SKRIPSI EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR. Oleh Puspita Wahyuningsih H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR. Oleh Puspita Wahyuningsih H"

Transkripsi

1 SKRIPSI EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR Oleh Puspita Wahyuningsih H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh Puspita Wahyuningsih H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 ii

3 SKRIPSI EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR Puspita Wahyuningsih H Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping : Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi NIP Dr. Ir. Supyani, MP NIP Surakarta, November 2012 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan, Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP iii

4 SKRIPSI EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR yang dipersiapkan dan disusun oleh Puspita Wahyuningsih H telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal: 1 November 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar (derajat) Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi Susunan Tim Penguji: Ketua Anggota I Anggota II Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi NIP Dr. Ir. Supyani, MP NIP Dr. Ir. Parjanto, MP NIP iv

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Ketahanan Beberapa Varietas Padi terhadap Blas di Menjing, Jenawi, Karanganyar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku Ketua Jurusan Program Studi Agroteknologi dan dosen pembimbing utama atas ide dan masukan untuk penelitian maupun penulisan skripsi. 3. Dr. Ir. Supyani, MP selaku pembimbing pendamping atas bimbingan dan masukan yang diberikan dalam penulisan skripsi. 4. Dr. Ir. Parjanto, MP selaku pembahas atas kritik dan saran yang diberikan dalam penulisan skripsi. 5. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP dan Salim Widono SP, MP selaku pembimbing akademik atas dorongan, semangat, bimbingan, kritik, dan saran yang diberikan selama ini. 6. Ir. Endang Setia Muliawati, MSi dan Ir. Retna Bandrianti Arniputri, MS selaku dosen mata kuliah metode analisis data atas bimbingan dan waktu yang diberikan dalam menganalisis data penelitian dalam skripsi ini. 7. Ir. Fatchur rohman selaku pembimbing lapangan, Bapak Sunaryo dan Bapak/Ibu Dinas Penyuluhan Pertanian Kecamatan Jenawi atas bantuannya. 8. Ibu, Alm ayah, kakak, adik serta keluarga besar, terima kasih atas kasih sayang yang tulus dan dukungan moral maupun material yang tak akan bisa terbalaskan. v

6 9. Keluarga besar KSI dan Agroteknologi 2008 Solmated khususnya Gocelu, Temen-temen kost Putri Noventi, Mess Gardenia dan Genk Es Krim atas keceriaan, bantuan, dukungan, doa, dan semangatnya. Semoga persahabatan ini tak lekang oleh waktu. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala bantuan baik langsung maupun tidak langsung, demi kelancaran penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Surakarta, November 2012 Penulis vi

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x RINGKASAN... xi SUMMARY... xii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Padi (Oryza sativa L) Arti Ekonomi Padi Morfologi dan Taksonomi Padi Tahapan Pertumbuhan Padi Syarat Tumbuh Padi Budidaya Padi... 6 B. Blas (Pyricularia oryzae) Arti Ekonomi Blas Gejala Blas Patogen Daur Hidup Penyakit Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Pengendalian yang Pernah Dilakukan Ketahanan Padi terhadap Blas III. METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian B. Rancangan Penelitian vii

8 C. Teknik Penentuan Sampel D. Jenis Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Metode Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian B. Intensitas Penyakit Keparahan Penyakit Insidens Penyakit C. Pembahasan Umum V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Nomor Judul dalam Teks Halaman 1. Intensitas serangan blas pada berbagai varietas padi Hasil analisis regresi keparahan penyakit leaf blast Nilai peubah koefisien regresi keparahan penyakit leaf blast Hasil analisis regresi insidens penyakit neck blast Nilai peubah koefisien regresi keparahan penyakit neck blast Judul dalam Lampiran 6. Deskripsi varietas padi Mekongga Deskripsi varietas padi Sintanur Deskripsi varietas padi Ciherang Deskripsi varietas padi IR Deskripsi varietas padi Inpari Hasil survei intensitas penyakit blas Output analisis regresi blas daun (keparahan penyakit) Output analisis regresi blas leher (insidens penyakit) ix

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul dalam Lampiran Halaman 1. Pola pengambilan sampel di lahan (zig-zag) Gejala serangan blas Hasil optilab Pyricularia oryzae x

11 RINGKASAN EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BLAS DI MENJING, JENAWI, KARANGANYAR. Skripsi : Puspita Wahyuningsih (H ). Pembimbing: Hadiwiyono, Supyani, Parjanto, Program Studi: Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Penyakit penting yang menyerang pertanaman padi salah satunya adalah blas yang disebabkan oleh patogen Pyricularia oryzae yang menyebabkan bercak belah ketupat pada daun dan leher malai menjadi hitam dan patah serta menghasilkan gabah hampa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan berberapa varietas padi terhadap blas dan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas penyakit di Menjing, Jenawi, Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan di Menjing, Jenawi, Karanganyar mulai Juni sampai Juli Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan teknik penentuan sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Rancangan penelitian terdiri dari survei lahan, perhitungan keparahan penyakit, perhitungan insidens penyakit dan pengisian kuesioner. Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji T. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat variasi ketahanan varietas padi di Menjing, Jenawi, Karanganyar terhadap blas secara berurutan yaitu Mekongga, Sintanur, Ciherang, IR 66, dan Inpari 13 yang dipengaruhi oleh dosis pupuk S. xi

12 SUMMARY EVALUATION OF SOME RICE VARIETIES RESISTANCE TO BLAST IN MENJING, JENAWI, KARANGANYAR. Thesis S-1: Puspita Wahyuningsih (H ). Advisers: Hadiwiyono, Supyani, Parjanto. Study program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Rice is the staple food of Indonesia. An important disease affecting in planting rice one of them is blast caused by pathogenic Pyricularia oryzae that causes rhombic spotting on the leaves and neck panicles of being black and broken and produce grain hollow. This study aimed to evaluate the resistance of some rice varieties to blast and factors that influence the intensity of the disease in Menjing, Jenawi, Karanganyar. This study was conducted in Menjing, Jenawi, Karanganyar from June until July This study is a survey research with intentional sampling techniques or purposive sampling based on certain considerations in accordance with the objectives of the study. The study s design consisted of land survey, calculation of disease severity, calculations of disease incidence and filling out the questionnaire. The data were obtained were analyzed using multiple linear regression analysis with dummy variables and T test. The results showed that there is a variation in the resistance of rice varieties to blast in Menjing, Jenawi, Karanganyar sequentially is Mekongga, Sintanur, Ciherang, IR66, and Inpari 13 that is influenced by S fertilizer. xii

13 A. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia sekarang ini sudah tinggi, sekitar 139 kg per kapita dengan jumlah penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun ini (Pambudi, 2012). Jumlah penduduk yang semakin besar mengakibatkan kebutuhan beras juga meningkat. Kebutuhan beras yang selalu meningkat harus diimbangi dengan peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Kendala utama dalam peningkatan produktifitas padi salah satunya adalah serangan hama dan penyakit. Berbagai hama dan penyakit yang menyerang pada pertanaman padi antara lain yaitu penggerek batang, wereng coklat, wereng hijau, hawar daun, blas, rhizoctonia dan lain-lain. Menjing merupakan salah satu sentra pertanaman padi di Jenawi. Pada beberapa musim tanam sebelumnya pertanaman padi di Menjing terserang wereng coklat. Pengendalian wereng coklat telah banyak dilakukan salah satunya dengan menggunakan benih padi tahan wereng yang dikeluarkan oleh dinas pertanian. Varietas baru tahan wereng ini ternyata memberikan dampak lain bagi pertanaman padi yaitu adanya penyakit blas. Penyakit blas merupakan salah satu penyakit penting dalam pertanaman padi, baik padi lahan kering maupun lahan sawah. Penyakit blas menimbulkan dua gejala yang khas yaitu blas daun (leaf blast) dan blas leher (neck blast). Gejala pada daun yaitu bercak berbentuk bulat, belah ketupat, melebar dan meruncing di kedua ujungnya. Bercak yang berkembang bagian tengahnya menjadi warna abu-abu. Leher malai yang terinfeksi berubah menjadi hitam dan patah serta menghasilkan gabah hampa. Tahun 2002 wilayah dominan penyebaran blas di Indonesia meliputi provinsi Jawa Barat ha, Sumatera Selatan ha, Sumatera Utara 624 ha, Kalimantan Tengah 395 ha, Bali dan Nusa Tenggara Barat sekitar 200 ha (Hasanuddin 2004). Penyakit blas dapat menurunkan hasil sampai lebih 70% bahkan puso. Usaha pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan, tetapi akhir-akhir ini juga dilaporkan bahwa blas menginfeksi varietas- 1 perpustakaan.uns.ac.id I. PENDAHULUAN

14 varietas unggul baru menjelang panen dan berpotensi secara nyata dapat menurunkan hasil padi dalam skala nasional (Purnomo 2012). 2 B. Perumusan Masalah Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama di Indonesia. Salah satu penyakit penting pada pertanaman padi yaitu blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Serangan patogen ini ditandai dengan adanya bercak belah ketupat pada daun dan leher malai berwarna hitam bahkan patah sehingga gabah tidak terisi penuh. Desa Menjing merupakan salah satu sentra pertanaman padi di Jenawi. Gejala blas sudah muncul dari beberapa musim tanam yang lalu di desa ini. Akan tetapi pengetahuan petani tentang penyakit tersebut masih kurang. Adapun perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana ketahanan beberapa varietas padi terhadap blas dan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas penyakit di Menjing, Jenawi, Karanganyar. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi ketahanan beberapa varietas padi terhadap blas dan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas penyakit di Menjing, Jenawi, Karanganyar. Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada petani tentang blas dan ketahanan beberapa varietas padi terhadap blas di Menjing, Jenawi, Karanganyar.

15 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi (Oryza sativa L) 1. Arti Ekonomi Padi Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (AAK 1990). Beras merupakan komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode diproyeksikan masih akan terus meningkat. Kalau pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka pada tahun 2025 kebutuhan tersebut diproyeksikan sebesar 65,9 juta ton GKG. Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas padi 1,5% per tahun dengan indeks panen 1,52 diperkirakan dapat mempertahankan swasembada beras hingga tahun 2025 (Damardjati et al. 2005). 2. Morfologi dan Taksonomi Padi Padi merupakan tanaman semusim, menurut Tjitrosoepomo (2002), termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales (Glumiflorae) Famili : Poaceae/Graminae Genus : Oryza Species : Oryza sativa L 3

16 4 Padi (O. sativa) termasuk golongan tumbuhan graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Panjang ruas tidak sama. Ruas terpendek terdapat pada pangkal batang. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan di mana cabang terpendek menjadi ligulae (lidah) daun dan bagian terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak. Daun kelopak terdapat dua embel sebelah kiri dan kanan yang disebut auricle. Auricle kadang-kadang hijau dan kadang ungu sehingga dapat digunakan sebagai determinatie identitas varietas. Daun kelopak yang membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daun bendera (flag leaf). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligulae dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi (Siregar 1980). Daun merupakan bagian tanaman yang berwarna hijau karena mengandung klorofil. Klorofil ini menyebabkan daun dapat mengolah sinar radiasi surya menjadi karbohidrat/enenrgi untuk tumbuh kembangnya organ-organ tanaman lainnya atau disebut sebagai sources. Daun padi tumbuh pada batang dalam sususnan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas helai daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun (auricle), dan lidah daun (ligule) (Makarim dan Suhartatik 2011). Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Sumbu utama malai di ruas buku terakhir. Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah 6 buah benang sari, serta dua tangkai putik. Tangkai sari padi tipis dan pendek, sedangkan pada kepala sari terletak kandungan serbuk yang berisi tepung sari (pollen). Gabah atau buah padi (karyopsis) adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan. Jadi, sebenarnya gabah/biji padi adalah buah padi yang diselubungi oleh sekam/kulit gabah (AAK 2000). Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar padi

17 5 dapat dibedakan atas : a). Radikula yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih yang sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar mengalami pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar tunggang, sedangkan calon batang akan tumbuh ke atas sehingga terbentuk batang dan daun. b). Akar serabut (akar adventif); setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan tumbuh. c). Akar rambut ; merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar, dan ini penting dalam pengisapan air maupun zatzat makanan. Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut. d). Akar tajuk (crown roots) adalah akar yang tumbuh dari ruas batang terendah. Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam tanah rendah, maka akar-akar dangkal mudah berkembang. Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yang baru atau bagian akar yang masih muda berwarna putih (AAK 1992). 3. Tahapan Pertumbuhan Padi Fase-fase pertumbuhan padi terdiri dari 3 periode, yaitu periode vegetatif, reproduktif dan generatif. Periode vegetatif lamanya hari terdiri dari fase bibit berkecambah dan fase pertunasan. Periode reproduktif lamanya 30 hari terdiri dari fase primordia, fase pemanjangan ruas dan booting, fase heading (fase dimana keluarnya malai dari pelepah daun bendera) dan fase berbunga. Periode generatif (pemasakan) lamanya hari. Terdiri dari fase masak susu, fase masak tepung, fase masak gabah dan fase lewat masak. Fase masak susu dimana isi gabah caryopsis mula-mula seperti air sampai berubah seperti susu. Fase masak tepung dimana caryopsis menjadi bubur lunak dan makin keras. Fase masak gabah dimana caryopsis menjadi keras dan terang, gabah berkembang penuh dan tidak lagi terdapat warna kehijauan. Fase lewat masak yaitu setelah gabah masak, daun berangsur-angsur mengering dari bawah, bersamaan jeraminya

18 akan kering dan mati. Bila fase masak terlampaui, gabah mulai rontok (Soemartono et al. 1990) Syarat Tumbuh Padi Padi dapat tumbuh dan memberikan hasil tinggi bila persyaratan iklim dan tanah sesuai selama pertumbuhannya. Temperatur untuk pertumbuhan padi yaitu 15-30º C, kelembaban 60%, curah hujan mm selama fase pertumbuhan, kebutuhan sinar matahari antara jam per hari, tinggi tempat antara m diatas permukaan laut (dpl). Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi adalah tanah subur, gembur, dan tidak ternaungi. Jenis tanah Grumosol, Latosol, Andosol, dan Podsolik Merah Kuning. Derajat kemasaman (ph) tanah antara 5-7 (Sholahudin 2012). Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah berhawa panas dan mengandung banyak uap air, atau padi dapat hidup dengan baik di daerah beriklim panas yang lembap. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yangcukup baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (Prasetyo, 2002). 5. Budidaya Padi Penyiapan budidaya padi dimulai dari pemilihan varietas, pembenihan, penyiapan lahan dan penanaman. Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu di tempat lain. Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus. Selain kehalusan tanah ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka akan makin banyak unsur hara dalam koloid yang dapat larut. Sehingga makin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman. Penanaman dilakukan

19 7 bila lahan sudah siap ditanami dan bibit dipersemaian sudah memenuhi syarat. Syarat bibit yang baik unuk dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit, serta jenisnya seragam (Andoko 2010). Pemeliharaan padi meliputi penyulaman, pemupukan, penyiangan, pengairan dan pengendalian hama penyakit. Penyulaman dilakukan kira-kira 5-7 hari setelah tanam, rumpun padi yang rusak, pertumbuhannya kurang baik, atau mati harus diganti dengan bibit yang baru. Dosis pemupukan diberikan sesuai dengan dosis anjuran setempat, karena dosis anjuran sudah disesuaikan dengan sifat varietas padi yang akan ditanam dan lingkungannya. Secara umum kisaran dosis yang dapat dipakai yaitu Urea kg/ha, SP kg/ha, ZA kg/ha, KCl kg/ha. Pupuk umumnya diberikan dalam beberapa tahap, khususnya pupuk Urea, karena Urea tidak bertahan lama. Pada saat pemupukan tanah sawah tidak dalam kondisi tergenang air tetapi dalam keadaan macakmacak/jenuh air. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman pengganggu/gulma di lapangan. Pengairan harus diberikan sesuai dengan tahaptahap pertumbuhan tanaman, yaitu secara terputus-putus dengan mengatur ketinggian genangannya. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu yaitu melalui cara teknik budi daya, mekanis, biologi dan penggunaan zat kimia yang merupakan alternatif terakhir (Prasetyo 2006). B. Blas (Pyricularia oryzae) 1. Arti Ekonomi Blas Penyakit blas merupakan penyakit penting pada pertanaman padi, baik pada lahan kering (padi gogo) ataupun padi lahan sawah (Soemartono et al. 1980). Penyakit blas telah tersebar diseluruh negara penghasil padi. Kerugian hasil yang ditimbulkan sangat bervariasi, pada umumnya di daerah sub tropis lebih berat daripada di daerah tropis. Peningkatan serangan blas ada kaitannya dengan meningkatnya teknik budidaya padi, khususnya penambahan pupuk nitrogen dan varietas yang ditanam. Pada varietas yang peka, serangan blas leher mencapai

20 8 90% dan menyebabkan kehampaan (Mukelar dan Kardin 1991). Penyakit blas sudah dikenal sejak lama diberbagai tempat penanaman padi, tetapi baru mendapat perhatian setelah penggunaan varietas-varietas baru yang mempunyai produktifitas tinggi tetapi bersifat rentan atau tidak tahan terhadap P. oryzae (Amir 1981). 2. Gejala Blas Gejala blas dapat timbul pada daun, batang, bunga, malai dan biji, tetapi jarang sekali terdapat pada upih daun. Gejala pada daun disebut sebagai blas daun (leaf blast). Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung dari keadaan lingkungan, umur bercak dan derajat ketahanan jenis padi. Gejala yang khas adalah menjadi busuknya ujung tangkai malai, yang dikenal dengan nama busuk leher (neck rot). Serangan ini dapat menimbulkan kerugian besar, karena hampir semua biji pada malai itu hampa. Tangkai malai yang busuk mudah patah. Pada biji yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat (Semangun 1993). Gejala penyakit pada daun yaitu mula-mula pada daun muda tampak bercak-bercak berbentuk belah ketupat, kedua ujungnya memanjang searah dengan urat daun. Bagian tepi bercak-bercak tersebut berwarna coklat, sedangkan tengahnya berwarna putih abu-abu. Serangan pada daun tua, tampak bercakbercak yang lebih kecil dan bercak-bercak tersebut berbentuk agak bulat. Bercakbercak ini cenderung bergabung menjadi satu pada pangkal helai daun, sehingga tampak mengering seperti terbakar. Gejala pada gelang buku yaitu buku-buku batang berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman dan berkerut, kemudian mengering dan mudah patah. Malai padi menjadi kuning, butir padi tidak terisi penuh atau hampa. Gejala pada leher malai yaitu ujung tangkai malai dan cabangcabang di dekat pangkal malai menjadi busuk. Leher malai berkerut dan berwarna coklat kehitaman, malai berwarna kuning, bulir padi hampa atau terisi sebagian. Serangan patogen pada daun mengakibatkan proses pemasakan terhambat sehingga mempengaruhi proses-proses yang lainnya, apabila terjadi pada malai, mengakibatkan padi menjadi hampa, sehingga produksi akan merosot (AAK 2000).

21 9 Bercak blas biasanya dimulai dari ukuran kecil, kebasahan, keputihputihan, atau keabu-abuan. Bercak tersebut kemudian membesar dengan cepat pada keadaan lembap dan varietas yang rentan. Bercak dapat berkembang mencapai ukuran panjang 1-1,5 cm dan lebar 0,3-0,5 cm dengan warna coklat pada sekeliling bercak. Pada varietas rentan dengan kelembaban tinggi sekeliling bercak tersebut berbentuk halo dengan warna kuning. Blas pada varietas tahan bercak berukuran kecil dan berwarna coklat, kadang-kadang hanya seukuran kepala jarum. Varietas agak tahan (medium resistant) menunjukkan bercak dengan bentuk elips berukuran kecil dengan warna coklat dibagian tepi. Perkembangan warna coklat biasanya menunjukkan ketahanan varietas atau kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan bercak. Bercak berukuran kecil dengan warna coklat biasanya menunjukkan bercak kronis. Tetapi apabila bercak berwarna abu-abu dan ukuran bertambah besar disebut bercak akut (DPTP 1989). Bercak pada daun varietas yang peka tidak membentuk tepi yang jelas, lebih-lebih dalam keadaan lembap dan ternaungi. Bercak tersebut dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo area). Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang tahan. Bercak akan berkembang sampai beberapa milimeter berbentuk bulat atau elips dengan tepi berwarna coklat pada varietas dengan reaksi sedang (Mukelar dan Kardin 1991). 3. Patogen Penyakit blas disebabkan oleh jamur P. oryzae Cavara (DPTP 1989). Klasifikasi blas menurut Agrios (1997): Divisi : Eumycota Subdivisi : Deuteromycotina Kelas : Hyphomycetes Ordo : Hyphales (Moniliales) Genus : Pyricularia Konidium P. oryzae berbentuk seperti buah alpukat meruncing kearah ujung, terdiri dari 2 septa (Gambar 3B dalam Lampiran 4). Warna konidia gelap

22 10 agak bening berukuran (20-22) x (10-12) µm. Ukuran konidia dipengaruhi oleh lingkungan dan inangnya. Konidiofor merupakan hifa sporifera yang biasanya tersebar berbentuk bulat, sedikit tebal pada bagian dasar dan terdapat septa. Ukuran konodiofor: panjang µm, lebar 405 µm dan berwarna abu-abu (DPTP 1989). Konidia tinggal dan tumbuh pada daun-daun atau leher malai, di mana biasanya terdapat embun. Setelah tumbuh, langsung menembus jaringan. Patogen menginfeksi dan menimbulkan tanda-tanda yang dapat dilihat. Proses ini memerlukan waktu 4-5 hari. Kelembaban tinggi menguntungkan perkembangan bercak-bercak serangan, sedangkan kelembaban rendah membatasi perluasan bercak-bercak serangan. Konodia banyak terbentuk dalam keadaan lembap, biasanya pada waktu malam hari. Pada pengamatan di laboratorium, bercak serangan yang khas menghasilkan sebanyak konidia tiap malam, yang terus berlangsung selama hari. Dalam keadaan ekstrim dilepaskan sebanyak konidia pada tiap m 2 luas pertanaman dalam 1 hari. Konidia yang dilepaskan pada suhu yang tinggi akan terbawa naik dan disebarkan oleh angin (Soemartono et al. 1990). Spora dihasilkan oleh satu bercak, sekitar 6 hari setelah inokulasi. Sporulasi meningkat pada kelembaban relatif di atas 93%. Spora tidak terbentuk bila kelembaban relatif di bawah 93%. Satu bercak mampu menghasilkan spora tiap hari dalam kurun waktu 2 minggu di laboratorium (Mukelar dan Kardin 1991). 4. Daur Hidup Penyakit Infeksi pada tanaman terjadi melalui perkecambahan konidia, pembentukan apresoria yang memproduksi tabung infeksi dan diikuti dengan penetrasi melalui kutikula dan epidermis, hifa juga dapat menginfeksi melalui mulut daun (stomata). Sel penghambat pada varietas tahan cepat bereaksi dan menghasilkan butiran coklat atau sejenis substansi resin sehingga pertumbuhan hifa terhenti. Varietas rentan memberi respon lambat sehingga hifa berkembang dengan bebas (DPTP 1989).

23 11 Spora umumnya dilepaskan pada dini hari antara pukul Pelepasan spora juga terjadi pada siang hari setelah turun hujan. Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami sakit. Jamur P. oryzae mampu bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai 1 tahun sedang miselia (Gambar 3A dalam Lampiran 4) mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun. Sumber inokulum primer di lapangan pada umumnya adalah jerami. Sumber inokulum benih umunya memperlihatkan gejala awal pada persemaian. Sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman inang lain selain padi (Mukelar dan Kardin 1991). Tanaman inang lain yaitu Leersia hexandra, Panicum repens, Brachiaria mutica, Saccharum officinarum (tebu), Pennisetum typhoides, Zingiber officinales (jahe), Curcuma aromatica (kunyit), Canna indica (bunga kana), Musa sapientum (pisang), Cyperus rotundus (DPTP 1989). 5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Beberapa faktor penting yang mendorong perkembangan penyakit adalah iklim basah, curah hujan yang tinggi, jumlah hari hujan yang banyak, embun, kabut dan sebagainya, terlalu banyak pupuk nitrogen dan varietas yang peka. Penelitian di IRRI menunjukkan ada varietas-varietas yang tahan terhadap penyakit blas pada daun, tetapi peka terhadap penyakit busuk leher. Keadaan ini disebabkan oleh ras yang berbeda-beda yang menyerang tanaman pada tingkat yang berbeda-beda pula (Soemartono et al. 1990). Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan penyakit blas. Suhu untuk sporulasi adalah antara 10 0 C sampai 35 0 C. suhu optimum 28 0 C dengan kelembaban %. Suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi dari optimum menurunkan jumlah konidia yang dihasilkan (DPTP 1989). Jamur P. oryzae memerlukan waktu sekitar 6-10 jam untuk menginfeksi tanaman. Suhu optimum adalah sekitar C. Peranan embun/titik air hujan sangat menentukan keberhasilan infeksi. Masa inkubasi antara 5-6 hari pada suhu C dan 4-5 hari pada suhu C. Suhu optimum untuk infeksi sama dengan suhu optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan miselia, sporulasi dan

24 12 perkecambahan spora. Cahaya dan kegelapan juga mempengaruhi infeksi. Proses penetrasi lebih cepat dalam keadaan gelap, tetapi untuk perkembangan selanjutnya memerlukan cahaya (Mukelar dan Kardin 1991). Suhu tanah juga mempengaruhi terjadinya infeksi. Infeksi patogen meningkat antara C di persemaian. Pengaruh suhu air, tanah dan udara sangat bervariasi tergantung dari varietas dan tingkat pertumbuhan tanaman (DPTP, 1989). Kemasaman tanah juga dapat menjadi penyebab kepekaan tanaman diserang jamur. Kemasaman tanah di luar ph 5,6-6,5 merupakan ph yang sering diserang oleh jamur tersebut, sehingga pertanaman padi dikehendaki pada ph 5,6-6,5 agar tidak terserang oleh jamur tersebut (Siregar 1981). Kombinasi suhu air rendah (17 0 C) dan suhu udara sedang (32 0 C) menyebabkan infeksi blas meningkat. Varietas asal dari sub tropis lebih peka pada suhu lebih rendah daripada varietas asal dari daerah tropis. Kelembaban udara dan kelembaban tanah mempengaruhi patogenisitas dan pertumbuhan jamur. Pada lahan kering, serangan penyakit blas lebih berat daripada lahan sawah. Hal ini masih juga tergantung pada varietas padi yang digunakan. Kelembaban udara mempengaruhi perkecambahan bercak. Variasi suhu di daerah tropis tidak begitu besar. Peranan kelembaban udara, baik iklim makro maupun mikro dan pembentukan embun sangat menentukan perkembangan penyakit blas. Naungan juga berpengaruh terhadap perkembangan bercak (Mukelar dan Kardin 1991). 6. Pengendalian yang telah Dilakukan Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menanam varietas yang tahan, penggunaan pupuk yang seimbang dan menghindari pemupukan nitrogen yang berlebihan. Jarak tanam jangan terlalu rapat sehingga kelembaban dalam pertanaman tidak terlalu tinggi. Sanitasi lapangan, dengan cara memusnahkan sisa tanaman dan inang lain yang berpenyakit. Jika perlu disemprot dengan fungisida. Cara-cara tersebut akan lebih berhasil bila diterapkan secara terpadu (Harahap dan Tjahjono 1989). Penyakit blas dapat dikendalikan dengan pergiliran tanaman selain padi, perbaikan cara bercocok tanam, pembenaman jerami sakit, pengaturan jarak

25 13 tanam, pemakaian pupuk berimbang, perbaikan sistem drainase dan penyiangan. Perawatan benih dengan fungisida anjuran dan penggunaan fungisida saat anakan maksimum, fase bunting dan awal berbunga ( Joko dan Wibisono 2007). 7. Ketahanan Padi terhadap Blas Patogen blas mempunyai ras patogenik yang berbeda kemampuannya dalam menginfeksi varietas padi. Varietas yang tahan pada suatu tempat mungkin rentan pada tempat lain karena perbedaan ras jamur tesebut. Ketahanan tanaman terhadap patogen adalah ketahanan mekanik atau fisik, yang mencegah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman karena struktur tanaman inang. Ketahanan ini dipengaruhi oleh ketebalan kutikula dan kandungan kutikula daun. Pada varietas tahan, kandungan silika epidermis lebih banyak dari pada varietas rentan. Ketahanan fisiologis atau kimiawi tanaman adalah ketahanan terhadap perkembangan patogen dalam jaringan tanaman karena aksi kimia melawan patogen. Ketahanan ini dipengaruhi oleh kandungan senyawa fenol dan asam amino dari tanaman. Senyawa asam amino lebih banyak pada tanaman rentan, sedangkan senyawa fenol yang merupakan racun bagi blas lebih banyak pada tanaman tahan (DPTP 1989). Tanaman memiliki beberapa strategi untuk dapat bertahan terhadap serangan patogen, baik eksternal maupun internal. Pertahanan eksternal atau pertahanan pasif terdiri dari kutikula dan dinding sel, sedangkan pertahanan internal atau pertahanan aktif berupa senyawa fenolik, aktivitas enzim, fitoaleksin dan elisitor. Pertahanan pasif merupakan pertahanan yang sebelumnya sudah ada dalam tanaman, sedangkan pertahanan aktif terjadi jika tanaman mengalami invasi patogen, dan merupakan hasil interaksi genetik inang dan patogen (Semangun 1991).

26 14 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Menjing, Jenawi, Karanganyar yang memiliki letak geografis ,07 LS dan ,22 BT dengan ketinggian tempat ± 499 meter diatas permukaan laut (m dpl). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2012 dengan rata-rata curah hujan harian sebesar 22,80 mm/hari. B. Rancangan Penelitian 1. Survei Lahan Survei lahan diawali dengan mengamati fase pertanaman padi di Kecamatan Jenawi. Lokasi yang dipilih adalah pertanaman padi pada fase generatif. Pengamatan blas dilakukan setelah mendapatkan lokasi yang sesuai. Pengamatan blas terdiri dari blas daun (leaf blast) dan blas leher (neck blast). Leaf blast diamati melalui gejala pada daun (Gambar 2B dalam Lampiran 4), menggunakan skala kerusakan, sedangkan neck blast diamati melalui banyaknya leher malai yang terserang blas (Gambar 2A dalam Lampiran 4). 2. Perhitungan Keparahan Penyakit Keparahan penyakit dihitung berdasarkan skala kerusakan dengan rumus: å(nxv) KP = NxV x100% KP merupakan keparahan penyakit (%), n (Jumlah sampel yang diamati pada setiap skala kerusakan), v (Nilai skala kerusakan), N (Total jumlah sampel yang diamati), V (Nilai skala kerusakan tertinggi). Nilai skala kerusakan sebagai berikut: 0 (tidak ada infeksi/gejala), 1 (bercak berupa titik jarum/beberapa mm tetapi belum berbentuk elips), 3 (bercak berbentuk elips ukuran 2 mm 20 mm luas permukaan daun terinfeksi mencapai 2%), 5 (luas permukaan daun terinfeksi mencapai 2 10 %), 7 (luas permukaan daun terinfeksi mencapai >10% - 50%), 9 (luas permukaan daun terinfeksi mencapai >50% - 100%) (DBPT 1999). 14

27 15 3. Perhitungan Insidens Penyakit Insidens penyakit dihitung dengan rumus: a IP= x100% b IP merupakan insidens penyakit (%), a (Jumlah sampel sakit), b (Jumlah sampel total). 4. Pengisian Kuesioner Pengisian kuesioner dilakukan untuk mengetahui budidaya yang dilakukan petani dan beberapa informasi yang berkaitan dengan blas (Lampiran 5). C. Teknik Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani pemilik lahan padi di Desa Menjing Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive sampling berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 lahan pertanaman padi seluas ±400 m 2 dan pada fase generatif. Masingmasing lahan diambil 30 unit sampel, sehingga didapatkan 900 unit pengamatan. Pengambilan unit sampel secara acak dengan sistem zig-zag agar sampel mewakili seluruh luas pertanaman (Gambar 1 dalam Lampiran 4). D. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan meliputi: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lahan dan dari responden, dimana data diperoleh langsung melalui wawancara dengan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan biasanya dengan kuisioner. Data primer yang akan digali diantaranya yaitu tentang budidaya yang dilakukan, varietas yang ditanam, pupuk yang digunakan dan berbagai pengetahuan tentang blas. 2. Data sekunder, yaitu data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan

28 penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini adalah kondisi umum lokasi penelitian. 16 E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan 3 metode, yaitu 1. Metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung dengan obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. 2. Metode wawancara, yaitu metode pengambilan data dengan wawancara secara luas dan mendalam dengan responden sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. 3. Metode pencatatan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan data dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian. F. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi linier berganda taraf 10% dan uji T taraf 5%. Analisis regresi digunakan untuk menganalisis faktor budidaya terhadap insidens penyakit dan keparahan penyakit. Model penduga persamaan regresi yaitu Y= a+b 1 X 1 +b 2 X 2...b n X n + b 1 D 1...b n D n dengan Y= variabel tergantung (insidens penyakit/keparahan penyakit), X= variabel bebas (dosis pupuk N (kg/ha), dosis pupuk P (kg/ha), dosis pupuk K (kg/ha) dan dosis pupuk S (kg/ha)). D= variabel bebas Dummy (sistem pengairan (teratur=1, tidak teratur=2), tinggi genangan (>5cm=1, <5cm=0), sertifikasi benih (sertifikasi=1, tidak bersertifikasi=0), jarak tanam (beraturan=1, tidak beraturan=0), penggunaan pupuk organik dan penggunaan pupuk daun (menggunakan=1, tidak menggunakan=0)). a adalah konstanta dan b koefisien regresi dari masing-masing faktor. Uji T digunakan untuk menganalisis intensitas penyakit antar varietas.

29 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Wilayah Desa Menjing, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, secara geografis terletak di ,07 LS dan ,22 BT dengan ketinggian tempat ± 499 meter diatas permukaan laut (m dpl). Menjing menjadi salah satu sentra budidaya padi di Kecamatan Jenawi. Penyakit penting yang mulai menyerang dalam budidaya padi di Menjing yaitu blas yang disebabkan oleh P. oryzae atau mayoritas masyarakat menyebut dengan istilah tekluk/potong leher yang gejalanya mirip beluk oleh penggerek batang. Beberapa musim tanam ini blas sudah mulai menyerang pertanaman padi. Hal ini diperjelas dengan adanya informasi dari pengamat hama dan penyakit lapang di desa Menjing bahwa ditemukan banyak daun padi yang bergejala bercak belah ketupat dan malai tidak terisi penuh bahkan patah pada leher malai. Petani tidak mengerti tentang penyakit ini sehingga mereka mengendalikan dengan berbagai macam pestisida yang mereka ketahui. Berdasarkan sejarah lahan, sebelum dijadikan penelitian juga selalu ditanami padi tanpa ada pergiliran tanaman. Pengairan menggunakan air irigasi. Di desa ini jerami hanya diambil untuk pakan ternak dan tidak ada penanganan sisa tanaman sakit sehingga patogen dapat tersebar dengan mudah. Menurut Mukelar dan Kardin (1991), spora patogen blas dapat menular melalui berbagai perantara seperti angin, biji, dan jerami sakit maupun gabah sakit. Spora dapat bertahan hidup sampai satu tahun sedang miselium mampu bertahan hidup sampai lebih dari 3 tahun dalam keadaan kering dan suhu kamar. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselium dan spora dari cendawan P. oryzae mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi (BBPP 2012). Purnomo (2012) mengemukakan bahwa proses dekomposisi dapat berfungsi ganda yaitu dapat memanfaatkan jerami sebagai pupuk dan sumber inokulum di lapangan dapat berkurang. Pembenaman jerami mengurangi sumber 17

30 inokulasi awal sehingga intensitas penyakit pada fase vegetatif dan generatif dapat berkurang, sehingga penanganan jerami dapat mengendalikan blas. 18 B. Intensitas Penyakit Intensitas penyakit merupakan derajat kerusakan serangan patogen pada satuan pengamatan secara sampel atau total. Intensitas serangan blas dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Intensitas serangan blas pada berbagai varietas padi Varietas Jumlah Sampel Blas daun Blas leher Mekongga 4 18,15±7,27 0,15±0,297 Sintanur 3 18,52±8,99 0,46±0,560 Ciherang 5 27,56±18,8 0,27±0,469 IR ,74±5,48 1,14±2,41 Inpari ,96±8,38 5,24±9,32 Sumber: Hasil uji T blas daun dan blas leher Tabel 1, tampak bahwa varietas Inpari 13 relatif paling rentan dari pada Mekongga, Sintanur, Ciherang dan IR 66. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan deskripsi varietas Inpari 13 pada Tabel 10 dalam Lampiran 1 dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2010) bahwa Inpari 13 tahan terhadap penyakit blas. Ini dapat disebabkan karena ketahanan varietas dapat dipatahkan oleh ras baru yang terbentuk dengan tingkat virulensi tinggi (Yulianto 2009). IR 66 lebih tahan dibanding Inpari 13. Hasil penelitian ini sesuai dengan deskripsi padi Tabel 9 dalam Lampiran 1 dan hasil penelitian Suprihatno (2005) bahwa varietas padi IR 66 secara umum tahan terhadap blas, tungro serta agak toleran terhadap cekaman lingkungan. Mekongga lebih tahan daripada Sintanur, Ciherang dan IR 66. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Yulianto (2009) bahwa varietas Mekongga dan Ciherang merupakan varietas agak tahan. Beberapa varietas tahan terhadap penyakit blas hanya mampu bertahan beberapa musim tanam. Keadaan ini terjadi karena adanya proses adaptasi, mutasi genetik dan penyakit blas membentuk ras-ras baru yang lebih virulen, sehingga

31 19 menyebabkan varietas yang semula tahan menjadi rentan (Purnomo 2012). Patogen P. oryzae sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan oleh dominasi ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh waktu dan tempat, artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tempat lain (BBPP 2009). Menurut Oka (1993) perkembangan patogen tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi tanaman inangnya, tetapi juga lingkungan, yaitu suhu dan kelembapan. Kelembaban yang tinggi dapat merangsang perkembangan patogen penyakit, terutama blas leher (Dasmal 2009). Musim tanam bulan April-Juni 2012 di Menjing memilki suhu rata-rata sebesar C dan kelembaban rata-rata sebesar 87-89%. Kondisi lingkungan ini sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan penyakit blas, dimana suhu untuk sporulasi patogen adalah antara 10 0 C sampai 35 0 C sedangkan suhu optimum 28 0 C dengan kelembaban %. Suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi dari optimum menurunkan jumlah konidia yang dihasilkan. Penggunaan varietas unggul yang cenderung menggunakan pupuk nitrogen tinggi dan pertanaman rapat mendorong perkembangan penyakit blas karena meningkatkan kelembaban mikro. Pengaruh suhu air, tanah dan udara sangat bervariasi tergantung dari varietas dan tingkat pertumbuhan tanaman (DPTP 1989). 1. Keparahan Penyakit Blas Daun Keparahan penyakit didefinisikan sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang patogen dari total luasan yang diamati (Agrios 1997). Keparahan penyakit diukur dengan penyekoran berdasarkan persentase kerusakan daun. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata keparahan blas daun di Menjing adalah sebesar 25,49% (Tabel 11 dalam Lampiran 2). Perhitungan hasil analisis regresi keparahan penyakit blas daun dapat terlihat pada Tabel 2 dibawah ini.

32 Tabel 2. Hasil analisis regresi keparahan penyakit blas daun Model Jumlah Kuadrat F R 2 Penyesuaian R 2 Signifikansi Regresi 1343,933 1,540 0,448 0,157 0,200 Sisaan Total 1657, ,679 Sumber: Output analisis regresi blas daun (Tabel 12 dalam Lampiran 3) 20 Hasil analisis diperoleh nilai F 1,540 dengan signifikansi 20% dan nilai R 2 44,8%. Ini berarti bahwa secara total variabel bebas tidak berpengaruh nyata pada taraf 10% dengan sumbangan 44,8% terhadap keparahan penyakit dan 55,2% variasi perubahan keparahan penyakit dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diamati (Tabel 2). Tabel 3. Nilai peubah koefisien regresi keparahan penyakit blas daun Variabel Koefisien Regresi Signifikansi Konstanta 5,587 0,773 Dosis Pupuk N (kg/ha) (X 1 ) -0,025 0,246 Dosis Pupuk P (kg/ha) (X2) 0,008 0,822 Dosis Pupuk K (kg/ha) (X 3 ) 0,056 0,110 Dosis Pupuk S (kg/ha) (X 4 ) -0,120 0,084 Benih Bersertifikat (D 1 ) 4,283 0,313 Jarak Tanam Teratur (D 2 ) 1,908 0,634 Pengairan Teratur (D 3 ) 3,399 0,393 Genangan Tinggi (>5 cm) (D 4 ) 12,334 0,444 Menggunakan Pupuk Organik (D 5 ) 5,534 0,314 Menggunakan Pupuk Daun (D 6 ) 2,257 0,159 Sumber: Output analisis regresi blas daun (Tabel 12 dalam Lampiran 3) Berdasarkan Tabel 3 dapat ditulis persamaan Y = 5,587 0,025X 1 + 0,008X 2 + 0,056X 3-0,120X 4 + 4,283 D 1 + 1,908D 2 + 3,399D ,334D 4 +5,534D 5 + 2,257D 6... (1), dengan Y keparahan penyakit (%), X 1 (Dosis pupuk N (kg/ha)), X 2 (Dosis pupuk P (kg/ha)), X 3 (Dosis pupuk K (kg/ha)), X 4 (Dosis pupuk S (kg/ha)), D 1 (Benih bersertifikat), D 2 (Jarak tanam teratur), D 3 (Pengairan teratur), D 4 (Genangan tinggi (>5 cm)), D 5 (Menggunakan pupuk organik), dan D 6 (Menggunakan pupuk daun). Pembahasan keparahan penyakit akan dibahas lebih lanjut bersama dengan insidens penyakit.

33 21 2. Insidens Penyakit Blas leher Insidens penyakit merupakan persentase jumlah tanaman yang terserang patogen dari total tanaman yang diamati (Agrios 1997). Insidens penyakit di hitung dari banyaknya leher malai yang terserang blas. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tanaman yang terserang blas leher di Menjing adalah sebesar 1,40% (Tabel 11 dalam Lampiran 2). Perhitungan hasil analisis regresi blas leher dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Hasil analisis regresi blas leher Model Jumlah Kuadrat F R 2 Penyesuaian R 2 Signifikansi 211,233 1,387 0,422 0,118 0, ,438 Regresi Sisaan Total 500,671 Sumber: Output analisis regresi blas leher (Tabel 13 dalam Lampiran 3) Tabel 4 terlihat nilai F 1,387 dengan signifikansi 25.9% dan nilai R 2 42,2%. Ini berarti bahwa secara total variabel bebas tidak berpengaruh nyata pada taraf 10% dengan sumbangan 42,2% terhadap keparahan penyakit dan 57,8% variasi perubahan keparahan penyakit dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diamati Tabel 5. Nilai peubah koefisien regresi insidens penyakit blas leher Variabel Koefisien Regresi Signifikansi Konstanta -3,932 0,628 Dosis Pupuk N (kg/ha) (X 1 ) -0,010 0,258 Dosis Pupuk P (kg/ha) (X 2 ) -0,009 0,547 Dosis Pupuk K (kg/ha) (X 3 ) 0,019 0,200 Dosis Pupuk S (kg/ha) (X 4 ) -0,008 0,775 Benih Bersertifikat (D 1 ) 2,448 0,172 Jarak Tanam Teratur (D 2 ) 1,380 0,413 Pengairan Teratur (D 3 ) -0,668 0,685 Genangan Tinggi (>5 cm) (D 4 ) 4,651 0,489 Menggunakan Pupuk Organik (D 5 ) 1,144 0,615 Menggunakan Pupuk Daun (D6) 3,404 0,163 Sumber: Output analisis regresi blas leher (Tabel 13 dalam Lampiran 3)

34 22 Berdasarkan Tabel 5 dapat ditulis persamaan Y = -3,932 0,010X 1 0,009X 2 + 0,019X 3-0,008X 4 + 2,448D 1 + 1,380D 2-0,668D 3 + 4,651D 4 + 1,144D5 + 3,404D6... (2), dengan Y insidens penyakit (%), X1 (Dosis pupuk N (kg/ha)), X 2 (Dosis pupuk P (kg/ha)), X 3 (Dosis pupuk K (kg/ha)), X 4 (Dosis pupuk S (kg/ha)), D 1 (Benih bersertifikat), D 2 (Jarak tanam teratur), D 3 (Pengairan teratur), D 4 (Genangan tinggi (>5 cm)), D 5 (Menggunakan pupuk organik), dan D 6 (Menggunakan pupuk daun). Berdasarkan persamaan 1 dan 2 dapat diartikan bahwa setiap penurunan 1 kg/ha pupuk N dapat menurunkan keparahan penyakit dan insidens penyakit sebesar 0,025 dan 0,010. Setiap penurunan 1 kg/ha pupuk P akan menurunkan keparahan penyakit sebesar 0,009, sedangkan pada insidens penyakit setiap kenaikan 1 kg/ha dapat menaikkan 0,008 insidens penyakit. Dosis pupuk K dapat menaikkan keparahan penyakit maupun insidens penyakit sebesar 0,056 dan 0,019 setiap kenaikan 1 kg/ha. Penurunan 1 kg/ha pupuk S dapat menurunkan keparahan penyakit dan insidens penyakit sebesar 0,120 dan 0,008. Berdasar tabel 3 dan 5 tampak bahwa dosis S berpengaruh nyata terhadap keparahan penyakit tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap insidens penyakit, sedangkan dosis pupuk N, P, dan K tidak berpengaruh nyata terhadap keparahan maupun insidens penyakit. Menurut Amir (2003), pemupukan nitrogen yang berlebihan tanpa pemupukan kalium dapat menjadi faktor pemicu meningkatnya serangan di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan. Mukelar dan Kardin (1991) menyatakan bahwa pengaruh pupuk nitrogen terhadap serangan blas sudah dibuktikan. Intensitas pengaruh pupuk tersebut tergantung pada jenis tanah, keadaan iklim, dan cara aplikasinya. Tanah lempung/tanah berat, serangan blas lebih ringan dari pada tanah berpasir. Pengaruh N terhadap sel epidermis adalah meningkatnya permeabilitas air dan menurunnya kadar silika, sehingga jamur mudah melakukan penentrasi. Pemberian pupuk fosfat akan meningkatkan serangan blas jika diikuti pupuk nitrogen dengan dosis tinggi, begitu juga dengan pemberian pupuk kalium. Pemupukan nitrogen yang tinggi

SKRIPSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP HAWAR PELEPAH DI LEMPONG JENAWI KARANGANYAR. Oleh MAYANG SARI H

SKRIPSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP HAWAR PELEPAH DI LEMPONG JENAWI KARANGANYAR. Oleh MAYANG SARI H SKRIPSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP HAWAR PELEPAH DI LEMPONG JENAWI KARANGANYAR Oleh MAYANG SARI H0708127 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Sampai saat ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa L) Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang dibudidayakan dan merupakan sebagai tanaman pangan yang meliputi lebih kurang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier II. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Tanaman Tadi Sawah (Oryza sativa L.) Tanaman padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,

Lebih terperinci

OPT PADA TANAMAN PADI

OPT PADA TANAMAN PADI OPT PADA TANAMAN PADI Penyakit blas pada tanaman padi pada umumnya dapat menyerang tanaman pada bagian daun, batang, malai, dan gabah, tetapi umum pada daun dan leher malai. Gejala serangan yang muncul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi BAB I PENDAHULUAN Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa indonesia tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan.

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu bagian vegetatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Patogen C. oryzae Miyake Biologi Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Myceteae

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm. TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai berikut: Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai Kingdom Divisio Subdivisio Class Family Genus Species : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut terdiri dari akar primer yang muncul ketika benih berkecambah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, dengan sub division Angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun dan telinga daun (uricle) dan lidah

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hasanah (2007) padi merupakan tanaman yang termasuk genus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hasanah (2007) padi merupakan tanaman yang termasuk genus II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Botani Tanaman Padi Gogo Menurut Hasanah (2007) padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Intensifikasi Padi (SRI) semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Intensifikasi Padi (SRI) semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Menurut Suparyono dan Agus (1993), tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai, Divisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci