BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Research and Development (R&D) dengan modifikasi model 4-D (Four-D Models) (Thiagarajan et al., 1974) dan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983). Model ini terdiri dari 4 (empat) fase, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Fase pendefinisian (define) atau research and information collection meliputi studi pendahuluan untuk mengumpulkan data awal berupa studi literatur, studi lapangan dan analisis kebutuhan. Fase perancangan (design) atau planning meliputi merancang produk awal meliputi instrumen penelitian dan perangkat perkuliahan IT-KM. Fase pengembangan produk (develop) atau develop preliminary form of product meliputi pengembangan produk awal yaitu membuat atau menyusun instrumen dan perangkat perkuliahan IT-KM, memvalidasi dan mengujicobakan (ujicoba terbatas dan ujicoba luas/lapangan). Fase penyebaran (disseminate) meliputi penyebarluasan produk yang sudah teruji dengan baik berdasarkan hasil fase pengembangan. Pada pelaksanaan penelitian ini dilakukan hanya sampai pada fase pengembangan. Disain penelitian dan pengembangan penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1

2 46 Fase Alur Penelitian Define Studi Literatur Analisis kurikulum IPBA SMP dan LPTK Analisis materi disiplin ilmu lain Identifikasi tema Kecerdasan majemuk Pendidikan Karakter Studi Lapangan Identifikasi pengetahuan awal Identifikasi permasalahan perkuliahan IPBA Identifikasi aktivitas kecerdasan majemuk Implementasi Pendidikan karakter Design Perancangan IT-KM Deskripsi dan SAP MK Skenario Perkuliahan LKM Rubrik penilaian: jaring tema, karakter dan laporan Angket Kecerdasan Majemuk Skala Sikap dan angket respon Media pembelajaran Perancangan Instrumen: Tes IPBA Terintegrasi Tes jaring Tema Lembar observasi (peer assessment) karakter Lembar self assessment Develop Penyusunan dan Pengembangan Skenario Pembelajaran LKM Rubrik Penilaian Angket Kecerdasan Majemuk Pedoman penilaian karakter Instrumen Penelitian Judgement pakar/ahli Uji Coba Terbatas Revisi Evaluasi dan Revisi Uji Coba Luas Program Perkuliahan IT-KM Gambar 3.1 Disain penelitian Program Perkuliahan IT-KM

3 47 B. Prosedur Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan program perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk, oleh karena itu digunakan model 4-D (Thiaragajan et al., 1974) dan disesuaikan dengan Borg dan Gall (1983) yang dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uji coba bertahap. Tiap tahapan dijelaskan sebagai berikut. Tahap I. Pendefinisian (Define) Tahap ini merupakan tahap studi pendahuluan untuk menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk menyusun dan mengembangkan program perkuliahan IT-KM, melalui studi literatur dan studi lapangan. Berikut rincian dari setiap kegiatan tersebut. 1. Studi Literatur Studi literatur merupakan cara mengumpulkan informasi berkaitan dengan studi dokumen, kurikulum, dan lainnya yang mendukung dalam penyusunan program IT-KM. Kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Analisis kurikulum materi IPBA pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD pada mata pelajaran IPA, SMP/MTs pada mata pelajaran IPA-Fisika dan IPS, SMA/MA pada mata pelajaran Fisika dan Geografi, berkaitan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan kedalaman materi. b. Analisis deskripsi, silabus mata kuliah IPBA dan urutan pemberian materinya serta mata kuliah lainnya yang mendukung pembekalan materi IPBA untuk calon guru di LPTK yaitu UPI dan UNY berkaitan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran/perkuliahan dan kedalaman materi IPBA yang diberikan. c. Analisis kurikulum IPBA untuk sekolah menengah pertama di Korea Selatan dan Ontario Amerika Serikat dan dianalisis komparasi kurikulum IPBA (benchmarking) di negara tersebut dengan di Indonesia. Hal ini sebagai bahan informasi sejauh mana materi IPBA diberikan di sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi penghasil guru, dan membandingkan dengan kurikulum di negara maju dan berkembang lainnya.

4 48 d. Analisis jurnal-jurnal hasil penelitian yang berkaitan dengan IPA atau IPBA terintegrasi/terpadu dan kecerdasan majemuk untuk mengetahui posisi penelitian dan apa saja yang telah dilakukan. Serta buku-buku yang melandasi penelitian ini, antara lain Science an Integrated Approach (Trefil & Hazen, 2010) berkaitan dengan tema atau ide besar sains dan pengintegrasian berbagai disiplin ilmu, dan How to Integrated The Curricula (Fogarty, 1991) berkaitan dengan model kurikulum terpadu sebagai bahan untuk merancang program perkuliahan IT-KM. e. Mengkaji sepuluh standar dalam mempersiapkan guru sains (NSTA Standars for Science Teacher Preparation, 2003) yaitu standar isi, hakikat sains, inkuiri, isu-isu sains, keterampilan mengajar sains, kurikulum, sains dan masyarakat, penilaian (assessment), keselamatan dan kesejahteraan serta peningkatan profesional. f. Mengkaji A Framework for Science Education mengenai core ideas sains (NRC New Science Education Standards, 2010) berkaitan dengan ide-ide utama IPBA di sekolah menengah, standar kompetensi, isu-isu IPBA, dan kedalaman materi untuk setiap jenjang pendidikan. g. Identifikasi tema dan sub-sub tema untuk perkuliahan IT-KM, yang melandasi keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya berdasarkan hasil kajian literatur. Tema dijabarkan dalam sub-sub tema yang diintegrasikan dalam seluruh bidang sains, yaitu Astronomi, Fisika, Biologi, Kimia, Geografi, Geologi, Oseanografi, Meteorologi, teknologi, kesehatan dan keselamatan/keamanan. h. Mengkaji teori kecerdasan majemuk berkaitan dengan penerapan teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran. i. Mengkaji teori pendidikan karakter dalam pembelajaran IPBA berkaitan dengan identifikasi karakter utama yang dapat ditanamkan oleh IPBA dan penanaman karakter dalam pembelajaran. j. Analisis keterkaitan kecerdasan majemuk dengan karakter diri yang ditanamkan berdasarkan kajian literatur.

5 49 2. Studi Lapangan Studi lapangan merupakan cara mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan faktor pendukung pembelajaran atau perkuliahan, melalui (1) identifikasi permasalahan pembelajaran IPBA di sekolah menengah khususnya di SMP, seperti kesulitan guru dalam mengajarkan materi IPBA, pendekatan, model atau metode pembelajaran yang digunakan, media yang tersedia melalui penyebaran angket dan wawancara pada guru-guru SMP dan SMA masing-masing lima sekolah; (2) identifikasi permasalahan perkuliahan IPBA di salah satu LPTK, seperti rendahnya perolehan nilai mahasiswa, pendapat dosen mengenai perkuliahan IPBA selama ini, fasilitas dan media yang digunakan; (3) identifikasi kecerdasan majemuk siswa dan guru SMP dan SMA masing-masing lima sekolah yang tersebar di kota Bandung serta mahasiswa calon guru IPBA melalui tes identifikasi kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Thomas Armstrong (2009) untuk melihat pola sebarannya; (4) melakukan short course (magang) mengenai penerapan pendidikan karakter dalam perkuliahan di UNY untuk mengetahui bentuk SAP dan skenario perkuliahan yang telah diintegrasikan dengan pendidikan karakter, penilaian karakter, penerapan pendidikan karakter di kelas, menganalisis hasil penelitian tentang pendidikan karakter di perguruan tinggi. Hasil yang diperoleh digunakan untuk memberikan gambaran tentang permasalahan di lapangan sehingga program perkuliahan IT-KM yang dikembangkan sangat dibutuhkan dan didukung dengan kondisi yang ada selama ini. Tahap II. Perancangan (Design) Setelah tema dan sub tema ditentukan serta aktivitas yang dilandasi oleh kecerdasan majemuk, maka tahap selanjutnya adalah perancangan draft awal program perkuliahan IT-KM, meliputi (1) memilih format dan merancang deskripsi dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Program perkuliahan IT-KM (Lampiran 1.1); (2) memilih format dan merancang skenario perkuliahan dengan menggunakan Model pembelajaran Kreatif dan Produktif (MPKP) untuk setiap

6 50 pertemuan berjumlah 13 pertemuan. MPKP sebagai sarana untuk mengimplementasikan program IT-KM; (3) memilih format dan merancang lembar keterlaksanaan perkuliahan IT-KM untuk setiap sub tema berjumlah tujuh paket lembar keterlaksanaan (Lampiran 1.2); (4) memilih format dan merancang LKM IT-KM untuk setiap sub-sub tema berjumlah tujuh LKM (Lampiran 1.3); (5) merancang dan mempersiapkan media yang digunakan atau dibutuhkan, seperti software program dan animasi serta alat peraga; (6) merancang bahan ajar perkuliahan IT-KM; (7) merancang format dan lembar observasi penilaian karakter diri mahasiswa untuk setiap sub tema; (8) merancang pedoman penilaian karakter dan teknik penilaiannya (panduan peer assessment) untuk setiap sub tema (Lampiran 2.4); (9) merancang tes kemampuan IPBA Terintegrasi untuk setiap tema berjumlah tiga paket (Lampiran 2.1); (10) merancang pedoman penilaian tes IPBA Terintegrasi; (11) merancang tes untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam mengaitkan tema dengan disiplin ilmu lainnya (jaring tema), serta fenomena dan dampak yang ditimbulkannya untuk setiap tema berjumlah tiga paket (Lampiran 1.1); (12) merancang rubrik penilaian tes jaring tema (Lampiran 2.6); (13) merancang rubrik penilaian laporan ditinjau karakter dan kecerdasan majemuk yang dikembangkan untuk setiap tema (Lampiran 2.6); (14) menyusun angket self assessment mengenai kecerdasan majemuk yang dikembangkan untuk setiap tema (Lampiran 2.3); (15) merancang skala sikap dan angket respon tertutup serta terbuka untuk mahasiswa dan dosen (Lampiran 2.5); (16) merancang pedoman wawancara untuk mahasiswa (Lampiran 3.6). Tahap III. Pengembangan (Develop) Rancangan Program Perkuliahan IT-KM kemudian disusun atau dibuat selanjutnya dikonsultasikan kepada tiga pakar yang memiliki keahlian dalam bidang ilmu astronomi, kebumian, dan kependidikan, untuk mendapatkan masukan terhadap program IT-KM yang dirancang, meliputi deskripsi dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah IPBA, skenario perkuliahan, desain program, tes kemampuan konsep IPBA terpadu untuk setiap tema, tes jaring tema, LKM, pedoman penilaian tes kemampuan IPBA terpadu dan tes jaring tema,

7 51 instrumen lembar observasi untuk mengukur karakter dan pedoman penilaiannya, pedoman penilaian laporan, dan aktivitas kecerdasan majemuk. Nama-nama validator dapat dilihat di Lampiran 2.7. Hasil masukan dari para ahli terhadap program, kemudian direvisi untuk menjadi lebih tepat sehingga dihasilkan draft program (revisi I) yang siap diujicoba. Pada tahap pengujian pengembangan program IT-KM, pertama dilakukan preliminary field testing atau uji coba terbatas pada mahasiswa calon guru IPBA pada Program S1 program studi Pendidikan Fisika yang mengikuti mata kuliah IPBA di UPI. Dari tiga tema, hanya satu tema (Gerak dan Posisi benda langit) yang diujicobakan. Tema tersebut terdiri dari tiga sub tema, dilakukan selama lima pertemuan. Komponen yang diujicobakan meliputi: tes IPBA Terintegrasi, tes jaring tema, LKM, lembar observasi karakter diri dan angket kecerdasan majemuk serta lembar keterlaksanaan pembelajaran. Uji coba terbatas ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan draft program IT-KM dalam meningkatkan kemampuan IPBA terintegrasi, mengakomodasi kecerdasan majemuk, dan menanamkan karakter diri mahasiswa. Pada tahap ini digunakan rancangan eksperimen One Group Pretest-Postest Design (Creswell, 2008). Gambar 3.2 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design Keterangan: O 1 : Tes Penguasaan Konsep IPBA O 2 : Tes Jaring Tema X : Perlakuan Detail kegiatan yang dilakukan pada uji coba terbatas ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pretest Treatment Posttest O 1, O 2 X O 1, O 2 1) Dilakukan persiapan untuk pelaksanaan uji coba terbatas. a. Menentukan satu kelompok (group) untuk uji terbatas. Jumlah mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 25 mahasiswa semester V yang mengontrak mata kuliah IPBA pada tahun akademik 2011/2012. Alasan jumlah mahasiswa tersebut berdasarkan

8 52 jumlah total mahasiswa yang mengontrak mata kuliah IPBA pada semester tersebut. Daftar peserta kelas ujicoba dan karakteristiknya dapat diihat di Lampiran 3. b. Menyiapkan fasilitas pelaksanaan uji coba terbatas berkaitan dengan media yang digunakan dalam implementasi IT-KM seperti software atau program, animasi, video, dan alat peraga yang digunakan serta penggandaan LKM, lembar penilaian karakter, angket kecerdasan majemuk yang terdiri dua paket: tes identifikasi kecerdasan majemuk dan angket aktivitas kecerdasan majemuk disesuaikan dengan perkuliahan. 2) Memperkenalkan program perkuliahan IT-KM kepada dosen dan mahasiswa agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai IT-KM. 3) Mengidentifikasi kecerdasan majemuk mahasiswa kelas uji coba terbatas untuk memetakan kelompok mahasiswa. 4) Melaksanakan tes awal. Tes yang digunakan pada tes awal ini adalah tes IPBA Terintegrasi dan tes jaring tema. 5) Dilaksanakan program perkuliahan IT-KM selama lima pertemuan untuk tiga sub tema. 6) Observasi terhadap proses pelaksanaan perkuliahan oleh tiga orang dosen, keterbacaan LKM, penggunaan lembar observasi karakter diri dan teknis pengumpulan datanya, dan angket kecerdasan majemuk serta hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan program. 7) Dilaksanakan tes akhir setelah perkuliahan selesai. Tes yang digunakan pada tes akhir ini sama dengan tes yang digunakan pada tes awal. 8) Dilakukan wawancara terhadap mahasiswa mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang diikuti. Setelah uji coba terbatas, dilakukan penyempurnaan program IT-KM main product revision atau revisi hasil uji coba (Revisi II) meliputi perangkat-perangkat program perkuliahan IT-KM, kemudian dilakukan main field testing atau uji coba luas/lapangan. Pada tahap ini diperoleh produk penelitian berupa program perkuliahan IT-KM yang telah teruji efektifitasnya, oleh karena itu dibutuhkan

9 53 dua kelas dengan kemampuan homogen masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji coba lapangan dilakukan di salah satu LPTK di Bandung. menggunakan rancangan kuasi eksperimen, dengan Pretest-Posttest Control Group Design. Keterangan: O 1 O 2 X 1 X 2 Pretest Treatment Posttest Kelas Eksperimen O 1, O 2 X 1 O 1, O 2 Kelas Kontrol O 1, O 2 X 2 O 1, O 2 Gambar 3.3 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design : Tes Penguasaan Konsep IPBA : Tes Jaring Tema : Perlakuan dengan menerapkan program Perkuliahan IT-KM : Perlakuan dengan menerapkan program perkuliahan reguler yang mengakomodasi kecerdasan majemuk Detail kegiatan yang dilakukan pada uji coba lapangan ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Disiapkan pelaksanaan uji coba lapangan. a. Menentukan satu kelas penelitian eksperimen dan satu kelas kontrol secara paralel. Mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan mahasiswa semester II pada tahun akademik 2011/2012 berjumlah masing-masing 26 mahasiswa program studi Pendidikan Fisika (Program S1) yang mengikuti mata kuliah IPBA. Hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe (1975) dan Hill (1998) bahwa penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok kontrol dapat menggunakan sampel kecil antara orang. Pada penelitian ini, dikarenakan kelas eksperimen ada satu orang yang sering tidak masuk maka 25 mahasiswa yang digunakan untuk keperluan penelitian. b. Menyiapkan fasilitas pelaksanaan uji coba lapangan, seperti ruang kelas, media pembelajaran, sumber belajar, dan instrumen yang mendukung penelitian. Ruang kelas yang digunakan yaitu

10 54 Laboratorium Bumi dan Antariksa (LBA) UPI. Laboratorium tersebut memiliki sarana yang lengkap berupa alat-alat peraga dan posisi tempat duduk yang kondusif untuk proses kooperatif dan kolaboratif. Media pembelajaran yang diperlukan yaitu program, software, animasi, video dan sumber-sumber literatur yang dibutuhkan untuk proses perkuliahan, penggandaan LKM dan lembar observasi karakter diri dan angket kecerdasan majemuk 2) Dilakukan pembagian kelompok mahasiswa pada kelas IT-KM menjadi enam kelompok dengan jumlah mahasiswa tiap kelompoknya terdiri dari 4-5 mahasiswa. Jumlah kelompok berdasarkan jumlah mahasiswa dalam suatu kelas dan jumlah anggota kelompok tidak lebih dari lima mahasiswa, untuk mengoptimalkan terjadinya kolaboratif dalam kelompok. Pengelompokan mahasiswa berdasarkan hasil tes identifikasi kecerdasan majemuk yang diberikan sebelumnya, kemudian diidentifikasi kecerdasan majemuk yang dominan dan lemah untuk setiap individunya. Setiap kelompok terdiri dari berbagai kecerdasan majemuk yang dominan (heterogen) dan saling melengkapi satu sama lain. 3) Dilaksanakan tes awal pada kedua kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap tema. Tes yang digunakan pada tes awal ini adalah tes penguasaan konsep IPBA terintegrasi dan tes kemampuan mengintegrasikan konsep IPBA (jaring tema). 4) Memperkenalkan program perkuliahan IT-KM kepada mahasiswa agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai IPBA terintegrasi dan sistem perkuliahan yang dilaksanakan (program perkuliahan IT-KM). 5) Dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan program IT-KM pada kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol diterapkan program pembelajaran semi eksperimen (pembelajaran reguler yang mengakomodasi kecerdasan majemuk), yang merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan. 6) Dilakukannya pengamatan karakter diri mahasiswa melalui penilaian teman sebaya (peer assessment) dan oleh dosen di kelas yang menggunakan IT- KM diakhir setiap sub tema. Satu mahasiswa dinilai oleh 4-5 mahasiswa

11 55 lainnya sesuai jumlah anggota kelompoknya. Selain oleh mahasiswa, penilaian karakter diri mahasiswa dilakukan pula oleh dosen. Nilai akhir merupakan akumulasi dari nilai teman sebaya dan dosen dengan ketentuan ditunjukkan pada Tabel 3.2. Hal ini menjadi alasan tidak diperlukan observer luar pada ujicoba lapangan. Penilaian teman sebaya ini dilakukan setelah materi sub tema berakhir di setiap temanya. 7) Diedarkan angket self assessment mengenai karakter dan aktivitas kecerdasan majemuk untuk setiap temanya, diberikan di akhir materi setiap temanya. Angket ini diberikan pula pada kelas kontrol. Angket ini digunakan sebagai instrumen pelengkap bukan instrumen utama untuk penelitian, digunakan sebagai bahan umpan balik atau cross check pengamalan nilai-nilai karakter dan kecerdasan majemuk. 8) Dilaksanakan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan pada tes akhir ini sama dengan tes yang digunakan pada tes awal. 9) Langkah tiga hingga delapan dilakukan berulang untuk tema berbeda. 10) Diedarkan angket tertutup dan terbuka serta dilakukan wawancara untuk memperoleh tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran IT-KM. Setelah dilakukan uji coba lapangan kemudian dilakukan operational product revision atau menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan terhadap efektifitas program ditinjau dari ketercapaian tujuan, yaitu untuk membekali IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk. Diagram alur penelitian dapat diihat pada Gambar 3.1 C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data yang diperlukan. Tabel 3.1 meringkaskan hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, dan instrumen penelitian yang digunakan. Rincian dari instrumen yang digunakan dijelaskan sebagai berikut. 1. Tes Kemampuan IPBA Terintegrasi Kemampuan IPBA terpadu atau terintegrasi diukur menggunakan tes IPBA terpadu. Konstruksi tes terdiri dari teks/naskah bacaan dan beberapa pertanyaan

12 56 yang berkaitan dengan naskah pada berbagai disiplin ilmu seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Kimia, Geografi, Geofisika, Meteorologi, Oseanografi dan dampak yang ditimbulkannya berkaitan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Tes kemampuan IPBA terintegrasi berbentuk pilihan ganda untuk setiap tema diberikan sebelum (tes awal) dan setelah pembelajaran (tes akhir). Tes pilihan ganda ini terdiri dari tiga paket yakni berdasarkan tema. Tes untuk tema gerak dan posisi benda langit serta pengaruhnya berjumlah 40 soal, tes untuk tema Bumi dan planet lainnya berjumlah 40 soal, dan tes untuk tema dinamika bintang berjumlah 35 soal. Tes tersebut kemudian dilakukan validasi oleh ahli untuk melihat kesesuaian antara kompetensi dengan soal, kesesuaian naskah dengan soal, dan disiplin ilmu yang berkaitan dengan naskah. Ujicoba dilakukan kepada 25 mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan IPBA untuk dianalisis tes menggunakan perangkat lunak Anates versi 4 melihat reliabilitas tes, validitas soal, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh. Hasil analisis tes dapat dilihat di Lampiran 2.2. Data yang Diperlukan Studi Pendahuluan 1. Kurikulum dan materi IPBA Sumber Data KTSP, jurnal. Website 2. Permasalahan Guru dan IPBA dosen 3. Sumber literatur Buku, jurnal, website Validasi ahli Program Pakar IPBA perkuliahan IT-KM &pendidikan Uji coba terbatas dan lapangan 1. Penguasaan Mahasiswa Konsep IPBA Terintegrasi 2. Kemampuan Mahasiswa jaring tema Tabel 3.1. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian Teknik Analisis Data Indikator capaian Dokumentasi Deskriptif Pemetaan kurikulum dan analisis kedalaman materi Angket dan Wawancara Deskriptif Masalah di lapangan jelas Dokumentasi Deskriptif Identifikasi tema dan kecerdasan majemuk serta target nilai karakter Format expert judgement Tes Penguasaan Konsep IPBA Tes jaring tema 3. Karakter Mahasiswa Lembar Observasi 4. Profil Mahasiswa Identifikasi kecerdasan majemuk Angket kecerdasan majemuk (Self Assessment) Revisi N-Gain Uji Statistik Deskriptif N-Gain Deskriptif Kualitatif Kualitatif Draft revisi (I) Meningkat dalam kategori minimal sedang Meningkat dalam kategori minimal sedang Minimal 80% karakter tertanamkan Setiap aktivitas/aspek kecerdasan majemuk muncul

13 57 Data yang Diperlukan 5. Skala sikap dan tanggapan terhadap keunggulan dan kelemahan program Sumber Data Mahasiswa dan dosen Instrumen Penelitian Skala sikap dan Angket Teknik Analisis Data Skala Likert Deskriptif Indikator capaian Respon positif 2. Tes Jaring Tema Tes jaring tema ini berbentuk uraian terdiri dari lima soal (Lampiran 2.1), yaitu mengukur kemampuan mengidentifikasi fenomena, mengaitkan dengan berbagai disiplin ilmu, menuliskan konsep yang berkaitan, memetakan urutan disiplin ilmu berdasarkan jumlah materi yang berkaitannya, dan mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari setiap tema yang dikaji. Kemampuan memetakan urutan disiplin ilmu berdasarkan jumlah materi yang berkaitan menggunakan pedoman disiplin ilmu yang memiliki jumlah materi yang banyak berada di angka 12 pada jam dan semakin berkurang sesuai arah jarum jam, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4. Urutan ke 1 dst Urutan ke 2 Urutan ke 6 Tema/sub tema Urutan ke 3 Urutan ke 5 Urutan ke 4 Gambar 3.4 Pedoman Penilaian Pemetaan Disiplin Ilmu Pedoman penilaiannya menggunakan skala Likert dengan empat skala (1-4) dapat dilihat pada Lampiran 2.6. Tes diberikan diawal dan diakhir

14 58 pembelajaran. Tes ini terdiri dari tiga paket sama halnya dengan tes pilihan ganda. Sebelum tes ini digunakan, dilakukan uji coba terhadap tes untuk mengetahui keterbacaan, dan pemahaman mahasiswa terhadap petunjuk yang diinginkan. Tes jaring tema tidak dianalisis seperti halnya pilihan ganda, dikarenakan ingin mengungkap kemampuan mahasiswa terhadap pertanyaan yang diajukan, jadi tidak diperlukan informasi mengenai variabel-variabel daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas tes dan validitas soal. Namun dilakukan validitas isi oleh pakar. 3. Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) Lembar kerja mahasiswa disusun berdasarkan analisis materi IPBA dan integrasi dengan berbagai disiplin ilmu serta aktivitas kecerdasan majemuk yang dikembangkan untuk setiap sub tema, sehingga pemahaman mahasiswa menjadi komprehensif dan bermakna. LKM digunakan sebagai pedoman mahasiswa untuk menggali berbagai disiplin ilmu dari tema/sub tema yang dikaji. LKM berisi pertanyaan-pertanyaan arahan dan instruksi kegiatan berkaitan dengan integrasi berbagai disiplin ilmu untuk dilakukan atau dicari jawabannya dengan menggunakan sumber literatur, internet, dan penggunaan alat peraga atau program (Lampiran 1.3). Mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri secara berkelompok dan berkolaborasi untuk memecahkan permasalahan dengan menggunakan sarana yang telah disediakan. LKM divalidasi ke para ahli berkaitan dengan konten dan kedalaman materi serta kaitan dengan berbagai disiplin ilmu, kemudian diujicobakan untuk mengetahui keterbacaan, konstruksi LKM, kesulitan dalam memahami petunjuk dan kejelasan terhadap apa yang dikerjakan. 4. Lembar Observasi Karakter Diri Aspek karakter diri yang diamati yaitu kecermatan menggambarkan objek benda langit, berpikir terbuka, kepekaan terhadap fenomena alam, kerja keras, disiplin, demokratis atau toleransi, kejujuran, dan kerjasama (Lampiran 2.4). Ke delapan aspek penilaian karakter tersebut berdasarkan analisis kecerdasan majemuk yang dikembangkan. Misal kemampuan

15 59 menggambar benda langit mengakomodasi kecerdasan kinestetik, kerjasama mengakomodasi kecerdasan linguistik dan interpersonal. Skala penilaian karakter menggunakan skala 1-4 berdasarkan indikator karakter yang dimunculkan oleh mahasiswa. Mahasiswa dilibatkan dalam penilaian karakter diri terhadap setiap anggota kelompoknya (peer assessment) di akhir perkuliahan untuk setiap sub temanya yang berjumlah 7 (tujuh) sub tema sehingga terdapat 7 (tujuh) kali penilaian karakter dari seorang mahasiswa pada target nilai karakter: kerja keras, disiplin, demokratis atau toleransi, kejujuran, dan kerjasama, sedangkan tiga aspek lainnya oleh dosen. Penilaian karakter terhadap satu orang mahasiswa dinilai oleh 4-5 orang mahasiswa sesuai jumlah teman sekelompoknya. Nilai rata-rata dari mahasiswa digabungkan dengan nilai dari dosen. Jika selisih nilai dosen dan teman sekelompoknya yaitu satu maka nilai akhirnnya adalah rata-rata nilai mahasiswa dan dosen, namun jika perbedaannya dua maka nilai akhir adalah 70% nilai dosen ditambah 30% nilai mahasiswa. Apabila perbedaannya tiga maka 100% nilai akhirnya dari dosen, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2. Table 3.2 Proporsi Penilaian Karakter oleh Mahasiswa dan Dosen NO GAP NILAI AKHIR 1 0 < x < 25% (selisih 1) 50% nilai mahasiswa + 50% nilai dosen = rata-rata 2 26 < x < 50% (selisih 2) 30 % nilai mahasiswa + 70 % nilai dosen 3 x > 50% (selisih 3) 100 % nilai dosen, nilai pinalti 20% buat penilai mahasiswa Penilaian dari dosen bertujuan untuk menghindari hasil yang bias dari penilaian mahasiswa tersebut. Ketika terjadi perbedaan nilai antara dosen dan mahasiswa, maka dilakukan pengurangan nilai sesuai dengan tabel 3.2. Namun, ketika terjadi perbedaan yang dilakukan oleh hanya beberapa orang mahasiswa, maka dilakukan wawancara kepada mahasiswa bersangkutan untuk mengetahui kriteria yang dipergunakan.

16 60 Skor maksimum dari penilaian ini adalah 4,00 yang berarti semua aspek atau target ditunjukkan atau diamalkan oleh mahasiswa, 3,00 berarti salah satu dari target tidak ditunjukkan oleh mahasiswa, 2,00 berarti hanya salah satu yang ditunjukkan oleh mahasiswa dan 1,00 bila seluruh target tidak ditunjukkan oleh mahasiswa. Selain itu, setiap mahasiswa melakukan penilaian diri (self assessment) terhadap aktivitas kecerdasan majemuk dan karakter untuk setiap temanya. Langkah triangulasi dilakukan untuk memperkecil bias dari penilaian karakter. Hasil penilaian diri mahasiswa digunakan pula sebagai umpan balik dari perkuliahan IT-KM khususnya mengenai penguasaan materi, dan proses perkuliahan. Hal ini menjadi alasan mengapa observer luar tidak diperlukan pada penelitian ini. Penilaian karakter dan rubrik penilaian karakter dikonsultasikan kepada validator dan diujicobakan untuk melihat keterbacaan dan kejelasan dalam menilai karakter. Alur penilaian karakter disajikan pada Gambar 3.5 M1 M4 M M2 Penilaian dari Dosen Peer Assessment M3 Wawancara Self Assessment M Nilai Akhir Karakter M Keterangan: Umpan Balik Perkuliahan IT-KM M: Mahasiswa yang di nilai karakternya M 1, M 2, M 3, M 4 : Mahasiswa yang menilai M Gambar 3.5 Alur Penilaian Karakter dari Seorang Mahasiswa

17 61 5. Angket Kecerdasan Majemuk Angket kecerdasan majemuk (peer assessment) dalam penelitian ini ada dua, yaitu pertama, angket untuk menguji atau mengidentifikasi kecerdasan majemuk mahasiswa menggunakan angket yang dikembangkan oleh Armstrong (2009) yang merupakan instrumen primer; kedua, angket yang berkaitan dengan aktivitas kecerdasan majemuk yang dikembangkan dalam program IT-KM sebagai instrumen sekunder. Angket kecerdasan majemuk untuk setiap temanya berbeda, karena disesuaikan dengan karakteristik materi dan perkuliahannya (Lampiran 2.3). 6. Angket Respon dan Skala Sikap Mahasiswa Angket digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap program perkuliahan IT-KM, kesulitan yang dialami dan kesan selama mengikuti program IT-KM dan skala sikap mengenai penanaman karakter diri. Angket terdiri dari dua, yaitu angket tertutup berjumlah 16 pernyataan dan angket terbuka berjumlah delapan pertanyaan dan skala sikap berjumlah 15 pernyataan. Ketiga angket tersebut saling melengkapi satu sama lain (Lampiran 2.5). D. Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah mahasiswa calon guru SMP di Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI yang sedang mengikuti perkuliahan mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (FI 322) tahun akademik 2011/2012 dengan jumlah 51 mahasiswa. Subjek penelitian tersebut dibagi menjadi dua kelompok atau kelas, yaitu kelas eksperimen dan kontrol masing-masing berjumlah 25 dan 26 mahasiswa. Penentuan sampel dilakukan secara acak (random sampling).

18 62 E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian dan pengembangan ini terdiri atas data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa: 1) karakteristik program perkuliahan IT-KM, 2) keunggulan dan kendala implementasi program, 3) data profil karakter diri positif, 4) profil identifikasi kecerdasan majemuk, 5) data respon dan skala sikap mahasiswa dan dosen. Data kuantitatif mencakup penguasaan konsep IPBA terintegrasi dan kemampuan mengaitkan dengan disiplin ilmu lainnya (jaring tema). Data kuantitatif berupa tes IPBA terintegrasi dengan bentuk pilihan ganda dan tes uraian (jaring tema). Tes IPBA terintegrasi diujicobakan dahulu terhadap 25 mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan IPBA. Kemudian dilakukan analisis tes menggunakan Anates versi 4 untuk melihat reliabilitas tes, validitas soal, tingkat kesukaran, daya pembeda dan daya pengecoh. Hasil analisis tes dapat dilihat di Lampiran 2.2. Data mengenai profil karakter diri melalui lembar observasi dilakukan dengan merata-ratakan hasil penilaian mahasiswa (peer assessment) kemudian membandingkan dengan nilai yang diberikan oleh dosen. Nilai total merupakan rata-rata dari nilai dosen dan mahasiswa, kecuali ada perbedaan (gap) yang mencolok antara nilai dari mahasiswa dan dosen dengan ketentuan pada Tabel 3.2. Melalui penilaian peer assessment, mendorong mahasiswa untuk bisa menilai temannya sendiri dengan objektif. Apabila dalam penilaian sebaya terdapat perbedaan yang berbeda jauh (selisih dua) maka akan dilakukan wawancara kepada penilai. Data angket untuk tes identifikasi kecerdasan majemuk dengan menghitung jumlah pernyataan jawaban ya untuk setiap aspek kecerdasan majemuk dan menentukan kecerdasan mana yang dominan dan yang lemah untuk setiap individunya, kemudian dihitung persentase kecerdasan majemuk dominan untuk setiap kecerdasannya pada suatu kelas. Data angket kecerdasan majemuk yang berkaitan dengan aktivitas kecerdasan majemuk dengan menghitung jumlah mahasiswa yang menjawab ya pada setiap indikator kecerdasan majemuk untuk setiap temanya. Data angket ini hanya digunakan sebagai pelengkap saja. Data

19 63 mengenai hasil angket respon tertutup dan skala sikap mahasiswa dengan menghitung persentase kemunculan anggapan atau jawaban, sedangkan angket terbuka dengan merekapitulasi jawaban mahasiswa dari setiap pertanyaan. Berdasarkan data karakter diri dan data identifikasi kecerdasan majemuk, dapat dilihat keterkaitan antara karakter diri dengan kecerdasan majemuk. Mengklasifikasikan nilai karakter diri untuk setiap aspeknya berdasarkan kecerdasan majemuk dominan tertentu. Pola keterkaitannya dapat dilihat dari hasil perbandingan dan analisis antara kelas ujicoba terbatas dengan kelas ujicoba luas pada tema Gerak dan Posisi Benda Langit. Peningkatan penguasaan konsep IPBA Terintegrasi dan kemampuan mengaitkan dengan disiplin ilmu lainnya (jaring tema), diperoleh dari hasil perhitungan gain yang dinormalisasi data tes awal dan tes akhir untuk tes penguasaan konsep dan jaring tema. Persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi setiap mahasiswa pada masing-masing kelompok dihitung dengan rumus nilai rata-rata N-gain atau <g> (Hake, 1998) dengan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.3: Keterangan: % <g> : nilai rata-rata gain yang dinormalisasi S post : rata-rata skor tes akhir S pre : rata-rata skor tes awal : skor maksimum S max (1) Tabel 3.3. Kriteria Penguasaan Konsep IPBA Terintegrasi dan Kemampuan Pengintegrasian Konsep No Persentase rata-rata N-gain <% g> Kategori 1. N-gain 30 Rendah <N-gain 70 Sedang 3. N-gain > 70 Tinggi Hake (1998) Analisis kemampuan IPBA terintegrasi dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan antara skor tes awal dan skor tes akhir untuk kelas ekperimen dan kontrol. Dilakukan dengan menguji normalitas distribusi data, homogenitas varians data, dan uji perbedaan rerata untuk dua sampel bebas. Data yang digunakan untuk uji normalitas distribusi data yaitu data tes awal, tes akhir,

20 64 dan nilai rata-rata gain yang dirnormalisasi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan SPSS versi 16. Tes One-Sampel Kolmogorov- Smirnov merupakan uji non-parametric untuk satu sampel. Nilai Kolmogorov- Smirnov Asymtotic (Sig) < 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan Sig. > 0,05 data berdistribusi tidak normal. Uji homogenitas varian data menggunakan data tes awal, tes akhir, dan gain yang dinormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan Levene Test menggunakan SPSS versi 16. Hasil F hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat kebebasan sebesar (dk) = n 1. Dikatakan kedua sampel homogen F apabila hitung tabel F atau bila Sig < 0,05 maka data tidak homogen, sedangkan Sig. > 0,05 data homogen. Uji tingkat signifikansi perbedaan rata-rata gain yang dinormalisasi penguasaan konsep dan kemampuan mengintegrasikan konsep IPBA antara kelompok eksperimen dan kontrol. Dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t dua ekor dengan = 0,05) pada sebaran data berdistribusi normal dan homogen dan uji statistik non-parametrik Uji Mann- Whitney U (two independent sample test) pada sebaran data berdistribusi tidak normal dan atau tidak homogen. Alasan pemilihan statistik non-parametrik Uji Mann-Whitney U (Minium, et al: 1993) adalah karena kedua sampel independen yaitu jumlah siswa pada kelas eksperimen dan kontrol tidak sama sehingga tidak dapat diuji dengan statistik non-parametrik sampel berpasangan. Kriteria signifikansi untuk uji t dua pihak (independen sample test) t hitung < t tabel atau nilai Sig. > 0,05 maka H 0 diterima artinya tidak ada perbedaan peningkatan penguasaan konsep IPBA Terintegrasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan bila t hitung > t tabel atau nilai Sig. < 0,05 maka terdapat perbedaan antara kedua kelas. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menguji hubungan antara perolehan rata-rata N-gain tes penguasaan konsep dengan rata-rata N-gain tes jaring tema. Semua perhitungan menggunakan SPSS versi 16 pada taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95%.

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). Kemampuan generik sains yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang digilib.uns.ac.id 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Pemilihan model Four-D ini karena dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah BAB III METODE PENELITIAN A. PARADIGMA PENELITIAN Penelitian ini dibangun dari beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Pada penelitian ini dikembangkan bahan ajar dalam bentuk komik. Komik ini divalidasi oleh dua dosen ahli materi dan dua orang guru seni rupa sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu: penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat, keterampilan berpikir kritis, teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat

BAB III METODE PENELITIAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma dan Disain Penelitian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat (2) menyebutkan, bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (Syaodih, 2007: 58), dengan disain eksperimen yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi/ Sampel Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 25 yang beralamat di Jl. Baturaden VIII no.21 kota Bandung. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode weak experiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dan deskriptif. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar

BAB III METODE PENELITIAN. Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar 3.1 SKGP Elektrometri Kompetensi Calon Guru Kimia Kecerdasan Majemuk Praktikum Elektrometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi (quasi experiment) dengan pretest-posttest non-equivalent control group

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dan desain penelitian Pretest and Posttest Control Group Design. 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Metode ini dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, prosedur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanaan di SMP Negeri 1 Sragen yang beralamat Jalan Raya Sukowati No. 162 Sragen, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Metode eksperimen semu dapat memberikan informasi yang merupakan perkiraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk

Lebih terperinci

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007)

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007) 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan capaian pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada penerapan kombinasi metode Inkuiri

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT Sri Mulyani, Cece Rakhmat, Asep Saepulrohman Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA yang berada di kota Bandung yaitu SMA Kartika XIX-2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest.

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest. 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA negeri di Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental atau eksperimen semu yaitu perlakuan terhadap dua variabel (kelas), satu kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian Modul pembelajaran fisika ini dikembangkan di Laboratorium Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota X. Pada tahun ini, Sebagai subyek dari penelitian ini peneliti mengambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini: 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menjelaskan maksud dari judul yang dikemukakan, maka diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini: 1. Pada kelas eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimen (Sugiyono, 007) dan deskriptif. Eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan alasan pengontrolan yang dilakukan hanya pada satu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Kartika XIX-1 Bandung yang bertempat di jalan Taman Pramuka No. 163. 2. Populasi Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pembelajaran IPA terpadu model connected merupakan model pembelajaran terpaduyang memadukan beberapa bidang studiyaitu biologi, kimia, fisika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki langkahlangkah pembelajaran yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi UCAPAN TERIMA KASIH... viii DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Adapun desain penelitian yang digunakan mengacu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian Pendidikan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X SMA N 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan setelah peneliti

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model bahan ajar matematika berkarakter yang dikembangkan berdasarkan learning obstacle siswa dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Experimental dengan bentuk desain Nonequivalent Control Group Design, dimana subyek penelitian tidak dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dari tanggal 16-19 November 2012 di SMA Negeri 2 Sumedang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakter penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua 47 BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian mixed methods dengan disain embedded design, yaitu: model Embedded Experimental Model (Creswell dan Clark, 2007:7).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di SMPN I Darangdan yang terletak di Jl. Raya Darangdan Km.21 Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu), dimana sampel penelitian diambil secara cluster random sampling (Fraenkel & Wallen, 2009). Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua perlakuan. Kelompok siswa pertama mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design. 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain embedded di mana metode kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di salah satu SMK Negeri di Kota Bandung pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dan deskriptif. Penelitian eksperimen semu bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D). Menurut Sugiyono (2012)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan A. RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Research and Development (R&D) yang merupakan desain penelitian dan pengembangan, yaitu metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu (quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimental design). Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang terdapat pada perumusan masalah, guna menghindari terjadinya perbedaan penafsiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan kemampuan generik kimia (MPKGK). Model pembekalan yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pemikiran terkait: tujuan Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (quasi exsperimental). Ciri khas dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan deskriptif. Dalam penelitian ini, subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lemah (weak experimental atau pre experimental). Penelitian ini tidak menggunakan kelompok

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang 28 BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS melalui pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat ilmiah dalam pelaksanaannya. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar

BAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar merupakan salah satu bagian dari payung penelitian rancangan pengembangan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen semu, dengan desain yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam setiap kegiatan pelaksanaan penelitian metode penelitian yang digunakan sesuai dengan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 4 Bandung, yang berlokasi di Jl. Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan rancangan penelitian menjadi dua kelompok yaitu, pre experimental design (eksperimen yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment dan metode deskriptif. Gambaran peningkatan penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test Eksperimen O X O Kontrol O Y O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test Eksperimen O X O Kontrol O Y O BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimen, yakni pretest-posttest non equivalent groups design, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pengembangan soft skills yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment (eksperimen semu), metode mempunyai kelompok control, tetapi tidak berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan menggunakan penelitian eksperimen diharapkan, setelah menganalisis hasilnya kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu. Dari segi metode penelitian dapat dibedakan menjadi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA Negeri di kota Bandung, yaitu SMA Negeri 15 Bandung. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Alur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh pembelajaran PKn

Lebih terperinci