BAB III PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN ALAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN ALAT"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN ALAT III.1. Blok Sistem Robot Secara Umum SISTEM KONTROL AKTUATOR MEKANIK ROBOT SENSOR SISTEM & SISTEM RODA KAKI SISTEM TANGAN Untuk Navigasi Untuk Manipulasi (gerak berpindah) (gerak penanganan) Gambar 3.1. Diagram blok sistem robot secara umum Gambar diatas merupakan blok sistem robot secara umum dan orientasi fungsinya yang biasa kita jumpai dan berhubungan dengan Real World. Berikut adalah penjelasan dari blok rangkaian diatas : Sistem kontrol (control system) 32

2 Adalah rangkaian elektronik yang setidak-tidaknya terdiri dari rangkaian prosesor (CPU, memori, komponen interface Input / Output), signal conditioning untuk sensor (analog dan atau digital), serta driver untuk aktuator. Mekanik robot (mechanical robot) Adalah sistem mekanik yang dapat terdiri dari fungsi gerak. Jumlah fungsi gerak disebut sebagai derajat kebebasan atau degree of freedom (DOF). Sebuah sendi yang diwakili oleh sebuah gerak aktuator disebut sebagai satu DOF. Sensor Adalah perangkat atau komponen yang bertugas mendeteksi (hasil) gerakan atau fenomena lingkungan yang diperlukan oleh sistem kontroler. Dapat dibuat dari sistem yang paling sederhana seperti sensor inframerah, ultrasonic, saklar ON/OFF, dan sebagainya. Aktuator (actuator) Adalah perangkat elektromekanik yang menghasilkan daya gerakan. Terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Electric actuator, yaitu perangkat menggunakan sistem motor listrik (motor DC, motor DC servo, maupun motor stepper. 2. Pneumatik actuator, yaitu perangkat yang menggunakan udara atau gas nitrogen. 3. Hydraulic actuator, yaitu perangkat yang menggunakan bahan cair seperti oli [12] Sistem roda 33

3 Adalah sistem mekanik yang dapat menggerakkan robot untuk berpindah posisi. Sistem kaki Pada dasarnya sistem kaki adalah gerakan roda yang didisain sedemikian rupa hingga memiliki kemampuan gerak seperti mahluk hidup. Robot berjalan dengan sistem dua kaki yang memiliki struktur kaki seperti manusia setidak-tidaknya mempunyai sendi-sendi yang mewakili pergelangan kaki, lutut, dan pinggul. Sistem tangan Adalah bagian atau anggota badan robot selain sistem roda atau kaki. Dalam konteks mobile robot, bagian tangan ini dikenal sebagai manipulator yaitu sistem gerak yang berfungsi untuk memanipulasi (memegang, mengambil, mengangkat, memindah atau mengolah) obyek. [4] III.2. Diagram Blok Rangkaian Dibawah ini adalah gambar blok rangkaian dari robot yang dibuat oleh penulis yang terdiri dari tiga proses, yaitu input (sensor), proses (mikrokontroler), dan output (motor DC). Blok Rangkaian Sensor INPUT 34

4 Ultrasonic Transmitter Halangan Ultrasonic Receiver Pengkondisian Sinyal Mikrokontroler AT89C52 PROSES Blok Rangkaian Motor DC Motor DC Driver motor DC OUTPUT Gambar 3.2. Diagram blok rangkaian Berdasarkan blok diagram diatas, sensor yang digunakan untuk mengenal keadaan lingkungan luar dimana robot ini akan beroperasi adalah sensor ultrasonic. Sensor ini akan bekerja dengan cara mendeteksi adanya halangan dari pergerakan robot mobile ini. Pendeteksian sinyal yang datang menggunakan prinsip pemantulan dari rangkaian transmitter ke rangkaian receiver dari sensor ultrasonic. Hasil pemantulan tersebut masih dalam bentuk sinyal analog. Sedangkan sinyal yang dibutuhkan oleh bagian processing dalam hal ini dilakukan oleh mikrokontroler adalah sinyal digital. Oleh karena itu maka pada output rangkaian receiver sensor ultrasonic dibuat rangkaian tambahan lagi berupa rangkaian transistor yang dalam rangkaian ini memiliki fungsi sebagai saklar. 35

5 Output dari rangkaian transistor sebagai saklar ini sudah dalam bentuk digital, yaitu berupa kondisi HIGH (1) atau LOW (0). Dari proses pengkondisian sinyal ini maka diperoleh keluaran berupa data digital dari receiver dan akan diberikan kepada mikrokontroler AT89C52. Mikrokontroler akan mengolah hasil input dari blok rangkaian sensor yang terdapat pada P1.1 sampai P1.3. Prosesnya adalah bagaimana mikrokontroler akan menterjemahkan hasil input dari sensor dan mensingkronisasikannya dengan program yang sudah tertanam di chip mikrokontroler tersebut. Proses mikrokontroler untuk menterjemahkannya dan menjadi penghubung antara input dan output sangat rumit. Disini mikrokontroler akan menggabungkan dan mensinkronisasikan antara software dengan blok perancangan hardware. Dari hasil proses yang dilakukan oleh mikrokontroler maka akan dihasilkan suatu kondisi perintah kepada driver dari motor dc, dalam hal ini berupa IC L293D yang kemudian akan menggerakkan motor dc, baik ke arah kanan maupun ke arah kiri tergantung dari hasil input dari sensor dan hasil output dari mikrokontroler AT89C52 yang diberikan kepada IC pada driver motor tersebut. III.3. Perancangan Perangkat Keras (Hardware) III.3.1. Blok rangkaian sensor ultrasonic 36

6 Pemancar gelombang ultrasonic disusun oleh sebuah transduser ultrasonik yang diberi gelombang kotak dengan frekuensi sekitar 40 KHz. Gelombang kotak dihasilkan oleh untai multivibrator yang disusun oleh IC 555 yang bekerja secara astable. Rangkaian pemancar ultrasonic ditunjukkan gambar 3.3 (a). 9V Transmitter 9V Receiver D3 C1 R1 VR TRM IC R2 C2 RCV C7 R2 R3 TR2 C1 TR1 R1 R4 C2 R5 C3 D2 D1 R6 C4 R7 C5 TR3 SN7473 C6 R R9 LED R10 TR4 P1 µc (a) (b) Gambar 3.3. Rangkaian sensor ultrasonik. (a) Transmitter (b) Receiver Rangkaian sensor dibuat sebanyak 3 bagian yang pada tiap bagian dari sensor terdiri dari pasangan transmiter dan receiver dari sensor ultrasonic. Ketiga bagian tersebut ditempatkan pada bagian depan serta bagian samping kanan dan kiri dari robot. Output dari ketiga pasangan sensor ini dihubungkan ke mikrokontroler melalui Port1 agar dapat diolah yang kemudian akan menghasilkan keluaran 37

7 untuk memberikan input kepada IC L293D sebagai driver motor untuk menggerakkan motor sesuai dengan data yang diterima dari mikrokontroler. Selain sebagai input data, output dari sensor digunakan juga sebagai pembangkit sinyal interrupt. Untuk itu, maka diperlukan rangkaian lain yang akan membangkitkan sinyal interrupt ketika salah satu atau lebih sensor tersebut mendeteksi sambungan antara transmiter dengan receiver. Pada kasus ini penulis menambahkan gerbang logika OR. Dengan menggunakan gerbang logika OR, interrupt high akan aktif (INT 1=1). Komponen yang digunakan adalah IC 74LS32. Ultrasonik input A B INT 1 C Gambar 3.4. Rangkaian pembangkit interupt Dibawah ini adalah keluaran yang dihasilkan dari rangkaian dengan menggunakan gerbang logika OR Tabel 3.1 Tabel kondisi pembangkit interrupt A B INT 1 38

8 III.3.2. Blok rangkaian mikrokontroler Jenis mikrokontroler yang digunakan adalah AT89C52 yang memiliki empat buah port I/O, yaitu: 1. P0 (pin 32 sampai pin 39) 2. P1 (pin 1 sampai pin 8) 3. P2 (pin 21 sampai pin 28) 4. P3 (pin 10 sampai pin 17) Pada perancangan alat ini penulis hanya menggunakan tiga port saja, yaitu Port 0 berfungsi sebagai output. Pin yang digunakan yaitu pada P0.0 sampai P0.6. Kelima pin ini akan dihubungkan ke input dari IC untuk driver motor dc. Kemudian Port 1 berfungsi sebagai input dari rangkaian sensor ultrasonik. Masing-masing sensor menempati satu bit pada Port 1 yaitu P1.0, P1.1, dan P1.2. Yang ketiga adalah Port 3. Port ini adalah port khusus pada keluarga 8051, karena memiliki fungsi interrupt. Oleh karena perancangan alat ini menggunakan rutin interrupt, maka kaki P3.3 (yang berfungsi sebagai INT 1) dihubungkan ke output rangkaian pembangkit interrupt dari rangkaian sensor dengan menggunakan gerbang logika OR pada IC 74LS32. 39

9 Pada blok rangkaian dari mikrokontroler ini juga terdapat rangkaian reset, yaitu jika kita mengeksekusi tombol yang ada, maka secara otomatis address program dari mikrokontroler akan menuju ke alamat 0000H. Nilai tersebut dinamakan sebagai vektor reset, yang merupakan nomor awal dari memoriprogram yang menampung program agar dapat dijalankan. Dengan kata lain akan kembali ke awal perintah atau program. Perintah ini merupakan satu-satunya perintah yang tidak dapat dihalangi oleh perintah lain. Pembahasan diatas memberkan gambaran bahwa proses reset merupakan peristiswa perangkat keras (sinyal reset dihubungkan ke kaki reset mikrokontroler) yang dipakai untuk mengatur kerja dari software, yakni menentukan aliran proses program prosesor. Selain rangkaian reset, juga terdapat rangkaian yang osilator. Ini merupakan rangakain yang memicu CPU dan mikrokontroler untuk mengerjakan satu intruksi ke instruksi berikutnya dalam proses yang berurutan. Setiap langkah kecil dari operasi mikrokontroler membutuhkan waktu sebanyak satu atau beberapa clock untuk melakukannya yang akan menentukan kecepatan kerja dari mikrokontroler. Program untuk mengendalikan kerja dari mikrokontroler disimpan dalam memori program, yang merupakan kumpulan dari instruksi kerja mikrokontroler. Sepanjang mikrokontroler bekerja, instruksi tersebut byte demi byte akan diambil CPU dan selanjutnya dipakai untuk mengatur kerja mikrokontroler. Proses pengambilan kerja dari instruksi dari memori program 40

10 disebut fetch cycle dan saat CPU melaksanakan instruksi tersebu dinamakan execuets cycle. Semua mikrokontroler maupun mikroprosesor dilengkapi oleh sebuah register yang berfungsi kusus untuk mengatur fetch cycle, register tersebut dinamakan Program Counter (PC). Nilai dari PC secara otomatis akan bertambah satu setiap kali selesai mengambil 1 byte isi memori program, dengan demikian isi memori program bisa berurutan diberikan ke CPU. Saat mikrokontroler di-reset, isi PC menjadi 0000H, artinya sesaat setelah reset isi dari memori program nomor 0 dan seterusnya akan diambil ke CPU dan diperlakukan sebagai instruksi yag akan mengatur kerja mikrokontroler. Dengan demikian, awal dari program pengendali harus ditempatkan di memori nomor 0, setelah reset mikrokontroler menjalankan program mulai dari memori program 0000H, dengan melakukan fetch cycle SENSOR 1 dabn execute cycle terus menerus tanpa henti. P1.0 Vcc SENSOR 2 P1.1 P0.0 SENSOR 3 Jika sarana interrupt diaktifkan, dan tegangan P1.2 di kaki P0.1 INT 1 merubah P1.3 P0.2 P1.4 P0.3 dari 0 menjadi 1, maka 5 proses V menjalankan program diatas akan dihentikan P1.5 P0.4 sebentar, kemudian mikrokontroler sendiri akan P1.6 melayani P0.5 dulu permintaan 100? 10 µf interrupt, selesai melayani permintaan interrupt CPU akan melanjutkan AT89C52 P1.7 P0.6 RST P0.7 5 V mengerjakan program utama lagi. 30 pf 8K2 P3.0 (RXD) EA/Vpp P3.1 (TXD) ALE/PROG P3.2 (INT0) PSEN P3.3 (INT1) P2.7 (A15) P3.4 (T0) P2.6 (A14) P3.5 (T1) P2.5 (A13) P3.6 (WR) P2.4 (A12) P3.7 (RD) P2.3 (A11) XTAL 2 P2.2 (A10) 30 pf41 XTAL 1 P2.1 (A9) GND P2.0 (A8)

11 Gambar 3.5. Blok rangkaian mikrokontroler III.3.3. Rangkaian penggerak motor DC Untuk penggerak dari rangkaian roda pada robot menggunakan motor dc. Pada motor dc sendiri tidak dapat dikendalikan langsung oleh keluaran dari mikrokontroler. Tegangan mikrokontroler hanya sebesar 5 Volt, sedangkan motor Adc yang digunakan pada robot ini membutuhkan tegangan sebesar B 12 volt agar dapat bekerja dengan optimal. Oleh sebab itu, untuk mengendalikan motor dc 12 Volt dengan 100 tegangan O 5 Q3 Volt dari mikrokontroler, Q5 100 Operlu dibuat rangkaian 22 KO D 560 khusus. Rangkaian pengendali motor dc yang digunakan disini adalah rangkaian Q yang dikenal dengan sebutan H-Bridge transistor circuit, dinamakan demikian 100 O Q4 D V 42 D 560 Q6 D O Q KO

12 karena rangkaian transistor dan motor ini membentuk abjad H (gambar 3.6). Rangkaian ini umum digunakan untuk mengatur putaran motor ke arah yang diinginkan dengan memberikan logika Transistor-Transitor Logic (TTL) yang sesuai dengan ketentuan pada kaki inputnya (tabel 3.2). A 12 V B 22 KO 100 O Q3 D 560 Q5 D O 22 KO Q Q O Q4 D 438 Q6 D O Gambar 3.6. Driver motor DC menggunakan rangkaian H-Bridge Rangkaian penguat ini digunakan untuk mengatur putaran motor dc ke arah kanan atau kiri. Perputaran motor dc ini diatur dengan merubah polaritas dari tegangan yang bekerja pada motor dc. Jika titik A diberi input, maka transistor Q1 akan aktif, yang akan membuat transistor Q3 dan Q6 juga aktif. Q3 akan menghubungkan titik C pada motor ke +12 volt, dan Q6 menghubungkan ke ground. Dari sini pergerakan 43

13 putaran motor akan searah dengan jarum jam. Jika titik A tidak diberi input maka Q1, Q3 dan Q6 tidak akan menghantar, sehingga motor tidak akan bergerak. Kemudian sebaliknya jika titik B yang diberi input maka transistor Q2, Q4, dan Q5 akan aktif. Dengan transistor pada Q5 yang akan mendapat tegangan +12 volt dan transistor Q4 yang akan terhubung ke ground. Dengan kondisi seperti ini, maka motor akan berputar berlawanan dengan jarum jam. Dari rangkaian ini pula tidak diperbolehkan untuk mengaktifkan A dan B secara bersamaan. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan terjadi hubungan singkat/korsleting. Dengan adanya hal seperti ini maka akan dapat merusak rangkaian H-Bridge ini, bahkan keseluruhan sistem. Tabel 3.2 Kondisi putaran motor Logika A Logika B Arah Putaran 0 0 Diam 0 1 Berlawanan jarum jam 1 0 Searah jarum jam 1 1 Dilarang Pada penelitian ini penulis mengganti rangkaian H-Bridge dengan sebuah komponen Integrated Circuit (IC) L293D. IC ini mempunyai fungsi yang sama dengan rangkaian H-Bridge. Gambar 3.7 menunjukkan konfigurasi pin dari IC L293D. 44

14 EN1 VSS IN1 IN4 OUT1 L293D OUT4 GND GND GND GND OUT2 OUT3 IN2 IN VC EN2 9 Gambar 3.7. Alokasi pin IC L293D Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa IC ini mempunyai dua buah sumber tegangan, yaitu 5 volt untuk mengaktifkan IC yang terdapat pada pin 16 dan sumber tegangan 12 volt pada pin 8 yang berfungsi untuk menggerakkan motor dc. Pada pin 1 dan pin 9 berfungsi untuk meng-enable kan masingmasing motor. Sebab dalam rangkaian robot ini menggunakan dua buah motor dc. Pin 1 sebagai enable (EN1) untuk motor 1 dan pin 9 sebagai enable (EN2) untuk motor 2. Kemudian dari IC untuk driver motor dc ini setiap pin yang berfungsi sebagai input akan dihubungkan ke output dari mikrokontroler pada port 0 untuk menggerakkan arah putaran motor sesuai dengan data yang dikeluarkan dari mikrokontroler sehingga akan diperoleh suatu rangkaian seperti gambar berikut: 12 V 5 V 8 16 VC VSS P0.1 2 IN1 3 P0.2 P0.0 P0.4 7 IN2 1 EN1 10 IN2 L293D 6 11 P IN3 P0.3 9 EN2 14 GND GND

15 Gambar 3.8. Koneksi IC L293D dengan output dari mikrokontroler AT89C52 robot, yaitu: Berikut adalah tabel kondisi putaran motor dc terhadap arah pergerakan Tabel 3.3. Kondisi putaran motor terhadap arah pergerakan robot Motor kiri Motor kanan Arah pergerakan Maju Putar kanan Putar kiri Mundur III.3.4. Blok Rangkaian Catu Daya Dari keseluruhan rangkaian ini menggunakan tiga buah level tegangan, yaitu 5 volt yang digunakan untuk tegangan pada mikrokontroler dan, 9 volt untuk tegangan pada blok rangkaian transmitter sensor ultrasonic, serta 46

16 tegangan 12 volt untuk tegangan pada blok rangkaian receiver sensor ultrasonic dan pada rangkaian penggerak motor dc yang terdapat pada IC L293D. Sebagai sumber tegangan mengunakan baterai sebesar 1,5 volt sebanyak 8 buah. Dengan mengunakan regulator 7805 akan menghasilkan tegangan 9V RCV RCV RCV C1 R1 VR TRM C7 R2 R3 sebesar TR2 5 volt dan regulator R menghasilkan tegangan sebesar 9 volt. C1 TR1 4 R9 Berikut R1 adalah gambar TR3rangkaian dari catu daya yang digunakan C2 R4 R5 C7 R2 R3 C1 C2 TR1 R1 TR2 R4 R5 C7 R2 R3 C1 C2 TR1 R V IC TR2 R4 R5 C3 D2 D1 C3 D2 D1 C3 D2 D1 R6 C4 R6 C4 R6 C4 R7 R7 R7 C5 C5 12v TR3 TR3 C5 9V 1N4001 Gambar 3.9. Rangkaian catu daya C2 Gambar dibawah ini merupakan gambar rangkaian dari robot pendeteksi 5V 12V 1 R2 2 rintangan secara keseluruhan dan merupakan P1.2 penggabungan P0.1 IN1 dari VC masing- 5V masing blok rangkaian yang telah dibuat diatas tadi. 100? SN7473 C6 C6 11 R SN7473 µf 4 R V SN7473 C6 R R9 10 µf LED R10 TR4 LED R10 TR4 LED R10 TR4 D3 D3 D3 1 1 a1 a GND GND 0 b µF b µF P1.0 Vcc P1.1 P0.0 AT 89C52 P1.3 P0.2 P1.4 P0.3 P1.5 P0.4 P1.6 P0.5 P1.7 P0.6 RST P0.7 9v 5V 1 EN1 VSS 7 IN2 OUT1 9 EN2 OUT2 10 IN3 OUT3 15 IN4 OUT GND GND 5 13 GND GND L 293D 8K2 P3.0 (RXD) EA/Vpp P3.1 (TXD) ALE/PROG P3.2 (INT0) PSEN P3.3 (INT1) P2.7 (A15) P3.4 (T0) P2.6 (A14) 12v 1N µf 1 a GND 0 2 b1 0.1µF 9v 30 pf P3.5 (T1) P2.5 (A13) P3.6 (WR) P2.4 (A12) P3.7 (RD) P2.3 (A11) XTAL 2 P2.2 (A10) XTAL 1 P2.1 (A9) 1 a GND 0 2 b1 5v 30 pf 47 GND P2.0 (A8) 0.1µF

17 Gambar 3.9. Gambar rangkaian secara keseluruhan III.4. Perancangan Perangkat Lunak Dalam perancangan alat ini, bahasa yang digunakan oleh penulis adalah bahasa Assembler dengan bantuan software IDE 8051 yang dapat dijalankan pada sistem operasi Windows. 48

18 Gambar Tampilan dari software IDE 8051 Software ini dapat berfungsi sebagai editor dan simulator dari program yang telah kita buat. Software ini akan menampilkan isi dari accumulator, program counter, stack pointer, register-register, dan port pada saat program buatan kita sedang dijalankan. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah program yang telah kita buat sudah benar atau belum. Bila belum benar, program dapat diperbaiki secara langsung dari software IDE 8051 ini. Bagi program yang telah di-compile maka akan terdapat dua jenis file, yaitu file berekstension LST, contohnya program.lst (gambar 3.10) dan file yang berekstension HEX, contohnya program.hex (gambar 3.11). 49

19 Gambar Tampilan program yang memiliki ekstension LST Gambar Tampilan program yang memiliki ekstension HEX. Untuk men-download program, file yang kita butuhkan adalah yang memilki ekstensi HEX seperti contoh diatas, yang selanjutnya akan kita 50

20 download pada EPROM writer, berikut adalah tampilan dari software untuk menjalankan EPROM writer, yaitu: Gambar Tampilan software WACESS untuk men-download program III.5.`Flowchart program Dalam setiap pembuatan suatu alat, hal terpenting yang paling utama dalam perancangannya adalah bagaimana kita dapat mengetahui prinsip kerja dari alat yang dapat digambarkan dalam bentuk flowchart. Gambar dibawah adalah flowchart START program secara keseluruhan dari pembuatan alat ini. INISIALISASI INTERUPSI DETEKSI TRACK TRACK TERDETEKSI?? YA ROBOT BERGERAK SUBRUTINE DETEKSI TRACK MENGIKUTI TRACK TIDAK ROBOT TIDAK BERGERAK 51 TIDAK GARIS AKHIR?? YA STOP

21 Gambar Flowchart program keseluruhan Program utama dari pembuatan robot ini adalah mendeteksi adanya input dari sensor ultrasonic kepada mikrokontroler AT89C52 yang terletak pada P0.0, P0.1, dan P0.2. Program akan bereaksi dengan mengirimkan output kepada driver motor dc sesuai dengan data yang diterimanya. Motor dc akan bergerak jika input dari sensor akan memiliki logka 1 (high). Untuk pengecekan bit pada program pendeteksi sinyal dalam bahasa Assembler menggunakan perintah Jump if Bit Set (JB). Perintah ini akan bekerja dengan cara mengecek kondisi bit satu dari masing-masing sensor yang terhubung ke port dari input dari mikrokontroler. Yang kemudian akan berpindah ke bagian label dari program pendeteksi sinyal yang telah ditentukan (address code) jika bit yang 52

22 diperiksa tersebut bernilai HIGH (1). Jika bit yang diperiksa bernilai LOW (0), maka program akan melaksanakan baris perintah setelah perintah JB tersebut. Cara kerja dari program secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 1. Yang pertama adalah inisialisasi interupsi, yaitu INT1. Inisialisasi interupsi dilakukan pada register IE. Dimana untuk mengaktifkan INT1 maka pada program harus diberikan perintah MOV IE, #84H. 2. Jika sensor mendeteksi adanya halangan baik yang ada di sisi depan, kiri, maupun sisi depan robot maka interupsi akan aktif dan menuju subroutine sensor. Selanjutnya akan mencari sensor mana yang akan mengalami perubahan pada masukannya. Sensor yang pertama kali dicek adalah yang terhubung dengan P0.0 pada mikrokontroler, selanjutnya P0.1 dan P0.2. Jika ada sensor yang terdeteksi maka data yang mengalami perubahan akan diberikan ke driver penggerak motor yang selanjutnya roda dari robot akan berputar sesuai dengan input sinyal dari sensor kepada mikrokontroler. 3. Subroutine dari motor berisi perintah mengeluarkan output berupa arah putaran roda dari robot (tabel 3.4). Tabel 3.4. Kondisi putaran motor terhadap sensor 53

23 SU.2 SU.1 SU.0 Kondisi putaran motor Stop Kiri Mundur Kiri Kanan Maju Kanan Mundur 4. Kondisi ini akan berlangsung secara terus menerus sampai batas akhir dari track. 5. Selanjutnya program akan kembali ke program utama jika tidak ada lagi interupsi yang diterima oleh sensor. Dari penjelasan flowchart pada gambar 3.14 diatas, maka dalam perancangan alat ini terdapat dua program pengendali, yaitu: 1. Program deteksi rintangan Sensor ultrasonic akan mendeteksi adanya objek yang menghalangi pergerakan dari robot, baik yang ada di samping kanan, kiri maupun sisi depan. Program ini menggunakan fasilitas interupsi 1 (INT1). Dibawah ini adalah flowchart dari program deteksi rintangan. 54

24 START CEK SENSOR1 SENSOR 1 TERDETEKSI?? Y T CEK SENSOR2 CEK SENSOR2 SENSOR 2 TERDETEKSI?? Y SENSOR 2 TERDETEKSI?? Y T T CEK SENSOR3 CEK SENSOR3 CEK SENSOR3 CEK SENSOR3 SENSOR 3 TERDETEKSI?? Y SENSOR 3 TERDETEKSI?? Y SENSOR 3 TERDETEKSI?? Y SENSOR 3 TERDETEKSI?? Y T T T T IR = 000 STOP UT = 100 KANAN IR = 010 MUNDUR IR = 110 KANAN IR = 001 KIRI IR = 101 MAJU IR = 011 KIRI IR = 111 MUNDUR RETI Gambar Flowchart program deteksi rintangan Program ini akan mengecek kondisi bit satu per satu dimulai dari P0.0 yang terhubung ke sensor ultrasonic kiri, selanjutnya akan mengecek sensor ultrasonic depan. Proses ini berlangsung terus-menerus sesuai dengan flowchart diatas. Hingga terdapat hasil akhir yang akan mempengaruhi kondisi putaran dan arah motor. 55

25 * * * * * * * * * * * * * * * * * * program deteksi sensor * * * * * * * * * * * * * * * * * * * SCAN: K: JB SU_1, D ; cek sensor kanan ; SU = xx1, cek sensor depan KD: JB SU_2, Q ; cek sensor kanan depan ; SU = x10, cek sensor kiri KDQ: JB SU_3, SCAN_KANAN ; cek sensor kanan depan kiri ; SU = 100, KANAN LJMP SCAN_STOP ; SU = 000, STOP D: JB SU_2, DQQ ; cek sensor depan ; SU = x11, cek sensor depan kiri kiri DQ: JB SU_3, SCAN_MAJU ; cek sensor depan kiri ; SU = 101, MAJU LJMP SCAN_KIRI ; SU = 001, KIRI DQQ: JB SU_3, SCAN_MUNDUR ; cek sensor depan kiri kiri ; SU = 111, MUNDUR LJMP SCAN_KIRI ; SU = 011, KIRI Q: JB SU_3, SCAN_KANAN ; cek sensor kiri ; SU = 110, KANAN LJMP MUNDUR ; SU = 010, MUNDUR OUT: RETI 2. Program pengendali motor Untuk program pengendali arah putaran motor ini dihasilkan dari adanya input dari sensor. Program ini berisi bit 0 dan 1 yang konfigurasi masing-masing bitnya sudah diprogram dan ditentukan dari output IC L293D sebagai driver motor. Berikut adalah subroutine dari program pengendali motor. * * * * * * * * * * program motor * * * * * * * * * * KANAN: MOV MDC, # b ACALL DELAY RET KIRI: MOV MDC, # b ACALL DELAY RET MAJU: MOV MDC, # b ACALL DELAY RET 56

26 MUNDUR: MOV MDC, # b ACALL DELAY RET 57

BAB IV UJI COBA DAN ANALISA

BAB IV UJI COBA DAN ANALISA BAB IV UJI COBA DAN ANALISA Cara pengujian alat ini adalah dengan mencari hasil dari uji dari masingmasing tiap blok rangkaian sebelum menggabungkannya dalam satu bentuk rangkaian seutuhnya. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Konstruksi Fisik Line Follower Robot Konstruksi fisik suatu robot menjadi dasar tumpuan dari rangkaian eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana

Memprogram Port sebagai Output dan Input Sederhana BAGIAN 1 Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Mahasiswa trampil memprogram Port sebagai Input dan Output sederhana menggunakan bahasa pemrograman assembly Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. Mahasiswa memahami Konstruksi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERANGKAT KERAS 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM Bambang Tri Wahyo Utomo, S.Kom Pri Hadi Wijaya ABSTRAKSI Disini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi kecelakaan didunia pertransportasian. Salah satunya dalam industri perkeretaapian. Salah satu penyebab banyaknya kecelakaan adalah disebabkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan daya rendah, kemampuan tinggi,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam merancang alat pengendali nyala lampu menggunakan media infra merah berbasis mikrokontroler terbagi atas dua pengendalian yaitu pengendalian dimmer atau terang redup lampu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

Crane Hoist (Tampak Atas)

Crane Hoist (Tampak Atas) BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI 4.1. Simulator Alat Kontrol Crane Hoist Menggunakan Wireless Simulasi ini dibuat menyesuaikan cara kerja dari sistem kontrol mesin crane hoist menggunakan wireless berbasis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan alat simulasi Sistem pengendali lampu jarak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Umum Pembuka pintu otomatis merupakan sebuah alat yang berfungsi membuka pintu sebagai penganti pintu konvensional. Perancangan sistem pintu otomatis ini merupakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER Pendahuluan Pada dasarnya mikrokontroler bukanlah ilmu pengetahuan yang baru, tetapi adalah hasil pengembang dalam teknologi elektronika. Jika dasar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat keras Mikrokontroler AT89S51 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler

Lebih terperinci

dan sensor warna sebagai masukan atau inpu, dan keluaran atau ou^u, ya 8 berupa respon dari Valve. Blok diagram sistem dapa, diliha, pada Gambar 3.

dan sensor warna sebagai masukan atau inpu, dan keluaran atau ou^u, ya 8 berupa respon dari Valve. Blok diagram sistem dapa, diliha, pada Gambar 3. BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab,1, akan dibahas mengenai perancangan sistem ya g di dalamnya terdapat perancangan rangkaian elektronik, serta sistem pengendahan pensortir kapas berbasis mikrikontroller

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Metode Perancangan Metode yang digunakan untuk membuat rancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan dan pembuatan alat merupakan bagian yang terpenting dari seluruh pembuatan tugas akhir. Pada prinsipnya perancangan dan sistematik yang baik akan memberikan kemudahan-kemudahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi wajah animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERANGKAT KERAS 2.1.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR Kecerdasan-buatan yang dirancang untuk robot pencari jalur ini ditujukan pada lingkungan labirin (maze) dua dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan BAB III MEODE PENELIIAN DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II KWH-METER ELEKTRONIK

BAB II KWH-METER ELEKTRONIK 3 BAB II KWH-METER ELEKTRONIK 2.1. UMUM Energi ialah besar daya terpakai oleh beban dikalikan dengan lamanya pemakaian daya tersebut atau daya yang dikeluarkan oleh pembangkit energi listrik dikalikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman DAFTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pemantau Ketinggian Air Cooling Tower di PT. Dynaplast. Pengujian dan pengoperasian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi jari animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya terdapat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam perancangan sistem ini antara lain studi kepustakaan, meninjau tempat pembuatan tahu untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu, BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM Pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah sistem beroperasi dengan baik, juga untuk menunjukkan bahwa sistem tersebut sesuai dengan yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer disusun oleh : MERIZKY ALFAN ADHI HIDAYAT AZZA LAZUARDI JA FAR JUNAIDI 31780 31924

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1 Konveyor Konveyor hanya bergerak ke satu arah saja, konveyor digerakkan dengan motor stepper 12V type. Sinyal keluaran dari motor stepper untuk menggerakkan konveyor dirangkaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor pada masa kini didesain sedemikian rupa untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor pada masa kini didesain sedemikian rupa untuk lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor pada masa kini didesain sedemikian rupa untuk lebih memanjakan pengemudinya. Salah satu contohnya adalah pengemudi kendaraan bermotor pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras ini meliputi sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan pembuatan alat elektrostimulator.perencanaan tersebut meliputi dua bagian yaitu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ADC0809 ADC0809 adalah IC pengubah tegangan analog menjadi digital dengan masukan berupa 8 kanal input yang dapat dipilih. IC ADC0809 dapat melakukan proses konversi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem bagaimana kursi roda elektrik mampu melaksanakan perintah suara dan melakukan pengereman otomatis apabila

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sensor ultrasonik sebagai pemancarnya. Sementara untuk modul receiver, jika

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sensor ultrasonik sebagai pemancarnya. Sementara untuk modul receiver, jika BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi perancangan sistem yang terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun sistem. Sistem yang dibuat terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 22 BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1. Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Pembahasan perangkat keras

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan sistem keamanan pada kendaraan roda dua menggunakan sidik jari berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAKSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... xv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan dari prototype yang dibuat, yaitu konsep dasar alat, diagram blok, perancangan elektronika yang meliputi rangkaian rangkaian elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER 3.1 Perancangan Sistem Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : a. perancangan perangkat keras (hardware) dengan membuat reader RFID yang stand alone

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Inteligent Parking System Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi menjadi beberapa tempat. Dengan demikian kendaraan yang

Lebih terperinci

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Mikrokontroler 89C51 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 Kbytes Flash Programmable Memory. Arsitektur 89C51 ditunjukkan pada gambar 2. Accumulator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Pada bab ini akan membahas proses yang akan dilakukan terhadap alat yang akan dibuat, mulai dari perancangan pada rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan aplikasi dengan menggunakan metodologi perancangan prototyping, prinsip kerja rangkaian berdasarkan

Lebih terperinci