KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 3 4 TAHUN (PRASEKOLAH) DI PLAY GROUP TUNAS MEKAR MEDAN : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS. Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 3 4 TAHUN (PRASEKOLAH) DI PLAY GROUP TUNAS MEKAR MEDAN : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS. Oleh"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 3 4 TAHUN (PRASEKOLAH) DI PLAY GROUP TUNAS MEKAR MEDAN : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS Oleh PUTRI NASUTION /LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 3 4 TAHUN (PRASEKOLAH) DI PLAY GROUP TUNAS MEKAR MEDAN : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh PUTRI NASUTION /LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 Judul Tesis : KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 3 4 TAHUN (PRASEKOLAH) DI PLAY GROUP TUNAS MEKAR MEDAN : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK Nama Mahasiswa : Putri Nasution Nomor Pokok : Program Studi : Linguistik Menyetujui Komisi Pembimbing, (Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D.) Ketua (Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed. TESP.) Anggota Ketua Program Studi, Direktur, (Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.) Tanggal lulus : 22 Agustus 2009

4 Telah diuji pada Tanggal 22 Agustus 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D. : 1. Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed. TESP. 2. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 3. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.

5 ABSTRAK Putri Nasution Penelitian terhadap Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3 4 Tahun (Prasekolah) di Play Group Tunas Mekar Medan : Tinjauan Psikolinguistik ini merupakan penelitian psikolinguistik yang menggunakan metode kualitatif dalam pemerolehan dan penganalisisan data. Pada dasarnya pemerolehan bahasa anak usia 3 4 tahun dimulai dengan pemerolehan fonologi, semantik dan sintaksis. Data penelitian dianalisis berdasarkan ilmu fonologi, sintaksis dan semantik. Populasi penelitian ini adalah anak-anak usia 3 4 tahun yang berada di Play Group Tunas Mekar Medan. Penelitian ini mengamati kemampuan berbahasa di antara anak-anak itu sendiri, baik dengan teman maupun dengan guru mereka. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa para responden pada dasarnya anak-anak usia 3 4 tahun di Play Group Tunas Mekar Medan mampu berbahasa baik dari pemerolehan fonologi, sintaksis maupun semantik. Walaupun anak mampu namun dalam pemerolehan fonologi anak mengalami pergantian sebuah bunyi yang disuarakan dengan bunyi yang tidak disuarakan, yaitu pada pelafalan kata mau menjadi mo yang merupakan pelesapan vokal [a] dan pengubahan vokal [u] menjadi [o], anak juga melakukan pelesapan konsonan yang lemah yaitu konsonan [l] dalam kata yang memiliki dua buah suku kata, anak melakukan proses reduplikasi, kemudian melakukan reduksi atau penyederhanaan kelompok kata. Pada pemerolehan sintaksis anak telah mampu menggunakan kalimat-kalimat yang gramatikal dan pada pemerolehan semantik anak lebih cenderung menggunakan makna denotatif. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa anak dilahirkan dengan potensi mampu memperoleh bahasa apa saja termasuk bahasa Indonesia. Kemampuan itu membawa seorang anak mampu menguasai kalimat-kalimat secara bertahap dari sederhana sampai kepada bentuk yang kompleks. Kata kunci : Fonologi, Semantik, Sintaksis

6 ABSTRACT Putri Nasution The Language Competence of Children (Preschooler) in 3 4 years of age in Play Group Tunas Mekar Medan : Psycholinguistic review was a psycholinguistics research using qualitative method in requisition and analysis of data. Essentially the language requisition of children in 3 4 years of age started with phonological, semantic and syntax requisitions. The data of research was analyzed in basic on phonology, syntax, and semantics. The population of research was children in 3 4 years of age staying in Play Group Tunas Mekar Medan. This research observed the language competence among children themselves, either with peers or with teachers. The research indicated that the respondents, children of 3 4 years in Play Group Tunas Mekar Medan, have language competence either from phonological, syntax or semantic requisitions. While the children have competence, however in phonological requisition they experienced the change in voiced and unvoiced sounds, i.e., Pronounciation of word mau to mo as vowel (a) release and conversion of vowel (u) to (o), they also made a weak consonant release (l) in word of two phrases, they made reduplication process, and then reduction and simplification of phrases. In syntax requisition, they were able of using the grammatical sentences, and in semantic requisition they more tended to use the denotative meaning. Thus, it could be seen that children were born with potential of requisiting whatever language, including Indonesian language. This competence led the child to understand the gradual sentences from simple to complex forms. Key words : Phonology, Semantics, Syntax

7 KATA PENGANTAR Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat, kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian tesis ini dengan baik. Tesis ini penulis beri judul Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3 4 Tahun (Prasekolah) di Play Group Tunas Mekar Medan : Tinjauan Psikolinguistik. Tesis ini menjelaskan tentang pendahuluan tesis, kajian pustaka, konsep, dan landasan teori, dan juga metode penelitian. Di dalam penyelesaian tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, seperti Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A., Ph.D. sebagai Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU sekaligus Dosen Pembimbing Akademik saya, Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D. sebagai pembimbing I, Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed. TESP. Sebagai pembimbing II, yang telah memeriksa dan memberikan saran penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi dalam memajukan pengetahuan kita, khususnya ilmu linguistik kajian psikolinguistik. Medan, Mei 2009 Penulis, Putri Nasution Nim

8 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama penulis ucapkan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa selesainya penulis tesis ini bukanlah semata-mata atas kemampuan sendiri, tetapi atas bantuan dari berbagai pihak yang jasa-jasanya tak dapat dilupakan. Penulis sangat berterima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM & H., Sp.A (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister Linguistik. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik, dan Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Magister Linguistik. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama penulis kuliah di Program Studi Linguistik, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada rekan-rekan penulis, atas bantuan dan perhatian yang penulis terima baik selama perkuliahan maupun sewaktu dalam penyelesaian tesis ini. Akhirnya ucapan terima kasih disampaikan khusus kepada suami tercinta Brigadir Bambang Lisardi dan ananda tersayang Zilfa, yang selaku memberi semangat, pengertian, dukungan dan selalu memanjatkan do a demi keberhasilan

9 penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda Abdul Munir Nasution dan ibunda Mahtom Rambe tercinta karena dengan do a mereka penulis berhasil menyelesaikan tulisan ini. Semoga Allah SWT yang Maha Pemurah memberikan imbalan kemurahan dan kemudahan bagi kita. Amin. Medan, Juni 2009 Putri Nasution /LNG

10 RIWAYAT HIDUP Nama : Putri Nasution Nim : Program Studi Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Linguistik : Perempuan : Dosen Yayasan STIE Graha Kirana : Jalan Karya Wisata Gg. Karya Bersama No 12 A Telp :

11 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv RIWAYAT HIDUP... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR SINGKATAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Psikolinguistik Pemerolehan (Perkembangan) Bahasa Benda yang Diperoleh itu Hipotesis Kenuranian (The Innateness Hypothesis) Dalam Linguistik Piranti Pemerolehan Bahasa (Language Acquisition Device) Keuniversalan Bahasa Anak Usia Prasekolah Kemampuan Berbahasa... 28

12 BAB III METODE PENELITIAN Metode dan Teknik Penelitian Populasi dan Sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Pemerolehan Fonologi Analisis dari Pemerolehan Sintaksis Analisis dari Pemerolehan Semantik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 93

13 DAFTAR LAMPIRAN No Judul Halaman 1. Biodata Anak Data - Data Lembar Buku Induk Anak Didik TK

14 DAFTAR SINGKATAN Art S P O Ket Pel Komp = Artikel = Subjek = Predikat = Objek = Keterangan = Pelengkap = Komplemen

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak yang normal pasti memeroleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli ataupun bahasa ibu dalam tahun pertama kehidupannya. Usia merupakan salah satu rintangan sosial yang membedakan kelompok-kelompok manusia. Kelompok manusia ini akan memungkinkan timbulnya dialek sosial yang sedikit banyak memberikan warna tersendiri pada kelompok itu. Usia akan mengelompokkan masyarakat menjadi kelompok kanak-kanak, kelompok remaja, dan kelompok dewasa (Chaer 2003). Tentu saja batas usia itu tidak bisa secara tepat dipastikan. Satu hal yang membedakan dialek sosial jenis ini dengan lainnya adalah dialek sosial kelas buruh atau dialek regional. Pada dialek sosial kelas buruh atau dialek regional didapat ciri-ciri kebahasaan yang relatif tetap pada penuturnya, misalnya, orang yang berbahasa-ibu dialek Jakarta akan selamanya membawa ciri-ciri dialek tersebut. Kepandaian yang dicapai seorang bayi sering kali membuat orang tua merasa takjub. Mahluk mungil yang semula hanya bisa mengekpresikan perasaan ataupun keinginannya dengan tangisan, empat atau lima bulan kemudian berceloteh. Bunyi yang dikeluarkannya memang belum jelas, kadang hanya menggumam. Sejalan dengan usianya, gumaman atau ocehan yang dikeluarkan bayi bisa menjadi alat komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa yang merawatnya. Bayi tidak lagi

16 mengekspresikan perasaannya dengan suara tangisannya saja, tetapi juga dengan berbagai ocehannya. Suara tertentu yang dikeluarkannya bisa menunjukkan bahwa pada saat itu bayi merasa riang, tetapi pada kesempatan lain mungkin ia menggumam karena merasa kenyang. Pada usia sekitar sepuluh sampai dua belas bulan, bayi mulai belajar berjalan, ada di antara mereka yang sudah bisa mengucapkan beberapa kata sederhana. Bila pada usia itu si bayi belum bisa berkata-kata dengan jelas orang tua tidak perlu khawatir. Kepandaian setiap bayi tidak sama dengan bayi lainnya. Dengan demikian, keinginan bicara anak dapat dirangsang dengan sesering mungkin mengajukan pertanyaan padanya atau mengajak anaknya bercakap-cakap. Ajukan pertanyaan sederhana dan beri kesempatan pada anak untuk memberikan jawabannya. Misalnya, dengan menanyakan nama benda yang sedang dipegang si anak lalu meminta pendapatnya tentang benda itu. Selain itu bisa juga dengan mengajaknya berbincangbincang mengenai apa yang ingin dilakukan dengan mainannya. Anak mulai belajar berbicara pada usia kurang lebih 18 bulan. Selanjutnya, pada usia kurang lebih tiga setengah tahun si anak boleh dikatakan sudah menguasai tata bahasa bahasa ibunya sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan orang dewasa secara sempurna. Pada masa awal perkembangannya, bahasa anak-anak itu mempunyai ciri-ciri, antara lain, adanya penyusutan (reduksi). Perkembangan kemampuan linguistik terjadi di dalam konteks umum perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses pemerolehan bahasa itu akan memberi kita pandangan yang lebih jelas mengenai perkembangan

17 kognitif anak-anak secara menyeluruh. Anak-anak mengembangkan kompetensi linguistik dalam pengertian bahwa dia mengembangkan gambaran intern tata bahasa dari bahasanya yang akhirnya mengizinkannya untuk membuat jenis-jenis pertimbangan/keputusan linguistik yang dapat dibuat oleh orang dewasa, yaitu keputusan-keputusan mengenai ketatabahasaan, kedwimaknaan, parafrase, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas bahwa anak dilahirkan dengan potensi mampu memperoleh bahasa apa saja termasuk bahasa Indonesia. Kemampuan itu membawa seorang anak mampu menguasai kalimat-kalimat secara bertahap dari yang sederhana sampai kepada bentuk yang kompleks (Chomsky, 1969 : 6). Perkembangan bahasa anak-anak yang kompleks itu berproses menuju sistem yang berlaku umum walaupun kaidah bahasa anak belum dikatakan sempurna (approximative system) dan bersifat sebagai kaidah peralihan (transitional construction) dan bahasa kanak-kanak yang masih belum sempurna ini tidak dapat dianggap sebagai suatu penyakit yang harus dijauhi. Menurut Chomsky (dalam Woolfolk dkk : 1984) anak yang dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang lain, faktor akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.

18 Kenyataan ini didukung oleh kemampuan kanak-kanak menguasai suatu bahasa dalam waktu yang relatif singkat, yaitu merupakan suatu peristiwa alamiah yang sangat mengagumkan dan kemampuan anak-anak yang berusia 3 4 tahun yang mempunyai kemampuan berbahasa dalam berakting ketika mereka bermain film/sinetron di televisi yang sangat mengagumkan dan menarik untuk diteliti, seperti halnya dengan kemampuan berbahasa Indonesia anak Play Group. Play group merupakan pendidikan untuk usia prasekolah. Peralihan dari lingkungan keluarga menuju bangku sekolah. Play group juga merupakan sarana anak usia 3 4 tahun sebagai tempat bermain. Kemudian diasumsikan setiap anak tidak sama dalam memahami bahasa Indonesia dimulai dengan kata-kata yang mudah sampai dengan kata-kata yang sulit (Laura : 2009) Dengan demikian, peneliti akan mengamati kemampuan berbahasa di antara anak-anak itu, baik dengan teman maupun dengan guru mereka. Selain itu, juga akan mengamati kemampuan berbahasa anak-anak usia 3 4 tahun yang ada di Play Group Tunas Mekar Medan. Hal itu jugalah yang melatar belakangi penelitian ini. Manusia baik anak maupun dewasa mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda dalam berbahasa. Bahasa yang digunakan pada penelitian ini adalah bahasa pada anak usia prasekolah (3 4 tahun) yang berada di Play Group Tunas Mekar Medan. Play Group merupakan kelompok bermain, tempat di mana anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya yang diarahkan pada sesuatu yang sifatnya positif. Melalui bermain anak menyusun kemampuan berbahasanya. Bermain juga merupakan hal yang baik bagi anak untuk menggunakan

19 bahasa yang dipakai antara ayah dan ibu, antarsaudara, antarteman, dan sebagainya. Jumlah kosakata yang dikuasai anak bergantung pada orang yang paling sering berinteraksi dengan diri anak, baik teman maupun pola bahasa yang sering dipakai dirumah. 1.2 Perumusan Masalah Kemampuan berbahasa pertama merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan manusia. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus melalui pemberian pengajaran khusus kepadanya. Hal yang menakjubkan ialah dalam waktu relatif tidak lama anak sudah dapat menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi dengan para penutur yang ia temui di lingkungannya. Sejalan dengan itu, permasalahan yang hendak diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah anak menggunakan bahasa pertamanya dalam berinteraksi dengan teman-temannya dan guru-gurunya di Play Group Tunas Mekar Medan? 2. Bagaimanakah pola kalimat bahasa pertama yang digunakan anak dalam percakapan di Play Group Tunas Mekar Medan? 3. Bagaimanakah kemampuan berbahasa anak di Play Group Tunas Mekar Medan?

20 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Penelitian ini bertujuan memperoleh pemerian yang sahih dan objektif berdasarkan data empiris yang diperoleh dari observasi langsung terhadap kemampuan berbahasa anak. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap: 1. Penggunaan bahasa pertama anak dalam berinteraksi antara temantemannya dan guru-gurunya di Play Group Tunas Mekar Medan. 2. Penggunaan pola kalimat-kalimat bahasa pertama dalam percakapan di Play Group Tunas Mekar Medan. 3. Kemampuan berbahasa anak di Play Group Tunas Mekar Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Sejalan dengan tujuan penelitian ini, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain. 1. Dapat memberikan masukan kepada orang tua bagaimana cara yang tepat untuk membuat anak usia 3 4 tahun dapat berkomunikasi seperti orang dewasa dengan penutur yang ia temui. 2. Dapat memberikan masukan pada orang tua dan guru dalam pembelajaran pola pola kalimat yang gramatikal pada anak usia prasekolah. 3. Dapat meningkatkan kualitas pengembangan bahasa pertama anak dengan baik dan benar di lingkungan prasekolah

21 4. Memperkaya khasanah penemuan tentang perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 3 4 tahun. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang terbatas, yakni : 1. Penelitian dibatasi pada anak Play Group Tunas Mekar Medan. 2. Fokus penelitian hanya pada bahasa pertama (bahasa Indonesia) 3. Usia anak 3 4 tahun. 4. Terbatas pada komunikasi lisan. 5. Data penelitian ini berupa cerita lisan sekitar 10 menit 6. Data penelitian ini dianalisis berdasarkan pemerolehan fonologi, sintaksis dan semantik

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Psikolinguistik Kata psikolinguistik adalah gabungan dua patah kata, yaitu psikologi dan linguistik, yang merupakan dua disiplin yang berlainan dan berdiri sendiri. Keduadua disiplin ilmu ini mengkaji satu masalah yang sama, yaitu bahasa, dengan cara yang berlainan dan dengan tujuan yang berlainan. Namun demikian banyak masalah sama yang dikaji oleh kedua-dua disiplin ilmu ini dengan tujuan yang boleh dikatakan sama atau hampir sama tetapi dengan cara atau teori yang berlainan. Kedua disiplin ilmu ini saling berdampingan dan bekerjasama atau saling membantu dalam mengkaji bahasa dan hakekat bahasa itu. Sebagai hasil kerjasama yang lebih terarah dan sistematis lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut psikolinguistik. Psikolinguistik merupakan satu ilmu yang mencoba menerangkan proses-proses psikologi yang terjadi apabila seseorang mengucapkan kalimat-kalimat dan memahami kalimat yang didengar pada waktu berkomunikasi dan bagaimanakah hal itu diperoleh manusia (Miller 1962). Secara teoritis tujuan utama psikolinguistik ialah mencari satu teori bahasa yang unggul dari segi linguistik dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan struktur bahasa dan bagaimana struktur bahasa diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan memahami ujaran-ujaran bahasa. Pada dasarnya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan

23 psikologi kepada masalah-masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran pembacaan pemula dan pembacaan lanjutan, kedwibahasaan (bilingualism) dan kemultibahasaan (multilingualism), penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah satu ilmu yang dilahirkan sebagai akibat daripada satu kesadaran, bahwa pengkajian bahasa merupakan sesuatu yang sulit sehingga satu disiplin ilmu secara sendiri tidak mungkin mampu menerangkan hakikat bahasa itu. 2.2 Pemerolehan (Perkembangan) Bahasa Pemerolehan bahasa (language acquisition) ialah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak anak (bayi) sewaktu memperoleh bahasa ibunya. Dengan demikian kita harus membedakan pemerolehan bahasa dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa menyangkut proses-proses yang berlaku pada waktu seseorang sedang mempelajari bahasa baru setelah dia memperoleh bahasa ibunya. Dengan kata lain pemerolehan bahasa meliputi bahasa pertama sedangkan pemelajaran bahasa meliputi bahasa kedua atau bahasa asing. Proses proses yang berlaku sewaktu anak-anak sedang memperoleh bahasa ibunya terdiri dari dua jenis yaitu jenis pertama ialah perlakuan (performance) yang terdiri dari proses-proses pemahaman dan proses proses penerbitan dan yang kedua ialah kompetensi (competence). Kedua jenis proses ini berlainan. Proses proses pemahaman meliputi kemampuan mengamati atau kemampuan untuk mendengar kata kata yang didengar dan proses menerbitkan atau mengeluarkan kata kata. Kedua

24 dua jenis proses ini apabila telah dikuasai anak anak akan menjadi kemampuan linguistiknya. Jadi, kemampuan kemampuan linguistik terdiri atas kemampuan memahami dan mengeluarkan kata kata yang dalam ilmu linguistik disebut perlakuan. Perlakuan terjadi apabila seseorang telah memiliki kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan bahasa yaitu bahasa yang telah kita kuasai secara tidak sadar. Jelaslah bahwa pemerolehan bahasa terdiri atas proses proses yang berlaku pada waktu anak anak sedang menuranikan (internalize) tatabahasa ibunya dan sewaktu dia menguasai perlakuan atau penerapan tatabahasa ini dalam pemahaman dan penerbitan kata kata. Pemerolehan bahasa dibagi dalam empat komponen yaitu pemerolehan sintaksis, pemerolehan semantik, pemerolehan fonologi dan pemerolehan pragmatik. Keempat komponen ini diperoleh anak anak serentak. Ada dua hal yang harus diketahui untuk mempermudah mengetahui pemerolehan bahasa. Hal yang pertama adalah : Apa sebenarnya benda yang diperoleh apabila kita berbicara mengenai pemerolehan bahasa? Hal yang kedua ialah alat apa yang dipakai oleh anak anak dalam proses pemerolehan ini?. 2.3 Benda yang Diperoleh itu Pertanyaan Apakah benda yang diperoleh itu? diterangkan secara lebih baik dengan merujuk diakotomi kompetensi / performansi. Tanpa diakotomi ini semua permasalahan mengenai apa benda yang diperoleh oleh kanak kanak dalam proses pemerolehan bahasa ibunya tidaklah menghasilkan sesuatu yang positif.

25 Seorang penutur pribumi sesuatu bahasa mampu memahami dan menerbitkan kata kata bahasa itu karena dia telah menuranikan tatabahasa bahasa itu menjadi kompetensi bahasanya dan juga telah menguasai kebolehan kebolehan performansi bahasa itu. Jadi jelaslah, bahwa kalau kita berbicara mengenai pemerolehan bahasa oleh seorang anak anak maka benda yang diperoleh oleh anak ialah kompetensi dan performansi bahasa ibunya. Bahasa kompetensi ialah tatabahasa yang menjadi pengetahuan bahasa anak anak. Tatabahasa itu terdiri atas empat komponen: komponen sintaksis, komponen semantik, komponen fonologi, komponen pragmatik. Di dalam komponen komponen sintaksis dan semantik itu telah termasuk leksikon bahasa, yaitu kumpulan atau susunan kalimat kalimat dan morfem morfem bahasa itu. Keempat komponen itu terdiri atas rumus rumus yaitu rumus rumus sintaksis, rumus rumus semantik, rumus rumus fonologi dan rumus rumus pragmatik. Jadi keempat jenis rumus itulah yang lebih dahulu diperoleh oleh anak anak dalam proses pemerolehan bahasanya. a. Komponen Fonologi Menurut Simanjuntak (2008 : 64) Komponen fonologi adalah sistem bunyi sesuatu bahasa. Komponen fonologi ini mempunyai rumus rumus yang disebut rumus rumus fonologi yang menukar struktur permukaan sintaksis kepada representasi fonetik yaitu bunyi bunyi bahasa yang kita dengar. Supaya hakikat rumus rumus fonologi ini dapat dijelaskan dengan baik perlulah membincangkan representasi fonetik terlebih dahulu. Misalnya apabila mendengar kata kata berikut : pisang, pasang, pulang, potong, atap, hidup. Kalau kita kaji bunyi kata

26 kata yang didengar maka akan mendapat bahwa semua kata itu mengandung suatu bunyi yang sama yaitu bunyi p. Pada lima kata pertama bunyi p itu muncul pada posisi awal, dan pada dua kata terakhir bunyi p itu muncul pada posisi akhir. Apabila kita perhatikan kedua kata pertama, pisang dan pasang, kedua kata itu berbeda hanya pada bunyi kedua yaitu i dan a, sedangkan bunyi bunyi lain sama saja. Kata pasang dan petang berbeda pada dua bunyi yaitu bunyi kedua dan ketiga: a, s dan e, t. Setiap bunyi yang membentuk sesuatu kata disebut unit bunyi atau segmen fonetik, dan lebih terkenal lagi dengan nama fon (phone). Apabila kita menghuraikan semua segmen fonetik yang terkandung dalam sesuatu kata, umpamanya kata pisang, maka diperoleh suatu huraian fonetik terhadap kata itu. Huraian fonetik kata pisang adalah sebagai berikut: # /p/ /i/ /s/ /a/ /ŋ/ # atau disederhanakan menjadi /pisaŋ/. Simbol # dipakai untuk menandakan suatu kata yaitu di awal kata dan akhir kata. Simbol [ ] menandakan suatu bunyi yang kita dengar. Pada huraian fonetik kata pisang di atas dapat kita ketahui bahwa sekalipun kata itu didengar hanya lima saja. Bunyi yang terakhir yaitu /ŋ/ telah dituliskan dengan huruf ng. Setiap segmen fonetik dilambangkan dengan satu simbol yang diambil dari International Phonetic Alphabet (IPA), yaitu suatu bunyi suatu alfabet yang khusus diciptakan dalam ilmu linguistik untuk melambangkan semua unit bunyi (fon) yang terdapat dalam bahasa bahasa dunia. b. Komponen Sintaksis Leksikon sesuatu bahasa terdiri dari sekumpulan kata kata (termasuk morfem morfemnya), satu representasi fonologi tiap tiap kata (morfem) yang

27 abstrak, dan spesifikasi pembentukan sintaksis untuk tiap tiap kata sebagai penanda frase struktur dalaman kalimat di mana kata kata itu telah terjadi. Bahasa sebagai suatu alat komunikasi melibatkan unit unit yang lebih besar dari kata kata leksikon ini yang disebut frase frase dan kalimat kalimat. Setiap organisasi pembentukan kalimat kalimat atau unit unit yang lebih besar ini memengaruhi arti arti setiap kata yang membentuk kalimat kalimat atau unit unit itu. Dengan kata lain, arti sesuatu kalimat atau frase tidak dapat ditentukan hanya dari arti kata kata yang membentuk kalimat itu. Arti sesuatu kalimat atau frase bergantung pada urutan dan organisasi kata kata yang membentuk kalimat atau frase sebagaimana juga pada arti kata kata itu sendiri. Pentingnya urutan kata kata dalam menentukan arti jelas yang digambarkan pada kalimat dibawah ini: 1. Raja kera itu sangat besar 2. Kera raja itu sangat besar. Arti frase raja kera itu dalam kalimat (1) sangat berbeda dari arti frase kera raja dalam kalimat (2) dan perbedaan telah ditimbulkan oleh urutan kata kata yang membentuk frase frase tersebut. Perbedaan arti ini sangat jelas pada penjelasan penanda frase berikut ini: Kera itu mempunyai raja N Art V FN Raja itu mempunyai kera N Art V FN Penanda Frase Raja kera pada kalimat (1)

28 Penanda Frase Kera raja pada kalimat (2) Dari Penanda Frase struktur dalaman kedua dua frase kalimat (1) dan kalimat (2) di atas jelaslah bahwa dalam kalimat (1) keralah yang mempunyai raja sedangkan dalam kalimat (10) rajalah yang mempunyai kera. Urutan dan organisasi kata kata yang membentuk kalimat atau frase menurut rumus rumus sangat penting dalam suatu bahasa dan komponen bahasa (atau komponen tatabahasa) yang mengaturnya disebut sintaksis. Tugas paling utama komponen sintaksis ini adalah untuk menentukan hubungan di antara pola pola bunyi bahasa itu dengan arti artinya dengan cara mengatur urutan kata kata yang membentuk frase frase atau kalimat kalimatnya agar selaras dengan arti arti yang diinginkan penuturnya. Dengan demikian apsek dalam penggunaan bahasa telah dapat diterangkan berdasarkan komponen sintaksis. Dengan kata lain, fakta bahwa anak mempunyai kemampuan (kompetensi) untuk menerbitkan dan memahami kalimat kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya dapat diterangkan oleh hakikat sistem sintaksis bahasa. c. Komponen Semantik komponen semantik sesuatu tatabahasa memainkan peranan untuk menentukan arti setiap kalimat sesuatu bahasa. Dengan demikian komponen semantik membentuk semacam pebatasan diantara bahasa dengan pikiran. Oleh karena komponen semantik ini merupakan satu sistem representasi dalaman, maksudnya berada di dalam otak, maka komponen ini sangat sukar dipahami dan dikaji karena

29 tidak diamati dan diteliti secara empirikal. Arti sesuatu kalimat atau frase ditentukan oleh beberapa faktor yang satu sama lain saling menjalin. Faktor faktor itu adalah : 1. Arti kata kata dan morfem morfem yang membentuk kalimat atau frase 2. Urutan kata kata dan morfem morfem ini dalam organisasi kalimat atau frase yang disebut sintaksis 3. Intonasi dan cara kalimat atau frase itu diucapkan atau dituliskan 4. Situasi pada waktu kalimat atau frase itu diucapkan 5. Kalimat kalimat yang diucapkan atau dituliskan sebelum kalimat kalimat atau frase frase itu Satu pendapat yang keliru apabila kita menganggap bahwa arti sesuatu kalimat sama dengan kumpulan arti arti kata kata dan morfem morfem yang membentuk kalimat itu. Sebagai contoh frase raja monyet dan monyet raja. Arti kedua dua frase ini berbeda karena susunan kata katanya berbeda. Begitu juga kalau intonasinya berbeda. Kalau dalam frase monyet raja, kata raja ditekankan menjadi raja monyet artinya berbeda kalau kata monyet yang ditekankan menjadi raja monyet. Pengkajian komponen semantik ini menjadi semakin rumit lagi disebabkan oleh fakta bahwa banyak kata sesuatu bahasa mempunyai lebih dari satu arti. Kemudian arti arti ini boleh saja berubah setelah kata kata itu digabungkan dengan kata kata lain. Misalnya kata mata yang arti terasnya ialah alat untuk melihat. Tetapi kalau kata ini digabungkan dengan kata kaki menjadi mata kaki artinya tidak ada hubungannya lagi dengan pengertian melihat. Oleh karena itu satu

30 tatabahasa yang memadai haruslah mampu menerangkan hakikat semantik seperti ini, yaitu arti sesuatu kata boleh berubah karena faktor lingkungan. Agar faktor faktor lingkungan kata atau morfem yang mempengaruhi arti ini jelas, lihat kalimat berikut ini. Gadis itu sangat manis Apabila kata manis berdiri sendiri artinya bermcama macam. Antara lain mempunyai rasa seperti gula, menarik, baik hati, cantik, dan lain lain. Tetapi apabila kata manis itu ditempatkan dalam lingkungan baru maka kata manis menjadi cantik atau baik hati (baik budi) dan tidak mungkin artinya mempunyai rasa seperti gula. Apabila lingkungannya diubah dengan menambah kata rupanya sehingga menjadi kalimat Gadis itu sangat manis rupanya. Maka artinya sudah pasti cantik atau menarik. Selain dari ketiga jenis rumus tatabahasa itu ada rumus rumus lain yang harus diperoleh anak anak untuk kegunaan performansi yaitu pemahaman atau pengkodean dan penerbitan atau pengkodean. Rumus rumus inilah rumus rumus transformasi, yaitu rumus rumus yang menukarkan bentuk bentuk dalaman atau struktur dalaman kepada bentuk bentuk luaran atau struktur luaran. 2.4 Hipotesis Kenuranian (The Innateness Hypothesis) dalam Linguistik Untuk mengetahui masalah pertanyaan mengenai alat apa yang dipakai oleh anak anak dalam proses pemerolehan bahasa maka satu hipotesis yang sekarang terkenal dengan nama Hipotesis Kenuranian (The Innateness Hypothesis) dalam

31 linguistik perlulah dipahami dengan baik. Beberapa pengamatan yang telah dilakukan terhadap pemerolehan bahasa oleh anak anak telah melahirkan hipotesis ini Chomsky (1962) dalam Simanjuntak (1987 : 160). Di antara pengamatan itu yang terpenting ialah (1) Semua anak anak yang normal, asalkan dia didedahkan pada bahasa ibunya, memperoleh bahasa itu. (2) Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan anak anak yang bodoh, dungu bahkan yang memperoleh bahasa ibunya. (3) kata kata yang didengar oleh anak anak sering tidak gramatikal dan tidak lengkap dan jumlahnya pun sedikit. (4) bahasa tidak dapat diajarkan kepada mahluk lain. (5) Proses pemerolehan bahasa oleh semua anak di dunia ini mengikuti jadual semula jadi yang sama yang erat hubungannya dengan proses pematangan anak anak itu. (6) Struktur bahasa sangat rumit atau kompleks dan bersifat sejagat, tetapi dapat diperoleh oleh semua anak dalam waktu yang relatif singkat yaitu lebih kurang dalam usia 3 4 tahun. Dapat disimpulkan bahwa manusia telah dilengkapi dengan sesuatu yang khas secara semula jadi untuk berbahasa. Dengan kata lain, manusia dilahirkan bersama sesuatu yang membuatnya berbahasa dengan mudah dan cepat. Ada dua jenis bentuk Hipotesis Kenuranian yaitu (a) Hipotesis kenuranian Bahasa; (b) Hipotesis Kenuranian Mekanisme (Simanjuntak 1987). Hipotesis Kenuranian Bahasa merupakan suatu andaian yang mengatakan bahwa sebagian terpenting daripada bahasa bahkan mungkin semua bahasa itu tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi dihubungkan dengan atau ditentukan oleh fitur fitur nurani yang khusus daripada organisme manusia itu. Hipotesis Nurani Mekanisme juga merupakan satu andaian

32 yang mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia berhubungan dengan atau ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman. Perbedaan di antara kedua dua jenis hipotesis itu ialah Hipotesis Kenuranian Bahasa menekankan bahwa terdapat sesuatu benda nurani yang dibawa sejak lahir yang khusus untuk bahasa dan berbahasa sedangkan Hipotesis Kenuranian Mekanisme menekankan bahwa terdapat sesuatu benda nurani berbentuk mekanisme yang umum untuk semua kebolehan manusia dan bahasa serta berbahasa merupakan sebagian daripada yang umum. 2.5 Piranti Pemerolehan Bahasa (Language Acquisition Device) Khusus mengenai kemampuan berbahasa, hipotesis kenuranian bahasa mempunyai suatu peruntukan yang dijelaskan oleh Chomsky dan Miller (Miller dan Chomsky 1957) yang dikenal dengan nama LAD (language acquisition device), sebuah Alat atau Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB). LAD (PPB) telah dimiliki oleh setiap anak anak sejak lahir dan memungkinkan anak anak memperoleh bahasa ibunya dengan mudah dan cepat. LAD (PPB) juga merupakan satu peralatan intelek nurani yang khusus untuk menguasai bahasa yang cara bekerjanya dapat digambarkan sebagai berikut : Ujaran Ujaran Bahasa PPB (LAD) Tatabahasa Atau : Data Linguistik Utama PPB (LAD) Tatabahasa Bagan di atas adalah bagan Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB)

33 Bagan itu menggambarkan suatu fungsi yang memetakan sejumlah ujaran (ucapan) bahasa B yang didengar si anak ke dalam PPB dalam otak si anak. Apabila jumlah ujaran itu telah cukup (memadai) dipetakan ke dalam PPB si anak, maka PPB itu akan membentuk sebuah tatabahasa sebagai keluarannya. Dengan demikian jelas bahwa PPB (LAD) merupakan sebuah alat nurani (bawaan) yang sudah sedia dibawa lahir untuk memeroleh bahasa ibunya. Hipotesis mengenai adanya PPB (LAD) itu sebagai alat untuk memperoleh bahasa oleh anak anak semakin memperkuat fakta fakta yang telah diamati oleh para ahli dalam bidang pemerolehan bahasa yang menyokong hipotesis itu. Misalnya, satu fakta yang jelas mendukung PPB (LAD) itu ialah keadaan masukan, yaitu ucapan ucapan yang didengar oleh anak anak di sekitarnya. Ucapan ucapan itu penuh dengan pembukaan kata yang salah, berbagai kesilapan, kesalahan kesalahan gramatikal, dan lain lain, namun anak anak memperoleh juga bahasa pertamanya. Bahasa diperoleh oleh anak anak dalam keadaan yang beragam walau bagaimanapun bentuknya. Anak anak tidak mungkin dapat menguasai sintaksis bahasanya kalau dia tidak dianugerahkan dengan suatu mekanisme nurani yang khusus untuk bahasa. Bentuk awal PPB (LAD) seperti yang diperkenalkan oleh Chomsky dan Miller telah membuat pengkajian pemerolehan bahasa sampai ke peringkat yang sangat tinggi. Pada awalnya pemerolehan komponen sintaksis dan peranan semantik juga kognisi kurang mendapat perhatian karena pada dasarnya teori linguistik TG yang diperkenalkan oleh Chomsky telah memusatkan perhatian pada keautonoman

34 komponen sintaksis. Faktor faktor yang bukan linguistik seperti masukan penglihatan, perasaan, dan juga pengetahuan bukan linguistik tidak begitu penting untuk pemerolehan bahasa. 2.6 Keuniversalan Bahasa Anak dapat memperoleh bahasa apapun, pastilah ada sesuatu yang mengikat bahasa-bahasa ini secara bersama, ada sesuatu yang sifatnya universal. Tanpa sifat ini mustahillah manusia dari pelbagai latar belakang yang berbeda-beda dapat memperoleh bahasa yang disajikan kepadanya. Dalam hal ini ada terdapat perbedaan di antara para ahli bahasa. Greenberg (1963), yang boleh dikatakan sebagai pelopor pertama dalam bidang ini, bertitik tolak dari penelitian terhadap banyak bahasa dan dari bahasa-bahasa itu dia simpulkan secara induktif hal hal yang terdapat pada bahasa-bahasa tersebut. Sebagian dari itu terdapat pada semua bahasa, sebagian yang lain pada banyak bahasa, sebagian yang lain lagi pada beberapa bahasa, dan seterusnya. Berdasarkan gradasi seperti ini Comrie (1989/81 : 15-23) membagi keuniversalan bahasa yaitu keuniversalan absolut dan keuniversalan tendensius. Dengan memperhatikan gejala implikasional maka menurut Comrie ada empat kelompok yaitu : 1) Tidak ada perkecualian Contoh : Semua bahasa memiliki bunyi vokal bahasa mana pun di dunia ini menggabungkan bunyi untuk sukukata atau kata.

35 2) Keuniversalan absolut implikasional Contoh : Bila suatu bahasa mempunyai refleks persona pertama/kedua, maka bahasa itu mempunyai pula refleks persona ketiga, bila suatu bahasa mempunyai bunyi hambat velar, bahasa tersebut pasti mempunyai bunyi hambat bilabial. 3) Keuniversalan tendensi non implikasional Contoh : Hampir semua bahasa memiliki konsonan nasal. 4) Keuniversalan tendensi implikasional Contoh : Bila suatu bahasa mempunyai urutan dasar SOV, maka kemungkinan adalah bahwa bahasa itu memiliki urutan preposisi; bila suatu bahasa memiliki urutan dasar SVO, maka kemungkinannya adalah bahwa bahasa tadi memakai urutan preposisi. Bertitik tolak dari landasan yang sama sekali berlainan, Chomsky memberi pengertian yang berbeda mengenai keuniversalan bahasa. Chomsky (1965 : 28) hanya memakai satu bahasa yang dikajinya secara mendalam dan dari sistem aturan bahasa tersebut dia memunculkan fitur fitur yang universal. Tentu saja fitur fitur itu harus diuji-coba dan diadu-coba dengan bahasa bahasa yang lain untuk ditentukan kebenarannya. Pandangan Chomsky dapat diumpamakan sebagai suatu pengkajian terhadap suatu entitas, bila entitas itu mengandung unsur unsur hakiki tertentu maka unsur unsur itu pasti ada pada sampel lain dari entitas yang sama. Oleh karena itu, Chomsky hanya membedakan dua macam keuniversalan : (1) keuniversalan substantif yang berupa elemen pembentukan bahasa, dan (2) keuniversalan formal,

36 yang meramu elemen bahasa. Bahwa bahasa mempunyai nomina dan verba merupakan contoh dari keuniversalan substantif. Bagaimana kedua elemen ini diatur dalam bahasa merupakan keuniversalan formal. Pengaturan elemen umumnya berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain. Karena itulah pada dasarnya bahasa itu sama, wujud lahiriahnya berbeda beda. Ada pula ciri universal dalam tutur anak-anak ditinjau dari segi fonologi. Misalnya, bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh gerak membuka dan menutup bibir yang biasa disebut bunyi bilabial, merupakan bunyi-bunyi yang sangat umum dihasilkan oleh anak-anak pada awal ujarannya. Orang pertama dan yang terutama paling dekat dengan anak pada masa awal perkembangan bahasanya adalah ibunya. Selanjutnya, jika kita perhatikan kata panggilan untuk ibu dalam pelbagai bahasa, akan membenarkan pandangan bahwa bunyi bilabial itu dominan pada awal perkembangan bahasa anak. Misalnya; mak, nyak (Betawi), mek (Bali), bu (Melayu). Produksi awal bunyi-bunyi bilabial ini bisa kita mengerti karena bunyi-bunyi inilah yang paling mudah dihasilkan, yaitu dengan hanya menggerakkan kedua bibir. Bunyi-bunyi juga dilafalkan sesuai dengan daya kerja alat-alat ucap mereka. Dalam pelbagai masyarakat bahasa Indonesia bunyi /r/ adalah bunyi yang paling sulit diproduksi sehingga bunyi itu baru dikuasai anak setelah mereka berusia beberapa tahun. Banyak anak berusia tiga tahun yang masih mengucapkan /lumput/ untuk /rumput/. Agak kurang sulit dari bunyi /r/ ini adalah bunyi /s/ yang untuk beberapa waktu diucapkan /č/, sehingga /susu/ /sapi/ diucapkan / čuču/, / čapi/.

37 2.7 Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak Prasekolah Menurut Biechler dan Snowman yang dikutip Patmonodewo (2003 : 19) anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak yang juga kita kenal dengan Play Group (usia 3 4 tahun) sedangkan pada usia lima tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak. Menurut teori Erikson dalam Patmonodewo (2003 : 19) yang membicarakan kepribadian seorang dengan titik berat pada perkembangan psikososial tahapan 0 1 tahun, berada pada tahapan oral sensorik dengan krisis emosi antara trust versus ministrust, tahapan 3 6 tahun, mereka dalam tahapan dengan krisis autonomy versus shame and doubt (2 3 tahun), initiative versus guilt, (4 5 tahun) tahap usia 6 11 tahun mengalami krisis industry versus inferiority. 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Mengukur pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur tubuh anak. Relatif, melaksanakan pengukuran ini relatif lebih mudah dibandingkan mengukur perkembangan sosial atau perkembangan kepribadian seseorang. Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan macam-macam makanan yang dikonsumsi tubuh. Hubungan antara makanan yang dikonsumsi tubuh dan

38 pertumbuhan badan menjadi perhatian para ahli gizi. Namun, kenyataannya pertumbuhan tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi saja, tetapi juga proses sosial. Dengan perkataan lain, pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan saja, tetapi juga sejauh mana makanan tersebut dapat diasimilasi dan dipergunakan tubuh. Baik tidaknya makanan tersebut dapat diserap tubuh tergantung pula oleh taraf kesehatan anak. Pertumbuhan anak juga dipengaruhi oleh perkembangan sosial, psikologis dan, kualitas hubungan anak dengan pengasuh yang bebas dari stress. Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keduanya (pertumbuhan dan perkembangan) memang benar saling berkaitan dan dalam penggunaan kedua pengertian tersebut sering kali dilakukan satu sama lain. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir dengan menangis, ekspresi muka dan gerakan-gerakan. Apabila anak berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian, hubungan anak dengan lingkungan, bersifat timbal-balik, baik yang bersifat perkembangan psikologis maupun pertumbuhan dan perkembangan fisik. Perkembangan kognitif dan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antara sel otak dengan kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

39 Walaupun semua anak memiliki kebutuhan dasar tertentu, secara individual masing-masing anak memilih kebutuhan yang sifatnya pribadi. Juga dikatakan bahwa semua anak berkembang tetapi beberapa anak berkembang lebih cepat sedangkan yang lain lebih lambat. 3. Lingkungan Pendidikan Anak Usia Prasekolah Ekologi adalah suatu studi tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana hasilnya atau konsekuensinya dari interaksi tersebut. Dengan berkembangnya lingkungan maka berkembang pula minat seseorang. Para pendidik yang bekerja untuk anak usia Play Group sebaiknya memperhatikan lingkungan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai pengalaman bersama keluarga, lingkungan rumah, teman sebaya, orang dewasa lain, dan lingkungan sekolah. Lingkungan anak di rumah adalah lingkungan yang pertama. Dengan meningkatnya usia anak, dia akan mengenal teman sebaya di luar rumah atau dari lingkungan tetangga. Selanjutnya, akan masuk lingkungan sekolah, di mana mereka akan mengenal pola teman sebaya, orang dewasa lain, dan petugas-petugas sekolah. Lingkungan anak Play Group terdiri dari atas lapis yang masing-masing mengandung lingkungan ekologi yang berorientasi pada : a. Lingkungan fisik, yang terdiri dari objek, materi, dan ruang. Lingkungan fisik yang berbeda akan mempengaruhi anak. Misalnya, anak yang dibesarkan di dalam lingkungan dengan objek yang serba mewah, alat mainan yang bervariasi serta ruang gerak yang luas akan lebih memungkinkan berkembang

40 secara optimal bila dibanding dengan mereka yang serba kekurangan dan tinggal di rumah yang sempit. b. Lingkungan yang bersifat aktivitas, terdiri dari kegiatan bermain, kegiatan sehari-hari, dan upacara yang bersifat keagamaan. Misalnya, anak yang aktivitas sehari-hari di isi dengan kegiatan yang bermakna, misalnya bermain bersama ibu, hasilnya akan lebih berkualitas dibanding dengan anak bila bermain sendiri. c. Berbagai orang yang ada disekitar anak dapat dibedakan dalam usia, jenis kelamin, pekerjaan, status kesehatan, dan tingkat pendidikannya. Lingkungan anak akan lebih baik bila orang-orang di sekitarnya berpendidikan dibandingkan bila lingkungannya terdiri dari orang yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal. d. Sistem nilai, sikap, dan norma ekologi anak akan lebih baik apabila anak diasuh dalam lingkungan yang menanamkan disiplin yang konsisten dibandingkan bila mereka tinggal dalam lingkungan yang tidak menentu aturannya. e. Komunikasi antar anak dan orang sekelilingnya akan menentukan perkembangan sosial dan emosi anak. f. Hubungan yang hangat dan kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungannya akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang lebih mantap dibandingkan apabila hubungannya lebih banyak mendatangkan kecemasan.

41 Dulay sebagaimana dikutip Chaer (2003 : 257), menerangkan bahwa kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi seseorang pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa, yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar. 4. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Prasekolah Sebagaimana anak yang baru lahir (baby) mau tidak mau harus melalui proses belajar bahasa setahap demi setahap yang dipelajari dari orang sekelilingnya, yaitu ibu, bapak, saudara-saudaranya, maupun nenek-neneknya yang ada di dalam rumah/sekitarnya. Berkaitan dengan itu, yang menarik perhatian kita adalah mengapa anak kita mudah menerima kata-kata baru bila mendengar dari orang sekelilingnya? Pada dasarnya anak kecil itu belum mempunyai konsep bahasa, tetapi yang ada padanya baru berbentuk potensi jika orang di sekelilingnya mau menggunakan potensi itu. Perbedaannya dengan orang dewasa atau remaja yang belajar bahasa ialah baik orang dewasa atau anak remaja itu sudah mempunyai pengalaman dan konsep bahasa lain, misalnya bahasa ibu atau bahasa nasional. Pada saat inilah mereka akan menghadapi problem untuk mempelajari bahasa pertamanya. Pada saat mempelajari bahasa pertama proses pembelajarannya berjalan tanpa sadar. Menurut Clark (1995 : 237), pada usia antara dua sampai enam tahun anak cenderung menciptakan kata-kata baru untuk konsep-konsep tertentu. Usia antara dua setengah sampai empat setengah tahun merupakan masa pesatnya perkembangan kosa

42 kata itu. Malah menurut Clark, pada usia dua sampai enam tahun anak cenderung menciptakan kata-kata baru untuk konsep-konsep tertentu. Kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan maka latihan menghafal dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. 2.8 Kemampuan Berbahasa 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Secara bahasa kemampuan sama dengan kesanggupan atau kecakapan. Jadi, kemampuan adalah kesanggupan individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan. Sedangkan kemampuan berbahasa adalah kemampuan individu untuk mendengarkan ujaran yang disampaikan oleh lawan bicara, berbicara dengan lawan bicara, membaca pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk tulis, dan menulis pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk tulis, dan menulis pesan-pesan baik secara lisan maupun tulisan. 2. Jenis-jenis Kemampuan Berbahasa a. Kemampuan mendengar Kemampuan mendengar adalah kemampuan atau keterampilan menangkap dan memproduksi bahasa yang diperoleh dengan pendengaran. Dalam mendengarkan biasanya menggunakan direct method. Kaidah metode itu pelajaran awal diberikan dengan latihan-latihan mendengarkan atau hear training, kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Kalimat-kalimat tersebut kemudian

43 dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik bukan ejaan sebagaimana lazimnya gramatika diajarkan secara induktif, dengan pelajaran mangarang terdiri atas reproduksi, dari yang telah didengar dan bicara (Dahlan, 1992 : ). Secara umum tujuan latihan menyimak/mendengar adalah agar anak-anak dapat memahami ajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik bahasa seharihari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi (Effendy, 2005 : ). Dalam menyimak Effendy (2005 : 112), mengungkapkan beberapa tahapan latihan menyimak, yaitu sebagai berikut: 1. Latihan pengenalan (identifikasi) Pada tahap ini, bertujuan agar dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Dalam menyajikan pelajaran, bisa langsung oleh guru secara lisan maupun melalui rekaman. 2. Latihan mendengarkan dan menirukan Dalam tahapan pemula, murid dilatih untuk mendengarkan dan menirukan ujaran guru. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan ajar yang pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu kompleks. a. Latihan mendengarkan dan memahami Pada tahap ini, mendengarkan bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa yang telah didengar. Dalam hubungannya dengan latihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kemampuan linguistik terjadi di dalam konteks umum perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses pemerolehan bahasa itu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

WIKIPEDIA DAN INFORMASI: ANALISIS EKUIVALENSI TERJEMAHAN

WIKIPEDIA DAN INFORMASI: ANALISIS EKUIVALENSI TERJEMAHAN WIKIPEDIA DAN INFORMASI: ANALISIS EKUIVALENSI TERJEMAHAN TESIS Oleh: LINA RUSLI 097009017/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 WIKIPEDIA DAN INFORMASI: ANALISIS EKUIVALENSI TERJEMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA GAMBAR : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS OLEH

PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA GAMBAR : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS OLEH PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA GAMBAR : TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK TESIS OLEH RAHMAYANI LUBIS 117009007/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersepsikan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajianasi dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakanng Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan psikologi menusia tersebut. Kita dapat melihat hal tersebut pada pertumbuhan seorang anak dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah bangsa Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki peran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa perkembangan. Cara mendidik sangat menentukan perkembangan anak terutama pada perkembangan bahasa anak.pendidikan di Taman Kanak-kanak

Lebih terperinci

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang)

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang) HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang) Abstrak Penguasaan aspek-aspek kebahasaan oleh seseorang dapat berlangsung melalui pemerolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat manusia. Setiap anak dilahirkan dengan berbagai kemampuan, bahkan ketika ia dilahirkan. Orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur

Lebih terperinci

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Oeh: Theresia Budi Sucihati, M.Pd. Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI NGAWI Mahasiswa dalam peraturan dipungkiri bahasa Inggris

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

PENGENALAN BAHASA ARAB MELALUI NYANYIAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ISLAM MUTIARA HATI

PENGENALAN BAHASA ARAB MELALUI NYANYIAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ISLAM MUTIARA HATI PENGENALAN BAHASA ARAB MELALUI NYANYIAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ISLAM MUTIARA HATI Zukhaira FBS, UNNES zukhaira_unnes@yahoo.com Abstrak Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus Taman Kanak-Kanak Desa Tangkisan 1, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Pemerolehan bahasa kanak-kanak akibat pengaruh film kartun (suatu tinjauan psikolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antarsesama. Sebagai alat komunikasi bahasa dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antarsesama. Sebagai alat komunikasi bahasa dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Pada umumnya seluruh kegiatan manusia selalu melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antarsesama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak.

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA BIDANG MORFOLOGI DAN SINTAKSIS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PERTIWI MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

PEMEROLEHAN BAHASA BIDANG MORFOLOGI DAN SINTAKSIS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PERTIWI MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG PEMEROLEHAN BAHASA BIDANG MORFOLOGI DAN SINTAKSIS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PERTIWI MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG Tesis DiajukanKepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Universtas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd 1 PERKEMBANGAN Suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti : biologis, kognitif,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI Tadkiroatun Musfiroh Pengertian Perkembangan bahasa meliputi juga perkembangan kompetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk menggunakan semua keterampilan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini dalam perjalanan umur manusia merupakan periode penting bagi pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lain.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI disusun oleh Arifin Ainur Rohman S 200 100 002 PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang bunyinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

REPRESENTASI PERAN SEMANTIS FRASE NOMINA DALAM TEKS EDITORIAL HARlAN KOMPAS : STUD} KASUS

REPRESENTASI PERAN SEMANTIS FRASE NOMINA DALAM TEKS EDITORIAL HARlAN KOMPAS : STUD} KASUS REPRESENTASI PERAN SEMANTIS FRASE NOMINA DALAM TEKS EDITORIAL HARlAN KOMPAS : STUD} KASUS TESIS OLEn: SRI KUSNASARI 0170090J5fUNGlJISTIK PROGRAM PASCASAR.JANA liniversitas SUMATERA litara MEDAN 2004 Sri

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh

Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Pengenalan Perkembangan Bahasa Bahasa adalah satu bentuk komunikasi sama ada verbal atau non verbal. Bahasa mengandungi perkataan-perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Kemampuan Penguasaan Kosakata Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman ini tidak dapat disangkal lagi bahwa dengan mudah anak-anak dapat mempelajari berbagai macam bahasa asing dalam proses perkembangan anak-anak, seperti ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia butuh berkomunikasi anak dengan anak,

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna serta hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun,dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE ELVITA YENNI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA DEBAT KONTROVERSI SURAT KEPUTUSAN BERSAMA AHMADIYAH DI TV ONE TESIS Oleh: ELVITA YENNI 077009006 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk Tahun ajaran baru selalu membuat orang tua menjadi sibuk. Selain mencari sekolah yang dianggap baik, juga biaya yang semakin mahal dan anak juga harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KECERDASAN LINGUISTIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK LKIA II PONTIANAK SELATAN

OPTIMALISASI KECERDASAN LINGUISTIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK LKIA II PONTIANAK SELATAN OPTIMALISASI KECERDASAN LINGUISTIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK LKIA II PONTIANAK SELATAN Restiana, Muhamad Ali, Dian Miranda Program Studi Pendidikan Guru PAUD FKIP UNTAN, Pontianak Email: restiana.paud@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, maupun lisan. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI 0 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci