KEDUDUKAN HUKUM NOTA KESEPAHAMAN DALAM PERIKATAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEDUDUKAN HUKUM NOTA KESEPAHAMAN DALAM PERIKATAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 3 (2014) Copyright 2014 KEDUDUKAN HUKUM NOTA KESEPAHAMAN DALAM PERIKATAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Anggoro Ario Seno 1 (anggoro-ario.seno@external.total.com) Emilda Kuspraningrum 2 (emilda@fhunmul.ac.id) Erna Susanti 3 (r_nas77@rocketmail.com) Kesejahteraan suatu bangsa tidak terlepas dari perkembangan dan pembangunan ekonomi serta kemajuan teknologi baik di bidang informasi maupun industri yang maju. Kemajuan serta perkembangan itu tentu perlu dukungan keadilan yang patut, yang mana dapat memberikan perlindungan terhadap setiap pelaku usaha yang melakukan kegiatan perekonomian melalui sektor perdagangan. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum adalah hukum perdata. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Dan dewasa ini dikenal istilah nota kesepahaman didalam dunia bisnis tanah air, yang mana istilah tersebut blm dikenal oleh hukum positif di Indonesia. Metode analisis bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif artinya menganalisis dan memberikan gambaran apa yang di peroleh penulis dari kajian terhadap isi pada pasal demi pasal buku ke-iii KUHPerdata tentang perikatan yang memposisikan kedudukan hukum nota kesepahaman didalam buku ke-iii KUHPerdata tersebut. Serta data-data sekunder yang di peroleh di lapangan baik itu questioner maupun hasil wawancara dengan responden, yakni HIPMI KALTIM, PT NRC, PT, PETRONA, dan Notaris Bayu Adi Saputra, S.H., M.kn., tersebut selanjutnya dianalisis dan mmberikan gambaran tentang pemahaman pelaku bisnis dikota Samarinda tentang nota kesepahaman. Penelitian mengenai kedudukan hukum nota kesepahaman menurut KUHPerdata, menemukan bahwa kedudukan tersebut berada pada pasal 1233, 1313, 1320, 1318 sehingga berdasarkan pasal tersebut kedudukan hukum nota kesepahaman didalam KUHPerdata dapat disejajarkan dengan perjanjian, meskipun ikatan yang mengikat para pihak hanya terbatas pada ikatan moral, ini dikarenakan nota kesepahaman memenuhi syarat sah persetujuan. Kata kunci : Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman Dalam Perikatan 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2

3 MEMORANDUM OF UNDERSTANDING IN LEGAL STANDING BY THE BOOK ENGAGEMENT LEGISLATION CIVIL LAW ABSTRACT Anggoro Ario Seno 4 (anggoro-ario.seno@external.total.com) Emilda Kuspraningrum 5 (emilda@fhunmul.ac.id) Erna Susanti 6 (r_nas77@rocketmail.com) Welfare of a nation can not be separated from development and economic development as well as technological advances in the fields of information and advanced industry. Progress and development it would need the support of justice that should be, which can provide protection against any businesses that conduct economic activities through trade. One area of the law governing the rights and obligations held by the subject of the relationship between the law and the law are subject to civil law. Civil law also called private law or civil law as opposed to public law. And today is the technical term memorandum of understanding in the business world country, where the term is not done by a known positive law in Indonesia. This study aims to find out about the legal position in the memorandum-book III of the Civil Code of Engagement. As well as understanding the business actors in the city of Samarinda on the memorandum of understanding. Legal materials analysis methods used in this study is descriptive means to analyze and provide an overview of what the authors obtained from a review of the contents of the book chapter by chapter III of the Civil Code concerning the position legal standing engagement memorandum-iii in the book to the Civil Code. As well as secondary data that was obtained in both the questionnaire and field interviews with respondents, the Association seeks KALTIM, NRC PT, PT, PETRONA, and Notary Bayu Adi Saputra, SH, M.Kn., which are then analyzed and an overview of mmberikan understanding of the business people in the city of Samarinda on the memorandum of understanding. Research on the legal position of a memorandum of understanding according to the Civil Code, found that these positions are in section 1233, 1313, 1320, 1318 so that the article is based on a memorandum of understanding in the legal position can be aligned with the agreement of the Civil Code, although the ties that bind the parties are limited to the moral bond, this is because a memorandum of understanding to qualify valid consent. Keywords: Engagement Legal Status of the Memorandum of Understanding in the 4 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 5 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 6 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Pendahuluan Kesejahteraan suatu bangsa tidak terlepas dari perkembangan dan pembangunan ekonomi serta kemajuan teknologi baik di bidang informasi maupun industri yang maju. Kemajuan serta perkembangan itu tentu perlu dukungan keadilan yang patut, yang mana dapat memberikan perlindungan terhadap setiap pelaku usaha yang melakukan kegiatan perekonomian melalui sektor perdagangan. Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum adalah hukum perdata. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (politik dan pemilu, hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara seharihari, seperti misalnya kecakapan seseorang, kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakantindakan yang bersifat perdata lainnya. Hukum perdata adalah hukum peninggalan dari penjajahan colonial belanda. Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan UUD 1945, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) Hindia Belanda tetap 2

5 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan undang-undang baru berdasarkan Undang Undang Dasar ini. Burgelijk Wetboek (BW) Hindia Belanda disebut juga Kitab Undang Undang Hukun Perdata Indonesia sebagai induk hukum perdata Indonesia. KUHPerdata terdiri dari 4 (empat) bagian, yakni: 1. Buku 1 tentang orang; 2. Buku 2 tentang benda; 3. Buku 3 tentang perikatan; 4. Buku 4 tentang daluarsa dan pembuktian. Berkaitan dengan penelitian ini maka penulis akan membahas tentang buku ke-3 yakni tentang Perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang terletak dalam bidang hukum harta kekayaan, antara dua pihak yang masing-masing berdiri sendiri (zelfstandige rechtssubjecten), yang menyebabkan pihak yang satu terhadap pihak lainnya berhak atas suatu prestasi, prestasi adalah menjadi kewajiban pihak terakhir terhadap pihak pertama. 7 Pihak-pihak tersebut yaitu pihak yang berhak menerima prestasi dan pihak yang wajib melakukan atau memenuhi prestasi, keduanya saling mengikat dalam kegiatan usaha, baik tertulis maupun tidak tertulis. Ikatan tersebut disebut perjanjian atau biasa di sebut kontrak bisnis dalam perjanjian skala besar, perjanjian adalah awal dari suatu usaha yang mana salah satu pihak berjanji atau di anggap berjanji kepada pihak lain, atau dapat di katakan kedua belah pihak saling berjanji untuk melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu. Perjanjian adalah suatu 7 Purwosujipto, 2007, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, halaman 4. 3

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 8 Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 9 Dalam perjanjian atau kontrak bisnis di kenal suatu prinsip-prinsip dasar yang mengawali suatu perjanjian, yaitu kesepakatan, kesepakatan tersebut di sebut dengan nota kesepahaman. Nota kesepahaman atau biasa dikenal dengan Memorandum of Understanding (MoU) berasal dari kata memorandum dan understanding. Dalam Black s Law dictionary memorandum didefinisikan sebagai a brief written statement outlining the terms of agreement or transaction, yakni sebuah ringkasan pernyataan tertulis yang menguraikan persyaratan sebuah perjanjian atau transaksi. Sedangkan understanding adalah an implied agreement resulting from the express terms of another agreement, whether written or oral; atau a valid contract engagement of a somewhat informal character; atau a loose and ambiguous terms, unless it is accompanied by some expression that it is constituted a meeting of the minds of parties upon something respecting which they intended to be bound, yakni sebuah perjanjian yang berisi pernyataan persetujuan tidak langsung atas perjanjian lainnya, atau pengikatan kontrak yang sah atas suatu materi yang bersifat informal atau persyaratan yang longgar, kecuali pernyataan tersebut disertai atau merupakan hasil persetujuan atau kesepakatan pemikiran dari para pihak yang dikehendaki oleh keduanya untuk 8 Ibid., 9 Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 4

7 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) mengikat. 10 Nota kesepahaman biasa di buat oleh para pelaku usaha sebelum memulai kerjasama di antara kedua belah pihak dalam sebuah kontrak bisnis, hal ini di karenakan dalam memulai kerjasama sebuah bisnis yang belum jelas atau proses negosiasi yang rumit dan belum menemui titik temu di antara kedua belah pihak, ataupun jangka waktunya yang bersifat sementara, maka dari itu pelaku usaha sepakat untuk menulisnya dalam sebuah nota, yakni nota kesepahaman. Nota kesepahaman biasanya berisikan hal-hal yang pokok saja, yang dituangkan tertulis, dan disepakati oleh para pembuat nota kesepahaman, yang menjadi masalah adalah belum ada ketentuan-ketentuan yang mengatur secara tegas mengenai pengertian dan substansi nota kesepahaman, hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membahasnya lebih jauh dalam sebuah proposal penelitian, yakni bagaimana hukum di Indonesia melihat fenomena nota kesepahaman ini, karena secara konvensional hukum positif Indonesia belum mengatur dengan jelas, meski secara eksplisit dalam perikatan yakni dalam kitab undang-undang hukum perdata menyebutkan kebebasan berkontrak, namun belumlah cukup, karena belum mengatur secara terperinci baik kedudukan, isi maupun sanksi yang dapat di kenakan bagi pihak yang tidak memenuhi prestasi atau dengan kata lain sengaja mengabaikan klausul-klausul yang disepakati dalam nota kesepahaman. Untuk menambah referensi terkait penelitian penulis, maka penulis mengambil beberapa sample atau quisioner yang akan disebarkan kepada para pelaku usaha di kota Samarinda (diakses pada tanggal 21 juli 2013, pukul 21:22) 5

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Sebagai ibu kota Kalimantan Timur, Kota Samarinda dari segi geografis terletak di daerah katulistiwa, yaitu LS dan BT. Datar dan berbukit, antara meter diatas permukaan laut. Luas wilayah kota Samarinda adalah 718 km2. Hal tersebut didasarkan pada PP No.21 tahun Kota Samarinda berbatasan dengan kabupaten Kutai Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara yang berarti semua wilayah kota Samarinda berbatasan dengan kabupaten Kutai Kartanegara. 11 Pertumbuhan ekonomi di kota Samarinda juga berkembang pesat, dengan target laju pertumbuhan di tahun 2013 ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Samarinda dapat mencapai 7 persen. 12 Hal inilah yang penulis nilai bahwa kota Samarinda adalah obyek yang tepat untuk melakukan penelitian, selain iklim perdagangan yang sehat, kota Samarinda juga dinilai memiliki pendapatan perkapita yang cukup besar di Indonesia bagian timur. Sasaran penelitian penulis adalah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Kalimantan Timur (HIPMI KALTIM) dan juga para pelaku usaha lain diluar organisasi atau asosiasi pengusaha serta pejabat Negara yang berwenang menerbitkan akta dalam ranah perdata, yakni notaris yang menurut penulis notaris lebih memahami tentang konteks penelitian penulis, sehingga pendapatnya dapat memberi masukan kepada penulis, sedangkan untuk para pengusaha adalah objek lapangan penulis dalam penelitian ini (Diakses pada tanggal 20 juli 2013, pukul 22:00 Wita) 12 (Diakses pada tanggal 20 juli 2013, pukul 22:15 Wita) 6

9 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) Pembahasan 1. Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman Dalam Perikatan Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia Merupakan landasan hukum dalam upaya melindungi segenap bangsa Indonesia, tidak terkecuali orang-orang yang melakukan perbuatan hukum tertentu dalam ranah keperdataan, baik itu berbentuk hak atas kebendaan, perikatan dan lain-lain. Indonesia merupakan Negara hukum sehingga setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Menurut Pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945, disebutkan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih tetap berlaku sebelum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini. Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia masih tetap berlaku seperti KUHPerdata dan peraturan perundang-undangan lainnya, apabila ketentuan termaksud tersebut belum diubah atau dibuat yang baru. Sebagaimana yang telah diketahui, istilah hukum nota kesepahaman atau yang biasa dikenal dengan istilah Memorandum of understanding (MoU) berasal dari kata memorandum dan understanding. Memorandum didefinisikan sebagai a brief written statement outlining the terms of agreement or transaction (sebuah ringkasan 7

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 pernyataan tertulis yang menguraikan persyaratan sebuah perjanjian atau transaksi), sedangkan understanding adalah an implied agreement resulting from the express terms of another agreement, whether written or oral; atau a valid contract engagement of a somewhat informal character; atau a loose and ambiguous terms, unless it is accompanied by some expression that it is constituted a meeting of the minds of parties upon something respecting which they intended to be bound (sebuah perjanjian yang berisi pernyataan persetujuan tidak langsung atas perjanjian lainnya atau pengikatan kontrak yang sah atas suatu materi yang bersifat informal atau persyaratan yang longgar, kecuali pernyataan tersebut disertai atau merupakan hasil persetujuan atau kesepakatan pemikiran dari para pihak yang dikehendaki oleh keduanya untuk mengikat). 13 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nota kesepahaman memiliki 2 induk bahasa, yakni nota dan kesepahaman (paham), nota adalah, a) Surat peringatan (penunjukan, catatan) seperti dia datang kepada saya dengan membawa nota dari Bapak Bupati; b) Surat keterangan resmi (dari duta besar kepada pemerintah suatu negara atau sebaliknya), contohnya Pemerintah Portugal telah menyampaikan maksud dan tujuan kepada Duta Besar Indonesia; 13 Op.Cit., diakses pada hari Sabtu, tanggal 2 Juni 2013, pukul WITA 8

11 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) c) Surat penjelasan resmi dari jawatan (pemerintah, pemerintah daerah, dsb), contohnya, Presiden telah menyampaikan laporan keuangan di tahun 2000 kepada DPR; d) Tanda jual beli secara kontan; 14 Sedangkan kesepahaman dengan kata dasar paham, memiliki arti yakni: a) Pengetahuan banyak atau kurang; b) Pendapat atau pikiran; c) Aliran, haluan, pandangan; d) Mengerti benar (akan), tahu benar (akan); 15 Menurut penulis, dalam Buku ke-iii KUHPerdata lebih mengenal istilah atau bahasa hukum persetujuan, sebagaimana pada yang tercantum pada pasal 1233 yang berbunyi Perikatan lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. 16 Dalam perjanjian konsensuil, kesepakatan yang di capai oleh para pihak secara lisan, melalui ucapan saja telah mengikat para pihak. Ini berarti bahwa segera setelah para pihak menyatakan persetujuan atau kesepakatannya tentang hal-hal yang mereka bicarakan, dan akan di laksanakan, maka kewajiban telah lahir pada pihak terhadap siapa yang telah berjanji untuk memberikan sesuatu, atau untuk tidak melakukan atau berbuat sesuatu diakses pada tanggal 5 november 2013, pukul 21:06 WITA 15 diakses pada tanggal 5 november 2013, pukul 22:00 WITA 16 Pasal 1233, KUHPerdata. 9

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Menurut penulis, jika melihat dan mendalami unsur-unsur perjanjian konsensuil berdasarkan kata persetujuan, kesepakatan, maka unsur-unsur tersebut juga telah dapat memenuhi unsur dalam redaksi kesepahaman dalam nota kesepahaman, yang kemudian kesepahaman tersebut dibubuhkan atau dituangkan kedalam suatu wadah dalam bentuk tertulis yang disebut sebagai nota, yang kemudian disebut dengan nota kesepahaman, yang kemudian menjadi ranah perjanjian formil. Artinya adalah para pihak dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun telah menyetujui, menyepakati, untuk saling paham dalam sebuah kegiatan atau perbuatan hukum, inilah yang kemudian mendasari lahirnya sebuah nota kesepahaman. Dalam nota kesepahaman para pihak juga secara sadar, tanpa paksaan apapun dan berdasarkan itikad baik menuangkan point, atau garis-garis besar yang menjadi maksud dilahirkannya sebuah nota kesepahaman tersebut. Menurut penulis berdasarkan definisi Nota Kesepahaman di atas penulis dapat menyimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam nota kesepahaman, yakni: 1) Merupakan perjanjian pendahuluan; 2) Muatan materi berisikan hal-hal pokok; 3) Muatan materi akan dituangkan dalam suatu perjanjian atau kontrak yang akan datang. Menurut penulis berbicara mengenai nota kesepahaman, tidak terlepas dari konsep perjanjian secara mendasar sebagaimana termuat dalam 10

13 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) Pasal 1313 KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Ketentuan yang mangatur tentang perjanjian terdapat dalam Buku ke-iii KUHPerdata, memiliki sifat terbuka yang artinya ketentuan-ketentuannya dapat dikesampingkan, sehingga hanya berfungsi mengatur saja. Menurut penulis Nota kesepahaman juga telah memenuhi unsur atau syaratsyarat sahnya persetujuan, sehingga nota kesepahaman juga dapat disejajarkan dengan perjanjian, dan yang mana dengan lahirnya perjanjian, nota kesepahaman tersebut menimbulkan adanya perikatan. Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian harus memenuhi empat syarat yaitu : 1) Sepakat, maksudnya adalah bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju untuk segala sesuatu yang diperjanjikan atau disepakati. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya selain tidak ada pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan, juga masuk dalam redaksi sepakat untuk paham atau untuk saling paham dalam kaitanya nota kesepahaman. 2) Cakap, yakni kecakapan untuk membuat suatu kesepakatan atau perjanjian, Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau mengadakan hubungan atau perbuatan hukum. Pada asasnya 11

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. 3) Suatu hal tertentu, Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan untuk dapat menentukan kewajiban jika terjadi perselisihan. Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai suatu pokok yang paling sedikit ditetapkan jenisnya, yang menjadi pokok atau objek dalam nota kesepahaman adalah perjanjian itu sendiri, kesepakatan yang hendak dicapai di masa yang akan datang adalah pokok pencapaian yang hendak dicapai, yakni berupa perjanjian yang lebih mengikat yang berbentuk kontrak yang lebih kuat. 4) Sebab yang halal, Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud untuk mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban. Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum. Dalam kategori ini, selama isi dari nota kesepahaman tersebut tidak menyalahi peraturan perundang-undangan, maka nota kesepahaman tersebut memenuhi unsur sebab yang halal. Dua syarat yang pertama yaitu kesepakatan dan kecakapan yang disebut syarat- syarat subyektif. Sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan 12

15 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) syarat objektif, karena mengenai perjanjian itu sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan. Sifat terbuka perikatan juga termuat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang mengandung asas Kebebasan Berkontrak, artinya setiap orang bebas menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut penulis Nota Kesepahaman merupakan dan termasuk suatu perjanjian yang dibuat oleh 2 (dua) pihak yang berkepentingan dalam suatu nota kesepahaman. Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan demikian jika Nota kesepahaman telah disepakati oleh para pihak yang mana telah dibuat secara sah, maka memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, maka kedudukan dan berlakunya nota kesepahaman dapat disamakan dengan sebuah undangundang bagi para pihak, yang mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa, namun tentu hanya menyangkut dan sebatas pada hal-hal pokok yang terdapat dalam nota kesepahaman. Para pihak dalam nota kesepahaman harus melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam klausula-klausula yang terdapat dan tercantum dalam nota kesepahaman tersebut. Nota kesepahaman dalam hal ini tetap sebagai perjanjian pendahuluan, yang mengikat pihak-pihak dan sebagai suatu kesepakatan yang memuat halhal pokok, serta yang harus diikuti oleh perjanjian lain, maka walaupun 13

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 pengaturan Nota kesepahaman tunduk pada ketentuan perikatan dalam KUHPerdata kekuatan mengikat nota kesepahaman tergantung dari isi nota kesepahaman itu sendiri. Dengan kata lain pula nota kesepahaman merupakan gentlement agreement. Menurut penulis penggunaan istilah nota kesepahaman harus dibedakan dari segi teoritis dan praktis. Secara teoritis dokumen nota kesepahaman bukan merupakan dokumen yang mengikat para pihak, dan mengikat secara hukum, harus ditindaklanjuti dengan perjanjian. Kesepakatan dalam nota kesepahaman hanya bersifat ikatan moral. Secara praktis nota kesepahaman dapat disejajarkan dengan perjanjian. Ikatan yang terjadi tidak hanya bersifat moral, tetapi juga hukum karena telah memenuhi unsur dari pasal 1320 KUHPerdata. Menurut Penulis nota kesepahaman menjelaskan bahwa kedua pihak secara prinsip dan secara sadar sudah memahami dan akan melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu sesuai isi dari nota kesepahaman tersebut. Sanksi dari tidak dipenuhinya atau pengingkaran dari sebuah nota kesepahaman sifatnya moral dan bukan denda atau hukuman. Sanksi yang lain adalah sanksi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu Hal ini berbeda dengan perjanjian (kontrak) yang merupakan perbuatan hukum yang dibuat antar pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban dan berakibat pada sanksi bagi pihak yang mengingkari atau lalai dalam melaksanakan perjanjian tersebut. 14

17 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) Persetujuan yang disepakati para pihak baik dalam suatu nota kesepahaman maupun dalam perjanjian harus dijalankan dengan itikad baik dan tanpa paksaan dari salah satu pihak, dan apabila syarat tersebut tidak dipenuh atau dilanggar oleh salah satu pihak maka perikatan perjanjian menjadi batal demi hukum. Beberapa hal mendasar menurut pendapat penulis mengenai Nota Kesepahaman adalah sebagai berikut, yaitu : 1) Nota kesepahaman adalah bagian dan memiliki kedudukan hukum dari buku ke-iii KUHPerdata tentang perikatan, mengingat muatan dari nota kesepahaman memenuhi syarat sahnya perjanjian pasal 1320 KUHPerdata, yang mana dengan adanya perjanjian, maka lahirlah perikatan, serta pasal-pasal lain yang menguatkan kedudukan nota kesepahaman di dalam buku ke-iii KUHPerdata tentang Perikatan. 2) Nota kesepahaman yang dibuat antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lainnya, baik dalam suatu negara maupun antar negara untuk melakukan kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan untuk jangka waktu tertentu; 3) Nota kesepahaman menjadi dasar penyusunan kontrak pada masa datang yang didasarkan dengan memuat hasil permufakatanatau kesepakatan para pihak; 4) Nota kesepahaman merupakan kesepakatan awal atau pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam sebuah 15

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 perjanjian yang pengaturannya lebih rinci (detail), karena itu nota kesepahaman berisikan hal-hal yang pokok saja. 5) Nota kesepahaman menjadi dokumen yang memuat saling pengertian diantara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi nota kesepahaman harus dimasukkan ke dalam perjanjian, sehingga mempunyai kekuatan mengikat, terlebih jika kemudian dimaksukkan paling tidak muatan sanksi jika memang diperlukan bagi pihak yang tidak menjalankan kesepakatan sebagaimana isi atau klausul nota kesepahaman yang telah ditanda tangani meski hal itu jarang termuat dalam nota kesepahaman. 2. Pemahaman Para Pelaku Bisnis Di Kota Samarinda Terhadap Nota Kesepahaman. Dalam penelitian lapangan dengan menyebarkan questioner dan wawancara singkat kepada para pengusaha dikota Samarinda baik di ruang lingkup Asosiasi pengusaha, seperti DPD HIPMI KALTIM, untuk kota Samarinda, ataupun diluar dari asosiasi pengusaha, pemahaman para pelaku bisnis dikota samarinda terhadap nota kesepahaman dapat dikatakan sudah cukup tahu, hal ini dapat diukur setelah para pengusaha yang menjadi responden mengisi questioner serta wawancara singkat dari penulis, hasilnya yakni: a) BPD HIPMI KALTIM Direktur eksekutif BPD HIPMI KALTIM, Ibu Juraidah, S.E., menjelaskan bahwasannya nota kesepahaman merupakan bagian dari perjanjian. 16

19 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) Meskipun tetap pada ranah kesepahaman awal antara kedua belah pihak yang akan bekerjasama pada suatu objek bisnis. Nota kesepahaman memang tidak mengikat kuat dan hanya mengikat secara moral. Namun sebagaimana Lampiran 2. Nota Kesepahaman antara HIPMI KALTIM dengan Maskapai Penerbangan Sriwijaya, penulis berpendapat bahwa nota kesepahaman tersebut sifatnya lebih kepada perjanjian sebagaiaman mestinya, meskipun tidak tercantum pasal yang memuat sanksi tegas apabila salah satu pihak melanggar klausulaklausula didalam nota kesepahaman tersebut, namun didalam nota kesepahaman yang memuat 15 pasal tersebut telah memuat hak dan kewajiban, yang mana menurut penulis ikatan yang lahir lebih dari sekedar moral sebagaimana nota kesepahaman. Menurut penulis hal ini didasarkan oleh asas kebebasan berkontrak yang mana para pihak bebas untuk membuat perikatan dalam bentuk apapun sepanjang tidak melanggar peraturan yang berlaku. Dan nota kesepahaman tersebut sah dimuka hukum bagi para pihak yang bersepakat. b. PT. NRC Kepala HRD, Bapak Budi Santoso, SE. menjelaskan bahwa nota kesepahaman bukanlah sebuah perjanjian, nota kesepahaman adalah kesepakatan awal untuk saling memahami antara kedua belah pihak yang akan melakukan kerjasama. Nota kesepahaman tidak dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian karena isi dari nota kesepakatan tersebut hanya berisikan hal-hal yang pokok saja, sekalipun dikemudian 17

20 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 hari terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak, sanksi yang diberikan adalah sanksi moral saja. b) PT. PETRONA Kepala bidang logistik PT. PETRONA, Bapak Fadly, S.P., mengatakan bahwa mengenai nota kesepahaman beliau tidak tahu menahu, baliau mengenal istilah nota kesepahaman di dunia bisnis, namun tidak pernah membuat nota kesepahaman itu sendiri, beliau lebih mengenal istilah kontrak, karena pada wilayah logistik, baik itu berupa pembelian bahan bakar alat berat ataupun penyewaan alat berat, serta hal-hal lain yang diperlukan dalam berjalannya aktifitas bisnis yang digunakan adalah kontrak, tanpa melalui tahapan nota kesepahaman. c) Notaris Bayu Adi Saputra S.H, M.Kn. Beliau menuturkan bahwasannya nota kesepahaman adalah bagian dari perikatan. Nota kesepahaman dapat disejajarkan dengan perjanjian, meskipun kekuatannya lemah dimuka pengadilan namun nota kesepahaman memenuhi unsur pada pasal 1320 dan 1313 KUHPerdata, yang mana hal tersebut telah menunjukan bahwasannya Nota Kesepahaman merupakan sah sebagai suatu persetujuan, yang tingkatannya sama dengan perjanjian. Nota kesepahaman adalah bahasa kebiasaan dari pengusaha, biasanya nota kesepahaman lahir ketika perusahaan bese ar bertemu atau hendak bekerjasama dengan perusahaan besar yang lain, mengenai isi dalam nota kesepahaman 18

21 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) beliau berpendapat hal tersebut bersifat bebas, selama tidak melanggar hukum, dan disepakati oleh para pihak. Berdasarkan uraian responden tersebut diatas penulis berpendapat bahwasanya kehadiran nota kesepahaman terlepas dari pro dan kontra dari para ahli hukum, para pengusaha berusaha mengartikan nota kesepahaman sebagai suatu perikatan yang bermakna luas, sebagaimana semangat pasal 1338 KUHPerdata yakni kebebasan berkontrak, setiap orang berhak untuk mengekspresikan maksud dan tujuannya dalam melakukan perbuatan hukum guna mendapatkan hubungan hukum, khususnya di ranah keperdataan meskipun tetap pada koridor hukum yang berlaku serta kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersepakat. Penutup Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa not kesepahaman merupakan bagian dari buku ke-iii KUHPerdata. Kesimpulan yang menguatkan kedudukan hukum nota kesepahaman dalam perikatan, yakni: 1. Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman dalam Perikatan Menurut KUHPerdata terdapat pada pasal: a. Pasal 1233 KUHPerdata yang mengatakan Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang ; b. Pasal 1313 KUHPerdata yang mengatakan Suatu Persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih ; 19

22 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 c. Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan syarat sahnya persetujuan yakni: 1) Kesepakatan; 2) Kecakapan; 3) Suatu hal tertentu; 4) Sebab yang halal. d. Pasal 1338 KUHPerdata, yang mengatakan, bahwa: Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang di tentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik e. Pasal 1339 KUHPerdata, yang mengatakan, Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas di tentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang Asas-asas yang menguatkan Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman Dalam Perikatan Menurut KUHPerdata, yakni: 1) Asas Kebebasan Berkontrak; 2) Asas Konsensualisme; 3) Asas Pacta Sunt Servanda; 4) Asas Itikad Baik. 20

23 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) 2. Pemahaman para pengusaha dikota Samarinda dapat dibagi menjadi 3(tiga) kategori, yakni: a. Memahami tentang Nota Kesepahaman, dan juga Perikatan dalam KUHPerdata, serta memahami konsekuensi dari lahirnya sebuah Nota Kesepahaman; b. Mengetahui tentang nota kesepahaman, namun tidak mengerti tentang perikatan dalam KUHPerdata, sehingga acapkali menyebutkan pelanggaran klausul dalam nota kesepahaman disebut dengan wanprestasi ; c. Mengetahui tentang nota kesepahaman, namun hanya sebatas pada tahu tentang nota kesepahaman di dunia bisnis, namun tidak pernah menggunakan nota kesepahaman itu sendiri dalam aktifitasnya didunia bisnis. Sehingga tidak tahu menahu mengenai isi maupun pembuatan nota kesepahaman itu sendiri. Saran Dari perumusan masalah dan pembahasan yang telah di jabarkan oeh penulis, maka menurut hemat penulis, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Setiap Asosiasi Pengusaha membuat sebuah metode atau pedoman tentang pembuatan Nota Kesepahaman kepada anggotanya agar setidaknya bagi anggota yang tidak memahami tentang nota kesepahaman dapat mengetahui bagaimana cara membuat serta isi dari nota kesepahaman yang baik dan benar. 21

24 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 2. Ada baiknya untuk nota kesepahaman yang memiliki Value tinggi, para pengusaha dapat menerbitkan berita acara nota kesepahaman tersebut di surat kabar baik Online maupun surat kabar konvensional, baik skala nasional maupun lokal, seperti halnya yang kini sering dilakukan oleh lembaga Negara jika bekerjasama dengan lembaga lain, ataupun dengan pihak swasta, sehingga selain dapat menimbulkan Prestige dikalangan pengusaha lain, memacu profesionalitas juga dapat menimbulkan rasa lebih percaya dan memiliki beban moral, etika yang tinggi jika nantinya nota kesepahaman tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena salah satu pihak melanggar klausul didalam nota kesepahaman yang telah disepakati tersebut yang menyebabkan nota kesepahaman tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. DAFTAR PUSTAKA A. Buku. Azwar, Saifuddin, 2001, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Fuady, Munir, 2002, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta H.S, Salim, 2004, Hukum kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta. Muljadi, Kartini & Widjaja, Gunawan, 2003, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Peter Mahmud, Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Pranada Media Group, Jakarta Purwosujipto, 2007, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta 22

25 Kedudukan Hukum Nota Kesepahaman (Anggoro Ario) Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Simanjuntak, Ricardo, 2011, Hukum Kontrak, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, Kontan Publishing, Jakarta Steel, Miranda, 2004, The Oxford wordpower Dictionary for KBSM, Fajar Sakti, Selangor Subekti, 2001, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, CV. Alfabet, Bandung, Sunggono, Bambang, 2011, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Waluyo, Bambang, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta. B. Peraturan Perundang-undangan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata C. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet, dan Makalah Seminar. (Diakses pada tanggal 20 juli 2013, pukul 22:15 Wita) (diakses pada tanggal 21 juli 2013, pukul 21:22) (diakses tanggal 10 Maret 2013 Pukul Wita) (Diakses pada tanggal 2 Deseber 2013, pukul 21:22 Wita) diakses pada tanggal 5 november 2013, pukul 21:06 WITA diakses pada tanggal 5 november 2013, pukul 22:00 WITA (Diakses pada tanggal 20 juli 2013, pukul 22:00 Wita) 23

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN A. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian daripada

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM 1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING 2.1 Memorandum Of Understanding 2.1.1 Pengertian Memorandum Of Understanding Istilah memorandum of understanding berasal dari dua kata, yaitu memorandum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia diatur di

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia diatur di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjanjian telah menjadi bagian yang penting didalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia bisnis. Pelaku bisnis dalam melakukan kerja sama dituangkan dalam

Lebih terperinci

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA Oleh Ketut Surya Darma I Made Sarjana A.A. Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK ABSTRACT

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK ABSTRACT KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK Disusun Oleh : Cyntia Citra Maharani, Fitri Amelia Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (amelia_fitri25@yahoo.com)

Lebih terperinci

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C ANALISIS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KONTRAK KERJASAMA DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK (Studi Memorandum of Understanding antara Forisntinct dan Partner) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Oleh: I Made Bayu Wiguna I Dewa Made Suartha Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017 KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK DALAM KUHPERDATA (PENERAPAN PASAL 1320 JO PASAL 1338 KUHPERDATA) 1 Oleh: Adeline C. R. Dille 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK BAB III KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK A. Pengertian Memorandum of Understanding (M.O.U) Memorandum adalah suatu peringatan, lembar peringatan, atau juga suatu lembar catatan. 29

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK Oleh : Ni Putu Diana Pradnyani Raisila Ni Ketut Sri Utari Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT WANPRESTASI YANG DILAKUKAN KONSUMEN DENGAN CARA HIT AND RUN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT WANPRESTASI YANG DILAKUKAN KONSUMEN DENGAN CARA HIT AND RUN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT WANPRESTASI YANG DILAKUKAN KONSUMEN DENGAN CARA HIT AND RUN Oleh Bagus Made Bama Anandika Berata I.G.N Parikesit Widiatedja Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di Indonesia sekarang ini sangat pesat, karena munculnya para pembisnis muda yang sangat inovatif dan kreatif di segala bidang. Apalagi bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK

PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK 1. Pengertian Nota kesepahaman yang dibuat antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lainnya,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi secara harfiah diartikan sebagai aktifitas atau kegiatan penanaman modal, sedangkan investor adalah orang atau badan hukum yang mempunyai uang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN Oleh : Avina Rismadewi Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Many contracts are in writing so as to make it

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KONSINYASI. dan perikatan itu merujuk pada dua hal yang berbeda, perikatan ialah suatu hal

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KONSINYASI. dan perikatan itu merujuk pada dua hal yang berbeda, perikatan ialah suatu hal 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KONSINYASI 2.1. Perjanjian 2.1.1. Pengertian Perjanjian Dalam ilmu hukum yang kita pelajari menjelaskan bahwa suatu perjanjian dan perikatan itu

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum. ABSTRAK Dita Kartika Putri, Nim 0810015183, Akibat Hukum Terhadap Perjanjian Tidak Tertulis Sewa-Menyewa Alat Berat di CV. Marissa Tenggarong, Dosen Pembimbing I Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H., M.H dan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Dan Diajukan untuk melengkapi Tugas Tugas Dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN.  hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar

Lebih terperinci

KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA Oleh : Ni Luh Putu Eka Wijayanti Pembimbing Akademik: I Ketut Sudiartha Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI Oleh Fery Bernando Sebayang I Nyoman Wita Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sales Returns

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI Oleh Sundari Megarini Dr. I Ketut Westra, SH., MH. A.A. Gde Agung Darma Kusuma,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA Oleh : Belly Riawan I Made Mahartayasa Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Along with the development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dunia jelas dapat dibaca dari maraknya transaksi bisnis yang mewarnainya. Pertumbuhan ini menimbulkan banyak variasi bisnis yang menuntut para pelaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya 36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS TERHADAP SYARAT SAH DAN UNSUR- UNSUR DALAM SUATU PERJANJIAN

KAJIAN YURIDIS TERHADAP SYARAT SAH DAN UNSUR- UNSUR DALAM SUATU PERJANJIAN KAJIAN YURIDIS TERHADAP SYARAT SAH DAN UNSUR- UNSUR DALAM SUATU PERJANJIAN Oleh : M Zen Abdullah,SH,MH. 1 Abstract Agreement between one person and another person is a common thing lately, not economic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli Sebelum membahas tentang pengertian dan pengaturan juali beli, terlebih dahulu perlu dipahami tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian kontrak, tetapi menurut Para pakar hukum bahwa kontrak adalah

Lebih terperinci

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng

KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng ABSTRAK KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng Fokus kajian dalam tulisan ini adalah menyangkut kekuatan mengikat Memorandum Of Understanding

Lebih terperinci

KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS KEABSAHAN PERJANJIAN NOMINEE KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS Oleh: Anak Agung Intan Permata Sari Ni Ketut Supasti Darmawan Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL Muchamad Arif Agung Nugroho Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang agungprogresif@gmail.com ABSTRAK Perkawinan heteroseksual merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

SYARAT SUBJEKTIF SAHNYA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA) DIKAITKAN DENGAN PERJANJIAN E-COMMERCE

SYARAT SUBJEKTIF SAHNYA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA) DIKAITKAN DENGAN PERJANJIAN E-COMMERCE SYARAT SUBJEKTIF SAHNYA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA) DIKAITKAN DENGAN PERJANJIAN E-COMMERCE Oleh Shinta Vinayanti Bumi Anak Agung Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

TESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan)

TESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan) TESIS PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL) DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan di berbagai aspek kehidupan juga ikut berkembang. Hal ini merupakan petanda baik bagi Indonesia, jika dalam perkembangan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA Oleh: I Made Adi Dwi Pranatha Putu Purwanti A.A. Gede Agung Dharmakusuma Bagian

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999) 1 Oleh: Aristo Yermia Tamboto 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( ) PENGERTIAN PERJANJIAN KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) (166010200111038) FANNY LANDRIANI ROSSA (02) (166010200111039) ARLITA SHINTA LARASATI (12) (166010200111050) ARUM DEWI AZIZAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11 BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA Gita Nanda Pratama email: gitanandap@gmail.com Abstract Memorandum of Understanding (MoU), made orally or in written

Lebih terperinci

BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI

BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI Oleh : Ni Made Utami Jayanti I Nyoman Darmadha A.A. Sri Indrawati Bagian Hukum

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DITINJAU DARI SEGI HUKUM PERIKATAN 1 Oleh: Gerry Lintang 2 Abstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian A.1 Pengertian perjanjian Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, hal ini berdasarkan bahwa perikatan dapat lahir karena perjanjian dan undang undang. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA QUANTUM KIDS CABANG RADEN SALEH PADANG) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Komang Padma Patmala Adi Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:

Lebih terperinci

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Ida Bagus Oka Mahendra Putra Ni Made Ari Yuliartini

Lebih terperinci

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE) KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Hukum Fakultas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bisnis tentunya didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Perjanjian atau kontrak merupakan serangkaian kesepakatan yang dibuat oleh para pihak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring. 28 BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata sebagai bagian dari KUH Perdata yang terdiri dari IV buku. Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS RUMAH SEWA MILIK HJ. SITI MUNJINAH DI KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS RUMAH SEWA MILIK HJ. SITI MUNJINAH DI KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN) JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 5 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2017 TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS RUMAH SEWA

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari kata ovreenkomst dalam bahasa Belanda atau istilah agreement dalam bahasa Inggris.

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh : FERRI HANDOKO NIM :C100080118 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perjanjian merupakan bagian daripada Hukum Perdata pada umumnya, dan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG (STUDI DI WARUNG MAKAN BEBEK GORENG H. SLAMET DI KARTOSURO SUKOHARJO) SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang, ditegaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi di Indonesia merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan yang ada tidak menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang merdeka di dalam wadah Negara Republik Indonesia sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi setua umur tersebut hukum nasional yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG Oleh : I Ketut Gde Juliawan Saputra A.A Sri Utari Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan yang berjudul Perbedaan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

EFEKTIVITAS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING JURNAL EFEKTIVITAS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM PEMBUATAN SUATU PERJANJIAN DI BIDANG PENDIDIKAN, STUDI KASUS DI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Diajukan oleh : Darwin Effendi N P M : 120511016

Lebih terperinci