BAB I PENDAHULUAN. peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa Idonesia. Sejak tahun 1950,
|
|
- Sri Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia, di samping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa Idonesia. Sejak tahun 1950, Indonesia telah memungut pajak atas lalu litas barang di dalam masyarakat, yaitu Pajak Peredaran (Barang) yang dalam tahun 1951 diganti dengan Pajak Penjualan. Pajak ini dipertahankan sampai tahun 1985, untuk kemudian diganti dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun Pajak tersebut secara tidak langsung memberikan hasil yang berarti bagi kas negara. 1 Namun bentuk pajak tersebut sudah agak ketinggalan dalam masyarakat dengan perkembangan teknologi dan perekonomian yang semakin maju. Seiring bergulirnya era reformasi, paling tidak mengakibatkan perubahan sosial ekonomi, dan ini berakibat pula pada perubahan perpajakan yang pernah dilakukan belum dapat menampung perkembangan dunia usaha. Dalam memenuhi kebutuhan inilah dilakukan penyempurnaan perundangundangan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun Rochmat Soemitro, Pajak Pertambahan Nilai, Edisi Revisi, Bandung: PT. Eresco, 1990, hlm. 1. 1
2 2 Undang-undang ini menitikberatkan pada peningkatan atas kepastian hukum, keadilan, legalitas dan kesederhanaan. 2 Jika ditinjau dari elemen pembentukan harga, terdapat perbedaan pengertian harga berdasarkan pajak (PPN) dengan yang umum yang berlaku di pasar. Misalnya, dalam harga jual, berarti belum termasuk unsur pajak di dalamnya. Sedangkan di pasar, harga adalah keseluruhan elemen (termasuk pajak) yang menentukan harga jual suatu barang, yang siap untuk dijual. Besarnya sama dengan uang yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk memperoleh barang tersebut. Namun demikian, persoalan penting yang selalu timbul dalam sistem perpajakan adalah keadilan distribusi beban pajak pada berbagai golongan pendapatan dalam masyarakat. Pada umumnya keadilan dalam sistem pajak selalu didasarkan pada tolok-ukur kemampuan seseorang untuk membayar pajak, atau dengan kata lain didasarkan pada tingkat pendapatan atau pengeluarannya. Idealnya, sistem pajak yang ada dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin besar proporsi beban pajak yang harus ditanggungnya. Tidak sebaliknya, Peningkatakan pajak malah mengakibatkan beban rakyat bertambah. Seperti terlihat dari rencana penerimaan pajak tahun Salah satu sumber peningkatan penerimaan adalah rencana mencabut pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas barang strategis seperti listrik. Dampaknya dapat ditebak, 2 Dewan Redaksi Sinar Grafika, PPN (Pajak Pertambahan Nilai), Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. v.
3 3 pembengkakan tagihan rekening pada masyarakat. Ini melengkapi penderitaan atas kenaikan tarif secara berkala, dan jelas-jelas yang paling kena imbasnya adalah masyarakat miskin. Peluang itu terbuka, jika PPN ditinjau dari keadilan distribusi beban pajak. Pengenaan tarip pajak yang sama untuk setiap jenis komoditi menyebabkan golongan masyarakat berpendapatan rendah terkena proporsi beban pajak yang sama atau justru lebih tinggi dibandingkan dengan golongan masyarakat berpendapatan tinggi. Apabila hal ini terjadi berarti sistem pajak pertambahan nilai justru tidak mencerminkan keadilan. Persoalan lain yang timbul, pajak selalu menjadi pemusatan dan pengumpulan kekayaan di ibukota negara, provinsi, kabupaten dan kota. Pajak ditarik ke ibukota dahulu, sehingga selalu menyita waktu untuk segera disalurkan kepada pembangunan. Parahnya, dana yang seharusnya masuk kembali ke pos pembangunan selalu lebih kecil daripada kontribusi rakyat, belum persoalan lain seperti dikorupsi. Ditambah sistem perbankan yang masih berbasis riba, maka akumulasi pembayaran pajak menimbulkan peluang korupsi terselubung. Misal, memanfaatkan selisih suku bunga riil dengan asumsi suku bunga rata-rata di APBN/ APBD. Namun demikian, belum ada kebolehan atau tidaknya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Islam. Dalam Islam, hanya hal-hal tertentu saja yang dikenai pajak, itupun dengan asas keadailan dan kesadaran. Sekadar contoh, adanya syarat kerelaan hati para pembayar pajak. Jenis-jenis pnugutan yang dikenal Islam adalah; zakat, jizyah (pungutan bagi kafir dzimmi) atau kharaj (pungutan atas tanah pertanian) dan usyur (cukai dan bea-bea).
4 4 Kharaj bisa juga dikatakan sebagai hasil bumi yang dikenakan pajak atas tanah yang dimiliki oleh non muslim. 3 Zakat, jizyah, dan kharaj hanya berlaku untuk kalangan tertentu. Negara pun mengambilnya dengan cara yang baik, yakni mendoakan para pembayarnya, sebagaimana Firman Allah: خذ من اموالهم صدقة تطهرهم وتزآيهم بها وصل عليهم ان صلوتك سكن لهم, واالله سميع عليم. (التوبة: ١٠٣) Artinya : ''Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-taubah: 103) 4 Pada masa Nabi, pajak adalah cara terakhir untuk mengisi kas negara. Hanya di saat kas negara hampir kosong, sementara kebutuhan (kewajiban) sangat mendesak dan tidak akan terpenuhi kalau hanya mengandalkan pos biasa seperti zakat yang dibayar per tahun, baru negara memungut pajak. Peristiwa ini terjadi pada saat Perang Tabuk menghadapi provokasi Imperium Romawi. Kemudian pada masa Umar bin Khattab, ketika melihat lembah subur daerah Irak yang dapat dikuasi umat Islam. Umar membiarkan rakyat mengggarapnya, dengan kewajiban kharaj (pajak) atas tanah yang ditanami, dan membayar jizyah. Kharaj dan jizyah itu dikumpulkan dan kemudian dimasukkan ke bait al-mal (kas negara). 5 Atau ketika Khalifah Daulah Abbasiyah, pasca perang dengan pasukan Tartar. 3 Irfan Mahmud Ra na, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khatab, Yogyakarta: Pustaka Firdaus, 1992, hlm Tim Penyelenggara Penterjemah al-qur'an, al-qur`an dan Terjemahnya, Medinah: Mujamma al-malik Fahd li Thiba at al-mushaf al-syarif, 1418 H., hlm Harun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, hlm. 548.
5 5 Ketika pemerintahan baru berkuasa, kemudian memungut pajak atas anjuran dari ulama, karena semua aset milik negara dan pejabat negara telah dijual. Dari sini, jelaslah bahwa dalam Islam meski memberi peluang pengenaan pajak bagi rakyat, tapi sifat, kriteria dan syaratnya sangat selektif. Maka berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terhadap Pajak Pertambahan Nilai dalam perspektif Islam. Secara spesifik pusat perhatiannya pada Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi sekilas di atas, permasalahan yang menjadi perhatian untuk diteliti dan dicari jawabannya adalah: 1. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN)? 2. Bagaimana implikasi penerapan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah? C. Tujuan Penelitian Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
6 6 2. Untuk mengetahui implikasi penerapan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah. D. Telaah Pustaka Dalam pembacaan penulis selama ini, telah banyak kajian-kajian yang mencoba membedah persoalan penerapan Pajak Pertambahan Nilai. Namun belum ada yang menggunakan perspektif Islam. Untuk memperjelas di mana posisi penelitian ini di hadapan tulisan-tulisan atau penelitian-penelitian yang telah ada, berikut ini penulis ilustrasikan tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan tema yang penulis angkat. Wirasman B. Ilyas dan Waluyo dalam bukunya, Perpajakan Indonesia, mencoba memberikan argumentasi; mengapa suatu barang dapat terkena pajak, begitu juga jasa. Dalam buku ini juga dibedakan jenis barang dan jasa yang dikennai pajak dan tidak. Di samping memaparkan objek pajak, tarif, dasar pengenaan pajak, cara menghitung PPN dan PPn Barang Mewah dan saat dan tempat pajak terutang. 6 Kemudian, Rochmat Soemitro dalam bukunya, Pajak Pertambahan Nilai. Dalam buku ini diuraikan latar belakang pungutan Pajak Pertambahan Nilai. Soemitro juga mengidentifikasi masalah-masalah yang akan timbul 6 Wirawan B. Ilyas dan Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2000.
7 7 dengan diberlakukannya Pajak Pertamabahan Nilai baik bagi pengusaha maupun oleh konsumen/pembeli. 7 Kemudian Masdar F. Mas udi dalam bukunya Agama Keadilan; Risalah Zakat dan Pajak dalam Islam, mengajak bagaimana menghayati bahwa pajak bukanlah sebagai piutang negara, melainkan sebagai amanat Tuhan (bagi cita keadilan dan kemaslahatan semesta) atas pundak negara. Itulah pajak yang di dalamnya ada ruh zakat. Mas udi meruntut sejarah sejak dipisahkannya zakat dari pajak, maka sekularisme de facto dalam kehidupan sosial umat Islam praktis terjadi. 8 Dari deskripsi di atas, maka penelitian ini akan melihat lebih spesifik pandangan hukum Islam terhadap Undang-undang Nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah. Tanpa a priori penulis berkesimpulan selama ini belum ada kajian yang secara utuh (terpadu) membedah persoalan yang akan penulis angkat. E. Metode Penelitian Dalam penulisan ini penulis lebih menitikberatkan metode kualitatif pada analisa yuridis sosiologis. Maka proses penyimpulan data lebih 7 Rochmat Soemitro, loc.cit. 8 Masdar F. Mas udi, Agama Keadilan; Risalah Zakat dan Pajak dalam Islam, Jakarta: P3M, 1993.
8 8 ditekankan pada kajian dan studi literatur. Adapun kerangka metodologisnya mengikuti langkah-langkah: 1. Metode Pengumpulan Data Dalam metode ini data-data tertentu sebagai langkah awal dan lanjutan dalam penyusunan skripsi yang merupakan studi pustaka. (library research), di mana hal ini dilakukan dengan cara pengumpulan data pada beberapa buku, seperti Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai, sebagai data primer. Adapun sebagai data sekundernya dengan menggunakan beberapa buku seperti; Agama Keadilan: Pajak dalam Islam, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar bin Khatab, Kitab al- Kharaj, Bidayah al-mujtahid. Di samping itu juga menggunakan jurnal perpajakan, makalah-makalah serta tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan masalah yang diangkat. 2. Metode Analisa Data Sebagai kelanjutan dari pengumpulan data adalah penyusunan dan penganalisaan data tersebut untuk menjawab permasalahan yang ada. Metode yang penulis gunakan adalah: a. Metode deskriptif Metode ini menggambarkan keadaan atau status fenomena untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan suatu obyek. 9 Dalam hal ini Undang-undang No. 18 tahun 2000 tentang 9 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Peress, Cet. II, 1985, hlm. 63.
9 9 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dipaparkan dengan apa adanya. Kemudian dianalisa untuk memperhatikan sisi-sisi data yang memang memerlukan analisa lebih lanjut. b. METODE DEDUKTIF YAITU SUATU CARA ATAU JALAN YANG DIPAKAI UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN ILMIAH DENGAN BERTITIK TOLAK DARI PENGAMATAN ATAS HAL-HAL ATAU MASALAH YANG BERSIFAT UMUM, KEMUDIAN MENARIK KESIMPULAN YANG BERSIFAT KHUSUS. 10 HAL INI DILAKUKAN KARENA KAJIAN INI BERTOLAK PADA DISKURSUS NORMA HUKUM. TUANGAN INI DIELABORASIKAN PADA BAB II YAITU UNTUK MENGETAHUI KETENTUAN PAJAK DALAM ISLAM DAN PADA BAB III, YAITU TENTANG PPN DAN PPN BM. c. Metode induktif Yaitu suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. 11 Metode ini penulis gunakan terutama dalam bab IV, yaitu untuk menganalisis PPN dalam perspektif hukum Islam. 10 SUDARTO, METODOLOGI PENELITIAN FILSAFAT, JAKARTA: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 1997, HLM Ibid., hlm. 57.
10 10 F. Sistematika Penulisan Dalam rencana penulisan ini, akan disusun dalam lima bab. Hal ini dimaksudkan agar mampu memberikan gambaran yang utuh dan terpadu mengenai masalah yang akan diteliti yaitu tinjauan hukum Islam terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Bab pertama, merupakan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian yang sekaligus berfungsi sebagai argumentasi. Selain itu dikemukakan juga mengenai kajian pustaka yang dengan cara ini akan diketahui di mana posisi penelitian ini di hadapan karya-karya terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi ketentuan tentang pajak (kharaj) dalam Islam yang meliputi pengertian dan dasar hukum kharaj, sistem pelaksanaan kharaj, peranan dan tujuan adanya kharaj, sekilas tetang zakat dan ketentuan pelaksanaannya. Bab ketiga akan memaparkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang memuat; pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan sejarahnya, dasar hukumnya, mekanisme pemungutan, sifat, tipe dan prinsip pemungutan dan objek pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah. Bab keempat merupakan analisis yang akan memaparkan tinjauan hukum Islam terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Kemudian implikasi
11 11 penerapan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serta PPN sebagai kebijakan fiskal. Bab kelima adalah penutup. Hasil pembahasan dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam bagian kesimpulan yang merupakan penegasan jawaban pokok problematika yang diangkat dan asumsi-asumsi yang pernah diutarakan sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN. material inilah yang disebut dengan sejahtera. Dalam upaya mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan merupakan tujuan utama kehidupan manusia. Manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh keinginan dan kebutuhannya terpenuhi, baik dalam aspek material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka 1997,Hlm Bintang, cet VII, jakarta, 1995,h.10
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk memudahkan dan menghindari perbedaan persepsi dalam memahami maksud skripsi ini, maka penulis memberikan penjelasan secara singkat tentang pengertian yang dimaksud
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
134 Alasan mendasar mengapa Al-Qur'an menetapkan ancaman yang begitu keras terhadap riba adalah bahwa Islam hendak menegakkan suatu sistem ekonomi di mana semua bentuk eksploitasi dihapuskan. Dan sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup suatu negara merupakan kelangsungan bagi masyarakatnya. Untuk memenuhi kelangsungan hidup suatu negara diperlukan dana untuk membiayainya. Dana
Lebih terperinciBAB III PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DALAM UNDANG-UDANG NO. 18 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG
BAB III PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DALAM UNDANG-UDANG NO. 18 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Lebih terperinciHAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI
HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam jurusan Syariah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta NAMA
Lebih terperinciPELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)
PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masih banyak terdapat anggapan bahwa islam menghambat kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat pembangunan. Pandangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONSEP ZAKAT DAN PAJAK DALAM PEMIKIRAN MASDAR FARID MAS UDI. A. Analisis Terhadap Konsep Zakat dan Pajak Dalam Pemikiran Masdar Farid
63 BAB IV ANALISIS KONSEP ZAKAT DAN PAJAK DALAM PEMIKIRAN MASDAR FARID MAS UDI A. Analisis Terhadap Konsep Zakat dan Pajak Dalam Pemikiran Masdar Farid Mas udi Pada awal Islam ada kejelasan dalam kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, prosentasenya mencapai 88%. Bahkan merupakan jumlah muslim terbesar di dunia. Berkaitan dengan harta dan penghasilan umat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya terdapat berbagai ras, suku, dan budaya dengan bermacam-macam pekerjaan dan kegiatan usaha. Negara mempunyai
Lebih terperinci1 Republika, Menyikapi Perkembangan Ekonomi Dunia, Juni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan perekonomian di negara maju dan negara berkembang sedang teruji kematangannya. Hal ini disebabkan oleh krisis global yang melanda seluruh kalangan negara di
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK (KHARAJ) DAN ZAKAT DALAM ISLAM. pada tanah yang ditaklukkan dengan kekuatan senjata, terlepas dari apakah si
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK (KHARAJ) DAN ZAKAT DALAM ISLAM A. Pengertian Kharaj Secara etimologis kharaj adalah sejenis pajak yang dikeluarkan pada tanah yang ditaklukkan dengan kekuatan senjata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai suatu benda yang keberadaannya merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Hal ini dapat dilihat hampir semua aktivitas manusia berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.
4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri Dengan adanya perkembangan dalam masyarakat, sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat.dengan demikian, negara diharapkan memiliki penghasilan yang cukup dalam membiayai kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan timbul karna kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Memungkinkan daerah untuk mengatur rumah tangga daerahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam Islam. Zakat disebutkan dalam Alquran sebanyak 35 kali, yang dalam 27 diantaranya penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan iuran kepada negara. Sebuah iuran yang wajar, mengingat negara dan mereka yang membayar iuran sesungguhnya saling membutuhkan. Kontraprestasi yang diterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemungutan serta pengelolaan pajak dibagi menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah suatu pajak yang dikelola dan dipungut oleh Negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia. Pentingnya pajak bagi negara dapat dilihat dari peran utama pajak sebagai instrumen utama
Lebih terperinciDefinisi Keuangan Negara
KEUANGAN NEGARA Keuangan negara mengurus masalah keuangan seperti penerimaan, pengeluaran, dan utang jawatan negara. Definisi Keuangan Negara Bastable: "Keuangan negara mengurus pengeluaran dan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semenjak kemunculnya pada tahun Walaupun perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena perbankan syariah di Indonesia kini semakin gencar semenjak kemunculnya pada tahun 1992. Walaupun perkembangannya tergolong lambat bila dibanding dengan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan sektor nonmigas. Dalam 5 (lima) tahun terakhir, peran penerimaan. tahun 2004 menjadi 74,9% pada tahun 2009.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang mendapatkan sumber terbesar dari penerimaan pajak. Komposisi pendapatan Negara lebih bertumpu pada sumber sumber penerimaan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan seluruh aktivitasnya membutuhkan manusia lain untuk saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan di sebuah Negara, manusia merupakan organ terpenting yang harus ada. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. 1. dari swasta kepada sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang sangat potensial untuk pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pertahanan dan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas belum berjalan sepenuhnya. Akan tetapi aroma persaingan antar perusahaan barang maupun jasa, baik di dalam negeri maupun antar negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat tidak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah semata yang diwajibkan kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi lebih dari pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciSKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG
SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Penerimaan negara dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai
65 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian tesis ini dilakukan di Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Lebih terperinciS U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A
S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A RU RRY A NDRYA NDA S T I A B A N T E N 2 0 1 6 1 APARATUR NEGARA Negara memerlukan dana yang cukup untuk membiayai pengeluarannya, baik yang sifatnya rutin maupun
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK
1 TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang tinjauan umum hukum pajak di Indonesia. B. Khusus o Mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman maka semakin tinggi tingkat problematika sosial yang terjadi. Di zaman yang yang semakin berkembang bukan hanya masalah hukum yang menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Soemitro (1990:5, dalam Waluyo, 2010:3) pajak didefinisikan sebagai iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan kepada kas Negara
Lebih terperincibunyi Pasal 23A UUD 1945, yaitu Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. 2 Pemungutan pajak m
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang, Indonesia tengah menggalakkan pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan bidang ekonomi, sosial budaya, hukum dan lain-lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakankebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakankebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan suatu fenomena yang selalu berkembang
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TINJAUAN YURIDIS BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (Tinjauan Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2 Konsumen sebagaimana yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa asing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan perpajakan, Wajib Pajak tidak memperoleh imbalan secara langsung atas pembayaran pajak yang di lakukannya. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah tipe negara yang berbentuk welfare state modern (negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konstitusi Indonesia, UUD 1945, telah mengatur bahwa negara Indonesia adalah tipe negara yang berbentuk welfare state modern (negara kesejahteraan modern) yang mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara dari hibah, baik dalam negeri maupun di luar negeri. 1. dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memiliki pemerintahan
Lebih terperinciDASAR-DASAR PERPAJAKAN
DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber-sumber pendapatan negara yang digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai suatu negara yang senantiasa menjalankan rumah tangganya, Indonesia memiliki sumber-sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.
Lebih terperinciANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO
ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK No. 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam kewajiban zakat memiliki makna yang sangat fundamental.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam kewajiban zakat memiliki makna yang sangat fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek Ketuhanan 1, zakat juga erat kaitannya dengan aspek sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Pemungutan. pajak digunakan untuk membiayai semua pengeluaran yang dikeluarkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Pemungutan pajak digunakan untuk membiayai semua pengeluaran yang dikeluarkan negara guna mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT
ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan bagian dari Rukun Islam, sehingga zakat merupakan salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap muslim, ada pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. Penerimaan Negara yang terdiri atas penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dapat dilihat pada Anggaran Pendapatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan negara yang penting dan strategis bagi negara. Penting dan strategisnya peran sektor perpajakan dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak pemerintah gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi
Lebih terperinciPAJAK PERTAMBAHAN NILAI JILID 2
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI JILID 2 Penulis: Mohammad Yamin, SE., Ak. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di segala bidang, dan juga guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun belakangan ini, nampak adanya kemajuan yang sangat berarti bagi pembangunan di bidang ekonomi, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
Lebih terperinciPerpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI
Perpajakan I Modul ke: Pengantar Perpajakan Fakultas 01FEB Dra. Muti ah, M.Si Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam menjalankan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KOTA MAKASSAR (STUDI DI DISPENDA KOTA MAKASSAR)
IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KOTA MAKASSAR (STUDI DI DISPENDA KOTA MAKASSAR) Oleh: ISMAIL Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MANAN SAILAN Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penerimaan Pajak Diperkirakan Rp 604 Triliun, diunduh tanggal 30 Mei 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Meningkatnya kebutuhan pembangunan untuk mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN, PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara cumacuma)
8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara cumacuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan defenisi dari laporan keuangan yaitu catatan informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan berguna untuk memberikan gambaran atau informasi keuangan yang lengkap mengenai jenis dan jumlah setiap aset, kewajiban, dan ekuitas serta jenis dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP EFEKTIVITAS PENGUMPULAN PPN DALAM PENDAPATAN PAJAK DI KANTOR KPP PRATAMA SEMARANG BARAT A.
BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP EFEKTIVITAS PENGUMPULAN PPN DALAM PENDAPATAN PAJAK DI KANTOR KPP PRATAMA SEMARANG BARAT A. Analisis Efektivitas Pengumpulan PPN dalam Pendapatan Pajak
Lebih terperinciMEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA
MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara
Lebih terperinciMUZAKKI DI KALANGAN SAHABAT RASULULLAH SAW. Oleh: M. Yakub Amin
MUZAKKI DI KALANGAN SAHABAT RASULULLAH SAW Oleh: M. Yakub Amin Muzakki bermakna orang-orang yang telah sampai ketentuan wajib zakat kepadanya sebagaimana yang ditetapkan dalam syariat Islam yaitu terpenuhinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fasilitas-fasilitas umum yang disediakan pemerintah melalui kegiatan. pembangunan yang pendanaannya berasal dari penerimaan pajak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga manusia akan meninggalkan dunia ini tanpa membawa suatu apapun juga. Dia lahir ke dunia dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewujudkan kesejahteraan umum yang adil dan merata merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah berkesinambungan untuk meningkatkan
Lebih terperinciISSN Rudy. STIE Gentiaras Bandar Lampung
ISSN 2086-9592 ANALISIS PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DAN PEMBUKUAN DENGAN STATUS PKP DAN STATUS nonpkp TERHADAP PPh DAN PPN PENGUSAHA KECIL PADA TOKO REJEKI LAMPUNG Rudy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang berkesinambungan pada berbagai bidang merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya
Lebih terperinci