Jaringan Local Access Fiber (Jarlokaf) (2)
|
|
- Agus Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jaringan Local Access Fiber (Jarlokaf) (2)
2 Multiplexing FDM (Frequency Division Multiplexing) n buah kanal yang berbeda frekuensi carriernya ditransmisikan secara simultan dalam 1 kanal fisik Digunakan untuk sinyal digital maupun analog Kanal 1 = frek 1 Kanal 2 = frek 2 Kanal n = frek n Multiplexer (MUX) n buah kanal ditransmisikan simultan dalam 1 kanal
3 Multiplexing TDM (Time Division Multiplexing) merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal. Hanya mungkin untuk sinyal digital Kanal 1 = frek A Kanal 2 = frek A Kanal n = frek A Multiplexer (MUX) n buah kanal ditransmisikan simultan dalam 1 kanaldengan TS-TS yang berbeda
4 PCM (PULSE CODE MODULATION) Mengubah sinyal voice analog menjadi sinyal digital Proses yang terjadi dalam PCM : Sampling (pencuplikan) Quantizing (kuantiasasi) Encoding (pengkodean) sampler kuantiser enkoder
5 PROSES PENCUPLIKAN (SAMPLING) Lebar Pita / Bandwidth suara (BW) 4 khz Frekuensi sampling minimum (f S )= 2.BW = 2 X frekuensi informasi maksimum (berdasarkan kriteria Nyquist)
6 SPEKTRUM HASIL SAMPLING sinyal informasi f Sinyal informasi setelah sampling tanpa Aliasing Sinyal informasi setelah sampling f terjadi Aliasing f
7 PROSES KUANTISASI (QUANTIZATION) Quant Kuantisasi : mengubah level amplituda menjadi diskret dengan jumlah terbatas. Jumlah level kuantisasi = 2 L L = jumlah bit pengkodean Terdapat 2 jenis kuantiser yaitu : Kuantiser Uniform (lebar selang kuantisasi seragam) Kuantiser Non-Uniform (lebar selang kuantisasi tidak seragam)
8 KUANTISER UNIFORM tegangan keluaran (volt) B A tegangan masukan (volt)
9 KUANTISER NON-UNIFORM tegangan keluaran (volt) B A tegangan masukan (volt)
10 PROSES PENGKODEAN (ENCODING) T T Encod Contoh di atas menunjukkan proses encoding, 1 simbol masukan dikodekan menjadi 8 bit Jumlah bit untuk mengkodekan tiap simbol ditentukan oleh perangkat ADC (Analog to Digital Converter)
11 BIT RATE KANAL VOICE BW kanal suara = 4 khz Kecepatan sampling untuk tiap kanal suara = 2 x 4000 = 8000 sample/s 1 sample dikodekan menjadi 8 bit Bit rate 1 kanal voice : BR = 8000 x 8 bit/ detik = 64 kbps
12 MULTIPEXING Multiplexing merupakan proses penggabungan beberapa kanal sinyal informasi kedalam satu kanal informasi dengan tujuan agar sinyal informasi dapat dikirimkan secara simultan dalam satu kanal Time Division Multiplexing merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal TDM PCM (Time Division Multiplexing Pulse Code Modulation) merupakan proses multiplexing sinyal yang menggunakan teknik pengkodean PCM
13 PCM-30 (E-1, Standar Eropa) 1-15 dan adalah sinyal telephon yang dikodekan/ data digital x bergantian Informasi signaling Frame alignment signal pada frame 1, 3, 5, dst 8 bit x = bit reserved for international use Y = bit reserved for national use A = 0 tidak ada alarm A = 1 ada alarm x 1 P Y Y Y Y Y Service word pada frame 2, 4, 6, dst 1 TS = 8 bit Terdiri dari 32 TS = 30 kanal suara + 1 sinkronisasi + 1 signaling Sinkronisasi : TS 0 Signaling : TS 16 Voice : TS TS Dalam 1 detik terdapat 8000 sample, sehingga : Bit rate = (8 x 8000 ) x 32 = 2048 kbps
14 Multiframe PCM-30 ms s Signaling time slot A U 1 a b c d a b c d a b c d a b c d Multiframe alignment signal Signaling service wordl channel 8 channel 23 channel 15 channel 30 A = 0 U = 1 Tidak ada Alarm Signaling bits a - d per channel A = 1 U = 0 urgent alarm non urgent alarm 1 MF = 16 frame Signaling lengkap untuk 30 kanal voice (1 TS 16 untuk signaling 2 kanal voice) TS-16 untuk frame ke-0 digunakan untuk alignment / sinkronisasi multiframe
15 PCM-24 (T-1, Standar Amerika) 125 s (193 bit) Ch 1 Ch 2 Ch 24 Frame B0 B1... B8 B0 B1... B8 B0 B1... B8 BF 1 bit BF Frame aslignment signal (101010) pada frame ganjil (1,3,5,7,9,11) Multi Frame aslignment signal (001110) pada frame genap (2,4,6,8,10,12) Multi Frame Channel A signaling : Bit ke 8 dari msg-msg time slot kanal pada frame 6 Channel B signaling : Bit ke 8 dari msg-msg time slot kanal pada frame 12 1 TS = 8 bit Terdiri dari 24 TS = 24 kanal suara Dalam 1 detik tdp 8000 Sinkronisasi menggunakan 1 bit tambahan (BF) Signaling diambil pada bit ke-8 tiap TS pada frame ke-6 dan kelipatannya Bit Rate = ((24 x 8) + 1) x 8000 = 193 x 8000 = 1544 kbps 1 MF = 12 frame
16 PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) -1 Terdapat 3 standar : Amerika, Eropa, Jepang Level Eropa Amerika Utara Bit Rate (Mbps) Jepang C Mbps = T1 = PCM-24 (Amerika) Mbps = E1 = PCM-30 (Eropa) Standar Jepang kurang populer Indonesia kebanyakan menggunakan sistem Eropa
17 MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) Mux Dig Order-1 (PCM) Mux Dig Order-3 Mux Dig Order Mux Dig Order-4 BR = kb/s Kanal BR = kb/s Kanal BR = kb/s Kanal 30 BR = kb/s - 30 Kanal 30 Gambar Hierarchy PDH menurut Rekomendasi ITU-T (Standard Eropa)
18 MULTIPLEX PDH Dibagi menjadi 2 kelompok : 1. ORDER RENDAH (LOW ORDER) Sering juga disebut sebagai Order Pertama atau yang paling populer disebut PCM ORDER TINGGI (HIGH ORDER) Terdiri dari Order-2, Order-3 dan Order-4
19 PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) -2 Standar berdasarkan ITU-T G-702 Digital Hierarchy Level Hierarchical bit rates (kbit/s) for networks with the digital based on a first level bit rate of hierarchy 1544 kbit/s kbit/s T - 1 T - 2 (4) M12 (7) M23 T - 3 M34 E - 4 E-1 (4) M12 (4) E-2 M12 (4) E-3 M12 E-4
20 PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) - 3 Jaringan Plesiochronous (hampir sinkron) (Internally free running oscilator) Asynchronous multiplex Jika suatu tributary dimultiplek ke tributary dengan bit rate lebih tinggi, digunakan bit stufing/ penambahan bit dan buffer memori untuk menjadikannya sinkron dengan bit rate yang lebih tinggi tersebut. Bit rate tributare dengan orde lebih tinggi > daripada penjumlahan bit rate yang dimultiplex : untuk sinkronisasi, signaling dan bit stufing Setiap level multiplex mempunyai format frame tersendiri Bit by bit multiplexing Timing alignment menggunakan bit-by-bit justification/ stuffing Akses ke kanal individual hanya dimungkinkan setelah dilakukan proses demultiplexing Bit rate distandarkan sampai 140 Mbps
21 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) ITU-T G-707 Jaringan sinkron(osilator internal disinkronisasi dengan clock referensi external) Teknik multiplex sinkron Semua sinyal multiplex mempunyai struktur frame yang identik Byte by byte multiplexing Akses ke kanal individual bisa dilakukan menggunakan pointer, tanpa harus mendemultiplex semuanya lebih dulu. Bit rate distandarkan berbasis 155 Mbps N SDH STM-N Mbps Mbps 16 2, Mbps 64 9, Mbps
22 Kelebihan SDH Standarisasi bit rate di atas 140 Mbps secara internasional Sinyal optik yang ditransmisikan distandarkan/ Kompatibilitas antar vendor Struktrur modular - Bit rate multiplex merupakan kelipatan dari bit rate dasar ( Mbps) - Struktur frame sinyal multiplex identik dengan struktur frame sinyal dasar Akses ke suatu kanal individual bisa dilakukan tanpa harus mendemultiplex sinyal keseluruhan, hanya kanal yang diperlukan yang didemultiplex. Metode ini sangat bermanfaat untuk sistem cross connect dan pencabangan (add and drop multiplexer) Mengakomodasi sinyal PDH Transmisi sinyal broadband
23 Kelebihan SDH (2) Adanya proteksi (Self Healing Ring, Path protection, Multiplex section protection) Software configuration (add, drop, crossconnect) Centralized management - remote alarm - remote reconfiguration/ rerouting (2 Mbps lines) - remote service activation and configuration of interfaces - S/W download to card level
24 C-n Contain Struktur Pembentukan STM-1 N STM-N AUG 1 AU-4 VC TUG-3 1 TU-3 VC-3 AU-3 VC TUG-2 1 TU-2 VC-2 AU-4 Pointer processing 3 Multiplexing 4 TU-12 VC-12 Aligning Mapping TU-11 VC-11
25 Format Frame SDH byte 261 byte SOH Pointer SOH Payload x9 byte 4 x261 byte SOH Pointer SOH Payload SOH Pointer SOH 125 s 125 s Frame STM-1 Frame STM-4 Frame STM x9 byte 16 x261 byte Payload 125 s SOH (Section Overhead) Bit-bit sinkr.,operation, maintenance dan supervision (management) Pointer = penunjuk alamat Payload = data yang sebenarnya Format frame identik, di mana SOH selalu tergabung dengan SOH, dan payload selalu tergabung dengan payload Bit Rate STM-1 = ( 9 x 270 byte) x 8 x 1/125 us = 155, 52 Mbps Bit Rate STM-4 = 4 x 155, 52 = 622,08 Mbps Bit Rate STM-16 = 16 x 155,52 = 2488,32 Mbps (2,5 Gbps) Bit Rate STM-64 = 64 x 155,52 = 9953, 280 Mbps (10 Gbps)
26 SDH vs SONET SDH SONET N STM-N N STS-N Mbps Mbps Mbps Mbps 16 2, Mbps Mbps 64 9, Mbps Mbps Mbps 24 1, Mbps 36 1, Mbps 48 2, Mbps ~ 192 9, Mbps Sonet (Synchronous Optical Network) : Bellcore Amerika Bit rate dasar sinyal : Mbps (STS-1 = Synchronous Transport Signal)
27 Interface V5.x Standard interface ETSI Menghubungkan jaringan akses (AN) dengan sentral lokal (LE) Open interface (interface multivendor, memungkinkan AN dari vendor mana saja dapat berhubungan dengan LE mana saja). Interface V5.1 berdasarkan prinsip multiplex statik dan interface V5.2 berdasarkan prinsip multiplex dinamik dan konsentrator. Keuntungan Penggunaan Interface V5.x Tidak tergantung kepada salah satu vendor untuk penyediaan jaringan akses (access network). Mendukung pengembangan teknologi dan struktur jaringan akses yang lebih efektif dari segi biaya. Mendukung suatu standar interface bagi manajemen network.
28 Interface V5.1 Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis Setiap link antara LE dan AN menggunakan 2Mb/s, menghubungkan LE dengan AN via kabel tembaga, optik maupun media radio. Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA. Signalling time slot 15, 16 dan 31 digunakan sebagai TS signalling, pada kondisi normal menggunakan TS 16 (TS 16 mandatory)
29 Kanal Signaling pada V5.1 ( 2 Mbps) TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS Frame Frame Frame Frame Satu Multiframe = 16 frame
30 Interface V5.2 Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis Menggunakan multilink sampai dengan 16 link 2048 kb/s (ETSI) Didukung fungsi konsentrator pada AN, sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat dihubungkan. Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA. Memiliki sistem proteksi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi pada kanal signaling.
31 Kanal Signaling pada V5.2 Link ke-1 TS 0 TS 1 TS 2 TS TS TS TS PRIMARY LINK (UTAMA) TS 29 TS 30 TS 31 Link ke-2 Link ke-3 SECONDARY LINK (PROTEKSI) REGULAR LINK Link ke Catatan : Penentuan prim/sec/reg link untuk satu interface id V5.2 random
32 V5.1 dan V5.2 No Interface V5.1 Interface V5.2 1 Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis 2 Satu interface V5.1 terdiri dari hanya satu link E1 (2 Mbps) dengan maksimal 30 kanal pembicaraan Satu interface V5.2 dapat terdiri dari maksimal 16 link E1 (16 link 2 Mbps) yang berarti maksimal 480 kanal pembicaraan 3 Jenis layanan : PSTN, ISDN BRA Jenis layanan : PSTN, ISDN BRA 4 Tidak ada konsentrasi tiap bearer channelnya Terdapat konsentrasi tiap bearer channelnya
33 OPTICAL LINE TERMINAL EQUIPMENT (OLTE)
34 Fungsi utama OLTE Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya. Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama. Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik. Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut-off. Menyediakan kanal order wire untuk koordinasi antar petugas Transmitter Optik kanal sinyal output Sinyal listrik B/U Converter Unit Coder Unit Optical Sender Unit Sinyal optik Alarm Control Unit Alarm Unit Sinyal listrik U/B Converter Unit kanal sinyal output Decoder Unit Optical Detector Unit Sinyal optik Receiver Optik Konfigurasi OLTE
35 CARA KERJA OLTE A. Pada Arah Kirim. Transmitter Optik kanal sinyal output Sinyal listrik B/U Converter Unit Coder Unit Optical Sender Unit Sinyal optik Alarm Control Unit Alarm Unit Alarm Control Unit Alarm Unit Sinyal listrik U/B Converter Unit Decoder Unit Optical Detector Unit Sinyal optik kanal sinyal output Receiver Optik
36 1. Unit B/U Converter - Menerima sinyal elektrik bipolar (CMI/HDB-3) dari multipleks. - Memperbaiki karakteristik sinyal yang diakibatkan adanya redaman kabel (Equalisasi). - Mengubah kode saluran sinyal elektrik dari bipolar ke unipolar (NRZ). - Mengirimkan sinyal elektrik dari multipleks ke unit coder. - Mengirimkan indikasi alarm ke unit pengontrol Alarm. 2. Unit Coder Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit B/U converter dan dari unit service channel /auxilary. Menggabungkan sinyal utama dengan sinyal service channel. Mengkodekan sinyal gabungan sesuai kode saluran optik yang digunakan. Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS. Mengirimkan sinyal alarm jika terjadi gangguan pada sinyal utama. 3. Unit Optical Sender - Mengatur lebar pulsa dan bentuk pulsa listrik unipolar yang diterima dari unit coder. - Mengendalikan arus listrik yang mengalir pada sumber optik. - Mengubah sinyal pulsa listrik unipolar yang sudah dikondisikan menjadi sinyal pulsa optik. - Mengirimkan sinyal pulsa optik ke terminal lawan melalui serat optik. - Jika terjadi gangguan maka akan mengirimkan alarm signal. - Melaksanakan pemutuskan pancaran sumber optik jika menerima sinyal shut-off.
37 Optical Sender Ada 2 jenis Sumber Optik : 1. LED ( Light Emitting Diode ). 2. Diode LASER ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation ) Optical Receiver Ada 2 jenis Optical Photodiode, yaitu : 1. Diode pin ( Positive Intrinsic Negative ) 2. APD ( Avalanche Photo Diode )
38 1. Unit Detektor Optik - Menerima sinyal optik yang dari lawan melalui serat optik. - Mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik unipolar. - Menguatkan sinyal elektrik unipolar. - Mengirimkan sinyal elektrik unipolar ke unit decoder. - Mengirimkan sinyal alarm ke unit pengonrtol alarm. 2. Decoder Menerima sinyal elektrik unipolar yang dikirim unit detektor optik. Mendekodekan kembali sinyal gabungan (sinyal utama dan service channel). Memisahkan sinyal utama dengan sinyal service channel. Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS. Mengirimkan alarm signal jika terjadi gangguan pada sinyal utama. 3. U/B Converter Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit decoder. Mengubah sinyal elektrik unipolar menjadi sinyal elektrik bipolar. Memperbaiki karakteristik sinyal akibat adanya redaman kabel. Mengirimkan sinyal elektrik bipolar ke perangkat demultipleks. Jika tidak menerima sinyal dari unit decoder, maka akan mengirimkan sinyal alarm ke unit pengontrol alarm.
39 Teknologi JARLOKAF No Teknologi Konfigurasi Dasar 1 Digital Loop Carrier (DLC) Point to Point Tipe Jenis Jasa Keterangan DLC konvensional IS-A Banyak digunakan di dunia Next Generation DLC 2 Passive Optical Network (PON) 3 Active Optical Network (AON) Point to Multipoint Pencabangan sinyal optik pasif Point to multipoint melalui perangkat pencabangan aktif IS-A dan IS-B IS-A dan IS-B DS IS-A dan IS-B Relatif baru Mulai dioperasikan secara komersial th 74 Konfigurasi sama, perangkat berbeda Belum banyak digunakan
40 Konfigurasi Umum DLC CAS, V5.x LE CT RT Keterangan : LE = Local Exchange CT = Central Terminal RT = Remote Terminal
41 Konfigurasi Umum PON/AON CAS, V5.x OLT PS / AS ONU subscriber LE ONU FIBER Keterangan : LE = Local Exchange OLT = Optical Line Terminal ONU = Optical Network Unit PON = Passive Optical Network AON = Active Optical Network PS = Passive Splitter AS = Active Splitter subscriber
42 OLTE OLTE LE Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON tanpa Interface V5.x MDF IDF DDF VF VF a/b CB E1 CT/OLT ODF Konfigurasi DLC RT CB Konfigurasi PON DDF BRA DDF CB ODF PS ONU PRA ONU
43 OLTE OLTE Pack Ass/Deass Card Plg LE Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON dengan Interface V5.x V5.1 V5.1 DDF E1 E1 DDF 1 2 CT/OLT ODF Konfigurasi DLC (NxE1) Konfigurasi PON RT N x 30 Plg POTS Battery IDF ODF (NxE1) PS ONU N x 30 Plg POTS V5.1 E1 N ONU
44 Controller Concentrator / Cross-connect Multiplexer/Demultiplexer OLTE OLTE OLTE Packed Ass/Deass Card Plg LE Konfigurasi Umum DLC atau PON/AON tanpa Interface V DDF Primary Secondary None V5.2 None DDF E1 E1 E1 E1 CT/OLT ODF ODF Konfigurasi DLC Konfigurasi PON PS RT 960 Plg POTS (k =4) Battery ONU ONU IDF 1440 Plg POTS (k = 6)
45 Komparasi Konfigurasi Tanpa V5x (Channel Bank), V5.1 dan V5.2 LE MDF CT/OLT Transmisi RT/ONU ab wire ab wire ab wire Channel Bank 1 1 E1 E ab wire ab wire. 30 Transport 1xE1 1xE1 1xE1 1xE1 Interface ID 1 Interface ID 2 Interface ID 3 Interface ID n n V n E ab wire ab wire Transport 4xE1 Interface ID xxx V5.2 1 E ab wire N N = max 16 Transport N 512 / 720 k=4 / k=6
46 Fungsi Masing-masing Komponen Jarlokaf Fungsi bagian Penyusun DLC (mengacu PPJT- KAF ver1.0) Jarlokaf dengan topologi point-to-point (Single star) Terdiri dari dua perangkat utama: CT (Central Terminal) di sisi sentral, dan RT (Remote terminal) di sisi pelanggan Fungsi CT adalah : Interfacing dengan sentral lokal Multiplexer/Demultiplexer Crossconnect dan Controller Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) Fungsi RT adalah : Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) Multiplexer/Demultiplexer Interfacing dengan pelanggan DLC pada umumnya digunakan untuk pelanggan yang terkonsentrasi atau untuk gedung bertingkat (high rise building)
47 Passive Optical Network Merupakan sistem jarlokaf yang memiliki topologi jaringan point-tomultipoint (Multiple star). Untuk membentuk jaringan point-to-multipoint digunakan komponen pencabang pasif (passive splitter). Diterapkan untuk pelanggan dalam cluster-cluster yang berukuran kecil (4 ~ 120) Jaringan optik PON dapat digunakan bersama-sama/diintegrasikan untuk jaringan distribusi/ broadcast (CATV).
48 Fungsi Bagian Penyusun PON (mengacu PPJT-KAF ver1.0) OLT (Optical Line Terminal) berfungsi untuk : Interfacing dengan sentral lokal Multiplexing/Demultiplexing Cross-connect & Controller Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) ODN ( Optical Distribution Network) berfungsi untuk : Transport dan distribusi data dari OLT ke ONU PS (Passive Splitter) berfungsi untuk : Mendistribusikan Daya Optik ke semua cabang Ratio : 1 : 2 2 : 2 1 : 4 2 : 4 1 : 8 2 : 8 1 : 16 2 : 16 1 : 32 2 : 32 ONU (Optical Network Unit) berfungsi untuk : Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE) Multiplexing/Demultiplexing Interfacing dengan terminal pelanggan
49 Channel Bank System (CT/OLT)
50 V5.2 System (CT/OLT)
51 OLT
52 ODN ( Optical Distribution Network)
53 DDF (Digital Distribution Frame)
54 ODF (Optical Distribution Frame)
55 IDF
56 PS (Passive Splitter)
57 ONU (Optical Network Unit)
58 Connector F.O.
59 ADM (add and Drop Mux.)
60 Fiber Optic
61 Teknologi JARLOKAF Kapasitas sistem Jarlokaf Switch Remote Switch DLC PON Pengganda Saluran Kapasitas (n x 64 kbps) k 2k 5k
62 Teknologi JARLOKAF Teknologi transmisi jasa interaktif narrowband Skema Transmisi Space Division Multiplexing (SDM) Wave Division multiplexing (WDM) Time Compression Multiplexing (TCM) Skema Transmisi 2 arah Jumlah serat optik Panjang gelombang Simpleks nm sinyal kirim & sinyal terima Dipleks nm sinyal kirim & 1310 nm sinyal terima 1310/1550 +x nm sinyal kirim, 1310/1550 x nm sinyal terima Dupleks nm sinyal kirim dan sinyal terima Keterangan Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim melalui serat optik yang berbeda Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang bersamaan tapi menggunakan panjang gelombang yang berbeda Sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang berbeda dan bergantian
DTG2F3. Sistem Komunikasi. Siskom Digital ADC, SOURCE CODING, MULTIPLEXING. By : Dwi Andi Nurmantris
DTG2F3 Sistem Komunikasi Siskom Digital ADC, SOURCE CODING, MULTIPLEXING By : Dwi Andi Nurmantris Where We Are? OUTLINE SISKOM DIGITAL ADC, SOURCE CODING, MULTIPLEXING 1. Analog to Digital Convertion (ADC
Lebih terperinciTeknologi Jarlokaf. DLC (Digital Loop Carrier) PON (Passive Optical Network) AON (Active Optical Network) Point to Point. 1 Digital Loop Carrier (DLC)
Teknologi Jarlokaf DLC (Digital Loop Carrier) PON (Passive Optical Network) AON (Active Optical Network) No Teknologi Konfigurasi Dasar Keterangan 1 Digital Loop Carrier (DLC) Point to Point DLC konvensional
Lebih terperinciModul #10 ADC / PCM. Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Departemen Teknik Elektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2007
Modul #10 TE3113 SISTEM KOMUNIKASI 1 ADC / PCM (ANALOG TO DIGITAL CONVERTER / PULSE CODE MODULATION) Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Departemen Teknik Elektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung
Lebih terperinciJARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)
JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Konfigurasi Umum Jartel 2 Struktur Jaringan Figure A.3.33 The network hierarchy according to the ITU-T Figure
Lebih terperinciMULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED
ISSUED - 4/17/2004 1 MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED - 4/17/2004 2 Mux Dig Order- 1 (PCM) 1 Mux Dig Order-3 Mux Dig Order- 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Mux Dig Order- 4 BR = 139.264
Lebih terperinciSukiswo Jartel, Sukiswo 1
JARINGAN AKSES OPTIK Sukiswo sukiswok@yahoo.com Jartel, Sukiswo 1 JARINGAN AKSES PSTN Jartel, Sukiswo 2 Outline Akses Tembaga Akses Optik Jartel, Sukiswo 3 JARINGAN AKSES TEMBAGA Sukiswo sukiswok@yahoo.com
Lebih terperinciFaculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015
PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 10 Jaringan Akses PSTN Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 JARINGAN AKSES PSTN JARINGAN AKSES Akses Tembaga Akses Optik Akses Radio AKSES TEMBAGA Struktur
Lebih terperinciJARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio
JARINGAN AKSES PSTN JARINGAN AKSES Akses Tembaga Akses Optik Akses Radio AKSES TEMBAGA Struktur Umum : Elemen Jaringan Akses Tembaga : (1) Sentral Telepon (2) Kabel Primer (3) Rumah Kabel (4) Kabel Sekunder
Lebih terperinciJaringan Komputer Multiplexing
Jaringan Komputer Multiplexing Multiplexing Frequency Division Multiplexing FDM Bandwidth yang bisa digunakan dari suatu media melebihi bandwidth yang diperlukan dari suatu channel Setiap sinyal dimodulasi
Lebih terperinciSynchronous Optical Networking SONET
Synchronous Optical Networking SONET Pendahuluan Synchronous Optical Networking (SONET) dan Synchronous Digital Hierarchy (SDH) adalah protokol standar yang mentransfer beberapa bit stream digital melalui
Lebih terperinciSistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)
Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) 1. Pendahuluan Gagasan untuk menggunakan serat optik untuk menghubungkan perangkat premise pelanggan dengan fasilitas penyedia telah
Lebih terperinciBAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perkembangan dalam bidang komunikasi dan pengaruh globalisasi serta arus informasi, masyarakat modern memerlukan adanya sarana Telekomunikasi yang lebih canggih. Kebutuhan
Lebih terperinciFrequency Division Multiplexing
Multiplexing 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing FDM Sinyal yang dimodulasi memerlukan bandwidth tertentu yang dipusatkan di sekitar frekuensi pembawa disebut channel Setiap sinyal dimodulasi
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T
Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &
Lebih terperinciBAB III TEORI PENDUDUKUNG
BAB III TEORI PENDUDUKUNG Dalam Laporan kerja praktek ini didukung dengan beberapa teori diantaranya yaituteori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang arsitektur dari
Lebih terperinciPada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar-dasar GPON GPON atau Gigabit Passive Optical Network merupakan sebuah arsitektur point-to-multipoint yang menggunakan media transmisi berupa fiber optik. GPON mampu mendukung
Lebih terperinciSistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital
TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital (Bagian 2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III LANDASAR TEORI
BAB III LANDASAR TEORI 3.1 Jaringan Backbone Backbone adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan. Backbone juga dapat dikatakan sebagai jaringan telekomunikasi
Lebih terperinciBAB II WIDE AREA NETWORK
BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.
Lebih terperinciMULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1
1 MULTIPLEXING Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing 3 FDM Digunakan bila bandwidth media transmisi yang digunakan
Lebih terperinciBAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1
BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar
Lebih terperinciEndi Dwi Kristianto
Hybrid Fiber Coaxial (HFC) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan
Lebih terperinciSistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital
TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009
Lebih terperinciDASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI
DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Sistem Transmisi By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? APA ITU TRANSMISI? Secara bahasa berarti pengiriman atau pergerakan. Artinya transmisi
Lebih terperinci2.2 Arsitektur Jarlokaf Berikut adalah macam macam arsitektur jarlokaf yang telah diaplikasikan di lapangan:
Makalah Seminar Kerja Praktek PENERAPAN TEKNOLOGI DLC (DIGITAL LOOP CARRIER) PADA JARINGAN LOKAL AKSES FIBER Oleh : Tri Legawa (L2F006090) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciSONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
Kelompok 13 Muhammad Asrawi (54410645) Khoirul Anwar (53410891) Steven (56410693 SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Jaringan Komputer Lanjut 10/10/2013 1 SONET (Synchronous
Lebih terperinciSYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY
Tugas KK Tra 17 SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XIi Tel 1 2010026 PENGERTIAN Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada
Lebih terperinci8. Multiplexing dan Multiple-Access
TEE 843 Sistem Telekomunikasi 8. Multiplexing dan Multiple-Access Muhammad Daud Nurdin syechdaud@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 Outline Multiplexing-Demultiplexing Prinsip
Lebih terperinciBAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan
Lebih terperinciEndi Dwi Kristianto
Fiber Optik Atas Tanah (Part 2) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi
Lebih terperinciBAB II TEORI PENDUDUKUNG
BAB II TEORI PENDUDUKUNG Dalam penelitiannya tugas akhir ini didukung dengan beberapa teori teori diantaranya yaitu teori teori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang
Lebih terperinciMULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung
MULTIPLEXING Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Multiplexing: Proses penggabungan beberapa
Lebih terperinciDAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG
ABSTRAK Asynchronous Transfer Mode Passive Optical Network (APON) yang merupakan infrastruktur bagi kota besar oleh telecommunication carrier dan equipment vendor dianggap sebagai broadband access platform
Lebih terperinciTEE 843 Sistem Telekomunikasi. Multiplexing dan Multiple-Access. Muhammad Daud Nurdin
TEE 843 Sistem Telekomunikasi Multiplexing dan Multiple-Access Muhammad Daud Nurdin syechdaud@yahoo.com; mdaud@unimal.ac.id Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2015 Outline Multiplexing-Demultiplexing
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design
Lebih terperinciTeknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011
Teknik MULTIPLEXING Rijal Fadilah S.Si http://rijalfadilah.net Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011 Multiplexing Proses penggabungan beberapa kanal Pembagian bandwith
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Ethernet Over SDH SDH (Synchronous Digital Hierarchy) menjelaskan tentang transfer data dengan kapasitas yang besar menggunakan media transmisi serat opti, sistem detakan
Lebih terperinciDOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS
DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 2. SPESIFIKASI INTERFACE FISIK DAN KELISTRIKAN... 2 2.1 Port Masukan Dan Port
Lebih terperinciBAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki
BAB II Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh
Lebih terperinciStandarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
1 SONET(Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Hirarki sinkronisasi digital (SDH) dan sinkronis
Lebih terperinciBAB III MEKANISME KERJA
BAB III MEKANISME KERJA 3.1 Jaringan Fiber Optik MSC Taman Rasuna PT. Bakrie Telecom sebagai salah satu operator penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia telah menggunakan jaringan fiber optic untuk
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote
BAB II DASAR TEORI 2.1. Jaringan Lokal Akses Fiber Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan yang menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote Unit (RU) dengan menggunakan
Lebih terperinciPengabdian Masyarakat di SMK Bangun Nusantara APLIKASI FIBER OPTIK. Oleh :Suyatno Budiharjo
Pengabdian Masyarakat di SMK Bangun Nusantara APLIKASI FIBER OPTIK Oleh :Suyatno Budiharjo Email : suyatno_budiharjo@yahoo.co.id DEFINISI FIBER OPTIC Serat optik adalah merupakan saluran transmisi atau
Lebih terperinciBAB III LANDASAR TEORI
BAB III LANDASAR TEORI 3.1 Sistem Transmisi PDH Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut data dalam jumlah besar melalui peralatan
Lebih terperinciMULTIPLEKS VI.1 PENGERTIAN UMUM
VI. MULTIPLEKS VI.1 PENGERTIAN UMUM Yang dimaksud Multiplex (Penggandaan) disini adalah penggandaan terhadap kanal informasi yang akan ditransmisikan. Penggandaan kanal ini menghasilkan multikanal (kanal
Lebih terperinciMultiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.
Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer atau
Lebih terperinciAplikasi Multiplexer -8-
Sistem Digital Aplikasi Multiplexer -8- Missa Lamsani Hal 1 Multiplexer Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Pengolahan Sinyal untuk Ditransmisikan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Pengolahan Sinyal untuk Ditransmisikan A. Macam-Macam Sinyal 1. Sinyal Analog Sinyal analog adalah signal yang berupa gelombang elektro magnetik dan bergerak atas dasar fekuensi.
Lebih terperinciJaringan Komputer 1 of 10. Topologi menunjuk pada suatu cara dimana end system atau station yang dihubungkan ke jaringan saling diinterkoneksikan.
Jaringan Komputer 1 of 10 Week #4 Topologi Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control TOPOLOGI Topologi menunjuk pada suatu cara dimana
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan
BAB II DASAR EORI 2.1 eori Dasar SDH Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada sistem transmisi sinkron yang ditetapkan oleh CCI (IU). Sebelum kemunculan SDH,
Lebih terperinciMODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh :
MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciSISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)
SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.) Oleh : Medi Kartika Putri NIM : 612005020 Tugas Akhir Untuk melengkapi syarat-syarat
Lebih terperinciPengertian Multiplexing
Pengertian Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer
Lebih terperinciMODUL-9 SDH (Synchronous Digital Hierarchy)
MODUL-9 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Penjelasan Hirarki sinkronisasi digital (SDH) dan sinkronis jaringan optik (SONET) mengacu kepada sekelompok kecepatan transmisi serat optik yang dapat membawa
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai dengan kemajuan teknologi dalam bidang telekomunikasi dunia yang sedang maju serta pengaruh era globasasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciPERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)
PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) Disusun Oleh : Hafidudin,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prodi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom 2015 Perencanaan Jarlokaf
Lebih terperinciTRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi
TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Surawan Adi Putra 1, Dwi Astharini 1, Syarifuddin Salmani 2 1 Departemen Teknik Elektro, Universitas Al Azhar Indonesia,
Lebih terperinciSistem Transmisi Modulasi & Multiplexing
Sistem Transmisi Modulasi & Multiplexing Konsep Sinyal Sinyal informasi tidak dapat bergerak sendiri pada jarak yang jauh. Misalkan anda bicara, apa sinyal suara anda bisa sampai ke jakarta dengan sendirinya?
Lebih terperinciadalah pengiriman data melalui sistem transmisi elektronik dengan komputer adalah hubungan dua atau lebih alat yang membentuk sistem komunikasi.
Sistem Informasi Akuntansi Data Communication adalah pengiriman data melalui sistem transmisi elektronik dengan komputer Jaringan kerja atau (network) adalah hubungan dua atau lebih alat yang membentuk
Lebih terperinciLatihan Soal dan Pembahasan SOAL A
Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A 1. Jelaskan jenis-jenis modulasi digital? 2. Apa keuntungan modulasi FM jika dibandingkan dengan modulasi AM? 3. Sebutkan interface mux SDH dan dapan menampung sinyal
Lebih terperinciMULTIPLEXING DE MULTIPLEXING
MULTIPLEXING DE MULTIPLEXING Adri Priadana ilkomadri.com MULTIPLEXING DAN DEMULTIPLEXING MULTIPLEXING Adalah teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi.
Lebih terperinciDAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR SINGKATAN...
ABSTRAK Perkembangan teknologi telekomunikasi yang berlangsung sangat pesat menuntut perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi untuk dapat memenuhi kebutuhan para pelanggannya akan pelayanan jasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbeda dengan kabel metalik, kabel serat optik ukurannya kecil, + 3 cm,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Serat Optik Berbeda dengan kabel metalik, kabel serat optik ukurannya kecil, + 3 cm, dan lebih ringan sehingga instalasi kabel serat optik dapat dilakukan melalui beberapa span
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)
BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON) Pada bab ini akan dibahas analisis parameter teknis yang berkaitan dengan penerapan passive splitter pada jaringan
Lebih terperinciBAB VI MULTIPLEXING. frequency-division multiplexing (FDM), paling umum dipakai untuk radion atau TV
BAB VI MULTIPLEXING Dua stasiun komunikasi tidak akan memakai kapasitas penuh dari suatu data link untuk efisiensi, karena itu sebaiknya kapasitasnya dibagi. Pembagian ini diistilahkan sebagai multiplexing.
Lebih terperinciBAB II TEORI PENUNJANG
BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi
Lebih terperinciMULTIPLEXING. Frequency-division Multiplexing (FDM)
MULTIPLEXING Multiplexing merupakan rangkaian yang memiliki banyak input tetapi hanya 1 output dan dengan menggunakan sinyal-sinyal kendali, kita dapat mengatur penyaluran input tertentu kepada outputnya,
Lebih terperinciTeknik Operasional PCM 30
KODE MODUL TS.010 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SUITSING Teknik Operasional PCM 30 BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH
Lebih terperinciPERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu
Lebih terperinciMULTIPLEXING. Jajang Kusnendar/Komdat Halaman 1 3/25/2010
MULTIPLEXING Agar menggunakan saluran telekomunikasi menjadi lebih efisien lagi, dipergunakan beberapa bentuk multiplexing. Multiplexing memungkinkan beberapa sumber tranmisi membagi kapasitas transmisi
Lebih terperinci1.2 Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan yang perlu dirumuskan untuk akhirnya dapat
Analisis Distorsi Pentransmisian Sinyal PCM (Pulse Code Modulation) 30/32 Pada Saluran Telepon Tetap Yang Berperilaku Sebagai LPF (Low Pass Filter). Oleh: Sigit Kusmaryanto, Ir, M.Eng Diketahui bahwa saluran
Lebih terperinciABSTRAK. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
ABSTRAK Suatu hal yang paling menjanjikan untuk jaringan masa depan yaitu jaringan wavelength division multiplexing (WDM) terutama ketika diperlukan lebar pita yang cukup besar. Kapasitas transmisi dari
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java
Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java Oleh : Fandi Yusuf Nugroho (L2F008121) Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciPoliteknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 1 DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi Prima Kristalina (Desember 2014) 2 Overview Latar Belakang Kondisi Jarlokat saat ini Konsep Dasar DSL Teknik
Lebih terperinciModul 3 Teknik Switching dan Multiplexing
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing Prima Kristalina PENS (November 2014) 1. Teknik Switching a. Circuit-Switching dan Packet-Switching b.jenis sambungan pada
Lebih terperinciBAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini
BAB II JARINGAN PSTN 2.1 Umum Jaringan VoIP pada dasarnya pengembangan dari jaringan telepon konvensional atau yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini menghubungkan
Lebih terperinciKomputer host hanya butuh satu port I/O untuk banyak terminal Hanya satu line transmisi yang dibutuhkan.
BAB 6 MULTIPLEXING Dalam bab 5, telah dibahas teknik efisiensi penggunaan data link pada beban yang berat. Sekarang pertimbangkan problem sebaliknya. 2 stasiun komunikasi tidak akan memakai kapasitas penuh
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN ANALISIS TRANSPORT OAN (OPTICAL ACCESS NETWORK) SIEMENS DI DAERAH SENTRAL DAGO ABSTRAK
PERANCANGAN DAN ANALISIS TRANSPORT OAN (OPTICAL ACCESS NETWORK) SIEMENS DI DAERAH SENTRAL DAGO Yanti / 0622120 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no.65, Bandung,
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM
PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM Nurul Kholifah 1), Maria Ulfah, S.T.,M.T 2) 1),2) Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan,
Lebih terperinciPERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT
2014, No.69 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TROPOSCATTER PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT TROPOSCATTER
Lebih terperinciMODUL 5 MULTIPLEXING
MODUL 5 MULTIPLEXING TIME DIVISION MULTIPLEXING (TDM) Dalam Frekuensi Division Multiplexing, semua sinyal beroperasi pada waktu yang sama dengan frekuensi yang berbeda, tetapi dalam Time Division Multiplexing
Lebih terperinciANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN
ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN Muhammad Fachri, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciTeknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa
Lebih terperinciFaktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver
Version 1.1.0 Faktor Rate data Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Kecepatan Transmisi Bit : Binary Digit Dalam transmisi bit merupakan pulsa listrik negatif
Lebih terperinciANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL SKRIPSI LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN
ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL SKRIPSI LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN 060801024 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTopologi Jaringan Transport Optik
KARYA ILMIAH Topologi Jaringan Transport Optik OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 2007 Topologi Jaringan Transport Optik A. Pendahuluan Perkembangan dan trend trafik
Lebih terperinciANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY
ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi yang semakin cepat dan pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan masyrakat akan layanan akses komunikasi yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Data Komunikasi data merupakan transmisi data elektronik melalui sebuah media. Media tersebut dapat berupa kabel tembaga, fiber optik, radio frequency dan microwave
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY
TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Lebih terperinciTEKNOLOGI JARINGAN AKSES
TEKNOLOGI JARINGAN AKSES Digital Line Carrier atau Pair Gain DLC memungkinkan penggunaan 1 pair kabel untuk beberapa pelanggan, misalnya 1 line untuk 8 pelanggan. Perbedaan UDLC dan IDLC Teknologi DLC
Lebih terperinciBAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)
BAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) 2.1 Umum SDH merupakan suatu standar transmisi optik sinkron yang dapat digunakan sebagai interface untuk berbagai
Lebih terperinciPengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) Apabila Kita memperhatikan perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini, maka hampir dapat dipastikan perkembangan yang paling pesat dalam teknologi
Lebih terperinciPokok Bahasan 6. Multiplexing
Pokok Bahasan 6 Multiplexing Pokok Bahasan 6 Pokok Bahasan Multiplexing Sub Pokok Bahasan FDM, TDM Transmultiplexing Kompetensi Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan berbagai hal tentang
Lebih terperinciBAB IV SINYAL DAN MODULASI
DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN DAN SIMULASI
BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI Pada bab ini pembahasan yang akan dijelaskan meliputi simulasi pemodelan jaringan yang di-design menggunakan software optisystem. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar
Lebih terperinci