11. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "11. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 11. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 1. Kerangka Pemikiran 1.1. Definisi Transfonnasi Struktural Transformasi struktural merupakan suatu proses yang terjadi pada masa transisi dari sistem ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern. Dalam proses ini, akibat meningkatnya pendapatan dapat meningkatkan akumulasi modal fisik dan kualitas manusia, dan pergeseran komposisi permintaan, perdagangan, produksi serta pemanfaatan tenaga kerja (Chenery, 1981; dansyrquin, 1988). Transformasi struktural tidak akan mendorong permintaan dalam negeri, jika hanya karena adanya peningkatan pendapatan tanpa disertai dengan perubahan distribusi pendapatan, khususnya pangsa dari 40 % golongan termiskin. Masalah distribusi pendapatan ini merupakan kritikan terhadap kansep pemikiran Chenery dan Syrquin. Meningkatkanya pangsa pendapatan 40 % golongan termiskin akan mendorong permintaan domestik terutama terhadap barangbarang kebutuhan dasar. Dalam hubungan ini beberapa ahli berpendapat bahwa transformasi struktural ditentukan oleh perbaikan distribusi pendapatan, disamping peningkatan pendapatan. Gupta (1988) berpendapat bahwa peningkatan pendapatan dari golongan berpendapatan rendah akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan jasa KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

2 produksi sektor padat karya di dalam negeri, dan karenanya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian sasaran transformasi struktural adalah meningkatnya peranan ekonomi rakyat yang diceminkan oleh meningkatnya peranan sektor ekonomi produktif yang menjamin terjadinya distribusi pendapatan Evolusi Pemikiran tentang Transfomasi Struktural Pemikiran transformasi struktural tentang pergeseran tenaga kerja dan investasi dari sektor primer ke sektor sekunder dan yang terakhir ke sektor tersier dikemukakan oleh Fisher (1935) dan Clark (1940). Selanjutnya Rostow (1960) dan Lewis (1954) meninjau transformasi struktural dari segi peningkatan laju akumulasi modal dan terakhir oleh Kuznets (1960), Chenery (1981), dan Syrquin (1988) meninjaunya dari segi peningkatan pendapatan. Teori transformasi struktural Fisher (1935) sebenar- nya mempunyai persamaan dengan 3 tahapan ~erakhir dari teori tahapan pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh List. List mengemukakan bahwa ada 5 tahapan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pergeseran distribusi tenaga kerj a, yaitu : (1) masyarakat biadab ; (2 ) masyarakat peng- gembala ternak; (3) masyarakat pertanian; (4) masyarakat pertanian-manufaktur; dan (5) masyarakat manufaktur-perda- gangan (Hoselitz, 1960). Tetapi Fisher menekankan trans- formasi struktural dari segi adanya pergeseran tenaga KBRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3 kerja dan investasi yang bersifat permanen dari sektor pertanian ke sektor industri dan akhirnya ke sektor jasa. Perkembangan selanjutnya, Clark (1951) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan transformasi dapat dicapai, dengan cara: (1) meningkatkan produktivitas pada setiap sektor dan (2) mengalihkan tenaga kerja dari sektor dengan produktivitas rendah ke sektor dengan produktivitas tinggi. Berbeda dengan Fisher dan Cllark, Rostow lebih menekankan kepada laju akumulasi modal untuk terjadinya perubahan struktur ekonomi. Dalam hubungan ini Rostow mengemukakan lima tahapan pertumbuhan yaitu: (1) masyarakat tradisional; (2) pra kondisi untuk tinggal landas; (3) tinggal landas; (4) gerakan menuju kematangan; dan (5) masa konsumsi tinggi. Sejalan dengan Rostow, Lewis dalam Ekonomi Dualistiknya, menekankan tentang pergeseran sumberdaya dari sektor tradisional ke sektor modern. Pembuktian secara empiris tentang transformasi struktural dilakukan oleh Kuznets (1960) dan pendekatan secara statistik dilakukan oleh Chenery (1960). Kuznets berangapan bahwa peningkatan tabungan dan investasi merupakan syarat keharusan, tetapi belum memenuhi syarat kecukupan bagi pertumbuhan ekonomi. ~uznetk dan Chenery beranggapan bahwa selain peningkatan akumulasi modal (fisik dan kualitas manusia), juga diperlukan suatu perubahan struktur perekonomian yang saling berkaitan, agar terjadi perubahan dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern. KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTESIS

4 1.3. Proses Transformasi Struktural Secara skematis proses transformasi struktural seba- gai akibat adanya peningkatan pendapatan dan pemerataan pendapatan disajikan pada Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa peningkatan pendapatan dan meningkatnya pemerataan pendapatan dapat merubah pola permintaan domestik dalam mengkonsumsi ba- rang-barang pertanian. Peningkatan pendapatan masyarakat (dan peningkatan populasi) akan menggeser permintaan dari barang-barang makanan (pertanian) ke barang-barang non pertanian (industri dan jasa). Hal ini sejalan dengan hukum Engel (Bennet dan Kassarjian, 1983) bahwa elastisi- tas pendapatan terhadap permintaan (income elasticity of demand) barang-barang pertanian menurun dengan meningkat- nya pendapatan. Penurunan pendapatan ini terutama dise- babkan oleh peningkatan konsumsi barang-barang bernilai tinggi dan keterbatasan fisik manusia dalam mengkonsumsi makanan. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata bahwa elastisitas pendapatan terhadap permintaan bahan makanan dari negara yang berpenghasilan rendah lebih kecil dari satu, yaitu sekitar 0,6 sampai 0,9 dan untuk negara- negara maju mendekati nol, yaitu sekitar 0,2 sampai 0,3 (Mellor, 1980). Elastisitas pendapatan terhadap permintaan barang-barang industri berkisar dari 1,11 sampai 1/90 (Herrick dan Kindleberger, 1983). Perubahan pola permintaan akan mendorong terjadinya transformasi struktur produksi. KBRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

5 Ekonomi Tradisional pertumbuhan ekonomi masa transisi > Ekonomi Modern TRANSFORMASI STRUKTURAL 1 1 Proses Akumulasi Investasi, Penerimaan Pemerintah Pendidikan m Urbanisasi I - Pendapat an Perubahan Distribusi Pendapatan Struktur Permintaan Struktur Produksi r'l Transformasi Struktur Tenaga Kerja I Permintaan Domest ik I Permintaan Luar ~aerah/ Luar Negeri Gambar 2.1. Proses Pertumbuhan Ekonomi

6 Transformasi struktur produksi ditandai dengan terjadinya penurunan pangsa relatif sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto. Keadaan ini mencerminkan relatif lambatnya peningkatan laju pertumbuhan produksi dan nilai tambah bruto (NTB) sektor pertanian terhadap sektor non pertanian (Anwar, 1983). Fisher-Clark berpendapat bahwa makin tinggi pendapatan suatu negara, maka makin kecil pangsa relatif sektor primer. Penurunan pangsa sektor pertanian disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang akan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Sebaliknya laju permintaan terhadap barang-barang pertanian makin menurun karena elastisitas pendapatan terhadap permintaan barang-barang pertanian lebih rendah dari barang-barang non-pertanian. Sukirno (1982) dan Timrner (1991) menyatakan bahwa penurunan pangsa relatif sektor pertanian disebabkan oleh (1) semakin lambatnya permintaan barang-barang pertanian dibandingkan terhadap barang-barang non-pertanian dan (2) adanya kemajuan teknologi produksi di sektor pertanian. Pendapat yang terakhir menjadi sahih, jika kemajuan teknologi menyebabkan kelebihan penawaran dan sebagian besar tenaga kerja bekerja di sektor pertanian. Apabila keadaan ini terjadi, maka realokasi sumberdaya ke sektor non-pertanian menjadi sangat penting. Johnston dan Kilby (1975) berpendapat bahwa bagi negara-negara penghasil minyak (pangsa migas terhadap PDB KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

7 lebih dari 2 %), penurunan pangsa relatif sektor pertanian juga berkaitan dengan meningkatnya laju pertumbuhan sektor pertambangan. Secara empiris Timmer (1988, 1991) juga memperkuat penyataan di atas bahwa sektor energi mempunyai peranan dalam penurunan peranan sektor pertanian. Penurunan pangsa sektor pertanian bukan berarti bahwa peranan sektor pertanian selama pertumbuhan ekonomi makin surut. Menurut Mellor (1982) selama masa pertumbuhan tersebut sektor pertanian masih memberikan sumbangan yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) mencukupi permintaan yang meningkat terhadap produksi hasil-hasil pertanian karena meningkatnya pendapatan; (2) meningkatkan pemasukan devisa karena meningkatnya ekspor pertanian; (3) memasok tenaga kerja ke sektor non pertanian; (4) memasok modal dan bahan mentah untuk pertumbuhan industri; dan (5) pasar bagi barang-barang industri. Di Indonesia peranan sektor pertanian selama proses pertumbuhan hanya merupakan pasar bagi barang-barang industri dan penghasil devisa dari ekspor. Peranannya sebagai penyedia bahan baku, modal dan tenaga kerja untuk sektor industri tidak begitu besar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keterkaitan pertumbuhan sektor industri dengan sektor pertanian. Kondisi sektor industri yang banyak menggunakan input dari luar dan menggunakan teknologi padat modal menyebabkan kurangnya penggunaan input lokal (khususnya dari sektor pertanian) dan kurangnya KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

8 kemampuan menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian. Kecilnya keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri baik dari segi produksi maupun penyerapan tenaga kerja dapat mempengaruhi proses transformasi struktural. Di lain pihak sektor pertanian tidak dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja seperti yang terjadi dalam Pembangunan Jangka Panjang I. Penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian ini antara lain disebabkan oleh: (1) produk marjinal sektor pertanian semakin menurun; dan (2) harga relatif barang-barang pertanian terhadap barangbarang non pertanian semakin menurun. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan produktivitas tenaga kerja, maka diperlukan kebijaksanaan yang dapat menggeser tenaga kerja dari sektor yang berproduktivitas rendah (pertanian) ke sektor dengan produktivitas tinggi (industri). Pergeseran tenaga kerja ini tidak secara otomatis akan terjadi, tergantung kemampuan sektor industri. Persyaratan agar terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri adalah: (1) cukup banyak tersedia peluang kesempatan kerja di sektor industri yang sangat tergantung pada jenis teknologi dan perluasan pasar produk industri.. Kalau perluasan industri banyak terjadi pada industri hulu, penyerapan tenaga kerja tidak begitu besar karena umumnya digunakan teknologi padat modal. Sebaliknya bila digunakan teknologi padat karya dan perluasan terjadi pada industri hilir, pergeser- WRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

9 an tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri lebih besar; (2) kualitas tenaga kerja yang diperlukan oleh sektor industri dapat dipenuhi oleh kualitas tenaga kerja dari sektor pertanian; dan (3) upah riil di sektor industri lebih besar dari pada di sektor pertanian. Mobilisasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa adalah sangat diperlukan untuk terjadinya transformasi struktural. Masalahnya mobilisasi tenaga kerj a ini belum berlangsung seperti yany diharapkan. Kenyataannya banyak sektor industri menggunakan teknologi padat modal yang menghemat tenaga kerja dan memerlukan ketrampilan yang tinggi. Sebaliknya kualitas tenaga kerja di sektor pertanian lebih rendah dan belum siap pindah ke sektor industri. Hasilnya adalah masih banyak tenaga kerja berada di sektor pertanian. Teori tentang pergeseran ketenagakerjaan sudah banyak dikembangkan oleh para pakar ekonomi, yaitu antara lain model Fisher-Clark yang telah diuraikan di atas, model Lewis dan model Todaro. Model Lewis merupakan kritik terhadap paham Neo- Klasik tentang ketenagakerjaan. Analisis Neo-Klasik bertolak dari pandangan bahwa penawaran kerja dalam masyarakat tidak berlebihan. Lewis beranggapan bahwa paham tersebut tidak sesuai dengan keadaan di negaranegara berkembang. Masalah di negara-negara berkembang adalah jumlah tenaga kerja yang berlebihan dan kekurangan modal (Jhingan, 1975; Todaro, 1983; dan Sukirno, 1985). KERANGM PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

10 Di dalam model Lewis sistem perekonomian dibagi menjadi 2 sektor, yaitu: (1) sektor tradisional (pertanian), adalah sektor pedesaan yang subsisten dan kelebihan penduduk. Sektor ini dicirikan dengan produktivitas marjinal tenaga kerja hampir sama dengan nol. Tingkat upah di sektor modern dianggap konstan yang besarnya diatas rata-rata upah subsisten. Pada tingkat upah ini penawaran tenaga kerja dari sektor tradisional elastis sempurna. Berdasarkan asumsi ini Lewis berpendapdt bahwa surplus tenaga kerja dapat ditarik dari sektor pertanian ke sektor industri tanpa mengurangi output; dan (2) sektor modern (industri) dengan produktivitas tinggi adalah penampungan tenaga kerja dari sektor pertanian. tempat Perges- eran tenaga kerja ke sektor industri dan pertumbuhan kesempatan kerja di sektor industri dimungkinkan karena adanya peningkatan investasi. Keuntungan yang diinvestasikan kembali akan menciptakan sejumlah kesempatan kerja sebanding dengan tingkat akumulasi modal di sektor terse- but. Produksi di sektor modern akan meningkat dan keun- tungan yang diperoleh makin meningkat pula. Proses per- tumbuhan dan peningkatan kesempatan kerja di sektor modern terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja. di sektor tradisional diserap oleh sektor industri. Dengan perkataan lain proses tersebut baru berhenti pada saat produktivitas marjinal di sektor pertanian sama dengan upah di sektor modern (Jhingan, 1975; Todaro, 1983). KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

11 Di negara berkembang, khususnya di Indonesia, ternyata model Lewis tidak dapat menjawab permasalahan tentang pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Masalahnya penerapan model Lewis sangat tergantung pada tingkat dan jenis teknologi yang digunakan oleh investor. Apabila pengusaha menggunakan teknologi padat modal, dan perluasan hanya terjadi pada industri hulu, maka surplus tenaga kerja di sektor pertanian tidak dapat diserap semuanya oleh sektor industri. Kelemahan-kelemahan asumsi dari model Lewis, antara lain: (1) Asumsi yang tidak tepat mengenai teknologi. Lewis mengasumsikan bahwa keuntungan yang diperoleh akan diinvestasikan kembali dengan menggunakan teknologi yang sama sehingga akan menambah jumlah tenaga kerja. Kenyataannya investasi tersebut belum tentu menggunakan teknologi yang sama dan dapat menciptakan tenaga kerja baru. Dengan mengivestasikan modal kepada mesin-mesin yang padat modal, maka jumlah tenaga kerja yang diserap akan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan teknologi padat karya. (2) Kritik lainnya adalah tidak semua keuntungan yang diperoleh diinvestasikan kembali. Apabila terjadi pelarian modal dan modal yang diinvestasikan kembali menjadi lebih kecil, maka jumlah tenaga kerja yang diserap menjadi lebih kecil. KERANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

12 Ranis dan Fei melengkapi kekurangan teori Penawaran Tenaga Kerja Tidak Terbatas dari Lewis. Dalam teori Lewis analisis lebih ditekankan kepada pertumbuhan di sektor modern, tetapi mengabaikan analisis mengenai perubahanperubahan yang berlaku di sektor pertanian. Analisis Ranis dan Fei tidak hanya menekankan kepada sektor modern, juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sektor pertanian (Sukirno, 1985). Walaupun demikian teori Lewis dan Ranis-Fei tetap belum dapat memecahkan permasalahanpermasalahan yang terjadi di negara berkembang karena asumsi teknologi yang tidak tepat. Teori pergeseran tenaga kerja yang mendekati kenyataan di negara-negara berkembang adalah Model Todaro. Dalam teori ini ada dua tahap dalam penyerapan tenaga kerja oleh sektor modern (industri) dari sektor pertanian. Tahap pertama, tenaga kerja dari sektor pertanian bergeser kepada sektor yang mempunyai produktivitas marjinal yang sama dengan sektor pertanian, yaitu sektor jasa informal. Tahap selanjutnya, tenaga kerja yang berada di sektor jasa informal akan berpindah ke sektor industri (Paauw, 1992). Walaupun mendekati keadaan di negara-negara berkembang, berbagai kritik juga ada pada Model Todaro. Setelah magang di sektor jasa informal, tenaga kerja belum tentu dapat pindah ke sektor industri padat modal, jika selama magang tidak melakukan peningkatan kualitas tenaga kerja. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

13 Transformasi ketenagakerjaan juga ditandai dengan proses migrasi dari desa ke kota (urbanisasi) dan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Salah satu penyebab terjadinya pergeseran itu adalah tingginya upah riil di perkotaan dan meningkatnya kesempatan berusaha. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa transformasi struktural yang diharapkan terjadi pada suatu negara atau wilayah bahwa pergeseran pola 'permintaan akan merubah struktur produksi ke arah peningkatan produksi industri dan jasa (formal) dengan landasan sektor pertanian yang tangguh. Sehingga pertumbuhan sektor industri dan jasa berkaitan dengan sektor pertanian. Misalnya industri yang dikembangkan merupakan industri yang berbasis pertanian, selain mengembangkan industri manufaktur lainnya. Perubahan struktur produksi juga diharapkan akan merubah struk- tur ketenagakerjaan. Tenaga kerja yang bergeser dari sektor pertanian dapat diserap oleh sektor industri dan j asa ( formal ). Sehingga urbanisasi merupakan penyedia tenaga kerja murah dan bukan sebagai sumber pengangguran, sumber kesenjangan dan sumber timbulnya masalah kriminali- tas di perkotaan. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja. dari sektor pertanian (pedesaan) oleh sektor industri dan jasa (formal) serta adanya peningkatan upah maka diharap- kan bahwa proses tranformasi struktural akan meningkatkan pendapatan dan memperbaiki tingkat distribusi pendapatan antar golongan, antar sektor dan antar wilayah. KERANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

14 Keadaan perekonomian di Indonesia saat ini menggam- barkan berbagai hall antara lain: (1) kesenjangan antar daerah, yaitu antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI); (2) belum meningkatnya keterkaitan pembangunan antar sektor, khususnya antara sektor pertanian dan sektor industri; dan (3) terjadinya kesenjangan antar golongan masyarakat. Hal ini dicermin- kan oleh jumlah penduduk miskin, yang pada tahun 1993 sekitar 25,9 juta jiwa atau 13,7 % dari total penduduk I Indonesia. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi peningkatan kesejahte- raan penduduk yang belum mersakan hasil-hasil pembangunan. Proses transformasi struktural tidak dapat hanya didasarkan pada kebijaksanaan mekanisme pasar saja. Hal ini mengingat keadaan kualitas sumberdaya manusia dan tingkat penyediaan prasarana ekonomi yang berbeda-beda. Fenomena ini memang tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, tetapi juga terj adi di negara-negara maju. Swasono (1994) berpendapat bahwa kebijaksanaan mekanisme pasar di negara maju pun tidak pernah mampu mengatasi ketimpangan-ketimpangan struktural. Dalam kondisi seperti ini diperlukan campur tangan pemerintah. Pendapat ini tentunya bertentangan dengan teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa mekanisme pasar 'akan menciptakan pemban- gunan yang seimbang di antara berbagai daerah. Myrdal (1957) dan Hirschman (1958) mempunyai pendapat yang sama tentang pentingnya campur tangan pemerintah dalam pemban- gunan ekonomi, khususnya pembangunan daerah. KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTESIS

15 Menurut Myrdal, apabila pembangunan daerah berlang- sung tanpa adanya campur tangan pemerintah, maka tingkat pembangunan yang berbeda di antara berbagai daerah akan menimbulkan kesenjangan antar daerah yang makin lebar. Penyebab utama adalah adanya kendala pembangunan di daerah tertinggal (backwash effects) yang lebih besar dari fak- tor-faktor pendorongnya (spread effects). Hirschman (1958) menyebutnya masing-masing dengan polarization effects dan trickling down efqects. Faktor penghambat pembangunan tersebut antara lain (1) adanya migrasi pendu- duk yang mempunyai ketrampilan dan pendidikan yang tinggi dari daerah tertinggal ke daerah maju; dan (2) terjadinya pengaliran modal dari daerah tertinggal ke daerah maju. Di Indonesia migrasi penduduk dari pedesaan ke perko- taan menunjukkan peningkatan. Peluang yang besar untuk mendapatkan pekerjaan, upah yang cukup tinggi, dan prasa- rana sosial yang lebih baik merupakan daya tarik yang besar bagi imigran. Dalam pada itu penduduk yang bermi- grasi adalah penduduk dengan kualitas yang tinggi, yaitu mempunyai ketrampilan dan pendidikan yang tinggi. Pendu- duk yang tinggal di daerah tertinggal adalah penduduk yang mempunyai kualitas yang lebih rendah. Kemampuan menabung dari masyarakat di daerah terting-. gal terbatas dan akan membatasi pengembangan usaha. Sebaliknya peningkatan pendapatan di daerah maju akan mendorong peningkatan permintaan barang-barang yang diha- silkan dari daerah tertinggal, antara lain produk hasil- hasil pertanian. KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTESIS

16 Pada umumnya spread effects tersebut lebih kecil dari backwash effects. Karena keuntungan dari berbagai usaha di daerah maju akan tetap diinvestasikan kembali di daerah maju, jika kesempatan berusaha di daerah tertinggal belum meningkat. Sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan modal yang diserap dari daerah tertinggal oleh daerah maju sangat besar. Oleh karena itu peranan pemerintah menjadi penting dalam mengatasi masalah tersebut. Peranan pemerintah yang diperlukan untuk mengdtasi ha1 tersebut di atas adalah: (1) memperbaiki dan mengembangkan sarana dan prasarana ekonomi di daerah tertinggal untuk meningkatkan efisiensi, sehingga nilai tukar barang-barang dan jasa yang diproduksi meningkat; (2) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan menyediakan sarana dan parasana pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja; (3) meningkatkan penyediaan dana investasi bagi penduduk miskin; (4) mengadakan perbaikan kelembagaan ekonomi, keuangan dan administrasi pemerintahan, sehingga meningkatkan kemampuan aksesibilitas terhadap sumber permodalan dan informasi; dan (5) meningkatkan penerimaan asli daerah (PAD), sehingga meningkatkan kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Selama proses pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu , pertumbuhan daerah (propinsi) di KT1 rela-. KBRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTBSIS

17 tif lamban dibandingkan dengan di KBI. Perbedaan pertumbuhan tersebut menyebabkan kesenjangan antar daerah. Diduga rendahnya pertumbuhan ekonomi di KT1 disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusianya. 2. Keterkaitan antar sektor, terutama antara sektor pertanian dengan sektor industri relatif kecil, baik dari segi produksi maupun dqri segi ketenagakerjaan. Relatif kecilnya keterkaitan antar sektor ini diduga akan mempengaruhi proses transformasi produksi, tenaga kerja dan distribusi pendapatan. 3. Penerimaan Asli Daerah, diduga akan berpengaruh terhadap transformasi struktural. Demikian juga dengan Inpres Dati I dan Inpres Lainnya (Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Dati 11, Program Penunj angan Jalan Kabupaten, Program Penghi j auan dan Reboisasi, Program Bantuan Sarana Kesehatan, Program Bantuan Sarana Pasar dan Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar) diduga berpengaruh dalam transfonnasi struktural selama kurun waktu Kesenjangan pendapatan cenderung meningkat pada selama kurun waktu Diduga penyebabnya adalah oleh ketimpangan antar sektor, perbedaan tingkat pendapatan antar wilayah desa-kota, dan antar propinsi. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Hasalah

1.1 Latar Belakang Hasalah 1.1 Latar Belakang Hasalah Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara disertai dengan perubahan struktur produksi yaitu menurunnya pangsa sektor pertanian dan meningkatnya pangsa sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada masalah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul

Lebih terperinci

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 VIX. KESIMPUL?LN DAN I MPLIKASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 dalam kurun waktu 1971-1990 sangat berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Transformasi Struktural dalam Perekonomian Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis ANDYAN PRADIPTA UTAMA, SE, MM Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesenjangan Antar Daerah Menurul Cornelis Lay dalam Lia (1995), keterbelakangan dan kesenjangan daerah ini dapat dibagi atas empat pemikiran utama yaitu keseimbangan regional

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN PENDEKATAN SHIFT SHARE DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE TAHUN 1980 2009 Oleh : JEFFRI MINTON GULTOM NBP. 07 151

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Struktur Ekonomi Perubahan struktur ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. TM2 MATERI PEMBELAJARAN PENDAHULUAN PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN PANGAN DAN SERAT PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (PTE101002) PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS (Editor) TM3 MATERI PEMBELAJARAN Sektor

Lebih terperinci

PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN KELEBIHAN TENAGA KERJA

PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN KELEBIHAN TENAGA KERJA PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN KELEBIHAN TENAGA KERJA KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI KELEBIHAN TENAGA KERJA SEBAB Rasio luas tanah dengan jumlah pendapatan kecil dan pertambahan penduduk cepat TEORI LEWIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah Teori pembangunan muncul pada abad ke 18 dari Mazhab Ekonomi Klasik yang dipelopori antara lain oleh Adam Smith, David Ricardo dan Thomas

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORITIS. Kebijakan fiskal memiliki peran yang strategis sebagai salah satu

BAB III KERANGKA TEORITIS. Kebijakan fiskal memiliki peran yang strategis sebagai salah satu BAB III KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal pada Perekonomian Kebijakan fiskal memiliki peran yang strategis sebagai salah satu kebijakan pemerintah untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Urbanisasi Urbanisasi memiliki pengertian perpindahan penduduk dari desa menuju perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya, a. Menurut Prof.Dr.Herlianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Ekonomi dan Pola Perubahan Struktur Ekonomi Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masingmasing sektor dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan 2.1.1. Konsep Kemiskinan Kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Chambers (2010) mengatakan bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (PTE101002) PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS (Editor) TM 3 MATERI PEMBELAJARAN Sektor

Lebih terperinci

Sumber: Suara Karya Online, 2010 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah (jiwa) Tahun

Sumber: Suara Karya Online, 2010 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah (jiwa) Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah ketenagakerjaan yang menjadi isu penting hampir di seluruh provinsi di Indonesia adalah masalah pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka tidak

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang

II.TINJAUAN PUSTAKA. dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang II.TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perubahan Struktural Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi (Suryana, 2000). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi (Suryana, 2000). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pembangunan Ekonomi Menurut Adam Smith dalam buku Suryana, pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Para pemikir ekonomi pembangunan telah lama menyadari bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam perekonomian, terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengangguran merupakan suatu fenomena yang terjadi di semua negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, oleh karena itu harus

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, oleh karena itu harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dapat di artikan sebagai proses transpormasi ekonomi, ketenagakerjaan, sosial, budaya dan politik masyarakat tradisional ke arah struktur ekonomi modern

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH DEFINISI Secara umum transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri

Lebih terperinci

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. A Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada beberapa teori yang secara parsial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Perubahan Struktural Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory) memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang akan memungkinkan negaranegara

Lebih terperinci

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP PERTUMBUHAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email : asyahza@yahoo.co.id dan syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.unri.ac.id PERTUMBUHAN EKONOMI Pengertian Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Para pakar ekonomi dan perencanaan pembangunan cenderung sepakat dalam memandang pembangunan ekonomi sebagai suatu kebutuhan bagi suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci