Low density lipoprotein padat kecil sebagai prediktor dari kualitas hidup pada lanjut usia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Low density lipoprotein padat kecil sebagai prediktor dari kualitas hidup pada lanjut usia"

Transkripsi

1 Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4 Low density lipoprotein padat kecil sebagai prediktor dari kualitas hidup pada lanjut usia ABSTRAK Pusparini* a, Rita Khairani** dan Danny Wiradharma* * Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ** Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Usia harapan hidup yang makin meningkat menyebabkan populasi lanjut usia (lansia) di dunia semakin meningkat. Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup lansia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil lipid sebagai prediktor dari kualitas hidup pada lansia. Penelitian potong lintang dilakukan pada 103 lansia di suatu Kecamatan di Jakarta Selatan yang terdiri dari 66 orang lansia perempuan dengan usia rata-rata 65,64 ± 6,17 tahun dan 37 orang lansia laki-laki dengan rata-rata usia 66,70 ± 5,86 tahun. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai kualitas hidup lansia pada domain fisik besarnya 13,18 ± 1,72, domain psikologik 12,91 ± 1,89, domain sosial 13,69 ± 2,74 dan domain lingkungan 14,05 ± 1,76. Persentase lansia yang mempunyai nilai di bawah nilai median untuk domain fisik sebesar 42,7%, domain psikologik 39,8%, domain sosial 35% dan domain lingkungan 48,5%. Jadi kualitas hidup lansia pada penelitian ini sebagian besar menunjukkan kualitas hidup di atas rata-rata. Kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL) kolesterol apo B, dan LDL padat kecil merupakan prediktor dari kualitas hidup lansia. Kata kunci : LDL padat kecil, apo B, kualitas hidup, lanjut usia ABSTRACT Small density low density lipoprotein as a predictor of quality of life in elderly people Increasingly life expectancy age caused increasing elderly population in the world. These phenomenon must be followed by improve healthy quality of life (QOL) among elderly people. The objective of this study was to explore whether lipid profile can be used as a predictor of QOL in elderly peoplle. One hundred and three elderly people from one district in South Jakarta was recruited into this study. The mean aged among women elderly were ± 6.17 years and among men elderly were ± 5.86 years. The result showed that the mean scores QOL among elderly in this study were physical capacity domain ± 1.72, psychological well-being domain ± 1.89, and social relationship domain ± 2.74 and environment domain ± Percentage elderly who had score of QOL under the median score are 42.7% for physical capacity domain, 39.8% for psychological wellbeing domain, 35% for social relationship domain and 48.5% for environment domain. So, QOL in this study showed that more 50% elderly in this study had a good QOL. Total cholesterol, low densety lipoprotein (LDL) cholesterol apo B, and small dense LDL were predictors for QOL in elderly people. Keywords : Small dense LDL, apo B, quality of life, elderly 172 Korespondensi : a Pusparini Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta Tel eks. 2404, Fax rini_puspa@gmail.com

2 Vol.25 No.4 PENDAHULUAN The United Nations Population Division pada tahun 2002 memperkirakan terdapat sekitar 605 juta lanjut usia (> 65 tahun) di dunia, dan sekitar 400 juta bertempat tinggal di negara sedang berkembang. (1) Di Asia Tenggara proporsi lanjut usia (lansia) akan meningkat dari 5 persen pada tahun 1950 menjadi 11,5 persen pada tahun 2050 yang berarti terdapat peningkatan secara absolut sebesar 4 kali lipat. (1) Pada tahun 2000, Indonesia sudah memasuki era penduduk berstruktur tua dengan proporsi populasi lansia sebesar 7,18 persen dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,34 persen. Perhatian yang lebih serius terhadap lansia perlu ditingkatkan. Peningkatan populasi lansia secara dramatis lebih banyak terjadi di negara berkembang. Pada mulanya struktur penduduk di negara berkembang lebih didominasi oleh usia muda dibandingkan lansia. Pada tahun 2050 nanti struktur penduduk akan mengalami pergeseran, proporsi penduduk usia muda dan lansia menjadi berimbang. (1) Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada kehidupan lansia. Menua atau menjadi tua merupakan suatu proses yang akan dialami oleh semua orang dan tak seorangpun dapat menghindari. Menua merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy aging). (2,3) Dengan makin meningkatnya usia harapan hidup di antara lansia yang disebabkan peningkatan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan, maka penting pula diperhatikan peningkatan kualitas hidup (quality of life/qol) lansia. Menurut World Health Organization (WHO) batasan dari kualitas hidup sangat luas dan bersifat multidimensional yang meliputi beberapa domain yaitu domain fisik, psikologi, sosial dan lingkungan. WHO telah menyusun sebuah instrumen untuk mengukur kualitas hidup pada lansia yang dikenal sebagai WHOQOL BREF. Ada 26 pertanyaan mengenai kualitas hidup lansia dengan masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 sampai dengan 5. Nilai 1 menunjukkan keadaan sangat buruk sedangkan nilai 5 menunjukkan keadaan yang sangat baik. Makin tinggi nilai dari setiap item makin tinggi pula kualitas hidup seorang lansia. (4,5) Penyakit vaskuler aterosklerotik dengan manifestasi klinik berupa penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke merupakan penyebab utama kematian pada lansia. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kadar kolesterol total, trigliserida dan low density lipoprotein (LDL) kolesterol yang tinggi serta kadar high density lipoprotein (HDL) kolesterol yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya kelainan kardiovaskuler. (6,7) Penelitian lain menunjukkan adanya hubungan antara kadar lipoprotein densitas rendah dalam darah dan perkembangan aterogenesis. (8) Kadar kolesterol LDL yang tinggi merupakan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, namun demikian pada sebagian penderita PJK ditemukan kolesterol LDL masih dalam batas normal. (9) Penelitian St- Pierre et al (10) melaporkan, pasien laki-laki dengan LDL ukuran kecil dan densitas tinggi yang disebut small dense (padat kecil) LDL insidens terjadinya PJK meningkat enam kali lipat dibandingkan pasien dengan LDL ukuran normal. Partikel LDL mempunyai ukuran, densitas dan komponen kimia yang heterogen. Pola kolesterol LDL dibagi menjadi dua yaitu fenotip A dan fenotip B. Hipotesa yang menyatakan bahwa untuk menjadi aterogenik LDL harus mengalami modifikasi melalui proses oksidasi yang melibatkan radikal bebas telah dibuktikan dengan penelitian biokimiawi, percobaan binatang maupun studi 173

3 Pusparini, Khairani, Wiradharma LDL padat kecil dan lansia epidemiologi. (11) LDL fenotip B ditemukan pada 30-40% pria dewasa, sedangkan pada pria berumur kurang dari 20 tahun dan wanita premenopause, prevalensinya jauh lebih rendah yaitu 5 10%. Prevalensi pada wanita pasca menopause sekitar 15 25%. (10-12) Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi LDL padat kecil sebagai prediktor dari kualitas hidup lansia. METODE Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional) untuk mencapai tujuan penelitian. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah penduduk di wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Jakarta Selatan yang telah berusia 60 tahun keatas. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pria dan wanita berusia 60 tahun, bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, menandatangani informed concern dan masih aktif (mobile). Kriteria eksklusi adalah tidak dapat berkomukasi. Pengumpulan data Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan wawancara oleh petugas pewawancara. Pengisian kuesioner dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat setiap minggunya. Subyek yang berhasil diwawancara diminta datang ke Puskesmas Kecamatan Mampang di Jakarta Selatan pada hari Sabtu. Subyek diminta untuk puasa selama 12 jam pada malam hari sebelum pengambilan darah. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tekanan darah, nadi, berat badan, tinggi badan, lingkar perut dan lingkar pinggul. Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai bulan November 2005 sampai dengan Januari Pengukuran kualitas hidup Kualitas hidup lansia diukur menggunakan kriteria WHOQOL-BREF Australian Version yang terdiri dari 26 butir. Masing-masing butir mempunyai 5 peringkat dari peringkat 1 sampai peringkat 5. Kriteria tersebut berturut-turut adalah (i) sangat buruk, (ii) buruk, (iii) cukup, (iv) baik, dan (v) sangat baik. WHOQOL-BREF mencakup 4 domain yaitu domain fisik, psikologik, hubungan sosial dan limgkungan. Data QOL yang didapat dari kuesioner dibagi menjadi 4 domain berdasarkan keriteria yang ditetapkan WHO yaitu domain 1, domain 2, domain 3 dan domain 4. Domain fisik terdiri dari pertanyaan urutan ke 3, 4, 10, 15, 16, 17, 18. Domain psikologik terdiri dari pertanyaan urutan ke 5, 6, 7, 11, 19 dan 26. Domain hubungan sosial terdiri dari pertanyaan urutan ke 20, 21 dan 22. Sedangkan domain 4 lingkungan terdiri dari pertanyaan urutan ke 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24 dan 25. Domain tidak dihitung bila 20% atau lebih dari pertanyaan tidak terjawab. Pemeriksaan Laboratorium Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diambil darah vena di fossa cubiti sebanyak 5 ml ke dalam vacutainer yang tidak mengandung antikoagulan. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 RPM selama 10 menit untuk mendapatkan serum guna pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, kolesetrol HDL dan apo lipoprotein beta (apo B) untuk mendapatkan kadar LDL padat kecil. Pemeriksaan kolesterol LDL dan apo B dilakukan dengan menggunakan reagensia dari Daichi. Kadar LDL padat kecil didapatkan dari hasil pembagian kolesterol LDL dibagi dengan apo B. Analisis data Data disajikan dalam bentuk rata-rata dan simpang baku atau persentase. Data dengan 174

4 Vol.25 No.4 variabel kontinyu dibandingkan dengan uji student t dan variabel diskret dibandingkan dengan uji Chi Square. Perbedaan dianggap bermakna bila tingkat kemaknaan p < 0,05. Uji regresi linear digunakan untuk mengidentifikasi LDL padat kecil sebagai prediktor dari kualitas hidup. HASIL Karakteristik subyek Pada penelitian ini telah berpartisipasi sebanyak 103 lansia dengan usia berkisar antara 60 sampai dengan 85 tahun dengan ratarata 65,9 ± 6,1 tahun terdiri dari 66 orang perempuan (61,77%) dan 37 orang laki-laki (38,23%). Karakteristik subyek lansia disajikan pada Tabel 1. Perbedaan bermakna antara laki-laki dan wanita terdapat pada tekanan darah sistolik (p=0,028), tekanan darah sistolik laki-laki lebih tinggi secara bermakna dibanding wanita. Pendidikan subyek bervariasi dari tidak sekolah sampai dengan sarjana strata 1 dan sarjana strata 2. Kualitas hidup (QOL) berdasarkan WHOQOL-BREF WHO telah mengeluarkan suatu kriteria untuk menilai kualitas hidup seseorang. Hasil dari kualitas hidup secara umum menunjukkan bahwa 45,2% lansia merasa cukup dan baik sedangkan mengenai kesehatan secara umum juga menunjukkan hasil 34,6% merasa cukup dan 48,1% merasa baik (Tabel 2). Pada keempat domain yang dinilai sebagian besar menunjukkan cukup dan baik, kecuali pada domain fisik yaitu mengenai rasa nyeri dan perasaan tidak nyaman menunjukkan skala sangat baik, demikian pula pada domain psikologik pada butir perasaan negatif menunjukkan hasil sangat baik. 175

5 Pusparini, Khairani, Wiradharma LDL padat kecil dan lansia Median dari keempat domain menunjukkan untuk domain fisik besarnya yaitu 13,1, domain psikologik 12,7, domain hubungan sosial 14,7, dan domain lingkungan 14,0. Frekuensi lansia yang mempunyai hasil di bawah nilai median untuk domain fisik sebesar 42,7%, domain psikologik sebesar 39,8%, domain hubungan sosial 35% dan domain lingkungan (Tabel 3). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek penelitian menunjukkan hasil QOL yang baik. Tabel 3. Nilai mean, median dan frekuensi < median masing-masing domain 176

6 Vol.25 No.4 Tabel 5. Analisis regresi linear dari profil lipid terhadap kualitas hidup lansia Tabel 5 menunjukkan kadar kolesterol merupakan prediktor dari domain fisik dan sosial, kadar LDL kolesterol merupakan prediktor dari domain psikologik, sosial dan lingkungan, kadar Apo B merupakan prediktor dari domain sosial dan lingkungan, sedangkan kadar LDL padat kecil merupakan prediktor dari domain psikologik kualitas hidup lansia. PEMBAHASAN Rata-rata nilai dari keempat domain studi ini besarnya antara 13,1 14,1, hasil studi ini tidak berbeda dengan penelitian pada lansia di Taiwan. (5) Namun rata-rata nilai keempat domain kualitas hidup ini sedikit lebih rendah dibandingkan penelitian yang dilakukan Skevinton SM, et al. (13) di duapuluh tiga negara yang mendapatkan nilai skor rata-rata besarnya antara 13,5 16,2. Namun rata-rata skor domain kualitas hidup studi ini lebih tinggi dibandingkan studi yang dilakukan pada lansia yang mengalami depresi di Auatralia. (14) Nilai rata-rata domain fisik (13,18 ± 1,72), psikologik (12,91 ± 1,89) dan sosial (13,69 ± 2,74) lebih tinggi dibandingkan lansia yang mengalami depresi nilai-rata-rata domain fisik 12,45 ± 3,58 dan domain psikologik 11,63 ± 3,55. Sedangkan domain sosial dan lingkungan tidak berbeda. Secara umum, kualitas hidup pada lansia yang mengalami depresi lebih buruk dibandingkan lansia yang mengalami gangguan kesehatan lainnya. (15) Kadar kolesterol LDL merupakan faktor prediktor dari domain psikologik, sosial dan lingkungan kualitas hidup lansia. Kadar LDL kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. (16) Kadar kolesterol total merupakan faktor prediktor dari domain fisik dan sosial kualitas hidup lansia. Kadar kolesterol yang tinggi seringkali dijumpai pada penderita miokar infark akut. (17) Kadar apo B juga merupakan prediktor dari domain sosial dan lingkungan kualitas hidup lansia. Rader dan Sniderman mereview 32 penelitian tentang hubungan antara kadar apo B dan risiko terjadinya penyakit jantung. Hasil review menunjukkan hubungan antara kadar apo B dan terjadinya penyakit jantung koroner tidak konsisten. (18) Kadar LDL padat kecil ternyata merupakan faktor prediktor dari domain psikologik kualitas hidup lansia. Studi lain menyatakan kadar LDL padat kecil berhubungan dengan sindroma metabolik dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. (19) Berarti LDL padat kecil secara tidak langsung berhubungan dengan kualitas hidup lansia. KESIMPULAN Kualitas hidup umum lansia pada penelitian ini berada pada kategori cukup dan baik. Dilihat dari nilai median maka sebagian besar subyek penelitian menunjukkan hasil kualitas hidup yang baik. Kadar kolesterol 177

7 Pusparini, Khairani, Wiradharma total, LDL kolesterol apo B dan LDL padat kecil merupakan prediktor dari kualitas hidup lansia. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Mampang, seluruh staf Puskesmas, para kader dan seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Hidayat A. Defisiensi gizi mikro pada lanjut usia: masalah kesehatan masyarakat? Farmacia 2003; 3: Darmojo RB. Penatalaksanaan penderita lanjut usia secara terpadu. Medika 2002; 1: Munandar AS. Menuju kehidupan lansia yang sejahtera. Farmacia 2003; 3: Ohaeri JU, Olusina AK, Al-Abassi AHM. Factor analytical study of the short version of the World Health Organization quality of life instrument. Psychopathology 2004; 37: Hwang HF, Liang WM, Chiu YN, Lin MR. Suitability of the WHOQOL-BREF for communitydwelling older people in Taiwan. Age Ageing 2003; 32: National Cholesterol Education Program (NCEP). Expert panel on detection, evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults (Adult Treatment Panel III). Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP). Circulation 2002; 106: Rizzo M, Berneis K. Low-density lipoprotein size and cardiovascular risk assessment. Q J Med 2006; 99: Klatt P, Esterbauer H. Oxidative hypothesis of atherogenesis. J Cardiovasc Risk 1996; 3: Lamarche B, Tchernof A, Moorjani S. Small dense low density lipoprotein particles as a predictor of LDL padat kecil dan lansia the risk of ischemic heart disease in men: prospective results from the Quebec cardiovascular study. Circulation 1997; 95: St-Pierre AC, Cantin B, Dagenais GR, Mauriege P, Bernard PM, Despres JP, et al. Low density lipoprotein subfractions and the long term risk f ischemic heart disease in men. 13 years follow up data from the Quebec cardiovascular study. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2005; 25: Grundy SM. Small LDL, atherogenic dyslipidemia and the metabolic syndrome. Circulation 1997; 95: Williams PT, Superko R, Haskell WL, Alderman EL, Blanche PJ, Holl LG, et al. Smallest LDL particles are most strongly related to coronary disease progression in men. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2003; 23: Skevington SM, Lotvy M, O Connell KA. The World Health Organization s WHOQOL-BREF quality of life assessment: Psychometric properties and result of the international field trial. A report from the WHOQOL group. Qual life 2004; 13: Naumann VJ, Byrne JA. WHOQOL-BREF as a measure of quality of life in older patients with depression. Inter Psychogeriatr 2004; 16: Angermeyer MC, Holzinger A, Matschinger H, Strengler-Wenzke K. Depression and quality of life: results of a folooow-up study. Inter J Soc Psychiatr 2002; 48: Rizzo M, Berneis K, Corrado E, Novo S. The significance of low-density- lipoproteins size in vascular diseases.inter Angiol 2006; 25: Rizzo M, Berneis K. Low-density lipoprotein size and cardiovascular risk assessment. Q J Med 2006; 99: Sniderman AD, Furberg CD, Keech A, Roeters van Lennep JE, Frohlich J, Jungner I, et al. Apolipoproteins versus lipids as indices of coronary risk and as targets for statin treatment. Lancet 2003; 361: Lada AT, Rudel LL. Associations of low density lipoprotein particle composition with atherogenicity. Curr Opin Lipidol 2004; 15:

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

Low density lipoprotein padat kecil sebagai faktor risiko aterosklerosis

Low density lipoprotein padat kecil sebagai faktor risiko aterosklerosis Januari-Maret 2006, Vol.25 No.1 Low density lipoprotein padat kecil sebagai faktor risiko aterosklerosis Pusparini a Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK Berbagai penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu dari penyakit saraf yang cukup memprihatinkan dan senantiasa membutuhkan perhatian kita bersama adalah stroke, penyakit ini disebut juga sebagai serangan

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suplai darah ke seluruh tubuh sangat penting bagi kehidupan karena di dalam darah terkandung oksigen yang sangat dibutuhkan sebagai pengangkut bahan makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total (hiperkolesterolemia), peningkatan kadar trigliserida

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KECENDERUNGAN PRIA DENGAN TESTOSTERON DEFICIENSI SYNDROM TERHADAP RISIKO MENDERITA METABOLIC SYNDROM

KAJIAN TINGKAT KECENDERUNGAN PRIA DENGAN TESTOSTERON DEFICIENSI SYNDROM TERHADAP RISIKO MENDERITA METABOLIC SYNDROM KAJIAN TINGKAT KECENDERUNGAN PRIA DENGAN TESTOSTERON DEFICIENSI SYNDROM TERHADAP RISIKO MENDERITA METABOLIC SYNDROM Bambang Wasito1 ABSTRACT Man above 50 years old, as women who experience menopause, will

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular disease) merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih tinggi angka morbiditas dan mortalitasnya. Dalam laporannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan proporsi tertinggi angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World Health Organization

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr. ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL Marissa Johannes, 2006 Pembimbing: Suhendar A.G.,dr.FCCP. FACA Aming Tohardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA Rilla Saeliputri, 2012. Pembimbing: Meilinah Hidayat, dr., MKes., Dr., Felix Kasim, dr., MKes.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah terjadi perubahan pola penyakit akibat program kesehatan serta perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan pada masyarakat. Penyakit infeksi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta

Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta Rita Khairani, Mieke Sumiera Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL Satya Setiadi, 2014, Pembimbing I : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

UNIVERSA MEDICINA. Adi Priyana* ABSTRAK

UNIVERSA MEDICINA. Adi Priyana* ABSTRAK UNIVERSA MEDICINA Januari-Maret 2007 Vol.26 - No.1 Perbandingan antara high density lipoprotein, lipoprotein(a) dan small dense low density lipoprotein sebagai parameter pertanda risiko penyakit jantung

Lebih terperinci

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes. ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) TIKUS JANTAN GALUR Wistar F. Inez Felia Yusuf, 2012. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan kelainan metabolik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Cameron dkk memperkirakan prevalensi sindrom

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

RS PERTAMINA BALIKPAPAN D MUHAMMAD IQBAL Dr. IQBAL, S Sp.JP JP RS PERTAMINA BALIKPAPAN RS. 2 Penyakit Kardiovascular : Penyakit Jantung Koroner (PJK ) menyebabkan 7.2 juta kematian di dunia di tahun 1996 14% dari total kematian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipid atau lemak adalah suatu kumpulan zat yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut seperti alkohol atau kloroform (Oxford Dictionary, 2003). Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Lebih terperinci

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2 HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN HIPERTENSI SISTOLIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK ENDOKRIN RUMAH SAKIT UMUM SANGLAH PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner (PJK) yangmemiliki risiko komplikasi serius bahkan kematian penderita. Penyakit

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA( ABSTRAK EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(Vernonia amygdalina Del), TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DI INDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Elton Fredy Kalvari, 2015 ;Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi kadar kolesterol di dalam darah melebihi batas normal ( 200 mg/dl). Tingginya kadar koleseterol ini dapat memicu beberapa penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI) BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kolesterol merupakan salah satu dari golongan lemak (lipida) padat yang berwujud seperti lilin. Kolesterol bersifat aterogenik atau sangat mudah menempel yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit tidak menular (Non Comunicable Disease) terdiri dari penyakit jantung, kanker, penyakit pernafasan kronis dan diabetes, penyakit ini bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya perkembangan teknologi dan globalisasi budaya memberikan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

UNIVERSA MEDICINA. Validitas dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia

UNIVERSA MEDICINA. Validitas dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia UNIVERSA MEDICINA Januari-Maret 2007 Vol.26 - No.1 Validitas dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia Oktavianus Ch. Salim*, Novia I. Sudharma*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian pada tahun 2012. Angka mortalitas ini mengalami peningkatan apabila

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK POLA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT- INAP DI BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM RS. IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2005 - DESEMBER 2005 Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi,

Lebih terperinci

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL TIKUS WISTAR JANTAN Ester Farida Manalu, 2014: Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Lebih terperinci

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan. Oleh: HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Gambaran Profil Lipid Pada Karyawan PT. Inalum Paritohan Tahun 2012

Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Gambaran Profil Lipid Pada Karyawan PT. Inalum Paritohan Tahun 2012 i Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Gambaran Profil Lipid Pada Karyawan PT. Inalum Paritohan Tahun 2012 Oleh: Richardo Marpaung 090100066 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 Veronica Shinta Setiadi, 2016. Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA

ABSTRAK HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA ABSTRAK HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA Wilson Susilo, 2016 Pembimbing I : Yenny Limyati, dr., SpKFR, M.Kes Pembimbing II: Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO Latar Belakang

Lebih terperinci

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel 52 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel hamil dengan preeklamsi, dipakai sebagai kelompok kasus dan 33 sampel hamil

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu permasalahan kesehatan di dunia yang menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP Theresa Sugiarti Oetji, 2011 Pembimbing I : drg. Winny Suwindere, MS. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan

Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4 Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan Yenny a dan Elly Herwana Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Lebih terperinci

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA ABSTRAK PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA Michelle Regina Sudjadi, 2012; Pembimbing I: Penny S.M.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011. Penyakit jantung iskemik menyebabkan 7 juta kematian dan menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug oriented)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci