PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR"

Transkripsi

1 PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR Ari Darmawan Pasek Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Dengan adanya Pepres No. 5 tahun 2006 dan Undang-undang Pengelolaan Energi, opsi PLTN di Indonesia mempunyai posisi yang kuat dalam penyediaan energi primer Indonesia pada tahun Opsi energi nuklir diperkuat dengan adanya kebutuhan sumber energi yang dapat berkelanjutan dan ramah lingkungan ditinjau dari aspek pemanasan global di masa yang akan datang. Namun, implementasi pembangunan PLTN di Indonesia banyak menghadapi kendala utamanya dari keputusan politik yang serba ragu, dan resistensi masyarakat Indonesia dan pemerintah negara di kawasan. Perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung dalam upayanya mewujudkan diri menjadi World Class University, mempunyai banyak peluang dan kemampuan untuk membantu mendorong terwujudnya PLTN di Indonesia, makalah ini membahas mengenai posisi ITB saat ini dan kedepan, pentingnya PLTN di Indonesia, peran ITB dalam pembangunan PLTN, yang meliputi diseminasi dan sosialisasi, penelitian, dan kolaborasi nasional dan internasional. Key words: Nuklir, sumber daya manusia, pembangkit listrik 1. PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, kebutuhan akan energi akan semakin meningkat. Sesuai dengan visi energi nasional, diinginkan adanya jaminan pasokan energi yang aman, handal dan dengan harga yang terjangkau secara berkelanjutan. Dengan menipisnya sumbersumber energi fosil, dan semakin terasanya dampak pemansan global akibat emisi CO 2, dimasa yang akan datang diperlukan sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sistem energi dengan indeks keberkelanjutan yang tinggi tersebut antara lain adalah nuklir, biofuel, dan hidrogen, matahari, dan energi terbarukan lainnya. Dimasa akan datang, jenis energi final yang dikonsumsi di berbagai sektor akan bergeser dari sumber energi fosil (BBM) menjadi energi listrik. Dengan demikian, diperlukan pembangkit listrik kapasitas besar dengan sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemilihan opsi pembangkit listrik tenaga nuklir telah secara tegas dinyatakan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Namun pelaksanaan pembangunan PLTN terkendala banyak hal antara lain, pemerintahan yang masih setengah hati dengan opsi nuklir, dan resistensi masyarakat dan pemerintah di kawasan yang meragukan kemampuan bangsa Indonesia dalam mengoperasikan dan merawat PLTN. Disisi lain perguruan tinggi, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam melaksanakan visi dan misinya menuju perguruan tinggi bertaraf dunia (World Class University) memiliki banyak peluang untuk membantu mendorong terlaksananya pembangunan PLTN di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas peran perguruan tinggi seperti ITB dalam mendorong terwujudnya PLTN di Indonesia yang mencakup usaha-usaha diseminasi, penyiapan SDM dan kolaborasi nasional dan internasional. 2. PERGURUAN TINGGI Kata Perguruan tinggi (universitas) berasal dari bahasa Latin: universitas magistrorum et scholarium yang secara harafiah berarti komunitas/masyarakat guru dan intelektual 18

2 (community of teachers and scholars). Kegiatan yang dilakukan universitas meliputi pembelajaran (learning), pengajaran (teaching), penelitian (research), dan pengabdian pada masyarakat (social services). Sedangkan institut teknologi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan institusi pendidikan yang memfokuskan pada kegiatan perguruan tinggi di bidang teknologi, sains, dan seni. Seperti perguruan tinggi terkemuka lainnya di dunia, ITB bercita-cita dan berusaha untuk meningkatkan kematangan dan keunggulannya untuk mencapai World Class University. Indikator keberhasilan dalam upaya meningkatkan kematangan sebagai usaha untuk mencapai World Class University (WCU) diperlihatkan pada Tabel 1. Indikator ini merupakan modifikasi dari materi yang terdapat dalam Rencana Induk Pengembangan ITB [1]. Tabel 1.a menunjukkan Focus Area dari pengembangan ITB menuju WCU, sedangkan Tabel 1.b menunjukkan Performance Indicator yang harus dicapai oleh ITB dalam setiap tahapan kematangan untuk mencapai WCU. Tahapan kematangan ini dibagi dalam lima tingkat dengan WCU ditentukan sebagai kematangan tingkat ke 5. Dari pembahasan di atas dapat ikhtisarkan bahwa pengembangan ITB menuju WCU pada hakekatnya adalah meningkat kemampuan ITB untuk kemandirian bangsa dengan meningkat hasil-hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang bermutu dan diakui secara internasional, dan dilakukan melalui kolaborasi nasional dan internasional. 3. KEBUTUHAN ENERGI PRIMER DI INDONESIA Penyediaan energi primer Indonesia pada tahun 2003 sebagian besar diperoleh dari energi fosil dan terdiri dari 54,4% minyak bumi, gas alam 26,5%, dan batubara 14,1 %, sedangkan sisanya adalah energi baru dan terbarukan. Kebutuhan energi primer Indonesia meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan ekonomi. Populasi penduduk yang meningkat dari 204 juta jiwa pada tahun 2000, menjadi 250 juta jiwa pada tahun 2025, dan APBN meningkat dari 325 triliun rupiah menjadi 1660 triliun rupiah pada tahun-tahun yang sama. Hal ini akan menyebabkan peningkatan pada kebutuhan energi primer dan listrik dari masing-masing dari PJ (Peta Joule = Joule) dan 29 GWe (Giga Watt elektrik = 109 Watt), menjadi PJ dan 100 GWe[2]. Berdasarkan studi yang dilakukan, CADES (Comprehensive Assessment Of Different Energy Sources For Electricity Generation In Indonesia)[2] memprediksi bauran penyediaan energi primer Indonesia pada tahun 2003 adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Apabila tidak dilakukan usaha-usaha optimalisasi maka prediksi bauran penyediaan energi primer pada tahun 2025 akan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pada kondisi Bussines As Usual (BAU), dan tidak ditemukan cadangan minyak baru untuk meningkatkan produksi, maka pada tahun 2025 Indonesia harus mengimpor minyak bumi sebesar 4750 PJ setiap tahun atau setara dengan 838 ribu Setara Barel Minyak (SBM). Penyediaan suplai minyak bumi yang sedemikian besar akan mengahadapi kendala karena kecenderungan meningkatnya harga minyak bumi yang akan menyebabkan kenaikan beban anggaran pemerintah untuk subsidi. Tabel 1.a Focus Area pengembangan ITB menuju World Class University NO. FOCUS AREA DEFINISI 1 Peran ITB Kemampuan menggalang kerjasama 2 Kemandirian Kemandirian teknologi yang mendorong pertumbuhan ekonomi 3 Kultur dan tradisi ITB Budaya, atmosfer akademik dan tradisi intelektual 4 Organisasi dan Managemen Perangkat institusi, sarana dan prasarana, sumberdaya dan tatakelola 5 Pendidikan Kegiatan pengajaran dan pembelajaran 6 Penelitian dan Pengembangan dan penemuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang Pengembangan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 7 Pengabdian kepada Service to the nation through shares of new knowledge and technology masyarakat application 19

3 Tabel 1.b Ciri keberhasilan/performance Indicator pengembangan ITB menuju World Class University NO. FOCUS AREA MATURITY LEVEL Maturity Level 1 Maturity Level 2 Maturity Level 3 Maturity Level 4 World Class Maturity 1 Peran ITB Tidak berperan Berperan sebagai simpul jaringan kekuatan perguruan tinggi nasional Berperan sebagai pusat pendidikan dan inovasi dan inkubator industri nasional Berperan sebagai simpul jaringan kekuatan perguruan tinggi internasional Berperan sebagai World Class University (Universitas yang dihormati dan disegani di Dunia) 2 Kemandirian 3 Kultur dan tradisi ITB 4 Organisasi dan Managemen Tidak ada teknologi yang dihasilkan untuk kemandirian Tidak ada perencanaan yang jelas, hanya menjaga kultur, budaya dan atmosfer akademik yang telah ada Program studi yang terakreditasi secara internasional < 30 %. Tidak memiliki sistem jaringan informasi yang luas sebagai manifestasi keberadaan ITB di dalam "Information Rich World". Pendidikan Program Pasca Sarjana yang lemah dan bersifat lokal. Tidak ada laboratorium yang dibangun khusus untuk program pasca sarjana. Tidak memiliki pusat-pusat pelatihan dan pengembangan yang dapat menjawab kebutuhan nasional. Ada hasil teknologi hanya untuk kemandirian ITB Ada rencana perwujudan perguruan tinggi yang menjadikan riset dan pengembangan sebagai identitas diri Program studi yang terakreditasi secara internasional mencapai 30 %. Memiliki sistem jaringan informasi yang luas sebagai manifestasi keberadaan ITB di dalam "Information Rich World". Pendidikan Program Pasca Sarjana sebagai inti (core) pendidikan. Ada laboratorium yang dibangun khusus untuk program pasca sarjana. Memiliki pusat-pusat pelatihan dan pengembangan yang dapat menjawab kebutuhan nasional. Ada hasil teknologi untuk kemandirian industri strategis bangsa Indonesia Ada komitmen perwujudan perguruan tinggi yang menjadikan riset dan pengembangan sebagai identitas diri Program studi yang terakreditasi secara internasional mencapai 50 %. Memiliki sistem jaringan informasi yang luas dan banyak diakses oleh institusi nasional. Terlibatnya mahasiswa internasional dalam Pendidikan Program Pasca Sarjana. Ada hasil riset dan teknologi untuk industri strategis Indonesia. Terwujudnya jaringan kerjasama nasional untuk menjawab kebutuhan nasional. Pemimpin Kemandirian Teknologi Bangsa Ada pengakuan regional/internasional sebagai perguruan tinggi yang beridentitas riset dan pengembangan Program studi yang terakreditasi secara internasional mencapai 70 %. Memiliki sistem jaringan informasi yang luas dan banyak diakses oleh institusi nasional dan Internasional;. Terlibatnya mahasiswa internasional yang bermutu dalam Pendidikan Program Pasca Sarjana. Ada hasil riset dan teknologi yang dirujuk oleh institusi internasional dan terlibat dalam implementasinya. Terwujudnya jaringan kerjasama nasional yang memberikan kontribusi yang berarti bagi ITB dan kepentingan nasional. Indonesia yang mandiri, Indonesia yang dihormati Ada profil kultur dan tradisi ITB sebagai perguruan tinggi beridentitas riset dan pengembangan yang diakui dunia dan berkontribusi secara signifikan terhadap kekuatan ekonomi dan kedaulatan Indonesia Program studi yang terakreditasi secara internasional mencapai 90 %. Terbentuknya ITB sebagai pusat informasi dan ilmu pengetahuan unggulan;. Terlibatnya mahasiswa dan dosen internasional yang bermutu dalam Pendidikan dan penelitian Program Pasca Sarjana. Ada hasil riset dan teknologi yang dirujuk oleh institusi internasional dalam implementasinya. Terwujudnya ITB enterprise kelas internasional di bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan. 5 Pendidikan Tidak ada strategi untuk meningkatkan jumlah dan mahasiswa dan mutu lulusan Peningkatan jumlah dan mutu mahasiswa dan lulusan. Meningkatnya minat lulusan sarjana untuk melanjutkan ke program pasaca sarjana Mampu mendatangkan program bea siswa riset dari sumber dana di luar negeri. Terjadinya interaksi internasional pada pendidikan pasca yang melibatkan mahasiswa dan dosen pada kawan/internasional Menarik kehadiran mahasiswa internasional yang bermutu untuk belajar di berbagai program Pasca Sarjana di ITB Menarik kehadiran mahasiswa dan dosen Internasional dari berbagai Negara di Dunia pada program Pasca Sarjana di ITB 6 Penelitian dan Pengembangan Tidak ada strategi yang jelas mengenai fokus dan arah penelitian dan pengembangan di ITB Ada realisasi kerjasama riset dan pengembangan yang melibatkan industri dan lembaga riset nasional. Tumbuhnya industri eksposure dari komunitas ITB Memiliki riset Roadmap bersma industri dan lembaga riset nasional. Terdapat berbagai pengembangan institusi dan infrastuktur ITB dari dana yang diperoleh dari kerjasama riset dan pengembangan. Dihasilkannya berbagai model teknologi bagi kebutuhan Industri nasional. Peningkatan jumlah pengakuan nasional dan terhadap hasil riset ITB Mampu mendatangkan dana riset dari luar negeri bukan pinjaman. Terealisasinya kerjasama riset internasional, melibatkan industri dan lembaga riset nasional. Dihasilkan berbagai model teknologi untuk kepentingan nasional. Peningkatan jumlah pengakuan internasional terhadap hasilhasil riset ITB Menjadi kekuatan bangsa dalam riset dan pengembangan Menjadi pemimpin menembus monopoli teknologi asing. Terjadi kerjasama riset dan pengembangan internasional yang luas pertukaran penelti dengan institusi riset internasional Mampu menggalang kekuatan nasional dalam pemanfaatan sumber daya nasional dengan menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi untuk kemandirian bangsa 7 Pengabdian kepada masyarakat Tidak ada strategi yang jelas mengenai fokus dan arah pengabdian kepada masyarakat di ITB Terwujudnya kerjasama Terwujudnya kerjasama pendidikan, penelitian dan pengembangan dengan mitra industri atau lembaga lain untuk kebutuhan masyarakat luas pendidikan, penelitian dan pengembangan dengan mitra industri atau lembaga lain di kawasan untuk kebutuhan dasar nasional Terwujudnya kerjasama pendidikan, penelitian dan pengembangan dengan mitra industri atau lembaga lain bertaraf internasional untuk kebutuhan dasar nasional Terwujudnya kerjasama pendidikan, penelitian dan pengembangan dengan mitra industri atau lembaga lain bertaraf internasional untuk kepentingan startegis nasional 20

4 Gambar 1 Bauran penyediaan energi primer di Indonesia tahun 2003 Gambar 2 Bauran penyediaan energi primer di Indonesia tahun 2025 (BAU) Disamping itu, produksi minyak bumi Indonesia untuk ekspor terus menurun, menyebabkan selisih penerimaan anggaran dan subsidi BBM mengecil dan membahayakan anggaran pembangunan. Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya jumlah dan kapasitas kilang minyak di Indonesia, sehingga Indonesia kehilangan devisa untuk biaya produksi kilang di luar negeri yang seharusnya dapat dicegah seandainya dapat melakukan pengilangan di dalam negeri dengan menggunakan minyak hasil produksi sendiri. Melihat kondisi-kondisi di atas, Pemerintah Indonesia melalui Perpres No. 5 tahun 2006, tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), berencana untuk mengurangi peran minyak bumi dalam penyediaan energi primer dan meningkatkan pemakaian gas dan batubara dan energi baru dan terbarukan sebagai usaha untuk diversifikasi energi. Sehingga pada tahun 2025 peran minyak bumi sebagai sumber energi primer diperkecil menjadi 26,2%, dan peran batubara dan gas bumi, serta energi terbarukan diperbesar (Lihat Gambar 3). Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah energi dari minyak bumi tetap sama seperti tahun 2003 yaitu sekitar 480 ribu SBM (BOE), dengan asumsi produksi minyak bisa dipertahankan pada tingkat 184 ribu SBM. Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tersebut telah ditetapkan bahwa nuklir merupakan salah satu bagian dari sistem bauran energi yang optimum untuk memenuhi sasaran penyediaan energi nasional. 4. ENERGI MASSA DEPAN Jenis suplai energi di massa yang akan dibatasi oleh dua isu penting yaitu keberlanjutan (sustainability) dari sumber energi dan dampaknya terhadap lingkungan seperti pemanasan global. Gambar 3. Bauran penyediaan energi primer di Indonesia tahun 2025 dengan optimasi jenis energi 21

5 Dengan demikian energi baru yang dapat diterima adalah energi yang berkelanjutan dan berkontribusi terhadap pengurangan emisi CO 2 tanpa harus menekan pertumbuhan ekonomi (Sustainable Energy and Environment). Isu pemanasan global di masa yang akan datang akan semakin kuat dan menjadi perhatian pemerintah negara manapun akibat naiknya konsentrasi CO 2 di atmosfer (Gambar 4) yang sangat signifikan dan prediksi dampak perubahan iklim yang sangat merugikan perekonomian dan kehidupan. peningkatan pendapatan domestik dari berbagai sektor dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumber-sumber energi konvensional, energi baru dan terbarukan yang ada saat ini. index of sustainability 100 % 50 low-cost oil oil shock atomic power system eco energy system Kyoto protocol 97 sustainable energy energy system bio solar H 2 ocean space power station invention of new energy system nuclear fusion environmentally benign sustainable energy system year 1st generation 2nd 3rd 4th 5th Gambar 5 Index of Sustainability dari beberapa sumber energi[4] Gambar 4 Konsentrasi CO 2 di atmosfer[4] Gambar 5 memperlihatkan index of sustainability beberapa sumber energi. Dari gambar ini terlihat bahwa energi fosil mempunyai indeks yang rendah serta energi nuklir khususnya nuklir fusion mempunyai indeks yang sangat tinggi. Gambar 6 menunjukkan prediksi sumbersumber energi primer di masa yang akan datang. Dari Gambar ini dapat terlihat bahwa akibat kebutuhan akan energi yang begitu tinggi, maka sumber-sumber energi konvensional seperti energi fosil belum dapat ditinggalkan sepenuhnya. Sumber-sumber energi baru seperti energi nuklir dan energi terbarukan lainnya mempunyai kontri busi yang cukup besar. Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa sumber energi primer di masa yang akan datang adalah sumber yang tidak menimbulkan emisi CO 2 dan energi nuklir memegang peranan penting sebagi sumber energi masa depan. Energi nuklir fusion akan menjadi sumber energi berkelanjutan yang ramah lingkungan di masa yang akan datang. Namun untuk dapat menguasai teknologi tersebut perlu dilakukan penguasaan ilmu pengetahuan energi atom fisi terlebih dahulu. Disamping itu diperlukan biaya investasi yang cukup besar untuk mendapatkan energi fusi tersebut. Untuk itu diperlukan Gambar 6 Prediksi sumber energi primer di masa yang akan datang[4] 5. PROSPEK ENERGI NUKLR DI INDONESIA Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan energi nuklir sangat diperlukan untuk tujuan berikut ini: mendukung terwujudnya keamanan pasokan energi nasional secara berkelanjutan, mengurangi laju pengurasan energi fosil yang cadangannya sangat terbatas, mendukung stabilitas pasokan energi listrik secara aman, andal, ekonomis, bersih dan berwawasan lingkungan, mendukung pengurangan dampak akibat pemanasan global. Kapasitas terpasang pembangkit listrik untuk jaringan Jawa Madura dan Bali (JAMALI) saat ini sekitar Gwe, belum 22

6 termasuk kekurangan listrik di luar Jawa yang harus segera ditangai dengan serius. Proyeksi beban puncak tahun 2025 di JAMALI menurut RUKN diperkirakan sekitar 94 GWe, yang berarti memerlukan tambahan sekitar 74 GWe dari kondisi saat ini. Sumber energi yang potensial adalah batubara, panas bumi, dan gas, namun sumber gas yang ada telah dialokasikan sebagai kontrak untuk diekspor. Apabila pembangkitan listrik JAMALI didominasi oleh PLTU batubara, maka akan timbul masalah transportasi batubara dan dampak lingkungan. Sedangkan sumber energi geotermal dalam waktu dekat belum mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan kapasitas yang besar. Dalam kondisi tersebut, maka pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkitan listrik merupakan pilihan yang tepat dalam sistem bauran energi yang optrimal untuk mendukung ketahanan pasokan energi nasional (energy security). Telah dilakukan re-evaluasi terhadap studi Comprehensive Assessment on Different Energy Sources (CADES) yang dilaksanakan melalui pemutakhiran model, skenario dan data yang terkini terkait dengan harga energi. Tujuan reevaluasi adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan Perpres 5/2006 tentang KEN dan Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Ruang lingkup studi ini mencakup: Kajian proyeksi kebutuhan dan penyediaan energi nasional periode , Kajian energi terkini dengan penyesuaian model, skenario dan data, Kajian penggunaan energi terhadap penanganan dampak pemanasan global dengan penerapan teknologi bersih untuk pembangkitan listrik (PLTN). Hasil re-evaluasi yang penting antara lain sebagai berikut: Introduksi PLTN ke dalam sistem kelistrikan JAMALI pada periode merupakan solusi yang tepat. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang RPJPN bahwa pada RPJMN III mulai dimanfaatkan tenaga nuklir untuk pembangkitan listrik dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat. Hasil optimasi dari beberapa skenario menunjukkan bahwa kontribusi nuklir lebih tinggi dari sasaran KEN, hal ini menunjukkan bahwa : - Sasaran KEN adalah merupakan batas minimal yang harus dicapai dalam mewujudkan bauran energi yang optimal untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. - PLTN mempunyai peran sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan energi nasional Hasil perhitungan menunjukkan bahwa, emisi CO2 pada tahun 2025 di JAMALI dari sektor listrik: 1. Tanpa upaya penurunan emisi, emisi CO2 mencapai 477,7 juta ton. 2. Upaya bauran energi sesuai Perpres 5/2006 akan mampu menekan emisi CO2 sebesar ~ 9,1%. Sedangkan hasil optimasi opsi nuklir akan mengurangi emisi CO2 secara signifikan sebesar 36,6% pada tahun 2025 dan 56,6% pada tahun Peran PLTN dapat diandalkan untuk mendukung rencana aksi pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim. 4. Peran energi nuklir pada periode mendatang (setelah tahun 2025) diproyeksikan masih tetap merupakan bagian dari bauran sistem pasokan energi nasional yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Meskipun terdapat hal-hal yang mendukung implementasi energi nuklir di Indoensia, terdapat pula hal-hal lain yang berpotensi menghambat implementasi tersebut, yaitu: 1. Adanya penolakan dari masyarakat yang tidak paham mengenai pentingnya implementasi energi nuklir di Indonesia. 2. Adanya resistensi dari negara-negara di kawasan. 3. Adanya anggapan bahwa sumber daya manusia Indonesia tidak siap untuk mengoperasikan PLTN 4. Belum adanya program-program transfer of knowledge and technology yang jelas dan memadai sehingga dapat menghilangan kesan ketidakmampuan Indonesia dalam menguasai Teknologi PLTN. 6. PERAN ITB DALAM IMPLEMENTASI ENERGI NUKLIR DI INDONESIA Untuk mengatasi atau mengurangi hal-hal yang dapat menghambat implementasi PLTN di Indonesia diperlukan peran aktif dari berbagai pihak utamanya adalah keberpihakan 23

7 pemerintah. Namun demikian, untuk kondisi saat ini perguruan tinggi seperti ITB dapat berperan dalam membantu mengeliminasi halhal yang menghambat tersebut. Peran yang dapat dilaksanakan adalah sejalan dengan arah pengembangan ITB yaitu: 1. Melaksanakan desiminasi manfaat PLTN melalui jaringan kerjasama antar perguruan tinggi nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan penelitian dan seminar pemanfaatan energi nukir secara luas dan berkala. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan jumlah masyarakat yang paham terhadap PLTN. 2. Melakukan kerjasama penelitian dan disiminasi hasil penelitian pada tingkat regional dan internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat ilmiah dikawasan tentang kemampuan Indonesia dalam menguasai teknologi nuklir, sekaligus mendorong negara-negara di kawasan untuk memulai program pembangunan PLTN, dengan demikian apabila Indonesia melaksanakan pembanguan PLTNnya, resistensi dari negara di kawasan menjadi minimal. 3. Melaksanakan pendidikan sarjana dan pasca sarjana energi nuklir untuk mempersiapkan sumberdaya manusia bagi persiapan pembangunan, EPC, commisioning dan decommisioning, dan pengoperasian PLTN. Bidang-bidang studi yang dapat dilaksanakan antara lain: a. Rekayasa Energi Nuklir b. Managemen pengoperasian dan perawatan PLTN c. Rekayasa Infrastruktur PLTN d. Managemen dan transportas bahan bakar dan limbah nuklir e. Sain dan Rekayasa Reaktor f. Dll Kebutuhan sumber daya manusia dalam pembangunan PLTN diperlihatkan pada Gambar 7[5]. Dari Gambar ini terlihat bahwa pembangunan PLTN akan melibatkan ribuan profesional, teknisi, tukang ahli, dan para laboran mulai dari saat perencanaan, perancangan teknik, pembangunan, pengujan dan pengoperasian. Kebutuhan sumber daya manusia terbesar terjadi pada periode pembangunan pembangunan. Yang dimaksud dengan tenaga professional adalah para sarjana dan magister teknik dan sarjana/magister bidang lainnya. Tabel 2[5] memperlihatkan perkiraan jumlah tenaga professional yang dibutuhkan pada setiap tahapan kegiatan pembanguan dan pengoperasian PLTN. Dari data tersebut terlihat bahwa lebih dari 90% tenaga professional merupakan magister atau sarjana teknik. Kebutuhan magister teknik hanya berjumlah 8% dari total professional teknik. Gambar 7 Kebutuhan sumber daya manusia pada pembangunan dan pengoperasian PLTN 24

8 Pada Gambar 7 diperlihatkan juga tentatif jadwal pembangunan PLTN 1 di Indonesia. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa penyiapan sumber daya manusia untuk pembangunan PLTN 1 dan 2 sedikit terlambat. Namun demikian penyiapan SDM untuk pengoperasian PLTN 1 dan 2 masih memungkinkan. Dengan demikian SDM yang berkecimpung dalam bidang nuklir dan pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini perlu dipersiapkan semaksimal mungkin. Namun demikian, penyiapan ini sulit untuk dapat dilakukan dengan pendidikan formal mengingat posisi jabatan dan usia SDM tersebut. Tabel 3 memperlihatkan prediksi usia SDM yang diperlukan. Sebagai contoh kualifikasi manager pre-project PLTN yang diperlukan adalah S2 dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun. Apabila lulus tepat waktu S2 pada usia 25 tahun, maka pada tahun 2010 pada saat proyek dimulai usianya minimal 35 tahun, atau pada tahun 2017 sudah mencapai 33 tahun. Pada seusia ini akan sulit dilakukan pengembangan melalui pendidikan formal mengingat posisi jabatan dan usianya yang seharusnya sudah lulus program doktor. Hal yang lebih sulit lagi apabila yang bersangkutan tidak bergelar magister. Oleh sebab itu untuk kegiatan pre project sampai dengan konstruksi, SDM yang digunakan sebaiknya magister yang telah ada saat ini dengan penambahan keahlian spesifik dilakukan melalui pelatihan, dan magang paruh waktu. Untuk kebutuhan magister pada kegiatan commissioning dan pengoperasian PLTN, pembinaan SDM bisa dilakukan melalui pendidikan formal. Karena kegiatan tersebut baru akan dilakukan pada sekitar 2014 dan 2016 sehingga lulusan sarjana yang masih berusia sekitar 26 tahun, masih sempat dididik menjadi magister selama dua tahun, kemudian bekerja di bidang nuklir atau pembangkit listrik selama 10 tahun, sehingga pada tahun 2019 dapat menjadi manager pada suatu PLTN. Tabel 2 Kebutuhan tenaga professional pada pembangunan dan pengoperasian PLTN[1] Tabel 3 Prediksi usia tenaga magister pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTN 25

9 Tabel 4 Struktur kurikulum Program Magister Rekayasa Energi Nuklir SEMESTER I SEMESTER II No Kode Nama Mata Kuliah SKS No Kode Nama Mata Kuliah SKS 1 EN5080 Sains & Rekayasa Nuklir * 3 1 EN5083 Analisis Reaktor Nuklir * 3 2 EN5081 Rekayasa Keselamatan Instalasi Nuklir * 3 2 EN5084 Termohidrolika Reaktor Nuklir * 3 3 EN5082 Teknologi PLTN 3 3 ENxxxx Mata Kuliah Pilihan 3 Jumlah SKS 9 Jumlah SKS 9 SEMESTER III SEMESTER IV No Kode Nama Mata Kuliah SKS No Kode Nama Mata Kuliah SKS 1 EN EN6082 Analisis Struktur dan Desain Seismik PLTN Eksperimen/Praktikum Reaktor Nuklir 3 1 ENxxxx Mata Kuliah Pilihan EN6099 Tesis * 5 3 EN6083 Metodologi Penelitian 3 4 ENxxxx Mata Kuliah Pilihan 3 Jumlah SKS 10 Jumlah SKS 8 No Kode Nama Mata Kuliah Pilihan SKS 1 EN5085 Analisis Keselamatan Probabilistik 3 2 EN5086 Teknik Pengaturan 3 3 EN5087 Sistem Instrumentasi dan Kendali PLTN Modern 3 4 EN6084 Ilmu Bahan Nuklir 3 5 EN6085 Jaminan Kualitas PLTN 3 6 EN6086 Sistem Pengawasan Nuklir 3 7 EN6087 Perencanaan Energi, Ekonomi Pembangkit dan Ketenagalistrikan 3 8 EN6088 Kapita Selekta Rekayasa Energi Nuklir 3 Jumlah SKS 18 Melihat kebutuhan yang mendesak ini maka maka perlu dilaksanakan pendidikan formal magister untuk penyiapan tenagatenaga yang diperlukan untuk commissioning dan pengoperasian PLTN 1 dan 2, tenaga-tenaga ini kemudian nantinya dapat berperan pada saat perencanaan, perancangan dan 26

10 pembangunan PLTN 3 dan 4. Perencanaan, perancangan dan pembangunan PLTN 1dan 2 harus dilaksanakan sebagian oleh SDM yang ada saat ini dengan dibekali keahliaan spesialisasi di bidang nuklir melalui pelatihan dan magang, dan sebagian besar lagi oleh tenaga kerja asing. Saat ini di ITB telah dilaksanakan beberpa program stud yang terkait dengan Nuklir, salah satunya adalah Program Studi Magister Rekayasa Energi Nuklir yag diselenggarakan bersama oleh FTMD ITB dan Bapeten. Tabel 4 menunjukkan struktur kurikulum dari program studi tersebut. Program-program pasca sarjana ini dapat dikembangkan ke taraf dunia sehingga menarik mahasiswa-mahasiswa bermutu dari negara-negara di kawasan. Melaui program pasca sarjana seperti ini dapat dilakukan penelitian yang bermutu dan dapat dipublikasikan di regional/internasional untuk menunjukkan kemampuan Indoensia di bidang teknologi energi nuklr. Lulusan-lulusan yang dihasilkan tidak saja dapat dimanfaatkan sebagai SDM pembangunan dan pengoperasian PLTN tapi juga dapat dijadikan agen sosialisasi dan diseminasi manfaat PLTN dan nuklir pada umumnya. 4. Bersama-sama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi lain, membentuk forum nuklir nasional yang kegiatannya mencakup transfer of knowledge and technology dengan cara melaksanakan program-program magang ke industri energi nuklir di luar negeri, maupun ke pembangkit-pembangkit non nuklir di dalam dan luar negeri. Kerjsama yang erat dengan industri pembangkit di dalam dan luar negeri merupakan faktor kunci dari keberhasilan program ini. Pengalaman magang sangat diperlukan bagi staff yang akan menduduki posisi penting dalam pengoperasian PLTN. Tabel 5[5] memperlihatkan keahlian dasar dan spesialisasi yang diperlukan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa keahlian dasar yang diperlukan bagi tenaga magister adalah bidang teknik, pembangkit listrik, mesin, elektro, atau nuklir. Sedangkan keahlian spesialisasi yang diperlukan adalah keahlian di bidang tenaga nukir, teknologi tenaga nuklir, dan bidang-bidang nuklir lainya seperti keselamatan, standar, dan peraturan sesuai dengan bidang pekerjaannya.dari Tabel 5 tersebut juga dapat dilihat bahwa keahlian spesialisasi tersebut dapat diperoleh dari pengalaman kerja, pelatihan, magang di pembangkit atau industri nuklir, dan/atau melalui pendidikan formal. Tabel 5 Keahlian dasar dan spesialisasi yang harus dimiliki oleh tenaga magister di PLTN 27

11 7. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakuan di atas dapat disimpulkan beberapa hal berikut: Perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung sedang menyiapkan dirinya menjadi Perguruan Tinggi bertaraf dunia World Class University (WCU). Dalam upaya mencapai taraf dunia ITB melaksanakan serangkaian aktivitas yang pada intinya adalah meningkat kemampuan ITB untuk kemandirian bangsa dengan meningkat hasil-hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang bermutu dan diakui secara internasional, dan dilakukan melalui kolaborasi internasional. Kegiatan dan usaha yang dilakukan ITB ini dapat dimanfaatkan untuk menguatkan usahausaha implementasi PLTN di Indonesia. Kebutuhan akan energi primer yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dan ekonomi, dan adanya kebutuhan energi yang mempunyai tingkat keberlanjutan yang tinggi dan ramah lingkungan membuat opsi PLTN pada skenario optimasi bauran energi tahun 2025 menjadi semakin kuat dan jelas. Perguruan tinggi sperti ITB dapat berperan dalam mendorong implementasi PLTN di Indonesia melalui diseminasi nosaional, diseminasi internasional, pengakuan hasil riset secara internasional, dan penyiapan SDM Penyiapan SDM dan program pengembangan SDM untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN perlu dilakukan bebrapa tahun sebelum implementasi pebanguan PLTN dilakukan. Oleh sebab itu diperlukan kepastian dan keputusan yang tegas dari pemerintah tentang jadwal pembangunan PLTN. Program pengembangan SDM perlu dilakukan secara berkesinambungan karena jangka waktu pembangunan dan pengoperasian PLTN yang cukup lama. Namun demikian jumlah tenaga kerja spesialis yang hasilkan tidak perlu teralalu banyak mengingat jumlah PLTN yang sedikit. Program pengembangan SDM professional tingkat magister pada dasarnya adalah penambahan keahlian spesialis nuklir, dan hal ini dapat dilakukan melalui pengalaman kerja, pelatihan, pendidikan formal, dan/atau magang. Melihat kebutuhan tenaga professional magister teknik tersebut maka perlu diselenggarakan Program Studi Magister di ITB bekerjasama dengan BATAN, BAPETEN dan institusi nasional, dan regional terkait. 8. REFERENSI 1. Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung, Rencana Induk Pengembangan Institut Teknologi Bandung , ITB Edi Sartono,Scorpio Sri Herdinie, Nuryanti, Elok Satiti Amitayani, Statistik Energi Nuklir Tahun 2005, Pusat Pengembangan Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, publications/theme- reports/atmosphere /images/atfg051.gif 4. Susumu Yoshikawa, 21 st Century COE on Sustainable Energy System, Presented in 5 th SEE Forum Meeting, 18 th May 2009, Bangkok. 5. International Atomic Energy Agency, Manpower Development for Nuclear Power, a Guidebook, Technical Report Series No. 200,

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA Ari Darmawan Pasek Pusat Rekayasa Industri - Institut Teknologi Bandung ABSTRAK PERAN PERGURUAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Bacharuddin Jusuf Habibie Jakarta, 3 Februari 2010 Kebutuhan Energi Kelistrikan Indonesia di masa depan Data dan Proyeksi (2000-2050) Penduduk,

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Ilmu dan Teknik Material

Dokumen Kurikulum Program Studi : Ilmu dan Teknik Material Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Ilmu dan Teknik Material Fakultas : Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Oktober 2003 KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Soedyartomo Soentono, Drs., MSc., PhD. NIP.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Oktober 2003 KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Soedyartomo Soentono, Drs., MSc., PhD. NIP. ENERGI NUKLIR SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG BADAN TENAGANUKLIR NASIONAL 2003 KATA PENGANTAR Sektor energi mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA? KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA? verina J. Wargadalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Rekayasa Pertambangan

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Rekayasa Pertambangan Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Doktor Rekayasa Pertambangan Fakultas : Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI Oleh : A. Edy Hermantoro Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas disampaikan pada : DISKUSI EVALUASI BLUE PRINT ENERGI NASIONAL PETROGAS DAYS 2010 Jakarta, 11

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN 2013 2022 SK: 062/SK.Kap/JTM/FT/UP/VII/2014 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II VISI DAN

Lebih terperinci

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 SEMINAR NASIONAL SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 Periode 40 tahun ke depan bukan merupakan waktu yang panjang bagi penentuan masa depan sebuah negara dan bangsa. Berbagai keputusan

Lebih terperinci

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Visi Misi Pendidikan Pasca Sarjana Magister Rekayasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI 2010-2014 KATA PENGANTAR Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai peran dan tugas melaksanakan pengkajian, pengujian, pengembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia SEMINAR NASIONAL Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Rabu, 24 September 2014 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF

Lebih terperinci

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Mesin

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Mesin Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Teknik Mesin Fakultas : Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode Dokumen Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai, Jepang misalnya memiliki sumber daya alam yang sangat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan suatu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Peranan penting energi dalam kehidupan sosial, ekonomi serta lingkungan

Lebih terperinci

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Arsitektur Fakultas : Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Total Bidang Halaman Kode Akademik Dokumen dan Kemahasiswaan

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) LILIANA Y. PANDI, YUSRI HENI NA, BUDI ROHMAN Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Teknik Fisika

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Teknik Fisika Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Magister Teknik Fisika Fakultas : Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode Dokumen Total

Lebih terperinci

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT GUGUS PENELITIAN DAN PENGABDIAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNES 2015 KATA PENGANTAR Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat oleh gugus Penelitian

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 Disampaikan oleh: Dwi Hary Soeryadi Anggota Dewan Energi Nasional BANJARMASIN, 8 SEPTEMBER 2015 STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL PIMPINAN Ketua

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2014 SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5609) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I 1. PENDAHULUAN BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi bauran energi primer Indonesia pada tahun 2010 masih didominasi oleh energi dari bahan bakar fosil khususnya minyak bumi seperti diberikan pada Tabel 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, energi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Energi merupakan sarana/komponen vital pendukung

Lebih terperinci

Kode Dokumen. Versi. Kemahasiswaan. Institut Teknologi. 8 April

Kode Dokumen. Versi. Kemahasiswaan. Institut Teknologi. 8 April Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi Doktor Teknik Sipil Fakultas: Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode Dokumen

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA (Pertimbangan Terhadap Kelayakan Pembangunannya) Tjipta Suhaemi, Napis, Sudirman FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT Jalan Soekarno Hatta Nomor 576 Telepon +62 22 756 2048 Faksimil +62 22 756 2049 website http://www.esdm.jabarprov.go.id/ - e-mail: admin.esdm@jabarprov.go.id RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P)

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA Oleh : Togar Timoteus Gultom, ST, MT Dosen STT-Immanuel, Medan Abstrak Penulisan bertujuan untuk mengetahui supply dan demand tenaga listrik di Indonesia. Metode

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

PROGRAM KONSERVASI ENERGI PROGRAM KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada: Lokakarya Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Bandung,

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER IATMI 520 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 5 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 1618 November 5. INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER Ir. Oetomo Tri Winarno,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE II. PERSPEKTIF SEBAGAI NOMINE CALON REKTOR

RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE II. PERSPEKTIF SEBAGAI NOMINE CALON REKTOR RENCANA KERJA NOMINE CALON REKTOR ITB 2015-2019 MEMANDU ITB MENUJU THE CENTER OF EXCELLENCE Oleh : Indratmo Soekarno I. PENDAHULUAN Institut Teknologi Bandung mempunyai Visi : Menjadi lembaga pedidikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : Mengingat : (a) bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR Analisis Aspek Lingkungan pada Optimasi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkitan Jawa-Madura-Bali dengan Opsi Nuklir (Arief Heru Kuncoro dkk) ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN Laporan Evaluasi Diri Prodi Manajemen FE UNY 2016 1 KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN Program Studi (Prodi) Manajemen merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI

INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI Jakarta, 2012 INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI 7.1. Latar Belakang Dalam upaya pengembangan kapasitas sistem produksi nasional, perlu mensinergikan dan mengkombinasikan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014 Energi di Indonesia Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi 3 Mei 2014 SUMBER ENERGI TERBARUKAN HULU HULU TRANS- FORMASI TRANSMISI / BULK TRANSPORTING TRANS- FORMASI DISTRIBUSI SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan isu yang sangat krusial bagi masyarakat dunia, terutama semenjak terjadinya krisis minyak dunia pada awal dan akhir dekade 1970-an dan pada akhirnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Lia Maryani Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang PENDAHULUAN Ketahanan energi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

Untuk mewujudkan kesejahteraan

Untuk mewujudkan kesejahteraan Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna Penghematan Bahan Baku Fosil dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

Membangun Kedaulatan Energi Nasional KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Membangun Kedaulatan Energi Nasional Disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama pada Pra-Musrenbangnas 2015 Jakarta, 16 April

Lebih terperinci