KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM CERPEN PEREMPUAN BALIAN KARYA SANDI FIRLY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM CERPEN PEREMPUAN BALIAN KARYA SANDI FIRLY"

Transkripsi

1 KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM CERPEN PEREMPUAN BALIAN KARYA SANDI FIRLY Anxiety of the Main Characters in Perempuan Balian Short Story by Sandi Firly Yuliadi MR Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran, Telukbetung, Bandarlampung Telp. ( , Faks. (0721) No.Hp: Pos-el: Diajukan: 18 Juli 2016, direvisi: 24 Oktober 2016 Abstract The problem in this research is how the main character is the anxiety in Perempuan Balian short story by Sandi Firly. This study aimed to describe the symptoms of anxiety, anxiety factors, and other forms of anxiety and ego defense mechanism method that used is descriptive qualitative method by means of the study of texts. The results showed anxiety symptoms such as shock, wild, as well as odd and strange. Factors such as environmental concerns family and social environment. The forms of anxiety, be realistic, neurotic, and moral. Ego defense mechanisms, such as repression, projection and reaction formation. Keywords : anxiety, the main characte, psychoanalysis Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kecemasan tokoh utama dalam cerpen Perempuan Balian karya Sandi Firly. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gejala-gejala kecemasan, faktor-faktor kecemasan, dan bentuk-bentuk kecemasan serta mekanisme pertahanan ego Metode yang digunakan adalah metode deskritif kualitatif dengan cara studi teks. Hasil penelitian menunjukkan gejala-gejala kecemasan berupa terguncang, liar, serta ganjil dan aneh. Faktor-faktor kecemasan berupa lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Bentuk-bentuk kecemasan, berupa realistik, neurotik, dan moral. Mekanisme pertahanan ego, berupa represi, proyeksi, dan pembentukan reaksi. Kata Kunci: kecemasan, tokoh utama, psikoanalisis

2 Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: Pendahuluan Karya sastra merupakan ekspresi ambang ketaksadaran pengarang atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam kaitan ini karya sastra dapat dipahami dari aspek-aspek kejiwaan. Untuk memahami aspek-aspek kejiwaan, dibutuhkan pengetahuan tentang psikologi, karena psikologi mengandung makna ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Dimensi jiwa adalah dimensi yang ada dalam diri manusia, yang berarti segala aktivitas kehidupan manusia tidak lepas dari dimensi tersebut. Karena persoalan kehidupan salah satunya dilatarbelakangi oleh kejiwaan, pengetahuan tentang aspekaspek kejiwaan penting di-ungkap dan dipelajari. Cerpen Perempuan Balian (selanjutnya disingkat PB) merupakan cerpen yang berisikan konflik yang mempengaruhi kejiwaan tokoh utamanya. Dalam cerpen tercakup unsur peristiwa. Peristiwa di-kisahkan melalui tokoh, alur dan latar yang kemudian akan ter-kandung dalam unsur substansi yang menyediakan sumber per-soalan dan memberikan model kehidupan sebagaimana yang terdapat di semesta ini yang ditampilkan dalam cerita (Nurgiyantoro, 2013: 144). Untuk mengungkap itu digunakan teori psikoanalisis. Karya sastra sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspekaspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh dalam teks prosa. Karya sastra dan psikologi memiliki pertautan yang erat secara langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan jiwa orang lain (Endraswara, 2003: 96-97). Untuk memahami aspek-aspek kejiwaan tokoh itu dibutuhkan kajian psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan sejenis psikologi tentang ketidaksadaran dan per-hatianperhatiannya terarah pada bidang motivasi, emosi, konflik, sistem neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter (Freud dalam Ratna, 2007: 345). Oleh karena itu, psikoanalisis digunakan sebagai metode sejenis terapi untuk mengobati seseorang yang meng-alami penyimpangan mental dan syaraf (kejiwaan). Penelitian kejiwaan dalam sastra disebut psikologi sastra. Asumsi dasar penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi, pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar. Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Ke-dua, kajian psikologi sastra di samping mewakili tokoh secara psikologis juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Dari pendapat di atas dapat dikatakan kecemasan yang dialami tokoh dalam karya sastra dapat dikaji menggunakan teori psiko-analisis. Teori psikoanalisis, yaitu mengungkap konflik bawah sadar yang dialami tokoh dalam karya sastra. Konflik bawah sadar itu terjadi karena adanya tekanan id dan pertahanan ego serta superego dalam diri seseorang. Lalu, ketika kecemasan mengacam, hadir me-kanisme pertahanan ego dalam diri seseorang. Kajian psikologi dengan pendekatan psikoanalisis pernah dilakukan Hartini (2015) dengan judul Emosi dan Kecemasan Tokoh-tokoh dalam Novel 268

3 Kecemasan Tokoh Utama (Yuliadi MR) Pasung Jiwa Karya Okky Madasari. Dia meng-ungkap persoalan struktur dalam novel, struktur kepribadian tokoh, klasifikasi emosi tokoh, dan kecemasan tokoh. Rahmawati (2006) juga menganalisis ke-pribadian tokoh utama dalam novel Larung karya Ayu Utami dengan mendeskripsikan gambar-an kekuatan id, ego, superego serta mendeskripsikan mekanisme tiga kekuatan energi id, ego, dan superego dalam kepribadian tokoh utama. Persoalan konflik batin tokoh utama dalam novel juga pernah diangkat oleh Saputra (2014), yaitu mendeskripsikan konflik batin tokoh utama yang dipengaruhi oleh alam ketidak-sadaran dan mendeskripsikan solusi yang digunakan tokoh utama dalam menyelesaikan konflik batin tokoh. Bukan hanya alasan didasarkan pada pertimbangan cerpen PB memiliki sisi kemenarikan dari segi kepribadian tokoh utama sebagai objek penelitian, melain-kan juga cerpen PB menarik untuk diteliti karena menyajikan perubahan kepribadian yang dialami tokoh utama berupa kecemasan. Perubahan kepribadi-an berupa kecemasan itu terlihat dalam perilaku dan gambaran tokoh dalam mekanisme per-tahanan ego yang dilakukan sehingga novel menjadi khas dan unik. Selain itu, penelitian ini aktual karena dalam cerpen PB mengangkat persoalan sosial yang terjadi secara nyata dalam masyarakat acap kali terjadi. Juga, penelitian ini penting dilakukan karena dapat diambil pengetahuan dalam pemahaman kepribadian seseorang. Peneliti dalam penelitian ini menfokuskan diri pada analisis kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB berupa gejala-gejala kecemasan tokoh utama, faktor-faktor penyebab kecemasan tokoh utama, mekanisme pertahanan ego tokoh utama, dan bentuk-bentuk kecemasan tokoh. Teori yang digunakan mengungkap kecemasan tokoh utama itu digunakan psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini menggunakan pen-dekatan objektif menurut Abrams (1976: 26) juga dapat dilihat dalam Teeuw (1988: 50) dan Siswanto (2008: ), yaitu pendekatan objektif yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri. Artinya penelitian ini hanya memfokuskan pada teks tidak pada aspek lain, seperti pengarang atau sosial pengarang. Alasan kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB dengan kajian psikoanalisis sebagai objek penelitian, pertama tokoh merupakan pelaku yang bertindak dan bertingkah laku dalam cerita. Kedua, melalui kecemasan tokoh dapat dipelajari psikologi se-seorang. Ketiga, melalui ke-cemasan tokoh dapat pengetahuan tentang berperilaku, bersikap, dan bertindak dalam bermasyarakat. 2. Metode Metode merupakan cara kerja, penjabaran teori dalam meneliti objek. Dalam pengertian yang lebih luas, menurut Ratna (2004: 34) metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkahlangkah sis-tematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Penelitian ini merupakan peneliti-an kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif menurut Ratna (2004: 53), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 269

4 Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: :3). Data dalam penelitian ini adalah teks cerpen Perempuan Balian yang terbit dalam Harian Kompas pada 24 juni 2014 karya Sandi Firly. Prosedur analisis data dalam penelitian membaca dan memahami cerpen PB, mencatat data yang sesuai dengan tujuan dan permasalahan dalam penelitian, mengklasifikasi dan menganalisis data yang sudah dicatat. Psikoanalisis adalah wilayah kajian psikologi sastra. Model kajian ini pertama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra berusaha mengungkap psikoanalisis ke-pribadian (Endraswara, 2003: 101). Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkah manusia (Minderop, 2010: 8). Teori kepribadian yang diungkapkan Sigmund Freud (dalam Endraswara, 2008: 194) dikenal dengan istilah psikoanalisis. Dalam teori psikoanalisis, kepribadian di-pandang sebagai sebuah struktur yang terdiri dari tiga aspek, yaitu id, ego, superego. Kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar, yaitu akibat konflik antara pulse id dan pertahanan ego dan superego (Minderop, 2010: 28). Kebanyakan dari pulse tersebut mengacam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk itulah, ketika kecemasan itu menguasai ego, ia akan mem-bentuk mekanisme per-tahanan. Mekanisme pertahanan ini secara tidak sadar akan menciutkan dorongandorongan yang mem-buat rasa cemas tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima dan tidak terlalu mengancam. Bentuk-bentuk mekanisme per-tahanan ego itu berupa represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi dan apatis, serta fantasi dan stereotyfe. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan kajian psikoanalisis terhadap cerpen PD sebagai berikut. 3.1 Gejala-Gejala Kecemasan Dalam bagian ini akan dijabarkan gejalagejala kecemasan yang dialami tokoh utama. Dalam bahasan gejala-gejala kecemasan berupa gelisah, liar, terguncang, dan tidak peduli. Hal itu akan dijabarkan sebagai berikut Terguncang Gejala kecemasan pada diri tokoh utama juga terlihat kurang waras dan terguncang.. Terguncang berarti terganggu keseimbangan atau khawatir. Perilaku ter-guncang ini dialami tokoh utama karena dirinya mengalami tekanan batin yang kuat, yaitu kehilangan seorang Ayah yang menjadi panutannya, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurup-an, dan meracau menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang aneh. Kepada orang-orang ia sering mengatakan, Ada ular-ular besar menyusup dalam mimpiku. Ular itu bukan mimpi, tapi ular yang menyusup dalam mimpiku. Dalam mimpi juga aku sering bertemu Ayah. (PD: Paragraf 1) Idang, sebagai tokoh utama mengalami keguncangan sejak ditinggal oleh Ayahnya. Tidak adanya panutan dalam menjalani hidup Idang sering mengamuk kesurupan dan meracau. Perilaku Idang menjadi tidak terkendali. 270

5 Kecemasan Tokoh Utama (Yuliadi MR) Ia sering hanyut dalam mimpimimpinya yang aneh. Mimpi-mimpi yang aneh itu dirinya dipandang masyarakat sebagai seorang yang kurang waras Liar Gejala kecemasan tokoh utama dalam cerpen PD terlihat juga berperilaku liar. Liar dalam KBBI, Tim Penyusun (2008: 823) berarti tidak tenang (tentang pandangan mata), buas, ganas; tidak teratur; tidak menurut aturan (hukum); belum beradab. Perilaku liar itu dialami tokoh utama dipengaruhi oleh tekanan ego. Perilaku ini terlihat dalam tokoh aku ber-perilaku tidak seperti seorang perempuan. Dirinya seakan-akan memiliki kekuatan dan keberanian yang lebih. Perilaku liar dalam cerpen terlihat pada kutipan berikut. Idang memang tak seperti kebanyakan perempuan lainnya yang hidup di pegunungan Meratus. Ia suka memanjat pohon, hal yang hanya pantas dan perlu kekuatan seperti dimiliki anak laki-laki. Ia3juga kerap melakukan perjalanan sendiri ke hutan-hutan terdalam, hutan-hutan terlarang (PD: Paragraf 2) Idang berperilaku liar. Dirinya seperti dirasuki oleh kekuatan gaib sehingga dirinya berperilaku tidak sebagai seorang perempuan. Dia mampu memanjat pohon dan memilki keberanian untuk masuk ke hutan yang terdalam bahkan hutan terlarang. Kekuatan dan keberanian itu menjadikan diri Idang menjadi liar Ganjil atau Aneh Kecemasan yang terjadi terlihat adanya perubahan perilaku pada tokoh utama. Dalam cerpen PB gejala kecemasan terlihat adanya perubahan perilaku tokoh utama tenang menjadi ganjil dan aneh. Idang seorang perempuan yang biasa berubah menjadi seorang perempuan yang ganjil dan aneh. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. Aku banyak menemukan makhlukmakhluk aneh di sana. Mereka bersahabat, ceritanya kepada temanteman sebaya, yang karena cerita semacam itu pula menyebabkan ia perlahan-lahan dijauhi temantemannya. Namun ia mengaku tak pernah merasa kesepian. Temantemanku di dunia lain jauh lebih banyak, seseorang bercerita kepadaku menirukan ucapannya (PB, paragraf 3) Tokoh utama, Idang, sering mengalami pengalaman ganjil dan aneh. Dirinya menemukan makhluk aneh dan menjadi sahabatnya. Pengalaman itu itdak dapat dipahami oleh teman-teman sebayanya. Sehingga idang di-tinggalkan oleh mereka. Idang menjalani kehidupannya dengan makhluk aneh itu seakan-akan normal, tetapi tidak dengan teman-temannya. Karena tekanan id dalam diri Idang menyebabkan dirinya tumbuh sebagai perempuan pendiam, penyendiri, dan tidak bergaul. Bila bergaul, dirinya akan dijauhi oleh teman-temannya karena dia selalu bercerita tentang mimpi tentang ular dan ayahnya. 3.2 Faktor-Faktor Kecemasan Faktro-faktor yang menyebabkan kecemasan terhadap diri tokoh utama, yaitu faktor keluarga dan faktor sosial Faktor Keluarga Faktor keluarga. Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar berupa ibu dan bapak beserta anakanaknya. Faktor keluarga ini berpengaruh terhadap kecemasan yang 271

6 Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: dialami se-seorang. Ketika mengalami gun-cangan atau tekanan, dukungan keluarga akan berdampak, dapat positif atau negatif, terhadap persoalan yang dialami seseorang. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. Dengan hidup hanya ditemani nenek dari ibunya, Idang tumbuh menjadi perempuan pendiam, penyendiri. Dan bila pun ia bicara dan bercerita kepada anak-anak sebayanya, maka itu adalah cerita tentang mimpi-mimpi, tak jauh dari cerita tentang ular dan ayahnya (PB, paragraf 5) Faktor keluarga ber-pengaruh terhadap kepribadian tokoh utama Idang. Dia menjadi sosok yang tertekan dan ter-kekang. Dirinya tidak dapat dengan leluasa berbagi tentang yang dialami dirinya. Hal itu menyebabkan dirinya dilanda kecemasan yang kuat Faktor Sosial Lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk. Hal itu akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Dalam cerpen PB didapat kecemasan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Idang semakin merasa tertekan ketika lingkungan sosial menganggap perilakunya aneh dan tidak masuk akal bahkan ada yang menganggap dirinya sudah tidak waras. Tekanan sosial itu menyebabkan Idang semakin cemas. Dirinya menjelma menjadi seorang balian, dukun, orangorang semakin menyudutkan Idang. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. Orang sekampung tidak pernah melupakan malam itu. Seorang perempuan terbilang muda tiba-tiba menjadi balian, menjadi dukun. Tidak pernah sebelumnya, sejak nenek moyang, seorang perempuan menjadi balian. Paling tinggi ia hanya menjadi pinjulang, pembantu dukun laki-laki (PB, paragraf 22) Tapi malam itu, Idang, seorang perempuan muda yang dianggap gila, menyeruak ke tengah-tengah upacara. Menari-nari, menyanyi, merapalkan mantra-mantra yang sebelumnya tidak pernah dibaca para balian (PB, paragraf 23) Idang menjadi seorang balian, dukun, dalam masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang tidak wajar. Bahkan peran seorang perempuan sebagai balian di-anggap gila. Karena belum pernah terjadi, dalam masyarakat seorang balian perempuan yang menarinari, menyanyi, melafalkan mantramantra. Tentu, hal ini disebut menyalahi adat, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Ini menyalahi adat. Tidak pernah ada seorang perempuan, apalagi perempuan itu dianggap gila, bisa menjadi seorang balian. Ini alamat mendatangkan bencana, ucap seorang lelaki tua di warung kepada dua lelaki yang lebih muda. Aku, yang meski berseberangan meja dengan mereka, masih dapat mendengarkan ucapan itu (PB, paragraf 24) Perilaku masyarakat terhadap Idang semakin membuat dirinya dikucilkan. Hal ini menjadikan tokoh utama semakin cemas. Hal itu didukung lagi tidak adanya dukungan dari lingkungan dan keterbukaan untuk menerima dirinya sebagai balian. 272

7 Kecemasan Tokoh Utama (Yuliadi MR) 3.3 Bentuk-Bentuk Kecemasan Tokoh Utama Dalam cerpen PB terdapat beberapa kecemasan. Kecemasan itu berupa kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Berikut ini akan dibahas kecemasan-kecemasan yang dialami tokoh utama dalam cerpen PB Kecemasan Realistik Kecemasan realistik, yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di lingkungan maupun di dunia luar, seperti binatang buas, tebing yang curam, panas api, dan dinginnya gurun. Kecemasan realistik dialami tokoh utama, Idang, yang tidak mampu mengendalikan dirinya. Dirinya larut dalam dunia dan mimpi-mipi yang dialaminya. Idang menjelma menjadi seorang balian perem-puan yang dapat menyembuhkan seseorang yang sakit. Akan tetapi, kemampuan yang dimiliki Idang itu, karena tidak biasa dan melawan adat, ditolak oleh para tetua, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Dengan wajah agak memerah, orang tua itu berucap, Kalian anak muda ini, tahu apa kalian tentang balian. Kalian lihat saja nanti, hutan dan kampung kita ini nantinya akan ditimpa bencana. Dan itu karena perempuan gila yang hendak menjadi balian. Setelah membayar kopinya, lelaki tua itu pun pergi meninggalkan warung sambil menggerutu, Celaka celaka celaka. (PB, paragraf 27) Kemampuan yang dimiliki tokoh utama, Idang, dianggap akan menimbulkan bencana bagi kampung. Hal itu disebabkan belum pernah terjadi sejak nenek moyang mereka perempuan menjadi balian. Perempuan hanya dapat menjadi asisten balian. Untuk itulah, hal yang dialami Idang merupakan sesuatu yang menyalahi adat. Itu akan menyebabkan kampung mendapat musibah atau celaka Kecemasan Neurotik Kecemasan neurotik, yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting (dorong id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya dihukum, seperti gelisah terhadap perilaku yang telah diperbuatnya. Kecemasan neurotik tokoh utama dalam cerpen PB terlihat pada tokoh lain. Rasa takut dalam diri balian, lelaki tua, terhadap sesuatu yang dialami tokoh utama Idang yang mampu mengobati orang sakit. Hal ini membuat diri lelaki tua itu merasa cemas, sehingga dirinya melakukan perilaku yang tidak baik, menganggap Idang seorang perempuan yang gila. Perilaku itu dilakukan balian, lelaki tua, itu merupakan bentuk ketidaksanggupan dirinya dalam mengobati si sakit, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Setelah lelaki tua itu agak jauh, seorang dari lelaki di warung berucap, Mungkin ia kecewa dan malu karena tak mampu menyembuhkan anak itu, meski diupacarai selama tiga malam. (PB, paragraf 28) Kutipan di atas menjelaskan bahwa lelaki tua tidak mampu mengobati si sakit. Padahal pengobatan telah dilakukan selama tiga malam, teapi tidak membuahkan hasil. Kehadiran Idang, sebagai dukun perempuan, 273

8 Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: meyebakan diri lekai tua merasa terhina Kecemasan Moral Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap suara hati, berupa merasa bersalah dan berdosa apabila melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral tokoh utama dalam cerpen PB terlihat pada peristiwa yang dialami Idang. Dirinya mengalami mimpi tentang ular dan ayahnya. Bahkan dunia dalam mimpinya itu menjadi dunia tempat dirinya bermainmain. Akan tetapi, perilaku Idang dianggap orang sesuatu perilaku salah dan gila, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Aku banyak menemukan makhlukmakhluk aneh di sana. Mereka bersahabat, ceritanya kepada temanteman sebaya, yang karena cerita semacam itu pula menyebabkan ia perlahan-lahan dijauhi temantemannya. Namun ia mengaku tak pernah merasa kesepian. Temantemanku di dunia lain jauh lebih banyak, seseorang bercerita kepadaku menirukan ucapannya (PB, paragraf 3) Idang, tokoh utama, mengalami kecemasan moral, dirinya menjadi dijauhi teman-temannya karena dirinya asik dengan mimpi dan dunianya. Hal ini menyebabkan diri, Idang, menjadi suka menyendiri dan pendiam, agar tidak disalahi dan dianggap Idang,tokoh utama mengalami kecemasan moral, dirinya menjadi dijauhi temantemannya karena dirinya asik dengan mimpi dan dunianya. Hal ini menyebabkan diri, Idang, menjadi suka menyendiri dan pendiam, agar tidak disalahi dan dianggap perilaku kurang waras. Berdasarkan paparan analisis kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB didapat bahwa kecemasan realistik yang dialami tokoh utama dalam adalah dirinya masih membutuhkan orang lain untuk berbagi dan bercerita. Dirinya juga masih membutuhkan kasih sayang dari orang lain. Kecemasan neurotik terhadap tokoh utama dalam cerpen PB didapat bahwa Idang yang menjelma menjadi seornag balian, dukun perempuan, membuat dirinya semakin dijauhi oleh orang lain. Karena profesi dukun, belum pernah dipegang oleh perempuan. Hal itu dianggap melanggar adat. Apalagi, perilakukanya sering bercerita tentang mimpi dan dunia yang orang lain tidak memahaminya membuat dirinya dijauhi. Idang sering menyendiri dan hidup hanya ditemani seorang nenek dari pihak ibunya. Kecemasan moral terhadap tokoh utama dalam cerpen PB didapat bahwa tokoh utama mendapat tekanan dalam dirinya untuk mengubah sikap dan per-buatannya. Perbuatannya menjadi balian bukanlah sesuatu yang melanggar adat. Akan tetapi, karena ketidakterimaan kaum balian tetua menjadikan balian perempuan dikucilkan dan di-anggap akan menghadirkan bencana. Hal itu menyebabkan tokoh lain tidak dapat menerimanya. 3.4 Mekanisme Pertahanan Ego Dalam cerpen PB akan dianalisis mekanisme pertahanan ego terhadap tokoh utama. Mekanisme pertahanan ego tokoh utama dalam cerpen ini, untuk menghadapi tekanan kecemasan yang dialami tokoh utama, berupa represi, proyeksi, dan pem-bentukan reaksi, yang akan dibahas sebagai berikut. 274

9 Kecemasan Tokoh Utama (Yuliadi MR) Represi Represi merupakan ketidak-mampuan mengingat kembali situasi, orang, atau peristiwa yang menakutkan dan berfungsi secara tidak sadar. Tugas represi ialah mendorong keluar implusimplus id yang tidak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Dalam cerpen represi terlihat dalam peristiwa yang dialami tokoh utama. Kehilangan orang tua diri Idang sering mengalami mimpi-mimpi yang aneh. Bahkan dirinya sering mengalami ke-surupan dan menjadi tidak sadar, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan, dan meracau menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang aneh. Kepada orang-orang ia sering mengatakan, Ada ular-ular besar menyusup dalam mimpiku. Ular itu bukan mimpi, tapi ular yang menyusup dalam mimpiku. Dalam mimpi juga aku sering bertemu Ayah. (PB, paragraf 1) Idang telah mengalami gangguan pikiran karena kekutan gaib. Kekuatan gaib dalam dirinya menyebabkan dirinya kehilangan akal sehat. Sehingga kesurupan dan meracau. Kekuatan gaib itu telah merasukkedalam pikirannya bahkan menjadi mimpi-mimpi yang aneh. Ketidakterimaan akan sesuatu yang tidak masuk akal dialami tokoh utama. Idang berpendapat bahwa hambatan yang dialaminya dalam pikirannya membuat diri-nya tidak terima oleh masyarakat. Semakin besar ketidakterimaan masyarakat, diri Idang semakin kuat dan hidup dalam balian Proyeksi Proyeksi merupakan kebalikan dari melawan diri sendiri, yaitu melampiaskan rasa benci, marah, tidak merasa takut, dan keberingasan pada orang lain. Mekanisme pertahanan ego ini muncul karena adanya dorongan dari dalam. Proyeksi dalam cerpen PB terlihat pada tokoh utam, Idang yang mencoba mengobati seseorang yang sakit. Si sakit dapat disembuhkan. Hal ini mengubah sikap masyarakat bahwa dirinya buka seornag yang tidak waras, tetapi seorang yang memiliki kekuatan gaib yang diturunkan kepadanya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. Tak ada seorang pun yang tergerak menghentikan perempuan itu. Hingga akhirnya perempuan muda berambut panjang itu tersungkur ke lantai balai. Seluruh tubuhnya kuyup oleh peluh. Bersamaan itu pula, anak lelaki yang menjadi pusat pengobatan di tengah balai pelan-pelan bergerak seolah ingin bangkit. Orang-orang menyaksi-kan, kulit sang anak yang semula kering layaknya kulit kayu tua berubah seolah di bawahnya telah mengalir air kehidupan. Butir-butir peluh membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Kuning kunyit kulitnya pun memudar. Perlahan matanya terbuka, bercahaya. Bibirnya, yang meski masih tampak kering, perlahan berucap, Ayah. Panggilannya pelan namun jelas. Seketika saja, orang-orang menghambur ke depan, mendekati tubuh kecil itu. Sang ayah dan ibu langsung memeluk dan menciuminya. Anakku anakku anakku.., ucap keduanya sembari menangis dalam kegembiraan mendapati sang anak telah terlepas dari maut (PB, paragraf 13-14) 275

10 Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: Kutipan di atas menjelaskan Idang dapat menyembuhkan si sakit. Orang-orang menangis dalam kegembiraan mendapati sang anak telah lepas dai maut. Seorang balian perempuan telah menyembuhkan si sakit. Hal ini merupakan bentuk proyeksi terhadap perilaku masyarakat yang sering menghindar terhadap dirinya. Akan tetapi, tekanan ego untuk mendapatkan pengakuan masya-rakat agar tidak menganggap dirinya tidak waras dan sering kesurupan sangat diharapkan. Kesempatan menyembuhkan oarang sakit didapatnya. Dirinya menyadari balian dalam dirinya merupakan kekuatan yang tidak dapat ditolak dan dihindari. Untuk itulah, keterimaan masyarakat terhadap balian perempuan merupakan pertahanan ego Pembentukan Reaksi Pembentukan reaksi, yaitu mengubah dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima menjadi dapat diterima. Implus atau perasaan yang asli masih tetap ada tetapi ditutupi dengan sesuatu yang tidak menyebabkan ke-takutan. Biasanya pembentukan reaksi ditandai oleh sifat yang berlebih-lebihan, bentukbentuk ekstrem dari sesuatu tingkah laku biasanya menunjukkan pembentukan reaksi. Dalam cerpen PB mekanisme pertahanan ego berupa pem-bentukan reaksi dialami tokoh utama. Pembentukan reaksi yang dialami Idang, yaitu ketika dirinya dianggap tidak waras dan gila. Balian yang merasuk dalam diri Idang menyebabkan diri tidak mampu mengontrol dirinya. Pembentukan reaksi Idang terhadap tekanan jiwa itu adalah menyendiri, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Dengan hidup hanya ditemani nenek dari ibunya, Idang tumbuh menjadi perempuan pendiam, penyendiri. Dan bila pun ia bicara dan bercerita kepada anak-anak sebayanya, maka itu adalah cerita tentang mimpi-mimpi, tak jauh dari cerita tentang ular dan ayahnya (PB, paragraf 4). Kutipan di atas menjelsakan bahwa diri tokoh utama mengalami tekanan jiwa sehingga dirinya menyendiri dan pendiam. Dirinya dijauhi oleh teman-temannya karena sering bercerita tentang mimpi dan ayahnya. Dari analisis nilai kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB dapat dikatakan bahwa kecemasan dapat memberikan perilaku negatif dan perilaku positif. Nilai positif itu didapat ketika kecemasan yang dialami dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik dan tepat. Perilaku positif itu membentuk sikap yang kuat dan percaya diri serta teguh dan pendirian tetap. Lalu, nilai negatif itu muncul ketika kecemasan itu tidak dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik dan tepat. Perilaku negatif itu membentuk diri menjadi tidak percaya diri, minder, dan menyendiri serta liar. 4. Simpulan Berdasarkan analisis dilakukan dalam penelitian ini, berupa kajian kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB Karya Sandi Firly didapat simpulan sebagai berikut. Gejala-gejala kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB terlihat pada perilaku tokoh terguncang, berperilaku liar, bersikap ganjil dan aneh. Hal itu menyebabkan diri tokoh utama dianggap tidak waras. Gejala-gejala itu menujukan tokoh utama mengalami 276

11 Kecemasan Tokoh Utama (Yuliadi MR) tekanan jiwa yang dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB adalah faktor lingkungan keluarga dan lingkungan faktor sosial. Kedua faktor itu sangat berperan dalam membentuk kecemasan dalam diri Idang. Kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB berupa kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB berupa kecemasan realistik berkaitan dengan tekanan fisik, yaitu merasa sakit. Kecemasan neurotik berkaitan dengan tekanan ego yang menguasai diri, psikis, yaitu kesepian, kebutuhan untuk berbagi, keingin untuk mengobati. Lalu, kecemasan moral berkaitan dengan suara hati, yaitu rasa bersalah atau berdosa berbuat sesuatu yang melanggar norma, moral, dan agama. Idang harus menyadaari karena dirinya seoarng perempuan yang dititahkan menjadi seorang balian. Hal itu telah menjadikan dirinya liar dan tidak terkontrol serta sering meracau. Mekanisme pertahanan ego dalam cerpen PB berupa represi, proyeksi, dan pembentukan reaksi. Daftar Acuan Abrams. M.H A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. Endraswara, Suwandi Penelitian Psikologi Sastra dalam Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi, Model,, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta. Widyatama Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yogyakarta: FBS UNY. Firly, Sandi. Cerpen Perempuan Balian dalam Harian Kompas, 24 Juni Hartini, Julia Emosi dan Kecemasan Tokoh-Tokoh dalam Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari (Kajian Psikoanalisis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yogyakarta: FBS UNY. Hall, Calvin S. Dan Gardner Lindzey Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Editor A. Supratikya. Yogyakarta: Kanisius. Minderop, Albertine Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor. Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press. Rahmawati, Reny Kepribadian Tokoh Utamna Novel Larung Karya Ayu Utami, Kajian Psikoanalisis. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra: Dari Strukturalisme hingga Postkultralisme Perspektif Wacana Naratif. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Saputra, Joko Konflik batin Tokoh Utama dalam Novel Saman Karya Ayu Utami. Medan: FIB USU. Siswanto, Wahyudi Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 277

12 Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016:

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Keywords: Anxiety, Character, Short Story

Keywords: Anxiety, Character, Short Story KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN PEREMPUAN PATAH HATI YANG KEMBALI MENEMUKAN CINTA MELALUI MIMPI KARYA EKA KURNIAWAN (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Elvi Sri Handayani, Emil Septia, Ricci Gemarni

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB V. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakter tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel Sebuah Cinta

BAB V. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakter tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel Sebuah Cinta BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakter tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL 3 WALI 1 BIDADARI LELAKI PILIHAN ABAH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Ningrum Martono Helvy Tiana Rosa Gres Grasia Azmin Abstrak. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD SKRIPSI OLEH Joko Saputra 080701037 DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi Ni Kadek Enny Muliandayani 1*, I Ketut Sudewa 2, I Ketut Nama 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra muncul sebagai pengungkapan apa yang telah dialami dan dilihat oleh pengarang. Oleh karena itu, karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra Sarry Kaswinda Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS Dr. Albertine Minderop, MA Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2010 Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus/ Dr.

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA. Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud

NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA. Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud 1 NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud Abstract The object of the research is the novel written by

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Resmiyati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI ARTIKEL ILMIAH RINA SYAPUTRI NPM

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI ARTIKEL ILMIAH RINA SYAPUTRI NPM ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI ARTIKEL ILMIAH RINA SYAPUTRI NPM 11080091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun setengah sadar. Situasi tersebut selalu memengaruhi daya imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun setengah sadar. Situasi tersebut selalu memengaruhi daya imajinasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada hakekatnya merupakan gambaran peristiwa ataupun kejadian dalam masyarakat ketika karya itu dilahirkan oleh seorang pengarang. Gambaran peristiwa berasal

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL GELOMBANG LAUTAN JIWA KARYA ANTA SAMSARA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL GELOMBANG LAUTAN JIWA KARYA ANTA SAMSARA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL GELOMBANG LAUTAN JIWA KARYA ANTA SAMSARA Ni Putu Yulia Utami Putri email: utamiputri805@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA Lisa Novrianti, Aruna Laila, Ricci Gemarni Tatalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan

Lebih terperinci

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ahmad Hamid Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI I Gede Iwan Astadi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology literature

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda kalangan remaja di indonesia yang menyebabkan pola kehidupan remaja sedikit banyak juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE 1 MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE Gusti Ayu Putu Yuliari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract This research

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut adalah sebuah novel karya Ronierays yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang adalah menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan. Sastra merupakan hasil cipta kreatif dari seorang pengarang, lahir melalui

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE

KONFLIK BATIN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE KONFLIK BATIN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE LIYE Oleh: Nelly Afrianti 1, Abdurahman 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

Perempuan Balian. Oleh: Sandi Firly

Perempuan Balian. Oleh: Sandi Firly Perempuan Balian Oleh: Sandi Firly Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan, dan meracau menceritakan tentang mimpimimpinya

Lebih terperinci

ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI. Oleh. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI. Oleh. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI Oleh,, 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3)Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terry Eagleton (dalam Dewojati, 2014: 1) pernah memaparkan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Terry Eagleton (dalam Dewojati, 2014: 1) pernah memaparkan karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dapat berarti huruf/tulisan, karya tulis, ajaran moral, dan filsafat. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai refleksi atau cerminan dari realita masyarakat, cerpen menampilkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai refleksi atau cerminan dari realita masyarakat, cerpen menampilkan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai refleksi atau cerminan dari realita masyarakat, cerpen menampilkan berbagai permasalahan manusia. Salah satunya adalah gangguan kejiwaan. Gangguan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

Keyword: psyicoanalisis, id, ego, superego, defence mechanism

Keyword: psyicoanalisis, id, ego, superego, defence mechanism ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH BOKU DALAM NOVEL TANIN NO KAO KARYA ABE KOBO Helni Putri¹, Tienn Immerry², Femmy Dahlan³ ¹ Mahasiswa Prodi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail: helni.putri.7@facebook.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA

ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA 1 ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA Rike Annisa Iswari Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud Abstract Sobat is a novel written by Putu

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH CÉCILE DALAM NOVEL BONJOUR TRISTESSE KARYA FRANÇOISE SAGAN: KAJIAN PSIKOANALITIS SKRIPSI OLEH: ANNISA IMANIA YUNAR NIM

KONFLIK BATIN TOKOH CÉCILE DALAM NOVEL BONJOUR TRISTESSE KARYA FRANÇOISE SAGAN: KAJIAN PSIKOANALITIS SKRIPSI OLEH: ANNISA IMANIA YUNAR NIM KONFLIK BATIN TOKOH CÉCILE DALAM NOVEL BONJOUR TRISTESSE KARYA FRANÇOISE SAGAN: KAJIAN PSIKOANALITIS SKRIPSI OLEH: ANNISA IMANIA YUNAR NIM 0911130019 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ankoku Joshi merupakan novel karya Akiyoshi Rikako, seorang penulis Jepang lulusan Universitas Waseda. Dia mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi

Lebih terperinci