Kodri*, Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kodri*, Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih"

Transkripsi

1 Pemanfaatan Enzim Selulase dari Trichoderma Reseei dan Aspergillus Niger sebagai Katalisator Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi dengan Pretreatment Microwave Utilization Enzymes Cellulase from Trichoderma reesei and Aspergillus niger For Enzymatic Hydrolysis of Rice Straw Catalyst with Microwave Pretreatment Kodri*, Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang *Penulis Korespondensi, Bookkodry@gmail.com ABSTRAK Jerami padi merupakan limbah pertanian yang banyak mengandung selulosa. Selulosa dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol dengan melakukan hidrolisis yang mampu memecahkan polisakarida menjadi monomer gula penyusunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan enzim selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger serta waktu hidrolisis terhadap glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis enzimatik dengan parameter kadar glukosa yang tertinggi. Dalam penelitian ini hidrolisis dilakukan secara enzimatik dengan memanfaatkan enzim selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger. Kapang jenis Trichoderma reseei mempunyai kemampuan menghasilkan endo-ß-1,4-glukanase dan ekso-ß-1,4-gluknase yang tinggi sedangkan jenis kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan ß-glukosidase yang tinggi. Proses hidrolisis dilakukan dengan memvariasikan perbandingan dari kedua enzim selulase serta pengamatan terhadap waktu hidrolisis. Variasi perbandingan volume enzim selulase antara A.niger : T.reesei yaitu 1:0, 0:1, 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel dilakukan pada jam ke- 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64 serta pada jam ke 72 Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan perbandingan 1 A.niger : 2 T.reesei dengan waktu hidolisis selama 64 jam yang menghasilkan glukosa sebesar %. sedangkan untuk penurunan aktifitas enzim terbesar terdapat pada 1 A.niger : 1 T.reesei yaitu sebesar 0,172 IU/mL. Kata Kunci : Hidrolisis enzimatik, enzim selulase, glukosa ABSTRACT Paddy straw is an agricultural waste that contains cellulose. Cellulose can be used for the production of bioethanol by hydrolysis of polysaccharides that can solve a constituent monomers of sugar. The aims of this study was to determine the effect of comparison cellulase enzymes from Trichoderma reseei and Aspergillus niger and time of hydrolysis to glucose resulting from the enzymatic hydrolysis process with the highest glucose parameters. In this study the enzymatic hydrolysis performed by utilizing cellulase enzymes from Trichoderma reseei and Aspergillus niger. Trichoderma Reseei fungus species have the capacity resulting in endo-ß-1,4-glucanase and exo-ß-1,4-high gluknase whereas species Aspergillus niger can produce high ß-glucosidase. Hydrolysis process was done by varying the ratio of the two enzymes cellulase and observation of the hydrolysis time. Variations in the volume ratio between the cellulase enzyme A.niger: T.reesei was 1:0, 0:1, 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1. Whereas for taking the time sample performed at 8th, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64 and at 72 hoursbased on the results of the study,. Highest glucose obtained at a ratio of 1 A.niger treatment: 2 T.reesei with hidolisis time during the 64 hours that produces glucose by %. Whereas for the biggest decline in the enzyme activity present in 1 A.niger: 1 T.reesei is equal to IU / ml. Keyword : Enzymatic hydrolysis, cellulase enzyme, glucose 36

2 PENDAHULUAN Sepuluh tahun terakhir energi merupakan persoalan yang sangat krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh semakin banyaknya populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, terjadi peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius bagi banyak negara di dunia terutama Indonesia. Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,2 juta barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2012), Indonesia memiliki cadangan hanya sekitar 4 miliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Dengan demikian diperlukan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan untuk mengatasi menipisnya persediaan bahan bakar yang tak terbarukan. Salah satu bentuk energi alternatif yang ramah lingkungan serta menjanjikan di masa depan adalah bioetanol. Bioetanol merupakan etanol (C 2 H 5 OH) yang merupakan hasil dari proses fermentasi gula dari biomassa yang mengandung komponen pati seperti singkong atau jagung dan tetes tebu, menggunakan bantuan mikroorganisme. Penggunaan molase dan bahan berpati sebagai bahan baku pembuatan etanol akan berkompetisi dengan bahan baku pembuatan MSG (monosodiumglutamate) dan berkompetisi dengan kebutuhan sumber pangan di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu ditemukan sumber bahan baku lain yang mengandung polisakarida dan tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Salah satu bahan yang mengandung rantai polisakarida adalah selulosa. Selulosa banyak terdapat dalam limbah pertanian atau kehutanan dan belum banyak dimanfaatkan. Limbah ini merupakan salah satu sumber energi yang cukup potensial dan pada umumnya merupakan bahan berselulosa yang dapat dikonversi menjadi etanol. Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan baku etanol adalah jerami padi. Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Jerami padi mengandung polisakarida dalam bentuk selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kandungan jerami padi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol. Produksi etanol dari biomassa selulosa limbah pertanian meliputi tahap pretreatment, hidrolisis (sakarifikasi), fermentasi dan tahap pemurnian etanol (Sukumaran et al, 2008). Secara umum proses pretreatment digunakan untuk memecah lignin dari hemiselulosa dan selulosa. Pretreatment yang dilakukan dengan menggunakan NaOH 0.5 M dan dipanaskan dengan microwave selama 40 menit dapat mengurangi lignin sampai 30 % dan meningkatkan selulosa sebanyak 72 %. Proses hidrolisis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan glukosa yang kemudian difermentasi oleh khamir untuk menghasilkan etanol. Hidrolisis meliputi proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa yaitu, menjadi monomer gula penyusunnya. Proses hidrolisis selulosa dalam penelitian ini menggunakan enzim selulosa yang berasal dari fungi yaitu Aspergillus niger dan Trichoderma reesai. Fungi jenis Trichoderma reesei dapat menghasilkan endo-ß- 1,4-glukanase dan ekso-ß-1,4-glukanase sampai dengan 80% tetapi ß-glukosidasenya rendah (Martins Dkk, 2008) sedangkan fungi jenis Aspergillus niger dapat menghasilkan glukosidas lebih tinggi jika dibandingkan dengan endo-ß-1,4-glukanase dan ekso-ß-1,4-glukanase. Dari perlakuan tersebut diharapkan dapat diperoleh kondisi optimum untuk proses hidrolisis enzimatik jerami padi. Sehingga dari penelitian ini didapat glukosa yang dapat dimanfaatkan pada proses fermentasi. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui efektifitas enzim selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada tahapan hidrolisis dan untuk mengetahui pengaruh perbandingan enzim selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger serta waktu hidrolisis terhadap glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis enzimatik dengan parameter kadar glukosa yang tertinggi METODE PENELITIAN Tahap-tahap dalam penelitian ini pertama, persiapan bahan baku jerami padi jerami padi yang digunakan berasal dari varietas ciherang. sebelum digunakan sebagai substrat, jerami padi terlebih dahulu 37

3 dibersihkan dari sisa daun dan kotoran kemudian dijemur lalu dipotong ± 2 cm. selanjutnya, jerami dikecilkan ukurannya menggunakan disk mill kemudian dioven selama 1 jam serta diseragamkan ukurannya dengan ayakan 100 mesh. Kemudian dilakukan proses pretreatment dimana pada proses pretreatment dilakukan untuk merusak struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah untuk dikonversi menjadi glukosa. Pretreatment dilakukan dengan menambahkan NaOH 0,5 N pada jerami padi berukuran 100 mesh dengan perbandingan 1 : 10 (10 gram jerami : 100 ml NaOH 0,5N) kemudian dipanaskan dengan microwave selama 40 menit. Sludge yang dihasilkan kemudian di keringkan pada suhu 105 C selama 24 jam. Bubuk jerami hasil pretreatment inilah yang dipakai dalam proses hidrolisis enzimatik. Selanjutnya proses produksi enzim selulase dimana Enzim selulase diproduksi dari mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger.. Dari hasil produksi tersebut diperoleh cairan enzim yang akan digunakan pada tahap hidrolisis enzimatik, dimana Jerami padi hasil pretreatment, diseragamkan ukurannya menjadi 100 mesh. Selanjutnya sebanyak 5 gram jerami ditimbang dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan larutan buffer sitrat ph 5 sebanyak 50 ml dengan volume enzim sesuai perlakuan. Setelah itu, Perbandingan volume enzim Trichoderma reesei dan Aspergillus niger (V) ditambahkan sesuai perlakuan yaitu 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2, 3:1, 1:3. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam waterbath shaker selama 72 jam dengan suhu 50 C dan kecepatan pengadukan 75 rpm (Sampel diambil sebanyak 2 ml setiap 8 jam selama 72 jam. Pada setiap pengambilan sampel, pengadukan dihentikan selama 1 menit untuk mengendapkan bubuk jerami. Pada Penelitian ini aktifitas enzim dilakukan berdasarkan aktivitas CMCase dalam satuan Internasiunal Unit (IU) dengan metode DNS (Dinitrosalicylic acid) diuji dengan metode CMCase. Pengujian aktivitas enzim dilakukan pada masing-masing perlakuan dimana uji dilakukan pada awal yaitu jam ke 0 dan pada akhir yaitu jam ke 72. Pengujian aktivitas ini dilakukan berdasarkan jumlah glukosa yang dihasilkan tiap menit dengan waktu pengujian 10 menit dengan suhu 35 o C. Jumlah kadar glukosa yang dihasilkan dilihat berdasarkan parameter panjang gelombang yang diukur menggunakan spektrofotometer 540 nm. Menurut Ghose (1987), konversi kadar glukosa ke dalam aktivitas enzim dapat menggunakan rumus berikut. Analisa kadar glukosa dilakukan dengan metode DNS (Dinitrosalicylic acid) dimana Sampel hasil hidrolisis enzimatik dalam keadaan jernih dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Selanjutnya ditambahkan 1,8 ml akuades dan 2 ml reagen DNS Tabung reaksi dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit agar terjadi reaksi antara glukosa dalam sampel dengan DNS. Tabung didinginkan hingga mencapai suhu ruang Angka absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 540 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Data hasil yang diperoleh tiap variabel, dibuat tabel dan grafik sehingga kondisi optimum dari masing-masing variabel dapat diketahui. Perlakuan terbaik dipilih berdasarkan pada perlakuan yang menghasilkan glukosa tertinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan awal atau pretreatment dalam penelitian ini dilakukan dengan dua macam perlakuan yaitu pretreatment secara fisik dan pretreatment secara kimiawi. Perlakuan awal fisik pada jerami padi sebelum digunakan sebagai substrat dalam proses hidrolisis enzimatik adalah membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa serta menempel ketika proses pemanenan. Kemudian dilakukan proses pengurangan kadar air dengan dijemur di bawah sinar matahari selama 12 jam sampai batang padi mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan dimana dengan adanya perubahan warna mengindikasikan kadar air telah berkurang dan respirasi telah terhambat. Penjemuran ini juga dilakukan untuk mencegah proses pembusukan jerami akibat adanya perkembangan mikroba perusak, selain itu proses penjemuran dilakukan untuk mempermudah proses pengecilan ukuran dengan diskmill, karena jerami yang masih basah akan membuat jerami menempel pada kepingan diskmill ketika digiling. Kemudian jerami padi dipotong 2 cm dengan menggunakan gunting, hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pemasukan jerami padi ke lubang disk mill. Bubuk jerami hasil penggilingan dioven pada suhu 105 C selama 4 jam agar bubuk jerami tidak menggumpal serta mempermudah proses pemisahan pada saat pengayakan. Proses pengayakan ukuran dilakukan secara manual dengan menggunakan ayakan 100 mesh. 38

4 Pretreatment secara kimiawi dilakukan dengan mencampurkan bubuk jerami dengan NaOH 0.5 M dengan perbandingan 1:10 (bubuk jerami : larutan NaOH). Selanjutnya bahan diproses dengan microwave selama 40 menit, sludge hasil pretreatment kemudian dibilas dan dinetralkan dengan aquades yang telah dipanaskan serta dibantu dengan pompa vacum agar proses penetralan berlangsung dengan cepat. Penetralan dilakukan sampai bahan berwarna putih dengan indikasi bahan telah mencapai ph 7,04. Hasil penetralan dikeringkan dengan oven pada suhu 105 C selama 6 jam. Setelah itu dilakukan analisis kandungan jerami (Kandungan lignin, selulosa dan hemiselulosa) sebelum dan setelah proses pretreatment dengan menggunakan metode Chesson. Proses pretreatment ini dilakukan untuk membuka struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah diakses oleh enzim yang memecah polimer polisakarida menjadi monomer gula (Rokhmah, 2011). Nilai kandungan selulosa pada proses sebelum dan sesudah pretreatment mengalami peningkatan dari 31,37% menjadi 73,48 %. Hal ini dikarenakan setelah proses pretreatment dengan microwave oven gelombang mikro menyebabkan terjadinya peningkatan suhu yang sangat cepat didalam microwave sehingga bahan mengalami perubahan suhu. Interaksi jerami padi dengan gelombang mikro mengakibatkan dinding sel pembungkus mikrofibril selulosa dalam suatu matriks hidrofobik yang terikat pada selulosa maupun hemiselulosa dapat terlepas dan kandungan lignin pada dinding sel yang menghalangi selulosa mulai turun. Nilai kandungan hemiselulosa pada proses sebelum dan sesudah pretreatment mengalami penurunan dari 18,14% menjadi 16,02%. Hal ini dikarenakan adanya penambahan NaoH pada proses petreatment masih adanya kandungan air didalam jerami padi yang menyebabkan terjadinya penguapan hemiselulosa terurai menjadi asam, yang mengkatalis dekomposisi hemiselulosa dan melepaskan selulosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1979), yang menyatakan bahwa hemiselulosa merupakan golongan zat karbohidrat yang tidak larut dalam air mendidih, tetapi larut dalam alkali encer dan hancur dalam asam encer. Hemiselulosa merupakan polisakarida yang mempunyai berat molekul lebih kecil dari pada selulosa. Molekul hemiselulosa lebih mudah menyerap air, bersifat plastis, dan mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih luas dari selulosa. Penurunan nilai kandungan lignin paling optimal pada proses sebelum dan sesudah pretreament dari 7.93% menjadi 3.29%. Hal ini dikarenakan setelah proses pretreatment gelombang mikro pada microwave memecah struktur lignin yang kompleks menjadi struktur-struktur penyusunnya yang lebih sederhana. Interaksi microwave dengan bahan pada saat pretreatment, akan menghasilkan efek termal yang akan digunakan untuk melakukan proses fisik, kimia atau biologi. Efek panas merupakan respon dari molekul polar dan ion untuk mengubah arah dari medan listrik yang dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik pada frekuensi microwave. Molekul polar melurus diluar medan elektromegnetik, namun oscillating (gerakan bolak-balik) medan listrik dari radiasi microwave menyebabkan molekul polar bervibrasi dengan cepat sebagai akibat lignin yang melurus dalam medan listrik. Adanya penambahan NaOH juga dapat menurunkan kandungan lignin yang cukup besar, karena terjadi reaksi pemutusan ikatan lignin menjadi lebih cepat. Pembuatan kurva standar glukosa dilakukan dengan melarutkan 0,3637 gram glukosa anhidrat dalam 100 ml akuades, sehingga diperoleh konsentrasi larutan 20 mm. Dipipet ke dalam tabung reaksi bersih sesuai konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 0-20 mm. Hasil pengukuran nilai absorbansi pada larutan glukosa standar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran larutan glukosa standar Konsentrasi Nilai Glukosa Absorbansi Sumber : Hasil Penelitian 39

5 Gambar 1. Grafik absorbansi terhadap konsentrasi glukosa Berdasarkan data pada Tabel 1, maka dapat dihitung regresi linier untuk glukosa. Persamaan matematis glukosa yaitu y = x dimana x adalah konsentrasi glukosa dan y merupakan nilai absorbansi dari glukosa pada panjang gelombang 540 nm. Dari persamaan ini, maka dapat dihitungan kadar glukosa sebagai produk dari reaksi reaksi enzim selulase terhadap substrat jerami padi pada beberapa konsentrasi substrat dengan menggunakan data hasil pengamatan nilai absorbansi dari tiap sampel. Hasil pengukuran nilai absorbansi pada setiap konstrasi glukosa mengalami peningkatan. Dimana nilai absorbansi tertinggi terjadi pada konsentrasi glukosa 20 mm yaitu sebesar 1, 09. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kandungan glukosa pada bahan maka semakin besar nilai yang dapat dibaca spektofotometer. Proses enzimatik merupakan proses ramah lingkungan berbahan baku terbarukan (renewable raw material). Kelemahan dari metode ini adalah bahan penyusun reagennya yang cenderung sulit didapat serta sampel yang diukur harus benar benar dalam keadaan jernih. Oleh karena itu, jika sampel dalam kondisi keruh maka perlu adanya proses penjernihan terlebih dahulu. Pengujian aktivitas enzim pada masing masing perlakuan dengan menggunakn metode CMCase menunjukan adanya penurunan aktifitas enzim awal dan aktivitas enzim akhir. Aktivitas enzim Berikut ini grafik yang menunjukan hasil pengukuran aktivitas enzim pada berbagai perlakuan. Gambar 2. Grafik hasil pengujian aktivitas enzim Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan aktivitas enzim awal dan aktivitas enzim akhir pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan perbedaan waktu pengukuran dimana semakin lama enzim selulosa tersebut digunakan maka aktivitasnya akan mengalami penurunan. Pada pengukuran aktivitas 40

6 enzim dengan perlakuan perbandingan enzim selulase Aspergillus niger : Trichoderma reseei yaitu 1:0, 0:1, 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1 memberikan hasil penurunan dari aktivitas enzim awal ke aktivitas enzim akhir berturutan adalah 0,074 IU/mL; 0,044 IU/mL ; 0,172 IU/mL, 0,045 IU/mL; 0,047 IU/mL; 104 IU/mL dan 0,104 IU/mL. Berdasarkan pengujian aktifitas enzim dari 7 perlakuan penurunan aktivitas enzim yang paling besar yaitu pada perbandingan 1 Aspergillus niger : 1 Trichoderma reseei sebesar 0,172 IU/mL dan yang terendah pada perbandingan 1 Aspergillus niger : 0 Trichoderma reseei sebesar 0,044 IU/mL. Faktor yang menyebabkan penurunan aktifitas enzim yaitu waktu dan suhu. Dimana dapat dilihat dari gambar 1 tersebut semakin lama penggunan enzim selulase untuk proses hidrolisis maka aktivitas enzimnya semakin menurun. Hal ini juga diperkuat dari penelitian Gautam (2011) bahwa aktivitas akan mengalami kenaikan pada awal namun akan mulai mengalami penurunan setelah hari ke delapan. Selain itu penurunan aktivitas enzim juga disebabkan karena adanya faktor suhu yang mana pada enzim selulase yang dari Trichoderma sp akan mengalami penurunan yang akibat jenis kapang ini tidak tahan pada suhu yang terlalu panas. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Gautam et.al (2011) yang mendapatkan aktivitas enzim tertinggi pada kisaran suhu o C untuk produksi enzim selulase dari Trichoderma sp. Glukosa akan terbentuk dari hasil gula reduksi pada proses hidrolisis enzimatik jerami padi dengan katalis enzim selulase. Pertimbangan penggunaan metode ini karena mudah dilakukan dan hasil yang didapatkan lebih memuaskan untuk mengukur gula reduksi. Selain itu, Pereaksi DNS umum digunakan untuk mengukur gula reduksi yang diproduksi oleh mikroba karena tingkat ketelitiannya yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan pada gula dengan kadar kecil sekalipun. Akan tetapi metode ini menpunya kekurangan yaitu regen DNS akan mengalami ketidakstabilan apabila terjadi kontak langsung dengan cahaya sehingga penyimpanan reagen DNS harus terhindar dari kontak langsung dengan cahaya. Hasil pengukuran kadar glukosa pada masing masing sampel yang dilakukan dengan menggunakan metode DNS (Dinitrosalicylic Acid) menunjukkan hasil yang pada awalnya naik kemudian pada jam tertentu mengalami penurunan. Berikut ini grafik yang menggambarkan hasil pengukuran kadar glukosa pada berbagai perlakuan. Gambar 3. Grafik kadar glukosa pada berbagai perlakuan Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran kadar glukosa pada perbandingan 1 Aspergillus niger : 2 Trichoderma reseei dengan waktu hidrolisi selama 64 jam merupakan perlakuan yang mendapatkan kadar glukosa tertinggi yaitu sebesar 16,884 %. Dimana kadar glukosa terus meningkat mulai dari jam 8 sampai dengan jam ke 64 namun mengalami penurunan pada jam ke 72. Hal ini dikarenakan jumlah substrat pada awal hidrolisis masih cukup banyak sehingga dengan semakin lamanya waktu hidrolisis, glukosa yang dihasilkan juga meningkat selain itu juga dapat disebabkan gula sebagai sumber nutrisi masih banyak tersedia sehingga memungkinkan terjadi peningkatan kadar glukosa pada waktu tertentu, namun pada waktu tertentu akan menglami penurunan kadar glukosa dikarenakan semakin lamanya waktu hidrolisis jumlah substrat (jerami padi) akan semakin berkurang karena telah banyak yang terhidrolisis sehingga glukosa yang dihasilkan cenderung menurun atau konstan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah 41

7 dilakukan oleh Fatrikadona (2012) yang menghidrolisis jerami padi menjadi glukosa secara enzimatik dengan menggunkan enzim selulase dari mikrofungi Trichoderma reseei dan mendapatkan waktu optimal hidrolisis selama 60 jam. Perbandingan enzim selulase Aspergillus niger ; Trichoderma reseei = 1:2 dimungkinkan menghasilkan jumlah endo-1.4-β-d-glukanase dan ekso-β-1.4-glukanase yang lebih banyak dibandingkan dengan perbandingan yang lainnya sehingga menghasilkan selobiosa yang banyak pula. Adapun penambahan Aspergillus niger yang menghasilkan β-glukosidase bereaksi memotong rantai selobiosa menjadi glukosa. Hal ini juga didukung oleh penelitian Eva Palmqvist, (1996) dalam Arias dkk (2008) yang menyatakan pada perbandingan pencampuran A.niger : T.reesei = 1:2 mampu menghasilkan endo dan eksoglukanase yang akan merubah jerami padi menjadi selobiosa dengan sedikit penambahan β-glukosidase dari A.niger yang kemudian selobiosa beraksi dengan β-glukosidase untuk menghasilkan glukosa. Penambahan A.niger yang cukup banyak akan menurunkan konsentrasi dari glukosa dikarenakan selobiosa yang dihasilkan sangat sedikit sehingga glukosa yang akan di hasilkan akan sedikit. Pada dasarnya mekanisme pemotongan rantai ikatan oleh enzim selulase sangat kompleks karena melibatkan sinergitas kerja 3 komponen besar yaitu endo-1.4-β-d-glukanase yang berfungsi memutuskan ikatan selulosa secara random dengan memulai serangan acak pada sisi internal daerah amorf dari serat selulosa sehingga sisi yang terbuka dapat diserang oleh cellobiohydrolase. Kemudian kerja dari ekso-β-1.4- glukanase yang memotong ujung-ujung rantai individu selulosa. ekso-β-1.4-glukanase atau disebut cellobiohydrolase menyerang bagian luar non-reducing dari selulosa sehingga dihasilkan selobiosa sebagai struktur utamanya. Selanjutnya adalah kerja dari β-glukosidase yang berfungsi memotong selobiosa menjadi molekul-molekul glukosa. Enzim selulase dapat mengubah selulosa tak tersubtitusi menjadi selobiosa yang kemudian dihidrolisis lebih lanjut dengan β-glukosidase (Alexander dkk, 1992). Pemutusan ikatan ini akan menghasilkan oligosakarida turunan selulosa, yang akhirnya diubah menjadi monomer glukosa (Chaplin, 1994). Nama sistematik dari selulase adalah β-1,4-d-glukan-glukano hidrolase (Pigman dan Hirton, 1970). Hidrolisis selulosa menjadi glukosa secara konsisten melewati dua tahap penting dalam sistem enzimatik, yaitu pemecahan ikatan glukosidik pada selulosa menjadi selobiosa oleh β-1,4-glukanase dan pemecahan ikatan β-1,4-glukosidik pada selobiosa menjadi glukosa oleh β-glukosidase (Fox, 1991). Enzim selulase yang berasal dari gabungan mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger memiliki kemampuan yang tinggi didalam memecahkan ikatan pada stuktur selulosa sehingga mampu menghasilkan glukosa yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hidrolisis enzimatik limbah pertanian dapat memberikan nilai tambah. KESIMPULAN 1. Enzim selulase yang dihasilkan dari mikrofungi Aspergillus niger dan Trichoderma reseei dapat dimanfaatkan sebagai katalis dalam proses hidrolisis enzimatik jerami padi dimana produk akhir yang dihasilkan berupa glukosa. 2. Kondisi operasi yang mempengaruhi proses hidrolisis adalah perbandingan enzim selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma reseei serta waktu hidrolisis enzimatik. Dimana Kombinasi perlakuan terbaik yaitu pada perbandingan 1 Aspergillus niger : 2 Trichoderma reseei dengan waktu hidrolisis 64 jam menghasilkan glukosa sebesar g/l. DAFTAR PUSTAKA Alexander, M., D.A. Hopwood, B.H. Iglewski, and A.I. Laskin, 1992, Encyclopedia of Microbiology, vol 1, Academic Press, Inc., New York. Anggorodi Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta. Antiq Fatrikadona, Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi Dengan Memanfaatkan Enzim Selulase Dari Trichoderma Reseei Sebagai Katalisator Pembentuk Glukosa. Skripsi. Jurusan Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya : Malang. 42

8 Arias Gema, Elsa Astriana Variasi Kondisi Operasi Steam Pretreatment Sawdust Kayu) Sebagai Bahan Baku Produksi Glukosa. Surabaya. (Serbuk Chaplin,M., 1994, Glucose from Cellulose, tanggal akses : 22 Februari ESDM, 2012, Laju Eksplorasi Minyak Cadangan Indonesia Sangat Tinggi, tanggal akses: 6 Juni 2012 Fox, P.F Food Enzymology, vol 1, Elsevier Applied Science Ltd., New York. Gautam, S.P., Bundela P.S., Pandey A.K., and Jamaluddin Khan, M.K Optimization for the Production of Cellulase Enzyme from Municipital Solid Waste Residu by Two Novel Celluloly Fungi. Biotechnology Research International. Volume 2011(2011). Rani Durgavati University : India. Martins, L.F., D. Kolling, M. Camassola, A.J.P. Dillon, L.P. Ramos Comparison of Penicillium echinulatum and Trichoderma reesei Cellulases in Relation to Their ActivityAgainst Various Cellulosic Substrates. Bioresource Technology, 99, Rokhmah, I Pengaruh Pretreatment (Delignifikasi) Bertekanan terhadap Kandungan Bubuk Jerami Padi Giling pada Produksi Bioetanol. Skripsi. Jurusan Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya : Malang. Pigman, W., dan D. Hirton, 1970, The Carbohydrates Chemistry and Biochemistry, 2 nd Academic Press, London. edition, 43

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3, Oktober 2014,

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3, Oktober 2014, Hidrolisis Enzimatik Ampas Tebu (Bagasse) Memanfaatkan Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger Sebagai Katalisator dengan Pretreatment Microwave Ferys Ika Oktavia*, Bambang

Lebih terperinci

Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi

Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi Haris Ferdiansyah*, Sumardi Hadi Sumarlan, Bambang Dwi Argo Jurusan Keteknikan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia 1 LATAR BELAKANG Indonesia Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan Hidrogen - Ramah lingkungan - Nilai kalor lebih besar (119,02 MJ/kg) Bagasse tebu melimpah (5,706 juta ton/tahun)

Lebih terperinci

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE Penyusun: Charlin Inova Sitasari (2310 100 076) Yunus Imam Prasetyo (2310 100 092) Dosen

Lebih terperinci

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc Jurnal PEMANFAATAN BIOMASSA LIGNOSELULOSA AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI BIOETANOL Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN Anggota Kelompok 7: YOSUA GILANG

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM Oleh: Qismatul Barokah 1 dan Ahmad Abtokhi 2 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk serta meningkatnya aktivitas pembangunan menyebabkan jumlah sampah dan pemakaian bahan bakar. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi saat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

Lebih terperinci

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XILANASE

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XILANASE PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XILANASE Charlin Inova Sitasari, Yunus Imam Prasetyo dan Arief Widjaja Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun 2010 pemakaian BBM sebanyak 388.241 ribu barel perhari dan meningkat menjadi 394.052 ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Permasalahan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Rabobank, Pawan Kumar, Rabobank Associate Director

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PRETREATMENT BASA PADA DEGRADASI ENZIMATIK AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI ETANOL

PENGGUNAAN PRETREATMENT BASA PADA DEGRADASI ENZIMATIK AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI ETANOL PENGGUNAAN PRETREATMENT BASA PADA DEGRADASI ENZIMATIK AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI ETANOL Oleh : Hikmatush Shiyami M. (2309100063) Azizah Ayu Kartika (2309100148) Pembimbing : Ir. Mulyanto, M.T. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jerami merupakan limbah hasil panen bahan makanan pokok beras yang berasal dari tanaman padi (Oryza sativa). Melimpahnya limbah jerami ini berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25] BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan konsumsi energi semakin meningkat pula tetapi hal ini tidak sebanding dengan ketersediaan cadangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin menipis. Menurut data statistik migas ESDM (2009), total Cadangan minyak bumi Indonesia pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi berbasis fosil (bahan bakar minyak) di Indonesia diperkirakan hanya cukup untuk 23 tahun lagi dengan cadangan yang ada sekitar 9.1 milyar barel (ESDM 2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi yang ramah lingkungan. Selain dapat mengurangi polusi, penggunaan bioetanol juga dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan energi ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang sangat pesat dan peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PRODUKSI GLUKOSA DARI JERAMI PADI (Oryza sativa) MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp.

PRODUKSI GLUKOSA DARI JERAMI PADI (Oryza sativa) MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. PRODUKSI GLUKOSA DARI JERAMI PADI (Oryza sativa) MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. [Glucose Production from Rice Straw (Oryza sativa) Using Trichoderma sp.] Yuli Rismawati 1*, Syaiful Bahri 1, Prismawiryanti

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN 5 Penelitian ini akan memproduksi enzim selulase dari tongkol jagung mengunakan Trichoderma reesei, Aspergillus niger dan campuran keduanya dengan waktu fermentasi yang divariasikan. Proses yang dilakukan

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN. Nangka yang didapatkan dari Pasar Induk Caringin Kota Bandung dan biakan

III METODOLOGI PENELITIAN. Nangka yang didapatkan dari Pasar Induk Caringin Kota Bandung dan biakan III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian dan (3) Prosedur Penelitian 1.1. Bahan dan Alat Penelitian 1.1.1. Bahan Penelitian Bahan-bahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBUATAN GLUKOSA dari KERTAS BEKAS SECARA HIDROLISIS ASAM dan ENZIM

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBUATAN GLUKOSA dari KERTAS BEKAS SECARA HIDROLISIS ASAM dan ENZIM PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBUATAN GLUKOSA dari KERTAS BEKAS SECARA HIDROLISIS ASAM dan ENZIM Ahmad M. Fuadi dan Kun Harismah Dosen Teknik Kimia FT-UMS, Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura ABSTRAK

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang cukup banyak menghasilkan limbah padat berupa onggok. Onggok adalah limbah yang dihasilkan pada poses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil seperti solar, bensin dan minyak tanah pada berbagai sektor ekonomi makin meningkat, sedangkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Proksimat Batang Sawit Tahapan awal penelitian, didahului dengan melakukan analisa proksimat atau analisa sifat-sifat kimia seperti kadar air, abu, ekstraktif, selulosa

Lebih terperinci

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA 1. Pembuatan sodium Sitrat (C 6 H 5 Na 3 O 7 2H 2 O) 0,1 M 1. Mengambil dan menimbang sodium sitrat seberat 29.4 gr. 2. Melarutkan dengan aquades hingga volume 1000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia mencapai 21,22 juta kiloliter pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini berlaku global termasuk di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan kebutuhan energi (khususnya energi dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEROLEHAN GLUKOSA DENGAN HIDROLISIS ENZIMATIS DARI AMPAS TEBU MENGGUNAKAN TRICHODERMA VIRIDE DAN ASPERGILUS NIGER SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

PEROLEHAN GLUKOSA DENGAN HIDROLISIS ENZIMATIS DARI AMPAS TEBU MENGGUNAKAN TRICHODERMA VIRIDE DAN ASPERGILUS NIGER SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL Vol.9, No. 1, September 2015 J. Ris. Kim. PEROLEHAN GLUKOSA DENGAN HIDROLISIS ENZIMATIS DARI AMPAS TEBU MENGGUNAKAN TRICHODERMA VIRIDE DAN ASPERGILUS NIGER SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL Ellyta Sari *, Elly

Lebih terperinci

Study of Enzyme Cellulase Production from Trichoderma reesei with Rice Straw Substrate for Enzymatics Hydrolysis Catalyst in Bioethanol Production

Study of Enzyme Cellulase Production from Trichoderma reesei with Rice Straw Substrate for Enzymatics Hydrolysis Catalyst in Bioethanol Production Studi Pembuatan Enzim Selulase Dari Mikrofungi Trichoderma reesei Dengan Substrat Jerami Padi Sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik Pada Produksi Bioetanol Study of Enzyme Cellulase Production from Trichoderma

Lebih terperinci

Perbandingan Hidrolisis Enzimatik Bahan Jerami Padi dengan Metode Perlakuan Menggunakan Autoclave dan Microwave

Perbandingan Hidrolisis Enzimatik Bahan Jerami Padi dengan Metode Perlakuan Menggunakan Autoclave dan Microwave Volume 2, Nomor, April 207 Perbandingan Hidrolisis Enzimatik Bahan Jerami Padi dengan Metode Perlakuan Menggunakan Autoclave dan Microwave Comparison of Enzymatic Hydrolysis of Rice Straw Pretreated Using

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat seiring berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional. Produksi pisang Provinsi Lampung sebesar 697.140 ton pada tahun 2011 dengan luas areal

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis bahan bakar minyak merupakan salah satu tanda bahwa cadangan energi fosil sudah menipis. Sumber energi fosil yang terbatas ini menyebabkan perlunya pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang produksi bahan bakar minyak (BBM) semakin menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak mentah nasional menipis produksinya.

Lebih terperinci

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia dan peningkatan populasi manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan produksi minyak bumi nasional yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan minyak bumi di Indonesia. Cadangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri kelapa sawit yang cukup potensial sebagai penghasil devisa negara menyebabkan luas areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat. Sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Peralatan dan Metoda

Peralatan dan Metoda Bab III Peralatan dan Metoda III.1 Metodologi Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa tujuan utama penelitian ini adalah mempersiapkan selulosa dari biomassa (tanaman lignoselulosa) agar dapat lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dapat dikatakan kehidupan manusia saat ini tak bisa lepas dari bahan bakar fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia diperkirakan

Lebih terperinci

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Rizka Dwi Atika Arinda Dwi Apsari 2309 105 006 2309 105 010 Page 1 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOKIMIA JURUSAN

Lebih terperinci

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES C S CEREVISIAE Program Magister Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data Data hasil penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahapan, sehingga menghasilkan bioetanol. Pada penelitian ini diawali dengan tahap pengumpulan kulit durian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat petunjuk ilmu maupun manfaat tersendiri dan kewajiban manusia sebagai ulil albab yaitu mempelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Non Struktural Sifat Kimia Bahan Baku Kelarutan dalam air dingin dinyatakan dalam banyaknya komponen yang larut di dalamnya, yang meliputi garam anorganik, gula, gum, pektin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 18 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

STUDI BAHAN BAKU BERLIGNOSELULOSA DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK PRODUKSI GULA XILOSA MURAH DIIKUTI PROSES FERMENTASI MENGHASILKAN ETANOL

STUDI BAHAN BAKU BERLIGNOSELULOSA DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK PRODUKSI GULA XILOSA MURAH DIIKUTI PROSES FERMENTASI MENGHASILKAN ETANOL STUDI BAHAN BAKU BERLIGNOSELULOSA DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK PRODUKSI GULA XILOSA MURAH DIIKUTI PROSES FERMENTASI MENGHASILKAN ETANOL Disusun oleh: Rurry Patradhiani 2305100 001 Indira Setia Utami 2305100

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan tahapan kegiatan, yaitu : bahan baku berupa singkong yang dijadikan bubur singkong,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETANOL DARI AMPAS UMBI DAHLIA DENGAN HIDROLISA ENZIMATIK

PEMBUATAN BIOETANOL DARI AMPAS UMBI DAHLIA DENGAN HIDROLISA ENZIMATIK PEMBUATAN BIOETANOL DARI AMPAS UMBI DAHLIA DENGAN HIDROLISA ENZIMATIK M. Imam Arifin (1), Kurniawati (2), Munas Martynis (3), Elmi Sundari (4) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Variasi Kondisi Operasi Steam Pretreatment Sawdust (Serbuk Kayu) Sebagai Bahan Baku Produksi Glukosa

Variasi Kondisi Operasi Steam Pretreatment Sawdust (Serbuk Kayu) Sebagai Bahan Baku Produksi Glukosa Variasi Kondisi Operasi Steam Pretreatment Sawdust (Serbuk Kayu) Sebagai Bahan Baku Produksi Glukosa Gema Arias(2307100018), Elsa Astriana W(2307100040) Pembimbing : Ir. Nuniek Hendrianie, M. Eng. Dr.

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA PADA REAKSI HIDROLISA ENZIMATIS DAUN API API (Avecennia alba) DENGAN MENGGUNAKAN SELULASE

PENGARUH WAKTU TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA PADA REAKSI HIDROLISA ENZIMATIS DAUN API API (Avecennia alba) DENGAN MENGGUNAKAN SELULASE PENGARUH WAKTU TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA PADA REAKSI HIDROLISA ENZIMATIS DAUN API API (Avecennia alba) DENGAN MENGGUNAKAN SELULASE Syaiful Rofik *, Indah Riwayati Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Optimasi Produksi Enzim Selulase untuk Hidrolisis Jerami Padi

Optimasi Produksi Enzim Selulase untuk Hidrolisis Jerami Padi Optimasi Produksi Enzim Selulase untuk Hidrolisis Jerami Padi Nadiem Anwar, Arief Widjaja*), Sugeng Winardi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 *)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010.

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010. 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, dan Laboratorium Pengolahan Limbah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%,

BAB I. PENDAHULUAN. bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%, BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia saat ini sebagian besar masih bertumpu pada bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%, gas alam 28,57%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan perekonomian serta keberhasilan pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tanaman tebu di Indonesia banyak ditanam oleh para petani kecil baik atas usaha sendiri maupun atas usaha kerjasama dengan pabrik gula atau pabrik gula yang menyewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat pada akhir dekade ini. Industri enzim

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi permintaan. Artinya, kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi, sedangkan produksi sumber bahan bakar minyak saat ini semakin menipis (Seftian dkk., 2012). Berdasarkan data

Lebih terperinci

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhui sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Energi fosil khususnya minyak bumi merupakan sumber energi utama dan sumber devisa negara bagi Indonesia. Kenyataan menunjukan bahwa cadangan energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi karena cadangan energi fosil yang terus menurun. Mengantisipasi masalah

I. PENDAHULUAN. energi karena cadangan energi fosil yang terus menurun. Mengantisipasi masalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama yang dihadapi di seluruh dunia dewasa ini adalah krisis energi karena cadangan energi fosil yang terus menurun. Mengantisipasi masalah krisis

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Produk pertanian yang melimpah menyediakan limbah hasil pertanian yang melimpah pula. Umumnya limbah hasil pertanian ini masih mengandung sejumlah nutrien,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. 3.2 Desain Penelitian Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini, dibuat suatu desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara agraris (agriculture country) yang mempunyai berbagai keragaman hasil pertanian mulai dari padi, ubi kayu, sayursayuran, jagung

Lebih terperinci

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO 75 7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO 7.1 Pendahuluan Aplikasi pra-perlakuan tunggal (biologis ataupun gelombang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK DAN FERMENTASI MENGGUNAKAN Sacharomyces cerevisiae Skripsi Sarjana Kimia Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli 07 132 018 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat Penambahan Berbagai Level Zeolit Sumber Nitrogen Slow Release pada Glukosa Murni secara In Vitro

Lebih terperinci

RINA ANDAYANI. Laboratorium Pengolahan Limbah Industri

RINA ANDAYANI. Laboratorium Pengolahan Limbah Industri PEMBUATAN BIOETHANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MELALUI PROSES FUNGAL TREATMENT OLEH Aspergillus niger DAN FERMENTASI OLEH Zymomonas mobilis Oleh: RINA ANDAYANI Laboratorium Pengolahan Limbah Industri

Lebih terperinci

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan 63 pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pektinase komersial merupakan enzim kasar selulase dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao BAB 1V A. Hasil Uji Pendahuluan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengukuran Kadar Gula Pereduksi Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao sebelum dan sesudah hidrolisis diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi.

Lebih terperinci