PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI"

Transkripsi

1 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 1

2 BUPATI BULELENG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rakhmat-nya sehingga Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 merupakan wujud akuntabilitas publik Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Laporan ini menyediakan informasi kondisi lingkungan hidup, tekanan terhadap lingkungan hidup, dan respons masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan berbagai pihak lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Laporan ini disusun terdiri atas tiga Bab. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, memuat kondisi: Sumber Daya Alam (Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut, pesisir, dan pantai, Iklim) dan Bencana alam. Bab II Tekanan terhadap Lingkungan, yang menyajikan: Demografi, Demografi Sosial, Sosial Ekonomi, dan Sumber Pencemaran. Bab III Upaya Pengelolaan Lingkungan, yang menyajikan: Rehabilitasi Lingkungan, Amdal, Penegakan Hukum, Peran Serta Masyarakat, Kelembagaan, dan Respons lain yang Diperlukan atas Kondisi dan Tekanan terhadap Lingkungan Hidup. Laporan ini juga dilengkapi dengan Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 yang dijilid secara terpisah. Tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ini berkat kerjasama dan bantuan berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun swasta. Kepada yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami semoga Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2010 ini dapat dijadikan salah satu sarana penilaian keberhasilan penyelenggaraan Tata Praja Lingkungan Hidup. Singaraja, Desember 2010 BUPATI BULELENG DRS. PUTU BAGIADA, MM Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... PENDAHULUAN... Halaman BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA... I-1 A. Lahan dan Hutan... I-1 A.1. Penggunaan Lahan Utama... I-1 A.2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Status... I-3 A.3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya... I-4 A.4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan dan Luar Kawasan Hutan... I-8 A.5. Lahan Kritis... I-10 A.6. Kerusakan Hutan... I-14 A.7. Konversi Hutan... I-15 A.8. Luas Hutan Tanaman Industri... I-15 B. Keanekaragaman Hayati.... I-16 B.1. Jumlah Spesies Flora dan Fauna... I-16 B.2. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi... I-17 C. Air... I-18 C.1. Air Sungai... I-19 C.2. Air Danau/Waduk/Situ/Embung... I-21 C.3. Kualitas`Air Sungai... I-22 C.4. Kualitas Air Danau/Situ/Embung... I-26 C.5. Kualitas Air Sumur I-29 D. Udara... I-31 D.1. Kualitas Udara Ambien I-31 D.2. Kualitas Air Hujan... I-33 E. Laut, Pesisir dan Pantai... I-33 E.1. Kualitas Air Laut... I-34 E.2. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang... I-35 E.3. Luas dan Kerusakan Padang Lamun... I-37 ii iii vii xiv xvi Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 3

4 E.4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove... I-37 F. Iklim... I-39 F.1. Curah Hujan... I-39 F.2. Suhu Udara... I-40 G. Bencana Alam... I-40 G.1. Bencana Banjir.. I-40 G.2. Bencana Kekeringan I-42 G.3. Bencana Tanah Longsor.. I-43 G.4. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan.. I-43 G.5. Bencana Alam Gempa Bumi dan Gelombang Pasang. I-44 BAB II. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN... II-1 A. Kependudukan... II-1 A.1. Jumlah, Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk... A.2. Komposisi Penduduk... A.3. Migrasi Penduduk... A.4. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut... A.5. Penduduk Menurut Golongan Umur, Status Pendidikan dan Pendidikan Tertinggi... A.6. Rasio Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Jumlah Sekolah... B. Permukiman... II-10 B.1. Rumah Tangga Miskin... B.2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Lokasi Tempat Tinggal... B.3. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum. B.4. Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pembuangan Sampah... B.5. Jumlah Rumah Tangga Menurut Tempat Buang Air Besar... B.6. Jumlah Rumah Tangga dan Prakiraan Timbulan Sampah... II-1 II-3 II-4 II-5 II-6 II-9 II-11 II-12 II-12 II-13 II-14 II-16 C. Kesehatan... II-16 C.1. Perempuan Usia Subur, Jumlah Anak Lahir dan Jumlah Anak Masih Hidup... C.2. Jumlah Kematian... C.3. Jenis Penyakit Utama Diderita Penduduk... II-16 II-17 II-18 D. Pertanian... I-20 D.1. Lahan Sawah, Frekuensi Penanaman dan Produksi... D.2. Tanaman Palawija... II-20 II-20 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 4

5 D.3. Tanaman Perkebunan. D.4. Penggunaan Pupuk. D.5. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian... D.6. Peternakan... D.7. Emisi Gas Metan (CH 4 ) dari Lahan Sawan dan Peternakan... D.8. Emisi Gas CO 2 dari Pupuk. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 5 II-21 II-23 II-24 II-25 II-27 II-30 E. Industri... II-30 E.1. Skala Usaha Industri... E.2. Limbah Cair Industri... II-30 II-32 F. Pertambangan... II-34 G. Energi... II-35 G.1. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar... G.2. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi.... II-35 II-37 H. Transportasi... II-38 H.1. Panjang Jalan... H.2. Sarana Terminal Penumpang Umum... H.3. Limbah Padat dari Sarana Transportasi... II-38 II-39 II-40 I. Pariwisata... II-41 I.1. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas Kawasan... I.2. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar dan Tingkat Hunian... I.3. Limbah Pariwisata... I.4. Beban Limbah Cair dan Padat dari Hotel... II-41 II-42 II-45 II-46 J. Limbah B3... II-50 J.1. Industri Penghasil Limbah B3... J.2. Perusahaan Berizin Mengelola dan Mengangkut Limbah B3... II-50 II-50 BAB III. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN... III-1 A. Rehabilitasi Lingkungan... III-1 B. Amdal... III-3 C. Penegakan Hukum... III-5 D. Peran Serta Masyarakat... III-5 D.1. Lembaga Swadaya Masyarakat... D.2. Penerimaan Penghargaan Lingkungan Hidup... III-6 III-7

6 D.3. Kegiatan Penyuluhan, Pelatihan, Workshop dan Seminar Lingkungan... D.4. Kegiatan Fisik Perbaikan Lingkungan... E. Kelembagaan... III-9 E.1. Produk Hukum... E.2. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup... E.3. Sumberdaya Manusia F. Respon yang Diperlukan atas Kondisi dan Tekanan terhadap Lingkungan Hidup... F.1. Agenda Penangulangan Kemiskinan... F.2. Agenda Pengelolaan Lahan Kritis... F.3. Agenda Penanganan Penurunan Keanekaragaman Hayati... F.4. Agenda Pengelolaan Penyediaan Air Bersih... F.5. Agenda Penanganan Pencemaran Air... F.6. Agenda Penanganan Pencemaran Udara... F.7. Agenda Penanganan Abrasi Pantai... F.8. Agenda Penanganan Kerusakan Terumbu Karang... F.9. Agenda Penanganan Bencana Banjir dan Longsor... F.10. Agenda Penanganan Sanitasi Lingkungan... F.11. Agenda Penanganan Masalah Sampah... F.12. Agenda Penanganan Emisi Gas Rumah Kaca... III-8 III-9 III-10 III-10 III-11 III-12 III-13 III-14 III-15 III-16 III-16 III-17 III-17 III-18 III-19 III-19 III-20 III-20 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 6

7 DAFTAR TABEL Halaman BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di Kabupaten Buleleng Tahun I-3 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status di Kabupaten Buleleng Tahun I-4 Tabel SD-3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya... I-6 Tabel SD-4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan... I-9 Tabel SD-5. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Buleleng... I-12 Tabel SD-5A. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air di kabupaten Buleleng tahun I-13 Tabel SD-5B Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering di Kabupaten Buleleng Tahun I-13 Tabel SD-5C Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah... I-13 Tabel SD-6. Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya di Kabupaten Buleleng Tahun I-14 Tabel SD-7. Konversi Hutan menurut Peruntukan di Kabupaten Buleleng tahun I-15 Tabel SD-8. Luas Hutan Tanaman Industri di kabupaten Buleleng Tahun I-16 B. Keanekaragaman Hayati Tabel SD-9. Jumlah Spesies Flora dan Fauna yang Diketahui dan Dilindungi... I-17 Tabel SD-10. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi di Kabupaten Buleleng Tahun I-17 C. Air Tabel SD-11. Inventarisasi Sungai di kabupaten Buleleng... I-19 Tabel SD-12. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten Buleleng Tahun I-22 Tabel SD-13. Kualitas Air Sungai di Kabupaten Buleleng tahun I-23 Tabel SD-14. Kualitas Air Danau/Situ/Embung di Kabupaten Buleleng Tahun I-27 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur di Kabupaten Buleleng Tahun I-29 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 7

8 D. Udara Tabel SD-16 Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Buleleng Tahun I-32 Tabel SD-17 Kualitas Air Hujan di Kabupaten Buleleng Tahun I-33 E. Laut, Pesisir dan Pantai Tabel SD-18. Kualitas Air Laut di Kabupaten Buleleng tahun I-34 Tabel SD-19. Tabel SD-20. Tabel SD-21. F. Iklim Tabel SD-22. Tabel SD-23. G. Bencana Alam Tabel BA-1. Tabel BA-1A. Tabel BA-2. Tabel BA-3. Tabel BA-4. Tabel BA-5. Tabel BA-5A. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang di Kabupaten Buleleng Tahun I-36 Luas dan Kerusakan Padang Lamun di Kabupaten Buleleng Tahun I-37 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Buleleng Tahun I-38 Curah Hujan Rata-rata Bulanan di Kabupaten Buleleng tahun 2009 dan I-39 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Kabupaten Buleleng Tahun I-40 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun I-41 Bencana Banjir dan Jumlah Terkena Musibah di Kabupaten Buleleng Tahun I-41 Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan di Kabupaten Buleleng Tahun I-42 Bencana Tanah Longsor, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun I-43 Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun I-44 Bencana Alam Gempa Bumi, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahu I-46 Bencana Gelombang Pasang, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun I-46 BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun Tabel DE-2. Penduduk Laki-laki menurut Kecamatan, dan Golongan Umur di Kabupaten Buleleng Tahun Tabel DE-3. Penduduk Perempuan menurut Kecamatan, dan Golongan Umur di Kabupaten Buleleng Tahun II-2 II-3 II-4 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 8

9 Tabel DE-4. Tabel DE-5. Tabel DS-1. Tabel DS-2. Tabel DS-3. Tabel DS-4. Tabel DS-5. Tabel DS-5A. B. Permukiman Migrasi Selama Hidup Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut di Kabupaten Buleleng Tahun Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun Penduduk Perempuan Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Buleleng Tahun Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Buleleng Tahun Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Buleleng tahun Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Jumlah Madrasah Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan... II-5 II-6 II-7 II-8 II-8 II-9 II-10 II-10 Tabel SE-1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Buleleng... II-11 Tabel SE-2. Jumah Rumah Tangga menurut Lokasi Tempat Tinggal di Kabuaten Buleleng Tahun II-12 Tabel SE-3. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Buleleng Tahun II-13 Tabel SP-1. Jumlah Rumah Tangga dan menurut Cara Pembuangan Sampah di Kabupaten Buleleng Tahun II-13 Tabel SP-2. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar... II-15 Tabel SP-3. Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tanki Septik di Kabupaten Buleleng Tahun II-15 Tabel SP-4. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Bulleng Tahun II-16 C. Kesehatan Tabel DS-6. Tabel DS-7. Tabel DS-7A Jumlah Pasangan Usia Subur, Jumlah Anak Lahir Hidup, dan Jumlah Anak Masih Hidup menurut Golongan Umur Ibu di Kabupaten Buleleng Tahun II-17 Jumlah Kematian dalam Setahun Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun II-18 Jumlah Kematian Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun II-18 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 9

10 Tabel DS-8. Tabel SP-5. D. Pertanian Tabel SE-4. Tabel SE-5. Tabel SE-6. Tabel SE-6A. Tabel SE-7. Tabel SE-8. Tabel SE-9. Tabel SE-10. Tabel SE-11. Tabel SP-6. Tabel SP-7. Tabel SP-7A. Tabel SP-7B. Tabel SP-8. E. Industri Tabel SE-12. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk di Kabupaten Buleleng Tahun Perkiraan Volume Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit... II-19 II-19 Luas Lahan Sawah menurut Frekuensi Penanaman, dan Produksi per Hektar Tahun II-20 Produksi Tanaman Palawija menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Buleleng Tahun II-21 Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Besar dan Rakyat menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Buleleng Tahun II-22 Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Besar dan Rakyat menurut Jenis Tanaman Lainnya... II-22 Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Perkebunan menurut Jenis Pupuk di Kabupaten Buleleng Tahun II-23 Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija menurut Jenis Pupuk di Kabupaten Buleleng Tahun II-24 Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Buleleng Tahun II-25 Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun II-26 Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas di Kabupaten Buleleng Tahun II-27 Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah di Kabupaten Buleleng Tahun II-27 Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Kegiatan Peternakan di Kabupaten Buleleng Tahun II-28 Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) Hewan Ternak menurut Jenis Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun II-29 Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) Hewan Unggas menurut Jenis Unggas di Kabupaten Buleleng Tahun II-29 Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Penggunaan Pupuk Urea di Kabupaten Buleleng Tahun II-30 Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Menengah dan Besar... II-31 Tabel SE-13. Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Kecil... II-33 Tabel SP-9. Perkiraan Beban Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan Besar di Kabupaten Buleleng Tahun II-33 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 10

11 Tabel SP-9A. Perkiraan Kandungan Limbah Cair pada Titik Pantau dari Industri Skala Menengah dan Besar di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 II-33 Tabel SP-10. F. Pertambangan G. Energi Tabel SE-14 Tabel SE-15 Tabel SE-16. Tabel SE-17. Tabel SE-18. Tabel SE-19. Tabel SP-11. H. Transportasi Perkiraan Beban Emisi dari Industri Skala Kecil di Kabupaten Buleleng Tahun Luas Areal dan Produksi Pertambangan menurut Jenis Bahan Galian di Kabupaten Buleleng Tahun Luas Areal Pertambangan Rakyat menurut Jenis Bahan Galian di Kabupaten Buleleng Tahun Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Buleleng Tahun Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) dan Ratarata Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Buleleng Tahun Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Sektor Industri menurut Jenis Bahan Bakar di Kabupaten Buleleng Tahun Jumlah Rumah Tangga dan Penggunaan Bahan Bakar untuk Memasak di Kabupaten Buleleng Tahun Perkiraan Emisi CO2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kabupaten Buleleng Tahun II-33 II-34 II-34 II-35 II-36 II-36 II-37 II-38 Tabel SE-20. Panjang Jalan menurut Kewenangan di Kabupaten Buleleng Tahun II-38 Tabel SE-21. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum di Kabupaten Buleleng Tahun II-39 Tabel SE-22. Sarana Pelabuhan Laut, Sungai, dan Danau di Kabupaten II-40 Buleleng Tahun Tabel SE-23. Sarana Pelabuhan Udara di Kabupaten Buleleng... II-40 Tabel SP-12. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Sarana Transportasi di Kabupaten Buleleng Tahun II-41 I. Pariwisata Tabel SE-24. TabelSE-24A. Tabel SE-25. Tabel SP-13. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung, dan Luas Kawasan di Kabupaten Buleleng Tahun Nama, Lokasi, dan Luas Kawasan Pariwisata di Kabupaten Buleleng... Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar, dan Tingkat Hunian di Kabupaten Buleleng Tahun Perkiraan Volume Limbah padat dari Obyek Wisata di Kabupaten Buleleng Tahun II-41 II-42 II-43 II-46 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 11

12 BAB III Tabel SP-14. J. Limbah B3 Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dan Volume Limbah Padat dari Hotel di Kabupaten Buleleng Tahun II-47 Tabel SP-15. Perusahaan Penghasil Limbah B3 di Kabupaten Buleleng Tahun II-50 Tabel SP-16. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 di Kabupaten Buleleng Tahun II-51 Tabel SP-17. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengangkut Limbah B3 di Kabupaten Buleleng Tahun II-51 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitasi Lingkungan Tabel UP-1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penghijauan di Kabupaten Buleleng Tahun III-2 Tabel UP-2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi di Kabupaten Buleleng Tahun III-2 Tabel UP-3. Kegiatan Fisik Lainnya di Kabupaten Buleleng Tahun III-3 B. Amdal Tabel UP-4. Rekomendasi Amdal/UKL/UPL di Kabupaten Buleleng Tahun III-4 Tabel UP-5. Pengawasan Pelaksanaan UKL/UPL di Kabupaten Buleleng Tahun III-4 C. Penegakan Hukum Tabel UP-6. Pengaduan Masalah Lingkungan di Kabupaten Buleleng Tahun III-5 Tabel UP-7. Status Pengaduan Masyarakat di Kabupaten Buleleng Tahun III-6 D. Peran Serta Masyarakat Tabel UP-8. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Buleleng... III-6 Tabel UP-9. Penerima Penghargaan Lingkungan Kabupaten Buleleng Tahun III-7 Tabel UP-10. Kegiatan Penyuluhan Lingkungan di Kabupaten Bulelng Tabel UP-11. E. Kelembagaan Tabel UP-12. Tabel UP-13. Tahun Kegiatan Fisik Perbaikan Kualitas Lingkungan Oleh Masyarakat Tahun Produk Hukum Bidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup... Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten di Buleleng Tahun 2009 dan III-9 III-9 III-10 III-11 Tabel UP-14. Tabel UP-15. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Bulelng... Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan di Kabupaten Buleleng... III-12 III-13 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 12

13 A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat dan penggunaan Sumber Daya Alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang cenderung eksploitatif merupakan tantangan terbesar bagi daerah yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam mejaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Jumlah penduduk yang terus meningkat disertai penggunaan Sumber Daya Alam berlebihan dapat menjadi tekanan yang besar bagi lingkungan. Kabupaten Buleleng sebagai daerah yang sedang giat-giatnya membangun juga menghadapi tantangan itu. Dengan luas wilayah Ha atau 24,25% dari luas wilayah Provinsi Bali dan memiliki penduduk jiwa pada tahun 2009 (Buleleng Dalam Angka, 2010), Kabupaten Buleleng berkomitmen mengelola dinamika kependudukan dan kelestarian Sumber Daya Alam guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat. Komitmen tersebut tergambar melalui visi Kabupaten Buleleng. Visi Kabupaten Buleleng sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah Terwujudnya Peningkatan Kepercayaan dan Kesejahteraan Masyarakat Buleleng yang Dilandasi Falsafah Tri Hita Karana. Muara dari semua upaya pembangunan di Kabupaten Buleleng adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Agar upaya pembangunan mendapat dukungan masyarakat maka perlu adanya kepercayaan. Landasan Falsafah Tri Hita Karana (tiga hal penyebab kebahagiaan), menghendaki adanya keserasian relasi antara manusia dengan Tuhan, relasi manusia dengan sesama manusia (lingkungan sosial), dan relasi manusia dengan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 13

14 alam semesta (lingkungan alam). Visi Kabupaten Buleleng itu sejalan dengan pembangunan berwawasan lingkungan. Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan, unsur konservasi dan pelestarian lingkungan hidup harus dimasukkan ke dalam kerangka proses pembangunan. Hal ini mengisyaratkan pembangunan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan jika dalam perencanaannya didasarkan atas data dan informasi lingkungan hidup daerah yang tepat dan akurat. Dengan maksud tersebut maka setiap tahun Kabupaten Buleleng menyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) yang diarahkan sebagai sumber data dan informasi bagi para pengambil keputusan dalam merancang kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, dan bagi masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan ataupun mengajak masyarakat untuk memikirkan betapa pentingnya lingkungan kita dan bertindak secara bersama untuk mencegah kerusakan lingkungan B. Tujuan Penulisan Laporan Tujuan penyusunan laporan status lingkungan hidup Kabupaten Buleleng sejalan dengan tujuan penyusunan laporan status linngkungan hidup Provinsi Bali, yaitu : 1. Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek dan daya dukung serta daya tampung lingkungann hidup daerah. 2. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik. 3. Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada), Program Pembangunan Daerah (Propeda), dan kepentingan penanaman modal (investasi). 4. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana public untuk melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah, dan sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan pemerintah. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 14

15 C. Metode Penyusunan Laporan Penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng ini metode penyusunan dengan model Tekanan (Pressure), Kondisi menggunakan (State),Tanggapan (Response) (P-S-R). Model ini merupakan suatu analisis yang menggunakan tekanan yang terjadi pada lingkungan sebagai sebab akibat dari kegiatan manusia yang mempunyai efek terhadap perubahan kondisi/keadaan lingkungan dan tanggapan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka penanggulangan/pemulihan kondisi tersebut. Pendekatan ini menyediakan sistem informasi sosio ekonomi, lingkungan dan sumber daya alam, kualitas lingkungan dan respon bagi para pemangku kepentingan dalam membuat suatu kebijaksanaan lingkungan. D. Isu-isu Lingkungan Hidup D.1. Isu-isu Lingkungan Hidup Tingkat Nasional dan Global Indonesia sebagai negara berdaulat sekaligus merupakan bagian dari pergaulan manca negara saat ini menghadapi berbagai tantangan strategis dan politis baik yang bersifat nasional maupun global. Secara nasional, Indonesia harus menuntaskan berbagai program strategis seperti: (1) otonomi daerah dan implikasinya, (2) pengembangan kemaritiman/sumber daya kelautan, (3) pengembangan kawasan tertinggal untuk pengentasan kemiskinan dan krisis ekonomi, (4) penanganan lahan kritis, (5) daur ulang hidrologi, dan (6) pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan energi masyarakat. Tantangan yang bersifat global antara lain: (1) globalisasi ekonomi, (2) penanganan kawasan perbatasan antar negara dan sinkronisasinya, (3) terorisme, dan (4) pemanasan global (global warming). Khusus untuk pemanasan global, Indonesia dituding sebagai salah satu kontributor besar gas rumah kaca (GRK) karena luasnya kerusakan hutan dan lahan, serta jumlah penduduk yang besar. Indonesia juga menjadi salah satu negara tumpuan penurunan suhu bumi dalam jangka panjang melalui pemulihan kondisi hutan dan lahannya. Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi karena meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrooksida (NO 2 ) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 15

16 Dampak pemanasan global bersifat luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik maupun sosial ekonomi masyarakat. Dampak terhadap lingkungan bio-geofisik antara lain dalam bentuk pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, kerusakan sempadan sungai dan pantai, perluasan gunung pasir, perubahan iklim (climate change), anomali iklim, langka bahkan punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, pencemaran air, dan sebagainya. Sedangkan dampak bagi kegiatan sosial-ekonomi masyarakat antara lain: (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi sarana dan prasarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara, (c) gangguan terhadap pemukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) meningkatkan jumlah lahan kritis, (f) penurunan kualitas air, dan sebagainya. Pemanasan global merupakan permasalahan internasional yang perlu penanganan terpadu pada tingkat lokal (kabupaten), regional (provinsi), nasional maupun internasional. Salah satu bentuk penanganan tingkat lokal adalah melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan memerlukan ketersediaan data, keakuratan analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif tentang sumber daya alam. D.2. Isu-isu Lingkungan Hidup Lokal Isu-isu lingkungan hidup pada tingkat lokal adalah isu-isu lingkungan hidup pada kurun waktu tahun 2010 di Kabupaten Buleleng. Isu-isu lingkungan hidup dimaksud meliputi: (1) isu-isu lingkungan hidup utama, dan (2) isu-isu lingkungan hidup lainnya, sebagai berikut. 1. Isu-isu Lingkungan Hidup Utama Isu-isu lingkungan hidup utama merupakan isu-isu lingkungan hidup di Kabupaten Buleleng yang perlu segera ditangani yang mencakup isu-isu berikut. a) Kemiskinan Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten Buleleng masih cukup tinggi, yaitu RTM. Jika dibandingkan data tahun 2005 sebanyak RTM, jumlah rumah tangga miskin memang telah mengalami penurunan sebesar 5,68% atau sekitar RTM, namun jumlahnya masih cukup tinggi sehingga perlu penanganan serius. Masalah kemiskinan sangat berkaitan dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang rusak tidak Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 16

17 mampu memberi dukungan bagi penduduk yang hidup di dalamnya sehingga dapat menyebabkan penduduk menjadi miskin. Sebaliknya penduduk yang miskin tidak mampu menyediakan sarana sanitasi lingkungan sehingga berpotensi melakukan pencemaran lingkungan. Penduduk miskin juga potensial merusak lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, betapapun kecil kemampuannya merusak lingkungan, tetapi kalau jumlah mereka banyak maka kerusakan yang ditimbulkannya juga menjadi banyak. Oleh karena itu, penduduk miskin perlu segera ditangani karena muara dari semua upaya pembangunan adalah menghapuskan kemiskinan. Selain itu penanganan segera isu kemiskinan ini perlu dilakukan karena ada kecenderungan meningkat jumlahnya di Kabupaten Buleleng. Penanganan segera isu ini baik dilakukan dari sisi pendataan untuk memperoleh data yang akurat, dan mendapatkan upaya yang paling tepat untuk penanggulangannya. b) Lahan Kritis Lahan kritis merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia atau biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah pengaruhnya. Luas lahan kritis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 mencapai Ha atau 69,74% luas wilayah Kabupaten Buleleng. Lahan kritis dimaksud mencakup semua kategori kekritasan lahan (sangat kritis, kritis, agak kritis dan potensial kritis), dan terdapat baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Isu lahan kritis perlu ditangani segera karena terkait dengan keberadaan orang miskin. Jika dibiarkan bisa sebagai pemacu kemiskinan alamiah di kalangan petani. Luas lahan kritis di Kabupaten Buleleng tampaknya memang berkaitan dengan jumlah Rumah Tangga Miskin, seperti dapat disimak pada table berikut. Tabel 1-1. Luas Lahan Kritis dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Luas (Ha)*) Jumlah RTM 1. Gerokgak , Seririt , Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 17

18 3. Busungbiu 7.549, Banjar , Sukasada 7.466, Buleleng Sawan 3.138, Kubutambahan 8.615, Tejakula 8.375, Jumlah , Keterangan : *) Mencakup Semua Lahan di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Buleleng (2010) Kemiskinan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tidak semata faktor alam. Tetapi, faktor alam misalnya lahan yang tidak subur atau kritis tidak mampu secara optimal memberi dukungan bagi kehidupan sehingga dapat menyebabkan kemiskinan penduduk yang hidup di atasnya. Pada Tabel 1.1 di atas dapat disimak, lahan kritis terluas di Kabupaten Buleleng ada di Kecamatan Grokgak. Jumlah Rumah Tangga Miskin pada tingkat kecamatan terbanyak juga terdapat di Kecamatan Grokgak. Jumlah Rumah Tangga Miskin paling sedikit terdapat di Kecamatan Sawan yang ternyata memiliki lahan kritis paling sempit. Sementara di Kecamatan Buleleng meskipun tidak terdapat lahan kritis namun jumlah Rumah Tangga Miskin relatif besar. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kepadatan penduduk di Kecamatan Buleleng yang paling padat di antara kecamatan yang ada, dengan sumber mata pencaharian yang sangat beragam. Pengaruh lahan kritis terhadap kemiskinan sebagaimana dijelaskan di atas masih merupakan indikatif, sehingga diperlukan adanya pengkajian lebih lanjut yang melibatkan berbagai variabel lain yang terkait. 2. Isu-isu Lingkungan Hidup Lainnya Selain persoalan kemiskinan dan lahan kritis yang merupakan isu-isu lingkungan hidup utama, di Kabupaten Buleleng juga muncul isu-isu lingkungan hidup lainnya yang terjadi pada media lahan dan hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, pesisir, laut dan pantai, dan lingkungan pemukiman, yang juga memerlukan penanganan. Secara langsung maupun tidak langsung, penanganan isu-isu lainnya terkait dan bisa memberi kontribusi pada isu-isu lingkungan hidup utama. Isu-isu lainnya yang ada di Kabupaten Buleleng meliputi isu-isu sebagai berikut. 1) Degradasi lahan dan hutan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 18

19 2) Penyediaan air bersih 3) Banjir dan longsor 4) Erosi dan sedimentasi 5) Pencemaran air 6) Pencemaran udara 7) Penurunan keanekaragaman hayati 8) Abrasi pantai 9) Kerusakan terumbu karang 10) Sanitasi lingkungan 11) Masalah sampah Isu-isu lingkungan hidup itu selain dikonfirmasi oleh data yang tersedia pada tahun 2010, juga didasarkan fakta-fakta lapangan yang mengindikasikan terjadinya isu-isu lingkungan hidup tersebut. Isu-isu lingkungan hidup baik isu global, nasional maupun lokal memerlukan penanganan yang simultan dan terpadu antar sektor. Pada tahap awal perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor dan kegiatan yang berpotensi memberikan tekanan terhadap lingkungan hidup. Faktor-faktor dan kegiatan tersebut antara lain kependudukan, permukiman (terutama rumah tagga miskin), kesehatan, pertanian dalam arti luas, industri, pertambangan, energi, transportasi, pariwisata, dan kegiatan yang menghasilkan limbah B3. Kemiskinan dan lahan kritis merupakan isu penting di Kabupaten Buleleng. Kemiskinan dan lahan kritis sangat terkait erat, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan danitasi lingkungan yang buruk, pelayanan kesehatan yang kurang baik, kegiatan pertanian yang eksploitatif dan tidak ramah lingkungan, kegiatan industri yang mengabaikan pengelolaan lingkungan, boros penggunaan energi, dan lain sebagainya akan menurunkan kemampuan lingkungan mendukung aktivitas manusia agar berproduksi/berkarya secara maksimal (produktif). Biaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas semakin tinggi, semakin tidak sebanding dengan penghasilan yang menyebabkan kekuatan ekonomi masyarakat semakin menurun, bertambahlah akngka kemiskinan. Kabupaten Buleleng telah melakukan berbagai upaya untuk merespon berbagai tekanan lingkungan dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup semaksimal mungkin. Upaya yang telah dilakukan meliputi : (1) rehabilitasi lingkungan baik dengan melaksanakan reboisasi, penghijauan, maupun penerapan metode konservasi sipil teknis, Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 19

20 (2) melaksanakan Amdal, (3) penegaram supremasi hukum (pembuatan Perda tentang lingkungan dan penerapannya), (4) meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungn hidup, (5) meningkatkan penganggaran pengelolaan lingkungan dari APBD, dan (6) peningkatan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah dalam pengelolaan lingkungan. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 20

21 Pada dasarnya sumber daya alam merupakan potensi sumber daya yang terkandung dalam bumi (tanah), air dan udara yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia. Sumber daya alam seperti lahan dan hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, laut, pesisir dan pantai sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup sehingga kondisinya perlu selalu dipantau dan dijaga kelestariannya. Selian itu, faktor alam seperti iklim dan bencana alam berikut kecenderungannya juga perlu selalu dipantau untuk menentukan langkah-langkah penanaganannya. Kondisi sumber daya alam di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah sebagai berikut. A. Lahan dan Hutan Lahan dan hutan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menopang kehidupan. Lahan merupakan tempat berlangsungnya kehidupan, termasuk kehidupan ekosistem hutan. Sedangkan hutan adalah hamparan lahan dimana hidup sumber daya hayati yang didominasi oleh pepohonan yang dapat menciptakan iklim mikro wilayah sekitarnya. Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan bukan kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Demikian pentingnya lahan dan hutan hutan bagi kelangsungan makhluk hidup maka harus dijaga kelestariannya. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 21

22 A.1. Penggunaan Lahan Utama Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor penentu erosi yang bersifat dinamis. Penggunaan lahan sangat berkaitan dengan degradasi lahan yang merupakan masalah utama lingkungan dan isu penting dalam Konvensi PBB. Menurut FAO, definisi degradasi lahan adalah penurunan kapasitas produktif lahan secara temporal maupun permanen. Berdasarkan definisi ini, degradasi lahan berhubungan erat dengan kualitas tanah. Salah satu bentuknya adalah erosi tanah yang merupakan proses pemecahan dan transportasi tanah pada permukaan lahan oleh angin dan air yang dipengaruhi oleh faktor alam (energi hujan, materi induk tanah, kedalaman tanah, dan topografi) dan faktor antropologi. Dengan demikian erosi tanah adalah fungsi dari erosivitas dan erodibilitas tanah (kondisi fisik tanah, kondisi topografi dan tutupan vegetasi/penggunaan lahan). Erosi tanah merupakan salah satu bencana sumber daya alam, yang jika terjadi terus menerus akan memicu terjadinya bencana alam lain, seperti tanah longsor dan banjir. Penggunaan lahan utama di Kabupaten Buleleng tahun 2010 didominasi oleh lahan kering atau tegalan, yaitu seluas Ha atau 33,79% dari total luas wilayah kabupaten yang mencapai Ha. Penggunaan lahan yang cukup luas setelah lahan kering adalah hutan negara yaitu Ha (32,71%) dan perkebunan Ha (22,01%). Sedangkan sawah hanya menempati luasan Ha; 7,99% dari luas wilayah kabupaten (Gambar 1-1 dan Tabel SD-1). Gambar 1-1. Proporsi Penggunaan Lahan Utama di Kabupaten Buleleng Tahun ,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 0,00% Non Pertanian 7,99% Sawah 33,79% 22,01% 32,71% LahanPerkebunanHutan Kering Sumber : Diolah dari Data BPS Kabupaten Buleleng (2010) 3,50% Lainnya Perkebunan: salah satu penggunaan lahan utama Sawah: salah satu penggunaan lahan utama Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 22

23 Pada Tabel SD-1 diperlihatkan adanya peningkatan penggunaan lahan untuk pertanian lahan kering dari Ha pada tahun 2009 menjadi Ha tahun Hal ini terjadi karena lahan kering seluas 95 Ha yang tidak ditanami pada tahun 2009 telah ditanami pada tahun Tipe pertanian lahan kering atau tegalan pada umumnya memeliki tutupan vegetasi yang terbatas. Pertanian lahan kering harus dikelola dengan baik, dengan memperhatikan konsep-konsep konservasi agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi, terutama pada musim hujan. Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Luah Lahan (Ha) No. Kecamatan Non Sawah Lahan Perkebunanya***) Hutan**) Lain- Jumlah Pertanian*) Kering 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : *) Lahan marginal / lahan kering yang tidak ditanami; **) Hutan Negara; ***) Pekarangan / pemukiman dan lainnya Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010) Hutan negara di Kabupaten Buleleng seluas Ha atau 32,71% dari total luas wilayah kabupaten, tetap dapat dipertahankan pada tahun Luas hutan tersebut sudah memenuhi luasan ideal untuk optimalisasi manfaat lingkungan, sebagaimana diamanatkan pada Pasal 18 ayat (2) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan. A.2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Status Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedang kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 23

24 Luas kawasan hutan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 mencapai ,21 Ha, sama seperti pada tahun Dari luas tersebut, ,32 Ha (62,09%) diantaranya berupa hutan lindung. Sisanya berstatus sebagai Taman Nasional, Hutan Produksi (HP dan HPT), dan Taman Wisata. Kawasan hutan yang paling sempit difungsikan sebagai taman wisata, yaitu 948,65 Ha (Tabel SD-2). Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Fungsi Luas (Ha) 1. Cagar Alam 1.004,47 2. Suaka Margasatwa 0 3. Taman Wisata 948,65 4. Taman Buru 0 5. Taman Nasional ,89 6. Taman Hutan Raya 0 7. Hutan Lindung ,32 8. Hutan Produksi*) 1.524,00 9. Hutan Produksi Terbatas 3.207, Hutan Produksi Konservasi Hutan Kota 0 Jumlah ,21 Keterangan : *) Perubahan lahan perkebunan menjadi fungsi hutan Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010) A.3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya Kawasan lindung menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarahnya serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Luas kawasan lindung di wilayah Kabupaten Buleleng tahun 2010 menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah ,04 Ha (Tabel SD-3). Kawasan lindung di Kabupaten Buleleng meliputi: 1) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Luas kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya ,32 Ha. Sebagian besar (61,27%) merupakan kawasan resapan air ( Ha) yang seluruhnya dalam keadaan tertutup vegetasi. Sedangkan kawasan hutan lindung yang luasnya mencapai ,32 Ha; Ha diantaranya merupakan tanah terbuka. Secara bertahap perlu diupayakan agar jumlah tanah terbuka pada kawasan lindung Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 24

25 semakin berkurang. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), khususnya kegiatan vegetatif (reboisasi maupun penghijauan). 2) Kawasan Perlindungan Setempat Luas kawasan perlindungan setempat adalah ,60 Ha, terdiri dari: a) Sempadan Pantai, yaitu kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Luas sempadan pantai adalah 720 Ha (3,31%). b) Sempadan Sungai, yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas sempadan sungai adalah Ha (89,82%). c) Kawasan Sekitar Danau atau Waduk, yaitu kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk. Luas kawasan sekitar danau atau waduk di Kabupaten Buleleng adalah 1.491,6 Ha (6,87%). 3) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Perubahan luas yang signifikan tampak pada Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya (Tabel SD-3). Total luas menurut data tahun 2009 adalah ,3 Ha. Sedangkan pada tahun 2010 total luasan mencapai ,12 Ha atau 25,82% dari luas wilayah Kabupaten Buleleng. Perubahan tersebut disebabkan karena sudah dimasukannya kawasan suaka alam seluas Ha pada data tahun 2010 dan penyempurnaan data-data luasan oleh masing-masing pengelola kawasan tersebut. 4) Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana. Beberapa wilayah Kabupaten Buleleng tergolong rawan bencana banjir dan gelombang pasang. Luas kawasan rawan bencana banjir terlihat cenderung tetap, tetapi luas kawasan rawan gelombang pasang mengalami peningkatan dari Ha (21,5 Km) pada tahun 2009 menjadi Ha (33,5 Km) pada tahun Kabupaten Buleleng memiliki pantai sepanjang 144 Km yang beberapa bagian diantaranya rawan gelombang pasang. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 25

26 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 26 Tabel SD-3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya No Nama Kawasan Luas Kawasan (Ha) Tutupan Lahan (Ha) Vegetasi Area Terbangun Tanah Terbuka Badan Air (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Kawasan Lindung A. Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya 1. Kawasan Hutan Lindung , , *) 0 2. Kawasan Bergambut Kawasan Resapan Air Jumlah , , B. Kawasan Perlindungan Setempat 1. Sempadan Pantai Sempadan Sungai Kawasan Sekitar Danau atau Waduk 1.491,6 4. Ruang Terbuka Hijau Jumlah ,60 C. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 1. Kawasan Suaka Alam Sungai Hutan Hutan Rawa N g is Ye h ba u Sa tu C e kin g Y e hb au D ua Se m bu n gd u a S em b un g Sa tu D ap da p teb el B ul ak an D ua B ul ak an S atu T emb o k DESA T EMBOK DESA T I ANYAR BARAT DESA BEL ANDINGAN K AB. KA RA NG ASE M KA B. BA N GLI Tk. L uah T k. Yeh ba u Tk. J ak a Tk. Ge la r T k. S i de ram a Tk.B on riu T k. Tem b ok Tk. Ula k an Tk. U jun g Tk. S ema T k. P en g on jon gan T k. Te gal Tk. Bun t eh T k.p en gan ten Samb i re nt en g B en be n G e re tek S ila ga d ing S at u S ila g ad in gd u a S ila g ad in g Tig a DESA SAMBIRENT ENG DESA PINGGAN DESA PENUKT UKAN K an gi na n A m b en ga n B eli m bin g B at ul um b an g P a lis an Ke lik i P an jin ga n D uk uh M ab u N ya n ti Kawa n an T k. Am ben g a n T k. Pan gk un g Tk.Pin tu T k. P em a ja ng a n Tk. Pe ng a ga s an B r. K an gi nan Br. Ka wan an T k. Pa ng ga gar an T k. D a n gda ng Tk. Ba tas T u ka ds um a ge B r. Si la da rm a B r. K aw a na n B r. T en ga h T e ja k ula B r. A nt ap ura B r. S uc i B r.k an g ina n B r. Ke lo da n B r.s uk a da rm a Tk. A n ya r T k. S an g kutu T k. Yeh ba lan g T k.b an tes T k. Y eh ba lang T k. M ej an T k.d ay a T k. Ber ata n T k. D es a T k.b u n gb ung Tk. Titi T k. L aw a n Tk. C an di T k.p ua ng B r. C ela g iba nta r Br.K e lo dk an gin B r. S elo m bo B r. K aja k an gin B r. C ela g iba tur B r. Ke lo dk au h B r. K elo d ku ta B r. S uk suk Br.T e ga ls ari B r. Ka ja ka uh B o nd a le m Tk. Pa lad B r. Ke lo da n B r. G en ta h B r. Ke nd u ran Br.S e ng am b u B r. K aj an a n D ES A S IA K IN D E S A S U B A Y A D E S A KU T U H D ES A B O N DA L E M D E S A M A D EN A N D E S A S U KA W AN A D E S A BA N T A N G D E S A D A U S A D E S A S A T R A D E S A L E S D E S A T E JA K U L A B r. K aw an an Ku b ua ny ar K a w an a n B r. K an gi nan D E S A SA M B IR A N D E S A P A C U N G D E S A J U L A H KEC AMAT AN TEJA KUL A B r. Pa ng g un g B r. B uk it sen i B r. N an g ka T k. Pel isan Tk. N ang ka T k. Mu ng ga l T k. B ang kah T k. B uah an T k. K ay eh ank an gin T k. P an gp ang Tk. Ban gke h T k. K a y eha nk an gin T k. G el a ga k T k. M un g a l D E S A P A C U N G Br. Al as s ar i B r.a la s ari T k.k a mb ing Tk. Pa lu d Tk. Po nio hb atu T k. Da lem Tk.O nte s Tk. G l ege g D E S A B U K T I B r. B uk ti B r. S an i h Tk. Em ban g Tk. Sam pi hlu m bo ng T k. K e dis Tk.E nj e ka nke bo Tk.B il a Tk. Pu yun g Tk.M e n en ga n D E S A D E P E H A D E S A T U N J U N G B r. S an gl ung Br.P u rn ay as a B r. Bi jih B r. D au h pur a B r.y e hle su ng B r. P ay an ga n B r. Pe n gu bu ra n B r.s ia ng a B r. P en ul isa n B r. D au hm a rgi B r. Da n gi nm ar gi B r. Ge re be g B r. D an gi nm a rgi B r. D an g inp ur a B r. Ba ya d B r. Se nu n g al B r.b ak u ng an B r.p a se k B r. Pu d eh B r. Te ga l D E S A T A J U N D E S A P E M G E J ER A N D E S A S E L UL U N G D E S A C A TU R Tk. Ta mb lan g Tk. Pen galu h T k. Ma esa am D E S A K U BU T A M B A H A N Br.T e ba nd ing B r. K aj ak an gin Br.K u bu an ya r B r.t eg al B r. T em p ek K elo d Br. Pa s ek k u b ut am ba ha n KEC AMAT AN KU BUT AMBAH AN T k.p ek un jing an T k. Bua h T k. D a l em T k. B ul ian B r. Ba tu n ga jen g Br.Y e hb as an g B r. D an gi nm a rgi B r. D au h mar gi D E S A BU L I AN T k. P as tu T k. Bu ah T k. Ba san g T k.m e n en ga n T k.p en gu bun ga n B r. K an g kid B r.k aj ak an gin D E S A T A M B L A NG B r. K el am pu ak B r. T an gk id T k.ba san g T k.t aba h B r. Re n de tin B r. K aw a na n B r. K an g ina n D E S A B O N TI H IN G Tk. P ap a h T k. Ge lu n g B r.s a ng bu rni B r. Ta b ang B r.p ak is an Br. T eg eh a B r. K ela nd is B r.m e ng an d ang D E S A PA K I S AN KEC AMAT AN K UB UTA MBA HA N Tk.L ian D E S A T E M U K US D E S A T IG A W AS A D E S A K A L IA S E M D ES A K A LI B U K BU K D E S A A N T U R AN D E S A T U K A D M U N G G A D E S A P E M A R O N L ab uh a na ji P eg a ya ma n T en g ah Br.D in g in ba nja h T k. Ben gk ala Pk.K u ni ng T k. La ng keng B r.a sa h Br.S e ka r B r. P un g ga ng Br.P ur a Br.L e ba h B r. Bu n ut pa n g an g T k. C ebol T k. An aka n P k. C angi ang B r. En ju ng s an gia ng C elu k La b uh an a ji C el uk B ul uh E nj un g Sa ng ia ng E n jun g B un te ka n B r.k al ib uk bu k B r. C el uk bu luh B r.b a ny u al it Tk. A s ang a n T k. Te n g ah B r. Mun du k B r. A ny ar B r. La ba k B r. P as ar P k. Bul u h Tk. Se ru m bu n g B r. D ha rma ja d ra Br.D h a rmay as a B r.d h ar ma ke rti B r. D ha rma se ma di T k. B an gk a C el uk A gu ng B r. Da u hmar gi B r. D an g in mar g i T k. Bat upa lu B r.k u nci B r. D au p ur a B r.d a ng in pu ra B r. C on gk an g B r.p an g us ari T k.c an gka ng soh an Tk. Bin on g P k.b u l aka n B r.u ma se ndi T k.m en yu su P k.p ay a n g P k.b un i Tk.C e bo l P k.b ila ng an P k. B an gk ia n gsi de m Tk.A na k an Tk.B eng ka la KE CAM ATAN B ANJAR K ECAM ATAN BU LELEN G D E S A KA Y U P U T IH B r. B hu a na sa ri B r.s in al ud B r. K a y up ut ih B r. Me la ka Tk. Ba h as P k. Kel am pu ra D E S A S E L AT B r.b ul ad a Br.Ga mbu h B r. S ek ar sa ri B r. S el at Br.Gu n un gs ek ar Pk. Ter u ng P k. Sa n gia n g P k. B at u lam pih Tk. Tiy ingt ali P k. Ju wuk T k. Ba sa k T k. T u lom adu Pk. Le b an ju k e B r. Tu ka d juw uk D E SA P E D AW A B r. In sa ka n B r. Pe d aw a B r. As ah B r. Ba ng k ia ng sid em Tk. Kl ase m Pk.L eb ahl ing ga Pk.An gk ab asa P k. L eba h P k.c an gku p P k.b as a ng k aru ng Tk. Me da um D E S A G O B L E G B r.s uk a jati B r. As ah te pi Br.B a tu ma d eg B r. U nu sa n Br.B a nta s B u la ka n T en g ah J emb on g Tk.M eda um Pk. Bu bu kan P k.u n usa n T k. Ke bon D E S A WA N A G IR I B r.k el od K au h B r. A sa hp an ji Br.B u an as ar i B r. Y eh k et ip at B r.p o nd ok B r. Ke lo d Ka ng in Pk.M ua ra P k. D a pi P k.k ay oa n P k. Bul un g P k. G em b on g P k.p on d o k Tk. M uar a T k. E mb a kan T k. Ban gka D E S A SA N G S I T B r. Te ga l Br.B e ji Br.C e luk B r. P ek en Br.S e ma Ad a tda u hy eh Br.A b as an A da td an g iny eh B r.mu nd uk se ka r P a be an s an gs it Tk. G eru su kan T k. Beji T k. S a n gsit T k.k er ob oka n D E S A B U N G K U LA N Br.B u ng k ula n ind ah B r.p un d uh lo B r. B ad un g B r. J er o mar gi B r. S ari B r.d a uh mun du k Br.P u nd uh s an gs it B r. Ma n cak Br.S a tria B r. Al as h aru m B r. Se ma B r.j er og us ti B r. P ams am K ub u ke lo d Tk. Day a D E S A B E N G K A L A B r. K aja B r. K e lo da n Tk. P em pata n T k. P us eh D E S A BI LA Br.K a ng in an B r.k aw a na n B r. Ka n gi na n B r. Ka w an an D E S A J A G A R A G A B r. Ka n gin lu an B r. Tr iw a ngs a B r. J ag ar ag a B r. K an gi nt eb en B r. Ka uh lu an B r. K a u ht eb en D E S A M E NY A L I B r. B on g ka ng B r. Ka n gi na n B r. K aw a na n Tk. M en ya li T k. Sa ng sit K ECA MA TAN SA W AN D E SA S A WA N B r. Ka w an an B r. B ra hma na B r. K a ng in an B r. D al em K aj a B r.b al ea gu n g Ka ja T k. Pen ar uka n D ES A K E R O B O K A N B r. D ale m K E L UR A H A N P EN A R U K A N Pk.S end ay u B r. Bu an a sa ri T k. Bu w us B r. P en a ru ng an B r. Ke te we l B r. S id ay u D E S A P E N G L A T A N P k. T ahu n B r. S at ria B r. A se m B r. Gamb an g Br.K e lo dan B r. S an ih B r.k a ja n an B r.j ar at B r. B an y un in gu ta ra B r. Ta man sa ri B r. Ta mba ks ar i B r.b a ru na sar i B r. Se ka rs ar i B r. Wid ya sa ri B r. K eb on sa ri P k.p ad an gk elin g K E L. K A M P U N G B AR U K E L. B A N Y U N IN G Br.B a ny un in g Te ng ah B r. B a n yu n in g Ba ra t Br.B a ny un in g In dah B r. B an yu n ing T imur B r. B an y un in gs e lata n B r.p ad a ng ke lin g Pk.Pet a nd a ka n B r. D au h tuk ad KEC AM AT AN BU LELE NG C e lu k Ag un g Mu a ra B an yu m ala M ua ra B ul el eng M u ar a Pe n ar uka n T g. Pe n ar uka n P ela b uh a n Bu le len g K E L. K A M P U N G K A J A NA N K E L. BA N J A R B A L I Br.K a mpu ng K a jan an B r. Ba li Tk. Bu l elen g B r. Ka mpu ng B u gis K E L.K A M P U N G A N Y A R B r. K amp un ga ny ar Br.J a wa T imur S in g ar a ja K E L. B A N J A R J AW A B r. Ja w ab ar at B r.k al iu ntu S at u K E L. KA LI U NT U B r. Ka li un tu Du a K E L. B A N JA R T E G A L K E L. B A N Y UA S R I K E L. A S TI N A Br.B a ny u as ris kip B r. Ba ny u as ri D u a B r. B an y ua s ri S at u K a mpu n g S in ga ra ja B r. T eg al K E L. KE ND R A N PE NA T A R A N K E L. K A M P U N G S IN G A R A JA B r. D el od pe ke n B r. Pe gu y an ga n B r.t en ga h Tk. Ba nyum ala B r. Gali ran B r. B an gk an g D E S A B AK T I S ER A G A B r. Ba le ag un g K l o nc in g D E S A S IN A B U N Tk.ku bul ing gah B r.j ero Br.D a lem Br.Ma na sa Br.J er o B r. Te ng a h B r. Ke tu ke tu g D E SA S U WU G B r.k el od an B r. Le ba h B r. Sa bi D E S A JI N EN G DA L E M T k. B uki t T k. S e d ayu B r. Gamb an g B r. Bu ki t Br.K a ja nan Tk.C aca b B r. Gamb an g D E S A P O H B E R G O N G B r. P oh B r. B er go ng T k. Pen ar uk an B r.k a ja na n B r. May un g an Tk. T a nah sa bi D E S A A LA S A N G K E R T k. Bu us T k.t un g ang Br.J uw u k ma nis B r. P uma ha n B r. T e na o n B r. Be n gk el B r. A la sa ng ke r B r.p o nd o k D E S A SU D A J I T k. T ap an g Tk. Ma ti Tk.E mik T k. Bu kit T k. P a s ang B r. Ba tas B r.r a ra ng an B r. K ub uk ili B r. D uk uh B r. D es a Br.C e bl ong Br.K a ja K au h Br.S in g ku ng B r. Ka ja K an gin B r. D el od ma rg i B r. D aj an marg i D E S A S I LA N G J A N A D E S A B E B E TI N Br.D e sa Br.B e ng ke l B r. Pe nd em Br. Ku s ia B r.ma nu ks es a D E S A S E K U M P U L Br.L eb ah Br. De s a D E S A G A L U N G AN Br.B in gi n B r. D aja n pa ng ku ng B r.d e sa B r. Le may a B r. D es a B r. N a ng ka B r. Ny uh D E S A L E M U K IH D E S A T A M B A K AN K A B U PA T EN B A N G L I K A B U P A T E N B A D U N G D E SA B E LO K D E S A P E L A G A B r. S an la ng ki B r.d e sa Tk. Bon T k.s ag ae Tk.D ilap B r. D el od ma rg i B r. P ad a n gb ul ia D E S A P A DA N G B U L IA D E S A P E G A D U N G A N B r. L on gs e ge ha B r. P a su tk atia sa B r. B at ud in din g B r.p e g a du ng an D E S A G I T G IT B r. P uma ha n B r. G i tg it B r. P e re re na nb un ut B r. Wir ab ua na B r.a mb en ga n ke bon D E S A P E G A Y A M AN Br. Ti mur jala n B r.b a ra tj al an Br. Ame rt as ari T k. T ang i s Br. Ku bu A mer ta sa ri D ES A C A N D IK U N IN G D E S A P A NC A S A R I D a na u Bu ya n D a n au B er ata n B r. K arma B r.s a ri Te ng ah B r.p e ke n B r. Sa ri K aja Br.J uw u kmas T k. D as ong D E S A S E N G A N A N B r. G al ira n B r. S er ay a K E L. P A K E TA G U N G K E L. L IL I G UN D I Br.B a le ag un g B r. Lil ig un di D ES A S A R IM E K A R Br.D a ja nmar gi P k. A p ity eh K E L.B E R A T A N Br.B e ra tan D E S A P E TA N D A K A N B r. Ka w an T k.t an gis B r.d e lo d mar gi B r. Le b ah man tun g D E S A N A G A S E P A H A B r. D aja n ma rg i B r. De lo d mar g i Su k a sa da K E L U R A H A N S U K A S A D A B r. B ak un g B r. S an gk et Tk. Ban y uma la B r.l umb an an P k. Le mu B r. R un uh ku bu D E S A S A M B A NG A N B r. B ab ak an B r. S amb a ng a n Br.B a nj ar any ar T k. P asut P k. mun gkak T k. G an can D E S A A M B E N G A N B r. Bu k itb alu Br.P e ba nt en an B r.a mb e ng an P k. An yar l apa n g Pk. M uar a D E S A P A N J I B r. Ba n ga n B r. Ba b ak an B r. K elo d K au h B r. D a uh p ur a B r. Ma n du l B r.k an d ul ata s P k. B atu p a lua tas P k. K op i D E S A PA N J I AN O M P k. S ek ela n tan g B r. B a tup u lu B r. Le ba h siu ng T k. L eba hsiu ng B r. Ab as an B r. Pa nc o ran D E S A T E G A L L IN G G A H B r. Gun un g sar i T k. Jer u ju T k.b an gka B r. T e g al lin g a h B r. Mu n du k un ci D an a ut a m bl ing an D E S A M U ND U K KEC AM ATAN BA NJAR B r. As ah mun du k A sa hmu nd uk T a mbl ing an Gi rilo ka B ul ak an K an gi n B ul ak an K au h Ta man M u n d uk T a bo g D E S A G E S IN G T k. Pa nas T k.k ela di T k.s u n da Ges in gd u a G es in g S a tu Mun d uk se ming P an g ke tb atu Wa ru Mu nd u ks emin g K aja War u Ka ja D ES A U M E JE R O T k. Le mo Tk. Jeh e U me jer o Ka ja U mej er o D au hp an g ku ng U mej er o Ka ng in L e ba h C e mara D E S A G U N U N G S A RI U man ga n da ng D ES A B A N Y UA T IS K u w um Ke lo d T e ng a h K aj a T k.p a na s D E S A T I RT A S A R I P k. K a cu Pa s ut D au hma rg i D a ng in ma rg i Ide ra n D a le m P a jen e ng an D E S A K A Y U P U TI H B a le ag un g D e sa Men ag un g Ta ma n T k. L in g Bo la ng a n D E SA P E LA P U A N P e ng in ya n K e bo na g un g T k. Ba k ah D E S A B E N G K EL B ete la n K a lib a nd an B e ng k el B u ki te lu U mab as a S ali a A tu h T k.ba bu ng T k. Jah e P k. M a nika n D E S A KE D I S K el od P u jin an D ES A TI N G G A R S A RI Ka p as ja wa S u da muk ti D E S A BA N T I RA N D E S A P U J UN G A N D E S A B A NT I R AN K a uh an K a ng i na n T k. D ati Tk. Ga tes Ke l od K au h T imb ul K a ja S a tria B o na gu ng P el a pu an P us pa ja ti Tk. Me nd au m S a ri D E S A KE K E R A N K an g in an K au h an T k. Bak ah T k. Y eh P ene s D E S A BU S U N G B IU K aj a T en ga h B u s un g bi u K e lod P an c ora n Tk. Sa ba Mu n du k Ke lo d Ba le ag u ng K a ng in T k. As as D ES A TI TA B An gs a T it ab D E S A T E L AG A Te l ag a D E S A S U B U K S elo k ah Tk. Si en g Pk. T ang lad an S u bu k D E S A P U N C A K S AR I B at ume ga an P u nc ak sa ri Tk. Tita b P e rti ga an K emo ni ng Te g al as ih B e ten g T k.s ak ti Tk. Yeh Aya D E S A B O N G A N C IN A B at uk ap al Pa ng k un gk u nyi t B o n g an c in a Ka ja T k. Le D E S A M U N D U K T E M U D E S A B E L AT U N G A N D ES A TI S TA D a lem Gun un g me rta Pu se h D a pd ap ut ih T is ta P e na ta ra n Mun du k ten g ah Mun du k ma n ge nu Gun u ng jaw i T k. L int an g D E S A M A N G G I S S A RI D ES A S EP A N G B el ul an g S e p an g K emb an g re jas a K er ob ok an Pk. Ye hd ah an T k. M ele sun g P k.b uk bu k P k. Ye hlia n g P k. Pe lit P k. P elit T k. Lu k aha T k. Yeh K un yit D E S A U N G G A H A N C el ag i Ka u h S ume g a L eb ah s er i T k. G en ge m P k. Su li T k.s a n gua n D E S A S E P A N G K E L O D A pi tye h Gun u ng sa ri A s a hb a d un g U mek aj a Bu ja k P e na ta ra nb u jak T k. Baa s Tk. Me d a n P k. Yeh ap it D ES A P A N G K U NG PA R U K P on d ok ba tu Pk. B a yuh T k. S e lem Tk.A sah T k. P on d ok ba tu T k. Sa ta ng T k. Pak u D E S A C E M P A G A Br.C o ro t B r.c e mpa g a B r. D aj an pu ra T k. G en g em Pk. Gi ntu ng Tk. Bra mb an g Pk. Ce sce san T k. Len gk en g Tk. Te mp eka n B r. P eg en te ng an T k.air pana s Pk.Bu ng lun B r. Se ka rs ar i B r. T ama n sa ri Amb en ga n D ES A D E N C A RI K L eb a h Me na sa B a ing in C o rot B a ja n ga n A mb ia n D E S A S ID E T A P A D a ng in mar gi T em pe ka n La k ah D elo d pu ra D a ja n pu ra T k. Te m p eka n P k. Bu ihd ale np ura Tk. Ca ngk ub P k.k ay o an K a ng i n D ES A TE M P E K A N T an ge b D E S A B A N J A R TE G E H E T en ga h D E S A B A N J A R Tk.A irp ana s Me lan ti ng Mu nd uk S ek ar Sa n tal Pe ra mpa s B an ja r U ra ka np e sis ir Al as ha ru m A mb en ga n B r. D a w an T k. M e nd aum Tk. Per am pa s P k. San tal D E S A M U N D U K B E S TA L A Mu n du k T ama ns ar i B r.s e kar B a n ja rs ar i D E S A B E S T AL A S ar i B es ta la Ta man May on g D E S A M A Y O N G Tk. M en d au m P oh a se m D E S A R A N G D U K ar ya na di B r. Ka ja K er ta n ad i B r.k e lod D ES A RI N G D IK IT T k. Pan a s P k. Pan co ran T k.s a ba K uw u m Sa ri me ka r R a wa K el od an Ka j an a n D E S A UL A R A N S ap ia h B ua n ak er ti S er ut an g Y a tn y ak e ti T k. Pan as P k. Le bo ke Tk. Ye h As as D E S A K A L IA N G E T D ES A TA N G G UW IS IA D ES A S U LA N Y A H D E S A S E R IR I T D E S A P E N G A S T U LA N E n ju ng P en g as tu lan C elu k Pe ng a stu la n K au ma n S a ri Pu r w a D a ja np ek en D an g in p ek en S er ir it T k. Sa b a Pa d ma s ari T eg al sar i T an g g uw i sia T ama n sa ri Ke lo da n T eg al sar i K a ja na n K el od a n D E S A B U BU NA N Te ga l D E S A J E R O A N K aj an an D E S A P A T EM O N Ap it ye h J e ro an B e ra ta n K a wa n B el on g S e ma S ub an g P a ne ra ga P ema ro n T eg al T k. Pan as Gu nu ng in a Pa me sa n U ma D E S A UM EA N Y A R P aw itr a U mba n ya r Ye h an ak an D E S A B A N J AR A S E M P k. U m e des a Tk. An ak an K u n d al ini D au hp ek en K al an g an ya r D E S A K A L IS A D A T e ga le ga K a li sa d a T e ga le ng a D a ja n ru ru n g D e lod r uru ng D E S A L O K A P A KS A KE CAM ATAN SER IRI T T e ng ah J er oa g un g Bu k its ak ti K emb an g Te be l S ur ga An y ar D ES A P A N G K U N G PA R U K Tk. Ban yur a ra s T k. L eb a hm an t un g A b as an P an gk u ng pa ru k La b a na n g a Le b ah man tu ng Le b ah man ru ng La b a mar ta B ul ak an E nj un g Po nc o kc uk li C e luk P on jo k cu kli C e lu kr a ja tam u D ES A C E LU K A N B A WA N G B ro ng bo ng C elu k an ba w an g Pu n g ku k an Pk.L am pa h T k. Sum ag a T eg a l a nta n g D E S A TU K A D S U M A G A K a yu su gi h B ela tu ng le ng is Y eh mas Ga nd o ng an Bu l uh Ma wa r Ka uh Maw a rk a ng in P oh k emba r Y eh M a s P k. Du kuh T k. B ajr a Tk.S ala k D E S A T IN G A T IN G A Mer ta sa ri Ju nt al B u bu a n T k. T in ga ting a Mun du k sa ri C e lu ka n Ba wa n g E nj un g Ka p ur T l. Ye hb iu D E S A P E N G U L O N Bu k its ari T k. B iu T k. G er ok gak K ECAM AT AN G ERO KGA K D E S A P A T AS P k. Pan gu ra n Y e hb iu T eg a lsa ri M e rt as ar i P k. L ego d T eg al sa ri Ke lod Mer ta sa ri Ke lo d D E S A Y E H S U M B U L D E S A Y E HE M B AN G K A NG I N D E S A Y E H E M B A N G D E S A Y E H E M B A N G K A U H D E S A P U L U KA N D ES A M E D EW I D E S A G E R O K G A K B a tu an gu ng G e r ok ga k T k.g ero k gak K e de se Re n on P al be si T k. Les un g T k. Mu s i Tk. P u le D E S A S A N G G A L A N G IT Ka y up ut ih K elo d K ay up ut ih T u k ad p ul e T l. Ke ta pa ng D E S A M U S I M a d a n S e ga ra muk ti Mus i T eg il kiu h Tk. Ma da n Tk. Mu si D E S A P E N Y A R IN G A N D E S A P E N Y A B A N G A N Pe n y ab a ng a n Men a k T k.p ak eco r Tk. P en ya b ang an T k. T ama n T k. J ati D ES A B A NY U P O H T k.med o ri Pk. Ke sam bi P k. T ep Pk.N y an tuh T k. B any upo h P k. C elak yeh Pk.C ela kye h B a n yu p oh K a ra ng K er ta ka w at Me la nti ng Griy a D E SA P E M U TE R A N S en da ng d ala m Y e h pa na s P en g umb ah an S e nd an gp a sir Pk. Ai rja tuh Tk. K ela mp ok Pk. Pa se k Tk. Pen gu mb ah an T k.p en gu mb aha n D E S A B A T U A G U N G K EL U R A H A N P E N D E M K E L UR AH A N B A LE R B A L E A G U NG D E S A M A NI S TU T U D E S A T U K A D A Y A D E S A E K A S A R I K A B U P A T E N T A B A N A N K A B U P A T E N J E M B R A N A D E S A S U M B E RK I M A S u mbe r ke s amb i Pe g ame tan T e ga ls ari Mun du kl in gk er Se n da ng lu ar T k. S al ak P k. Am by ars ari P k. Am pel anc er ik B r. P eg a me ta n D E S A P E J A R A KA N Go ris K el od P a le ng ko ng G or is P ej ar ak an Ba ny u we d an g K aw as an Wi sat ab atu am pa r L a bu ha nl al an g P k. K em ir i Pk. Pa len gk on g T k. Te luk ba jul T k. K ra pya k T k. Ba cia n T l. G on do l T g.g o nd ol Ta ka r K emb ar Tg. Se n da ng T a ka rm en au m T ak ar J ara n T a ka r Le ba r T g. Ba n gs al T l. P eg am e tan T l. Su m ur pa o Tl.K a pin g T l. Pe n eru sa n T l.b a ny uw ed a ng T l. B aj ul Tl.G e ba ng Tg. Ge b ang Te mp at Wi sat al ab uh an La lan g T l. T rim a T g. Ko ta l S umb er ba tok D E S A S U M B E R K E L A M P O K D E S A B L IM B I NG SA R I Tk. T el u ktr im a T k.s um b er ba to k T k. Ten g ulu n T e ga lb un de r S umb e rk e la mpo k K E L U R A H AN G IL IM AN U K P U LA U ME NJA NG AN T g. B ur un g T g. R eja sa S E L A T M E N J A N G A N Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Jalan Negara Jalan Lain Jalan Lokal SEBARAN KAWASAN HUTAN Keterangan : Nama Gambar : PEMERINTAH KABUPATEN B U L E L E N G Skala : No. Gbr. : U L A U T B A L I PENYUSUNAN PROFIL DAERAH RAWAN BENCANA Cm M 1 :

27 Lanjutan Tabel SD-3. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2. Kawasan Suaka Laut dan Perairan Lainnya Suaka Margasatwa 3. dan Suaka Margasatwa Laut 4. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut 5. Kawasan Pantai Berhutan Bakau 6. Taman Nasional dan Taman Nasional Laut ,89 7. Taman Hutan Raya 8. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut 1.491,16 9. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan 1,07 Jumlah ,12 D. Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan Rawan Tanah Longsor 2. Kawasan Rawan 33,5 km Gelombang Pasang (3.350 Ha) 3. Kawasan Rawan Banjir 525 Jumlah E. Kawasan Lindung Geologi 1. Kawasan Cagar Alam Geologi Kawasan i. Keunikan Batuan dan Fosil Kawasan ii. Keunikan Bentang Alam Kawasan iii. Keunikan Proses Geologi Jumlah Kawasan Rawan 2. Bencana Alam Geologi Kawasan Rawan i. Letusan Gunung Berapi Kawasan Rawan ii. Gempa Bumi iii. Kawasan Rawan Gerakan Tanah Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 27

28 Lanjutan Tabel SD-3. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kawasan yang iv. Terletak di Zona Patahan Aktif v. Kawasan Rawan Tsunami vi. Kawasan Rawan Abrasi vii. Kawasan Rawan Gas Beracun Jumlah Kawasan yang 3. Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah Kawasan i. Imbuhan Air Tanah ii. Sempadan Mata Air Jumlah Jumlah F. Kawasan Lindung Lainnya 1. Cagar Biosfer 2. Ramsar 3. Taman Buru Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Kawasan pengungsian Satwa 6. Terumbu Karang Kawasan Koridor bagi Jenis Satwa atau 7. Biota Laut yang Dilindungi Jumlah Jumlah Total Kawasan Lindung ,04 II Kawasan Budidaya Jumlah Total Kawasan ,33 Budidaya Keterangan : *) Program Gerhan di kawasan lindung Sumber : Bappeda Kabupaten Buleleng (2010) A.4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan dan Luar Kawasan Hutan Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan seluruhnya berupa hutan tetap, yaitu Ha (Tabel SD-4), terdiri dari: 1) Kawasan Suaka Alam - Kawasan Pelestarian Alam (KSA-KPA) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 28

29 Luas KSA-KPA di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah Ha atau 28,71% dari luas hutan tetap (10,81% dari luas wilayah kabupaten). KSA-KPA hanya terdapat di Kecamatan Gerokgak ( Ha), Banjar (1.089 Ha) dan Sukasada (864 Ha). 2) Hutan Lindung (HL) Hutan lindung menempati areal paling luas yaitu ,32 Ha atau 62,09% dari total hutan tetap dan 23,38% dari luas wilayah kabupaten. Hutan lindung tersebar hampir di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Buleleng. Kecamatan Gerokgak memiliki hutan lindung paling luas yakni ,04 Ha (54,46% dari total luas hutan lindung Kabupaten Buleleng). 3) Hutan Produksi (HP) Luas hutan produksi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah Ha, terdiri dari Ha hutan produksi terbatas (HPT) dan Ha hutan produksi (HP). HPT terdapat di Kecamatan Gerokgak (3.022 Ha) dan Tejakula (186 Ha). Sedangkan HP hanya terdapat di Kecamatan Gerokgak (1.377 Ha) dan Seririt (187 Ha). Tabel SD-4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan KAWASAN HUTAN HUTAN TETAP NO. APL JUMLAH KECAMATAN KSA- HPK JUMLAH HL HPT HP JUMLAH KPA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1. Gerokgak a. Hutan , b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 2. Seririt a. Hutan , b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 3. Busungbiu a. Hutan b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 4. Banjar a. Hutan , b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 5. Sukasada a. Hutan , b. Non Hutan c. Data tidak lengkap Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 29

30 Lanjutan Tabel SD-4. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 6. Buleleng a. Hutan b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 7. Sawan a. Hutan , , ,5 b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 8. Kubutambahan a. Hutan - 984, ,15 984,15 b. Non Hutan c. Data tidak lengkap 9. Tejakula a. Hutan , b. Non Hutan c. Data tidak lengkap Jumlah , Keterangan : - KSA-KPA : Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam HL : Hutan Lindung HPT : Hutan Produksi Terbatas HP : Hutan Produksi HPK : Hutan Produksi Konservasi APL : Area Penggunaan Lain Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) A.5. Lahan Kritis Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air, unsur produksi pertanian, maupun unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Dapat dinyatakan pula, lahan kritis merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia atau biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah pengaruhnya. Lahan kritis dapat terbentuk karena beberapa hal seperti penurunan kondisi sumberdaya lahan, air, iklim, tipe penggunaan lahan, budaya masyarakat dalam bercocok tanam, jenis komoditas yang diusahakan, dan tingkat kepemilikan lahan. Faktor-faktor tersebut saling mengait dan sulit dipisahkan. Luas lahan kritis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 adalah Ha (Tabel SD-5) atau 69,74% luas wilayah kabupaten. Lahan kritis dimaksud mencakup semua kategori kekritasan lahan (sangat kritis, kritis, agak kritis dan potensial kritis), dan terdapat baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Dari 9 kecamatan yang ada, Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 30

31 hanya Kecamatan Buleleng yang tidak memiliki lahan kritis. Lahan kritis paling luas terdapat di Kecamatan Gerokgak, yaitu Ha. Secara kuantitatif, luasan lahan kritis ini tergolong sangat tinggi karena mencakup 99,89% luas wilayah Kecamatan Gerokgak. Luas lahan kritis paling rendah terdapat di Kecamatan Sawan, yaitu Ha. Proporsi luas lahan kritis terhadap luas wilayah tergolong rendah karena hanya sebesar 33,92% (Gambar 1-2). Lahan kritis yang ada di Kabupaten Buleleng perlu dikelola dengan baik, sehingga secara bertahap fungsi lahan tersebut terpulihkan sesuai daya dukungnya. Penanganan lahan kritis mutlak dilakukan karena berdampak sangat luas terhadap lingkungan dan kehidupan makhluk hidup. Bagi masyarakat Buleleng, lahan kritis dapat memicu kejadian bencana alam, kegagalan panen, dan pada akhirnya meningkatkan tingkat kemiskinan penduduk. Berbagai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), baik dengan metode vegetatif maupun sipil teknis telah dilakukan oleh berbagai pihak, utamanya instansi terkait di Kabupaten Buleleng. Secara indikatif, dampak RHL dapat dirasakan di Kabupaten Buleleng. Namun secara kuantitatif, dampak RHL terhadap penurunan kekritisan lahan masih perlu dikaji secara mendalam. Gambar 1-2. Proporsi Lahan Kritis Menurut Kecamatan 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Saw an Kubutamba han Tejakula Proporsi (%) 37,37% 11,32% 7,92% 14,43% 7,84% 0,00% 3,29% 9,04% 8,79% Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (diolah) (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 31

32 Tabel SD-5. Luas Lahan Kritis di Kabupaten Buleleng No. Kecamatan Luas (Ha)*) 1. Gerokgak ,00 2. Seririt ,00 3. Busungbiu 7.549,00 4. Banjar ,00 5. Sukasada 7.466,00 6. Buleleng - 7. Sawan 3.138,00 8. Kubutambahan 8.615,00 9. Tejakula 8.375,00 Jumlah ,00 Keterangan :*) Mencakup Semua Lahan di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) Kerusakan lahan/tanah di lahan kering maupun lahan basah juga dapat disebabkan oleh erosi. Belum ada data hasil evaluasi kerusakan tanah di lahan kering (Tabel SD-5A dan SD-5B) maupun lahan basah (Tabel SD-5C) di Kabupaten Buleleng sampai dengan tahun Meskipun demikian, secara indikatif erosi tanah merupakan masalah utama yang terjadi secara meluas hingga kini di Provinsi Bali, termasuk di Kabupaten Buleleng. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan angka lahan kritis dan sedimentasi di beberapa DAS, terutama pada wilayah yang mempunyai intensitas hujan tinggi dan kondisi topografi yang bervariasi. Secara umum, area yang mengalami tingkat erosi tinggi adalah di sepanjang sungai dan lembah. Kemiringan lereng yang tinggi, tingkat erodibilitas tanah tinggi dan lahan dengan tutupan vegetasi kurang dari 20% adalah parameter utama yang menyebabkan terjadinya erosi. Kenampakan erosi berupa riil dan gully sering terjadi pada lembah dengan kemiringan lereng yang tinggi. Perbedaan tipe penggunaan lahan juga memberikan perbedaan pada tingkat erosi tanah. Pada jenis tanah dan kemiringan lereng yang sama, hutan memberikan kontribusi pada terjadinya erosi lebih kecil dibandingkan dengan lahan pertanian atau semak/belukar. Perubahan penggunaan lahan, terutama dari perkebunan kopi menjadi perkebunan jeruk dan lahan pertanian kering, seperti, jagung dan sayuran, merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya erosi. Struktur pohon dan kanopi tanaman kopi membuat aliran air hujan dapat tertahan dibandingkan dengan pertanian lahan kering dan tanaman jeruk, di samping adanya tanaman pelindung pada tanaman kopi. Air hujan yang langsung jatuh ke tanah dapat menyebabkab erosi lebih besar, dibandingkan dengan air hujan yang turun melalui daun dan batang. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 32

33 Tabel SD-5A. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Tebal Tanah Ambang Kritis Erosi (PP Besaran Erosi Melebihi/Tidak 150/2000) (mm/10 tahun) (mm/10 tahun) 1. < 20 cm < 50 cm < 100 cm cm > 150 cm Keterangan : Tidak ada data Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng (2010) Tabel SD-5B. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Parameter Ambang Kritis Erosi (PP 150/2000) Hasil Pengamatan Melebihi/ Tidak 1. Ketebalan Solum < 20 cm Kebatuan Permukaan > 40 cm Komposisi Fraksi < 18% koloid - - > 80% pasir kuarsitik Berat Isi > 1,4 g/cm Porositas Total < 30% ; > 70% Derajat Pelulusan Air < 0,7 cm/jam; > 8,0 cm/jam ph (H 2 O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8, Daya Hantar Listrik (DHL) > 4,0 mv Redoks < 200 mv Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah - - Keterangan : Tidak ada data Sumber : Dinas Pekerjaam Umum Kabupaten Buleleng (2010) Tabel SD-5C. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah No. Parameter Ambang Kritis Erosi (PP 150/2000) Hasil Pengamatan*) Melebihi/ Tidak (1) (2) (3) (4) (5) 1. Subsidensi gambut di atas pasir kuarsa < 35 cm/tahun untuk ketebalan gambut 3 m atau 10%/5 tahun Kedalaman lapisan berpirit dari permukaan tanah 3. Kedalaman Air Tanah Dangkal 4. Redoks untuk tanah berpirit untuk ketebalan gambut < 3 m < 25 cm dengan ph 2,5 - - > 25 cm > mv 5. Redoks untuk gambut > 200 mv - - Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 33

34 Lanjutan Tabel SD-5C. 6. Derajat pelulusan air < 0,7 cm/jam ; > 8,0 cm/jam ph (H 2 O) 1 : 2,5 < 4,0 ; > 7, Daya Hantar Listrik > 4,0 ms/cm - - (DHL) 9. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah - - Keterangan : *) Belum dilakukan pengamatan Sumber : Dinas Pekerjaam Umum Kabupaten Buleleng (2010) A.6. Kerusakan Hutan Kerusakan hutan merupakan salah satu faktor utama penyebab besarnya erosi dalam sebuah ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga dapat mengganggu pasokan/ketersediaan air untuk air baku dan air untuk mendukung kegiatan-kegiatan domestik, pertanian, industri, dan sebagainya. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asap dari kebakaran hutan mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Kerusakan hutan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup, oleh karenanya perlu dijaga agar terhindar dari gangguan dan kerusakan. Kerusakan hutan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 terjadi dalam bentuk penebangan liar dengan perkiraan volume kayu sebesar 97,41 m 3. Dibandingkan tahun 2009, gangguan terhadap hutan tampak menurun baik dalam bentuk kebakaran hutan, ladang berpindah, perambahan hutan maupun bentuk-bentuk gangguan lainnya (Tabel SD-6). Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan dan pengawasan hutan yang dilakukan oleh instansi terkait di Kabupaten Buleleng cukup berhasil. Tabel SD-6. Perkiraan Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Penyebab Kerusakan Luas (Ha)*) 1. Kebakaran Hutan 0*) 2. Ladang Berpindah 0*) 3. Penebangan Liar 97,41 m 3 4. Perambahan Hutan 0*) 5. Lainnya (Lahan disertifikatkan oleh pihak lain) 0*) Jumlah 97,41 m 3 Keterangan : Tidak ada kejadian kebakaran hutan, ladang berpindah, perambahan hutan, dan pensertifikatan lahan kawasan hutan tahun 2010 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 34

35 A.7. Konversi Hutan Konversi hutan dimaknai sebagai pengubahan lahan hutan menjadi lahan untuk peruntukan selain hutan, seperti pertambangan, pemukiman, perkebunan, dan sebagainya. Konversi hutan dapat mengganggu fungsi hutan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu, konversi hutan sebaiknya dihindari atau jika terpaksa melakukan konversi, maka harus dilakukan dengan hati-hati. Sampai dengan tahun 2010 tidak terjadi konversi hutan di wilayah Kabupaten Buleleng, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel SD-7. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh areal hutan seluas ,21 Ha yang ada di Kabupaten Buleleng masih berfungsi dengan baik sesuai peruntukannya. Tabel SD-7. Konversi Hutan Menurut Peruntukan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Peruntukan Luas (Ha)*) 1. Pemukiman 0 2. Pertanian 0 3. Perkebunan 0 4. Industri 0 5. Pertambangan 0 6. Lainnya 0 Jumlah 0 Keterangan : *) Tidak ada konversi hutan di Kabupaten Buleleng Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Buleleng (2010) A.8. Luas Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah sebidang luas daerah yang sengaja ditanami dengan tanaman industri (terutama kayu) dengan tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami. Tabel SD-8 menunjukkan, tidak terdapat hutan tanaman industri di Kabupaten Buleleng. Meskipun demikian, cukup banyak masyarakat Kabupaten Buleleng yang mengembangkan tanaman kayu-kayuan maupun MPTS (Multi Purpose Tree Species) dalam luasan terbatas sebagai tanaman perkebunan, baik secara monokultur maupun tanaman campuran. Jenis tanaman kayu-kayuan yang banyak ditanam adalah jati, gmelina, suar, gaharu, dan sengon. Sedangkan jenis MPTS yang ditanam sangat beragam, seperti mangga, durian, nangka, kemiri, manggis, dan sebagainya. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 35

36 Tabel SD-8. Luas Hutan Tanaman Industri di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Luas (Ha)*) 1. Gerokgak 0 2. Seririt 0 3. Busungbiu 0 4. Banjar 0 5. Sukasada 0 6. Buleleng 0 7. Sawan 0 8. Kubutambahan 0 9. Tejakula 0 Jumlah 0 Keterangan : *) Tidak ada hutan tanaman industri di Kabupaten Buleleng Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Buleleng (2010) B. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup di bumi berupa tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, genetik yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibentuknya menjadi lingkungan hidup. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan hidup agar tidak punah, bahkan spesies yang kini belum diketahui manfaatnya tetap perlu dipertahankan. Pasti ada alasan mengapa spesies itu ada. Suatu saat ilmu pengetahuan diharapkan dapat mengungkap manfaatnya. B.1. Jumlah Spesies Flora dan Fauna Jumlah spesies flora maupun fauna di suatu daerah dapat menggambarkan tingkat kelestarian lingkungannya. Jumlah spesies flora dan fauna yang diketahui dan dilindungi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 tersaji pada Tabel SD-9. Terdapat 92 spesies flora dan 85 spesies fauna yang diketahui terdapat di Kabupaten Buleleng; 18 spesies flora dan 16 spesies fauna diantaranya dilindungi. Tidak ada standar jumlah spesies, baik flora maupun fauna yang harus diketahui dan dilindungi. Namun demikian, semakin banyak jumlah spesies yang dilindungi dapat menandakan bahwa tekanan terhadap keberadaan spesies tersebut di habitat alamiahnya semakin tinggi. Untuk spesies fauna yang paling banyak diketahui adalah ikan, yaitu 48 spesies atau 56,47% dari total spesies fauna yang diketahui. Tetapi jumlah spesies fauna dilindungi paling banyak adalah hewan menyusui, yaitu 6 spesies. Belum ada data yang Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 36

37 menggambarkan bagaimana keberadaan dan tingkat penyebaran spesies tersebut antar lokasi maupun antar waktu. Tabel SD-9. Jumlah Spesies Flora dan Fauna yang Diketahui dan Dilindungi No. Golongan Jumlah spesies diketahui Jumlah spesies dilindungi 1. Hewan menyusui Burung / Unggas Reptil Amphibi Ikan Keong Serangga Tumbuh-tumbuhan Jumlah Keterangan : - Sumber : Program Menuju Indonesia Hijau Kabupaten Buleleng (2010) B.2. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Keadaan flora dan fauna yang dilindungi dapat menggambarkan perubahan status keberadaannya di alam, dan sekaligus dapat mencerminkan perubahan tekanan terhadap lingkungan hidup flora dan fauna tersebut. Pada Tabel SD-10 terlihat, semua spesies flora maupun fauna yang diketahui dan tercatat dilindungi di Kabupaten Buleleng berada dalam keadaan terancam. Menurunnya populasi flora dan fauna itu diperkirakan disebabkan secara akumulatif oleh berbagai hal, seperti perburuan liar, kerusakan habitat, penurunan daya pijah, dan sebagainya. Jalak putih, populasinya semakin langka Rusa, populasinya semakin langka Tabel SD-10. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 37

38 No. Golongan Nama Species Status 1. Hewan menyusui 1. Kijang (Muntiacus muncak) 2. Rusa (Cervus timorensis) 3. Kucing Hutan (Felis bengalensis) Terancam Terancam Terancam Lanjutan Tabel SD Burung 1. Jalak Putih Bali (Sturnus melanopetrus) 2. Kakak Tua Jambul Kuning (Caca tua galerita) 3. Bangau Putih (Egreta spp) 4. Elang Bondol (Acciptidae) 3. Ikan 1. Penyu Hijau (Chelonia mydas) 2. Lumba-lumba (Dolphinidae) 3. Penyu Raider (Lepidochelys olivaceae) 4. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) 5. Penyu Lekang (Levidochelys olivasea) 4. Tumbuhan 1. Amplem Sari (Mangivera indica) 2. Majegau (Dysexylum densiflorium) 3. Rijasa 4. Teep (Artocarpus alasticus) 5. Padi Sudaji (Oryza sativa) 6. Sawo Kecik (Manikara kauki) 7. Bunut (Ficus glabela) 8. Paang (Acasia avabica) 9. Gintungan (Bschovia javanica) 10. Genitri (Elaecarvus ganitrus) 11. Pulai (Altonia scolaris) 12. Maja (Cresentia ceyuta) 13. Panggal Buaya (Zantoxilum rhetza) 14. Cendana (Santalum album) 15. Kusambi (Scheichera oleosa) 16. Kepuh (Sterculia foetida) 17. Belimbing Buluh (Averhoa bilimbi) 18. Tibah (Morinda citrifolia) Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 38

39 Keterangan : Pilihan status adalah endemik, terancam dan berlimpah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) C. Air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting dan menentukan kelangsungan hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi. Tidak ada satupun makhluk hidup yang mampu bertahan hidup tanpa air. Khusus bagi masyarakat Bali (termasuk Buleleng), air tidak hanya dipandang sebagai aset sosial ekonomi, tetapi juga memiliki nilai sosial religius. Banyak ritual/upacara adat memanfaatkan air sebagai salah satu sarana upacara. Untuk itu, sumber-sumber air di Buleleng harus dijaga kelestariannya. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62% dari total air yang ada di bumi, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah, termasuk mata air. Kuntitas dan kualitas air di Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut. C.1. Air Sungai Air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali menjadi uap air di udara, sebagian masuk ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian lagi mengalir di permukaan (run off). Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian mengalir ke laut. Air sungai menjadi salah satu indikator kondisi lingkungan hidup di sekitarnya, terutama kondisi biofisik lahan dan prilaku masyarakat sekitar dalam mengelola lingkungan. Aliran sungai normal sesuai karakteristiknya menandakan kondisi biofisik lahan di sekitarnya terjaga dan berfungsi dengan baik. Prilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan selain berpengaruh terhadap kondisi biofisik lahan, juga berpengaruh terhadap kualitas air sungai. Secara kuantitatif, tercatat sebanyak 87 sungai di Kabupaten Buleleng. Sebanyak 60 sungai (68,97%) diantaranya merupakan sungai tadah hujan, yaitu sungai yang hanya mengalirkan air pada musim hujan. Panjang sungai beragam antara 2,3-23,2 Km. Tukad Saba merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Buleleng (23,2 Km). Sedangkan sungai terpendek adalah Tukad Sema (2,3 Km). Debit (maksimal) sungai juga bervariasi antara Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 39

40 m 3 /tahun. Sungai yang memiliki debit air tahunan terbesar adalah Tukad Saba ( m 3 /tahun), sedangkan yang terkecil adalah Tukad Pekecor ( m 3 /tahun) (Tabel SD-11). Tabel SD-11. Inventarisasi Sungai di Kabupaten Buleleng No. Nama Sungai Panjang Lebar (m)**) Kedalaman Debit (m 3 /Th) (Km) Permukaan Dasar (m)**) Maks Min (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Tukad Banyumala 15,4-2. Tukad Musi 5, Tukad Pule 5, Tukad Gerokgak 7, Tukad Yeh Biu 4, Tukad Tinga-Tinga 7, Tukad Sumaga 7, Tukad Saba 23, Tukad Mendaum 22, Tukad Tampekan 17, Tukad Bengkala 9, Tukad Anakan 3, Tukad Baas 6, Tukad Bangka 10, Tukad Buleleng 11, Tukad Buus 19, Lanjutan Tabel SD Tukad Gerusukan 6, Tukad Banyupoh 9, Tukad Palud*) 9,0-20. Tukad Teluk Terima*) 5,0-21. Tukad 11,0 - Pengumbahan) 22. Tukad Langkeng*) 5,5-23. Tukad Yeh Anakan*) 3,4-24. Tukad Binong*) 3,1-25. Tukad Asangan*) 9,4-26. Tukad Serumbung*) 9,1-27. Tukad Penarukan*) 19,0-28. Tukad Sangsit*) 13,1-29. Tukad Daya*) 23,0-30. Tukad Glagah*) 4,1-31. Tukad Dalem*) 9,5-32. Tukad Buah*) 12,0-33. Tukad Enjekan 3,8 - Kebo*) 34. Tukad Embang*) 4,1-35. Tukad Glebeg*) 5,0-36. Tukad Kambing*) 4,0-37. Tukad Bayad*) 11,0 - Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 40

41 38. Tukad Lawan*) 4,0-39. Tukad Desa*) 5,8-40. Tukad Anyar 5,2 - Lapang*) 41. Tukad Sema*) 2,3-42. Tukad Luwah*) 3,2-43. Tukad Tenggulun*) Tukad Krepyak*) Tukad Bacin*) Tukad Salak Tukad Jati*) Tukad Pekecor Tukad Madan Tukad Lesung Tukad Banyuraras 15, Tukad Cangkup*) Tukad Kaswari*) Tukad Batu Pulu Tukad Pasut Tukad Bulian*) Tukad Pacung*) 7,0-58. TukadPonjok Batu*) Tukad Pampang*) Tukad Bangkah*) Tukad Puana*) Tukad Candi*) Tukad Titi*) Tukad Bumbung - - Lanjutan Tabel SD Tukad Daya - - Bondalem*) 66. Tukad Bantes*) Tukad Yeh Lalang*) Tukad Sengkutu*) Tukad Bates*) Tukad Pengagasan*) Tukad Mayangan*) Tukad Pintu*) Tukad Pangkung*) Tukad Ambengan*) Tukad Penganten*) Tukad Bunteh*) Tukad pegonjongan*) Tukad Ujung*) Tukad Puseh*) Tukad Bulakan*) Tukad Tembok*) Tukad Bonriu*) Tukad Yeh Bau*) Tukad Sida Pana*) Tukad Gelar*) Tukad Jaka*) Tukad Luah*) - - Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 41

42 Keterangan : *) Sungai tadah hujan; **) Lebar dan kedalaman belum disurvey Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng (2010) C.2. Air Danau/Waduk/Situ/Embung Danau, waduk, situ dan embung merupakan ekosistem perairan yang dicirikan oleh komponen air sebagai medium bagi berlangsungnya kehidupan hayati dan proses-proes biofisik-kimia, badan air dan daerah tangkapan sebagai komponen pengaliran air dan penampung air serta komponen hayati yaitu biota air. Terdapat dua buah danau, satu buah bendungan dan satu buah embung tercatat di Kabupaten Buleleng dengan total volume air m 3 (Tabel SD-12). Dua danau dimaksud adalah danau Buyan dan danau Tamblingan. Volume air yang tertampung di danau Buyan sekitar m 3. Sedangkan di danau Tamblingan sekitar m 3. Danau-danau yang terdapat di Kabupaten Buleleng merupakan danau vulkanik yang semuanya berada pada rantai pegunungan. Oleh karena itu, danau tersebut bersama-sama dengan danau lain yang ada di Provinsi Bali merupakan penyangga tata air di daerah hilir dan sekitarnya. Danau Buyan maupun Tamblingan kondisi permukaan airnya terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Proses sedimentasi dan pendangkalan danau ini dipicu oleh pola pengelolaan lahan-lahan pertanian di pinggir danau yang kurang memperhatikan aspek-aspek konservasi tanah dan air. Beban erosi yang tinggi bercampur dengan pupuk dari lahan pertanian menyebabkan kondisi danau mengalami pengayaan nutrien yang memicu peledakan tumbuhan air di pinggir danau. Selain danau, di Kabupaten Buleleng juga terdapat waduk dan embung, yaitu waduk Gerokgak di Kecamatan Gerokgak dan embung Tembok di Desa Tembok Kecamatan Tejakula. Volume air waduk Gerokgak rata-rata m 3, berfluktuasi menurut musim. Pada musim hujan volume air yang tertampung lebih banyak, namun pada musim kemarau akan menurun. Danau Tamblingan Airnya Cenderung Menyusut Tabel SD-12. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m 3 ) 1. Danau Buyan, Desa Pancasari Danau Tamblingan, Desa Munduk Waduk Gerokgak, Desa Gerokgak Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 42

43 4. Embung Tembok, Desa Tembok 0, Keterangan : - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng (2010) C.3. Kualitas Air Sungai Kualitas air sungai adalah kondisi mutu air sungai yang diukur atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian di atas, kualitas air sungai menjadi salah satu indikator prilaku masyarakat sekitar dalam mengelola lingkungan. Air sungai bagi sebagian penduduk Kabupaten Buleleng dimanfaatkan sebagai air irigasi, sumber air usaha perikanan, dan keperluan rumah tangga. Oleh karena itu, kualitas air sungai perlu dipantau dan dijaga agar tidak menurunkan produktivitas pertanian, perikanan, dan mengganggu kesehatan masyarakat. Pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Buleleng di lakukan pada 3 sungai (Tukad Buleleng, Tukad Saba dan Tukad Banyuasri) dan masing-masing pada 2 titik yaitu bagian tengah dan hilir sungai dengan hasil sebagaimana tersaji pada Tabel SD-13. Dari 18 parameter kualitas air yang dijui, terdapat 7 parameter yang kadarnya melampaui baku air kelas I menurut Peraturan Gubernur No. 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas Air. Mutu air kelas I adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Parameter yang nilainya melampaui baku mutu air Kelas I adalah sebagai berikut. No. Parameter Baku Mutu*) Lokasi Sampel Nilai Pengamatan 1. BOD 2 mg/l 2, 4, 6 > 6 mg/l 2. COD 10 mg/l 2, 4, 6 > 10 mg/l 3. Total fosfat sebagai P 0,2 mg/l 1, 2, 4, 5, 6 > 0,2 mg/l 4. Besi 0,3 mg/l 3, 4 > 0,3 mg/l 5. Nitrit sebagai N 0,06 mg/l 2 > 0,06 mg/l 6. Fecal Coliform 100/100 ml Semua lokasi > 100/100 ml 7. Total coliform 1000/100 ml 2, 4, 5, 6 > 1000/100 ml Keterangan : *) Baku mutu air kelas I (Pergub Prov. Bali No. 8 Tahun 2007) Tabel SD-13. Kualitas Air Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Lokasi Sampling Parameter Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 43

44 Nama Sungai T. Bll Tengah T. Bll Hilir T. Saba Tengah T. Saba Hilir T.B. Mala Tengah T.B. Mala Hilir Koordinat LS 08.08, , , , , ,9 BT , , , , , ,6 Waktu Pemantauan (tgl/bln/thn) FISIKA Temperatur o C 24,3 27,2 27,1 32,6 24,6 27,3 Residu Terlarut mg/l 62,5 104,5 178, ,5 139 Residu Tersuspensi mg/l KIMIA ANORGANIK ph - 7,157 6,928 7,47 7,56 7,20 7,003 BOD mg/l 1,055 7,37 1,33 4,885 0,96 4,49 COD mg/l 3,215 17,12 3,59 10,21 3,34 10,68 DO mg/l 4,23 4,51 5,38 4,82 5,54 4,15 Total Fosfat sbg P mg/l 0,25 0,755 0,195 0,625 0,255 0,79 NO 3 sebagai N mg/l 0,323 1,2205 0,3195 0,824 0,4115 0,85 NH 3-N mg/l Arsen mg/l Kobalt mg/l Barium mg/l Boron mg/l Selenium mg/l Kadmium mg/l Khrom (VI) mg/l Tembaga mg/l Besi mg/l 0,1252 0,1648 0,5182 0,6294 0, ,1297 Timbal mg/l Mangan mg/l 0,0064 0, ,0021 0,0091 0,0002 0,0021 Air Raksa mg/l Seng mg/l Khlorida mg/l 6,19 15,245 13,47 14,055 7,06 9,77 Sianida mg/l Fluorida mg/ 0,04 0,039 0,035 0,08 0,04 0,07 Lanjutan Tabel SD-13. Nitrit sebagai N mg/l 0,0265 0,0654 0,0174 0,0174 0, ,0537 Sulfat mg/l 6,425 15,53 7,095 11,665 5,79 9,11 Khlorin bebas mg/l Belereng sebagai H 2S mg/l MIKROBIOLOGI Fecal coliform jml/ , ml Total coliform jml/ ml RADIOAKTIVITAS Gross-A Bq /l Gross-B Bq /l KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug /l 0,025 1,05 0,01 0,225 0,0125 0,2 Detergen sebagai MBAS ug /l Senyawa Fenol sebagai Fenol ug /l BHC ug /l Aldrin / Dieldrin ug /l Chlordane ug /l DDT ug /l 0,007 1,2015 0,0185 0,093 0,0135 0,0895 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 44

45 Heptachlor dan heptachlor epoxide ug /l Lindane ug /l Methoxyclor ug /l Endrin ug /l Toxaphan Ug /l Fisik Lokasi Pemantauan Koordinat Ketinggian di atas permukaan laut meter Lebar sungai meter Kedalaman sungai meter Kemiringan sisi kiri derajat Kemiringan sisi kanan derajat Keterangan : T. Bll = Tukad Buleleng; T. Saba = Tukad Saba; T.B. Mala = Tukad Banyu Mala; Sumber : UPT Balai Peralatan dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, 2010, Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Tahun 2010, Singaraja: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Perbadingan nilai BOD, COD, Total fosfat sebagai P, Besi, Nitrit sebagai N, Fecal Coliform dan Total Coliform antar lokasi (tengah dan hilir) dan antar waktu (tahun ) beberapa sungai di Kabupaten Buleleng disajikan pada Gambar 1-3 sampai dengan 1-9. Pada Gambar 1-3 sampai dengan 1-9 tampak bahwa nilai BOD, COD, Fosfat sebagai P, Besi, Nitrit sebagai N, Fecal Coliform dan Total Coliform berfluktuasi pada kurun waktu Nilai Total Fosfat sebagai P, Besi dan Nitrit sebagai N tampak cenderung menurun, tetapi nilai BOD, COD, Fecal Coliform dan Total Coliform tampak cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan, tekanan lingkungan berupa limbah organik dan mikrobiologis cenderung bertambah. Selain berasal dari limpasan daerah sekitarnya, pencemaran bahan-bahan organik dan mikrobiologis pada sungai-sungai di Kabupaten Buleleng sangat berkaitan dengan pola tata guna lahan, pengaliran limbah domestik secara langsung ke perairan maupun aktivitas manusia langsung di sungai. Gambar 1-3. Perbandingan Kadar BOD Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Gambar 1-4. Perbandingan Kadar COD Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Kadar BOD (mg/l) T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) T.B. Mala (2) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir Kadar COD (mg/l) T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) T.B. Mala (2) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 45

46 Gambar 1-5. Perbandingan Kadar Total Fosfat Sebagai P Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Gambar 1-6. Berbandingan Kadar Besi Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Total Fosfat Sebagai P (mg/l) 3 2,5 2 1,5 1 0, T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) T.B. Mala (2) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir Kadar Besi (mg/l) 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir T.B. Mala (2) Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Gambar 1-7. Perbandingan Kadar Nitrit Sebagai N Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Gambar 1-8. Perbandingan Kadar Fecal Coliform Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Kadar Nitrit Sebagai N (mg/l) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) T.B. Mala (2) Kadar Fecal Coliform (jml/100 ml) T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir T.B. Mala (2) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Gambar 1-9. Perbandingan Kadar Total Coliform Beberapa Sungai di Kabupaten Buleleng Tahun Total Coliform (jml/100 ml) T. Bll (1) T. Bll (2) T. Saba (1) T. Saba (2) T.B. Mala (1) T.B. Mala (2) Lokasi Sampling: (1) tengah, (2) hilir Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Pada sungai-sungai yang dipantau, kualitas air di bagian tengah cenderung lebih baik dibandingkan bagian hilir yang tercermin dari nilai-nilai parameter yang diamati. Hal ini disebabkan oleh: (1) sungai-sungai di bagian hilir berada di kawasan pemukiman penduduk yang padat, dan (2) aliran sungai di hilir yang berdekatan dengan muara cenderung lebih lambat sehingga bahan-bahan pencemar yang kemungkinan berasal dari bagian hulu dan tengah sungai tertumpuk pada bagian hilir dekat muara sebelum ke laut. C.4. Kualitas Air Danau/Situ/Embung Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 46

47 Danau/Situ/Embung yang ada di Kabupaten Buleleng selain berguna untuk memanen air hujan sehingga mengurangi jumlah air larian (run off), juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk kegiatan pertanian dan pemenuhan kebutuhan air rumah tangga. Oleh karena itu, air danau/situ/embung perlu dipantau kualitasnya karena berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat pemanfaat air tersebut dan kelestarian plasma nutfah di dalamnya. Pemantauan kualitas air danau pada tahun 2010 dilakukan pada dua danau di Kabupaten Buleleng yaitu danau Buyan dan danau Tamblingan. Hasil pemantauan disajikan pada Tabel SD-14. Dari 18 parameter kualitas air yang dijui, terdapat 3 parameter yang kadarnya melampaui baku mutu Kelas I. Parameter yang nilainya melampaui baku mutu air Kelas I adalah sebagai berikut. Pemantauan Kualitas Air Danau No. Parameter Baku Lokasi Nilai Mutu*) Sampling Pengamatan 1. BOD 2 mg/l 3 (Buyan III) > 2 mg/l 2. DO 6 mg/l 1, 2, 4, 5, 6 > 6 mg/l 3. Total Fosfat sbg P 0,2 mg/l 3, 6 > 0,2 mg/l Tabel SD-14. Kualitas Air Danau/Situ/Embung di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Parameter Satuan Lokasi Sampling (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Nama Lokasi Buyan Buyan Buyan Tamb Tamb Tamb I II III I II III Koordinat LS 08.14, , , , , ,76 BT , , , , , ,61 Waktu Pemantauan (tgl/bln/thn) FISIKA Temperatur o C 24,3 24,6 24,4 24,9 24,2 24,1 Residu Terlarut mg/l , ,5 Residu Tersuspensi mg/l KIMIA ANORGANIK ph - 7,21 7,12 6,88 7,78 7,51 7,464 BOD mg/l 1,565 0,96 2,825 1,425 0,805 1,245 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 47

48 COD mg/l 4,495 3,67 6,285 4,08 3,16 3,75 DO mg/l 6,12 6,67 5,24 6,10 6,20 6,14 Total Fosfat sbg P mg/l 0,19 0,16 0,20 0,14 0,11 0,52 NO 3 sebagai N mg/l 0,5345 0,364 0,5545 0,467 0,366 0,4445 Nitrit-NO2 mg/l 0,0361 0,0168 0,0386 0,0381 0,017 0,0313 Arsen mg/l Kobalt mg/l Barium mg/l Boron mg/l Selenium mg/l Kadmium mg/l Khrom (VI) mg/l Tembaga mg/l 0, ,0006 0,0015 0, , ,00335 Besi mg/l 0, ,0997 0,0075 0,0988 0, ,10295 Timbal mg/l Mangan mg/l Tt Tt Tt Tt Tt Tt Air Raksa mg/l Seng mg/l 0,0007 0,0003 0,0007 0, ,0004 0,0004 Khlorida mg/l Sianida mg/l Fluorida mg/l Nitrit sebagai N mg/l 0,046 0,041 0,051 0,041 0,039 0,044 Sulfat mg/l 11,015 10,435 15,09 5,92 4,79 5,68 Khlorin bebas mg/l Belereng sebagai H 2S mg/l MIKROBIOLOGI Fecal coliform Jml/ , ml Total coliform Jml/ ml Lanjutan Tabel SD-14. RADIOAKTIVITAS Gross-A Bq /l Gross-B Bq /l KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug /l Detergen sebagai MBAS ug /l Senyawa Fenol sebagai Fenol ug /l BHC ug /l Aldrin / Dieldrin ug /l Chlordane ug /l DDT ug /l Heptachlor dan heptachlor epoxide ug /l Lindane ug /l Methoxyclor ug /l Endrin ug /l Toxaphan ug /l Keterangan : - Sumber Tt Tt 0,1 Tt Tt Tt Tt Tt Tt Tt Tt Tt : UPT Balai Peralatan dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, 2010, Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Tahun 2010, Singaraja: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 48

49 Perbandingan nilai BOD, DO dan Total fosfat sebagai P air danau Buyan dan Tamblingan pada tahun 2007, 2009 dan 2010 disajikan masing-masing pada Gambar 1-10 sampai dengan Nilai BOD cenderung meningkat pada enam lokasi sampling pengamatan. Danau Buyan (lokasi sampling III) memiliki nilai BOD tertinggi pada tahun Nilai DO dan Total Fosfat sebagai P relatif stabil pada kurun waktu tahun Kandungan Total Fosfat sebagai P yang tinggi terdapat di danau Tamblingan. Gambar Perbandingan Nilai BOD Air Danau di Kabupaten Buleleng Tahun 2007, 2009 dan 2010 Gambar Perbandingan Nilai DO Air Danau di Kabupaten Buleleng Tahun 2007, 2009 dan Kadar BOD (mg/l) 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Buyan I Buyan II Buyan III Tamb I Tamb II Tamb III Kadar DO (mg/l) Buyan I Buyan II Buyan III Tamb I Tamb II Tamb III Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun Total Fosfat Sebagai P (mg/l) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Gambar Perbandingan Nilai Total Fosfat Sebagai P Air Danau di Kabupaten Buleleng Tahun 2007, 2009 dan 2010 Buyan I Buyan II Buyan III Tamb I Tamb II Tamb III Sumber : Diolah dari Data SLHD Kab. Buleleng Tahun C.5. Kualitas Air Sumur Air sumur merupakan salah satu sumber air baku bagi masyarakat Buleleng. Oleh karena itu kualitas air sumur berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat sehingga perlu dipantau secara teratur. Pemantauan kualitas air sumur pada tahun 2010 dilakukan pada lima lokasi, yaitu : (1) Kampung Baru 1, (2) Kampung Baru 2, (3) Kampung Bugis, (4) Kampung Kali Untu, dan (5) Kampung Anyar. Dari 16 parameter kualitas air yang diuji, dua parameter nilainya melampaui baku mutu air Kelas I menurut Pergub No. 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas Air. Hasil pengukuran kualitas air sumur tahun 2010 secara lengkap disajikan pada Tabel SD-15. Parameter yang nilainya melampaui Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 49

50 baku mutu adalah kadar zat besi (0,18-0,72 mg/l atau rata-rata 0,36 mg/l) dan Nitrit sebagai N (0,04 0,25 mg/l atau rata-rata 0,15 mg/l). Parameter Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Satuan Lokasi Sampling (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Nama Lokasi *) Koordinat Waktu Pemantauan FISIKA Temperatur o C 28,5 28,6 28,3 27,5 Residu Terlarut mg/l Bau**) - T bau T bau T bau T bau T bau Rasa - T rasa T rasa T rasa T rasa T rasa Kekeruhan Skala Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih NTU Residu Tersuspensi mg/l KIMIA ANORGANIK ph 6-9 7,4 7,4 7,4 6,9 7,3 BOD mg/l Lanjutan Tabel SD-15. COD mg/l DO mg/l Total Fosfat sbg P mg/l NO 3 sebagai N mg/l 0,25 0,81 0,28 0,35 0,28 NH 3 -N mg/l Arsen mg/l Kobalt mg/l Barium mg/l Boron mg/l Selenium mg/l Kadmium mg/l Khrom (VI) mg/l Tembaga mg/l Besi mg/l 0,72 0,18 0,20 0,21 0,50 Timbal mg/l Mangan mg/l 0,08 0,06 0,15 0,16 0,18 Air Raksa mg/l Seng mg/l Khlorida mg/l 20,4 20,5 25,0 45,0 26,5 Sianida mg/l Fluorida mg/l 0,26 0,28 0,08 0,15 0,28 Nitrit sebagai N mg/l 0,21 0,04 0,25 0,12 0,15 Sulfat mg/l 0,85 0,85 0,92 0,71 1,25 Khlorin bebas mg/l Belereng sebagai H 2 S mg/l MIKROBIOLOGI Fecal coliform jml/ Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 50

51 ml Total coliform jml/ ml RADIOAKTIVITAS Gross-A Bq/l Gross-B Bq/l KIMIA ORGANIK Zat Organik (KMnO 4 ) mg/l 1,20 1,92 1,4 2,8 2,25 Minyak dan Lemak µg/l Detergen sebagai MBAS µg/l Senyawa Fenol sebagai Fenol µg/l BHC µg/l Aldrin / Dieldrin µg/l Chlordane µg/l DDT µg/l Heptachlor dan heptachlor epoxide µg/l Lindane µg/l Methoxyclor µg/l Endrin µg/l Toxaphan µg/l Keterangan : *) (1) Kampung Baru 1, (2) Kampung Baru 2, (3) Kampung Bugis, (4) Kampung Kali Untu, (5) Kampung Anyar **) T bau= Tidak berbau, T rasa= Tidak berasa, T warna= Tidak berwarna Sumber : UPTD Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng (2010) D. Udara Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa udara secara rerata lebih dari tiga menit. Karena itu, udara sangat vital kedudukannya bagi kehidupan manusia. Udara bebas yang ada di atmosfer berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Secara alamiah udara yang ada di atmosfer memiliki komposisi: nitrogen 78,08%, oksigen 20,95%, argon 0,93%, karbondioksida 0,031%, dan unsur penyerta lainnya dalam komposisi yang sangat kecil (Handoko, 1993). Komposisi udara itu setiap saat bisa berubah akibat masuknya berbagai gas ke atmosfer yang menimbulkan pencemaran terhadap udara. Udara yang mengalami pencemaran yang melebihi baku mutu, dapat menimbulkan gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, maupun harta benda. D.1. Kualitas Udara Ambien Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas, dan merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 51

52 Pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Buleleng tahun 2010 dilakukan pada sepuluh lokasi. Hasil pemantauan disajikan pada Tabel SD-16. Nilai parameter kualitas udara hasil pemantauan adalah sebagai berikut. 1. Konsentrasi sulfur oksida (SO 2 ) udara ambien selama satu jam berkisar antara 58,41-265,39 µg/nm 3. Lokasi jalan Masuk Depan Pelabuhan Celukan Bawang mengandung kadar SO 2 tertinggi, yaitu 265,39 µg/nm 3. Kadar SO 2 terendah terdapat di lokasi terminal Sangket, Kecamatan Sukasada. Kadar SO 2 udara ambien di Kabupaten Buleleng rata-rata 145,142 µg/nm 3, lebih rendah dari baku mutu, dimana konsentrasi SO 2 maksimal di udara ambien selama 1 jam adalah 900 µg/nm 3 (Pergub Provinsi Bali No. 8 Tahun 2007). 2. Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) udara ambien selama satu jam pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berkisar antara 355,56-829,63 µg/nm 3 atau rata-rata 604,44 µg/nm 3. Nilai tersebut masih lebih rendah dari kadar maksimun CO udara ambien yang diperbolehkan selama satu jam sebesar µg/nm 3 (Pergub Provinsi Bali No. 8 Tahun 2007). 3. Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO 2 ) udara ambien selama satu jam hasil pengukuran pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berkisar antara 49,33-94,22 µg/nm 3 (rata-rata 73,20 µg/nm 3 ), lebih sendah dari buku mutu sebesar 400 µg/nm Kadar Ozon (O 3 ) udara ambient yang diukur pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 masih tergolong aman karena nilainya masih berkisar antara 1,16-11,97 µg/nm 3 ; jauh di bawah baku mutu yang nilainya 235 µg/nm Konsentrasi NH3 udara ambien selama satu jam hasil pengukuran pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berkisar antara 0,027-0,471 Ppm atau ratarata 0,10 Ppm. 6. Kadar Timbal (Pb) udara ambien hasil pemantauan pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berkisar antara 0,210-0,873 µg/nm 3 atau rata-rata 0,40 µg/nm 3. Kadar Timbal itu lebih rendah dari nilai baku mutu sebesar 1 µg/nm Kadar Debu Total udara ambien pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng tahun 2010 beragam antara 338, ,94 Ppm. 8. Konsentrasi H 2 S udara ambien hasil pengukuran pada beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng berkisar antara 0,005-0,010 Ppm. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 52

53 Tabel SD-16. Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Parameter Satuan Lama Lokasi Pengukuran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Nama Lokasi :*) 1 Jam 58,41 100,64 85,08 128,57 113,65 206,98 229,21 265,39 176,51 86,98 1. SO 2 µg/nm 3 24 Jam 1 tahun 1 Jam 474,07 355,56 592,59 711,11 592,59 651,85 829,63 592,59 533,33 711,11 2. CO µg/nm 3 24 Jam 1 tahun 1 Jam 65,33 76,44 78,22 75,11 94,22 79,11 49,33 69,78 80,00 64,44 3. N0 2 µg/nm 3 24 Jam 1 Tahun 4. O 3 µg/nm 3 1 Jam 2,830 3,04 11,97 1,23 1,41 3,04 1,16 1,27 2,34 2,40 1 Tahun 5. NH 3 Ppm 1 Jam 0,027 0,050 0,471 0,054 0,073 0,075 0,042 0,067 0,079 0, Jam 0,246 0,303 0,545 0,253 0,525 0,236 0,873 0,430 0,210 0, Pb µg/nm 1 Tahun 7. Debu Total Ppm 1 Jam 508,48 338,98 338,93 847,46 338,98 667,97 338,98 508,47 667, ,94 8. H 2S Ppm 1 Jam 0,009 0,007 0,009 0,008 0,005 0,009 0,007 0,007 0,010 0, hari Keterangan : *) Lokasi Pengamatan: (1) Terminal Sangket, (2) Patung Singa-Pertigaan Ngurah Rai, (3) Jl Sumber A. Yani Perempatan Kota, (4) Perempatan Penarukan, (5) Depan Terminal Banyuasri, (6) Desa Bubunan, (7) Perempatan Pasar Seririt, (8) Jalan Masuk Depan Pelabuhan Celukan Bawang, (9) Pertigaan jalan masuk pantai Lovina, (10) Perempatan jalan masuk Segara Penimbangan : UPT. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi Bali Kualitas udara di Kabupaten Buleleng tahun 2010 tergolong baik, tercermin dari nilai parameter kualitas udara ambien yang tidak melampaui baku mutu. Namun demikian, berbagai upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas udara tersebut tetap perlu dilakukan agar nilainya tidak semakin meningkat, bahkan melampaui nilai baku mutu. D.2. Kualitas Air Hujan Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Sebagaimana diketahui, di udara terdapat berbagai macam partikel, bercampur membentuk awan. Jenis dan sifat partikel awan tersebut menentukan kualitas air hujan. Oleh karena itu, kualitas udara antara lain dapat diketahui dari kualitas air hujan. Belum diketahui bagaimana kualitas air hujan di Kabupaten Buleleng karena belum dilakukan pengujian. Diharapkan pada tahun yang akan datang dilakukan pengujian kualitas air hujan dengan mengukur parameter seperti Tabel SD-17. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 53

54 Tabel SD-17. Kualitas Air Hujan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Parameter Satuan Waktu Pemantauan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des 1. ph 7,4 8,33 8,7 7,27 7,76 8,8 8,49 8,71 7,88 7,36 8,06 8,23 2. DHL ms 0,14 0,13 0,15 0,15 0,87 0,17 0,44 0,32 0,27 0,19 0,15 0,16 3. S04-2 mg/l N03 mg/l Cr mg/l NH4 mg/l Na mg/l Ca 2+ mg/l Mg 2+ mg/l Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) E. Laut, Pesisir dan Pantai Ekosistem laut, pesisir dan pantai merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menopang kehidupan. Kabupaten Buleleng memiliki pantai sepanjang ± 144 Km, sehingga pada radius 4 mil luas perairan laut adalah ± 1.166,75 Km 2 membentang dari Barat ke Timur mulai dari Desa Sumberkelampok di Kecamatan Gerokgak sampai Desa Tembok di Kecamatan Tejakula (Diskanla, 2009). Hampir semua kecamatan memiliki pantai, kecuali Kecamatan Busungbiu dan Sukasada. Kecamatan Gerokgak memiliki pantai terpanjang, yaitu 72,40 Km, diikuti Kecamatan Tejakula sepanjang 19 Km, kemudian Kecamatan Kubutambahan 16,6 Km, Kecamatan Buleleng 14 Km, Kecamatan Seririt 10,20 Km, Kecamatan Banjar 6,60 Km, dan terahir Kecamatan Sawan dengan pantai paling pendek, yaitu 5,20 Km (BPS Kabupaten Buleleng, 2010). Laut, pesisir dan pantai Kabupaten Buleleng memiliki: terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Pemanfaatan laut, pesisir dan pantai jangan sampai merusak kekayaan ekosistem tersebut. E.1. Kualitas Air Laut Pemantauan kualitas air laut tahun 2010 dilakukan pada lima lokasi, yaitu Pantai Lovina, Pantai Pemuteran, Pantai Kampung Baru, Pantai Tembok, dan Pantai Celukan Bawang. Hasil penilaian tersaji pada Tabel SD-18. Dari 18 parameter yang diuji, 4 parameter diantaranya menyimpang dari baku mutu air laut (sebagai wisata bahari maupun Pemantauan Kualitas Air Laut Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 54

55 budidaya perikanan) sesuai Pergub Provinsi Bali No. 8 Tahun Parameter dan lokasi sampling yang nilai parameternya menyimpang itu adalah : 1. Nilai kecerahan di pantai Kampung Baru (0,5 M) menyimpang dari baku mutu ( 6 M). 2. Nilai DO air laut di pantai Lovina (2,0 mg/l), pantai Kampung Baru (3,35 mg/l), dan pantai Tembok (3,95 mg/l) menyimpang dari nilai baku mutu minimal 5 mg/l untuk wisata bahari dan 4 untuk budidaya perikanan. 3. Nilai PO 4 -P air laut di pantai Kampung Baru (0,3245 mg/l), pantai Tembok (0,0725 mg/l) dan pantai Celukan Bawang (0,078 mg/l) melampaui nilai baku mutu (0,015 mg/l). 4. Kadar deterjen air laut di pantai Kampung Baru (0,146 mg/l), pantai Tembok (0,0365 mg/l) dan pantai Celukan Bawang (0,0475 mg/l) melampaui nilai baku mutu sebesar 0,001 mg/l. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan detergen dapat menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorbsi oksigen di perairan. Tabel SD-18. Kualitas Air Laut di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Parameter Nama Lokasi Koordinat Satuan Baku Mutu Lokasi Sampling Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 P Lovina P P C P Kp Baru P Tembok Pemuter Bawang 08.09,7 LS; ,5 BT 08.08,62 LS; ,36 BT 08.05,9 LS; 08.09,3 LS; ,7 BT ,0 BT 08.11,37 LS; ,90 BT Waktu sampling (tgl/bln/thn) Lanjutan Tabel SD-18. Fisika 1. Warna PltCo ,75 12,5 12,5 2. Bau 3. Kecerahan M >6 100% 100% 0,5 100% 100% 4. Kekeruhan NTU 2,0 5. TSS Mg/l ,5 10,5 3 2,5 6. Sampah - 7. Lapisan Minyak - 8. Temperatur o C 30,4 32,3 29,8 31,2 32,6 Kimia 1. ph - 7,44 7,346 7,509 7,659 7, Salinitas 24,9 29,4 30,2 26,6 30,8 3. DO mg/l 2,0 4,35 3,35 3,95 5,01 4. BOD 5 mg/l COD mg/l 6. Amonia total mg/l Nihil Tt Tt Tt Tt Tt 7. NO 2-N mg/l 0, NO 3-N mg/l Tt Tt Tt Tt Tt 9. PO 4-P mg/l 0,015 0,01 0,01 0,3245 0,0725 0, Sianida (CN - ) mg/l 11. Sulfida (H 2S) mg/l 12. Klor mg/l Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 55

56 13. Minyak bumi mg/l 14. Fenol mg/l Nihil Tt Tt 0,0045 Tt Tt 15. Pestisida mg/l 16. PCB mg/l 17. Deterjen mg/l 0,001 0, ,0006 0,146 0,0365 0, Merkuri (Hg) mg/l 19. Krom (Cr) mg/l 20. Mangan (Mn) mg/l 21. Arsen (As) mg/l 22. Selenium (Se) mg/l 23. Kadmium (Cd) mg/l 24. Tembaga (Cu) mg/l 0,050 0, , ,0215 0, , Timbal (Pb) mg/l 26. Besi mg/l - 0,4303 0, , , , Seng (Zn) mg/l 28. Nikel mg/l 29. Cobalt (Co) mg/l 30. Perak (Ag) mg/l 31. Minyak lemak mg/l 1 0,1875 0,1625 1,625 0,2125 0,2125 Biologi 1. E. Coli MPN/100 ml Coliform MPN/100 ml Keterangan : - Sumber : UPT Balai Peralatan dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, 2009, Laporan Hasil Pengukuran Kualitas Air Tahun 2009, Singaraja: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. E.2. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem spesifik, tempat hidup dan berkembangnya berbagai makhluk hidup di pesisir pantai. Terumbu karang juga sangat penting dalam menjaga ekosistem pantai secara keseluruhan. Keindahan terumbu karang dengan berbagai jenis ikan hias yang ada merupakan modal bagi daerah, seperti Kabupaten Buleleng dalam mengembangkan wisata pantai. Terumbu karang di wilayah pesisir Kabupaten Buleleng menyebar hampir sepanjang pantai pada 7 kecamatan yang memiliki pantai, mulai dari Desa Tembok di ujung paling Timur sampai Desa Sumberkelampok di ujung Barat, dengan luas tutupan sekitar 2.218,1 Ha. Kecamatan Gerokgak memiliki tutupan terumbu karang terluas, yaitu 924,8 Ha (41,69%), diikuti Kecamatan Tejakula 912,3 Ha (41,13%). Tutupan terumbu karang paling sempit terdapat di Kecamatan Kubutambahan, yaitu 20 Ha (0,9%). Hasil evaluasi kondisi terumbu indikasikan, tekanan terhadap kelestarian karang di Kabupaten Buleleng tahun 2010 (Tabel SD-19) menunjukkan, 40,67% dalam keadaan rusak berat dan 27,97% rusak terumbu karang di Kabupaten Buleleng tergolong besar. Tekanan tersebut berasal dari alam maupun perilaku manusia di laut ringan. Terumbu karang yang kondisinya maupun di darat yang kurang memperhatikan baik hanya 31,36%. Hal ini meng- kelestarian terumbu karang. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 56

57 Gambar Kondisi Terumbu Karang di Kabupaten Buleleng Tahun ,67% 31,36% Baik Rusak Ringan Rusak Berat 27,97% Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Buleleng (2010) Tabel SD-19. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Luas Tutupan Persentase Luas Terumbu Karang (%) (di pesisir) (Ha) Sangat Baik Baik Sedang*) Rusak**) 1. Gerokgak 924,8 Tidak ada 35,89 29,90 34,21 2. Seririt 110,4 Tidak ada 31,88 36,87 31,25 3. Banjar 95,7 Tidak ada 36,99 34,69 28,32 4. Buleleng 98,7 Tidak ada 26,95 36,68 32,37 5. Sawan 56,2 Tidak ada 29,18 40,04 30,78 6. Kubutambahan 20 Tidak ada 20,00 45,00 35,00 7. Tejakula 912,3 Tidak ada 26,99 22,17 50,84 Jumlah 2.218,1 Tidak ada 31,36 27,97 40,67 Keterangan : *) Rusak ringan; **) Rusak Berat Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng (2010) E.3. Luas dan Kerusakan Padang Lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) berbiji satu (monokotil) yang hidup di laut dangkal, mempunyai akar rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah, serta berkembang biak secara generatif dan vegetatif (tunas). Keberadaan padang lamun sangat penting dalam ekosistem pantai, laut dan pesisir karena merupakan tempat bersembunyi dan berpijahnya beberapa jenis hewan laut, terutama jenis ikan. Selain itu, padang lamun memiliki kandungan blue green algae yang mempunyai kemampuan memfiksasi Nitrogen. Oleh karena itu, padang lamun merupakan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 57

58 ekosistem yang produktif dan sumber daya yang bernilai tinggi yang memperkaya kesuburan laut dan memberi makan serta perlindungan bagi berbagai spesies yang memiliki nilai ekonomis. Kerusakan padang lamun dapat mengganggu ekosistem pesisir sehingga sangat perlu untuk dijaga kelestariannya. Sebaran ekosistem padang lamun di wilayah pesisir Kabupaten Buleleng utamanya terdapat di Teluk Terima, Desa Sumber Kelampok, Kecamatan Grokgak. Jenisnya didominasi oleh Enhalus acoroides. Selain itu, padang lamun juga ditemukan di Desa Pejarakan, Desa Pengulon, Teluk Lumpur, dan Kawasan Lovina namun kondisinya tidak membentuk suatu hamparan. Kondisi padang lamun di Kabupaten Buleleng masih tergolong baik, namun luas padang lamun yang ada belum terdata (Tabel SD-20). Diharapkan pada tahun-tahun mendatang dapat dilakukan pengkajian terhadap luas padang lamun di Kabupaten Buleleng. Tabel SD-20. Luas dan Kerusakan Padang Lamun di Kabupaten Tahun 2010 No Kecamatan (di pesisir) Luas (Ha)*) Persentase Area Kerusakan (%)**) 1. Gerokgak Ada (belum ada data luas) 0 2. Seririt Tidak ada - 3. Banjar Ada (belum ada data luas) 0 4. Buleleng Ada (belum ada data luas) 0 5. Sawan Tidak ada - 6. Kubutambahan Tidak ada - 7. Tejakula Tidak ada - Jumlah - Keterangan : *) Luasan belum terdata; **) Hampir tidak ada kerusakan Padang Lamun Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng (2010) E.4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Ekosistem mangrove mempunyai multi fungsi seperti: (1) berperan menjebak dan menahan sedimen, meredam badai pantai dan energi gelombang seperti tsunami, kontrol terhadap erosi, menetralisir limbah cair sehingga melindungi laut dari pencemaran (fungsi ekologis/fisik), (2) menjaga kestabilan produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati wilayah pesisir karena sebagai pemasok hara dan makanan bagi plankton (fungsi biologis), Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 58

59 Mangrove di Kecamatan Gerokgak (3) menjadi daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang produktif, penghasil berbagai produk seperti kayu, bahan pewarna, makanan, madu, obat-obatan, kosmetika dan lain-lain yang bernilai ekonomi (fungsi ekonomi), dan (4) sebagai obyek dan daya tarik wisata alam, pendidikan dan ilmu pengetahuan (fungsi pariwisata). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 I - 59

60 Luas hutan mangrove di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah 274,4 Ha tersebar di dua kecamatan. Luas dan kerapatan tutupan mangrove tahun 2010 tersaji pada Tabel SD-21. Tabel SD-21. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Lokasi Luas Lokasi Persentase Kerapatan (Ha) tutupan (%) (pohon/ha) 1. P. Menjangan (Kec. Gerokgak) 29, Teluk Terima (Kec. Gerokgak) 162, Teluk Banyuwedang (Kec. Gerokgak) 52, Pejarakan (Kec. Gerokgak) 30, Bukti (Kec. Kubutambahan) 0, Jumlah 274,4 - - Keterangan : - Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng (Resnstra Pengelolaan Wilayah Pesisir) Belum ada standar luas mangrove yang ideal pada suatu wilayah kabupaten. Namun demikian, upaya mempertahankan luas dan kondisi tutupan agar tidak berkurang atau rusak mutlak diperlukan untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove tersebut. Mangrove di Kabupaten Buleleng dominan atau 99,96% terdapat di Kecamatan Gerokgak. Sisanya 0,04% terdapat di Kecamatan Kubutambahan. Di Kecamatan Gerokgak, sebagian besar mangrove terdapat di Teluk Terima, yaitu 162,3 Ha yang kondisinya masih baik, dengan tutupan mencapai 100%. F. Iklim Perubahan iklim (climate change) dan anomali iklim merupakan salah satu dampak pemanasan global yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan secara keseluruhan. Kondisi cuaca dan iklim perlu dipantau secara teratur agar dapat disusun langkah-langkah penanganannya secara tepat, baik pada tataran antisipasi, mitigasi maupun adaptasi. Secara umum kondisi cuaca dan iklim daerah Bali, termasuk Buleleng sangat dipengaruhi oleh pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan selatan, interaksi laut-atmosfer, aktivitas konvergensi, tumbuhnya pusat tekanan rendah, dan pengaruh kondisi lokal setempat. Kondisi cuaca dan iklim tergambar antara lain melalui keadaan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 60

61 curah hujan dan suhu udara bulanan yang kondisinya di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut. F.1. Curah Hujan Curah hujan rata-rata bulanan di Kabupaten Buleleng periode Juli-Desember 2009 dan Januari-Juni 2010 berkisar antara 0,00 334,86 mm atau rata-rata 112,08 mm/bulan (Tabel SD-22). Bulan paling basah terjadi pada Januari dan paling kering terjadi pada Oktober. Bulan basah yaitu bulan dimana curah hujannya di atas 100 mm. Pada tahun 2010, curah hujan bulanan di atas 100 mm terjadi pada bulan Januari - Mei 2009 (5 bulan). Tabel SD-22. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 dan 2010 No. Kecamatan Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. Gerokgak Seririt*) Busungbiu Banjar**) Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Rata-rata 334,86 209,14 203,57 183,00 279,57 21,00 4,00 2,13 1,38 0,00 25,88 80,50 Keterangan : *) Alat pemantau rusak; **) Alat pemantau rusak pada Januari Juni 2010 Periode data Juli s/d Desember 2009 dan Januari s/d Juni 2010 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng F.2. Suhu Udara Suhu udara merupakan salah satu unsur iklim dan cuaca yang penting karena berpengaruh langsung terhadap aktivitas makhluk hidup. Pertumbuhan dan produksi tanaman, mikroorganisme dan jenis makhluk hidup lainnya antara lain dikontrol oleh suhu udara. Karena itu suhu udara perlu diukur secara teratur untuk mengetahui kecenderungannya dan penyusunan strategi menyikapi kondisi suhu yang demikian. Hasil pengukuran suhu udara rata-rata bulanan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 ditampilkan pada Tabel SD-23. Suhu udara rata-rata bulanan selama tahun 2010 berkisar 27,9 28,9 o C. Suhu udara rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada Maret, yaitu 28,9 o C dan terandah pada bulan Mei, yaitu 27,9 o C. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 61

62 Tabel SD-23. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ( 0 C) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. Gerokgak Seririt 28,3 28,1 28, ,9 28,6 28,5 28,4 28,1 28,8 28,8 27,9 3. Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah 28,3 28,1 28, ,9 28,6 28,5 28,4 28,1 28,8 28,8 27,9 Keterangan : Alat pengukur suhu udara baru terdapat di Laboratorium PHP Tangguwisia, Kecamatan Seririt Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) G. Bencana Alam Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, badai ombak, tanah longsor dan sebagainya. Ditinjau dari kondisi geografis, geologis dan hidrometeorologis, daerah Kabupaten Buleleng termasuk wilayah berpotensi dan rawan mengalami bencana alam. Beberapa kejadian bencana alam pernah terjadi di wilayah Kabupaten Buleleng adalah gempa bumi, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, badai ombak, dan angin puting beliung. Data perkembangan kejadian bencana alam sangat diperlukan untuk mengetahui kecenderungannya sehingga dapat dilakukan langkah-langkah penanganannya. G.1. Bencana Banjir Kabupaten Buleleng merupakan daerah tergolong rawan bencana. Hal ini terlihat dari kejadian bencana yang sering terjadi di wilayah Kabupaten Buleleng. Pada tahun 2010, bencana banjir terjadi di tiga kecamatan, yaitu Seririt, Banjar dan Sukasada, dengan korban sebanyak 109 KK dan 382 jiwa. Bencana banjir yang terjadi telah merusak sejumlah rumah, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya (Tabel BA-1A). Belum ada data pasti jumlah area yang terendam banjir, jumlah korban mengungsi ataupun meninggal, dan perkiraan kerugian materi yang ditimbulkannya (Tabel BA-1). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 62

63 Tabel BA-1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Area Korban Perkiraan Kerugian Terendam (Ha) Mengungsi Meninggal (Rp.) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Buleleng (2010) Tabel BA-1A. Bencana Banjir dan Jumlah Terkena Musibah di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Desa Jumlah Terkena Musibah Keterangan KK Jiwa 1. Gerokgak Seririt Lokapaksa*) 0 0 Badan jalan dekat saluran irigasi ambles ± 10 m Sulanyah 1 1 Rumah rusak 3. Busungbiu Banjar Banjar 3 7 Rumah terendam air Dencarik 6 22 Rumah terendam air Temukus Rumah, kantor KUA dan masjid terendam air 5. Sukasada Ambengan Rumah dan dapur rusak, tertimbun lumpur 6. Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Buleleng (2010) *) Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 63

64 Bekas banjir bandang di Desa Ambengan, Sukasada Warga dan Aparat Membersihkan Puing-puing Bekas Lonsor di Desa Ambengan, Sukasada G.2. Bencana Kekeringan Kekeringan merupakan hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Dampak kekeringan paling terasa pada pertanian yang membutuhkan banyak air, seperti padi sawah. Bencana kekeringan sangat terkait dengan hujan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Daerah beriklim kering seperti sebagian besar wilayah Kabupaten Buleleng lebih mudah mengalami kekeringan karena waktu hujannya terbatas. Tidak ada kejadian bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Buleleng selama tahun 2010 (Tabel BA-2). Hal ini diperkirakan terkait dengan cukup lamanya periode hujan yang terjadi selama kurun waktu tahun 2009/2010. Pada Tabel SD-22 dapat dilahat, hujan hampir terjadi setiap bulan pada tahun 2009/2010 kecuali pada bulan Oktober Tabel BA-2. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kekeringan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Areal Padi Gagal Perkiraan Kerugian Panen (Ha)*) (Rp)*) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula 0 0 Jumlah 0 0 Keterangan : *) Tidak terjadi bencana kekeringan tahun 2010 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 64

65 G.3. Bencana Tanah Longsor Tanah longsor terjadi karena akumulasi berbagai kondisi lingkungan dan prilaku manusia. Secara alamiah, longsor mudah terjadi pada lahan berlereng, struktur tanah remah, curah hujan tinggi, drainase buruk, kemampuan meresapkan air rendah, dan tutupan vegatasi rendah. Prilaku manusia juga mempunyai andil yang besar pada kejadian tanah longsor. Kegiatan penduduk yang cenderung mengurangi kemampuan tanah meresapkan air, terutama bada bagian hulu memicu terjadinya tanah longsor. Kabupaten Buleleng merupakan daerah yang rawan mengalami bencana tanah longsor, terutama pada lokasi-lokasi sepanjang perbukitan di sisi Selatan yang membentang dari Timur ke Barat. Pada tahun 2010, bencana tanah longsor terjadi cukup luas, yaitu pada 8 kecamatan dari 9 kecamatan yang ada (Tabel BA-3). Tidak ada korban meninggal pada kejadian tersebut, namun menyebabkan kerugian material hingga Rp ,-. Tabel BA-3. Bencana Tanah Longsor, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Korban Meninggal Perkiraan Kerugian (jiwa) (Rp.) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Buleleng (2010) G.4. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan Kebakaran hutan dapat merusak ekosistem hutan, mengurangi tutupan lahan, dan pada kebakaran yang luas dapat menghancurkan keanekaragaman hayati di dalamnya, mencemari udara serta menjadi sumber GRK. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 65

66 alam, ulah manusia atau kombionasi keduanya. Kebakaran hutan karena faktor alam biasanya terjadi pada musim kemarau dimana sebagian vegetasi layu/kering disertai udara kering dan suhu udara tinggi. Kebakaran hutan juga sering terjadi akibat kecerobohan manusia membuang puntung rokok, membuat perapian di hutan atau membuka ladang dengan sistem tebang bakar. Kabupaten Buleleng dalam sejarahnya pernah mengalami bencana kebakaran hutan/lahan. Namun pada tahun 2010 bencana itu tidak terjadi (Tabel BA-4). Daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan antara lain hutan di Kecamatan Grokgak dan Tejakula. Kecamatan Grokgak dan Tejakula merupakan daerah yang beriklim paling kering di Kabupaten Buleleng. Pada musim kemarau beberapa bagian hutan di wilayah ini mengalami kekeringan sehingga mudah terbakar. Pada tahun 2010 periode waktu hujan cukup panjang disbanding tahun-tahun sebelumnya, sehingga tanaman hutan tidak sampai mengalami kekeringan. Hal inilah yang antara lain menyebabkan tidak ada kejadian kebakaran hutan pada tahun Tabel BA-4. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Perkiraan Luas Hutan/Lahan Perkiraan Terbakar (Ha)*) Kerugian (Rp)*) (1) (2) (3) (4) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula 0 0 Jumlah 0 0 Keterangan : *) Tidak terjadi bencana kebakaran hutan/lahan Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) G.5. Bencana Alam Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran yang terjadi pada permukaan bumi. Ada dua jenis gempa bumi, yaitu gempa bumi tektonik dan vulkanik. Gempa bumi tektonik merupakan getaran pada permukaan bumi akibat pelepasan tenaga yang terjadi karena subduksi Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 66

67 K EL UR AH AN GIL IMANUK P UL AU MENJANGAN DESA SU MBERKE LAMPOK D ES A BLIMBI NG SARI D ESA PEJA RAKAN D ESA SUMB ERKIMA DESA EK ASARI D ESA TU KADAYA DESA PE MUT ERAN DESA MA NISTUTU KELUR AHAN BAL ER BA LE AGUNG K ELU RAHAN PEN DEM D ESA BANYUPOH D ES A BATUAGUNG D ESA PE NYARINGAN DESA PE NYABANGAN D ES A MUSI D ESA YEHEMBAN G K AUH DESA SA NG GA LANGIT DESA GE ROKGAK KECAMATAN GEROKGAK DESA YE HEMBANG DESA PATAS DESA YE HE MB AN G KANGIN DESA PE NGULON DESA TINGATINGA DESA YE HSUMBUL DESA CE LU KA NBAWANG D ES A MEDEWI D ES A TUKA DS UMAGA D ESA PULUKAN DESA SE PAN G K ELOD D ES A MANGGI SSARI DESA UMEANYAR DESA BA NJA RASEM DESA KA LIS ADA DESA KA LOP AKSA D ESA PANGKUNG PARUK D ESA SEPANG DESA TISTA D ES A TE MUKUS DESA PE NGASTULAN D ESA SULA NYAH DESA DE NCARIK D ES A KALIANGET DESA SE RIRIT DES A PA TEMON D ESA UNGGA HAN DESA RINGDIKIT D ESA UL ARAN KECAMATAN SERIRIT DESA BU SUN GBIU DESA TI TAB DESA TE LAGA D ESA PU NCAKSARI DESA BO NG ANCINA D ES A DES A TANGGUWISIA D ESA JE ROAN DESA BU BUNAN BELATUNGAN DESA TEMPE KAN D ESA BANJA RTE GEHE D ESA BA NJAR D ES A MAYONG D ESA RANGDU KECAMATAN BUSUNGB IU D ESA BESTALA DESA KE KERAN D ESA SUBUK DESA MU ND UKTEMU D ESA SIDETAPA D ES A KALIBUKBUK DESA KA LIA SEM KECAMATAN BANJAR D ES A GUNUNGSARI D ESA PELA PUAN DESA KEDIS D ESA BA NTIRAN D ES A CEMPAGA D ES A MUNDUK BESTALA D ES A TIRT ASARI DESA KA YUP UTIH D ESA BANYUATIS DESA BE NGKEL D ES A TING GA RSARI DESA AN TURAN D ESA KAYUP UTIH DESA TIGAWASA D ESA PEDAWA KECAMATAN BULELENG D ES A PEMARON DESA TU KA DMUNGGA D ES A UMEJERO D ESA SELAT DESA BAKTISER AGA D ES A GOBLEG D ESA PUJUNGAN D ES A SAMBANGAN D ESA PANJI D ES A PANJIANOM D ES A TEGALLIN GGAH DESA MU NDUK D ESA GESING D ES A SA NGSIT DESA K EROBOKAN K ELURAH AN PEN ARUKAN DESA PE NGLATAN K EL. BA NY UNING D ESA PE TANDAKAN DESA SA RIMEKAR DESA N AGAS EPAHA KELU RAHAN SUKASADA KECAMATAN SUKASADA DESA PA DAN GBULIA D ES A WANAGIRI D ESA SI NABUN DESA BU NG KULAN D ESA SUWUG DESA JI NE NGDALEM D ES A POHBERGONG DESA ALASA NGKER D ESA PEGADUNGAN D ES A GITG IT DESA AMBENGAN D ESA PANCA SARI DESA SENGANAN D ES A GIRI MAS D ESA PE GAYAMAN DESA BENGK ALA D ESA JAGAR AGA DESA KU BU TA MBAHAN D ESA BULIAN DESA BU KTI D ESA D EPEHA D ES A TUNJUNG DESA BILA D ESA MENYALI KECAMATAN KUBUTAMBAHAN DESA SA WAN D ESA SUDAJI DESA SILANGJANA DESA CA ND IKUNING D ESA BEBETIN DESA SEKUMPUL D ES A TA MB LA NG D ES A BONTIH ING KECAM ATAN SAWAN D ES A LEMUKIH D ES A GALUNGAN DESA PE LAGA D ESA PA KISAN DESA TA MBAKAN D ESA BELOK DESA TAJUN DESA PA CUNG D ESA SAMBIRAN DESA SATRA D ESA SELULUNG D ESA PEMGE JERAN DESA CA TUR D ESA PA CUNG D ES A MADENAN D ESA DAUSA D ES A BONDALEM D ESA JU LAH KECAMATAN TEJ AKULA D ES A BANTANG D ESA KU TUH D ESA SU KAWANA D ESA TEJAK ULA DESA SUBAYA D ESA LES D ESA SIAKIN D ESA PENUK TUKAN DESA PINGGAN DESA SA MB IRENTENG DESA BE LANDINGAN DESA TE MBOK DESA TIANYAR BARAT lempengan plat tektonik. Sedangkan gempa bumi vulkanik terjadi akibat aktivitas gunung merapi. Kabupaten Buleleng merupakan daerah dengan potensi gempa tinggi (Bappeda Provinsi Bali, 2006), baik yang disebabkan oleh akvitas tektonik maupun vulkanik. Kedua jenis gempa ini pernah terjadi di Kabupaten Buleleng. Pulau Bali, termasuk Kabupaten Buleleng merupakan kawasan yang terletak pada daerah pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Samudra Pasifik dan Lempeng India-Australia yang masingmasing bergerak ke Barat dan ke Utara relatif terhadap Eurasia. Posisi ini yang menyebabkan Kabupaten Buleleng rawan gempa tektonik. Selain itu, di Bali terdapat beberapa gunung merapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur yang berpotensi menyebabkan gempa vulkanik. Pada tahun 2010 tercatat tidak ada kejadian gempa bumi di Kabupaten Buleleng (Tabel BA-5). Namun demikian, perlu selalu dilakukan pemantauan terhadap gejala-gejala alam yang ada sebagai langkah antisipasi karena gempa bumi dapat merusak hasil-hasil pembangunan dan menimbulkan korban jiwa. L A U T B A L I S E L A T M E N J A N G A N Ke Negara KECAMATAN GEROKGAK Luas kawasan hutan = Ha (76,10%) Luas kawasan hutan kritis = 99,69% K A B U P A T E N B U L E L E N G K e De npasar K A B U P A T E N B A D U N G K e Ba ngli K e Se ma ra pu ra KAB. KARANGASEM KAB. BANGLI K A B U P A T E N J E M B R A N A K e Pupuan K A B U P A T E N T A B A N A N KECAMATAN SAWAN Kecamatan Sawan memiliki kawasan hutan seluas Ha atau 18,47% dari luas total wilayah PENYUSUNAN PROFIL DAERAH RAWAN BENCANA Nama Gambar : DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DI KABUPATEN BULELENG Skala : 1 : Cm M No. Gbr. : 4.5 PEMERINTAH KABUPATEN B U L E L E N G U Keterangan : Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Jalan Daerah Rawan Kebakaran Hutan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 67

68 Tabel BA-5. Bencana Alam Gempa Bumi, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Korban Meninggal Perkiraan Kerugian (jiwa)*) (Rp.)*) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula 0 0 Jumlah 0 0 Keterangan : *) Tidak ada kejadian bencana alam gempa bumi Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Buleleng (2010) Selain rawan bencana gempa bumi, wilayah Kabupaten Buleleng juga rawan bencana gelombang pasang, bahkan merupakan bencana yang paling kerap menimpa Kabupaten Buleleng. Pada tahun 2010 gelombang pasang terjadi pada beberapa wilayah pesisir Kabupaten Buleleng (Tabel BA-5A). Bencana gelombang pasang terjadi Kecamatan Seririt, Buleleng, Sawan dan Kubutambahan. Tidak ada korban jiwa, namun telah mengakibatkan kerugian materi hingga Rp ,-. Tabel BA-5A. Bencana Alam Gelombang Pasang, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Korban Meninggal Perkiraan Kerugian (jiwa) (Rp.) 1. Gerokgak 0-2. Seririt Busungbiu 0-4. Banjar 0-5. Sukasada 0-6. Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula 0 - Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 68

69 Lingkungan hidup mempunyai daya dukung alamiah yang terbatas terhadap berbagai aktivitas makhluk hidup. Disisi lain, setiap aktivitas makhluk hidup memberikan tekanan terhadap lingkungan. Tekanan yang paling besar berasal dari aktivitas manusia. Dengan kecerdasannya, manusia mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat hidupnya lebih mudah dan lebih praktis, meskipun untuk itu seringkali harus memberikan tekanan yang sangat berat terhadap lingkungan. Tekanan terhadap lingkungan hidup perlu memperoleh respon yang sesuai agar tidak sampai merusak daya dukungnya kini dan masa depan. A. Kependudukan Ukuran, struktur, distribusi dan perubahan jumlah penduduk merupakan dinamika kependudukan yang berdampak positif maupun negatif terhadap lingkungan. Dinamika kependudukan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah, pengelolaan sumberdaya alam, pertahanan dan keamanan. Namun jumlah penduduk yang terlalu banyak, dengan struktur (komposisi menurut pendidikan, jenis kelamin, status ekonomi, dll.) dan sebaran yang tidak seimbang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Oleh karena itu dinamika kependudukan perlu dikelola dengan baik untuk mereduksi dampak-dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya. A.1. Jumlah, Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk Setiap penduduk membutuhkan ruang dan sumberdaya lainnya untuk melakukan aktivitas kehidupan. Jumlah, sebaran dan tingkat pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup. Daerah berpenduduk padat dengan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 69

70 tingkat pertumbuhan penduduk tinggi akan mengalami tekanan lingkungan yang lebih besar dibanding daerah yang lebih jarang penduduknya. Penduduk Kabupaten Buleleng hasil registrasi tahun 2009 berjumlah jiwa (Tabel DE-1). Sebaran jumlah penduduk menurut kecamatan berkisar jiwa, terbesar di Kecamatan Buleleng dan terendah di Kecamatan Busungbiu. Dengan luas wilayah 1.365,88 Km 2, berarti kepadatan penduduk pada tahun 2009 rata-rata 483 jiwa/km 2. Tekanan dari Pertumbuhan Penduduk Sebaran kepadatan penduduk tampak tidak merata menurut wilayah kecamatan, dengan rentang jiwa/km 2. Kecamatan Buleleng, tempat dimana ibu kota Kabupaten Buleleng (Singaraja) berada dan merupakan pusat pemerintahan, pelayanan pendidikan, kesehatan dan perekonomian memiliki kepadatan penduduk paling tinggi. Meskipun jumlah penduduk Kabupaten Buleleng terbanyak diantara kabupaten lain yang ada di Provinsi Bali, namun karena wilayahnya yang luas (24,23% luas Provinsi Bali) maka tingkat kepadatan penduduknya termasuk kategori rendah (kurang 500 jiwa/km 2 ). Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Luas (Km 2 Jumlah Pertumbuhan Kepadatan ) Penduduk Penduduk Penduduk 1. Gerokgak 356, , Seririt 111, , Busungbiu 196, , Banjar 172, , Sukasada 172, , Buleleng 46, , Sawan 92, , Kubutambahan 118, , Tejakula 97, , Jumlah , , Keterangan : Penerbitan data dilakukan tahun 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng Pertumbuhan penduduk rata-rata di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 adalah 0,66%, lebih rendah dibanding tahun 2008 sebesar 1,08%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Buleleng relatif bisa dikendalikan karena keberhasilan program keluarga berencana. Laju pertumbuhan penduduk pada tingkat Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 70

71 kecamatan berkisar 0,01 1,21%. Pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Gerokgak dan terendah di Kecamatan Banjar dan Buleleng. A.2. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk berdasarkan halhal tertentu seperti jenis kelamin, umum, pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, dan lain sebagainya. Komposisi penduduk memberikan tekanan yang berbeda terhadap lingkungan hidup. Karena itu perlu dipantau dan dikaji secara teratur agar dapat disusun kebijkan dan diambil langkah-langkah yang tepat dalam pengelolaannya. Penduduk laki-laki di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 berjumlah jiwa (Tabel DE-2). Sebagian besar penduduk laki-laki itu berusia tahun, yaitu jiwa atau 35,13% dari total penduduk laki-laki. Penduduk laki-laki berusia 0-14 tahun dan 65+ masing-masing berjumlah jiwa (23,79%) dan jiwa (6,18%). Hal ini menunjukkan, sebagian besar penduduk laki-laki di Kabupaten Buleleng dalam usia produktif (berumur tahun). Jumlah penduduk pada tingkat kecamatan berkisar jiwa. Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk laki-laki paling banyak, sedangkan Kecamatan Busungbiu memiliki jumlah penduduk laki-laki paling sedikit. Ditinjau dari umur penduduk laki-laki, semua kecamatan memiliki penduduk laki-laki paling banyak pada umur tahun. Sebaran jumlah penduduk menurut umur di tingkat kecamatan hampir sama dengan tingkat kabupaten, yaitu dominan berusia tahun (usia produktif). Tabel DE-2. Penduduk Laki-Laki Menurut Kecamatan, dan Golongan Umur di Kabupaten Buleleng 2009 No. Kecamatan Jumlah 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : Penerbitan data dilakukan tahun 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 71

72 Fenomena yang hampir sama juga tampak pada penduduk perempuan. Penduduk perempuan di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berjumlah jiwa (Tabel DE-3), hampir sebanding dengan jumlah penduduk laki-laki ( jiwa). Jumlah penduduk perempuan pada tingkat kecamatan berkisar jiwa. Kecamatan Buleleng memiliki penduduk perempuan paling banyak dan Kecamatan Busungbiu paling sedikit. Penduduk perempuan di Kabupaten Buleleng paling banyak berumur tahun (35,26%). Penduduk perempuan berusia 0-14 tahun dan 65+ masing-masing berjumlah jiwa (23,07%) dan jiwa (6,69%). Hal ini menunjukkan, sebagian besar penduduk perempuan di Kabupaten Buleleng juga berusia produktif (berumur tahun). Tabel DE-3. Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan, dan Golongan Umur di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Jumlah 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : Penerbitan data dilakukan tahun 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng A.3. Migrasi Penduduk Migrasi (perpindahan) penduduk selama hidup di Kabupaten Buleleng tahun 2009 lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan, baik datang ke Buleleng maupun pindah ke luar Buleleng. Jumlah penduduk perempuan yang datang mencapai jiwa (51,86% dari total jumlah penduduk datang tahun 2010) atau 7,71% lebih banyak dibanding laki-laki. Pada sisi Jumlah (jiwa) Gambar 2-1. Perbandingan Migrasi Selama Hidup Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng tahun Sumber : BPS Kab. Buleleng (2010) L (datang) P (datang) L (pindah) P (pindah) Jenis Kelamin (L=laki-laki; P=perempuan) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 72

73 perpindahan, jumlah perempuan yang datang lebih banyak dari laki-laki yaitu mencapai jiwa atau 58,47% dari total penduduk pindah. Jumlah penduduk datang lebih banyak 12,94% dibanding penduduk pindah. Migrasi penduduk dengan berbagai latar belakangnya tidak bisa dihindari karena menjadi bagian dari dinamika kependudukan. Namun migrasi penduduk perlu dikelola dengan baik agar dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya dapat ditekan. Tabel DE-4. Migrasi Selama Hidup Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Datang Pindah Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : Penerbitan data dilakukan tahun 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng A.4. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah tersebut. Semakin banyak jumlahnya maka tekanan terhadap lingkungan pesisir dan laut semakin besar. Selain itu, penduduk yang tinggal di wilayah pesisir dan laut rawan mengalami bencana gelombang pasang. Dari 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng, 7 kecamatan memiliki wilayah pesisir dan laut. Terdapat 52 buah desa/kelurahan pesisir di Kabupaten Buleleng atau 35,14% dari total 148 desa/kelurahan yang ada. Desa pesisir paling banyak terdapat di Kecamatan Gerokgak dan Buleleng yakni masing-masing 12 desa/kelurahan (Tabel DE-5). Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di desa/kelurahan pesisir pada tahun 2009 sebanyak jiwa atau 46,65% dari total penduduk Kabupaten Buleleng. Penduduk pesisir tersebut tersebar pada rumah tangga. Kecamatan Buleleng memiliki penduduk wilayah pesisir dan laut paling banyak, yaitu jiwa, diikuti Kecamatan Gerokgak Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 73

74 ( jiwa) diurutan kedua. Penduduk wilayah pesisir dan laut paling sedikit terdapat di Kecamatan Kubutambahan, yaitu jiwa. Wilayah Kabupaten Buleleng merupakan nyegara gunung, dimana wilayah perbukitan ada di sisi Selatan, sedangkan wilayah dataran di sisi Utara memanjang dari Barat ke Timur sepanjang pesisir mulai dari Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak sampai Desa Tembok, Kecamatan Tejakula sepanjang 144 Km. Hal ini menyebabkan jumlah desa/kelurahan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Buleleng cukup banyak. Sentra-sentra perekonomian (perdagangan maupun pariwisata) tumbuh dan berkembang di beberapa tempat tidak jauh dari pesisir. Hal ini pula yang menyebabkan banyak penduduk Buleleng yang bertempat tinggal di desa/kelurahan wilayah pesisir dan laut. Tekanan lingkungan di wilayah pesisir yang merupakan bagian hilir Sub daerah aliran sungai (Sub DAS) di Kabupaten Buleleng lebih besar dibanding bagian tengah dan hulu. Tabel DE-5. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : Penerbitan data dilakukan tahun 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng A.5. Penduduk Menurut Golongan Umur, Status Pendidikan dan Pendidikan Tertinggi Tingkat pendidikan penduduk menggambarkan kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk akan semakin tinggi pula kesadarannya terhadap kelestarian lingkungan hidup sehingga tekanan terhadap lingkungan semakin berkurang. Data yang ada (Tabel DS-1) menunjukkan, sebagian besar penduduk laki-laki berusia 5-24 tahun di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berstatus pendidikan SD, yaitu jiwa (56,36%), dikuti SLTP jiwa (22,59%) dan SLTA jiwa (15,09%). Penduduk laki-laki berusia 5-24 tahun yang tidak bersekolah jiwa (3,95%). Sedangkan yang berstatus pendidikan perguruan tinggi baru sebasar 2,01%. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 74

75 Tabel DS-1. Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Umur Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma *) Universitas *) Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng (2010) Ditinjau dari golongan umurnya, penduduk laki-laki berpendidikan SD berusia 5-15 tahun dan paling banyak berumur 7-12 tahun ( orang). Pada jenjang pendidikan SLTP berumur 7-18 tahun, dominan berumur tahun ( orang). Sedangkan pada jenjang SLTA berumur tahun sebagian besar berumur tahun. Masih ada penduduk laki-laki berumur 7-12 tahun (usia SD) tidak sekolah (Tabel DS-1), kemungkinan putus sekolah atau bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Hal ini perlu diupayakan agar anak-anak yang tidak bersekolah itu dapat mengenyam pendidikan, setidak-tidaknya memenuhi wajib belajar 9 tahun. Status pendidikan penduduk perempuan berusia 5-24 tahun sebagian besar ( orang atau 55,91%) SD. Pada rentang umur 5-24, mereka yang bersekolah di SD dominan berusia 7-12 tahun ( orang), SLTP berusia tahun ( orang), dan SLTA dominan tahun (6.757 orang). Penduduk perempuan dengan status pendidikan perguruan tinggi lebih banyak disbanding penduduk laki-laki, yaitu 57,29% dari total penduduk dengan status pendidikan perguruan tinggi. Namun demikian, penduduk perempuan usia SD (7-12 tahun) masih ada yang tidak sekolah, yaitu sebanyak orang (Tabel DS-2). Sebagaimana halnya penduduk laki-laki, maka penduduk perempuan usia SD yang tidak sekolah perlu diupayakan agar dapat mengikuti pendidikan setidaknya sampai tamat SLTP (terpenuhi wajib belajar 9 tahun). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 75

76 Tabel DS-2. Penduduk Perempuan Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Umur Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma Universitas Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng (2010) Tingkat pendidikan tertinggi penduduk (laki-laki ataupun perempuan) berusia 5 tahun ke atas mencerminkan tingkat kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah. Penduduk laki-laki berusia 5 tahun ke atas pada tahun 2010 dominan berpendidikan tamat SD (30,62%), diikuti berpendidikan SLTA diurutan kedua, yaitu 21,57%. Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Buleleng sudah tergolong baik karena jumlah penduduk yang berpendidikan diploma ke atas mencapai 4,40% dari total penduduk laki-laki (Tabel DS-3). X Tabel DS-3. Penduduk Laki-laki Berusia 5 Tahun ke Atas Menurut Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Buleleng 2010 Umur Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Pendidikan Tertinggi SD SLTP SLTA Diploma S1 S2 S > Jumlah Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 76

77 Penduduk perempuan berusia 5 tahun ke atas sebagian besar (31,65%) berpendidikan tamat SD. Jumlah penduduk perempuan yang tidak pernah mengenyam pendidikan dan tidak tamat SD masih cukup tinggi, yaitu 35,41% dari total penduduk perempuan (Tabel DS-4). Perlu terus diupayakan agar jumlah penduduk yang tidak memiliki ijasah minimal SD semakin berkurang dari waktu ke waktu, antara lain melalui program kejar paket dan pengentasan buta aksara. Hal ini perlu dilakukan karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan dan kualitas hidup manusia. X Tabel DS-4. Penduduk Perempuan Berusia 5 Tahun ke Atas Menurut Golongan Umur dan Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Buleleng 2010 Umur Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Pendidikan tertinggi SD SLTP SLTA Diploma S1 S2 S > Jumlah Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) A.6. Rasio Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Jumlah Sekolah Pada tahun 2009, di Kabupaten Buleleng terdapat 506 unit SD/MI, 82 unit SLTP/MTs dan 57 unit SLTA/MA (Tabel DS-5 dan DS-5A). Dengan luas wilayah 1.365,88 Km 2 berarti rata-rata terdapat 1 unit SD/MI setiap 2,70 Km 2 ; 1 unit SLTP/MTs setiap 16,66 Km 2 ; dan 1 unit SLTA/MA setiap 23,96 Km 2 luas wilayah. Dengan jumlah penduduk jiwa, maka rasio jumlah penduduk dengan jumlah sekolah adalah: 1 unit SD/MI per jiwa; 1 unit SLTP/MTs per jiwa; dan 1 unit SLTA/MA per jiwa. Jumlah sekolah cukup proporsional dengan jumlah penduduk dan luas masingmasing kecamatan, kecuali jumlah SLTP di Kecamatan Tejakula baru 6 unit untuk jumlah Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 77

78 penduduk jiwa; dan jumlah SLTA di Kecamatan Banjar dan Busungbiu masingmasing baru 2 unit untuk jumlah penduduk Jiwa (Kecamatan Banjar) dan jiwa (Kecamatan Busungbiu). Tabel DS-5. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Jumlah Luas SD SLTP SLTA Penduduk (Km 2 ) (unit) (unit) (unit) 1. Gerokgak , Seririt , Busungbiu , Banjar , Sukasada , Buleleng , Sawan , Kubutambahan , Tejakula , Jumlah , Keterangan : Penerbitan data dilakukan tahun 2010 Sumber : BPS Kabupaten Buleleng dan Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng Tabel DS-5A. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Jumlah Sekolah (Madrasah) Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah penduduk Luas (km 2 ) Madrasah Ibtidaiyah (unit) Madrasah Tsanawiyah (unit) Madrasah Aliyah (unit) 1. Gerokgak , Seririt , Busungbiu , Banjar , Sukasada , Buleleng , Sawan , Kubutambahan , Tejakula , Jumlah , Keterangan : - Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng B. Permukiman Pertambahan jumlah penduduk menuntut jumlah pemukiman yang meningkat pula. Perkembangan pemukiman akan memberikan tekanan yang semakin besar terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik (lahan, tata air, udara, dll.) maupun sosial Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 78

79 ekonomi dan budaya. Oleh karena itu perkembangan pemukiman perlu direspon dengan menata lokasi maupun arsitekturnya. B.1. Rumah Tangga Miskin Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (1) rendahnya taraf pendidikan yang mengakibatkan terbatasnya kemampuan diri, khususnya dalam mengakses lapangan kerja dan lapangan usaha; (2) rendahnya taraf kesehatan, menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa; (3) terbatasnya lapangan kerja; dan (4) kondisi terisolasi, sehingga sulit menjangkau pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sebagainya. Jumlah rumah tangga miskin (RTM) di Kabupaten Buleleng cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai program penangulangan kemiskinan dilaksanakan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan tersebut. Pada tahun 2005, RTM di Kabupaten Buleleng berjumlah rumah tangga. Jumlah RTM tahun 2010 berkurang menjadi rumah tangga (Tabel SE-1); tereduksi sekitar rumah tangga atau 5,68% (BPMPD Kab. Buleleng, 2010). Pemerintah Kabupaten Buleleng mengupayakan penurunan RTM (rumah tangga sasaran/rts) sekitar 6% setiap tahunnya. Pada tingkat kecamatan, jumlah RTM berkisar rumah tangga. Jumlah terbanyak terdapat di Kecamatan Gerokgak, rumah tangga (16,42% dari total RTM Kabupaten Buleleng) atau 32,82% dari jumlah rumah tangga di Kecamatan Gerokgak. Jumlah RTM terkecil ada di Kecamatan Sawan, yaitu rumah tangga, sekitar 16,72% dari jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Sawan. Tabel SE-1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Buleleng No. Kecamatan Jumlah Jumlah Rumah Tangga Rumah Tangga Miskin (1) (2) (3) (4) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 79

80 B.2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Lokasi Tempat Tinggal Jumlah rumah tangga menurut lokasi tempat tinggal menggambarkan kondisi mayoritas lokasi permukiman penduduk Kabupaten Buleleng, sekaligus dapat memberikan informasi tingkat tekanan lingkungan di lokasi atau wilayah tersebut. Pada Tabel SE-2 dapat disimak, dari KK yang ada pada tahun 2010, sebagian besar bermukim pada lokasi pemukiman tergolong sederhana, yaitu KK (36,96%). Ada KK (sekitar 8%) bermukim di lokasi pemukiman kumuh. Penduduk yang bermukim di bantaran sungai dan lokasi pasang surut perlu selalu dipantau karena rawan terkena bencana banjir atau gelombang pasang, serta berpotensi memberikan tekanan yang lebih besar terhadap sungai atau pesisir. Tabel SE-2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Lokasi Tempat Tinggal di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Lokasi Permukiman Jumlah Rumah Tangga 1. Mewah Menengah Sederhana Kumuh Bantaran Sungai Pasang Surut Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) B.3. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Sumber air minum bagi penduduk Kabupaten Buleleng tahun 2009 berupa ledeng, sumur, sungai, hujan, air kemasan dan sebagainya (Tabel SE-3), termasuk pompa dan mata air. Baru sekitar 23,95% (41.427) rumah tangga di Kabupaten Buleleng menggunakan ledeng sebagai sumber air minumnya. Sebagian besar sumber air minum penduduk adalah dari sumber lain, seperti pompa dan mata air. Pada semua kecamatan yang ada, sebagian rumah tangganya menggunakan ledeng sebagai sumber air minum, baik ledeng yang dikelola PDAM maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Masih ada rumah tangga, yakni 689 rumah tangga yang memanfaatkan air hujan sebagai sumber air minum. Perlu diidentifikasi alasan rumah tangga tersebut menggunakan air hujan, dan apa upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya. Hal ini perlu dilakukan karena umumnya air hujan kurang memenuhi syarat sebagai air baku. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 80

81 Kebutuhan air baku bertambah seiring bertambahnya jumlah dan tingkat kebutuhan penduduk. Air ledeng baik yang berasal dari PDAM maupun lainnya di Kabupaten Buleleng berasal dari sumur bor (air tanah) maupun dari mata air di bagian hulu. Pengambilan air tanah maupun mata air yang tidak terkendali dapat merusak lingkungan. Selain itu benturan penggunaan air dari mata air atau sungai dapat menimbulkan konflik sosial bagi para pihak yang berkepentingan, misalnya antara subak (kelompok pemakai air irigasi) dengan PDAM, dsb. Tabel SE-3. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya*) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : *) Pompa, mata air terlindung, dan mata air tak terlindung Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010) B.4. Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pembuangan Sampah Rumah tangga di Kabupaten Buleleng ( rumah tangga) melakukan pembuangan sampah dengan cara diangkut dari sumber ke TPS, ditimbun atau dibakar (Tabel SP-1). Cara pembuangan sampah sudah tergolong baik, namun akan lebih baik lagi jika sampah terlebih dahulu dipilah berdasarkan jenisnya. Sampah organik dikomposkan, sedangkan sampah anorganik yang masih bermanfaat dijual ke pemulung, dan yang tidak lagi bermanfaat dibuang ke TPS untuk diteruskan ke TPA. Tabel SP-1. Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pembuangan Sampah di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Cara Pembuangan RT Angkut*) Timbun*) Bakar*) Ke Kali Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 81

82 Lanjutan Tabel SP-1. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 4. Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : *) Rumah tangga membuang sampah dengan cara angkut/ timbun/bakar. Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng (2010) B.5. Jumlah Rumah Menurut Tempat Buang Air Besar Tempat buang air besar dapat menjadi gambaran kondisi sosial ekonomi suatu rumah tangga. Rumah tangga yang masih melakukan buang air besar di tempat-tempat umum (kecuali di jamban umum) menunjukkan lemahnya kondisi ekonomi dan/atau kesadarannya dalam mengelola limbah biologisnya. Limbah biologis yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan dan mengurangi kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Buleleng tahun 2010 sebanyak rumah tangga. Sebagian melakukan aktivitas buang air besar di tempat milik sendiri (51,73%), dan sebagian lainnya (46,78%) di tempat umum. Tempat umum yang digunakan sebagai tempat buang air besar bisa berupa WC umum, sungai atau tempat-tempat umum lainnya. Banyaknya rumah tangga yang membuang air besar di tempat umum perlu mendapat respon melalui berbagai program sosial (penyuluhan) dan pemberdayaan masyarakat, termasuk bantuan pembuatan WC rumah tangga. Respon tersebut diperlukan karena membuang air besar di tempat umum dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Pada tingkat kecamatan, rumah tangga di Kecamatan Kubutambahan yang membuang air besar di tempat umum jumlahnya paling banyak, yaitu rumah tangga (83,55% dari total rumah tangga kecamatan). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 82

83 Tabel SP-2. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar No. Kecamatan Jumlah Tempat Buang Air Besar RT Sendiri Bersama Umum Tidak Ada 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng (2010) Jumlah rumah tangga yang belum memiliki jamban sebanyak rumah tangga, tersebar pada 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng. Banyaknya rumah tangga yang belum memiliki jamban di tingkat kecamatan berkisar rumah tangga. Terbanyak di Kecamatan Gerokgak dan paling sedikit di Kecamatan Busungbiu (Tabel SP-3). Rumah tangga yang belum memiliki jamban diperkirakan membuang air besar menumpang di tumah keluarga lainnya, rumah tetangga, WC umum, di sungai ataupun di tegalan. Penduduk yang membuang kotoran di sungai maupun di tegalan perlu mendapat respon karena mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Respon dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan kesehatan dan atau lingkungan, bantuan pembuatan jamban rumah tangga, dan kegiatan lingkungan lainnya. Tabel SP-3. Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tangki Septik di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga*) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : *) Kepala Keluarga tidak memiliki jamban Sumber : Diolah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 83

84 B.6. Jumlah Rumah Tangga dan Prakiraan Timbulan Sampah Aktivitas penduduk sehari-hari tidak bisa dihindari tentu menghasilkan sampah. Timbulan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berjumlah 1.950,71 m 3 /hari. Setiap rumah tangga menghasilkan timbulan sampah rata-rata 0,011 m 3 /hari. Sampah Rumah Sakit Tabel SP-4. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Timbulan Sampah (m3/hari) 1. Gerokgak ,35 2. Seririt ,91 3. Busungbiu ,93 4. Banjar ,29 5. Sukasada ,42 6. Buleleng ,68 7. Sawan ,56 8. Kubutambahan ,85 9 Tejakula ,73 Jumlah ,71 Keterangan : - Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng (2010) C. Kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat menggambarkan bagaimana pengelolaan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang dikelola dengan baik antara lain tercermin dari tingginya jumlah anak lahir yang hidup, rendahnya tingkat kematian penduduk maupun serangan penyakit di masyarakat. C.1. Perempuan Usia Subur, Jumlah Anak Lahir dan Jumlah Anak Masih Hidup Usia subur adalah usia dimana perempuan mampu melahirkan secara optimal, berusia antara tahun. Jumlah perempuan usia tahun di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah jiwa. Dari jumlah tersebut, perempuan berusia tahun jumlahnya paling banyak, yaitu jiwa (19,11%). Gambaran tentang jumlah anak lahir hidup dan jumlah anak masih hidup pada tahun 2010 tersaji pada Tabel DS-6. Rata-rata perempuan usia subur di Kabupaten Buleleng mampu melahirkan anak sekitar 1,81 bayi Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 84

85 (sekitar 2 anak/ibu). Dari jumlah anak lahir hidup tersebut sekitar 94,7% anak masih hidup. Data ini tanpa memperhitungkan status perkawinan perempuan usia subur tersebut. Tabel DS-6. Perempuan Usia Subur, Jumlah Anak Lahir Hidup dan Jumlah Anak Masih Hidup Menurut Golongan Umur Ibu di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Umur Jumlah Perempuan Jumlah Anak lahir Jumlah Anak Hidup Masih Hidup Keterangan : - Sumber : Diolah dari Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Buleleng (2010) C.2. Jumlah Kematian Jumlah kematian di Kabupaten Buleleng tahun 2010 ditinjau dari umurnya dominan berumur > 45 tahun, yaitu 1396 jiwa atau sekitar 69,97% dari total kematian tahun 2010 (Tabel DS-7). Sementara jumlah kematian penduduk berumur < 1 tahun sekitar 3,63%. Jumlah kematian ini tidak memperhitungkan jenis kelaminnya. Jumlah kematian penduduk secara umum tanpa memperhatikan umurnya tersaji pada Tabel DS-7A. Jumlah kematian penduduk pada tahun 2010 adalah jiwa atau sekitar 0,30% dari total penduduk Kabupaten Buleleng. Penduduk perempuan yang meninggal jiwa (0,16% dari total penduduk Kabupaten Buleleng) atau 0,31% dari jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Buleleng. Penduduk laki-laki yang meninggal tahun 2010 berjumlah 984 jiwa (0,15% dari total penduduk Kabupaten Buleleng) atau 0,30% dari jumlah penduduk lakilaki. Pada tingkat kecamatan, jumlah kematian penduduk berkisar jiwa. Jumlah kematian penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Seririt dan yang terendah di Kecamatan Banjar. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 85

86 Tabel DS-7. Jumlah Kematian menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No Umur Jumlah Kematian (jiwa)*) Laki-laki / Perempuan 1. < > Keterangan : *) Tidak berdasarkan jenis kelamin Sumber : RSUD Singaraja dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng (2010) Tabel DS-7A. Jumlah Kematian Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng C.3. Jenis Penyakit Utama Diderita Penduduk Infeksi akut lain pada saluran pernapasan atas adalah penyakit yang banyak diderita oleh penduduk Buleleng tahun 2010, dengan jumlah penderita mencapai orang (19,76% dari total penderita penyakit utama). Daftar jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kabupaten Buleleng tahun 2010 tersaji pada Tabel DS-8. Tampak juga, penyakit Rhematoid asrthritis lain dan hipertensi primer juga cukup mendominasi, diderita oleh jiwa dan jiwa atau masing-masing 17,36% dan 16,79% dari total penderita. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 86

87 Tabel DS-8. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No Jenis Penyakit Jumlah Penderita % Terhadap Total Penderita 1. Infeksi akut lain pada saluran pernapasan atas ,76 2. Rhematoid arthritis lain ,36 3. Hipertensi Primer ,79 4. Pharinghitis ,70 5. Dermatitis lain ,69 6. Penyakit Gusi & Jaringan Periodental ,82 7. Kecelakaan ( Vulnus App) ,79 8. Gastritis ,78 9. Nasopharingitis akut (common cold) , Peny pulpa & jaringan Periapikal ,31 Total Keterangan : Sepuluh besar penyakit di Kabupaten Buleleng Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng (2010) Selain berasal dari rumah tangga, sumber pencemaran juga berasal dari rumah sakit. Sumber pencemaran dari rumah sakit dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Volume limbah yang dihasilkan dari 7 rumah sakit yang ada di Kabupaten Buleleng rata-rata 1.689,2 Kg limbah padat per hari dan 234,5 Kg limbah cair per hari (Tabel SP-5). Selain limbah biasa, rumah sakit juga menghasilkan limbah B3. Limbah B3 padat yang dihasilkan mencapai Kg/tahun. Berbeda dengan sumber pencemaran lainnya, limbah B3 semata-mata memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. RSUD sebagai rumah sakit tipe B menghasilkan limbah biasa maupun limbah B3 paling banyak. Tabel SP-5. Perkiraan Volume Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Volume Limbah Volume Limbah B3 No. Nama Rumah Sakit Tipe/ per hari per tahun Kelas*) Padat Cair Padat Cair (kg) (m3) (kg) (m3) 1. Rumah Sakit Umum Daerah B 736,0 95, **) 2. Karya Dharma Usada C 204,8 26,7 180 **) 3. Parama Sidhi C 249,6 32,5 **) **) 4. Santi Graha C 115 7, **) 5. Panti Sila C 95 5,3 **) **) 6. Rumah Sakit Angkatan Darat C 192,0 25 **) **) 7. Kertha Usada C 316,8 41,3 480 **) Jumlah 1.689,2 234, Keterangan : *) Tipe/Kelas A, B, C, atau D; **) Belum terdata Sumber : Diolah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 87

88 D. Pertanian Pertanian merupakan salah satu sektor penting karena menjadi sumber pendapatan sebagaian besar penduduk dan memberi kontribusi yang cukup besar bagi PDRB Kabupaten Buleleng. D.1. Lahan Sawah, Frekuensi Penanaman dan Produksi Luas lahan sawah di Kabupaten Buleleng tahun 2009 adalah Ha dengan produksi berkisar 6,38-18,89 ton/ha atau rata-rata 11,27 ton/ha. Sebagian besar (6.649 Ha atau 69,46%) penanaman dilakukan 2 kali setahun. Lahan sawah yang ditanami dengan frekensi 3 kali setahun berjumlah Ha (19,22%). Tetapi masih ada lahan sawah seluas Ha yang ditanami hanya 1 kali setahun karena keterbatasan air irigasi. Luas lahan sawah selain berdampak positif berupa banyaknya hasil gabah yang penting untuk persediaan pangan, juga dapat berdampak negatif karena merupakan salah satu sumber gas rumah kaca (GRK), yaitu gas metan. No. Tabel SE-4. Luas Lahan Sawah menurut Frekuensi Penanaman dan Produksi per Hektar di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 Kecamatan Luas (Ha) dan Frekuensi Penanaman 1 kali 2 kali 3 kali Produksi per Hektar (ton) 1. Gerokgak ,38 2. Seririt ,70 3. Busungbiu ,47 4. Banjar ,39 5. Sukasada ,36 6. Buleleng ,59 7. Sawan ,89 8. Kubutambahan ,69 9. Tejakula Jumlah ,47 Keterangan : - Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng D.2. Tanaman Palawija Tanaman padi merupakan jenis palawija dominan ditanam oleh petani di Kabupaten Buleleng, dengan produksi ton (74,21% total produksi tanaman palawija) pada tahun Komoditi palawija yang cukup banyak ditanam adalah jagung dan ubi kayu, dengan produksi masing-masing ton dan ton. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 88

89 Padi banyak ditanam di Kecamatan Sawan, Sukasada, Buleleng dan Seririt. Jagung dan kacang tanah banyak ditanam di Kecamatan Gerokgak, masing-masing Ha dan 651 Ha. Kedelai di Kecamatan Buleleng (299 Ha), ubi kayu di Kecamatan Tejakula (8.210 Ha), dan ubi jalar banyak ditanam di Kecamatan Sawan (332 Ha). Produksi tanaman palawija yang tinggi selain memberi manfaat berupa pendapatan bagi petani dan menjamin ketersediaan pangan penduduk, tetapi juga dapat berdampak negatif berupa : (1) kesuburan tanah menurun karena banyaknya unsur hara terangkut oleh tanaman, (2) meningkatnya erosis tanah, (3) penggunaan pupuk buatan dan pestisida dapat mencemari lingkungan, dsb. Untuk itu penanaman palawija perlu dilakukan dengan penerapan teknologi budidaya sehat, yaitu teknologi yang memberikan produksi tertinggi dan ramah lingkungan. Tabel SE-5. Produksi Tanaman Palawija menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Produksi (Ton) No. Kecamatan Ubi Ubi Kacang Padi Jagung Kedelai Kayu Jalar Tanah 1 Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng D.3. Tanaman Perkebunan Sampai dengan tahun 2010, tidak ada perkebunan besar di Kabupaten Buleleng, yang ada adalah perkebunan rakyat. Secara umum, perkebunan rakyat dominan berupa perkebunan kopi, yaitu ,41 Ha dengan produksi 6.087,05 ton atau rata-rata 0,48 ton/ha. Jenis tanaman perkebunan yang juga cukup banyak ditanam adalah kelapa dan cengkeh, masing-masing Ha dan Ha (Tabel SE-6 dan SE-6A). Hal ini menunjukkan Kabupaten Buleleng merupakan sentra kopi, kelapa dan cengkeh. Penanaman tanaman perkebunan umumnya secara tumpang sari dengan komoditi lain, seperti nangka, durian, manggis, duku, salak, dan sebagainya. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 89

90 Penanaman tanaman kopi, cengkeh, kakao, vanili dan lada banyak dilakukan di perbukitan di sisi Selatan wilayah Kabupaten Buleleng, yang merupakan wilayah hulu Sub DAS. Tanaman tembakau, kelapa dan kunir banyak ditanam di bagian tengah dan hilir Sub DAS. Sedangkan kapuk, jambu mete dan lontar banyak ditanam di bagian hilir Sub DAS. Sektor perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat maupun daerah. Dibalik itu aktivitas di sektor perkebunan yang umumnya berada di daerah perbukitan di bagian hulu Kabupaten Buleleng dapat menjadi sumber pencemar air, meningkatkan aliran permukaan, menurunnya kemampuan daerah resan air yang berujung pada rawan kejadian banjir dan tanah lonsor. Oleh karena itu aktivitas perkebunan perlu mendapat respon yang benar dengan penerapan sistem pertanian yang memperhatikan aspek-aspek konservasi lahan dan air, termasuk penerapan sistem agroforeshtry. Tabel SE-6. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Besar dan Rakyat menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Luas Lahan (ha) Produksi (ton) Jenis Tanaman Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Besar*) Rakyat Besar*) Rakyat 1. Kelapa , ,30 2. Kopi , ,05 3. Coklat ,00-585,69 4. Cengkeh , ,78 5. Tembakau - 834, ,30 6. Kapuk - 261,00-36,09 7. Jambu mete ,50-526,18 Keterangan : *) Tidak ada perkebunan besar Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) Tabel SE-6A. Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Besar dan Rakyat Menurut Jenis Tanaman lainnya di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Luas Lahan (Ha) Produksi (ton) Jenis Tanaman Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Besar*) Rakyat Besar*) Rakyat 1. Vanili - 124,00-7,48 2. Lada - 9,00-2,86 3. Lontar/Siwalan - 182,00-78,28 4. Kunir - 100,00-800,00 Keterangan : *) Tidak ada perkebunan besar Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 90

91 D.4. Penggunaan Pupuk Jenis pupuk yang digunakan pada beberapa tanaman perkebunan di Kabupaten Buleleng, sebagaimana tercantum pada Tabel SE-7 terdiri dari Urea, SP.36, ZA, NPK dan pupuk organik. Pupuk Urea, SP.36, ZA dan pupuk organik dipergunakan hampir pada semua jenis tanaman, kecuali vanili. NPK hanya digunakan paga tembakau virginia. Sedangkan tanaman vanili hanya diberi pupuk organik. Pupuk Urea, SP.36 dan ZA diberikan dengan dosis cukup tinggi pada tanaman cengkeh dan jambu mete, yaitu g/pohon/tahun. Mengingat kebanyakan tanaman perkebunan ditanam di bagian hulu dan tengah wilayah Sub DAS yang merupakan daerah resapan air di Buleleng, maka pada masa yang akan datang penggunaan pupuk anorganik (sintetis) perlu dikurangi, sedangkan pupuk organik ditingkatkan dengan menerapkan konsep Low External Input for Sustainable Agriculture (LEISA) dan penataan tanaman dengan sistem agro foreshtry. Tabel SE-7. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Pupuk Di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Tanaman Pemakaian Pupuk (gr/pohon/tahun) Urea SP.36 ZA NPK Organik 1. Kelapa Kopi Coklat Cengkeh Tembakau rakyat *) Tembakau virginia *) Kapas Vanili *) Jambu mente Keterangan : *) Pemakaian pupuk Kg/Ha Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) Pupuk Urea, SP.36, ZA, NPK dan organik juga digunakan pada tanaman padi dan palawija dengan jumlah bervariasi, kecuali pada ubi kayu hanya menggunakan Urea dan NPK, serta ubi jalar hanya menggunakan Urea (Tabel SE-8). Penggunaan pupuk organik cukup banyak, mencapai ton pada tahun Jumlah tersebut perlu terus ditingkatkan untuk menuju Bali Organik. Penggunaan pupuk anorganik tetap diperlukan namun harus dengan dosis seimbang, sesuai kebutuhan dan kesehatan tanaman. Tampak bahwa penggunaan pupuk Nitrogen (Urea maupun ZA) masih cukup tinggi di Buleleng. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 91

92 Tabel SE-8. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Pupuk di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Tanaman Pemakaian Pupuk (Ton) Urea SP.36 ZA NPK Organik 1. Padi Jagung Kedelai Kacang tanah Ubi kayu Ubi jalar Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) D.5. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Pada tahun 2010 terjadi perubahan lahan pertanian ke non pertanian sebanyak Ha (Tabel SE-9). Bentuk perubahan yang dominan adalah dari lahan basah/sawah menjadi tanah kering, mencapai Ha (78,19% dari total luas perubahan lahan). Hal ini perlu direspon dengan serius mengingat perubahan tersebut disebabkan oleh terbatasnya air untuk irigasi, yang tentu sangat berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, pertambahan kebutuhan pemukiman, penurunan kemampuan daerah resapan air, dan lain sebagainya. Lahan pertanian sebagai bagian dari ekosistem pertanian merupakan suatu sistem lingkungan yang sudah terbentuk sedemikian rupa sehingga terjadi hubungan harmonis antar komponen yang terlibat dalam ekosistem tersebut. Pengalihan lahan pertanian ke non pertanian menyababkan hubungan antar komponen dalam sistem lingkungan setempat terganggu sehingga berpotensi terjadi gangguan terhadap lingkungan dan kegiatan pertanian. Perubahan lahan pertanian produktif ke non pertanian memang sulit dihindari, tetapi laju perubahannya perlu ditekan agar ekosistem lahan pertanian tersebut tidak rusak, yang pada akhirnya akan mengganggu ketentraman masyarakat. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 92

93 Tabel SE-9. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Penggunaan Lahan Non Pertanian Luas (Ha) 1. Permukiman Industri 0 3. Tanah kering Perkebunan Semak belukar 0 6. Tanah kosong 0 7. Perairan/kolam/Tambak Lainnya 193 Jumlah Keterangan :*) Perubahan Penggunaan lahan dihitung dari selisih penggunaan tahun 2009 dan tahun 2007 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) D.6. Peternakan Peternakan telah memberikan manfaat begitu besar bagi petani di Kabupaten Buleleng karena menjadi bagian sumber pendapatan dari kegiatan usahatani. Walaupun demikian, aktivitas di sektor peternakan tidak dapat dipungkiri dapat mengganggu lingkungan. Kontoran dan sisa-sisa pakan ternak umumnya berbau, mengandung sumber penyakit tertentu, menimbulkan gas metan (CH 4 ) dan Karbondioksida (CO 2 ) sehingga dapat mencemari lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu kegiatan peternakan perlu dikelola dengan baik dengan mengatur lokasi peternakan dan mengelola limbah yang dihasilkannya. Jenis ternak yang paling banyak dipeliharan di kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah babi, yaitu ekor (41,39% dari total ternak yang ada). Kecamatan Gerokgak merupakan sentra produksi sapi potong, babi dan kuda karena jumlah populasi ternak tersebut paling banyak di daerah ini, yaitu ekor sapi potong (30,55% dari keseluruhan populasi); 37 ekor sapi potong (90,24% total populasi kabupaten), dan ekor babi (23,55% total populasi babi di Buleleng) (Gambar 2-2 dan Tabel SE-10). Jumlah (ekor) Gambar 2-2. Perbandingan Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis di Kabupaten Buleleng Tahun Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Kabupaten Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab.Buleleng (2010) Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Babi Aneka Ternak Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 93

94 Ternak sapi potong, kambing, babi dan aneka ternak terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Buleleng. Khusus untuk kerbau, kecamatan seririt merupakan sentranya di kabupaten Buleleng karena populasinya paling banyak (158 ekor). Sapi Potong, Ternak Dominan di Buleleng Tabel SE-10. Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Sapi Aneka Kerbau Kuda Kambing Babi Potong Ternak 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : Aneka Ternak terdiri dari angsa, merpati, kalkun, puyuh, kelinci dan anjing Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) Jenis unggas yang dipelihara di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging dan itik (Tabel SE-11). Unggas yang paling banyak dipelihara adalah ayam kampung ( ekor atau 71% total populasi unggas di Kabupaten Buleleng). Ayam kampung dan itik terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Buleleng. Tetapi Ayam Kampung, Unggas Dominan Di Buleleng ayam petelur dan ayam pedaging hanya ditemukan pada 8 kecamatan, kecuali Sawan. Pada tingkat kecamatan, ayam kampung terdapat dalam jumlah ekor. Ayam kampung paling banyak terdapat di Kecamatan Tejakula dan paling sedikit di Kecamatan Sawan. Ayam petelur paling banyak terdapat di Kecamatan Busungbiu (sekitar ekor atau 49,94% total populasi ayam petelur di Kabupaten Buleleng). Ayam pedaging banyak dipelihara di Kecamatan Kubutambahan ( ekor atau 30,30% total populasi ayam pedaging di Kabupaten Buleleng). Sedangkan itik banyak dipelihara di Kecamatan Seririt ( ekor; 45,87% dari seluruh populasi yang ada di Kabupaten Buleleng). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 94

95 Tabel SE-11. Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Ayam Ayam Ayam Kampung Petelur Pedaging Itik 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) D.7. Emisi Gas Metan (CH 4 ) dari Lahan Sawah dan Peternakan Emisi gas metan (CH 4 ) merupakan salah satu bahan pencemar lingkungan yang ada di Kabupaten Buleleng. Emisi gas metan dihasilkan dari berbagai aktivitas penduduk, seperti pertanian dan peternakan. Lahan sawah merupakan salah satu sumber gas metan. Total emisi gas metan yang dihasilkan dari Ha lahan sawah di Kabupaten Buleleng tahun 2009 mencapai ton/tahun. Rata-rata setiap hektar lahan sawah menghasilkan gas metan 143 ton/tahun atau 391,78 Kg/hari. Tabel SP-6. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH 4 ) dari Lahan Sawah di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Luas Lahan (Ha) Emisi CH 4 (Ton/Tahun) 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula 0 0 Jumlah Keterangan : - Sumber : Dihitung dari data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 95

96 Kegiatan peternakan juga berpotensi sebagai sumber pencemaran lingkungan. Salah satu bahan pencemar yang dihasilkan adalah gas metan. Pada Tabel SP-7 tampak bahwa ternak (selain unggas) lebih banyak menghasilkan gas metan dibanding unggas. Total emisi gas metan dari kegiatan peternakan tahun 2010 sekitar ,5 ton/tahun. Sebanyak ton (89,12%) diantaranya dihasilkan dari ternak non unggas. Setiap ekor ternak rata-rata menghasilkan gas metan 15,13 ton/tahun atau sekitar 41,44 Kg/hari. Sedangkan setiap ekor unggas menghasilkan gas metan rata-rata 0,89 ton/tahun atau 2,44 Kg/hari. Tabel SP-7. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH 4 ) dari Kegiatan Peternakan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Hewan (ekor) Emisi CH 4 (Ton/Tahun) Ternak*) Unggas**) Ternak Unggas Jumlah 1. Gerokgak , ,0 2. Seririt , ,0 3. Busungbiu , ,7 4. Banjar , ,5 5. Sukasada , ,3 6. Buleleng , ,3 7. Sawan , ,6 8. Kubutambahan , ,9 9. Tejakula , ,2 Jumlah , ,5 Keterangan : *) Terdiri dari sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan aneka ternak (Tabel SE- 10) **) Terdiri dari ayam kampung,ayam petelor,ayam pedaging, itik (Tabel SE-11) Sumber : Dihitung dari data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) Setiap jenis ternak memberikan kontribusi (volume) gas metan yang berbeda. Pada Tabel SP-7A terlihat, emisi gas metan paling banyak dihasilkan oleh ternak sapi ( ton/tahun) atau 95,14% total gas metan yang dihasilkan oleh semua jenis ternak. Berpedoman pada jumlah ternak sebagaimana tercantum pada Tabel SE-10, maka dapat dihitung volume gas metan yang dihasilkan oleh masing-masing jenis ternak. Setiap ekor kerbau menghasilkan gas metan sekitar 49,38 ton/tahun; sapi 47 ton/tahun; kuda 18 ton/tahun; kambing 6,07 ton/tahun; dan babi 1 ton/tahun. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 96

97 Tabel SP-7A. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH 4 ) Hewan Ternak menurut Jenis Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Emisi CH 4 (Fermentasi dan Pupuk Ternak) Hewan ternak (Ton/Tahun)*) Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Babi 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : *) Dihitung dari Data Hewan Ternak Menurut Jenis Ternak (Tabel SE-10) Sumber : Data Ternak dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) Jenis unggas yang berbeda juga menghasilkan volume gas metan yang bervariasi. Kontributor utama gas metan dari unggas di Kabupaten Buleleng berasal dari ayam kampung, yaitu ,2 ton/tahun (74,36% total gas metan yang dihasilkan oleh unggas (Tabel SP-7B). Setiap ekor ayam kampung menghasilkan gas metan 0,2 ton/tahun; ayam petelur 0,3 ton/tahun; ayam pedaging 0,2 ton/tahun; dan itik 0,03 ton/tahun (Dihitung berdasarkan jumlah unggas pada Tabel SE-11). Tabel SP-7B. Faktor Emisi Gas Metan (CH 4 ) Hewan Unggas Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Emisi CH 4 (Ton/Tahun) Hewan Unggas *) No. Kecamatan Ayam Ayam Kampung Ayam Petelur Pedaging Itik 1. Gerokgak , ,4 250,2 666,0 2. Seririt 9.994,4 156, , ,9 3. Busungbiu , , , ,1 4. Banjar ,0 46, , ,6 5. Sukasada ,4 30, , ,9 6. Buleleng ,8 584, , ,8 7. Sawan 8.947, ,6 8. Kubutambahan ,8, 1.029, , ,3 9. Tejakula , ,0 431,4 Jumlah , , , ,6 Keterangan : *) Dihitung dari Data Hewan Unggas Menurut Jenis Unggas (Tabel SE-11) Sumber : Data Unggas dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 97

98 D.8. Emisi Gas CO 2 dari Pupuk Karbondioksida (CO 2 ) merupakan polutan yang dapat berdampak positif maupun negatif terhadap lingkungan. Keberadaan CO 2 sampai batas tertentu sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Namun kadar CO 2 berlebihan dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup, bahkan dapat merusak lingkungan. Volume emisi gas CO 2 akibat penggunaan pupuk Urea di Kabupaten Buleleng diperkirakan mencapai ton/tahun pada tahun 2010 (Tabel SP-8). Jumlah tersebut dihasilkan dari penggunaan pupuk Urea sebanyak Kg. Dapat dinyatakan, setiap penggunaan 1 Kg pupuk Urea berpotensi menghasilkan gas CO 2 sekitar 0,2 ton/tahun. Tabel SP-8. Pekiraan Emisi Gas CO 2 dari Penggunaan Pupuk Urea di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Kecamatan Konsumsi Pupuk Urea Emisi CO 2 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula 0 0 Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng E. Industri Industri memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain juga berpotensi menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Karena itu pembangunan industri yang diperkirakan berdampak besar harus dilengkapi AMDAL. E.1. Skala Usaha Industri Skala usaha menentukan kapasitas produksi suatu usaha industri. Semakin besar skala usahanya, semakin besar pula kapasitas produksinya. Kapasitas produksi berpengaruh terhadap besarnya tekanan suatu usaha terhadap lingkungan, baik lingkungan biofisik maupun sosial ekonomi dan budaya. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 98

99 Terdapat dua Industri dengan kegiatan usaha skala menengah/besar di Kabupaten Buleleng, yaitu PT. Semen Tonasa yang bergerak pada industri pengantongan semen dengan kapasitas Ton/Tahun; dan PT. Indonesia Power yang melakukan usaha pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 97,6 MW (Tabel SE-12). Kegiatan usahanya perlu terus dipantau agar tidak mencemari lingkungan. Tabel SE-12. Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Menengah dan Besar No. Nama Industri Jenis Industri*) Kapasitas Produksi (Ton/Tahun) Terpasang Senyatanya 1. PT. Semen Tonasa**) Semen PT. Indonesia Power Pembangkit Listrik 97,6 MW 97,6 MW Keterangan : *) Lihat Lampiran II bagian A **) Industri pengantongan semen Sumber : Dinas Koperasi Perdagangan dan Industri Kabupaten Buleleng (2010) Selain industri menengah, juga terdapat Industri skala kecil di Kabupaten Buleleng. Data tahun 2010 (Tabel SE-13) menunjukkan, ada 39 industri kecil yang beroperasi. Produk yang dihasilkan adalah minuman ringan, air mineral, olahan buah-buahan, olahan ikan, dan minuman beralkohol. Industri ini banyak menyerap tenaga kerja dan berperan dalam peningkatan ekonomi masyarakat, namun perlu dipantau secara teratur agar dampak negatif terhadap lingkungan yang mungkin ditimbulkan dapat ditekan. Tabel SE-13. Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Kecil Di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Industri Jenis Industri*) Kapasitas Produksi (Ton/Tahun) Terpasang Senyatanya (1) (2) (3) (4) (5) 1. Mahkota Minuman Ringan Kerat Kerat 2. Black Sounds Minuman Ringan liter liter 3. PL Mandiri Minuman Ringan botol botol 4. Tirto Nadi Minuman Ringan liter liter 5. PL. Banyu Urip Minuman Ringan kerat kerat 6. Karya Pangan Indonesia Minuman Ringan liter liter 7. PL. Tirta Yasa Minuman Ringan kerat kerat 8. CV. Edesau Mauly Minuman Ringan liter liter 9. Fa. Gemini Indah Pertiwi Minuman Ringan kerat kerat 10. UD. Tirta Mandiri Investama Minuman Ringan liter liter 11. Tirta harum Minuman Ringan botol botol 12. Adi Tirta Minuman Ringan liter liter 13. Basmalah Minuman Ringan kerat kerat 14. Mahkota Minuman Ringan Kerat Kerat Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 99

100 Lanjutan Tabel SE-13. (1) (2) (3) (4) (5) 15. Putra Karisma Minuman Ringan (Sari Kedelai) liter 750 liter 16. Herbal Usada Minuman Ringan (Herbal) liter liter 17. Wahyu Amerta Minuman Ringan (Sari Kedelai) 360 kg 300 kg 18. Rani Air Mineral galon galon 19 PT. Gerbang Rokojeng Indah Alami Air Mineral m m3 20. Elita Air Mineral liter liter 21. Air Minum Tirta Melati Air Mineral galon galon 22. Sudamala Air Mineral 750 liter 700 liter 23. Kenanga Air Mineral liter liter 24. CV. Wira Mandiri Air Mineral liter liter 25. UD. Tirta mandiri Invitama Air Mineral liter liter 26. Tirta Air Mineral liter liter 27. Tirta Alam Air Mineral liter liter 28. Yeh Buleleng Air Mineral liter liter 29. UD. Agung Nasional Air Mineral galon galon 30. CV. Puri Ganesha Pengolahan Buah-buahan botol botol 31. PT. Karya Pak Oles Tock Pengolahan Cer Buah-buahan (Anggur) liter Kelinci Pengolahan Ikan kg kg 33. Mina Kencana Pengolahan Ikan kg kg 34. Gwan Gwan Ho Minuman Beralkohol liter liter 35. UD. Banyu Sakti Minuman Beralkohol liter 3.997,5 liter 36. PT. Akar Surya Pratama Minuman Beralkohol liter liter 37. PT. Abadi Sumber Hidup Minuman Beralkohol liter liter 38. UD. Ary Minuman Beralkohol liter liter 39. Kans Wine Minuman Beralkohol liter liter Keterangan : *) Lihat Lampiran II bagian A Sumber : Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng (2010) E.2. Limbah Cair Industri Limbah cair yang dihasilkan oleh industri seberapapun skala usahanya berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan pemantauan agar dikelola dengan baik. Beban limbah cair dari industri menengah dan besartahun 2010 sebagaimana dimaksud pada Tabel SP-9 belum ada datanya. Namun data perkiraan kandungan limbah cair pada titik pantau dari industri skala menengah dan besar di Kabupaten Buleleng tahun 2010 sudah tersedia datanya, sebagaimana tersaji pada Tabel SP-9A. Pada Tabel SP-9A tampak, tidak ada lapisan minyak pada titik pantau baik di lokasi usaha PT. Semen Tonasa maupun PT. Indonesia Power. ph limbah cair berkisar antara 7,52-8, dengan kandungan BOD 8,45 mg/l (pada titik pantau PT. Indonesia Power). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 100

101 Tabel SP-9. Pekiraan Beban Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan Besar di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Industri Beban Limbah Cair (Ton/Tahun) BOD COD TSS Dst 1. PT. Semen Tonasa PT. Indonesia Power Jumlah Keterangan : Dalam Laporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tidak Mencantumkan Beban Limbah Cair Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Tabel SP-9A. Perkiraan Kandungan Limbah Cair pada Titik Pantau dari Industri Skala Menengah dan Besar di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Kandungan Limbah Cair No. Jenis Industri BOD (mg/l) COD (mg/l) TSS (mg/l) ph Salinitas ( 0 / 00 ) N-NH3 (mg/l) Lapisan Minyak 1. PT. Semen Tonasa *) *) 0,00 7,52 30,72 ttd Nihil 2. PT. Indonesia Power 8,45 *) 13,35 8 *) 0,036 Nihil Keterangan : *) Belum dilakukan pengukuran Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Industri kecil juga menghasilkan emisi gas yang berpotensi memberikan tekanan terhadap lingkungan. Oleh kerana itu data beban emisi gas dari industri kecil tersebut sangat diperlukan agar dapat dilakukan respon yang sesuai. Di Kabupaten Buleleng ada industri skala kecil pada tahun Namun data beban emisi gas yang dihasilkan belum dihitung sehingga belum diketahui prakiraan tekanannya terhadap lingkungan. Tabel SP-10. Perkiraan Beban Emisi dari Industri Skala Kecil di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Industri Jumlah Beban Emisi (Ton/Tahun) Unit CO 2 NO 2 SO 2 Dst 1. Industri Pengolahan pangan Industri sandang dan Kulit Industri Kimia dan bahan bangunan Industri Kerajinan Logam Industri Kerajinan Umum Lainnya Total Keterangan : Tidak ada data Sumber : Dinas Koperasi, perdagangan dan perindustrian kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 101

102 F. Pertambangan Pertambangan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi di sisi lain berpotensi merusak lingkungan, seperti kerusakan hutan dan lahan, pencemaran oleh bahan-bahan berbahaya, dan rawan bencana alam, terutama tanah longsor dan banjir. Kegiatan penambangan bahan galian (batu andesit dan sirtu) di Kabupaten Buleleng tahun 2010 dilakukan oleh perusahaan pertambangan (Tabel SE-14) maupun perorangan atau pertambangan rakyat (Tabel SE-15). Ada 3 perusahaan pertambangan yang beroperasi di Kabupaten Buleleng dengan total areal 5 Ha dan produksi m 3 /tahun. Untuk pertambangan rakyat, ada 6 pengelola yang terdaftar pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng. Luas areal produksi berkisar 0,5 6 Ha dengan produksi bahan galian m 3 /tahun. Komang Oka menguasai areal galian paling luas (6 Ha atau 66,67% total luas areal pertambangan rakyat) dengan produksi m 3 /tahun. Tabel SE-14. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Perusahaan Jenis Bahan Galian Luas Areal Produksi (Ha) (m3/tahun) 1. PT. Akas Batu Andesit dan Sirtu PT. Karya Marga Jaya Sirtu CV. Anom Wira Pratama Batu Andesit dan Sirtu 2 - Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng (2010) Tabel SE-15. Luas Areal Pertambangan Rakyat Menurut Jenis Tambang di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Pengelola Jenis Luas Areal Produksi Bahan Galian (Ha) (m3/tahun) 1. Komang Oka Batu Andesit Gusti Putu Domia Batu Andesit Nengah Sukradana Batu Merah 0, Nengah Sudiartana Batu Merah 0, Gusti Nyoman Sugita Batu Andesit Nyoman Pastika Sirtu 1 50 Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 102

103 G. Energi Energi sangat penting untuk menggerakkan aktivitas ekonomi. Namun pembakaran energi fosil secara terus menerus selain akan menguras sumber daya alam yang tidak terbarukan, juga menimbulkan bahan-bahan yang dapat mencemari lingkungan. G.1. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar Jumlah kendaraan yang tercatat pada Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng tahun 2010 sebanyak buah, terdiri dari (95,95%) kendaraan berbahan bakar premium dan (4,05%) kendaraan berbahan bakar solar (Tabel SE-16). Jenis kendaraan berbahan bakar premium paling banyak adalah motor roda dua, yaitu buah (93,02%). Sedangkan kendaraan berbahan bakar solar paling banyak adalah truk kecil/pick up (2,29%). Tabel SE-16. Jumlah Kendaraan menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Premium Solar 1. Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar umum Truk besar Truk kecil / Pick up Roda dua Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (2010) Konsumsi BBM di Kabupaten Buleleng tahun 2010 berdasarkan data realisasi penjualan BBM adalah sebanyak 5.398,5 kiloliter. Jenis BBM yang paling banyak terjual adalah premium (4.622 kiloliter atau 85,62% dari total BBM terjual). Sedangkan solar hanya terjual 756,5 kiloleter (14,01%). BBM tersebut disalurkan melalui 18 SPBU yang ada di Kabupaten Buleleng. Konsumsi BBM di Kabupaten Buleleng tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun Pada tahun 2009, penjualan premium sebanyak kiloliter dan solar 693,5 kiloleter. Mengingat motor roda dua merupakan kendaraan berbahan bakar premium paling banyak, maka dapat dipastikan motor roda dua mengkonsumsi premium paling banyak di Kabupaten Buleleng. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 103

104 Tabel SE-17. Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) dan Rata-rata Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Lokasi SPBU Penjualan per Bulan (Kiloliter) Premium Pertamax Solar 1. SPBU Baktiseraga, Buleleng SPBU, Sukasada, Sukasada SPBU Dencarik, Banjar ,5 4. SPBU Anturan, Buleleng SPBU Jalan Ayani, Buleleng SPBU Jalan Gajah Mada, Buleleng SPBU Penarukan, Buleleng SPBU Kubutambahan, Kubutambahan SPBU Bondalem, Tejakula SPBU Bubunan, Seririt SPBU Jl. Surapati, Seririt SPBU Banyuasri, Buleleng SPBU Lokapaksa,Seririt SPBU Desa Pengulon, Gerokgak SPBU Musi, Gerokgak SPBU Pemuteran, Gerokgak SPBU Giri Mas, Sawan SPBU Desa Tangguwisia, Seririt Jumlah ,5 Keterangan : - Sumber : Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng (2010) Konsumsi minyak tanah berada diurutan pertama konsumsi BBM untuk sektor industri di Kabupaten Buleleng tahun 2010, mancapai liter. Jenis industri yang paling banyak menggunakan minyak tanah adalah pengolahan ikan dan biota air lainnya (38,72%). Selain itu, industri roti dan sejenisnya juga mengkonsumsi minyak tanah cukup banyak (36,02%). Selain minyak tanah, jenis bahan bakar yang juga banyak digunakan adalah LPG, dengan total konsumsi Kg. Industri yang menggunakan LPG paling banyak adalah pengolahan ikan dan biota air lainnya, serta industri kerupuk (Tabel SE-18). No. Tabel SE-18. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Sektor Industri menurut Jenis Bahan Bakar di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Nama Industri LPG (kg) Minyak Bakar (liter) Minyak Diesel (liter) Solar (liter) Minyak Tanah (liter) Gas (MM- SCF) Batubara (Ton) Biomassa (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Kerupuk&sejenis Kue Basah Makanan dari kedele selain kecap&tempe Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 104

105 Lanjutan Tabel SE-18. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 4. Makanan yg tidak diklasifikasikan di tempat lain 5. Pengolahan buah-buahan 6. Pengolahan ikan dan biota air lainnya 7. Pengolahan teh&kopi 8. Roti & sejenisnya Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng Rumah tangga di Kabupaten Buleleng yang berjumlah RT pada tahun 2009 menggunakan LPG dan minyak tanah untuk kegiatan memasak (Tabel SE-19). Penggunaan minyak tanah sifatnya hanya sebagai pelengkap untuk memasak makanan yang memerlukan panas tidak terlalu besar atau ketika kehabisan LPG. Tabel SE-19. Jumlah Rumah Tangga dan Penggunaan Bahan Bakar untuk Memasak di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 No. Kecamatan Jenis Bahan Bakar Jumlah Minyak RT LPG Briket Biomassa Tanah 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) G.2. Emisi CO 2 dari Konsumsi Energi Konsumsi energi total di Kabupaten Buleleng tahun 2010 sebesar ,655 SBM. Sektor transportasi mengkonsumsi energi paling besar, yaitu ,869 SBM (93,26%), diikuti sektor industri (6,74%). Tetapi emisi CO 2 yang dihasilkannya belum terdata. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 105

106 Tabel SP-11. Pekiraan Emisi CO 2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Sektor Pengguna Energi Konsumsi Energi Emisi CO 2 (SBM) (Ton/Tahun) 1. Transportasi , Industri , Rumah Tangga 0 - Jumlah ,655 - Keterangan : - Sumber : Diolah dari data Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng (2010) H. Transportasi Sektor transportasi tumbuh dan berkembang seiring dengan peningkatan perekonomian dan pertumbuhan populasi penduduk. Transportasi sangat dibutuhkan untuk memudahkan arus pergerakan orang ataupun barang. Namun disisi lain juga memberi beban terhadap lingkungan. Selian beban polusi udara, limbah dari transportasi juga dapat mencemari lingkungan lainnya. H.1. Panjang Jalan Jalan merupakan bagian tak terpisahkan dalam sistem transportasi darat. Menurut statusnya (kewenangannya), jalan dibedakan atas jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa. Total panjang jalan di Kabupaten Buleleng tahun 2010 adalah 2.224,042 Km. Jalan desa merupakan ruas jalan paling panjang, yaitu 1.084,220 Km (48,75% total panjang jalan). Panjang jalan menurut kewenangannya dapat disimak pada Tabel SE-20. Tabel SE-20. Panjang Jalan Menurut Kewenangan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Kewenangan Panjang Jalan (Km) 1. Jalan Nasional 155, Jalan Provinsi 105, Jalan Kabupaten 878, Jalan Desa 1.084,220 Keterangan : - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 106

107 H.2. Sarana Terminal Penumpang Umum Terminal juga merupakan infrastruktur penting dalam sistem transportasi darat. Selain sangat menunjang kegiatan ekonomi, terminal dengan segala aktivitasnya dapat memberi tekanan terhadap lingkungan. Tekanan yang ditimbukan dapat berupa polusi udara, pencemaran lingkungan sekitarnya oleh limbah/sampah yang dihasilkan, dan sebagainya. Terdapat 5 terminal kendaraan penumpang umum di Kabupaten Buleleng tahun Tiga terminal (60%) diantaranya tipe B, yang lain tipe A dan C. Luas keseluruhan kawasan terminal 27,755 Ha. Terminal penarukan merupakan terminal paling luas (10,8 Ha), sedangkan yang paling sempit adalah terminal Seririt (1,25 Ha). Terminal Sukasada Tabel SE-21. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Terminal Tipe Terminal Lokasi*) Luas Kawasan (Ha) 1. Terminal Banyuasri A Kec. Buleleng 5, Terminal Penarukan B Kec. Buleleng 10, Terminal Sukasada B Kec. Sukasada 6,000 4 Terminal Seririt B Kec. Seririt 1, Terminal Pancasari C Kec. Sukasada 4,000 Keterangan : *) Kecamatan Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (2010) Pelabuhan laut merupakan sarana transportasi yang sangat penting bagi aktivitas perekonomian di Kabupaten Buleleng. Namun keberadaan pelabuhan juga dapat memberi tekanan terhadap lingkungan sehingga perlu direspon agar tidak menurunkan kualitas lingkungan. Data Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (2010) menunjukkan, ada 5 pelabuhan laut di Kabupaten Buleleng. Dua buah pelabuhan lokal dan masing-masing satu buah pelabuhan regional, nasional dan wisata, dengan total luas kawasan 18,06 Ha. Pelabuhan Celukan Bawang memiliki areal kawasan pelabuhan paling luas, yaitu 14 Ha atau 77,52% total luas kawasan pelabuhan (Tabel SE-22). Pelabuhan Celukan Bawang Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 107

108 Tabel SE-22. Sarana Pelabuhan Laut, Sungai, dan Danau di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Pelabuhan Jenis Kegiatan Peran dan Fungsi Luas Kawasan (Ha) 1. Pelabuhan Lalang Angkutan Laut Pelabuhan Lokal 1,5 2. Pegametan Angkutan Laut Pelabuhan Lokal 0,06 3. Celukan Bawang Angkutan Laut Pelabuhan Nasional Pelabuhan Sangsit Angkutan Laut Pelabuhan Regional 1 5. Pelabuhan Buleleng (Pabean) Angkutan Laut Pelabuhan Wisata *) 1,5 Keterangan : *) Pelabuhan Wisata telah ditetapkan sebagai Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (2010) Selain sarana pelabuhan laut, Kabupaten Buleleng juga memiliki sarana pelabuhan udara (domestik) yang digunakan sebagai tempat pendidikan dan olah raga dirgantara, dengan luas areal 14,327 Ha (Tabel SE-23). Tabel SE-23. Sarana Pelabuhan Udara di Kabupaten Buleleng No. Nama Pelabuhan Udara Klasifikasi Status Penggunaan *) 1. Letnan Kolonel Wisnu Domestik Pendidikan dan Olahraga Dirgantara Keterangan : *) Pendidikan Pilot kerjasama dengan BIFA dan tempat Buleleng Fly In Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (2010) Luas Kawasan (ha) 14,327 H.3. Limbah Padat dari Sarana Transportasi Sarana transportasi menghasilkan limbah padat yang berpotensi membebani lingkungan hidup. Terdapat 12 sarana transportasi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 yang menghasilkan limbah padat dengan volume total 15 m3/hari. Sarana transportasi paling banyak menghasilkan limbah padat adalah terminal angkutan umum. Limbah padat ini perlu penanganan antara lain melalui penyediaan fasilitas tempat sampah di terminal maupun pada setiap kendaraan, peningkatan kesadaran masyarakat (sopir, penumpang, pedagang, dan sebagainya) untuk selalu menjaga kebersihan di sekitar lingkungan terminal. Peningkatan kesadaran dapat dilakukan antara melalui pemasyarakatan dan penerapan perda tentang ketertiban umum, penyuluhan lingkungan, pemasangan pengumuman, dan upaya terkait lainnya. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 108

109 Tabel SP-12. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Sarana Transportasi di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Sarana Transportasi Jumlah Sarana Volume Limbah Padat (m 3 /hari) 1. Terminal Angkutan Umum Pelabuhan Sungai dan Danau Pelabuhan Laut 5 6,5 4. Pelabuhan Udara 1 0,5 Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (2010) I. Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian Buleleng, disamping sektor pertanian dalam arti luas dan perdagangan. Namun tidak bisa dipungkiri, pariwisata berpotensi menimbulkan dampak negatif, termasuk limbah yang menjadi beban lingkungan. Karena itu pembangunan fasilitas pariwisata yang diperkirakan menimbulkan dampak lingkungan yang besar, wajib melakukan AMDAL, dan yang diduga dampak lingkungannya tidak besar sekurangkurangnya membuat UKL/UPL. I.1. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas Kawasan Jenis wisata yang ditawarkan Buleleng adalah wisata alam dan wisata budaya. Lokasi obyek wisata, jumlah pengunjung dan luas kawasannya disajikan pada Tabel SE- 24. Ada 10 obyek wisata di Kabupaten Buleleng dengan total luas kawasan 282,4 Ha dan total kunjungan wisatawan/tahun. Jumlah pengunjung berkisar /tahun. Obyek wisata lovina paling banyak dikunjungi wisatawan (54,10%). Tabel SE-24. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung, dan Luas Kawasan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Jumlah Pengunjung Luas Kawasan Wisata*) (orang per tahun) (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Lovina Wisata Alam Pura Pulaki Wisata Budaya Vihara Banjar Wisata Budaya Air Panas Banjar Wisata Alam Pura Beji Wisata Budaya ,15 6. Pura Maduwe Karang Wisata Budaya ,25 Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 109

110 Lanjutan Tabel SE-24. (1) (2) (3) (4) (5) 7. Air Sanih Wisata Alam Gedong Kertya Wisata Budaya ,25 9. Museum Buleleng Wisata Budaya , Makam Jaya Prana Wisata Budaya Jumlah ,4 Keterangan :*) Wisata alam, wisata agro, wisata bahari, wisata selam Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng (2010) Disamping obyek wisata, Kabupaten Buleleng juga memiliki dua kawasan wisata, yaitu kawasan pariwisata Batuampar di Kecamatan Gerokgak dengan luas Ha dan kawasan pariwisata Kalibukbuk/Lovina di Kecamatan Buleleng dan Banjar seluas Ha (Tabel SE-24A). Dolpin di Pantai Lovina Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 II - 110

111 Tabel SE-24A. Nama, Lokasi, dan Luas Kawasan Pariwisata di Kabupaten Buleleng No. Nama Kawasan Pariwisata Lokasi Kecamatan/Desa Luas (Ha) 1. Kawasan Pariwisata Batuampar Kecamatan Gerokgak 1. Desa Penyabangan Desa Banyupoh Desa Pemuteran Desa Sumberkima Desa Pejarakan Kawasan Pariwisata Kalibukbuk/Lovina Kecamatan Buleleng 1. Desa Pemaron Desa Tukad Mungga Desa Anturan Desa Kalibukbuk 263 Kecamatan Banjar 1. Desa Kaliasem Desa Tigawasa Desa Temukus 491 Keterangan : - Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng (2010) I.2. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar dan Tingkat Hunian Hotel/penginapan merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan pariwisata dan aktivitas bisnis lainnya. Tidak bisa dipungkiri keberadaan hotel/penginapan dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan sehingga perlu direspon dengan tepat. Terdapat 132 hotel/penginapan di Kabupaten Buleleng pada tahun Ditinjau dari kelasnya, hotel/penginapan itu terdiri dari: 120 hotel melati (90,91%), 1 hotel bintang 1 (0,76%), 2 hotel bintang 2 (1,51%), 7 hotel bintang 3 (5,30%), 1 hotel bintang 4 (0,76%) dan 1 hotel bintang 5 (0,76%). Hotel/penginapan tersebut memiliki kamar beragam antara kamar (Tabel SE-25). Besar kecilnya tekanan hotel/penginapan terhadap lingkungan sangat ditentukan oleh tingkat hunian hotel/penginapan tersebut. Namun data tentang tingkat hunian hotel belum tersedia pada tahun ini. Diharapkan pada tahun yang akan datang data tersebut dapat disediakan oleh lembaga/instansi terkait. Tabel SE-25. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar, dan Tingkat Hunian di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Jumlah Tingkat Hunian No. Nama Hotel/Penginapan Kelas Kamar (%) *) (1) (2) (3) (4) (5) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 111

112 1. Alam Anda Beach Bungalow Hotel Bintang Spa Village Resort Bintang Puri Indah Bali Hotel Bintang Hotel Aneka Lovina Bintang Sunari Bintang Melka Exceisior Hotel Bintang Bali Lovina Cottages Bintang Matahari Beach Resort Bintang Mimpi Resort Menjangan Bintang Damai Lovina Villages Bintang Wakasorea Hotel Bintang Menjangan Jungle Resort Bintang Bali Mandala Melati III Ponciana Bungalow Melati I Coin Elenai Melati III Gaia-Oasis Melati III Hotel Wira Bali Melati I Hotel Tara Melati I Puri Sanih Melati I Hotel Royal Bali Melati III Berdikari Melati I Villa Manuk Melati III Bali Handara Cosaido Melati III Hotel Pancasari Inn Melati II Hotel Bali Danau Buyan Melati III Gitgit Hotel Melati I Hotel Damai Lovina Melati Bukit Jegeg Hotel Melati II Bukit Kembar Melati The Kalaspa Resort Melati III Ratna Jaya Melati I R Sena Melati I Sentral Kaliuntu Melati III Hotel Wijaya Melati II Hotel Niaga Melati I Merta Yadnya Melati I Hotel saka Bindu Melati I Hari Rela Melati II 15 - Lanjutan Tabel SE-25. (1) (2) (3) (4) (5) 39. Hotel Gelar Sari Melati I Duta Karya Melati II Bali Taman Melati III Puri Bagus Lovina Melati Puri Sari Melati II Puri Manik sari Melati Puri Bali Hotel Melati Hotel Angsoka Pantai Bina Ria Melati III Rini Hotel Melati Nirwana Sea Cottages Melati II Chono s Hotel Melati Rambutan Cottages Melati III Bali Padang Melati Bayu Kartika Melati Hotel Kalibukbuk Melati Ray Beach Inn Melati Hotel Banyualit Melati Hotel Awangga Melati 8 - Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 112

113 57. Hotel Melka Melati Wisata Jaya Melati I Happy Bungalow Melati I Happy Beach Inn Melati I Perama Hotel&Restaurant Melati I Lila Cita Melati Hotel Celuk Agung Melati III Hotel Permai Melati II Krisna Melati Hotel Suma Melati I Hotel Puri Bedahulu Melati The Kalaspa Resort Melati Yudha Melati I Jati Reef Melati I Hotel Baruna Beach Melati II Puri Mandara Melati I Mas Lovina Melati Pulestis Melati II Nirwana Sea Side Melati III Hotel Rini Melati II Bayu Kartika Beach Resort Melati II Puri Manik sari Melati I Chono Hotel Melati II Padang Lovina Melati II Hotel Dupa Melati I Pondok Elsa Bungalow Melati I Hotel Susila Melati I 9-8/4. Hotel Angsoka Melati III Adi Hotel Melati II Darma Setu Melati II Ellquos Melati II Ray Beach Inn Melati II Suma Hotel Melati I Seranta Hotel Melati I Hawaina Hotel Melati II Astina Penginapan Melati Sri Home Stay Melati I Villa Shanti Melati III Dream Hotel Melati I 8 - Lanjutan Tabel SE-25. (1) (2) (3) (4) (5) 96. Puri Bali Bungalow Melati II Singaraja Indah Melati III Samudra Beach Hotel Melati III Padma Melati III Karina Melati II Adi Rama Melati III Billibo Melati i Hotel Parma Melati I Aditya Beach Cottages Melati III Mutiara Hotel Melati I Manggala Melati II Purnama Melati I Lovina Beach Hotel Melati III Mega Ayu Melati I Hotel Dupa Melati I Puri Lumbung Cottages Melati II Pondok Ayu Hotel Melati I 5 - Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 113

114 113. Agumi Beach Bungalow Melati III Wahyu Dana Melati Lumbung Bali Melati Mini Holiday Melati Cozy Resto Cottages Melati Nugraha Lovina Bay Melati Kresna Beach Cottages Melati II Padma Melati I Ayur Zen Puri Jati Melati III Taman Selini Wahana Melati III Taman Sari Bali Melati III Pondok Sari Melati Puri Mustika Permai Melati Waka Shorea Melati Drupadi indah Melati II Aneka Bagus Resort Melati III The Novus Gawana Melati III Amerta Bali Melati III Hotel Segara Bukit Melati III Puri Ganesa Villas Melati III 8 - Keterangan : *) Data tidak dikirim dari PHRI Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng (2010) I.3. Limbah Pariwisata Aktivitas di obyek wisata tentu menghasilkan limbah padat yang berpotensi membebani lingkungan. Limbah padat tersebut perlu dikelola agar tidak mencemari lingkungan sehingga mengurangi kualitas lingkungn di sekitar lokasi objek pariwisata. Volume limbah padat dari obyek wisata yang ada di Kabupaten Buleleng tahun 2010 yang terdata baru mencapai 14 m 3 /hari (Tabel SP-13). Jumlah senyatanya diperkirakan lebih dari itu, sehingga perlu terus dipantau agar memudahkan dalam penanganannya. Tabel SP-13. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Obyek Wisata di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Obyek Wisata Luas (Ha) Volume Limbah Padat (m3/hari) 1. Taman Nasional Bali Barat ,5 0,5 2. Makam Jayaprana Taman Laut Pulau Menjangan 1,75 0,5 4. Air Panas Banyu Wedang Lingkungan Pura Pulaki Bendung Renon Rice Field Terraces Umejero Yeh Panes Nirmala Banjar Brahma Wihara Asram Danau Tamblingan Air Terjun Melanting Kebun Anggur Rakyat Dencarik - - Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 114

115 13. Desa Tua Sidetapa Desa Tua Pedawa Desa Tua Tigawasa Desa Tua Cempaga Desa Tua Banyuseri Danau Buyan Monkey Forest Air Terjun Gitgit Air Terjun Bertingkat Gitgit Rice Field Terraces Ambengan Tugu Bhwana Kerta Tugu Singa Ambara Raja Gedong Kertya 0,25 0,5 26 Museum Buleleng 0,75 0,5 27. Ex. Pelabuhan Buleleng 1,5 1,5 28. Pantai Lovina Lingkungan Pura Beji 0, Lingkungan Pura Dalem Sangsit Lingkungan Pura dalem Jagaraga Lingkungan Pura Madwe Karang 0, Air Terjun Carat Air Sanih 1 1,5 35. Lingkungan Ponjok Batu Desa Tua Sembiran Desa Tua Julah Air Terjun Les - - Jumlah ,15 14 Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) I.4. Beban Limbah Cair dan Padat dari Hotel Limbah (cair maupun padat) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas hotel/penginapan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ada 132 hotel/penginapan di Kabupaten Buleleng yang masing-masing tentu menghasilkan limbah padat maupun cair. Data perkiraan beban limbah yang ditimbulkan oleh masing-masing hotel tersebut tersaji pada Tabel SP-14. Baru tiga hotel yang melaporkan perkiraan beban limbah cair dan padat yang dihasilkannya. Volume limbah padat yang dihasilkan berkisar antara 1,5-2,5 m3/hari. Limbah cair memiliki kandungan BOD sekitar 4,8-7,92 Ton/Tahun; COD antara Ton/Tahun, dengan ph antara 6,5-7,5. Tabel SP-14. Perkiraan Beban Limbah Cair dan Limbah Padat dari Hotel di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Hotel Kelas Limbah Padat (m3/hari) Beban Limbah Cair (Ton/Tahun)*) BOD COD ph Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 115

116 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Alam Anda Beach Bungalow Hotel Bintang Spa Village Resort Bintang Puri Indah Bali Hotel Bintang 2 2,5 5,8 20 7,2 4. Hotel Aneka Lovina Bintang Sunari Bintang Melka Excelsior Hotel Bintang Bali Lovina Cottages Bintang Matahari Beach Resort Bintang Mimpi Resort Menjangan Bintang Damai Lovina Villages Bintang Wakasorea Hotel Bintang Menjangan Jungle Resort Bintang Bali Mandala Melati III Ponciana Bungalow Melati I Coin Elenai Melati III Gaia-Oasis Melati III 2 7, ,5 17. Hotel Wira Bali Melati I Hotel Tara Melati I Puri Sanih Melati I Hotel Royal Bali Melati III Berdikari Melati I Villa Manuk Melati III Bali Handara Cosaido Melati III Hotel Pancasari Inn Melati II Hotel Bali Danau Buyan Melati III Gitgit Hotel Melati I Hotel Damai Lovina Melati Bukit Jegeg Hotel Melati II Bukit Kembar Melati The Kalaspa Resort Melati III Ratna Jaya Melati I R Sena Melati I Sentral Kaliuntu Melati III Hotel Wijaya Melati II Lanjutan Tabel SP-14. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 35. Hotel Niaga Melati I Merta Yadnya Melati I Hotel saka Bindu Melati I Hari Rela Melati II Hotel Gelar Sari Melati I Duta Karya Melati II Bali Taman Melati III Puri Bagus Lovina Melati III 1,5 4,8 29 7, Puri Sari Melati II Puri Manik sari Melati Puri Bali Hotel Melati Hotel Angsoka Pantai Bina Ria Melati III Rini Hotel Melati Nirwana Sea Cottages Melati II Chono s Hotel Melati Rambutan Cottages Melati III Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 116

117 51. Bali Padang Melati Bayu Kartika Melati Hotel Kalibukbuk Melati Ray Beach Inn Melati Hotel Banyualit Melati Hotel Awangga Melati Hotel Melka Melati Wisata Jaya Melati I Happy Bungalow Melati I Happy Beach Inn Melati I Perama Hotel&Restaurant Melati I Lila Cita Melati Hotel Celuk Agung Melati III Hotel Permai Melati II Krisna Melati Hotel Suma Melati I Hotel Puri Bedahulu Melati The Kalaspa Resort Melati Yudha Melati I Jati Reef Melati I Hotel Baruna Beach Melati II Puri Mandara Melati I Mas Lovina Melati Pulestis Melati II Nirwana Sea Side Melati III Hotel Rini Melati II Bayu Kartika Beach Resort Melati II Puri Manik sari Melati I Chono Hotel Melati II Padang Lovina Melati II Hotel Dupa Melati I Pondok Elsa Bungalow Melati I Hotel Susila Melati I Hotel Angsoka Melati III Adi Hotel Melati II Darma Setu Melati II Lanjutan Tabel SP-14. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 87. Ellquos Melati II Ray Beach Inn Melati II Suma Hotel Melati I Seranta Hotel Melati I Hawaina Hotel Melati II Astina Penginapan Melati Sri Home Stay Melati I Villa Shanti Melati III Dream Hotel Melati I Puri Bali Bungalow Melati II Singaraja Indah Melati III Samudra Beach Hotel Melati III Padma Melati III Karina Melati II Adi Rama Melati III Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 117

118 102. Billibo Melati i Hotel Parma Melati I Aditya Beach Cottages Melati III Mutiara Hotel Melati I Manggala Melati II Purnama Melati I Lovina Beach Hotel Melati III Mega Ayu Melati I Hotel Dupa Melati I Puri Lumbung Cottages Melati II Pondok Ayu Hotel Melati I Agumi Beach Bungalow Melati III Wahyu Dana Melati Lumbung Bali Melati Mini Holiday Melati Cozy Resto Cottages Melati Nugraha Lovina Bay Melati Kresna Beach Cottages Melati II Padma Melati I Ayur Zen Puri Jati Melati III Taman Selini Wahana Melati III Taman Sari Bali Melati III Pondok Sari Melati Puri Mustika Permai Melati Waka Shorea Melati Drupadi indah Melati II Aneka Bagus Resort Melati III The Novus Gawana Melati III Amerta Bali Melati III 131. Hotel Segara Bukit Melati III 132. Puri Ganesa Villas Melati III Keterangan : *) mg/tahun Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) J. Limbah B3 Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik. Dimana masyarakat bermukim dan banyak melakukan aktivitas, disanalah berbagai jenis limbah dihasilkan. Kualitas limbah ditentukan oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan limbah. Limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) merupakan bahan yang karena sifatnya dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 118

119 Dengan sifat seperti itu, maka limbah B3 harus dikelola dengan benar. Pengelolaan harus dilakukan sejak dari sumber, pengangkutan sampai di lokasi pengelolaan akhir. Perusahaan/lembaga yang mengelola ataupun mengangkut limbah B3 harus mendapat izin khusus agar mudah dalam pengawasannya. J.1. Industri Penghasil Limbah B3 Industri tertentu berpotensi menghasilkan limbah B3 yang berdampak negatif bagi lingkungan. Data nama industri, jenis kegiatan, jenis dan volume limbah yang dihasilkan pada tahun 2010 tersaji pada Tabel SP-15. Industri yang menghasilkan limbah B3 adalah PT. Indonesia Power, berupa oli bekas dengan volume limbah yang belum diketahui dengan pasti. Limbah oli bekas yang dihasilkan perlu dipantau secara teratur agar tidak sampai mencemari lingkungan. Tabel SP-15. Industri Penghasil Limbah B3 di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Industri Jenis Kegiatan Jenis Limbah Volume (Ton/Tahun) *) 1. PT. Indonesia Power Pembangkit Listrik Oli Bekas - Keterangan : *) Belum terdata Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) J.2. Perusahaan Berizin Mengelola dan Mengangkut Limbah B3 Seyogyanya setiap perusahaan/lembaga yang mengelola limbah B3 harus mendapat izin dari pemerintah setempat. Di Kabupaten Buleleng ada dua perusahaan/instansi yang mendapat izin mengelola limbah B3, yaitu RSUD Singaraja dan Puskesmas 1 Banjar. Data lengkap perusahaan tersebut belum tersedia (Tabel SP-16). Tabel SP-16. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 di Kabupetan Buleleng No. Nama Perusahaan *) Jenis Izin*) Nomor Izin **) 1. RSUD Singaraja Puskesmas 1 Banjar - - Keterangan : *) Instansi yang memiliki incenerator Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Sampai dengan tahun 2010 belum ada perusahaan yang memperoleh izin mengangkut limbah B3, sebagaimana tercantum pada Tabel SP-17. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 119

120 Tabel SP-17. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengangkut Limbah B3 di Kabupaten Buleleng No. Nama Perusahaan Nomor Izin Keterangan : Tidak ada perusahaan yang memperoleh izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Buleleng Sumber : Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng (2010) Berbagai tekanan lingkungan hidup yang disajikan di atas, pada dasarnya merupakan aktivitas manusia dalam upaya kelangsungan hidupnya. Aktivitas-aktivitas itu memberi perlakuan terhadap lingkungan dan arena itu kemudian memiliki dampak terhadap lingkungan. Dampak dari berbagai aktivitas itu ada yang positif dan ada yang negatif. Dampak positifnya memang diperlukan untuk kelangsungan hidup, karena itu perlu dioptimalkan. Dampak negatifnya wajib diminimalkan, kalau bisa malah ditiadakan. Untuk mengoptimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif dari perlakuan manusia terhadap lingkungan diperlukan adanya AMDAL untuk aktivitas yang diduga berdampak besar dan UKL/UPL untuk aktivitas yang yang diduga kurang besar. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 120

121 Upaya pengelolaan lingkungan merupakan respon kemasyarakatan yang dilakukan oleh masyarakat, LSM, sektor swasta dan pemerintah atas kondisi lingkungan hidup dan kecenderungan perubahannya maupun respon atas tekanan lingkungan hidup, dalam upaya mewujudkan lingkungan hidup yang mampu mendukung kehidupan manusia secara optimal dan berkelanjutan. Upaya pengelolaan lingkungan dilakukan antara lain melalui rehabilitasi lingkungan, Amdal, penegakan hukum, peningkatan peran serta masyarakat, dan penguatan kelembagaan. A. Rehabilitasi Lingkungan Rehabilitasi lingkungan merupakan upaya pemulihan kondisi lingkungan sehingga daya dukungnya terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup optimal. Rehabilitasi dilakukan terhadap kondisi lahan, hutan dan lingkungan lainnya, baik melalui pendekatan vegetatif, fisik (sipil teknis) maupun sosial ekonomi. Pendekatan vegetatif dilakukan melalui penghijauan maupun reboisasi. Sampai dengan tahun 2010 telah dilakukan kegiatan penghijauan pada lahan seluas ,8 Ha, dengan jumlah tanaman batang (Tabel UP- 1). Realisasi kegiatan penghijauan itu mencapai 100% dari luas maupun jumlah pohon ditanam yang direncanakan. Penghijauan Lingkungan Kegiatan penghijauan dilakukan pada 9 kecamatan, dengan luas berkisar Ha dan jumlah pohon batang. Kegiatan reboisasi telah dilakukan dengan menanam pohon jati, mahoni dan sengon sebanyak batang pada areal hutan seluas 160 Ha di Kecamatan Seririt dan Sukasada (Tabel UP-2). Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 121

122 Tabel UP-1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penghijauan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Rencana Realisasi No. Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Pohon Luas (Ha) Jumlah Pohon 1. Gerokgak Seririt 916, , Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah , , Keterangan : Penanaman di dalam dan di luar kawasan hutan Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) Jika reboisasi merupakan rehabilitasi lingkungan (lahan) di luar kawasan hutan pada kawasan fungsi lindung maupun fungsi budidaya, maka reboisasi dilakukan di dalam kawasan hutan. Kegiatan reboisasi dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan dan lahan agar tata air berlangsung optimal, yang dicirikan dengan menurunnya kekritisan lahan. Kegiatan reboisasi dalam kawasan hutan tahun 2010 direncanakan dilakukan di empat kecamatan, yaitu Seririt, Banjar, Sukasada, dan Tejakula dengan luas tanam 676 Ha ( batang). Jenis yang ditanam sebagian merupakan jenis unggulan lokal (TUL) yang tergolong mulai langka dan baik untuk konservasi lahan. Seluruh rencana luas maupun jumlah bibit yang ditanam dapat terealisasi 100% (Tabel UP-2). Tabel UP-2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Rencana Realisasi No. Kecamatan Jumlah Jumlah Luas (Ha) Luas (Ha) Pohon Pohon 1. Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula Jumlah Keterangan : Pohon Suar, Intaran, Bambu, dan Klerek Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 122

123 rehabilitasi lingkungan juga dilakukan melalui berbagai kegiatan fisik seperti tersaji pada Tabel UP-3. Kegiatan yang dilakukan meliputi: pemantauan kualitas air dan udara, pengadaan mesin kompos, pengadaan gerobak sampah, pengadaan tong sampah, pembuatan talud Tukad Buleleng dan pembuatan sumur resapan. Pemantauan Kualitas Udara Selain dengan pendekatan vegetatif, upaya Tabel UP-3. Kegiatan Fisik Lainnya di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Instansi Penanggung Jawab 1. Pemantauan Kualitas Air dan 9 kecamatan Kantor Lingkungan Hidup Udara 2. Pengadaan mesin kompos Desa Sulanyah, Desa Kantor Lingkungan Hidup Selat dan Desa Pacung 3. Pengadaan gerobak sampah 9 peserta Desa Sadar Kantor Lingkungan Hidup Lingkungan, Sekolah calon Adiwiyata 4. Pengadaan Tong sampah 9 kecamatan Kantor Lingkungan Hidup 5. Pembuatan talud Tukad Buleleng Kel. Kampung Kajanan Kantor Lingkungan Hidup Kec. Buleleng 6 Pembuatan Sumur Resapan Kecamatan Buleleng Kantor Lingkungan Hidup Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) B. Amdal Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Pada tahun 2010 di Kabupaten Buleleng tidak ada dibuat Amdal, tetapi ada dibuat UKL/UPL. Rekomendasi UKL/UPL yang ditetapkan oleh Kantor Lingkungan Hidup tahun 2010 sebanyak 20 buah, sebagaimana daftar tersaji pada Tabel UP-4. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 123

124 Tabel UP-4. Rekomendasi Amdal/UKL/UPL di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Jenis Dokumen Kegiatan Pemrakarsa 1. UKL/UPL Agen penyalur gas elpiji/ gudang I Made Budi Setiawansari, SE 2. UKL/UPL Hotel Melati Andreas Rizal Vourloumis 3. UKL/UPL Pondok Wisata I Komang Upeksa 4. UKL/UPL Penyulingan daun cengkeh Dr. Andi Bastian 5. UKL/UPL Gudang gas elpiji Ketut Arta Sanjaya 6. UKL/UPL Bar Made Mahesa Yogiswara 7. UKL/UPL Hotel dan Restoran Mahendra Kumar Meneke H 8. UKL/UPL Pondok Wisata Made Selamat 9. UKL/UPL Penambangan bahan galian batu andesit I Gusti Bagus Suyoga 10. UKL/UPL Gudang gas elpiji A. Enna Kadarinas 11. UKL/UPL Bar I Gede Ariana 12. UKL/UPL Pembangkit listrik tenaga diesel Ir. Ikuten Sinulingga 13. UKL/UPL Minimarket Alfamart Agus Totoganeffian 14. UKL/UPL Minimarket Alfamart Agus Totoganeffian 15. UKL/UPL Minimarket Alfamart Agus Totoganeffian 16. UKL/UPL Hotel melati Ny. Sulastri Harris 17. UKL/UPL Konveksi/garmen Gede Widiadnya 18. UKL/UPL Pondok wisata Rajia, SE 19. UKL/UPL Hutchery udang Maharatanta Sembiring 20. UKL/UPL Diesel I Wayan Rastika Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Untuk memastikan pemrakarsa melakukan upaya-upaya pemantauan maupun pengelolaan lingkungan, maka dilakukan pengawasan pelaksanaan UKL/UPL secara teratur. Pengawasan UKL/UPL tahun 2010 dilakukan terhadap 22 perusahaan/pemrakarsa (Tabel UP-5). Hasil pengawasan menunjukkan 95,45% upaya pengelolaan lingkungan (UKL) yang dilakukan pemrakarsa telah sesuai dengan rekomendasi UKL, tetapi upaya pemantauan lingkungan (UKL) baru 40,90% yang sesuai. No. Tabel UP-5. Pengawasan Pelaksanaan UKL/UPL di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Waktu (tgl/bln/thn) Nama Perusahaan/Pemrakarsa Hasil Pengawasan (1) (2) (3) (4) (5) 1. 1 April 2010 PT. Holiway Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Menjangan Jungle Hotel Sesuai Sesuai Juli 2010 Hotel Matahari Beach Resort Sesuai Sesuai Juli 2010 Hotel Mimpi Menjangan Resort Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Alamanda Resort Sesuai Sesuai Juli 2010 Spa Village (Desa Tembok) Sesuai Sesuai Juli 2010 Hotel Gaia Oasis Sesuai Sesuai Juli 2010 Buyan Resort Sesuai Tidak sesuai Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III UKL UPL

125 Lanjutan Tabel UP-5. (1) (2) (3) (4) (5) Juli 2010 Bali Handara Cosaido Club Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Puri Indah Bali Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Wisma Nangun Kerti Tidak sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Bagus Homestay Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 PT. Sari Ayu Pertiwi/Gas LPG Sesuai Sesuai Juli 2010 Hotel Karina Lovina Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Pabrik Kecap Meliwis Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Aditya Beach Resort Sesuai Sesuai Juli 2010 Nugraha Hotel Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Hotel Sunari Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Hotel Melka Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Hotel Celuk Agung Sesuai Tidak sesuai Juli 2010 Hotel Puri Bagus Lovina Sesuai Sesuai Juli 2010 UD. Ginsakti (SPBU) Sesuai Sesuai Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) C. Penegakan Hukum Penegakan hukum berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan sangat perlu dilakukan. Tanpa penegakan hukum, ada kecenderungan orang atau perusahaan akan mengabaikan pengelolaan lingkungan, karena pengelolaan lingkungan memerlukan tenaga dan biaya. Penegakan hukum sangat berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak dalam pengelolaan lingkungan. Salah satu hak dan juga kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah mengadukan permasalahan lingkungan hidup kepada instansi yang berwenang. Sebaliknya instansi yang berwenang berkewajiban menindaklanjuti pengaduan masyarakat tersebut. Selama tahun 2010 terdapat 2 pengaduan permasalahan lingkungan yang disampaikan oleh masyarakat, yaitu terkait dengan galian C dan pembakaran batubara, seperti tersaji pada Tabel UP-6. Pengaduan masyarakat tersebut telah ditangani oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (Tabel UP-8). Tabel UP-6. Pengaduan Masalah Lingkungan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Masalah Yang Diadukan Jumlah Pengaduan 1. Galian C di pinggir sungai Banjar Dinas Silagading Desa Sambirenteng 1 2. Pembakaran Batubata dekat pemukiman Desa Giri Mas (Keberatan adanya usaha batubata merah) 1 Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 125

126 Tabel UP-7. Status Pengaduan Masyarakat di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Masalah Yang Diadukan Status 1. Galian C di pinggir sungai Bjr Dinas Silagading Ds Sambirenteng Sudah ditangani 2. Pembakaran Batubata dekat pemukiman Desa Giri Mas (Keberatan adanya usaha batubata merah) Sudah ditangani Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) D. Peran Serta Masyarakat Menurut Undang-undang RI No. 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan secara individu, kelompok/organisasi masyarakat, lembaga adat (desa pekraman, subak, dan sebagainya), lembaga keagamaan, masyarakat pers, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, himpunan profesi, dunia usaha dan lain sebaginya. D.1. Lembaga Swadaya Masyarakat Sampai dengan tahun 2010 terdapat 17 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terdaftar di Kabupaten Buleleng (Tabel UP-8). Lembaga tersebut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan melalui berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan lingkungan, termasuk lingkungan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Tabel UP-8. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Buleleng No. Nama LSM Alamat (1) (2) (3) 1. Masyarakat Peduli Sampah (MAPAS) Jalan Perum BTN Singaraja Indah 2. Forum Pemerhati Pembangunan Buleleng Jalan Gajah Mada Nomor 41 Seririt 3. Lembaga Bantuan Hukum Himpunan Penerus Jalan Singaraja-Sangsit, Desa Sangsit Perjuangan Tanah Air (LBH HPP PETA) Kecamatan sawan 4. Pusat Pengkajian Pembangunan Sosial Budaya dan Lingkungan (P2PSBL) Jalan Bisma 22 Singaraja 5. Bakti Pertiwi Jalan Gunung Rinjani 55 Singaraja 6. Forum Komunitas Lintas Bali Jalan Merak Nomor 8 Singaraja 7. Peduli Rakyat Tani Indonesia (PRTI) Jalan Mayor Metra 8. Merah Putih Buleleng Jalan Ngurah Rai No. 53 Singaraja 9. Forum Pemberdayaan Masyarakat Ekonomi Lemah Jalan Pulau Komodo 12 Singaraja Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 126

127 Lanjutan Tabel UP-8. (1) (2) (3) 10. Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Pembangunan Bali (LP3B) Jalan Dewi Sartika 32a Singaraja 11. Bali Jegeg Jalan Gunung Rinjani 55 Singaraja 12. Gema Nusantara Jalan A Yani 115 Singaraja 13. Lembaga Siti Darma Jalan Pantai Lingga. 14. Forum Peduli Masyarakat Kecil (FPMK) Desa Kubutambahan. 15. Asosiasi Pewarta Pemerhati Indonesia (APPI) Jalan Gunung Agung II/9 Singaraja 16. Forum Masyarakat Buleleng Bersatu (FMBB) Jalan Kutilang 15 Singaraja 17. Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNR) Jalan Ngurah Rai 40 Singaraja Keterangan : - Sumber : Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Buleleng (2010) D.2. Penerimaan Penghargaan Lingkungan Hidup Kesungguhan pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Buleleng dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 2010 terbukti dengan diberikannya berbagai penghargaan lingkungan hidup dari pemerintah pusat maupun provinsi (Tabel UP-9). Ada 8 penghargaan lingkungan yang diterima oleh pemerintah kabupaten, desa, kelompok masyarakat, Bupati Buleleng menerima Tropy Adipura dari Presiden RI maupun perorangan tahun Tabel UP-9. Penerima Penghargaan Lingkungan Kabupaten Buleleng Tahun 2010 No. Nama Pemberi Nama Penghargaan Orang/Kelompok/Organisasi Penghargaan (1) (2) (3) (4) 1. Pemerintah Kabupaten Buleleng Tropy Adipura untuk kategori Kota Kecil Menteri Negara Lingkungan Hidup 2. Pemerintah Kabupaten Buleleng Piagam Raksaniata program Menuju Indonesia Hijau Tahun Desa Pakraman Bangkah, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula 4. Kelompok Tani Hutan Karya Mulia, Banjar Dinas Gambuh, Desa Selat, Kec. Sukasada Juara I Desa Sadar Lingkungan Tingkat Kabupaten Buleleng Juara I Tk. Provinsi Kategori Desa / Kelurahan Peduli Kehutanan Republik Indonesia Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Pemerintah Kabupaten Buleleng Gubernur Bali Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 127

128 Lanjutan Tabel UP-9. (1) (2) (3) (4) 5. Kelompok Tani Hutan Karya Mulia, Banjar Dinas Gambuh, Desa Selat, Kec. Sukasada Juara V (Harapan II) Tingkat Nasional Kategori Desa / Kelurahan Peduli Menteri Kehutanan Republik Indonesia 6. Putu Kanten, Dusun Gambuh, Desa Selat, Kec. Sukasada 7. Kelompok Wanita Tani (KWT) Gunung Mertha I, Desa Tista, Kecamatan Busungbiu 8. Desa Unggahan, Kecamatan Seririt 9. Desa Tigawasa, Kecamatan Kehutanan Juara II Tingkat Provinsi Lomba Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Juara I Lomba Kelompok Wanita Tani (KWT) Tingkat Provinsi Bali Juara V Lomba Gapoktan Yogi Amerta Sad Kertih / Penyelamatan Hutan Banjar Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Gubernur Bali Gubernur Bali Gubernur Bali Gubernur Bali D.3. Kegiatan Penyuluhan, Pelatihan, Workshop dan Seminar Lingkungan Selama tahun 2010 diselenggarakan lima kegiatan penyuluhan lingkungan hidup oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Sasaran kegiatan penyuluhan meliputi aparat pemerintahan desa dan pengurus desa pekraman, warga masyarakat, dan warga sekolah (Tabel UP-10). Pembinaan desa sadar lingkungan Sosialisasi lubang resapan biopori Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 128

129 No. Tabel UP-10. Kegiatan Penyuluhan Lingkungan di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Nama Kegiatan 1. Pembinaan Desa Sadar Lingkungan 2. Sosialisasi lubang resapan biopori dan sumur resapan 3 Pembinaan Adi Wiyata 4 Pembinaan Adi Wiyata 5 Pembinaan calon penerima Kalpataru Instansi Penyelenggara Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (2010) Peserta Waktu Penyuluhan (Tgl/Bln/Tahun) 9 Desa 19 April 2010 s.d 30 April Warga masayarakat di 9 desa tiap kecamatan - 3 sekolah calon Adi Wiyata SMP 2 Sawan 19 Juli Nopember April 2010 dan 5 Mei 2010 SD 4 Panji Anom 4 Mei 2010 Warga Desa Tigawasa dan Kelompok nelayan mina bakti Soansari Desa Les, Kecamatan Tejakula 7 Maret 2010 dan 10 Agustus 2010 D.4. Kegiatan Fisik Perbaikan Lingkungan Upaya perbaikan lingkungan melalui berbagai kegiatan fisik telah dilakukan oleh berbagai pihak di Kabupaten Buleleng pada tahun Bentuk kegiatannya meliputi: penangkaran biota laut dan terumbu karang, penangkaran kijang, rusa dan penyu, pelestarian terumbu karang, pelestarian satwa dan pohon langka, clean up, lumba-lumba dan budidaya anggrek (Tabel UP-11). Tabel UP-11. Kegiatan Fisik Perbaikan Kualitas Lingkungan Oleh Masyarakat Tahun 2010 No. Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan (1) (2) (3) (4) 1. Penangkaran Biota laut dan Di Desa Tembok CV. Dinar Terumbu Karang 2. Penangkaran Kijang dan Rusa Di Desa Kalibukbuk CV. Melka Satwa 3. Pelestarian trumbu karang Desa Sambirenteng Alamanda 4. Pelestarian satwa langka jalak bali dan penanaman pohon Tanjung Gelap, TNBB PT. Trimbawan Swastama Sejati langka dan endemik 5. Clean up Pulau Menjangan, TNBB PT. Dhisti Kumala Bahari 6. Pelestarian satwa langka jalak Bali Tanjung Kotal, TNBB PT. Shorea Barito Wisata Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 129

130 Lanjutan Tabel UP-11. (1) (2) (3) (4) 7. Penangkaran Kijang dan Penyu Desa Tinga-tinga Ketut Mangku Wijana 8. Penangkaran Kijang dan Penyu Desa Umeanyar Gede Mertawan 9. Lumba-lumba Di Desa Kalibukbuk CV. Melka 10. Penangkaran penyu Desa Pemuteran Chris Brown 11. Budi daya Anggrek Desa Asah Gobleg Milo Baliorchid Keterangan : - Sumber : Program Menuju Indonesia Hijau Kabupaten Buleleng Tahun 2010 Penangkaran jalak Bali Lumba-lumba di Hotel Melka E. Kelembagaan Kelembagaan sangat diperlukan dalam mengatur dan melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup. Pengaturan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup antara lain dilakukan melalui pemberlakuan aturan hukum, penganggaran dana pengelolaan lingkungan hidup, dan pengembangan sumber daya manusia. E.1. Produk Hukum Sampai dengan tahun 2010 telah dihasilkan sebanyak 11 produk hukum berbentuk Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbub) di bidang pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana tersaji pada Tabel UP-12. Tabel UP-12. Produk Hukum Bidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang (1) (2) (3) (4) (5) 1. Peraturan Daerah Pajak pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Buleleng 2. Peraturan Daerah Retribusi Ijin Tempat Usaha dan Ijin Gangguan 3. Peraturan Daerah Pengelolaan Air Bawah Tanah Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng 2010 III - 130

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI

USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R I A H ) U S A H A K O N V E K S I P A K A I A N J A D I P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H (

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

5 S u k u B u n g a 1 5 %

5 S u k u B u n g a 1 5 % P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) U S A H A A B O N I K A N P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) U S A H A A B O N I K A N B A N K I N D O N E S I A K A

Lebih terperinci

Program Kerja TFPPED KBI Semarang 1

Program Kerja TFPPED KBI Semarang 1 U P A Y A M E N G G E R A K K A N P E R E K O N O M I A N D A E R A H M E L A L U I F A S I L I T A S I P E R C E P A T A N P E M B E R D A Y A A N E K O N O M I D A E R A H ( F P P E D ) S E K T O R P

Lebih terperinci

USAHA PEMBUATAN GULA AREN

USAHA PEMBUATAN GULA AREN P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) G U L A A R E N ( G u l a S e m u t d a n C e t a k ) P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) G U L A A R E N ( G u l a S

Lebih terperinci

0,8 9 0,9 4 1,2 4 7,1 6 %

0,8 9 0,9 4 1,2 4 7,1 6 % P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) E M P I N G M E L I N J O P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) E M P I N G M E L I N J O B A N K I N D O N E S I A K A

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET

USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) P E N A N G K A P A N I K A N P E L A G I S D E N G A N A L A T T A N G K A P G I L L N E T P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L (

Lebih terperinci

1, 1 PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE

1, 1 PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) P E N A N G K A P A N I K A N D E N G A N P U R S E S E I N E P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) P E N A N G K A P A

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

P r o f i l U s a h. a A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n H a r g a...

P r o f i l U s a h. a A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n H a r g a... P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R I A H ) I N D U S T R I S O H U N P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R I A H

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE

m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) B U D I D A Y A P E M B E S A R A N I K A N L E L E P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) B U D I D A Y A P E M B E S A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

1 0 0 m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN NILA

1 0 0 m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN NILA P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) B U D I D A Y A P E M B E S A R A N I K A N N I L A P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) B U D I D A Y A P E M B E S A

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangkitkan semangat kebersamaan persatuan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN KALI BABON KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN KALI BABON KOTA SEMARANG PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kota Semarang dan wilayah Kabupaten Semarang. Di Kota Semarang mengalir beberapa sungai

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

USAHA BUDIDAYA CABAI MERAH

USAHA BUDIDAYA CABAI MERAH P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R I A H ) U S A H A B U D I D A Y A C A B A I M E R A H P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Daftar Isi. halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv

Daftar Isi. halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv Daftar Isi halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan... I-1 B. Keanekaragaman

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) STRUKTUR ORGANISASI Unsur organisasi Ba terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu unsur Pimpinan (Kepala Ba), Pembantu Pimpinan (Sekretaris Sub Bagian)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n... 9

A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n... 9 P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R I A H ) U S A H A K E R U P U K I K A N P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa lingkungan laut beserta sumber

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 24, 2013 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. ba h wa den ga n a da n ya kenaikan h a rga

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL MAKALAH PEMANASAN GLOBAL Disusun Oleh : 1. MUSLIMIN 2. NURLAILA 3. NURSIA 4. SITTI NAIMAN AYU MULIANA AKSA 5. WAODE FAJRIANI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang disusunnya makalah ini

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2014

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2014 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu

Lebih terperinci

6 S u k u B u n g a 1 5 % 16,57 % 4,84 tahun PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT

6 S u k u B u n g a 1 5 % 16,57 % 4,84 tahun PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L ( P P U K ) P E N G O L A H A N I K A N B E R B A S I S F I S H J E L L Y P R O D U C T ( O T A K -O T A K d a n K A K I N A G A ) P O L A P E M B I A Y

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR : 38 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG GUNUNG CIREMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa Gunung Ciremai sebagai kawasan

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan

Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan - 1 - Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten di bidang Kehutanan dan Perkebunan serta mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci