OBAT PALSU DALAM PERSPEKTIF HUKUM MEREK. Oleh : Desyanti Suka Asih K.Tus, S.H., M.H. Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OBAT PALSU DALAM PERSPEKTIF HUKUM MEREK. Oleh : Desyanti Suka Asih K.Tus, S.H., M.H. Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar"

Transkripsi

1 233 OBAT PALSU DALAM PERSPEKTIF HUKUM MEREK Oleh : Desyanti Suka Asih K.Tus, S.H., M.H. Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Asbtract The rapid technological advances give a good effect for many parties. Various facilities due to technological advances considered very helpful community. However, it is undeniable that there are parties that use technology for the sake of profit regardless of the loss suffered by the other party. The development of a color photocopy technology, holograms, and hires scanner, used to make counterfeit products difficult to distinguish from the original. Its use is applied also to the manufacture of counterfeit drugs. Such measures not only be subject to criminal sanctions, but also can be sanctioned for violation of trademark law, as in the case of counterfeit drugs are acts that intentionally and without right mimic the overall brand of drugs that are already registered. The existence of Law No.15 of 2001 on Marks felt still weak in providing protection to the holder of the brand because of the nature of the offense that is to a complaint and only provide protection to the brand that has been registered. Keywords : Technology Developments, Lawlessness Brand, Fake Drugs. Abstrak Kemajuan teknologi yang sedemikian pesat memberi pengaruh yang baik bagi banyak pihak. Berbagai kemudahan akibat kemajuan teknologi dirasa sangat membantu masyarakat. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa ada pihak-pihak yang mempergunakan teknologi demi keuntungan semata tanpa memperdulikan kerugian yang diderita pihak lain. Perkembangan teknologi fotokopi warna, hologram, dan hires scanner, dipergunakan untuk membuat produk palsu sulit dibedakan dengan aslinya. Penggunaannya diterapkan pula pada pembuatan obat palsu. Tindakan tersebut tidak hanya dapat dikenakan sanksi pidana, tetapi juga dapat dikenakan sanksi atas pelanggaran hukum merek, karena dalam kasus obat palsu terdapat perbuatan yang secara sengaja dan tanpa hak meniru secara keseluruhan merek obat yang telah didaftarkan. Keberadaan UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek dirasa masih lemah dalam memberikan perlindungan pada pemegang merek karena sifat deliknya yang bersifat delik aduan serta hanya memberikan perlindungan pada merek yang telah didaftarkan. Kata Kunci : Perkembangan Teknologi, Pelanggaran Hukum Merek, Obat Palsu.

2 234 A. PENDAHULUAN Sebuah artikel di situs online Tempo tertanggal Rabu, 22 April 2012, menuliskan tentang maraknya pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (selanjutnya HKI) di berbagai bidang di Indonesia. Situs berita lain juga menuliskan dalam peringatan hari Kekayaan Intelektual, dilakukan survei oleh Pusat Hak Cipta Intelektual Dunia (Global Intellectual Property Center/ GIPC), Indonesia dinilai masih lemah dalam melakukan perlindungan kekayaan intelektual atau IP (Intellectual Property). Dari hasil survei yang dilakukan, terhadap 38 negara, Indonesia menduduki peringkat ke-33 dalam pelanggaran HKI. Di Asia, peringkat Indonesia dalam hal pelanggaran HKI lebih baik dibandingkan dengan Vietnam yang menduduki peringkat ke-35, Thailand yang menduduki peringkat ke-36 dan India yang menduduki peringkat ke-37. Posisi ke-33 yang ditempati Indonesia dalam pelanggaran HKI menandakan Indonesia masih harus melakukan banyak perbaikan dalam memberikan perlindungan HKI. Perbaikan perlindungan HKI dimulai dari perbaikan penentuan dimensi HKI oleh Pemerintah, sosialisasi HKI, hingga pada tahap penegakan hukum atas pelanggaran HKI. Pelanggaran HKI di Indonesia terjadi di berbagai bidang seperti pada industri musik dan film, maraknya pembajakan CD dan DVD lagu serta film bahkan plagiarism atas suatu ciptaan. Pelanggaran di bidang pengetahuan tradisional, misalnya kasus yang penggunaan lagu Rasa Sayange pada iklan pariwisata Malaysia. Dimana lagu tersebut adalah lagu daerah yang berasal dari Maluku. Kasus penggunaan tari Pendet pada iklan pariwisata Malaysia. Di bidang fashion, maraknya peredaran barangbarang palsu mulai dari pakaian, sepatu, tas, serta berbagai jenis keperluan fashion. Di bidang kecantikan, marak beredar produkproduk kecantikan palsu, namun banyak peminatnya. Tidak hanya sampai disana, pelanggaran HKI juga terjadi pada bidang kesehatan. Pelanggaran yang terjadi pada bidang ini dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran HKI yang

3 235 paling berbahaya, pelanggaran yang menyangkut nyawa, yaitu pelanggaran HKI di bidang kesehatan. Pelanggaran pada bidang kesehatan terjadi pada maraknya peredaran obat palsu di Indonesia. Pada tahun 2012, negara rugi sebesar 1,5 triliun karena peredaran obat palsu. Berdasarkan data yang dikeluarkan salah satu sayap organisasi PBB pada tahun 2012, World Health Organization (WHO), 10 persen obat yang beredar di seluruh dunia adalah obat palsu. Bahkan, laporan terakhir yang dirilis United Stated Trade Representative (USTR) mengatakan 25 persen obat yang beredar di Indonesia adalah palsu. Pada tahun 2016, Indonesia dihebohkan dengan temuan peredaran vaksin palsu. Tidak tanggung-tanggung vaksi palsu tersebut telah beredar selama 13 tahun, sejak tahun 2003 hingga tahun 2016 dan dipergunakan di banyak rumah sakit di Indonesia. Kejadian ini membuat banyak pihak gaduh serta menuntut pemerintah segera menyelesaikan kasus ini. Vaksin palsu tersebut beredar melalui rumah sakit serta praktek dokter. Pihak yang dianggap paling bertanggung jawab dalam peredaran vaksin palsu ini adalah BPOM dan dinas kesehatan. Vaksin palsu yang beredar tersebut disuntikkan oleh dokter maupun bidan kepada bayi yang diimunisasi. Kejahatan di bidang kesehatan tidak berhenti disana, belakangan ini marak beredar obat kadaluarsa. Dimana obat-obat yang telah habis masa berlakunya diracik kembali oleh apoteker local dan dikemas sedemikian rupa menjadi obat yang tampak baru. Peredaran obat kadaluarsa ini tidak terlepas dari campur tangan oknumoknum yang tidak bertanggung jawab bahka sudah mengarah pada jaringan mafia. Berbagai pelanggaran HKI yang terjadi tidak bisa di lepaskan dari kondisi ekonomi masyarakat. Masyarakat tidak mampu membeli barang-barang asli memilih membeli produk palsu mengingat harganya yang lebih murah. Masyarakat yang membutuhkan hiburan memilih membeli DVD dan CD bajakan untuk sekedar mendapat hiburan murah. Namun demikian, faktor

4 236 ekonomi tidak semata-mata dapat dijadikan alasan bagi maraknya pelanggaran HKI di Indonesia, terlebih pelanggaran di bidang kesehatan khususnya pelanggaran HKI dalam kasus obat palsu. Berbagai pelanggaran kesehatan tersebut ditangani pemerintah melalui jalur pidana serta perdata (ganti kerugian), namun dalam pembahasan ini, pelanggaran tersebut akan dilihat dari sisi pelanggaran HKI khususnya pelanggaran Merek. B. PEMBAHASAN 1. Konsep Perlindungan HKI HAKI timbul dari kemampuan intelektual manusia. HKI sendiri selalu mengalami perkembangan. Pada mulanya masalah HKI masih merupakan masalah yang sederhana, namun seiring dengan perkembangan teknologi, masalah HKI menjadi semakin kompleks. Keberadaan HKI menjadi semakin menarik untuk dikaji karena perannya yang semakin menentukan dalam perkembangan laju ekonomi terlebih dalam era globalisasi. Era globalisasi yang menuntut adanya keterbukanaan antara negara menjadikan segala bentuk upaya pembajakan, penjiplakan dan segala jenisnya akan tergerus. Globalisasi juga memberikan peluang bagi masingmasing wilayah untuk mengetahui, mengembangkan serta mengklaim potensinya masing-masing. Dengan demikian, perlindungan terhadap HKI dirasa semakin penting dalam upaya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi pengembangan ide-ide kreatif dan inovatif yang nantinya dapat membantu perkembangan perekonomian. HKI adalah hak kebendaan, ha katas suatu benda, yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja ratio manusia yang menalar. Hasil kerja rastio yang menalar tersebut berupa benda immaterial yaitu benda tak berwujud. 1 HKI berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya intelektual yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia. 2 Menurut 1 H. OK. Saidin, 2007, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Ed. Revisi ke- 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Di Era Global

5 237 Bowman, definisi HKI adalah hasil dari kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan kedunia luar dalam suatu bentuk baik materiil maupun immateriil. 3 Unsur-unsur penting yang terkandung dalam HKI mencakup : a. Lahir hak eksklusif atas suatu karya intelektual manusia (keberadaan hak ekonomi dan hak moral). b. Eksis hak eksklusif yaitu berupa hak monopoli atas suatu karya yang lahir dari usaha dan kreatifitas manusia, sebagai hasil kerja otak dan ratio manusia yang menalar. c. Hasil kerja ratio yang menalar, bentuknya adalah benda immateriil yaitu benda tak berwujud (intangible). d. Hak eksklusif mendapat perlindungan hukum. e. Jenis-jenis karya kreatifitas intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum HKI meliputi: Merek, Paten, Hak Cipta, Desain Industri, Rahasia Dagang, Domain Name, dan karya-karya HKI lainnya. 4 Sebuah Kajian Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal.1. 3 Hery Firmansyah, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hal Ni Ketut Supasti Dharmawan, 2011, Hak Kekayaan Intelektual Dan Harmonisasi Hukum Global (Rekonstruksi Pemikiran Terhadap Perlindungan Program Dari unsur-unsur tersebut jelas bahwa HKI melahirkan hak eksklusif bagi pemegangnya, bersifat immateriil, merupakan hasil kerja ratio dan perlu mendapat perlindungan. HKI dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi: a. Paten b. Merek c. Desain Industri d. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu e. Rahasia Dagang f. Varietas Tanaman 5 Sebagai bagian dari Hak Kekayaan Industri, maka tepat kiranya persoalan obat palsu dikaji menggunakan sudut pandang perlindungan Merek. 2. Obat Palsu Dalam Perspektif Hukum Merek Melihat maraknya kasus obat palsu, sangat disayangkan karena kasus-kasus peredaran obat palsu hanya ditangani secara pidana, tidak Komputer), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, hal Hery Firmansyah, Op.cit, hal. 9.

6 238 dikenakan sanksi pelanggaran Hukum Merek seperti yang tertuang dalam UU No.l5 Tahun 2001 Tentang Merek. Obat yang seharusnya memberikan efek baik disalahgunakan dan berefek buruk bahkan kematian pada yang mengkonsumsi. Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. 6 Pasal 1 angka 8 UU No. 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Berdasarkan definisi obat tersebut diatas, jelas bahwa obat 6 Pengertian Obat dan Penggolongan Obat gertian-obat-dan-penggolongan-obat.html, diakses pada tanggal 20 September dibuat dari bahan-bahan yang terasuk didalamnya produk biologi dengan tujuan untuk meringankan atau menyembuhkan penyakit. Keadaan yang demikian tidak akan diperoleh jika obat yang dikonsumsi adalah obat palsu. Obat palsu menurut Menurut Kepmenkes No. 1010/2008 adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki izin edar. Menurut WHO obat palsu adalah obat-obatan yang secara sengaja pendanaannya dipalsukan, baik identitasnya maupun sumbernya. WHO mengelompokkan obat palsu ke dalam lima kategori: 1. Produk tanpa zat aktif (API); 2. Produk dengan kandungan zat aktif yang kurang; 3. Produk dengan zat aktif berbeda; 4. Produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak lain; dan 5. Produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label dengan

7 239 nama produsen atau negara asal berbeda. 7 Berdasarkan kedua pengertian tentang obat palsu tersebut diatas, disebutkan secara jelas bahwa dalam obat palsu terdapat kegiatan meniru dan menjiplak penandaan identitas obat milik pihak lain yang telah mendapatkan ijin edar. Dimana untuk memperoleh ijin edar, pihak yang memproduksi obat sudah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan peraturan perundangundangan untuk mengedarakan obat tersebut. Dalam bidang HKI kegiatan meniru dan menjiplak penandaan identitas diatur dalam Hukum Merek. Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran. 8 Menurut UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan 7 Tentang Obat Palsu, ounterfeit, diakses pada tanggal 20 September Tim Lindsey, dkk., 2004, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, hal bahwa merek adalah sebuah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsurunsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Sementara yang dimaksud dengan ha katas merek menurut UU No. 15 Tahun 2001 adalah hak khusus yang diberikan pemerintah kepada pemilik merek, untuk menggunakan merek tersebut atau memberikan izin untuk menggunakannya kepada orang lain (Pasal 3). Merek merupakan hal yang sangat penting baik bagi pengusaha maupun konsumen. Bagi pengusaha merek merupakan salah satu cara perusaan memperoleh reputasi dan kepercayaan dari konsumen. Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial bagi perusahaan. Bagi konsumen, merek juga memegang peran yang tidak kalah penting. Merek memberikan kepercayaan dan rasa aman bagi konsumen untuk mempergunakan atau mengkonsumsi suatu produk.

8 240 Begitu pentingnya peran merek baik bagi perusahaan maupun konsumen, maka dirasa perlu untuk memberikan perlindungan hukum pada merek-merek yang ada. Terkait dengan kasus peredaran obat palsu, berdasarkan pengertian obat paslu dimana terdapat perbuatan meniru dan menjiplak penandaan obat yang telah mendapatkan ijin edar, terhadap kasus tersebut, dapat pula dikenakan sanksi atas pelanggaran hukum merek. Perbuatan pelaku pembuat dan pengedar obat palsu secara jelas telah melanggar ketentuan Pasal 90 UU No.15 Tahun 2001 karena memproduksi serta mengedarkan produk dalam hal ini obat yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain. Ketentuan pidana Pasal 90 mengenakan sanksi berupa pidana penjara 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp (satu miliar rupiah). Pengenaan ketentuan Pasal 90 dirasa tepat karena pada produk obat palsu, pelaku secara sengaja meniru dan menjiplak merek obat yang telah terdaftar, kemudian menjual obat palsu tersebut kepada konsumen. Perbuatan pelaku telah merugikan perusahaan dalam hal ini perusahaan farmasi serta merugikan dan membahayakan masyarakat sebagai konsumen dari obat palsu tersebut. Tindakan pemalsuan obat menjadi semakin mudah seiring dengan perkembangan teknologi. Dimana orang dengan mudah dapat membuat fotokopi warna, hologram, dan hires scanner, yang membuat produk palsu sulit dibedakan dengan aslinya. Disamping itu keinginan untuk memperoleh keuntungan serta masih lemahnya sanksi terhadap pelaku pembuat dan pengedar obat palsu menjadi alasan hingga saat ini masih banyak obat-obatan palsu yang beredar. Pelanggaran merek yang terjadi pada produk obat palsu menyebabkan perusahaan farmasi sebagai produsen obat asli mengalami kerugian. Praktik pemalsuan produk farmasi umumnya dilakukan dengan memasukkan material obat di bawah standar kualitas, tetapi merek yang digunakan tetap merek utama. Hal

9 241 ini membuat perusahaan akan kehilangan reputasinya atas produk yang berkualitas. Kerugian di sisi konsumen tidak kalah besar. Konsumen yang mengkonsumsi obat palsu dapat kehilangan nyawa. Keberadaan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memperoleh haknya atas untuk mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya tentang produk yang akan dipakainya. Di sini seharusnya konsumen berhak mendapat informasi produk obat-obatan yang dipakainya, misalnya: tanggal kadaluarsa, segel kemasan/keutuhan kemasan, kandungan produk, efek samping dan sebagainya. Informasi bagi konsumen adalah hak konsumen, artinya ada beban kewajiban bagi pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan untuk menginformasikan hal ini. Tetapi sayangnya dalam hal product knowledge ini masih seperti menara gading bagi masyarakat. 9 9 Peredaran Vaksin Palsu Dalam Perspektif Hukum Merek Dan Perlindungan Konsumen, law.binus.ac.id/2016/06/30/peredaran- Pelanggaran merek yang terjadi pada kasus obat palsu, sekalipun telah diatur dalam Pasal 90 UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek, ternyata masih lemah dalam memberikan jaminan perlindungan hukum bagi pemegang merek. Hal ini karena sifat dari pelanggaran merek yang adalah delik aduan. Dimana prosedur hukum baru akan terjadi apabila ada pihak yang melakukan pengaduan. Pada kenyataannya perusahaan farmasi jarang yang menindaklanjuti dengan membuat pengaduan atas pemalsuan merek obat yang mereka daftarkan. Selain itu, sifat dari hukum merek, dimana perlindungan baru diberikan kepada merek yang telah didaftarkan (Pasal 3 UU No.15 Tahun 2001), yang mana ketentuan ini berbeda dengan ketentuan perlindungan hak cipta yang secara otomatis memberikan perlindungan hak cipta sejak ciptaan tersebut diciptakan. Dengan demikian perlindungan terhadap merek khususnya dalam kasus pelanggaran obat palsu harus ditingkatkan karena dengan vaksin-palsu-dalam-perspektif-hukummerek-dan-perlindungan-konsumen/, diakses pada tanggal 20 September 2016.

10 242 mempergunakan sebuah merek, perusahaan dapat memperoleh reputasi dan kepercayaan serta dapat membangun hubungan antara reputasi dengan merek yang telah dipergunakan. Semua hal itu membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang. C. PENUTUP 1. Simpulan Peredaran obat palsu yang masih marak tidak hanya dapat diselesaikan melalui jalur hukum pidana semata. Hal ini karena dalam kasus obat palsu terdapat pula pelanggaran hak merek yaitu terjadi peniruan dan penjiplakan suatu penanda (merek obat) yang dilakukan dengan sengaja dan tanpa hak secara keseluruhan oleh pelaku pemalsuan obat dalam upaya memperoleh keuntungan. Perbuatan tersebut telah menimbulkan kerugian bagi perusahaan pemegang merek yang reputasinya di rusak dan kepada konsumen yang berada pada posisi berbahaya bahkan dapat kehilangan nyawa apabila mengkonsumsi obat palsu. Keberadaan UU No.15 Tahun 2001 dirasa masih belum cukup memberikan perlindungan bagi pemegang merek karena sifatnya yang delik aduan dan hanya melindungi merek yang telah didaftarkan. Padahal dengan mempergunakan sebuah merek, perusahaan dapat memperoleh reputasi dan kepercayaan serta dapat membangun hubungan antara reputasi dengan merek yang telah dipergunakan. Semua hal itu membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang. DAFTAR PUSTAKA Buku Dharmawan, Ni Ketut Supasti, 2011, Hak Kekayaan Intelektual Dan Harmonisasi Hukum Global (Rekonstruksi Pemikiran Terhadap Perlindungan Program Komputer), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Firmansyah, Hery, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Pustaka Yustisia, Yogyakarta Saidin, H. OK., 2007, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Ed. Revisi ke-6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

11 243 Lindsey, Tim dkk., 2004, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung. Utomo, Tomi Suryo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Di Era Global Sebuah Kajian Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta. Internet Pengertian Obat dan Penggolongan Obat m/2014/01/pengertian-obatdan-penggolongan-obat.html, diakses pada 20 September Sumber Hukum Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Merek. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1010/MENKES/PER/XI/ 2008 Tentang Registrasi Obat. Tentang Obat Palsu, =issues&cat=icounterfeit, diakses pada 20 September Peredaran Vaksin Palsu Dalam Perspektif Hukum Merek Dan Perlindungan Konsumen, eredaran-vaksin-palsu-dalamperspektif-hukum-merekdan-perlindungan-konsumen/, diakses 20 September 2016.

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN Oleh: I Putu Renatha Indra Putra Made Nurmawati Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This scientific

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita ketahui bersama bahwa manusia itu tidak mungkin hidup sendiri oleh karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu. Pengelompokkan

Lebih terperinci

PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK

PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK 1 PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK Oleh: Ni Nyoman Nadia Ratna P Ni Ketut Supasti Darmawan I Ketut Sandi Sudarsana Bagian Hukum KeperdataanFakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda

Lebih terperinci

POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING

POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING Oleh : Tarsisius Maxmilian Tambunan I Gusti Agung Ayu Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper is titled

Lebih terperinci

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Oleh: Ni Kadek Dwijayanti I Ketut Sandhi Sudarsana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Penyusunan Melengkapi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: WAA

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KASUS VAKSIN PALSU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG Oleh: Ophi Khopiatuziadah * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016 Kejahatan yang dilakukan para tersangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi diartikan sebagai suatu proses transformasi sosial yang membawa kondisi umat manusia yang berbeda, terpencar di seluruh dunia ke satu kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang memberikan kebebasan negara-negara untuk melakukan perdagangan tanpa adanya restriksi atau pembatasan

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HAKI

TINJAUAN TENTANG HAKI TINJAUAN TENTANG HAKI Mata Kuliah : Legal Aspek dalam Produk TIK Henny Medyawati, Universitas Gunadarma Materi dikutip dari beberapa sumber Subjek dan objek hukum Subjek Hukum adalah : Segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pemalsuan Merek Sepatu di Kelurahan Blimbingsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, diperlukan merupakan suatu usaha yang mana. maupun non-fisik. Dalam rangka mencapai hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, diperlukan merupakan suatu usaha yang mana. maupun non-fisik. Dalam rangka mencapai hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hal terpenting yang diperlukan oleh tubuh manusia. Dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan, diperlukan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR), yaitu hak atas kepemilikan terhadap karya-karya

Lebih terperinci

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO Subjek dan Objek Hukum Arti & Peranan Hak Kekayaan Intelektual Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO) PENGERTIAN HAKI: Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata "intelektual"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK

PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA) Oleh : Dede Sukma Aristya Nyoman Mas Ariyani Hukum Bisnis

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, di mana persaingan bisnis berlangsung sengit, para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong ! 1 BAB I PENDAHULUAN A.! Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kegiatan perdagangan di dunia, termasuk Indonesia. Dengan adanya HKI, diharapkan

Lebih terperinci

Volume 12 Nomor 2 September 2015

Volume 12 Nomor 2 September 2015 Volume 12 Nomor 2 September 2015 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 12 2 Hal. 87-204 Tabanan September 2015 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PELANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Counterfeiting atau pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Counterfeiting atau pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Counterfeiting atau pemalsuan adalah tindakan pelanggaran atau penyalahan terhadap hak legal dari sang pemilik intellectual property (Clark, 1997). Secara teknik, kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia membutuhkan komunikasi dalam menjalani kehidupannya. Seiring perkembangan jaman maka berdampak pada

Lebih terperinci

Oleh: Fahmi Mutiara Endry Heweningtiyas A.A Yusa Damardhi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh: Fahmi Mutiara Endry Heweningtiyas A.A Yusa Damardhi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana PERLINDUNGAN HUKUM DAN TINDAKAN PEMULIHAN TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA LAGU DAERAH DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Oleh: Fahmi Mutiara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA Oleh : Finna Wulandari I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper titled The Business

Lebih terperinci

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Oleh: Putu Hendra Pratama Ni Ketut Supasti Darmawan Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK Oleh: Ade Hendra Yasa A.A.Ketut Sukranatha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This title of this paper is The solution

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk barang maupun jasa yang ditemukan di pasaran. Barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. produk barang maupun jasa yang ditemukan di pasaran. Barang dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan teknologi dan perdagangan dewasa ini, menyebabkan kegiatan di sektor perdagangan meningkat dengan beragamnya produk barang maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bangsa yang sedang berkembang, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalanya di segala bidang. Salah satu upaya untuk mengejar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembajakan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering kita dengar dan sering kita jumpai dengan mudah pada saat ini. Pembajakan yang dilakukan mencakup berbagai

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI JANUARI RIFAI januari@raharja.info Abstrak Apa itu HAKI? Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA Oleh A A Ngr Tian Marlionsa Ida Ayu Sukihana Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA SOFTWARE Pengertian Hak Cipta Hak cipta (lambang internasional: ) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di AKIBAT HUKUM PELANGGARAN MEREK TERKENAL PRADA PADA PRODUK FASHION DI INDONESIA (Studi : Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.200/Pdt.G/1998/PN.Jkt.Pst. Putusan Peninjauan Kembali No. 274 PK/Pdt/2003)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya

BAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Semakin tinggi peradaban manusia, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, dan kebudayaan, semakin tinggi pula hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual (Margono, 2001:4).

BAB I PENDAHULUAN. konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual (Margono, 2001:4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak kekayaaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA Milsida Fandy, Henry Soelistyo Budi Hardijan Rusli ABSTRACT In the free trade era, there is an urgent need of a "rule of the game" that can create

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual, selanjutnya disingkat sebagai HKI timbul

BAB I PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual, selanjutnya disingkat sebagai HKI timbul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual, selanjutnya disingkat sebagai HKI timbul dari kemampuan intlektual manusia. Permasalahan HKI adalah permasalahan yang terus berkembang. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya pemerintah telah

Lebih terperinci

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) 1. Pembahasan HAKI Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi mempermudah pertukaran informasi dan interaksi antar negara. Globalisasi memberikan dampak positif dan juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua terjemahan resmi atas istilah Intellectual Property Rights (IPR),

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua terjemahan resmi atas istilah Intellectual Property Rights (IPR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada dua terjemahan resmi atas istilah Intellectual Property Rights (IPR), yaitu hak milik intelektual atau hak atas kekayaan intelektual. Hal ini dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Kita mengetahui bahwa Negara Indonesia ini terdiri dari berbagai suku tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut pendapat Ta adi, Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property BAB II TINJAUAN PUSTAKA Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional bahkan internasional tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merk merupakan bagian dari Hak Milik Intelektual. yang dalam dunia perdagangan di negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Merk merupakan bagian dari Hak Milik Intelektual. yang dalam dunia perdagangan di negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merk merupakan bagian dari Hak Milik Intelektual yang dalam dunia perdagangan di negara berkembang, seperti negara Indonesia, permasalahan yang terkait dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Bisnis

STIE DEWANTARA Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Bisnis Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Bisnis Hukum Bisnis, Sesi 6 Pengertian Hak kekayaan intelektual merupakan hak yang diberikan atas hasil dari buah pikiran. Hak ini bersifat eksklusif yang diberikan

Lebih terperinci

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG MEREK DAGANG ASING YANG ADA DI INDONESIA 1 Oleh : Maria Oktoviani Jayapurwanty 2 ABSTRAK Benda dalam arti kekayaan atau hak milik meliputi benda berwujud dan benda

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN ATAS PELANGGARAN MEREK TERDAFTAR

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN ATAS PELANGGARAN MEREK TERDAFTAR PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN ATAS PELANGGARAN MEREK TERDAFTAR Oleh: Made Passek Reza Swandira Ni Ketut Supasti Dharmawan Anak Agung Sri Indrawati Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK Oleh : Gusti Ayu Putu Intan PermataSari Cokorda Dalem Dahana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PERLINDUNGAN MEREK BAGI PEMEGANG HAK MEREK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK YAYUK SUGIARTI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Sumenep Yayuksugiarti66@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam keseluruhan bab yang sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap pasien dalam

Lebih terperinci

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perdagangan global seiring berjalannya waktu selalu menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk sebelumnya yang memiliki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HKI. Suatu barang atau jasa yang hari ini diproduksi oleh suatu negara, disaat

BAB I PENDAHULUAN. HKI. Suatu barang atau jasa yang hari ini diproduksi oleh suatu negara, disaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang sangat pesat, juga telah mendorong globalisasi Hak atas Kekayaan Intelektual selanjutnya disebut HKI. Suatu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN. a. Konsep dasar HKI. b. Teori pembenar perlindungan HKI 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN. a. Konsep dasar HKI. b. Teori pembenar perlindungan HKI 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI SILABUS A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL STATUS MATA KULIAH :WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : 68/HKR 022 JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH: Mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek sebagai salah satu bentuk dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mempunyai peranan yang penting dalam hal perdagangan terutama dalam menghadapi era globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah terjemahan resmi dari Intellectual Property Rights

Lebih terperinci

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI SILABUS A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : 68/HKR 022 JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH: Mata kuliah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

Intellectual Property Rights and Ethics. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com

Intellectual Property Rights and Ethics. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com 8 Intellectual Property Rights and Ethics Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com Sumber Understanding Computers in a Changing Society, 3rd Edition Copycat Materi Hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Undang-undang No. 20 Tahun 2016, Undang-undang No. 19 Tahun 2016

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 Abstract : Ida Bagus Komang Wiwaha Kusuma Brahmanda Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: IMPLEMENTASI DAN RELEVANSINYA DENGAN KEGIATAN KEPARIWISATAAN Oleh: Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan,SH,Mhum,LLM Fakultas Hukum Universitas Udayana Disampaikan Dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB III FENOMENA PERDAGANGAN BARANG PALSU DI INDONESIA

BAB III FENOMENA PERDAGANGAN BARANG PALSU DI INDONESIA BAB III FENOMENA PERDAGANGAN BARANG PALSU DI INDONESIA Dalam bagian bab III ini akan lebih membahas tentang fenomena-fenomena perdagangan barang palsu yang berkaitan erat dengan hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI RANDY PRASETYO UTOMO NRP : 2100711 Email :randyprasety0@yahoo.com Abstract - Industrial

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, SH, MH, FCBArb Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*).

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*). KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*). Abstrak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah materi baru dalam bidang Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini Hak atas Kekayaan Intelektual (yang biasa disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI sendiri cukup

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undangundang tentang

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI Oleh : Indriana Nodwita Sari I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study, entitled "Effects

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK Oleh: Kadek Agus Bram Rendrajaya Ida Bagus Raidjaya Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK UMKM MELALUI HAK MEREK SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING BERBASIS KREATIVITAS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK UMKM MELALUI HAK MEREK SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING BERBASIS KREATIVITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK UMKM MELALUI HAK MEREK SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING BERBASIS KREATIVITAS Dr. Abdul Atsar, SH, MH Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang

Lebih terperinci

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun; DESAIN INDUSTRI SEBAGAI BAGIAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG HAKI Oleh: Widowati ABSTRAKSI Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh profit. Agar profit dapat diraih biasanya perusahaan melakukan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA MUSIK DALAM BENTUK KASET

PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA MUSIK DALAM BENTUK KASET PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA MUSIK DALAM BENTUK KASET BERDASARKAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Oleh: Ida Bagus Indrawan Dewa Nyoman Rai Asmara Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI). 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang berlangsung sangat cepat, arus globalisasi dan perdagangan bebas serta kemajuan teknologi, telekomunikasi dan informasi telah memperluas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. 1 HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI) Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta intelek (di Malaysia)

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI I. UMUM Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK I. UMUM Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian saksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan

Lebih terperinci