BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai informasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai informasi"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang pola pelaksanaan Praktikum Kimia Analitik Instrumen dan hasil belajarnya yang selama ini berlangsung. Pelaksanaan praktikum kimia umumnya termasuk Kimia Analitik Instrumen di jurusan Pendidikan Kimia di suatu Universitas Negeri di Semarang diawali dengan pengumpulan laporan dan mengecek kehadiran mahasiswa, tes awal, dilanjutkan praktikum sesuai buku panduan praktikum (bersifat verifikatif), dan diakhiri dengan pelaporan data pengamatan. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan mahasiswa melakukan praktikum, termasuk di dalamnya penguasaan konsep, dan pengetahuan tentang prosedur kerja. Tes awal ini sering dilakukan secara tertulis karena sebagian besar waktu dosen digunakan untuk mengoreksi laporan praktikum yang harus segera dikembalikan, sedangkan tes akhir dilakukan secara tertulis pada pertemuan terakhir sesudah semua praktikum selesai. Penilaian terhadap laporan praktikum belum menggunakan kriteria yang diketahui mahasiswa, sehingga kurang memberi feedback berkesinambungan. Tabel 4.1 menunjukkan rangkuman pelaksanaan praktikum yang selama ini dilakukan, di mana ditemukan kelemahan eksplanasi mahasiswa selama mengikuti praktikum Kimia Analisis Instrumen. 85

2 Tabel 4.1 Tahap Pelaksanaan Praktikum yang sudah Baku No Langkah Deskripsi pembelajaran 1 Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok (Grup A: kelompok 1-6, dan grub B kelompok 7-12) 2 Latihan menggunakan instrumen 3 Pretes (tertulis atau lisan) 4 Pelaksanaan praktikum ke-1 dan 2 Latihan menggunakan instrumen seperti: spectronic 20, UV-Vis, AAS, dan konduktometer, dan kalibrasi ph meter Pretes dilakukan sebanyak 3 kali untuk 6 judul/materi praktikum. Tiap kelompok 2 judul praktikum. Materi yang dipraktikum tiap kelompok sesuai pretes. Setiap kali praktikum ada 6 judul untuk 6 kelompok. Setiap minggu judul materi praktikum diputar. 5 Postes Dalam bentuk tertulis untuk semua materi Untuk mengetahui hasil belajar dengan pola pelaksanaan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.1 dilakukan tes awal guna mengetahui kesiapan mahasiswa dalam melakukan praktikum, dan catatan lapangan untuk menilai eksplanasi mahasiswa. Soal-soal yang diberikan dalam tes awal meliputi prinsip dasar metode, manfaat komponen peralatan/instrumen, dan maksud langkah dalam prosedur. Sementara itu selagi mahasiswa melaksanakan praktikum dan melaporkan data pengamatan, ditanyakan secara lisan konsep dasar praktikum, gejala yang diamati, dan data pengamatan yang dihasilkan. Selanjutnya dalam hal penulisan laporan tampak adanya kelemahan dalam menghubungkan antara data pengamatan, pembahasan, dan kesimpulan. Tabel 4.2 menunjukkan rangkuman kelemahan eksplanasi mahasiswa. 86

3 Tabel 4.2. Rangkuman Kelemahan Eksplanasi Mahasiswa dalam Praktikum Kimia Analisis Instrumen No Substansi kajian Hal-hal yang tidak dapat dijelaskan 1 Penentuan disosiasi asam lemah secara potensio metri 2 Penentuan tetapan hidrolisis (K h ) garam, dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (K sp ) - Penentuan titik ekivalen - ph pada setengah titik ekivalen - Pembuatan kurva titrasi - Harga ph pada TAT - Hubungan pka dengan metode penentuan dan harga Ka dari literatur - Tujuan pengukuran ph larutan Pb(NO 3 ) 2 pada berbagai konsentrasi - Daerah ph larutan Pb(NO 3 ) 2 hasil pengamatan - Hubungan antara hasil pengukuran ph larutan jenuh PbSO 4 dan PbI 2 dengan harga K h dan K sp. 3 Titrasi Konduktometri - Penentuan titik ekivalen - Hubungan antara konsentrasi, jenis zat, dan daya hantar larutan. 4 Menentukan banyaknya mol ligan CNS - dalam 3+ kompleks Fe(CNS) 6 secara spektrofotometri 5 Menentukan permanganat dan kromat dalam campuran secara spektrofotometri 6 Menentukan kadar besi dalam perairan dengan AA - Menghitung fraksi mol Fe 3+ - Data pengamatan absorbansi. - Hubungan antara fraksi mol dengan absorbansi - Maksud pengukuran kromat dan permanganat pada λ tertentu - Data pengamatan absorbansi permanganat, kromat, dan campuran - Manfaat penambahan HNO 3 - Data absorbansi larutan standar - Hubungan antara data absorbansi sampel dan kurva kalibrasi - Membedakan antara metode kurva kalibrasi dan metode standar adisi. Hasil belajar praktikum dengan pola pelaksanaan yang selama ini dilaksanakan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.2 ternyata baru meningkatkan pengembangan keterampilan dasar melaksanakan eksperimen, sedangkan untuk peningkatan penguasaan konsep sebagaimana diharapkan dalam kurikulum mata kuliah praktikum kimia analitik belum dapat dicapai 87

4 (Haryani, 2008). Di samping itu pada umumnya mahasiswa kurang mampu mengeksplorasi apa yang dilakukan, serta kurang mampu menjelaskan gejala yang diamati atau kemampuan mengobservasinya kurang. Tabel 4.3 menunjukkan rangkuman kelemahan eksplanasi mahasiswa secara kuantitatif yang menunjukkan capaian hasil dengan pola pelaksanaan praktikum yang selama ini dilakukan. Tabel 4.3. Rerata Nilai Eksplanasi No Substansi kajian Rerata nilai aspek Eksplorasi prosedur Kemampuan mengobservasi 1 Potensiometri a. Penentuan tetapan keasaman secara potensiometri b. Penentuan K h dan K sp 2 Spektrofotometri Vis a. Menentukan banyak-nya mol ligan CNS - dalam kompleks Fe(CNS) 3-6 secara spektrofotometri b. Menentukan perma- nganat dan kromat dalam campuran seca-ra spektro-fotometri 3 Spektrometri Serapan Atom Menentukan kadar besi dalam perairan dengan AAS 4 Konduktometri Penentuan titik ekivalen secara titrasi konduktometri Penguasaan Konsep Rerata Total

5 66 64 Rerata Nilai Eksplorasi prosedur Kemampuan mengobservasi Penguasaann Konsep Substansi Kajian Gambar 4.1. Rerata Nilai Keterampilan Dasar Praktikum dan Penguasaan Konsep Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Keterangan: 1. potensiometri, 2. spektrometri UV-Vis, 3. AAS, 4. konduktometri Rerata eksplanasi mahasiswa (Gambar 4.1) sebagai hasil belajar praktikum Kimia Analitik Instrumen terendah pada analisis dengan metode potensiometri, tertinggi dengan metode konduktometri. Rerata nilai penguasaan konsep (konsep dasar) juga rendah, bahkan terendah dibanding esksplanasi dan kemampuan mengobservasi, meskipun matakuliah praktikum ini dilakukan sesudah mata kuliah Kimia Analisis Instrumen dalam bentuk teori di kelas. Keterampilan menggunakan alat seperti ph meter, konduktometer, dan spectronic 20 pada umumnya bisa dikuasai mahasiswa, sedangkan untuk pemakaian AAS didampingi pemandu/ /teknisi. Secara keseluruhan pencapaian hasil belajar praktikum selain keterampilan menggunakan instrumen, relatif masih rendah. Oleh sebab itu perlu dirancang suatu praktikum yang di samping meningkatkan keterampilan dasar menggunakan 89

6 instrumen, juga yang mampu meningkatkan penguasaan konsep serta meminimalkan kelemahan-kelemahan yang selama ini berlangsung. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengubah pola penggunaan panduan praktikum yang bersifat verivikatif, dengan mengajak mahasiswa untuk bisa memecahkan masalah. Melalui pemecahan masalah diharapkan kemampuan mahasiswa untuk benar-benar mampu menemukan fakta, serta konsep sebagai hasil temuannya sendiri bisa terwujud. Hal ini perlu dilakukan, di samping merujuk berbagai pendapat tentang lemahnya panduan praktikum verifikasi dan perlunya peningkatan pemecahan masalah melalui praktikum, juga sesuai karakteristik praktikum Kimia Analitik Instrumen sebagai ilmu untuk menyelesaikan masalah. Bransfort, et al., dan Wolfock (dalam Tan, 2003) menyatakan bahwa selama pemecahan masalah, peluang mahasiswa untuk mengidentifikasi masalah, mengelaborasi informasi dari berbagai sumber, serta memilih dan mengevaluasi prosedur akan dapat dikembangkan. Peluang-peluang tersebut merupakan bagian dari indikator metakognisi. Lebih lanjut, Kuhn dan Dean (2004) menyatakan bahwa metakognisi mahasiswa penting untuk dikembangkan, karena mahasiswa akan mampu mengontrol proses pemecahan masalah sendiri selagi dihadapkan suatu tugas pembelajaran tertentu. Dengan demikian, jika metakognisi mahasiswa berkembang melalui pembelajaran praktikum yang memberi kesempatan mahasiswa untuk memecahkan masalah, maka diharapkan kelemahan mengeksplanasi langkah-langkah dalam prosedur, maupun dalam menjelaskan apa yang dilakukan serta gejala yang teramati dapat diminimalkan. Mahasiswa 90

7 akan tumbuh kesadarannya untuk mengidentifikasi dan mengelaborasi informasi, serta mengevaluasi prosedur. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pembelajaran yang memberi kesempatan mahasiswa untuk memecahkan masalah. 2. Karakteristik Praktikum Kimia Analitik Instrumen Berbasis Masalah Praktikum Kimia Analitik Instrumen dalam penelitian ini dirancang untuk mengembangkan metakognisi dan penguasaan konsep calon guru kimia melalui pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah open-ended yang harus diselesaikan dalam suatu kegiatan praktikum menggunakan instrumen yang ada di laboratorium. Masalah open-ended yang diturunkan dari pembelajaran berbasis masalah digunakan sebagai stimulus pembelajaran. Selagi mahasiswa dihadapkan pada masalah, maka mahasiswa akan berusaha mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, mengidentifikasi dan mengelaborasi informasi, dan juga harus memilih atau menentukan prosedur. Prosedur dapat dirujuk baik dari text book, laporan penelitian, maupun akses internet. Dosen menginformasikan rambu-rambu yang harus ditulis mahasiswa dalam proposal proyek praktikum, laporan hasil proyek praktikum, serta presentasi secara kelompok. Metakognisi diukur melalui tes bentuk uraian, kuesioner, dan wawancara tidak terstuktur pada setiap tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran diadaptasi dari Pasha (2006), Adami (2006), dan Shamford (2003) yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, sedangkan tema masalah yang diberikan ditampilkan lampiran 1. Materi yang diberikan meliputi spektrofometri (UV-Vis, AFS, dan AAS) dan HPLC. Pembelajaran praktikum dengan HPLC 91

8 digunakan simulasi virtual JCE, 2 D, 2 yang dilengkapi contoh pengukuran menggunakan HPLC oleh 2 orang mahasiswa. Pada awalnya mahasiswa mengkaji masalah open ended yang diberikan, mengidentifikasi materi/konsep yang mendukung. Selanjutnya mahasiswa membuat proposal/rancangan pemecahan masalah dan dilanjutkan kegiatan praktikum di laboratorium. Dosen sebagai fasilitator mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan sehingga mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengelaborasi persamaan dan perbedaan berbagai konsep baik dalam spektrometri maupun HPLC. Mahasiswa dalam kelompok harus memilih dan memutuskan prosedur yang akan digunakan, serta harus mengevaluasi dan mengembangkan prosedur selama proses pembelajaran di laboratorium maupun pada saat presentasi hasil. Mahasiswa dalam kelompok lain akan memperoleh berbagai informasi tersebut pada saat presentasi hasil, serta dari laporan hasil proyek. Dengan demikian semua aktivitas dalam PBL mulai mengkaji masalah sampai dengan mempresentasikan hasil penyelesaian masalah menyebabkan metakognisi mahasiswa berkembang. Pengembangan metakognisi mahasiswa tersebut teridentifikasi dari indikator metakognisi seperti mengidentifikasi informasi, mengelaborasi informasi, serta memilih dan mengevaluasi prosedur. Pada pengembangan dan penerapannya maka karakteristik pembelajaran praktikum kimia analitik berbasis masalah secara umum meliputi tahap pembelajaran, pelaksanaan praktikum, dan pengukuran sebagai berikut. 1) Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah open-ended yang memuat konten dari materi spektrometri dan HPLC. 92

9 2). Tahap pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Instrumen berbasis masalah yang dimplementasikan meliputi: (1) mengorientasi mahasiswa pada masalah, dalam hal ini mengidentifikasi masalah yang akan diselidiki, (2) mengorganisasi mahasiswa untuk belajar, mahasiswa mengeksplorasi ruang lingkup permasalahan serta membuat rancangan penelitian, (3) membimbing penyelidikan kelompok, menggabungkan informasi yang diperoleh (4) menyajikan hasil proyek penelitian, mempresentasikan hasil (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, evaluasi dosen, dan self reflection. 3). Praktikum menekankan pada pemecahan masalah atau masalah sebagai titik tolak pembelajaran untuk membangun konsep dan mengembangkan metakognisi. Wawancara tidak terstruktur yang berupa pertanyaan-pertanyaan pada setiap langkah dalam PBL dimaksudkan untuk membantu meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan metakognisi. Metakognisi yang dapat dikembangkan pada setiap langkah dalam PBL antara lain menyatakan tujuan, menyadari bahwa tugas yang harus diselesaikan membutuhkan banyak referensi, mengidentifikasi dan mengelaborasi informasi, serta memilih dan mengevaluasi prosedur. Selengkapnya indikator metakognisi yang berkembang melalui pembelajaran praktikum Kimia Analitik Instrumen berbasis masalah ditunjukkan pada Tabel ). Model pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan praktikum di laboratorium kimia menggunakan peralatan utama AAS, AES, dan UV-Vis, sedangkan untuk HPLC menggunakan simulasi komputer (virtual laboratory) dalam 93

10 hal ini simulasi JCE HPLC 3D,2 yang merupakan salah satu software simulasi laboratorium virtual HPLC yang umum digunakan sebagai pengganti praktikum. Untuk mengurangi ketertinggalan software ada 2 mahasiswa yang diikutkan praktik langsung di laboratorium yang memiliki HPLC, sehingga bisa mengukur sampel yang telah disiapkan sebelumnya, dan mengambil gambar dalam setiap langkah pengukuran. 5). Informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah dikumpulkan melalui aktivitas individu dan kelompok. Aktivitas kerja kelompok dapat terjadi ketika mahasiswa mulai merancang proposal utamanya menentukan prosedur, melakukan penelitian, membuat laporan, mempresentasikan hasil, dan mempersiapkan poster. Pengumpulan informasi secara individu terjadi ketika mahasiswa membaca buku-buku dan artikel hasil penelitian, mengakses internet, wawancara tidak terstruktur pada setiap langkah pembelajaran, dan presentasi hasil proyek. 6). Pengukuran metakognisi dilakukan melalui tes bentuk uraian, kuesioner atau lembar penilaian diri sebagaimana banyak dilakukan para peneliti. Wawancara tidak terstruktur dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan arahan di setiap tahap pembelajaran berbasis masalah di samping untuk mengungkap metakognisi yang terjadi juga untuk mendukung pengembangan metakognisi itu sendiri. Karakteristik pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Instrumen berbasis masalah sebagaimana diuraikan di atas digambarkan dalam bentuk bagan seperti terlihat pada Gambar 4.2. Melalui wawancara tidak terstruktur di setiap langkah 94

11 pembelajaran akan menumbuhkan kesadaran mahasiswa baik secara individual maupun kelompok untuk mengatur, mengontrol, dan mengevaluasi proses berpikirnya sehingga meningkatkan penguasaan konsep dan metakognisi. Pengembangan metakognisi ini secara kualitatif ditunjukkan dari pengukuran hasil kuesioner, serta hasil wawancara tidak terstruktur. Secara kuantitatif, dari hasil tes bentuk uraian dengan indikator metakognisi. Pelaksanaan tes dan pengisian kuesioner dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran praktikum. Penguasaan konsep diukur dari hasil tes bentuk uraian pada awal dan akhir pembelajaran praktikum Masalah open ended Aktivitas kelompok/ individual Diskusi kelas Aktivitas kelompok/individual Wawancara tidak terstruktur Kegiatan laboratorium Rancangan proposal Aktivitas kelompok/individual Pengembangan metakognisi dan peningkatan penguasaan konsep Gambar 4.2. Karakteristik Pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Instrumen Berbasis Masalah 95

12 Tabel 4.4. Langkah Pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Instrumen Berbasis Masalah Langkah Deskripsi Metakognisi Pendahuluan Demostrasi penggunaan instrumen Tahap 1: Orientasi permasalahan dalam praktikum 1. Diskusi kontrak perkuliahan: penjelasan mengapa PBL digunakan dalam perkuliahan praktikum, penjadwalan, dan penilaian 2. Pembentukan kelompok 3-4 mahasiswa perkelompok, menentukan peran anggota tim dalam kelompok, pemberian masalah 1. Mahasiswa dilatih menggunakan alat atau instrumen seperti: spectronic 20, UV-Vis, AAS, ph meter. Untuk instrumen HPLC menggunakan program flash praktikum analitik instrumen 2. Mahasiswa melakukan praktikum penentuan kadar besi dalam sampel air menggunakan spektrofotometer UV-Vis sesuai petunjuk praktikum yang telah disiapkan. Sampel disediakan dari laboratorium 3. Dosen dan asisten membimbing mahasiswa melakukan praktikum mulai pembuatan pereaksi, pembuatan larutan standar, preparasi sampel, pembuatan kurva kalibrasi, dan perhitungan kadar besi. Mahasiswa dalam kelompok melaporkan data pengamatan, 1 minggu kemudian mengumpulkan laporan 4. Dosen memberikan pretes secara tertulis dalam bentuk soal uraian untuk mengungkap penguasaan konsep dan metakognisi awal, serta memberikan kuesioner untuk mendukung hasil tes metakognisi 1. Mahasiswa dalam kelompok diberi masalah terkait penentuan kadar suatu zat dengan peralatan yang tersedia. Mahasiswa diminta untuk menyelesaikan masalah dalam suatu kegiatan proyek penelitian laboratorium yang diusahakan melalui rujukan baik dari buku, laporan penelitian, maupun akses internet. 1. Menyatakan tujuan 1. Mengetahui tentang apa, bagaimana, atau mengapa. 1. Menyadari bahwa tugas yang diberikan membutuhkan banyak referensi 2. Menyatakan tujuan, 3. Menyadari kemampuan sendiri dalam mengerjakan tugas 96

13 Tabel 4.4. Langkah Pembelajaran praktikum kimia analitik instrumen berbasis masalah (Lanjutan) Langkah Deskripsi Metakognisi Tahap2: Merancang penyelesaian masalah Tahap 3 Melakukan penyelidikan kelompok 2. Dosen menginformasikan rambu-rambu yang harus ditulis mahasiswa dalam Laporan Hasil Penelitian, dan mempersiapkan untuk presentasi secara kelompok. 1. Mahasiswa mengkaji masalah yang diberikan, mengidentifikasi materi/ konsep yang mendukung, selanjutnya membuat proposal. 2. Dosen bertindak sebagai fasilitator, menyediakan waktu untuk menerima pertanyaan maupun memberikan pertanyaan arahan pada mahasiswa 3. Mahasiswa mencari tambahan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan 1. Mahasiswa mengumpulkan data mulai pengambilan sampel, preparasi sampel, pengumpulan data, dan analisis data. 2. Dosen sebagai fasilitator dalam kegiatan ini, di samping membimbing penyelidikan juga menyediakan waktu untuk menerima pertanyaan maupun memberikan pertanyaan arahan pada mahasiswa, serta mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui kinerja mahasiswa 1. Mengidentikasi informasi 2. Mengelaborasi informasi 3. Mengaplikasikan penguasaannya pada situasi baru 4. Memilih prosedur 5. Mengembangkan prosedur 6. Merancang apa yang akan dipelajari 7. Memikirkan tujuan yang telah ditetapkan 1. Mengaplikasikan penguasaannya pada situasi baru 2. Menginterpretasi data 3. Mengevaluasi prosedur 4. Mengaitkan antara data pengamatan dengan pustaka yang relevan 5. Mengidentifikasi sumber-sumber kesalahan 6. Mengetahui bahwa strategi elaborasi meningkatkan penguasaan 7. Memikirkan bagaimana orang lain memikirkan tugas 8. Menilai pencapaian tujuan 9. Mengtinggii kesalahan 97

14 Tabel 4.4. Langkah Pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Instrumen Berbasis Masalah (Lanjutan) Langkah Deskripsi Metakognisi Tahap 4: Menyajikan hasil proyek penelitian 1. Mahasiswa membuat laporan hasil penyelidikannya dan mengkomunikasikannya pada kelompok lain. Komunikasi dilakukan melalui presentasi, dan pembuatan poster 2. Dosen sebagai fasilitator, mempersiapkan lembar penilaian presentasi 1. Memikirkan tujuan yang telah ditetapkan 2. Menilai pencapaian tujuan 3. Mengembangkan strategi 4. Menganalisis efisiensi dan efektifitas prosedur 5. Mengevaluasi prosedur 6. Merancang apa yang akan dipelajari 7. Mengatasi kesalahan/hambatan dalam pemecahan masalah 7. Mengaplikasikan pemahamannyaa pada situasi baru 8. Memilih operasi yang akan digunakan 9. Mengembangkan strategi pada situasi tertentu 10. Menganalisis efisiensi dan efektifitas prosedur Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 1. Mahasiswa menginformasikan pemecahan masalah menggunakan poster 2. Mahasiswa antar kelompok saling memberikan pendapat terhadap poster yang dibuat oleh kelompok lain untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan masing - masing. 3. Dosen memberikan penekanan konsep-konsep penting, menggeneralisasikan penyelesaian masalah melalui diskusi 4. Postes dan pengisian kuesioner 1. Mengaplikasikan penguasaannya pada situasi baru 2. Menganalisis efisiensi dan efektifitas prosedur 3. Memikirkan proses berpikirnya selama pemecahan masalah 98

15 3. Hasil Uji Coba Terbatas Praktikum Praktikum Kimia Analitik Instrumen Berbasis Masalah a. Hasil Validasi Ahli Validasi oleh para ahli dilaksanakan untuk mengetahui validitas model pembelajaran beserta instrumennya. Model pembelajaran praktikum berbasis masalah yang disiapkan meliputi langkah-langkah pembelajaran, deskripsi pembelajaran, dan tema masalah yang harus diselesaikan. Adapun masalah yang harus diselesaikan melalui pembelajaran praktikum berbasis masalah meliputi materi spektrometri dan HPLC. Untu materi spektrometri masalah dalam diarahkan diselesaikan menggunakan AAS, AES dan UV-Vis. Instrumen penelitian disiapkan untuk mengukur metakognisi, penguasaan konsep, dan asesmen kinerja. Para ahli dipilih 3 orang staf Dosen dari 3 perguruan tinggi negeri yang ada di Bandung yang memiliki keahlian dalam bidang studi kimia analitik, pembelajaran, asesmen, dan metakognisi. Secara umum, para ahli setuju dengan draft model pembelajaran beserta instrumennya dengan memberikan beberapa catatan. Rangkuman masukan dari para ahli ditunjukkan pada Tabel 4.5. Hasil rangkuman validasi ahli yang ditunjukkan dari Tabel 4.5, selanjutnya direvisi sesuai saran yang diberikan. Hasil revisi dikonsultasikan lagi kepada para ahli. Instrumen hasil validasi selanjutnya diujicobakan pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktikum Kimia Analitik Instrumen pada suatu perguruan tinggi Negeri di Bandung. 99

16 Tabel Rangkuman Para Ahli dan Praktisi terhadap Model Pembelajaran dan Asesmennya. No Validasi tentang Rangkuman komentar 1 Masalah - Masalah yang semula sebanyak 8 buah, kemudian ditambah 2 buah untuk penggunaan alat AES. - Bebarapa kalimat diperbaiki dan ditambah kata perintah - Tema masalah untuk spektrometri UV-Vis diarahkan untuk membuat KIT dan pemamfaatan indikator alami 2 Deskripsi pembelajaran - Perlu dijelaskan rincian waktu (pertemuan ke) dalam langkah-langkah pembelajaran - Kuesioner, tanggapan mahasiswa, dan asesmen kinerja perlu dimunculkan dalam langkahlangkah pembelajaran dan deskripsi pembelajaran - Beberapa kalimat perlu diperbaiki 3 Indikator metakognisi - Indikator metakognisi diadaptasi dari Mc Gregor,2007, Schraw, 1995, Anderso dan Krathwol, 2001 Flavell (1987). Dilakukan diskusi bersama untuk menganalisis indikator terutama dari McGregor 4 Alat ukur penguasaan konsep dan metakognisi 5 Kuesioner untuk mengukur metakognisi - Tes dibuat dalam bentuk uraian, yang diawali soal penguasaan konsep dilanjutkan soal metakognisi (dalam satu soal) - Beberapa kalimat perlu diperbaiki - Urutan soal perlu diubah disesuaikan urutan materi dan indicator metakognisi - Beberapa kunci jawaban perlu diperbaiki - Keterbacaan perlu diperbaiki, hendaknya dibaca 2 orang teman yang sekaligus diminta untuk memberikan saran dan 10 mahasiswa. - Beberapa kalimat perlu diperbaiki - Beberapa pernyataan perlu dihilangkan, diganti dengan pernyataan yang disarankan 6 Asesmen kinerja - Beberapa kalimat perlu diperbaiki - Rubrik perlu diperbaiki - Cara penilaian untuk laporan akhir dan presentasi hasil diperbaiki 7 Tanggapan mahasiswa - Beberapa kalimat perlu diperbaiki - Tanggapan disesuaikan dengan pembelajaran praktikum yang diimplementasikan 100

17 b. Hasil Uji Coba Model Pembelajaran Uji coba model pembelajaran dilakukan pada mahasiswa Jurusan Kimia FPMIPA Universitas di kota Bandung yang mengontrak matakuliah Kimia Analitik Instrumen tahun ajaran 2008/2009. Pemilihan tempat uji coba didasarkan pola pelaksanaan praktikum yang dilakukan sesuai dengan model pembelajaran praktikum yang akan dirancang. Mahasiswa secara berkelompok diminta menentukan sendiri masalah analisis yang harus ditentukan dengan metode spektrometri (AAS dan UV-Vis), dan kromatografi (HPLC dan GC). Jenis metode pengukuran ditentukan oleh dosen. Sebagai contoh, kelompok 1-4 termasuk kelompok yang menggunakan AAS, dan kelompok 5-8 menggunakan UV-Vis. Pada umumnya mahasiswa mencari rujukan dari hasil penelitian yang ada pada prosiding seminar nasional. Perhatian utama mahasiswa terhadap makalah adalah metode penelitian. Untuk materi spektrometri UV-Vis, dengan persetujuan dan diskusi dengan dosen pengampu tema masalah berasal dari peneliti. Masalahmasalah yang berhasil diidentifikasi selama proses pembelajaran mulai penentuan masalah sampai presentasi hasil, menjadi masukan yang sangat berguna bagi peneliti untuk melakukan penyempurnaan terhadap pembelajaran praktikum kimia analisis instrumen berbasis masalah yang sedang dikembangkan. Tabel 4.6 merangkum hasil akomodasi peneliti tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran praktikum dan rancangan usaha perbaikan. 101

18 Tabel 4.6 Rangkuman Identifikasi Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Uji Coba Praktikum Kimia Analisis Instrumen dan Usaha Perbaikan. No Masalah yang teridentifikasi Usaha perbaikan 1 - Pemilihan penggunaan alat ukur gelas - Diberikan informasi dan contoh bebrapa kurang tepat alat ukur gelas pada saat latihan 2 - Keterampilan menggunakan alat-alat ukur dari gelas sudah baik 3 - Penentuan masalah ada yang berasal dari Dosen, adapula yang berasal dari mahasiswa. - Kelompok yang merancang percobaan sendiri pada umumnya mengambil dari makalah hasil seminar (prosiding). - Ketersediaan alat dan bahan sering tidak sesuai dengan masalah yang disampaikan mahasiswa 4 - Perkuliahan praktikum bersamaan dengan perkuliahan Kimia Analitik Instrumen 5 - Mahasiswa membutuhkan konsultasi dengan dosen, terutama pada saat pembuatan larutan standar dan pereaksi, data pengukuran, dan perhitungan penentuan kadar. 6 - Pada saat presentasi hasil, pertanyaan mahasiswa kurang terfokus 7 - Pada saat presentasi, pada umumnya pertanyaan didominasi beberapa mahasiswa tertentu menggunakan instrumen. - Meskipun mahasiswa tidak memperoleh mata kuliah teknik laboratorium namun telah memperoleh keterampilan cara menggunakan peralatan pada saat praktikum Kimia Dasar I-II, DKA, dan DPA. - Dosen menawarkan dan mendiskusikan masalah kepada mahasiswa, dengan memperhatikan ketersediaan alat dan bahan. - Masalah yang harus diselesaikan sebanyak 10 buah untuk 10 kelompok dan diarahkan untuk instrumen AAS, AES, UV-Vis, dan HPLC (virtual) - Mahasiswa diperbolehkan untuk menggunakan peralatan lain sebagai pembanding. - Penelitian dilakukan sesuai jadwal perkuliahan, di mana mata kuliah ini diberikan sesudah mata kuliah Kimia Analitik Instrumen - Pada setiap tahap pembelajaran berbasis masalah, dijadwalkan waktu untuk berkonsultasi yang sekaligus wawancara tidak terstruktur untuk masing-masing kelompok - Mahasiswa diberi pertanyaan pengarahan termasuk bagaimana cara membuat larutan dan cara menghitung kadar - Wawancara tidak terstruktur pada setiap langkah pembelajaran diharapkan akan memunculkan kesadaran mahasiswa untuk mengatur, mengontrol, dan mengevaluasi cara berpikirnya sebelum, selama, dan setelah menyelesaikan masalah sehingga mampu mengaplikasikan pemahamannya serta menganalisisis dan mengevaluasi prosedur - Kesepakatan cara penilaian di awal perkuliahan diharapkan meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam diskusi. 102

19 c. Hasil Analisis Butir Soal Pengukuran hasil belajar pada praktikum Kimia Analitik Instrumen berbasis masalah meliputi peningkatan metakognisi dan penguasaan konsep. Tes untuk mengungkap metakognisi dan penguasaan konsep berbasis konten kimia diberikan untuk materi spektrofotometri dan HPLC. Tes metakognisi dan penguasaan konsep pada materi spektrofotometri dan HPLC tersebut berbentuk uraian, masing-masing sebanyak 10 dan 11 soal. Sebelum tes ini digunakan, tes diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui reliabilitas, uji beda, tingkat kesukarannya, dan korelasi skor butir dengan skor total (validitas). Uji coba masing-masing tes dilakukan pada mahasiswa Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan di kota Bandung yang mengontrak matakuliah Kimia Analitik Instrumen tahun ajaran 2008/2009. Uji coba tes metakognisi dan penguasaan konsep melibatkan mahasiswa sebagai subyek penelitian sebanyak 38 orang. Instrumen tes dalam penelitian ini pada awalnya disusun sebanyak 15 soal masing-masing untuk pokok bahasan spektrometri dan HPLC. Selanjutnya atas saran validator ada beberapa soal yang bisa digabung dan akhirnya menjadi masingmasing 12 soal. Hasil analisis uji coba materi spektrometri dan HPLC selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.7 dan

20 Tabel 4.7. Rekap Hasil Analisis Butir Soal untuk Materi Spektrometri No item Koefisien korelasi Signifikansi Derajat kesukaran 25<dk<75 Status Daya beda (0,4) Status Keputusan 1 0,893 Sangat 66,90 sedang 39,8 Tidak Direvisi signifikan baik 2 0,912 Sangat 67,10 sedang 45,80 baik Dipakai signifikan 3 0,886 Sangat 73,45 sedang 45,70 baik Dipakai signifikan 4 0,943 Sangat 72,10 sedang 44,20 baik Dipakai signifikan 5 0,970 Sangat 75,95 sedang 46,60 baik Dipakai signifikan 6 0,969 Sangat 78,55 mudah 49,10 baik Dipakai signifikan 7 0,929 Sangat 70,45 sedang 46,50 baik Dipakai signifikan 8 0,367-84,30 mudah 47,40 baik Tidak dipakai 9 0,927 Sangat 67,75 sedang 46,30 baik Dipakai signifikan 10 0,857 Sangat 74,75 sedang 45,30 baik Dipakai signifikan 11 0,342-51,90 sedang 35,40 Tidak baik Tidak dipakai 12 0,922 Sangat signifikan 73,55 sedang 42,70 baik dipakai Hasil analisis butir soal materi spektrofotometri yang ditunjukkan pada Tabel 4.7, terdapat 2 buah soal yang tidak dipakai masing-masing soal nomor 8 dan 11, karena korelasi skor butir dengan skor total (validitas) signifikansinya rendah, serta untuk soal nomor 11 daya bedanya juga tidak baik. Di lain pihak, dari Tabel 4.8 untuk materi HPLC ada 1 soal yakni soal nomor 5 karena daya bedanya rendah, serta 1 soal direvis yaitu nomor soal 8. Releabilitas masing-masing materi memenuhi syarat dengan harga adalah 0,94 untuk spektrometri dan 1,00 untuk HPLC. Dengan demikian, jumlah butir soal pada materi spektrofotometri dan HPLC masing-masing sebanyak 10 dan 11 butir. 104

21 Tabel 4.8. Rekap Hasil Analisis Butir Soal untuk Materi HPLC No item Koefisien korelasi Signifikansi Derajat kesukaran 25<dk<75 Status Daya beda (0,4) Status Keputusan 1 0,975 Sangat 72,75 Sedang 50,90 baik Dipakai signifikan 2 0,990 Sangat 67,35 Sedang 49,10 baik Dipakai signifikan 3 0,992 Sangat 69,35 Sedang 47,70 baik Dipakai signifikan 4 0,983 Sangat 71,95 Sedang 49,30 baik Dipakai signifikan 5 0,732 Sangat signifikan 79,60 Mudah 34,40 Tidak baik Tidak Dipakai 6 0,975 Sangat 71,95 Sedang 48,50 baik Dipakai signifikan 7 0,976 Sangat 70,15 Sedang 44,50 baik Dipakai signifikan 8 0,684 signifikan 62,45 Sedang 46,70 baik Revisi 9 0,992 Sangat 71,60 Sedang 46,40 baik Dipakai signifikan 10 0,988 Sangat 72,60 Sedang 48,80 baik Dipakai signifikan 11 0,989 Sangat 72,65 Sedang 48,10 Tidak Dipakai signifikan baik 12 0,989 Sangat signifikan 72,05 Sedang 48,50 baik Dipakai 4. Hasil Implementasi Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Masalah Jumlah mahasiswa kelas eksperimen adalah 36, dan 40 mahasiswa pada kelompok kontrol. Dalam implementasi model mahasiswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kelompok prestasi tinggi selanjutnya disebut kelompok tinggi, dan kelompok rendah, yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah model pembelajaran praktikum kimia analitik instrumen berbasis masalah dapat digunakan untuk kategori kelompok tinggi dan kelompok rendah. Perbedaan kategori kelompok tinggi dan rendah didasarkan tinggi indeks prestasi (IP) semua mata kuliah kimia analitik yang sudah diambil yakni Dasar-dasar Kimia Analitik (DKA), praktikum DKA, Dasar- 105

22 dasar Pemisahan Analitik (DPA), Praktikum DPA, Kimia Analitik Instrumen. Dipilihnya indeks prestasi (IP) mata kuliah dalam Kelompok Bidang Keahlian (KBK) kimia Analitik sebagai dasar pengelompokan karena IP komulatif lebih menggambarkan kemampuan menyeluruh mahasiswa dalam bidang Kimia Analitik. Langkah yang ditempuh dalam pengelompokan berdasarkan indeks prestasi (IP) adalah: (a) mengidentifikasikan IP semua mata kuliah dalam KBK Kimia Analitik untuk setiap subjek penelitian, (b) menghitung IP rerata setiap subyek penelitian, (c) menghitung stándar deviasi (d) menentukan kategori kelompok kelompok tinggi dan kelompok rendah dengan rumus µ = mean ± 0,5 sd. Hasil perhitungan kelompok tinggi dan kelompok rendah menggunakan persamaan µ = 2,778 ± 0,1985. Hasil penentuan pengelompokan ditampilkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Pengelompokan Prestasi Subjek Penelitian kelas eksperimen No Kelompok Jumlah prestasi subyek IP terendah IP tertinggi rerata 1 Tinggi 9 3,00 3,58 3,22 2 Rendah 9 1,91 2,58 2,29 3 keseluruhan 36 2,778 a. Penguasaan Konsep Spektrometri dan HPLC Pembelajaran praktikum kimia analitik instrumen berbasis masalah dirancang untuk meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan metakognisi mahasiswa calon Guru. Materi yang dirancang meliputi spektrometri (UV-Vis, AFS, dan AAS) dan HPLC. Tabel 4.10 menunjukkan rerata pretes, postes, dan % N-gain penguasaan konsep mahasiswa untuk materi spektrometri keseluruhan konsep pada kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal, variansi % N-gain antar 106

23 kelas (kontrol dan eksperimen) homogen untuk kedua materi. Hasil % N-gain untuk kelas kontrol 22,40 % dengan kategori rendah, sementara kelas eksperimen sebesar 44,08 % dengan kategori sedang. Pencapaian hasil % N-gain ini cukup berarti, dan didukung hasil uji uji beda bahwa % N-gain pembelajaran praktkum kimia analitik berbasis masalah untuk kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan perbedaan yang siginifikan (p =0,00). Gambar 4.3. Perbandingan Penguasaan Konsep Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelas Kontrol dan Eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC. Rerata pretes, postes, dan % N-gain penguasaan konsep mahasiswa materi HPLC untuk keseluruhan konsep pada kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi normal, variansi % N-gain antar kelas (kontrol dan eksperimen) homogen untuk kedua materi. Hasil % N-gain untuk kelas kontrol masing-masing 14,88 % dengan kategori rendah, sementara kelas eksperimen sebesar 40,81% dengan kategori sedang. Sebagaimana pada materi spektrometri, pencapaian hasil % N-gain untuk materi HPLC ini cukup berarti, didukung dari hasil uji uji beda (Tabel 4.10) bahwa % N-gain pembelajaran praktkum kimia analisis berbasis masalah untuk kelas 107

24 kontrol dan eksperimen menunjukkan perbedaan yang siginifikan (p =0,00). Dengan demikian pembelajaran praktikum berbasis masalah untuk materi spektrometri dan HPLC lebih baik meningkatkan penguasaan konsep dibanding pembelajaran biasa. 1). Rerata Pretes, Postes dan % N-gain Penguasaan Konsep untuk Kategori Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah Materi Spektrometri dan HPLC Rerata pretes, postes, dan % N-gain penguasaan konsep mahasiswa untuk kategori kelompok rendah dan tinggi pada kelas eksperimen materi spektrometri dan HPLC ditunjukkan pada Tabel Rerata % N-gain penguasaan konsep spektrometri pada kelompok tinggi dan rendah adalah 51,90 % dan 39,46 %. Dari hasil uji beda kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Perolehan rerata %N-gain penguasaan konsep kelompok tinggi dan rendah untuk materi HPLC masing-masing 45,63 % dan 34,78 %. Sebagaimana pada materi spetrometri dari hasil uji beda, penguasaan konsep kelompok tinggi dan rendah juga menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. 108

25 Tabel Perbandingan Penguasaan Konsep Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelas Kontrol dan Eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC Konsep n Rerata pretes Kelas kontrol Rerata postes % Distribusi n Rerata pretes Kelas eksperimen Rerata postes % Distribusi Varians p Keterangan Spektrometri 40 54,75 64,57 22,40 normal 36 51,62 72,46 44,08 normal Homogen 0,00 signifikan HPLC 40 52,86 59,81 14,88 normal 36 51,40 71,20 40,81 normal Homogen 0,00 signifikan Tabel Perbandingan Penguasaan Konsep Mahasiswa antara Kelompok Tinggi dan Rendah pada Kelas eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC Konsep Spektrometri n 9 Rerata pretes Kelompok rendah Rerata postes % 44, ,46 Distri busi Tidak normal n Rerata pretes Kelompok tinggi Rerata postes % Distri busi Varians p Keterangan 9 59,72 80,77 51,90 normal Homogen 0,069 Tidak signifikan HPLC 9 49,84 67,59 34,78 normal 9 51,95 73,69 45,63 normal Homogen 0,074 Tidak signifikan 109

26 Tabel Perbandingan Penguasaan Konsep Mahasiswa untuk Setiap Konsep Kelas eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC Materi Konsep Rerata pretes Rerata postes % N gaın Spek- trometri HPLC 1 59,95 68,48 21, ,37 72,74 34, ,48 79,51 46, ,28 78,48 36, ,48 84,95 53, ,91 73,42 44, ,59 70,74 51, ,06 66,44 46, ,91 65,73 41, ,2 64,14 47, ,10 81,00 26, ,00 77,00 34, ,00 78,05 45, ,50 77,70 45, ,00 71,00 35, ,50 72,56 52, ,00 75,00 40, ,40 71,52 46, ,50 66,00 32, ,00 70,00 38, ,90 43,00 40,11 Keterangan: 1. prinsip dasar spektrometri, 2. perbedaan spektrometri atom dan molekul, 3. komponen-komponen spektrometri, 4. hukum Lambert-Beer, 5. preparasi sampel, 6. zat pengabsorpsi, 7. interferensi, 8. optimasi pengukuran, 9. pembuatan larutan standar, dan 10. perhitungan penentuan kadar; 11. pengertian kromatografi 12. prinsip dasar kromatografi, 13. penggolongan kromatografi, 14. interaksi dalam kromatografi, 15. perbandingan GC, HPLC, KLT, dan KKr, 16. kromatografi fasa normal dan fasa terbalik, 17. komponen-komponen HPLC, 18. analisis kualitatif dan kuantitatif, 19. kualitas pelarut dalam fasa gerak, 20.analisis kromatogram, 21. parameter pengukuran kromatografi 110

27 2) Rerata Pretes, Postes, dan %N-gain tiap-tiap Konsep Penguasaan Konsep Spektrometri dan HPLC Rerata masing-masing konsep pada materi spektrometri dan HPLC untuk kelas eksperimen ditunjukkan pada Tabel 4.12, dan selanjutnya ditampilkan dalam bentuk Gambar Rerata perolehan % N-gain kelas eksperimen untuk tiap-tiap konsep spektrometri, kecuali konsep nomor 1 termasuk kategori sedang. Hasil yang sama juga terjadi pada penguasaan konsep materi HPLC, perolehan % N-gain untuk semua konsep juga termasuk kategori sedang kecuali konsep nomor % N-gain topik 10 Gambar 4.4. Rerata %N-gain Penguasaan Konsep Spektrometri Kelas eksperimen untuk topik: 1. prinsip dasar spektrometri, 2. perbedaan spektrometri atom dan molekul, 3. komponen-komponen spektrometri, 4. hukum Lambert Beer, 5. preparasi sampel, 6. zat pengabsorpsi, 7. interferensi, 8. optimasi pengukuran, 9. pembuatan larutan standar, dan 10. perhitungan penentuan kadar 111

28 % N-gain topik 11 Gambar 4.5. Rerata %N-gain Penguasaan Konsep HPLC Kelas Eksperimen untuk topik: 1. pengertian kromatografi 2. prinsip dasar kromatografi, 3. penggolongan kromatografi, 4. interaksi dalam kromatografi, 5. perbandingan GC, HPLC, KLT, dan kromatografi kertas, 6. kromatografi fasa normal dan fasa terbalik, 7. komponen-komponen HPLC, 8. analisis kualitatif dan kuantitatif, 9. kualitas pelarut dalam fasa gerak, 10. analisis kromatogram, 11. parameter pengu-kuran kromatografi Perolehan %N-gain tertinggi dan terendah materi spektrometri pada kelas eksperimen (Gambar 4.4) masing-masing terjadi pada konsep preparasi sampel (nomor 5) dan prinsip dasar spektrometri (nomor 1). Di lain pihak, % N-gain tertinggi pada kelas eksperimen materi HPLC terjadi pada konsep kromatografi fasa normal dan fasa terbalik diikuti analisis kualitatif dan kuantitatif, serta terendah pada pengertian kromatografi. 112

29 3) Perbandingan Rerata % N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Sesuai Instrumen Utama yang Digunakan pada Materi Spektrometri dan HPLC Tema masalah yang diberikan mahasiswa pada penelitian ini sebanyak 10 buah dengan pembagian penggunaan instrumen utama sebagai berikut: (1) UV-Vis untuk 3 kelompok, (2) AES untuk 2 kelompok, (3) AAS untuk 2 kelompok, dan (4) HPLC untuk 3 kelompok. Rerata perolehan % N-gain masing-masing kelompok instrumen ditampilkan pada Tabel Perolehan % N-gain kelompok dengan penyelesaian tema masalah menggunakan instrumen utama UV-Vis, AES, AAS lebih tinggi dibanding HPLC, dan sebaliknya kelompok dengan penyelesaian tema masalah menggunakan instrumen utama HPLC rerata % N-gain-nnya juga lebih tinggi dibanding kelompok spektrometri. Tabel Rerata % N-gain Penguasaan Konsep Kelas eksperimen dengan Instrumen Utama UV-Vis, AES, AAS, dan HPLC untuk Materi Spektrometri dan HPLC. Instrumen utama Rerata % N-gain penguasaan konsep materi Spektrometri UV-Vis 40,44 38,58 AES 48,55 37,28 AAS 48,41 33,90 HPLC 35,12 48,46 HPLC Rerata perolehan %N-gain penguasaan konsep mahasiswa dengan instrumen utama spektrometer berturut-turut lebih tinggi dibanding HPLC, (40,44; 48,55, dan 48,41 dengan rerata 45,8), sedangkan untuk materi HPLC sebesar 35,12. Hasil senada juga nampak dari Tabel bahwa mahasiswa dengan instrumen utama 113

30 HPLC, rerata perolehan %N-gain-nya sebesar 48,46 lebih tinggi dari perolehan materi spektrometri sebesar 35,58 (rerata dari. 38,58; 37,28; dan 33,9) b. Pengembangan Metakognisi Mahasiswa Melalui Praktikum Spektrometri dan HPLC 1). Rerata Pretes Postes dan % N-Gain Keseluruhan Metakognisi pada Materi Spektrometri dan HPLC Metakognisi diukur menggunakan tes bentuk uraian, didukung kuesioner dengan indikator metakognisi dan wawancara tidak struktur untuk lebih mendalami metakognisi yang berkembang selama pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan. Penguasaan konsep juga diukur melalui tes bentuk uraian. Tabel 4.14 menunjukkan data rerata pretes, postes, dan % N-gain metakognisi mahasiswa materi spektrometri untuk keseluruhan konsep pada kelompok kontrol dan eksperimen keduanya berdistribusi normal, dan variansi % N-gain antar kelompok tidak homogen. Hasil % N-gain untuk kelompok kontrol dan eksperimen masingmasing 19,11 % dengan kategori rendah, sementara kelas eksperimen sebesar 33,61 % dengan kategori sedang. Pencapaian hasil % N-gain ini cukup berarti, didukung dari hasil uji beda yang menunjukkan bahwa % N-gain pembelajaran praktkum kimia analitik berbasis masalah untuk kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan perbedaan yang siginifikan (p =0,00). Pada Tabel 4.14, rerata pretes, postes, dan % N-gain penguasaan konsep mahasiswa materi HPLC untuk keseluruhan konsep pada kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi normal, variansi % N-gain antar kelompok tidak homogen. Hasil % N-gain untuk kelompok kontrol 14,55 % dengan kategori rendah, sementara kelas eksperimen sebesar 30,05 % dengan kategori sedang. Sebagaimana pada materi 114

31 spektrometri, pencapaian hasil % N-gain untuk materi HPLC ini cukup berarti, didukung dari hasil uji beda yang menunjukkan bahwa % N-gain pembelajaran praktikum kimia analisis berbasis masalah untuk kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan perbedaan yang siginifikan (p =0,00). Dengan demikian pembelajaran praktikum berbasis masalah untuk materi spektrometri dan HPLC lebih baik meningkatkan penguasaan konsep dibanding pembelajaran biasa. Gambar 4.6. Perbandingan Metakognisi Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelas Kontrol dan Eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC 2). Rerata Pretes, Postes dan % N-Gain Metakognisi untuk Kategori Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah pada Materi Spektrometri dan HPLC Rerata pretes, postes, dan % N-gain, untuk kelompok rendah dan tinggi metakognisi pada kelas eksperimen materi spektrometri dan HPLC pada Tabel Rerata % N-gain metakognisi pada kelas eksperimen untuk materi spektrometri pada kelompok tinggi dan rendah adalah 40,63 % dan 30,46 %, keduanya berdistribusi 115

32 normal, variansi % N-gain antar kelompok tidak homogen. Dari hasil uji beda, kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Perolehan rerata %N-gain metakognisi kelompok tinggi dan rendah untuk untuk materi HPLC pada kelompok tinggi dan rendah berturut-turut 33,50 % dan 25,58 % dan 34,78 %. Kedua kelompok kategori tinggi dan rendah berdistribusi normal, dan variansi % N-gain antar kelompok tidak homogen Sebagaimana pada materi spetrometri dari hasil uji beda, metakognisi kelompok tinggi dan rendah juga menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. 116

33 Tabel Perbandingan Metakognisi Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelas Kontrol dan Eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC Materi Spektro metri n Rerata pretes Kelas kontrol Rerata postes % Distri busi n Rerata pretes Kelas eksperimen Rerata postes % Distri busi Varians p Keterangan 40 31,19 44,06 19,11 normal 36 30,21 53,19 33,61 normal Tidak homogen 0,00 signifikan HPLC 40 30,30 40,13 14,55 normal 36 28,81 50,11 30,05 normal Tidak homogen 0,00 signifikan Tabel Perbandingan Metakognisi Mahasiswa antara Kelompok tinggi dan Rendah pada Kelas eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC Konsep n Kelompok rendah n Kelompok tinggi Rerata pretes Rerata postes % Distri busi Rerata pretes Varians p Keterangan Spektrometri 9 25,5 48,03 30,46 normal 9 37,4 62,74 40,63 normal Homogen 0,086 tidak signifikan Rerata HPLC 9 25,14 44,36 25,58 normal ,97 33,50 normal Homogen 0,087 tidak signifikan postes % Distri busi 117

34 Tabel Perbandingan Metakognisi Mahasiswa untuk Setiap Indikator Metakognisi Kelas eksperimen pada Materi Spektrometri dan HPLC Materi Indikator Rerata pretes Rerata postes % N gaın Spektro metri HPLC 1 43,45 56,51 23, ,95 62,85 32, ,8 61,75 39, ,5 51,4 37, ,6 50,75 33, ,25 34, ,65 44,25 36, ,37 57,21 23, ,4 52,16 27, ,77 59,56 33, ,79 46,56 30, ,93 49,51 30, ,95 50,31 33, ,48 35,43 32,09 Keterangan. % N-gain tiap indikator metakognisi pada materi spektrofotometri untuk kelompok kontrol dan eksperimen, nomor indikator: 1. mengidentifikasi informasi, 2. mengelaborasi informasi, 3. mengaplikasikan pemahamannya, 4. memilih prosedur yang akan digunakan, 5. mengembangkan prosedur, 6. menginterpretasi data, 7. mengevaluasi prosedur; 8. mengidentifikasi informasi, 9. mengelaborasi informasi, 10. mengaplikasikan pemahamannya, 11. memilih prosedur yang akan, digunakan, 12. mengembangkan prosedur, 13. menginterpretasi data, 14. mengevaluasi prosedur 118

35 3). Rerata Tiap-Tiap Indikator Metakognisi Materi Spektrometri dan HPLC Kelas Eksperimen Rerata pretes, postes, dan % N-gain metakognisi mahasiswa untuk setiap indikator pada materi spektrometri dan HPLC ditunjukkan pada Tabel 4.16, dan Gambar 4.7 serta 4.8. Perolehan % N-gain kelas eksperimen untuk tiap-tiap indikator materi spektrometri semuanya termasuk kategori sedang kecuali indikator nomor 1 termasuk kategori rendah. Hasil yang sama juga terjadi pada metakognisi materi HPLC, perolehan % N-gain mahasiswa kelompok untuk indikator nomor 1 dan 2 termasuk kategori rendah, sedangkan lainnya nomor 3 sampai 7 termasuk kategori sedang. Perolehan %N-gain tertinggi dan terendah materi spektrometri pada kelas eksperimen (Gambar 4.7) masing-masing terjadi pada indikator mengaplikasikan pemahamannya (indikator nomor 3) dan mengidentifikasi informasi (konsep nomor 1). Sementara itu perolehan %N-gain tertinggi pada materi HPLC masing-masing terjadi pada indikator menginterpretasi data, diikuti mengaplikasikan pemahamannya, dan mengidentifikasi informasi yang terendah. 119

36 % N-gain No. indikator 7 Gambar 4.7. % N-gain Tiap Indikator Metakognisi Materi Spektrometri pada Kelas eksperimen, Nomor Indikator: 1. mengidentifikasi informasi, 2. mengelaborasi informasi, 3. mengaplikasikan pemahamannya, 4. memilih prosedur, 5. mengembangkan prosedur, 6. menginterpretasi data, 7. mengevaluasi prosedur % N-gain No. indikator Gambar 4.8. % N-gain Tiap Indikator Metakognisi Materi HPLC pada Kelas eksperimen, Nomor Indikator: 1. mengidentifikasi informasi, 2. mengelaborasi informasi, 3. mengaplikasikan pemahamannya, 4. memilih prosedur, 5. mengembangkan prosedur, 6. menginterpretasi data, 7. mengevaluasi prosedur 120

37 4). Perbandingan Rerata % N-Gain Metakognisi Kelas Eksperimen sesuai Instrumen Utama yang Digunakan pada Materi Spektrometri dan HPLC Rerata perolehan % N-gain metakognisi masing-masing kelas eksperimen ditampilkan pada Tabel Perolehan % N-gain metakognisi kelompok dengan penyelesaian tema masalah menggunakan instrumen utama UV-Vis, AFS, AAS lebih tinggi dibanding HPLC, dan sebaliknya kelompok dengan penyelesaian tema masalah menggunakan instrumen utama HPLC rerata % N-gain-nnya juga lebih tinggi untuk materi HPLC dibanding % N-gain materi spektrometri. Rerata % N-gain metakognisi kelompok dengan instrumen spektrometer semuanya tergolong kategori sedang, tidak demikian untuk kelompok dengan tugas utama HPLC rerata metakognisi materi spektrometrinya tergolong rendah. Rerata perolehan %N-gain metakognisi mahasiswa dengan instrumen utama spektrometer sebesar 36,60 untuk materi spektrometri, sedangkan untuk materi HPLC sebesar 24,44. Hasil senada juga nampak dari Tabel 4.17 bahwa mahasiswa dengan instrumen utama HPLC, rerata perolehan % N-gain-nya 38,35 % lebih tinggi dari perolehan materi spektrometri dengan rerata 27,26 %. Tabel Rerata % N-gain metakognisi Kelas eksperimen dengan Instrumen Utama UV- Vis, AES, AAS, dan HPLC untuk Materi Spektrometri dan HPLC Instrumen utama Rerata % N-gain penguasaan konsep Spektrometri materi UV-Vis 38,28 27,55 AES 35,31 27,54 AAS 36,20 26,70 HPLC 24,44 38,35 HPLC 121

38 5). Hasil Kuesioner/Penilaian Diri Metakognisi Mahasiswa Kuesioner metakognisi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung metakognisi dalam bentuk tes. Respon terhadap pernyataan-pernyataan kuesioner terdiri dari pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu atau tidak ada pendapat (TP), dan tidak setuju (TS), berturut-turut dengan skor Likert untuk masing-masing item adalah 4, 3, 2, dan 1. Selanjutnya masing-masing item dikalikan skor Likert, kemudian dijumlah, dan dihitung % N-gain untuk masing-masing subyek untuk selanjutnya dibuat reratanya. Skor total pre dan post untuk kelas eksperimen adalah 4433 dan 4403 dengan rerata % N-gain 6,42 %; sedangkan untuk kelas kontrol 4755 dan 4745 dengan % N-gain 0,19 %. Sementara itu % N-gain untuk kategori kelompok tinggi dan rendah masing-masing 12,55 % dan 1,37 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. c. Kinerja pada Praktikum Spektrometri dan HPLC Penilaian hasil belajar praktikum di samping penguasaan konsep juga penilaian selama proses pembelajaran praktikum berbasis masalah dalam hal ini observasi kinerja, lembar penilaian presentasi, dan rubrik untuk laporan praktikum. Asesmen proses pembelajaran (asesmen bervariasi) ini telah melalui validasi ahli, dan diskusi dengan dosen pengampu mata kuliah Kimia Analitik. 122

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN iii iv v vii ix x xi xiii xv xvi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum di perguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk. mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep dan atau memvalidasi

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum di perguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk. mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep dan atau memvalidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktikum di perguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep dan atau memvalidasi pengetahuan yang diperoleh pada perkuliahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar

BAB III METODE PENELITIAN. Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar 3.1 SKGP Elektrometri Kompetensi Calon Guru Kimia Kecerdasan Majemuk Praktikum Elektrometri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental research), yaitu penelitian yang melihat hubungan sebab akibat dimana perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Diagram desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS), 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Dikarenakan subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan BB III METODOLOGI PEELITI. Desain dan Metode Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 010),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) dengan control group pretest post test design. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pemikiran terkait: tujuan Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan Pendekatan dalam pembelajaran matematika.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre experimental design) dengan desain kelompok tunggal pretes dan postes (one group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kemampuan literasi matematis level 3 dan self-efficacy siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan desain The One-Group Pretest-Postes Design (Fraenkel, J. R. & Wallen, N.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Hal ini disebabkan karena subjek yang akan diteliti merupakan subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental research) yaitu penelitian yang melihat hubungan sebab akibat di mana perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan

Lebih terperinci

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46 43 Contents 4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik... 45 Tes Koneksi Matematis... 45 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46 Tes Pemecahan Masalah Matematis... 46 Tabel 3.3 Intrepretasi Koefisien Korelasi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Karena dalam penelitian ini, subjek yang akan diteliti merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Weak Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Weak Experimental 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Weak Experimental terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode 6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Diagram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah kegiatan praktikum pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah kegiatan praktikum pada 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah kegiatan praktikum pada kelompok eksperimen dengan membuat LKM sendiri atau merancang percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

0 0 (Ruseffendi, 1994: 53) Keterangan: 0 : Pretes dan postes X : Kelompok yang memperoleh perlakuan

0 0 (Ruseffendi, 1994: 53) Keterangan: 0 : Pretes dan postes X : Kelompok yang memperoleh perlakuan BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS-Heuristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. akan dijadikan dalam dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. akan dijadikan dalam dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Pemilihan 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada empat kelas program studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan menggunakan penelitian eksperimen diharapkan, setelah menganalisis hasilnya kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu. (McMillan & Shumacher, 001). Tahap studi pendahuluan dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini untuk menjawab rumusan permasalahan yakni menelaah kemampuan koneksi matematik dan self-concept setelah dilakukan pembelajaran group investigation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Dalam penelitian ini kelas eksperimen maupun kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu: penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat, keterampilan berpikir kritis, teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum menggunakan simulasi kegiatan praktikum (virtual lab) jenis virtual hibrida (hybrid virtual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Disain, Populasi dan Sampel Penelitian Untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka untuk metode penelitian yang cocok digunakan adalah metode eksperimen (MacMillan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). Kemampuan generik sains yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian the matching only pretest-posttest control group design (Fraenkel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, sebab penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang disertai dengan LKS pemecahan masalah terhadap kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 oktober sampai 18

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 oktober sampai 18 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 oktober sampai 18 desember 2013 di MTs Muslimat NU Palangka Raya tahun ajaran 2013/2014. B. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 24 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 24 Bandung yang dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas satu SMA sudah mengenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena peneliti melakukan perlakuan kepada subjek penelitian untuk selanjutnya ingin diketahui pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dari tanggal 16-19 November 2012 di SMA Negeri 2 Sumedang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakter penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara model dan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan kemampuan pemahaman dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam penelitian yang dilakukan. Perencanaan tersebut meliputi metode penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pseudoeksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pseudoeksperimen 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pseudoeksperimen pre-post test. Pada metode ini sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok

Lebih terperinci

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes 30 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretes dan postes menjadi standar yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Pengembangan Multimedia Pembelajaran Dalam penelitian ini penulis mengambil 5 tahap pengembangan multimedia menurut Munir (2003), yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN O X O BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model reciprocal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini ingin menguji sebuah perlakuan yakni pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini ingin menguji sebuah perlakuan yakni pengaruh BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini ingin menguji sebuah perlakuan yakni pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan model Creative Problem Solving berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2004, hlm. 1), metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang diberikan sebagai metode pembelajaran dimana siswa akan mengenal, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri X Sentani, yang berlokasi di Jalan Raya Kemiri, Sentani, Papua. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 7 BAB III METODE PENELITIAN A. POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan subyek dalam suatu penelitian. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 3 Garut. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran Adapun metode pengembangan multimedia pembelajaran seperti yang dikemukakan Munir (2008:195) terdiri dari lima tahap sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan deskriptif. Dalam penelitian ini, subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan sebuah treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap dua

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23 30 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 23 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 76 Rawa Laut Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen yang telah dibuat oleh peneliti diujicobakan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap tujuan penelitian ini, perlu dijelaskan definisi operasional dibawah ini : 1. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Ruseffendi (2010, hlm. 35) mengemukakan, Penelitian eksperimen atau percobaan adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan alasan pengontrolan yang dilakukan hanya pada satu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, serta mengetahui kemandirian belajar matematis siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2010: 77) desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA yang berada di kota Bandung yaitu SMA Kartika XIX-2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini melibatkan dua kelompok siswa yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih secara acak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki langkahlangkah pembelajaran yaitu

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang 28 BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS melalui pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Ruseffendi (2005:35) mengemukakan, Penelitian eksperimen atau percobaan (eksperimental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang dikembangkan, peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu. Dari segi metode penelitian dapat dibedakan menjadi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Strategi think-talk-write dan pembelajaran konvensional sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimen. Metode ini dipilih karena ada beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh pembelajaran geometri dengan Wingeom dalam peningkatan kemampuan spasial dan penalaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen. Subjek yang dipilih tidak dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Dalam penelitian ini terdapat lima tahap pengembangan multimedia yaitu: 1. Tahap Analisis Pada tahap ini diawali dengan menetapkan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pemilihan sampel berdasarkan kelas-kelas yang memang sudah

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pemilihan sampel berdasarkan kelas-kelas yang memang sudah 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada penelitian ini subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti melakukan pemilihan sampel berdasarkan kelas-kelas yang memang sudah terbentuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel

METODE PENELITIAN. Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel 69 III. METODE PENELITIAN 3. Pendekatan Penelitian Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel representasi ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development

Lebih terperinci