). Selain untuk menjaga kebugaran tubuh, Romo Yus memakai hobinya ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada umat, berkeliling mengunjungi wilayah-wilayah Paroki SanMaRe, transit di salah satu rumah umat sambil berdialog dalam suasana santai dan akrab. Ada lagi kegemaran Romo Yus: bermain tenis meja. Setidaknya, kegemaran itulah yang menjadi cikal bakal komunitas tenis meja SanMaRe: Persatuan Tenis Meja SanMaRe (PTMS), pada 31 Desember Di sini Romo Yus duduk sebagai pembina, dengan penasihat Iwan Tanjung dan Joko Galungan sebagai Ketua. Komunitas yang kini beranggotakan 40 orang ini termasuk anakanak dan remaja hingga akhir Desember 2012 telah memiliki delapan meja dan dua robot pelempar bola otomatis berasal dari dana swadaya dan sumbangan donatur. Bermula dari kebiasaan Romo Yus berlatih tenis meja dengan karyawan gereja di samping aula setiap pagi, membuat sejumlah umat tertarik bergabung. Hingga pada suatu hari muncul ide menyelenggarakan pertandingan bagi para pencinta tenis meja pada Desember Dari pertandingan perdana itu, komunitas tenis meja SanMaRe beberapa kali menghelat pertandingan, antara lain melawan SMKN5 Tangerang, Paroki Santa Monika BSD, Paroki Matias Rasul Kosambi, Paroki St. Nikodemus Ciputat, dan PTM Anggrek dari Cimanggis. Meski sudah ada jadwal resmi untuk berlatih, para dedengkot PTMS hampir setiap hari bermain. Kalau aula kosong, ada empat orang saja sudah cukup untuk bermain ganda, ujar Iwan Tanjung. Bahkan, sebelum sakit Romo Yus hampir setiap hari bergabung. Kebiasaan Romo itu sering memberikan bola enak, panjang, dan jauh untuk dipukul lawannya. Beliau mau bermain dengan siapa saja yang ingin menantang Romo, kata Leonardus, Sekretaris PTMS. Di arena, anggota PTMS bermain tanpa memandang status. Begitu pula Romo Yus. Bercanda, saling cela, atau berusaha keras mematikan langkah lawan dilakukan tanpa rasa sungkan. Walaupun begitu, enggak semua bisa mengimbangi Romo. Bola enak yang diberikan Romo, bila di-smash lawan, 76 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

84 akan ditahan lagi oleh Romo, timpal Iwan. Sebagai bentuk pengembangan anggota, PTMS menyediakan dua pelatih, untuk kategori anak dan remaja serta untuk dewasa. Semua aset dan biaya operasional didanai secara mandiri oleh anggota, tanpa bergantung pada paroki. Sistemnya urunan saja, yang merasa mampu menyumbangkan dana lebih, yang tidak pun tetap bisa bergabung dan bermain, tandas Iwan. Selain kebugaran tubuh, para anggota merasa memperoleh banyak manfaat dengan bergabung dalam PTMS. Di PTM saya bisa kenal warga SanMaRe dari wilayah lain. Kami punya motto Semakin BerMain, Semakin Ber- Saudara dan Semakin BerBelarasa. Contohnya karena sering berlatih dan bercanda, hubungan di antara kami semakin erat. Sering lebih mudah mengajak teman-teman di PTMS untuk tugas di gereja dibandingkan teman di lingkungan atau wilayah, kata Leo. Di samping mempererat persaudaraan umat SanMaRe sendiri, PTMS punya misi menjadi sarana dialog lintas agama. Iwan menjelaskan, Romo Yus sangat mendukung tujuan ini. Pelatih kami muslim, dan kami beberapa kali mengadakan pertandingan dengan PTM non Katolik. Bahkan, lanjut Iwan, Keseriusan PTMS membina anggotanya telah menjadi inspirasi beberapa paroki lain untuk menyelenggarakan kegiatan serupa. Sekarang Paroki Nikodemus Ciputat dan Paroki Kristus Raja Pejompongan katanya mulai bikin komunitas tenis meja Romo Yus getol bermain tenis meja. Hampir setiap hari ia berlatih bersama para pehobi lain dari PTMS di Aula Sanmare Biji Sesawi dari Kampung Sawah 77

85 dengan pelatih khusus setelah mereka melihat kegiatan kami di sini. Satu hal yang cukup membanggakan adalah bahwa ternyata kualitas dan kelengkapan aset PTMS yang barangkali nilainya sudah mencapai seratus juga, dinilai telah melebihi Pelatnas. Setidaknya, itu yang pernah dikatakan oleh salah seorang mantan pemain nasional yang sempat bermain di SanMaRe, Pelatnas saja mejanya cuma empat. Kalah jauh dengan PTMS yang punya delapan! Leo, mewakili pengurus PTMS tak menyangkal bahwa semuanya ini tidak akan mungkin terjadi kalau dulu Romo Yus tidak mengizinkan mereka pindah bermain ke dalam aula. Di situlah peran penting Romo Yus Noron. Sehat rohani, bugar pula jasmani. 78 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

86 5 REKAM JEJAK DI PESTA PERAK Marilah kepada-ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat 11: 28) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 79

87 5 REKAM JEJAK DI PESTA PERAK Marilah kepada-ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat 11: 28) PERJALANAN imamat yang diawali kegamangan dan penundaan tahbisan kini sampai di tonggak dua puluh lima tahun. Masih ada tonggak-tonggak perjalanan yang mesti ditempuh. Semoga karya penggembalaannya menginspirasi dan mendorong kaum muda untuk menanggapi pangilan Tuhan, pesan Romo Stephanus Royke Djakarya, teman satu tahbisannya. Sejak 2010, Romo Yus Noron menjadi Pastor Rekan di Paroki Santa Maria Regina (SanMaRe), mendampingi Romo Natawardaya, Pr. Geliat paroki baru ini berbeda dengan paroki-paroki sebelumnya. Paroki SanMaRe adalah paroki yang sedang bertumbuh, baik dalam jumlah maupun dalam kualitas hidup keimanan. Karena masih bertumbuh, ikatan sebagai umat beriman belum terlalu kokoh. Liturgi di gereja sangat bagus, tetapi ada kesan masih sendiri-sendiri. Rasa kebersamaan, rasa sekomunitas, rasa satu persaudaraan sepertinya belum terlalu kuat, catatnya. Bagi Romo Yus, liturgi yang bagus ini akan menjadi sempurna setelah menerima berkat perutusan Allah umat kembali ke dalam masyarakat mewartakan keselamatan dan 80 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

88 kebaikan Allah, misalnya dengan peduli pada sesama, turut memikirkan jalan keluar sesama dari penderitaan, hadir dalam duka dan kecemasan orang-orang di sekitarnya. Setidaknya itulah yang dipraktikkan sendiri oleh Romo Yus dalam lingkungannya saat ini, Paroki Santa Maria Regina, Bintaro. Mereka yang banyak bersinggungan langsung dengan Romo Yus mencoba memberi kesaksian atas rekam jejak Putra Kampung Sawah ini. Remy, Aldo, Orang Muda Katolik Di mata kebanyakan umat SanMaRe, sosok Romo Yus terkesan serius dan dingin. Namun Romo Yus ternyata bisa juga bercanda layaknya anak muda zaman sekarang. Inilah kesan yang ditangkap oleh Remy dan Aldo anggota Orang Muda Katolik (OMK) SanMaRe. Romo Yus tak segan-segan berinteraksi dengan kaum muda dalam suasana santai, di luar kegiatan resmi OMK maupun paroki. Misalnya saja menggelar acara nonton bola bareng di aula SanMaRe. OMK dikasih tahu waktu lagi main futsal sorenya. Karena siaran pertandingannya enggak terlalu malam, mau dibuat nobar di aula. Ternyata Romo Yus ikutan juga. Aku pikir, wah, asyik juga, Romo Yus mengizinkan nobar di aula, kata Remy. Sementara Aldo, Ketua Putra Putri Altar (PPA) SanMaRe punya pengalaman lain yang membuatnya lebih memahami karakter Romo Yus. Pada 2009 Aldo bersama anggota PPA lainnya mengikuti ziarah rekreasi ke Seminari Mertoyudan. Romo Yus sebagai pembina pun ikut serta. Suasana liburan ditambah berkumpul dengan teman-teman sebaya membuat Aldo dan teman-teman sedikit lepas kendali. Hingga pukul tiga pagi, mereka masih riuh rendah bermain tenis meja. Tiba-tiba saja Romo Yus muncul dan membentak kami, Kalian tahu peraturan enggak? Tapi setelah itu Romo Yus sudah biasa lagi dan kami jadi lebih dekat dengan Romo. Aku sendiri jadi tahu, Romo itu kalau serius, ya, serius. Tapi saatnya bercanda, bisa bercanda seru juga, kata Aldo. Justru lewat berbagai interaksi informal Biji Sesawi dari Kampung Sawah 81

89 inilah Romo Yus membangun keakraban dan memberikan suntikan semangat pada kaum muda SanMaRe. Romo pernah bilang, OMK itu harus menyatu dengan umat. Begitu pula antara pengurus dengan anggotanya. Tidak bisa terpisah, ujar Aldo. Hal lain yang dikagumi Aldo dari Romo Yus adalah pandangannya yang jauh ke depan. Kalau dimintai pendapat mengenai sesuatu, biasanya Romo akan memberikan pandangan untuk jangka depan juga. Misalnya soal acara OMK. Ia tidak hanya memberikan pandangan tentang penyelenggaraan acara itu sekarang, tapi juga tentang apa pengaruhnya ke depan, kata Aldo. Remy pun memiliki opini serupa. Kebiasaan Romo Yus yang selalu memberikan penjelasan di balik setiap kebijakannya mendatangkan respek dari kaum muda SanMaRe. Tahun 2012 OMK pernah ingin mengadakan kegiatan Malam Keakraban yang lokasinya di luar SanMaRe. Acaranya bertujuan mengumpulkan kaum muda dalam suasana yang santai dan akrab. Tapi waktu itu tidak disetujui Romo Yus, salah satunya karena anggaran yang terlalu besar. Romo memberikan pengertian, dengan tujuan yang sama, sebenarnya kami masih bisa membuat acara yang lebih sederhana. Setelah itu kami pikir betul juga, ya. Jadi sekarang gathering OMK SanMaRe acaranya sederhana tapi fun. Misalnya bikin barbekyu atau Valentine s Day. Yang penting hampir setiap minggu ada, papar Remy. Menyambut 25 tahun imamat Romo Yus, Remy dan Aldo ikut mengutarakan harapan pada Romo Yus. Semoga Romo Yus tetap jadi romo yang seru dan bisa menyesuaikan dengan anak muda. Juga, apapun kondisi OMK SanMaRe, Romo tetap bisa mendukung kita. Mpok Koben, Petugas Kebersihan "Romo itu orangnya enggak banyak bicara, tapi kalau ketemu saya pasti ngajak bercanda. Misalnya kalau saya nyapu pagipagi dia suka ngomong, 'Pagi Mpok, Mpok Koben enggak ada yang lain selain sapu yang dipegang?' Atau kalau saya lagi ngepel Romo suka ngomong, 'Mpok pakai apa nih 82 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

90 ngepelnya sampai mengilat?' Saya jawab, 'Pakai air, Mo.' Terus dia balas lagi, 'Wah, kok bisa mengilat ya cuma pakai air?' Terus Romo juga suka ngasih oleh-oleh kalau habis pergi dari luar kota. Saya pernah dikasih gantungan kunci dan celana. Romo Yus juga mau datang ke pernikahan anak saya. Padahal kan, hajatannya di kampung." Theresia Rini Budiastuti, Koki Pastoran Susah-susah gampang. Begitulah Rini menyebut kebiasaan makan Romo Yus. Rini atau Theresia Rini Budiastuti ini adalah koki pastoran SanMaRe. Setiap hari, ia bertanggung jawab menghidangkan makanan bagi Romo Noto dan Romo Yus, termasuk snack pagi dan sore. Dibilang susah, enggak. Tapi dibilang gampang, ya, enggak juga. Sehari-hari, Romo Yus tak pernah meminta menu yang aneh-aneh. Permintaan khususnya yang penting ada sayuran berkuah. Jadi kalau tumis biasanya saya kasih kuah agak banyak, kata Rini. Namun, karena selera Romo Noto dan Romo Yus sedikit berbeda, Rini pun harus pintar-pintar mencari variasi menu. Misalnya saja Romo Noto enggak boleh makan tauge, bayam, dan kangkung. Sedangkan Romo Yus enggak suka jagung muda. Romo Noto pun sangat mengurangi garam. Jadi kalau memasak sayur, biasanya saya bikinkan dua macam. Lauknya tiga macam, sehingga sekali masak bisa membuat 5-6 menu. Sedikit tapi bermacammacam. Akan tetapi, terkadang menu yang sudah disajikan di meja makan tetap utuh. Mungkin tergantung seleranya Romo Yus hari itu, kalau lagi enggak selera, ya, enggak dimakan, kata Rini. Tapi, kalau sama ikan asin, lain cerita. Inilah salah satu menu favorit Romo Yus. Bisa ikan asin gabus atau jambal. Romo Yus juga suka ikan tenggiri. Atau untuk selingan suka saya gorengkan teri dengan irisan bawang dan cabai merah. Kalau itu Romo suka. Untuk makanan ringan, Romo Yus tidak terlalu gemar menyantap roti atau bolu. Ia Biji Sesawi dari Kampung Sawah 83

91 lebih suka jajan pasar seperti kacang dan pisang rebus atau lupis dan bubur kacang hijau tanpa santan. Demi alasan kesehatan, Romo Yus memang mengurangi santan dari dalam menunya sehari-sehari. Selain itu, setiap pagi Romo Yus pun rutin minum air rebusan daun salam dan temulawak yang dicampur gula aren. Katanya bisa menurunkan kolesterol. Di samping santan serta rebusan temulawak, Romo Yus juga mengurangi konsumsi daging agar angka kolesterol tak terkatrol naik. Namun, yang terakhir itu rupanya sedikit sulit dilakukan. Romo sering dapat kiriman dari umat, apalagi B2. Jadi susah. Romo Yus juga tak hanya berurusan soal makanan dengan Rini. "Banyak orang yang bilang Romo Yus itu susah dekat sama orang. Tapi saya enggak merasa begitu. Romo Yus terbuka orangnya. Kalau saya menyampaikan uneg-uneg soal pekerjaan pasti didengarkan dan berusaha dicarikan jalan keluarnya. Mungkin karena kami punya hobi yang sama, suka bulutangkis. Bahkan saya pernah diberi hadiah raket bulutangkis. Padahal waktu itu saya belum terlalu lama bekerja di SanMaRe." Anton Purnama, Koster "Romo itu meskipun orangnya terkesan tegas dan serius, malah suka ngajak karyawan bercanda duluan. Romo punya perhatian besar sama karyawan. Seperti waktu saya menikah tanggal 3 Juni kemarin di Solo. Romo Yus dan Romo Noto jadi konselebran bersama Romo dari paroki saya di Solo, memberikan sakramen pernikahan untuk saya. Semua karyawan SanMaRe juga diajak ke Solo untuk datang ke pernikahan saya. Dan yang bikin saya kaget, waktu kita sudah pulang ke SanMaRe ada syukuran lagi untuk merayakan pernikahan saya. Itu yang paling berkesan untuk saya dari Romo Yus." 84 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

92 "Cessy yang hilang duluan, baru Jecko. Romo Yus sedih waktu tahu mereka hilang. Soalnya sudah lama dipelihara, sejak di Kelapa Gading. Sempat dicari ke manamana, tapi enggak ketemu juga," kata Anton Purnama, koster yang biasa membantu Romo Yus merawat anjing-anjing peliharaannya. Romo Yus menjadi salah satu dari pastor konselebran pada misa pernikahan Anton, koster Sanmare, di Solo (dokumentasi pribadi) Selain itu, Anton juga punya cerita menarik tentang dua ekor anjing yang suka menyambut umat SanMaRe dengan antusias. Kedua ekor anjing akan mengikuti kita sambil mengendus-endus, bahkan menerjang tanda ingin diajak bermain. Begitulah tingkah Rocky dan Jacky, kedua anjing peliharaan Romo Yus. Sebelum Rocky dan Jacky ikut menjadi penghuni pastoran SanMaRe, ada Jecko dan Cessy. Dua hewan berkaki empat ini dibawa Romo Yus dari Kelapa Gading. Sayangnya, kini Jecko dan Cessy tak diketahui keberadaannya. Setelah Cessy hilang, seorang suster dari Canossa mengantarkan Rocky ke SanMaRe. Dan sewaktu Jecko hilang, tak lama kemudian ada umat yang menghadiahkan Jacky pada Romo Yus. Kehadiran Rocky dan Jacky ikut meramaikan pastoran. Setiap pagi, Romo Yus menyempatkan diri memberi makan mereka. Di saat beristirahat di pastoran, sesekali ia bercanda dengan Rocky dan Jacky. Tak heran jika kemudian terjalin kedekatan khusus antara Romo Yus dan kedua anjing ini. "Rocky dan Jacky selalu ikut Romo kalau Romo Yus naik sepeda keliling gereja atau di lapangan belakang. Kalau Romo datang dari pergi mereka juga pasti langsung menyambut, diikuti terus minta diajak main," jelas Anton. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 85

93 Di samping memelihara anjing, Romo Yus juga hobi memelihara tanaman di waktu senggang. "Romo paling suka sama anthurium. Ditaruhnya di area Gua Maria dan di belakang pastoran. Setiap pagi disiram, terus diberi pupuk dan tanahnya dibuat gembur. Tapi sekarang sayang banyak yang mati karena enggak cocok dengan cuaca." Ivan Gunawan, Komunitas Sepeda SanMaRe memulihkan cedera tersebut," kata Ivan. Setelah bertugas di SanMaRe Romo Yus tetap meneruskan hobinya ini. Bersama Romo Nata dan sejumlah warga, termasuk Ivan, beliau kerap gowes setiap Sabtu pagi. Kegiatan ini menjadi embrio KSM yang akhirnya diresmikan pada 27 Agustus "Waktu itu kami mengadakan funbike dalam rangka HUT SanMaRe. Yang mendaftar sekitar 80-an orang, termasuk anak-anak dan remaja." Romo Yus termasuk hobi berolah raga. Salah satu yang rutin ditekuninya adalah bersepeda. Menurut Ivan Gunawan, Ketua Komunitas Sepeda SanMaRe (KSM), dari obrolannya bersama Romo Yus, hobi tersebut mulai dilakoni sejak beliau masih bertugas di Paroki St. Yakobus Kelapa Gading. Dulu di Kelapa Gading Romo aktif bermain bulutangkis. Tapi karena cedera otot paha atau dengkul, Romo kemudian berhenti. Atas saran Alan Budi kusuma, Romo lalu mulai bersepeda sebagai terapi untuk Bersepeda keliling Bintaro, selain untuk kebugaran fisik juga menjadi sarana bagi Romo Yus untuk mendekatkan dirinya kepada umat. 86 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

94 Komunitas Sepeda SanMaRe sendiri organisasinya bersifat terbuka, tidak ada peraturan keanggotaan. Jika ada warga SanMaRe yang ingin bergabung, cukup datang hari Sabtu pukul 6 pagi ke depan aula gereja, base camp KSM sebelum memulai gowes keliling Bintaro. Sekalipun tak ada umat yang hadir, biasanya Romo Yus tetap rutin bersepeda. "Rute Romo sekitar 8-10 km, ke arah Sekolah Jepang, Cluster Emerald, Kebayoran Height, lalu naik flyover sampai pompa bensin lalu balik lagi. Bisa juga berbeda, supaya enggak bosan." Selain untuk menjaga kebugaran tubuh, Romo Yus pun memakai hobinya ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada umat. Melalui program Sepeda Santai Bersama Romo (SSBR), Romo Yus dan Romo Nata berkeliling mengunjungi wilayah-wilayah Paroki SanMaRe. Setelah gowes, Romo Yus dan Romo Nata akan transit di salah satu rumah umat. Beristirahat sambil berdialog dalam suasana santai dan akrab. "Sejauh ini SSBR baru berlangsung satu kali, mengunjungi Wilayah VI. Saat gowes kami melihat batas-batas wilayah, menyusuri area lingkungan-lingkungan yang ada di Wilayah VI dan istirahat di rumah warga. Suasananya sangat guyub, Romo Yus dan Romo Nata bercanda dan mengobrol dengan umat tanpa aturan formalitas." Suasana cair ini pula yang selalu hadir saat Romo Yus gowes bersama KSM. Bahkan para anggota pun tak segan memberikan saran soal teknik bersepeda pada Romo Yus. "Misalnya saya bilang, 'Mo, sadelnya kurang tinggi, nih. Biar lebih enak gowesnya.' Atau kebiasaan Romo Yus yang lebih suka pakai topi daripada helm saat gowes. Kami sampaikan sebaiknya memakai helm dan sarung tangan agar lebih aman." Sejauh ini program SSBR baru terlaksana satu kali ke Wilayah VI. Rencana KSM untuk gowes ke Bogor bersama Romo Yus pun belum dapat diwujudkan karena keterbatasan waktu. "Gowes ke Bogor makan waktu sekitar 6 jam, kalau kami berangkat pukul 6 pagi, sampai di SanMaRe lagi bisa pukul 3 sore. Tidak memungkinkan karena Romo Yus kegiatannya padat." Biji Sesawi dari Kampung Sawah 87

95 Di luar segala kendala tersebut, KSM tetap berusaha merealisasikan SSBR berikutnya karena manfaat positif yang dirasakan besar. Sehat dan senang didapat, juga limpahan berkat. Nico Mardiansyah, Sri Martini, Dewan Paroki Harian Sebagai sebuah paroki baru, SanMaRe sangat beruntung memiliki Romo Yus sebagai pastor paroki. Hal tersebut dikemukakan Nico Mardiansyah sebagai Wakil Ketua Dewan Paroki Harian (DPH) SanMaRe. Menurut saya pengalaman manajemen paroki Romo Yus terhitung luar biasa. Beliau sangat memahami peraturan dan kebijakan yang diperlukan dalam tata kelola paroki, khususnya peraturan dari Keuskupan Agung Jakarta, kata Nico. Jam terbang Romo Yus yang tinggi memimpin paroki, apalagi dengan pengalaman bertugas di paroki raksasa Kelapa Gading, membuat Romo Yus mampu bersikap responsif dan memberikan solusi pada setiap permasalahan yang dibawa dalam rapat-rapat pleno DPH. Karena paroki kita ini tergolong baru, maka pengurusnya pun banyak yang belum berpengalaman. Romo Yus sangat membantu dengan memberikan banyak masukan. Misalnya saat pendirian Wanita Katolik RI SanMaRe. Romo mengingatkan WKRI termasuk kelompok kategorial, sehingga pembiayaan kegiatannya tidak bisa masuk ke dalam anggaran paroki. Romo pun menyarankan kelompok Ibu-ibu Paroki SanMaRe yang sudah ada sebelumnya melebur ke Romo Yus, Romo Nata dan Nico Mardiansyah (Wakil Ketua DPH Sanmare) dalam acara syukuran pelantikan pengurus WKRI Sanmare 88 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

96 dalam WKRI, agar menjadi single system. Dan menurut saya langkah Romo ini tepat karena WKRI cakupan organisasinya lebih besar, tukas Nico. Di mata Nico, Romo Yus memang bukan orang yang talkative. Ia lebih suka memberikan komentar pada masalah yang penting dan perlu diberi tindakan. Namun, bukan berarti Romo Yus abai pada hal-hal yang terjadi di SanMaRe. Beliau itu sangat perhatian pada properti gereja. Kalau lagi keliling gereja, Romo suka foto properti yang rusak dan langsung dikirim ke grup WhatsApp pengurus paroki. Begitu juga dengan penghijauan. Sebagai seorang pemimpin, Romo Yus cukup terbuka pada masukan dan kritik. Bila terjadi ketidaksamaan pendapat dalam diskusi, ia bisa menerima dan memahaminya. Dalam rapat DPH kita tidak pernah voting, biasanya selalu dengan konsensus bersama. Beliau termasuk cukup fleksibel, tapi kalau masalah prinsip tidak bisa ditawar, ujar Nico. Hal senada diungkapkan Sri Martini sebagai Bendahara II DPH SanMaRe, yang banyak berhubungan dengan Romo Yus untuk urusan dana kegiatan yang berada di bawah pembinaan Romo Yus. Setelah proposal kegiatan dicermati oleh Romo Yus, proposal kemudian diteruskan pada Bendahara II DPH. Setelah melihat catatan dari Romo, saya biasanya berdiskusi dengan Bendahara I. Kalau tidak bisa kita putuskan, dibawa ke rapat DPH. Biasanya Romo Yus pun menerima masukan dari kita. Sama seperti Nico, Sri Martini pun banyak belajar dari Romo Yus mengenai pengelolaan manajemen paroki, khususnya masalah keuangan. Yang saya suka dari Romo Yus, ia selalu menjelaskan alasan di balik kebijakannya. Kita sebagai umat kadang sering tidak paham, terutama mengenai aturan gereja. Penjelasan Romo Yus itu membuat saya lebih mengerti duduk permasalahannya. Tapi Romo sering mengingatkan, di gereja ada faktor pelayanan sehingga kita harus lebih fleksibel. Tidak bisa mutlak hitam atau putih. Dari situ saya juga jadi belajar lebih banyak bersabar saat sedang menjalankan pelayanan sebagai pengurus paroki. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 89

97 Dalam menjalankan kepemimpinannya pun Romo Yus terhitung cukup luwes. Para pengurus DPH kerap mengadakan rapat online melalui grup WhatsApp dengan Romo Yus bila ada masalah yang perlu segera ditangani. Walaupun decision making nya cepat, tapi tetap rapi. Romo Yus tidak pernah mau ambil jalan pintas atau memotong garis kewenangan. Misalnya beliau sudah memberikan lampu hijau untuk satu masalah, tapi Romo Yus tetap meminta kami untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di posisi bersangkutan. Menurut saya beliau adalah seorang organisatoris yang hebat, ungkap Nico. Dengan tantangan Gereja masa kini yang meliputi digitalisasi, sekularisme, hingga pragmatisme berlebihan, Nico memandang sosok pemimpin seperti Romo Yus mutlak dibutuhkan. Beliau adalah seorang pemimpin yang punya prinsip. Semoga di bawah kepemimpinan Romo Yus, Paroki SanMaRe bisa terus berjalan dengan baik dan menghasilkan karya yang lebih besar lagi. Senantiasa belajar dari pengalaman hidup yang telah dilaluinya. ~ Fr. Bernardus Dimas Indragraha Frater Pendamping BIA dan PPA Saya menjalani tugas melayani umat Paroki Santa Maria Regina, Bintaro Jaya setiap Hari Sabtu dan Minggu dari Juli 2011-Juli Itulah masa-masa saya mendapat kesempatan menjalani kebersamaan bersama Romo Yus Noron selaku mentor atau pendamping tugas saya. Banyak inspirasi yang saya peroleh dari pengalaman kebersamaan ini, yang pasti akan sangat berguna bagi perjalanan hidup saya kelak. Soal teladan, tak terhitung banyaknya yang bisa saya petik dari sosok Romo Yus. Ini bukan pertemuan pertama saya dengan Romo Yus. Saya mulai mengenalnya ketika saya masih duduk di kelas 6 SD, saat beliau menjadi pastor paroki di paroki asal saya, Kelapa Gading. Hampir setiap Minggu saya mengikuti perayaan Ekaristi yang dipersembahkan olehnya. Entah sebuah kebetulan atau bukan, ketika saya menjadi frater tingkat tiga dan mendapat tugas membantu 90 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

98 sebuah paroki, ternyata di paroki itulah Romo Yus bertugas hingga hari ini saat beliau akan memperingati ulang tahun imamatnya yang ke-25. Dari sini, saya menyadari bahwa Romo Yus adalah seorang imam yang setia dan berpegang teguh pada komitmennya menjadi imam dan menjalani tugas perutusannya. Kesetiaan inilah yang menjadi inspirasi bagi saya dan temanteman calon imam lainnya dalam perjuangan menjalani panggilan. Berdasarkan teori, saya mengetahui bahwa tugas seorang imam adalah menjadi pewarta Sabda Allah, pelayan rohani, dan pemimpin jemaat. Pengalaman setahun bersama Romo Yus membantu saya melihat bagaimana tugas imam ini dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau melaksanakan tugas itu dengan sepenuh hati. Paling tidak, saya melihat beliau selalu bersemangat dalam menjalankan tugas itu. Ditambah lagi, dengan sikap ramah terhadap umat yang Frater Dimas membantu Romo Yus dalam sebuah perayaan Ekaristi Kudus di Sanmare Biji Sesawi dari Kampung Sawah 91

99 membuat dirinya dekat dengan umat dan selalu ceria dalam melayani umat. Meskipun dekat dengan umat, beliau juga senantiasa bersikap tegas dalam berbagai kebijakan di paroki demi perkembangan iman umat yang dilayaninya. Pada kesempatan bersama, sering kali Romo Yus menceritakan pengalaman hidupnya, semenjak masa menjadi frater hingga menjalani beraneka ragam tugas perutusan dengan berbagai suka dukanya. Dari cerita pengalaman ini, saya menyadari bahwa Romo Yus senantiasa belajar dari pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Beliau melihat berbagai pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang melelahkan, dalam perjalanan panggilannya ini menjadi pengalaman yang mengembangkannya hingga kini. Hal inilah yang mungkin men-jadi salah satu kekuatannya dalam menjalani panggilan sampai dengan pesta perak ima-matnya. Sesuatu hal yang menginspirasi saya untuk mau belajar dari pengalaman demi perkembangan hidup saya. 92 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

100 Biji Sesawi dari Kampung Sawah 93

101

102 EPILOG Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. (Yoh 21:17c) Dari lubuk hati kami yang terdalam, kami sampaikan terima kasih pada ayah-ibu, adikkakak, saudara, pembimbing, rekan sepanggilan, sahabat dan semua saja yang telah membantu kami berjuang sampai ke imamat Tuhan. Itulah ucapan terima kasih yang kami ungkapkan setelah 25 tahun yang lalu, kami berlima ditahbiskan. Hal yang sama juga saya ungkapkan secara pribadi pada pesta ini. Hanya karena kemurahan dan kebaikan Tuhanlah yang membuat saya mampu mengungkapkan hal yang sama, dalam waktu yang berbeda. Perjalanan itu tak pernah lepas dari campur tangan Tuhan melalui semua saudara dan sahabat tercinta yang mendampingi dan berjalan bersama menuju cita-cita mulia kelak. Rasa syukur dan gembira karena mengalami bimbingan jalan Tuhan, membuat saya terus-menerus berani mengikuti dan menapaki langkah demi langkah. Bimbingan jalan Allah dapat saya rasakan karena saya berjalan bersama saudara-saudari umat beriman dalam persekutuan umat beriman. Mereka memandang saya bukan melulu sebagai orang dalam posisi yang khusus, melainkan sebagai saudara-saudara dalam pelayanan suci untuk mengajar, menguduskan, dan memimpin atas nama Kristus untuk memelihara keluarga Allah. Seraya mengutip kata-kata St. Agustinus yang sangat meneguhkan: Saya merasa terhibur oleh karena saya ada bersama saudarasaudara. Di depan Anda, saya seorang imam, dan bersama Anda saya adalah umat beriman. Kata-kata ini sangat membantu Biji Sesawi dari Kampung Sawah 95

103 saya dalam mengemban panggilan Tuhan. Saya diyakinkan bahwa saya tidak berjalan sendirian. Bersama seluruh umat beriman, saya mencari jalan kesucian kepada Allah. Motto Tahbisan Ungkapan yang ditulis oleh penginjil St. Yohanes menjadi motto tahbisan kami. Tuhan... Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. (Yoh.21:17c). Saya sadar bahwa perjalanan panjang selama 25 tahun ini penuh dengan berbagai macam rintangan dan tantangan. Perjalanan ini semakin saya rasakan sebagai penyertaan Tuhan yang tak habis-habisnya. Bagaimana saya memulainya dan bagaimana Tuhan senantiasa saya alami menyertai perjalanan itu? Sesaat setelah saya menerima rahmat tahbisan, ibu saya bercerita pada bahwa dia selalu berdoa untuk saya agar cita-cita saya ini dikabulkan Tuhan. Dia mengatakan sesuatu yang amat mengejutkan saya. Ketika saya berusia 4 tahun, saat ayah saya sakit dan menerima sakramen pengurapan orang sakit, ayah saya memohon bantuan agar mendoakan keluarga dan anak-anaknya. Pastor Bratasoeganda SJ yang memberikan pelayanan sakramen itu mengatakan bahwa kelak salah satu anakmu ada yang mengikuti saya sebagai pastor. Ibu saya mendengar apa yang diucapkan pastor dan menyimpan rahasia itu. Ibu saya tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun termasuk kepada saya saat saya di seminari menengah maupun di seminari tinggi. Dia menyampaikan ucapan pastor Bratasoeganda, saat saya menerima tahbisan imam di Katedral Jakarta, 15 Agustus Saya kaget dan bertanya dalam hati mengapa Ibu tidak menceritakan itu sebelumnya? Mengapa ibu saya menyimpan rahasia itu sedemikian lama? Bukankah saya akan memiliki keyakinan yang lebih kuat andaikata dia mengatakan itu sebelum saya menempuh perjalanan menjadi calon imam? Apakah hal itu merupakan tindakan Allah untuk membiarkan saya mencari dan tetap berjuang dalam pencarian kehendaknya? Dua hal yang dapat saya peroleh yaitu pertama, bahwa Tuhan telah menanamkan panggilannya sejak manusia dicipta. Ia sen- 96 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

104 diri yang memupuknya dan mendorong setiap orang yang dipanggilnya (lih. Yer.1:4-11) dan tidak membiarkannya. Ia menumbuhkan semangat dan pengharapan bagi setiap orang yang mencarinya. Ia menumbuhkan semangat cinta bagi orang yang telah disiapkan baginya. Kedua, Tuhan tidak membiarkan saya terlena oleh ungkapan penuh harapan itu dalam diri saya. Bisa jadi saya tidak akan berusaha sekuat tenaga. Tuhan selalu membiarkan manusia menemukannya dalam setiap perjalanannya seperti Abraham yang dijanjikan Allah (Kel.22:3). Ia tahu segala yang akan dilakukan manusia. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus mengungkapkan bahwa ia telah ditangkap oleh Kristus (Flp.3:12). Ia menyadari bahwa kesempurnaan dirinya bukan karena usaha dan perjuangan kekuatan dirinya. Ia pun berusaha meraih dan mengejarnya, namun Kristuslah yang menangkapnya. Manusia tak berdaya di hadapan Allah. Tantangan Zaman Dalam perjalanan imamat saya tantangan yang paling nyata adalah membawa orangorang muda semakin dekat dengan Allah. Sebagian besar umat KAJ adalah orangorang muda. Salah satu perhatian Gereja dalam Sinode KAJ yang pertama pada tahun 1990 yaitu membangun kaum muda. Orang muda semakin terlibat dalam Gereja. Mereka diharapkan memiliki iman yang kuat dan teguh. Tuntutan dasar agar kaum muda itu memenuhi panggilan Gereja adalah mampu menampilkan diri sebagai Gereja yang mandiri, misioner, mempunyai daya pikat dan daya tahan (*Sinode KAJ 1990). Memang tidak begitu mudah menghadapi gerak jiwa kaum muda yang mempunyai mobilitas tinggi. Memahami, membuka hati, dan keterlibatan pada hidup kaum muda menjadi kunci untuk membawa mereka kepada harapan Gereja. Selain itu sangat dibutuhkan katekese yang tepat bagi orang Biji Sesawi dari Kampung Sawah 97

105 muda. Krisis makna yang sudah mulai dirasakan oleh kaum muda senantiasa perlu mendapatkan perhatian khusus. Perlunya pembinaan bagi mereka ini telah dipersiapkan baik oleh Gereja KAJ di Civita melalui pembinaan-pembinaan rohani dan mental. Bagaimana menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada mereka? Saat ini maraknya aksi kekerasan, kelompok-kelompok geng motor, orang muda yang lebih memilih dugem daripada setia belajar, terjangkitnya budaya konsumtif dan mencari kenikmatan secara berlebihan serta ketidakpedulian terhadap masyarakat menjadi tantangan yang berat untuk membentuk dan membina mereka. Terasa menyedihkan apabila Orang Muda Katolik sudah terjangkit budaya semacam itu. Belum lagi ada banyaknya orang muda yang terjerat obat-obatan terlarang. Beberapa usaha untuk memberikan layanan pastoral kepada mereka melalui pengajaran katekese, seperti kegiatan penyegaran iman Katolik, pembentukan kepribadian dan latihan dasar kepemimpinan, pembinaan dalam kelompok-kelom- pok, kurang banyak diminati orang muda. Kurang adanya dukungan dan keterlibatan orangtua serta pemerhati yang peduli menambah banyaknya daftar sulitnya melakukan pembinaan. Banyaknya orang muda yang menarik diri dari kegiatan gereja; mereka yang lebih suka mencari popularitas sesaat karena pengaruh-pengaruh budaya baru semakin memperdalam krisis iman dan makna hidup. Kita bertanya apakah Gereja sudah mengalami krisis spiritualitas? Apakah kita terlalu formalistik, klerikalistik, dan ritualistik? Apakah para pastor lebih suka hanya memperhatikan liturgis saja? Sejak Sinode KAJ pertama diumumkan dan diimplementasikan, hasilnya belumlah memuaskan. Ini tetap merupakan tantangan kita bersama. Pembinaan Orang Muda Katolik menjadi tanggungjawab kita bersama. Kita memerlukan pembaruan terus-menerus dan mampu mewujudkan aspirasi mereka sesuai zamannya melalui pembinaan karakter, mental budaya, dan rohani, serta melatih mereka menjadi manusia kristiani yang dewasa dan tangguh. Kita berharap bahwa 98 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

106 dengan pembinaan ini Orang Muda Katolik lebih giat melibatkan diri dalam gereja dan merasa bangga akan imannya. Figur Imam Sejak kecil saya mendambakan seorang imam yang penuh wibawa mengajarkan nilai-nilai injili kepada umatnya. Ia adalah seorang imam yang dekat dengan umatnya, terbuka, dan membawa harapan dan kegembiraan bagi umatnya. Imam yang pandai bercerita tentang kehidupan dan kekudusan para kudus Allah. Saya merasa beruntung bahwa saya boleh membaca kisah para kudus dari lemari kecil perpustakaan yang ada di gereja. Rumah saya yang terletak di depan gereja membuat saya mudah untuk pergi ke perpustakaan itu. Beberapa imam dan suster datang mengunjungi keluarga saya sehingga saya dapat melihat secara jelas bagaimana seorang imam menampilkan diri. Saya menggambarkan seorang imam ideal, yaitu yang dekat dengan umatnya dan yang menyapa dan menampilkan kekudusan Allah. Di samping itu, seorang imam hendaknya anggun dan berwibawa dalam menyampaikan ajarannya saat berkotbah. Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm mengatakan dalam makalah retret pribadinya, dalam sejarah Gereja, imam-imam mempunyai gambaran sosial diri mereka yang memiliki unsur-unsur tetap ada dan yang bervariasi. Yang selalu tetap, berlandaskan pada Kristus yang mengadakan imamat. Dalam ImamatNya yang hanya satu itulah semua imam mengambil bagiannya. Sedangkan unsur yang bervariasi, timbul dari perkembangan pengertian teologis tentang imamat, ada juga sebagai hasil usaha menyesuaikan atau menginkarnasikan imamat dalam keadaan historis dan sosial setiap zaman. Karena perubahan zaman itulah, gambaran tentang imam dalam dunia modern berlainan dari gambaran yang tradisional dan klasik. Dalam masyarakat modern yang berciri sekuler, rasional, lepas dari mitos-mitos atau demitologisasi, gambaran tentang imam pun berubah, namun seiring adanya perubahan tersebut, gambaran baru tentang imam dibutuhkan dalam batas-batas hasil pemikiran koordinatif pada bidang ilmu Biji Sesawi dari Kampung Sawah 99

107 teologi biblis, sosiologis dan penyelidikan historis. Mgr. Hadisumarto menambahkan bahwa imamat bukan hanya ditempatkan dalam fungsi ibadat saja, tetapi juga bersifat profetis dan ministerial sebagai pelayan. Imam selalu merupakan hasil zamannya. Tempat imam ialah di tengah umat dan lepas dari status sosial dan kekuasaan temporal. Seorang imam, tetap homo Dei (1 Tim 6:11). Hidup dan bertindak sebagai imam (being a priest) merupakan suatu cara, gaya atau jalan hidup, berkat pilihan dan rahmat Allah yang merupakan suatu persembahan diri tanpa syarat kepada Allah dan sesama. Bagaimanapun figur seorang imam hendaknya mampu memberi inspirasi dan mencitrakan kesucian Allah dalam seluruh pola kehidupannya. Dalam kesucian Allah bukan berarti seorang imam tak tersentuh oleh umatnya. Justru kesucian itu semakin dirasakan oleh umatnya ketika seorang imam berada bersama umatnya. Dengan kepribadian yang matang, dewasa dan seimbang serta berbudaya, seorang imam memberikan kekuatan dan peneguhan bagi seluruh umat yang digembalakannya. Dalam perjalanan imamat saya ini saya sekarang berada dalam proses pencarian dan perjalanan yang panjang untuk memperoleh kesucian itu. Saya harus tetap menjadi homo Dei bersama umat beriman dalam peziarahan di dunia ini. Menghayati Salib Kristus Dalam tugas penggembalaan di tengah umat beriman, saya menyadari bahwa saya jauh dari sempurna. Tetapi yang saya yakini adalah Allah menyertai saya. Saya tidak sendirian. Perjuangan saya tidak tergantung pada kekuatan dan kelemahan manusiawi saya, melainkan karena Roh Allah yang selalu hidup dan menghidupi seluruh Gereja. Setiap bangun pagi, saya memulai hari ini dengan mohon berkat dan bimbingan malaekat kudus dari Allah. Doa dan harapan ini menguatkan saya dalam menghayati kelemahan saya, baik dalam karya penggembalaan umat Allah dalam setiap ibadat maupun dalam kerasulan lainnya. Dalam perjumpaan dengan banyak umat beriman di paroki-paroki, saya datang seba- 100 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

108 gai imam yang memiliki hasrat untuk melayani. Perjumpaan yang menggembirakan, menguatkan, meneguhkan dan membahagiakan saya alami seiring perjalanan imamat saya dalam perjumpaan dengan Allah yang menyertai. Allah yang mencurahkan kegembiraan dan harapan itu terwujud melalui persahabatan dan persaudaraan dengan rekan sepanggilan dan seluruh umat. Namun, acap kali saya juga mengalami kecemasan. Adanya tuntutan-tuntutan dan harapan dari umat yang mendudukkan imam pada fungsinya sebagai pemimpin ibadat maupun pelayanan pastoral dalam pandangan yang kuno, atau pun sebaliknya yang menuntut imam harus mengikuti tren gaul seperti zaman kini; atau mereka yang konservatif yang memiliki paradigma yang tak pernah berubah. Ada pula tuntutan pelayanan yang murah hati namun tanpa aturan yang menghendaki pelayanan harus dilayani oleh imam tanpa mengenal batas waktu. Semuanya itu seakan menjadi salib yang harus saya emban dalam perjalanan ini. Tanpa saya sadari tuntutan seperti itu berimbas pada cara hidup, stres atau tekanan pada pikiran. Sebagai seorang imam yang berkarya di paroki, melihat dan merasakan penderitaan penyakit yang berbahaya, kemiskinan yang dialami oleh umat merupakan tantangan pelayanan pastoral yang mau tidak mau melibatkan diri agar mampu membawa mereka kepada kehidupan baru. Sebagai gembala rohani dan pengajar iman, saya tak mungkin lari dari kehidupan itu. Dalam renungan, saya merasakan bagaimana Petrus harus mengikuti jalan penderitaan Sang Guru. Petrus sadar bahwa ia sangat mencintai Gurunya dan mau sepenuh hati untuk mengikutinya. Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. (Mk.8:34). Demikian juga Paulus yang dengan tegas menyatakan pendiriannya terhadap Kristus: Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. (1 Kor.2:2). Petrus tahu bahwa Yesus sangat mencintainya. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 101

109 Bersama beberapa murid lain, Petrus kerap diajak Yesus dan ia menjadi murid yang dipercaya oleh Gurunya itu. Yesus pun berdoa untuk dirinya. Maka dalam kisah penderitaan Yesus (Luk.22:54-62), Petrus pun mengikuti Yesus dari jauh sampai ia menyangkalnya. Saat seorang hamba perempuan melihat Petrus duduk bersama dekat perapian, dia berkata Juga orang ini bersama-sama dengan Dia (Luk.22:56), Petrus pun tegas-tegas menyangkal: Bukan, aku tidak kenal Dia! (ay.57). Pengalaman dengan beban yang berat menjadi pelajaran yang sangat berharga. Acap kali demi kesenangan pribadi, salib ingin saya hindari. Saya tidak mau memikul salib ini. Namun, saya kembali disadarkan bahwa saya telah berjanji mengikuti Yesus dan memanggul salib. Hanya dengan kerelaan dan kegembiraanlah, salib yang saya pikul dapat saya hayati. Manusia Rohani Seorang imam dipanggil untuk menghayati hidup yang suci, bukan hanya atas dasar baptisannya yang telah ia terima (LG 39-42), melainkan atas dasar rahmat tahbisan menjadi imam. Ia hendaknya dapat melayani kebutuhan rohani umatnya dalam hubungan erat antara Allah dengan manusia. Kebutuhan akan hidup rohani termasuk berdoa menjadi tuntutan yang sangat penting mengingat perkembangan dunia yang saat ini menjadi sangat sekular. Karena tugasnya, yaitu ambil bagian dalam imamat Kristus untuk mengajar, menguduskan dan memimpin serta mempersatukan umat beriman, seorang imam haruslah memberi teladan dan setia untuk bersatu dengan Kristus dan GerejaNya. Tuntutan agar memiliki spiritualitas yang matang menjadi kewajiban yang terus-menerus diperjuangkan hingga menjadi seorang manusia rohani dan serentak merupakan bentuk kesaksian yang efektif bagi seorang imam. Seorang imam hadir untuk meneguhkan dan memberi harapan bagi seluruh umat beriman. Kehadirannya di tengah umat beriman adalah bentuk spiritualitas yang eklesial artinya bahwa seorang imam selalu dihubungkan dan disatukan dalam relasi antara Kristus dengan Gereja. 102 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

110 Sepanjang perjalanan cita-cita menjadi imam dan dalam karya serta perutusan, saya dihadapkan dengan berbagai tantangan. Saya memiliki harapan bagaimana saya dapat menjadi saluran berkat dan menumbuhkan kehidupan rohani bagi umat beriman, namun tidak sedikit saya mengalami kesulitan mengungkapkan doa kepada Allah. Ketika saya datang pada pembimbing rohani dan meminta nasihat bagaimana saya harus berdoa, dia hanya menjawab alamilah kebaikan dan kasih Allah dalam hidupmu sehari-hari. Waktu itu saya mengalami kekeringan; doa seakan-akan tak bergema dalam hidup; doa terasa hambar dan menjadi ritual yang rutin tanpa makna. Saya seolah-olah berada dalam perjalanan di padang gurun yang gersang. Apakah Allah membiarkan saya dalam situasi seperti ini terus-menerus? Dalam perspektif alkitabiah hal itu merupakan cara dan rencana Allah. Allah membimbing umatnya dengan menempuh perjalanan di padang gurun (Kel.13:18). Saya merasa dikuatkan oleh pembimbing rohani. Benar, dia mengatakan bahwa saya harus mengalami kehidupan di padang gurun dalam seluruh aspek kehidupan rohani saya. Roh Allah membimbing Yesus di padang gurun setelah menerima baptisan di Sungai Yordan. Dalam seluruh masa hidupnya, Yesus mengulang serta memperbarui pengalaman padang gurun dengan menyingkir dari keramaian orang untuk berjumpa dengan BapaNya di tempat yang sunyi (Mat.4:1; Luk.5:16). Keterbukaan dan kepasrahan kepada kehendak Allah menjadi dasar akan adanya pembangunan hidup yang baru. Rasul Paulus dengan sangat gigih memperjuangkan dirinya untuk mewartakan Yesus Kristus. Dengan kekuatan yang diberikan Kristus kepadaku, aku mempunyai kekuatan untuk menghadapi segala rupa keadaan. (Fil.4:13). Ia sangat yakin akan perutusan kerasulannya, harapan seperti ini tidak akan mengecewakan kita, sebab hati kita sudah diisi oleh Allah dengan kasihnya. Allah melakukan ini dengan perantaraan RohNya yang sudah diberikan kepada kita (Rom.5:5). Hidup seorang imam bukan hanya pelayan liturgis, melainkan memberikan kesaksian hidup terutama dengan menggali Sabda Allah dengan terbuka mendengarkan dan Biji Sesawi dari Kampung Sawah 103

111 merenungkannya. Sharing pengalaman akan Sabda Allah bagi umat beriman menjadi bekal bagi mereka agar mereka selalu menjiwai persatuan dan persaudaraan. Hal lain yang diperlukan dalam perjalanan rohani seorang imam adalah merasakan perlunya pembaruan diri dengan pertobatan atau sakramen rekonsiliasi terus-menerus. Maka dibutuhkan sikap kerendahan hati untuk pembaruan ini. Akhir kata: dengan bantuan Allah, kami sanggup Saya berterima kasih dan bersyukur kepada Allah yang mahakuasa yang telah menyertai perjalanan imamat ini. PenyertaanNya begitu tulus dan luhur sehingga saya selalu merasa dikuatkan dan diteguhkan. Saat menerima tahbisan imamat 25 tahun yang lalu, saya mengucapkan dengan bantuan Allah, kami sanggup! di hadapan Uskup dan saudarasaudari yang hadir, rasanya hanya saya ucapkan begitu saja. Saya tidak tahu bagaimana Allah menyertai saya dan membimbing serta meneguhkan perutusan saya. Dalam perjalanan, saya merasakan bahwa Allah sedemikian kuat memegang tangan dan menuntun saya. Saat saya merasa jauh darinya dan hanyut dalam cinta diri, Dia tetap memberi harapan. Dengan pembaruan diri melalui on going formation atau pembaruan janji imamat serta karya dan pelayanan, Allah tersenyum melihat dan mengukurkan tangan untuk membawa saya. Dan akhirnya saya menyerahkan sepenuh hidup saya ini ke dalam tangannya, sesungguhnya ketika engkau masih muda, engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu, dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa ke tempat yang tidak kau kehendaki Lalu Yesus berkata kepada Petrus: Ikutlah Aku! Terima kasih kepada ayah-ibu almarhum, kakak-kakak, keponakan serta sahabat dan rekan seimamat dan juga buat seluruh umat yang telah mengenal, membantu, dan mencintai imamat saya. Atas segala bantuan, cinta dan harapan kita berjalan bersama dalam peziarahan ini. Yus Noron Santa Maria Regina, Bintaro Jaya 104 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

112 Referensi Menggereja di Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2000, Sinode Keuskupan Agung Jakarta, 1990, hal. 32, 34. Makalah retret pribadi yang ditulis oleh Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 105

113

114 GALERI FOTO Biji Sesawi dari Kampung Sawah 107

115 Aneka gaya Romo Yus semasa masih menjadi siswa seminari, frater dan pastor belia; lugu dan lucu (dokumentasi pribadi, ) 108 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

116 Beberapa tahapan harus dilalui oleh Yus Noron sebelum ditahbiskan menjadi imam, antara lain: Orientasi di Wisma Cempaka, Jakarta tahun 1982 (kiri atas), Tahbisan Akolit oleh Kardinal Justinus Darmoyuwono, Pr di Kapel St. Paulus Kentungan, Yogyakarta tahun 1987 (kiri bawah) dan Tahbisan Diakonat oleh Mgr Leo Soekoto SJ di Seminari Wacana Bhakti, Jakarta tahun 1988 (kanan atas) (dokumentasi pribadi) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 109

117 110 Biji Sesawi dari Kampung Sawah Pada tahun 1988 setelah ditahbiskan menjadi imam, Yus Noron mulai mempersembahkan misa-misa perdana di beberapa tempat, antara lain di Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu, Jakarta (atas) dan di Civita (bawah) (dokumentasi pribadi)

118 Pembinaan kaum muda digeluti oleh Yus Noron semasa masih menjadi frater terus berlanjut hingga awal karyanya sebagai imam. Atas: bertandang ke Civita tahun 1988; Bawah: RetretMudika Stella Maris, Pluit tahun 1991 (dokumen pribadi) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 111

119 Selain Mama Naomi, kakak-kakak tercinta adalah pendukung dan pemupuk semangat yang utama bagi Yus Noron dalam menjalani panggilan Allah. Romo Yus Noron bersama Ibu Chatarina Noron, Pak Andreas Noron dan Pak Maman Noron di rumah keluarga Noron di Kampung Sawah, Biji Sesawi dari Kampung Sawah

120 Romo Yus bersama Yakobus Priyo Utomo, CEO Book Publishing and Retail Gramedia, teman semasa di Seminari Menengah Mertoyudan, 2013 Biji Sesawi dari Kampung Sawah 113

121 Romo Yus bersama Romo Yohanes Subagyo Pr, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta yang juga merupakan teman dekat semasa di Seminari Menengah Mertoyudan, dalam misa pemberian Sakramen Krisma di Gereja Santa Maria Regina, Bintaro, Biji Sesawi dari Kampung Sawah

122 Romo Yus Noron bersama teman satu tahbisan, Romo Stefanus Roy Djakarya Pr, ekonom Keuskupan Agung Jakarta (dokumentasi pribadi, 2013) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 115

123 Romo Yus sebagai konselebran Misa Perayaan Hari Ulang Tahun ke-34 Paroki Aloysius Gonzaga Cijantung tanggal 21 Juni Biji Sesawi dari Kampung Sawah

124 Romo Yus akrab dengan umat. Setiap selesai memimpin misa, Romo pasti menyempatkan diri menyapa dan berbincang-bincang dengan umatnya Biji Sesawi dari Kampung Sawah 117

125 118 Biji Sesawi dari Kampung Sawah Romo Yus gemar berolah raga, untuk menjaga kebugaran sekaligus membina keakraban dengan umat paroki.

126 Romo Yus juga gemar membaca, baik surat kabar, majalah maupun buku-buku referensi. Seringkali materi yang ia baca ia olah menjadi bagian dari khotbahnya Biji Sesawi dari Kampung Sawah 119

127 Romo Yus berdoa bersama para prodiakon sebelum beriringan dari Sakristi menuju Altar untuk memimpin Misa 120 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

128 "... minumlah darah-ku, darah Perjanjian Baru dan kekal..." Biji Sesawi dari Kampung Sawah 121

129 Romo Yus dan Frater Dimas memberikan Hosti kepada para umat dalam sebuah misa di SanMaRe 122 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

130 "Inilah Injil Yesus Kristus" Biji Sesawi dari Kampung Sawah 123

131 Mengenang Perjamuan Terakhir Yesus Kristus bersama para rasul, Romo Yus melakukan ritual pembasuhan kaki para prodiakon... Tak cukup itu, ia juga mencium kaki-kaki yang dibasuhnya. 124 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

132 Romo Yus membawa Sakramen Mahakudus dalam sebuah Misa Kamis Putih di Gereja Santa Maria Regina Bintaro Biji Sesawi dari Kampung Sawah 125

133 126 Biji Sesawi dari Kampung Sawah "...Lihatlah Kayu Salib tempat Juru selamat tergantung..."

134 Romo Yus, Romo Nata, Romo Silvano Laurenzi SX dan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Pr serta para Pengurus Dewan Paroki (DP) Santa Maria Regina yang baru saja dilantik berfoto bersama seusai misa peresmian Paroki Sanmare pada tanggal 22 Agustus 2010 (dokumentasi Harry Surjanto) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 127

135 Romo Yus bersama Koor Anak dan Remaja Santa Maria Regina dan para pembinanya selepas acara konser lagu-lagu gereja di Sanmare pada tanggal 29 September Biji Sesawi dari Kampung Sawah

136 Romo Yus berperan sangat besar dalam mewujudkan dramatisasi Jalan Salib diselenggarakan untuk pertama kalinya di Sanmare pada tanggal 29 Maret 2013 Biji Sesawi dari Kampung Sawah 129

137 130 Biji Sesawi dari Kampung Sawah

BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH

BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH Catatan 25 Tahun Perjalanan Imamat Romo A. Yus Noron, Pr BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH EDITOR JULIUS POUR A. ARIOBIMO NUSANTARA Biji Sesawi dari Kampung Sawah BIJI SESAWI DARI KAMPUNG SAWAH Catatan 25

Lebih terperinci

BIJI SESAWI DARI KAMPUNG BETAWI

BIJI SESAWI DARI KAMPUNG BETAWI 1 BIJI SESAWI DARI KAMPUNG BETAWI "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Mat 9:37) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 15 1 BIJI SESAWI DARI KAMPUNG BETAWI "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit."

Lebih terperinci

MENJEMPUT PANGGILAN KE MERTOYUDAN

MENJEMPUT PANGGILAN KE MERTOYUDAN 2 MENJEMPUT PANGGILAN KE MERTOYUDAN "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-ku." (Mat 16: 8) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 27 2 MENJEMPUT PANGGILAN KE MERTOYUDAN "Engkau

Lebih terperinci

GALERI FOTO. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 107

GALERI FOTO. Biji Sesawi dari Kampung Sawah 107 GALERI FOTO Biji Sesawi dari Kampung Sawah 107 Aneka gaya Romo Yus semasa masih menjadi siswa seminari, frater dan pastor belia; lugu dan lucu (dokumentasi pribadi, 1987-1990) 108 Biji Sesawi dari Kampung

Lebih terperinci

FRATER YANG PERNAH INGIN ANGKAT KOPER

FRATER YANG PERNAH INGIN ANGKAT KOPER 3 FRATER YANG PERNAH INGIN ANGKAT KOPER Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. (Mk 8:34) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 39 3 FRATER YANG PERNAH

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran:

LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran: Tahun A Hari Minggu Prapaskah III (Penyelidikan Pertama Calon Baptis) LITRGI SABDA Bacaan Pertama Kel 17 : 3-7 Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum. Bacaan diambil dari Kitab Keluaran: Sekali

Lebih terperinci

NOVENA ROSARIO ELIZABETH ZAKHARIA NOVENA ROSARIO BERSAMA ST. MARIA, ST. ELIZABETH DAN ST. ZAKHARIA UNTUK PERMOHONAN MENDAPATKAN ANAK

NOVENA ROSARIO ELIZABETH ZAKHARIA NOVENA ROSARIO BERSAMA ST. MARIA, ST. ELIZABETH DAN ST. ZAKHARIA UNTUK PERMOHONAN MENDAPATKAN ANAK NOVENA ROSARIO ELIZABETH ZAKHARIA NOVENA ROSARIO BERSAMA ST. MARIA, ST. ELIZABETH DAN ST. ZAKHARIA UNTUK PERMOHONAN MENDAPATKAN ANAK 1 Pengantar Dalam suatu kesempatan Yesus pernah mengatakan "Mintalah,

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

KEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2

KEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2 KEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2 Pengantar Umat manusia dipenuhi dengan orang-orang yang kuatir, gelisah. Bagaimana hal ini bisa terjadi padahal Yesus berjanji bahwa kehidupan yang

Lebih terperinci

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 1. Lagu Pembukaan: HAI, ANGKATLAH KEPALAMU (PS 445 / MB 326) http://www.lagumisa.web.id/lagu.php?&f=ps-445 Pengantar Seruan Tobat Saudara-saudari, marilah mengakui

Lebih terperinci

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 1 Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 Tuhan sendiri datang menyelamatkan kamu. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Padang gurun dan padang kering akan bergirang,

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2 1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-2

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-2 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-2 Pengantar Dalam bagian pertama dari pelajaran ini, kita melihat pentingnya menerima baptisan Roh Kudus. Dalam bagian ini kita akan melihat pentingnya mempelajari

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 01 OKTOBER 2017 emaat GIDEON Kelapadua Depok l. Komjen Pol M. asin Kelapadua, Pasirgunung Selatan Ksatrian Amji Atak (Komp. BRIMOB POLRI) Kelapadua- h

Lebih terperinci

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa Aktivitas untuk Belajar tentang Doa MENIRU TELADAN ORANG DEWASA Anak membutuhkan banyak kesempatan untuk mendengar orang dewasa berdoa. Sikap orang dewasa yang tulus dan penuh hormat dalam berdoa amat

Lebih terperinci

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: "Di manakah Dia, raja

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: Di manakah Dia, raja Persembahanku. Hari Raya Penampakkan Tuhan - 04 Januari 2015 Matius 2 : 1 12 1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN

KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN Pengantar Apakah Anda berpikir bahwa Tuhan tidak memedulikan Anda sebagai seorang perempuan? Bahwa Ia tidak tertarik pada masalah Anda, harapan Anda, dan mimpi Anda? Bahwa

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0

Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0 Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0 a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b)

(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b) (Matius 28:18-20, Kisah 1:8b) Kita tidak diminta Tuhan Yesus datang ke gereja dengan konsep 4 D. Apa maksudnya? 4 D itu adalah Datang, Duduk, Diam, Dengar, tetapi kita perlu 4 P, apa itu? Pikirkan baik-baik,

Lebih terperinci

Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:... (Yosua 1:1)

Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:... (Yosua 1:1) Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:... (Yosua 1:1) Manusia itu terbatas, seberapa kuat tenaganya, betapa hebatnya beliau pelayanan, betapa

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

5 Posisi Penting Dalam Mengikuti Kristus

5 Posisi Penting Dalam Mengikuti Kristus 5 Posisi Penting Dalam Mengikuti Kristus 2 Timotius 4:7-8 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Hari Minggu Biasa XV

LITURGI SABDA. Tahun C Hari Minggu Biasa XV 1 Tahun C Hari Minggu Biasa XV LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 30 : 10-14 Firman itu sangat dekat padamu, hendaklah engkau melaksanakannya. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu, Musa memanggil

Lebih terperinci

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Kita semua sebagai anggota suatu kongregasi diharapkan hidup saling membantu satu sama lain dalam semangat kasih

Lebih terperinci

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa III Berdoalah dengan Seorang Teman II Berdoalah dengan Keluarga Saudara III Berdoalah dengan Kelompok Doa II Berdoalah dengan Jemaat Pelajaran ini akan

Lebih terperinci

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. 1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Mengaryakan Pelayanan dan Kesaksian dengan Mewujudkan Kebebasan, Keadilan, Kebenaran dan Kesejahteraan bagi Sesama dan Alam Semesta (LUKAS 4:19) Minggu,

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT LAGU PEMBUKA SLAMAT PAGI BAPA S lamat pagi Bapa Tak lupa terima kasih Bapa sudah jaga saya tiap hari Matahari bersinar Burung-burung berkicau Bertambah-tambah

Lebih terperinci

Filipi. 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba. Salam

Filipi. 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba. Salam 290 Filipi Salam 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba Kristus Yesus kepada semua umat Allah dalam Kristus Yesus yang tinggal di Filipi, termasuk semua penatua a dan pelayan khusus* jemaat. 2Semoga Allah,

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1: 1 Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Sam. 1:20-22. 24-28 Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Samuel: Setahun

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Bagaimana jika kelasmu kotor? Sampah berserakan di manamana? Tentu kalian tidak senang! Dalam menerima pelajaran

Lebih terperinci

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia. Antifon Pembuka Yes. 9 : 6

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia. Antifon Pembuka Yes. 9 : 6 1 Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia Antifon Pembuka Yes. 9 : 6 Pengantar Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang Putera dianugerahkan kepada kita. Lambang pemerintahan ada di atas

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya Labiba 1 Salsabil Inas Labiba Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

Surat 1 Yohanes 5 (Bag. 2) Wednesday, April 1, 2015

Surat 1 Yohanes 5 (Bag. 2) Wednesday, April 1, 2015 Surat 1 Yohanes 5 (Bag. 2) Wednesday, April 1, 2015 Kurban Santapan dan Kurban Kembelihan, dalam Yes. 44:21-22: - Melenyapkan kefasikan (= lenan iman) - Mengakhiri dosa (= menyucikan harap) - Menghapus

Lebih terperinci

Kesatu: Bertemu Tenis Meja Lewat Arena Sederhana

Kesatu: Bertemu Tenis Meja Lewat Arena Sederhana Kesatu: Bertemu Tenis Meja Lewat Arena Sederhana 1 Bocah berdarah Ambon, Maluku itu kerap merenungi tangan kanannya yang lebih kecil dari tangan kiri. Sering terlihat ia bersedih karena kondisi fisik itu.

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam

Lebih terperinci

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com SHAINA BARENO 9 Butterflies (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com 1 INSPIRASI DARI KEPOMPONG Senja itu, saya duduk di bawah pohon mangga berbuah lebat di taman samping rumah, sambil

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #9 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #9 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #9 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #9 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

MENCARI KEBENARAN SEJATI BERSAMA ROH KUDUS-ROH KEBENARAN Belajar dari Santo Yustinus

MENCARI KEBENARAN SEJATI BERSAMA ROH KUDUS-ROH KEBENARAN Belajar dari Santo Yustinus MENCARI KEBENARAN SEJATI BERSAMA ROH KUDUS-ROH KEBENARAN Belajar dari Santo Yustinus (Sumber bacaaan: Injil Yohanes,16:12-15) Betapa mengagumkan! Allah Bapa adalah Pencipta kita, Allah Putra adalah Penebus

Lebih terperinci

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Noand Hegask Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Kisah-kisah pendek dan sajak rumpang Diterbitkan melalui: Nulisbuku.com Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: 1 Tahun A Hari Minggu Adven I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 2 : 1-5 Tuhan menghimpun semua bangsa dalam Kerajaan Allah yang damai abadi. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Inilah Firman yang dinyatakan

Lebih terperinci

Tata Ibadah Adven III

Tata Ibadah Adven III Tata Ibadah Adven III Minggu, 11 Desember 2016 Persiapan (Latihan lagu-lagu). Pembacaan warta lisan dan saat hening. Penyalaan 3 lilin Adven.» B e r h i m p u n «Ajakan Beribadah / umat duduk Menanti adalah

Lebih terperinci

BAPTISAN ROH KUDUS. Yohanes 4 : 23 24

BAPTISAN ROH KUDUS. Yohanes 4 : 23 24 BAPTISAN ROH KUDUS Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri dan Tuhan mau supaya setiap anak-anak Tuhan yang telah menerima penebusan juga menerima Baptisan Roh Kudus kemudian dipenuhkan dengan Roh Kudus

Lebih terperinci

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LITURGI SABDA

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LTRG SABDA Bacaan Pertama Yes. 52 : 7-10 Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Bacaan pertama. Karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia. Bacaan diambil dari Kitab Kebijaksanaan

LITURGI SABDA. Bacaan pertama. Karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia. Bacaan diambil dari Kitab Kebijaksanaan TAHN B - Hari Minggu Biasa X 28 Juni 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Keb.1:13-15;2:23-24) Karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia. Bacaan diambil dari Kitab Kebijaksanaan Allah tidak menciptakan

Lebih terperinci

PANDUAN HIDUP ROHANI DARI IBU CLARA FEY: MELALUI JALAN AKSI - KONTEMPLASI

PANDUAN HIDUP ROHANI DARI IBU CLARA FEY: MELALUI JALAN AKSI - KONTEMPLASI Sr. María del Rocío, Konperensi 2009-2014 PANDUAN HIDUP ROHANI DARI IBU CLARA FEY: MELALUI JALAN AKSI - KONTEMPLASI Kebaktian Ibu Clara dapat dikatakan: selalu hidup di hadirat Allah. Jalan persatuan yaitu

Lebih terperinci

.satu. yang selalu mengirim surat

.satu. yang selalu mengirim surat .satu. yang selalu mengirim surat Bunyi klakson motor berwarna oranye, dengan teriakan khas Pos! setiap hari selalu aku nantikan. Mata tak lepas dari balik pagar besi lusuh bewarna coklat tua. Ketika pagi

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN (Jemaat Berdiri) PANGGILAN

Lebih terperinci

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a. 15-17. 18b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua:

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a. 15-17. 18b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua: Tahun B Minggu Biasa XX - 23 Agustus 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a. 15-17. 18b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua: Menjelang wafatnya,

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

REKAM JEJAK DI PESTA PERAK

REKAM JEJAK DI PESTA PERAK 5 REKAM JEJAK DI PESTA PERAK Marilah kepada-ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat 11: 28) Biji Sesawi dari Kampung Sawah 79 5 REKAM JEJAK DI PESTA PERAK

Lebih terperinci

Arif Rahman

Arif Rahman INT. DESA SANGIA - PAGI HARI Dengan penuh makna hidup, setiap pagi dan bangun lebih cepat. Mereka harus mempersiapkan diri untuk ke sawah demi tetap merawat tanaman mereka agar selalu sehat. Di saat yang

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Adven I

Th A Hari Minggu Adven I 1 Th A Hari Minggu Adven Antifon Pembuka Mzm. 25 : 1-3 Pengantar Kepada-Mu, ya Tuhan, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-mu aku percaya. Jangan kiranya aku mendapat malu. Janganlah musuh-musuhku beriang-ria

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

Written by Pere Liagre Published Date Barangsiapa dibimbing oleh Roh Allah adalah putera Allah (bdk. Rm 8:14)

Written by Pere Liagre Published Date Barangsiapa dibimbing oleh Roh Allah adalah putera Allah (bdk. Rm 8:14) Barangsiapa dibimbing oleh Roh Allah adalah putera Allah (bdk. Rm 8:14) Ciri Teresia yang amat menonjol ialah: devosi dan keterangan dan ajaran tentang sifat seorang anak dalam 1 / 21 arti rohani. Jalan

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Tata Ibadah Hari Minggu

Tata Ibadah Hari Minggu DRAFT 3 GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT JEMAAT E F F A T H A Jl. Melawai I/2, Kebayoran Baru Jakarta 12160 Telp. 7222220, 7266548, 7261210, 72791737, Fax. 72791735 Pastori Timur: 7394578, Pastori

Lebih terperinci

Minggu 5 : Mengapa dan Bagaimana Saya Berdoa? Panduan Acara & Bantuan untuk Penceramah

Minggu 5 : Mengapa dan Bagaimana Saya Berdoa? Panduan Acara & Bantuan untuk Penceramah Minggu 5 : Mengapa dan Bagaimana Saya Berdoa? Panduan Acara & Bantuan untuk Penceramah Dokumen ini berisi panduan untuk keseluruhan acara, garis besar ceramah dan instruksi bagaimana memberikan ceramah

Lebih terperinci

MENJADI TUA DAN BAHAGIA

MENJADI TUA DAN BAHAGIA 1 MENJADI TUA DAN BAHAGIA Rohani, November 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Hepiana sudah berumur 80 tahun. Ia tinggal di rumah orang tua. Ia dikenal sebagai suster lansia yang gembira dan bahagia.

Lebih terperinci

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal Paul Suparno, S.J.

MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 MEMBERI ITU MEMBAHAGIAKAN DAN MENYEHATKAN Rohani, Agustus 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Givana bekerja sebagai pamong di asrama anak-anak SMA. Suster dikenal oleh anak-anak sebagai suster

Lebih terperinci

Tetap Semangat! -kata Pdt. DR. Johanis Undap, M.Div. (Alm.) Ditulis oleh Tema Adiputra Senin, 01 Juni :17

Tetap Semangat! -kata Pdt. DR. Johanis Undap, M.Div. (Alm.) Ditulis oleh Tema Adiputra Senin, 01 Juni :17 Saya benar-benar kehilangan seorang sahabat. Dia meninggal dunia pada hari Senin, 9 Mei 2005. Di sebuah rumah sakit, Jakarta, setelah terkena serangan stroke untuk kedua kalinya. Saya senang memanggilnya

Lebih terperinci

Man of God Transformation 2 Transformasi Manusia Allah 2 Holy Spirit Measures

Man of God Transformation 2 Transformasi Manusia Allah 2 Holy Spirit Measures Man of God Transformation 2 Transformasi Manusia Allah 2 Holy Spirit Measures PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin melanjutkan seri khotbah Man of God Transformation bagian kedua, yaitu: Holy Spirit Measures

Lebih terperinci

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh Matius 25:1-4 Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH

TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

Liturgi Minggu. Jadilah Penurut-Penurut Allah. GKI Bintaro Utama 9 Agustus 2015 Pukul 06.30, 09.00, dan WIB

Liturgi Minggu. Jadilah Penurut-Penurut Allah. GKI Bintaro Utama 9 Agustus 2015 Pukul 06.30, 09.00, dan WIB Liturgi Minggu adilah Penurut-Penurut Allah GKI Bintaro Utama 9 Agustus 2015 Pukul 06.30, 09.00, dan 17.00 WIB 2 Liturgi Minggu Persiapan Ibadah Organis/pianis mengalunkan lagu-lagu pujian Saat teduh/doa

Lebih terperinci

TAHUN B - Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yusuf 28 Desember 2015

TAHUN B - Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yusuf 28 Desember 2015 TAHN B - Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yusuf 28 Desember 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Kej. 15 :1-6; 21:1-3) Anak kandungmulah yang akan menjadi ahli warismu. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian:

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci