BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Liani Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan yang ditandai dengan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal contohnya proteinuria disebut dengan gagal ginjal kronis. Apabila tidak ada tanda kelainan patologis penegakan diagnosis didasarkan pada laju filtrasi glomerulus <60mL/menit/1,73m² selama >3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Chonchol, 2009). Menurut KeMenKes (2013), berdasarkan data dari diagnosis dokter, prevalensi penyakit gagal ginjal kronis meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur tahun (0,3%), diikuti umur tahun (0,4%), dan umur tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur 75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), dan pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%). Antibiotik merupakan obat yang digunakan dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit infeksi. Penggunaan antibiotik khususnya pada gagal ginjal kronis perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan nefrotoksisitas pada ginjal (Kenward & Tan, 2003). Pada penderita gagal ginjal fungsi ginjal sudah tidak sebaik saat ginjal dalam kondisi normal. Pada kondisi gagal ginjal kronis ginjal menjadi lebih sensitif terhadap penggunaan obat-obatan (Kenward & Tan, 2003). Penggunaan antibiotik harus dipertimbangkan karena beberapa antibiotik bersifat toksik terhadap ginjal (Chasani, 2008). Obat sebagian besar diekskresikan oleh ginjal, pada pasien gagal ginjal kronis pemilihan jenis obat dan dosis (besaran frekuensi dan durasi) harus lebih dipertimbangkan. Beberapa antibiotik terutama golongan aminoglikosida bersifat nefrotoksik, antibiotik aminoglikosida ini juga merupakan salah satu golongan obat yang menyebabkan drug induce renal failure (Antibiotic Expert Group, 2014). Penggunaan antibiotik khususnya 1
2 2 golongan aminoglikosida pada pasien yang fungsi ginjalnya berkurang signifikan penggunaannya harus dipertimbangkan dengan baik. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien gagal ginjal pernah dilakukan pada RSUD Dr. Moewardi pada tahun Antibiotik yang tidak disesuaikan dosisnya dengan pasien gagal ginjal sebesar 16,1%, antibiotik yang dikontraindikasikan pada penderita gagal ginjal sebesar 1,8%, tepat indikasi tidak tepat obat 10,9%, tepat indikasi tepat obat 81,8%. Berdasarkan hasil terapi pemberian antibiotik didapatkan 45,5% outcome/hasil terapinya baik (Yulianti, et al., 2007). Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, hal ini dikarenakan cukup tingginya angka penderita gagal ginjal kronis di RSUP Dr. Soeradji Klaten tahun 2014 yaitu sebanyak 524 kasus. Kasus gagal ginjal kronis juga menempati urutan ke-14 dari 20 besar kasus penyakit yang terjadi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun Dengan latar belakang tersebut maka evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional pada penderita gagal ginjal kronis perlu dilakukan. B. Rumusan Masalah Bagaimana kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien gagal ginjal kronis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro pada kasus gagal ginjal kronis tahun Evaluasi meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. D. Tinjauan Pustaka 1. Ginjal a. Definisi Ginjal merupakan organ dalam saluran kemih dimana terdapat pada retriperitoneal bagian atas. Berat dan besar ginjal bervariasi, hal-hal yang dapat mempengaruhi ukuran ginjal diantaranya jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Umumnya pada laki-laki ukuran ginjalnya lebih besar
3 3 daripada perempuan. Pada umumnya ukuran ginjal orang dewasa normal berkisar 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal) dan memiliki berat rata-rata gram, atau kurang lebih 0,4% dari berat badan (Purnomo, 2011). b. Fungsi Ginjal Menurut Price & Wilson, (2005), ginjal mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi ekskresi dan fungsi nonekskresi. Fungsi ekskresi ginjal antara lain: 1) Mempertahankan osmolitas plasma. 2) Mempertahankan extracellular fluid (ECF) dan tekanan darah dengan mengubah-ubah ekskresi Na +. 3) Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentang normal. 4) Mempertahankan ph plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H + dan membentuk kembali HCO ) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat, dan kreatinin). 6) Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat. Sedangkan untuk fungsi utama ginjal yang lain adalah fungsi non ekskresi. Diantaranya adalah: 1) Mensintesis dan mengaktifkan hormon: a) Renin: penting dalam pengaturan tekanan darah. b) Eritropoetin: merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang belakang. c) 1,25-dihidroksivitamin D 3 : hidroksilasi akhir vitamin D 3 menjadi bentuk yang paling aktif. d) Prostaglandin: sebagian besar adalah vasodilatator, bekerja secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal. 2) Degradasi hormon polipeptida: Insulin, glukagon, prolaktin, hormon pertumbuhan, antidiuretik hormon (ADH), dan hormon gastrointestinal (gastrin, polipeptida intestinal vasoaktif [VIP]).
4 4 Fungsi ginjal lain yang tidak kalah pentingnya adalah berfungsi untuk menyaring sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah. Kegiatan metabolik pada ginjal menduduki tempat kedua setelah hati (Purnomo, 2011). c. Pengukuran Fungsi Ginjal Karena fungsi ginjal yang begitu penting maka ada beberapa penilaian terhadap fungsi ginjal. Uji fungsi ginjal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan pada fungsi ginjal. Menurut Kenward & Tan, (2003), ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan kondisi fungsi ginjal, antara lain: 1) Serum kreatinin Serum kreatinin merupakan produk sampingan dari metabolisme otot rangka normal. Kreatinin terutama diekskresi oleh filtrasi glomeruler. Bila massa otot tetap dan terdapat perubahan pada nilai klirensnya melalui filtrasi maka dapat dijadikan indikator dari fungsi ginjal. Nilai serum kreatinin normal berbeda menurut jenis kelamin, usia, dan ukuran. Kadar serum kreatinin hanya berguna bila diukur pada keadaan tunak (perlu sekitar 7 hari). 2) Klirens kreatinin Dalam keadaan normal, kreatinin tidak disekresi atau direabsorsi oleh tubulus ginjal dalam jumlah yang besar. Ekskresi utama ditentukan oleh filtrasi glomerular, jadi laju filtrasi glumerular ditentukan melalui penentuan laju klirens kreatinin endogen. Secara umum ada 2 cara pengukuran uji klirens kreatinin, yang pertama adalah pengumpulan urin 24 jam dengan cara pengambilan plasma urin diantara jangka waktu 24 jam tersebut dan dihitung dengan rumus: Kl kr = ml/menit Keterangan: U = Kadar urin (mikromol/liter) V = Laju alir urin (ml/menit) S = Kadar kreatinin serum (mikromol/liter) Kepatuhan penderita dapat menyebabkan pengumpulan sampel urin selama 24 jam menjadi tidak lengkap. Pengukuran uji klirens kreatinin yang
5 5 kedua menggunakan rumus Cockroft and Gault yaitu metode dengan mengukur kadar kreatinin serum dan mencatat faktor yang mempengaruhi massa otot penderita (usia, jenis kelamin, dan berat badan). Laju filtrasi glumerular dari kadar serum kreatinin diasumsikan bahwa fungsi ginjal bersifat stabil dan pengukuran serum menghasilkan nilai yang konstan. Berdasarkan Aronoff & Brier, (2009), dihitung dengan rumus: Pada pria, Kl kr = Pada wanita, Kl kr = x 0,85 Keterangan: Kreatinin serum (mg/dl) BB = Berat badan (kg) 3) Urea Urea disintesa dalam hati sebagai produk sampingan metabolisme makanan dan protein endogen. Merupakan rute sekresi utama nitrogen dalam eliminasinya dalam urin. Urea disaring oleh glumerolus dan sebagian direabsorbsi oleh tubulus. Peningkatan kadar urea dapat terjadi karena adanya peningkatan katabolisme protein pada perdarahan saluran cerna atau jaringan tubuh, infeksi berat, trauma termasuk pembedahan, serta terapi steroid dan tetrasiklin dosis tinggi. Indikasi dimana fungsi ginjal terganggu adalah kadar urea diatas 10 mmol/liter. Pengukuran menggunakan kadar urea kurang tepat dalam menggambarkan adanya kerusakan fungsi ginjal, tetapi masih banyak digunakan sebagai perkiraan kasar karena dapat menggambarkan informasi tentang keadaan pasien.
6 6 d. Klasifikasi dan Gejala Klinis Gangguan Ginjal 1) Gagal Ginjal Akut Gagal ginjal akut merupakan gagalnya fungsi ginjal yang berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (beberapa hari atau beberapa minggu) disebabkan oleh sampah pembakaran seperti urea, asam urat, dan kreatinin yang menumpuk dalam darah (Price & Wilson, 2003). Laju filtrasi glomerulus (LGF) secara tiba-tiba menurun sampai dibawah 15 ml/menit. Sering kali bersifat reversibel, tetapi secara umum mortalitasnya tinggi (Kenward & Tan, 2003). Pada pasien gagal ginjal akut penyebabnya dapat dibagi menjadi pre-renal, renal, dan post-renal. Gambaran klinisnya dapat meliputi perubahan volume urine (oliguri, polyuria), kelainan neurologis (lemah, letih, gangguan mental), gangguan pada kulit (gatal-gatal, pigmentasi, pallor), tanda pada kardiopulmoner (sesak, pericarditis), dan gejala pada saluran cerna (mual, nafsu makan turun, muntah) (Kenward & Tan, 2003). 2) Gagal Ginjal Kronis Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang terjadi berangsur dan umumnya tidak dapat pulih (irreversible) (Price & Wilson, 2003). Kerusakan atau penurunan faal ginjal tersebut bersifat permanen dan progresif biasanya terjadi selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dan akan menyebabkan uremia sesudah penurunan laju filtrasi glomerular hingga sekitar 10-15% dari nilai normal (Hartono, 2013). Tanda dan gejala gagal ginjal kronis meliputi nokturia, edema, anemia (iron-resistant, normochromic, normocytic), gangguan elektrolit, hipertensi, penyakit tulang (renal osteodystrophy), perubahan neurologis (gangguan mental), gangguan fungsi otot (kram otot, kaki pegal), dan uremia (Kenward & Tan, 2003). 2. Volume Distribusi Pada obat yang sangat larut air atau berikatan protein tinggi maka dengan adanya edema dan ascites akan meningkatkan volume distribusi nyata (apparent). Ketika volume distribusi besar maka akan menghasilkan kadar obat dalam plasma yang lebih rendah. Dosis lazim pada penderita edema bisa menyebabkan kadar obat dalam plasma terlalu rendah sehingga tidak berefek. Sebaliknya, dehidrasi
7 7 atau pembuangan otot akan menurunkan volume distribusi nyata obat yang larut air sehingga, dosis lazim dapat menyebabkan kadar obat dalam plasma terlalu tinggi dan hal ini dapat menyebabkan ketoksikan (Kenward & Tan, 2003). Efek volume distribusi dan klirens dapat berubah besarannya secara independen dengan tidak adanya keterkaitan satu dengan lainnya, tapi pada kegagalan ginjal terdapat pengaruh terhadap konsentrasi aminoglikoida dalam plasma. Klirens ginjal aminoglikosida akan menurun pada pasien gagal ginjal dan Vd akan meningkat karena akumulasi cairan pada gagal ginjal oligurik (Parfati, et al., 2003). Beberapa kondisi dapat meningkatkan atau menurunkan Vd. Volume distribrusi akan meningkat pada pasien yang mengalami akumulasi cairan dalam tubuh seperti pada gagal ginjal dan proses inflamasi. Perubahan Vd akan langsung berpengaruh pada konsentrasi obat dalam plasma. Bila Vd menurun sebesar 50% maka konsentrasi obat dalam plasma akan meningkat dua kalinya, sehingga dosis harus dikurangi setengahnya (Parfati, et al., 2003). 3. Antibiotik a. Definisi Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat membasmi mikroba lain yang merugikan. Saat ini antibiotik banyak dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Antibiotik harus mampu membunuh mikroba yang menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi harus memenuhi syarat dengan tidak bersifat toksik pada hospes (bersifat selektif) (Setiabudy, 2007). b. Aktifitas dan Spektrum Antibiotik bersifat toksisitas selektif, berdasarkan sifat tersebut dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (aktivitas bakteriostatik) dan ada yang bersifat membunuh mikroba (aktivitas bakterisid). Antibiotik dibagi lagi menjadi 2 tipe yaitu antibiotik yang aktif untuk bakteri gram positif dan antibiotik yang aktif terhadap bakteri gram negatif. Sehingga dari perbedaan ini antibiotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu antibiotik spektrum sempit dan antibiotik spektrum luas. Antibiotik spektrum sempit adalah antibiotik yang aktif terhadap salah satu macam bakteri saja (gram
8 8 positif atau gram negatif), sedangkan antibiotik spektrum luas adalah antibiotik yang aktif terhadap dua macam bakteri secara keseluruhan (baik gram positif mau pun gram negatif) (Setiabudy, 2007). c. Mekanisme Kerja Menurut Setiabudy (2007), berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1) Menghambat metabolisme sel mikroba. 2) Menghambat sintesis dinding sel mikroba. 3) Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba. 4) Menghambat sintesis protein sel mikroba. 5) Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba d. Ekskresi Ekskresi obat aktif mau pun metabolitnya pada penderita gagal ginjal akan berkurang, sehingga kadar dalam darahnya meningkat dan menimbulkan respon yang berlebihan atau terjadi efek toksik (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008). Dengan demikian pemberian antibiotik pada pasien gagal ginjal tanpa adanya penyesuaian dosis akan meningkatkan insiden dan intensitas nefrotoksik dan ototoksiknya (Antibiotic Expert Group, 2014). Ada beberapa pendekatan untuk penyesuaian dosis dalam kaitannya dengan fungsi ginjal. Hal ini dilakukan melalui penetapan kadar kreatinin. Pada tabel 1 dicantumkan harga klirens kreatinin pada kegagalan ginjal oleh Arora, (2015). Tabel 1. Klirens Kreatinin Pada Gagal Ginjal Kronis Fungsi Ginjal Normal Fungsi ginjal sedikit berkurang Penurunan fungsi ginjal sedang Penurunan fungsi ginjal berat Kegagalan ginjal berat Klirens kreatinin (ml/menit/1,73m 2 ) <15
9 9 e. Jenis Antibiotik yang Bersifat Nefrotoksik Menurut Chasani, (2008), beberapa golongan antibiotik memiliki resiko yang besar dalam menyebabkan nefrotoksik pada penderita gagal ginjal. Golongan antibiotik tersebut antara lain: 1) Golongan Aminoglikosida Penggunaan antibiotika golongan ini sangat luas pada infeksi terutama infeksi oleh bakteri gram negatif. Kegagalan fungsi ginjal terjadi ketika kadar kreatinin plasma 45µmol/L. Mekanisme golongan ini dapat menyebabkan nefrotoksik karena aminoglikosida berikatan dengan lisosom membentuk myeloid body dan fosfolipidosis. Kemudian membran lisosom pecah dan melepaskan asam hidrolase dan mengakibatkan kematian sel. 2) Golongan Sulfonamid Hampir semua obat golongan sulfonamid diekskresikan melalui ginjal sehingga meningkatkan resiko nefrotoksik. 3) Amphotericin B (Am-B) Penggunaan obat ini sebenarnya sangat efektif sebagai obat anti jamur, tetapi telah dilaporkan banyak kasus tentang efek nefrotoksiknya. Am-B mudah bercampur dengan membran sel epithel dan meningkatkan permeabilitas karena bersifat hidrofilik. Dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glumerular dan berakibat terjadinya oliguria karena sel endotel rusak mengakibatkan vasokontriksi arteriole afferen dan efferen glomerulus. 4) Rifampisin Obat ini digunakan sebagai obat anti tuberkulosis dan merupakan obat TBC yang memiliki efek nefrotoksik lebih tinggi dibanding anti TBC lain. Obat ini memiliki efek samping nefrotoksik karena obat menyebabkan anemia hemolitik. 5) Acylovir Digunakan sebagai obat anti virus. Kelarutannya yang rendah mengakibatkan presipitasi intratubuler dengan gejala uropati dan hematuria. Pada pemeriksaan urin akan tampak kristal jarum pada pemeriksaan mikroskopiknya.
10 10 6) Golongan Penisillin, Sefalosporin, dan Betalaktam Lainnya Reaksi nefrotoksik biasanya tidak terjadi tetapi pada obat-obat yang bereaksi pada reaksi imun maka obat dapat menyebabkan nefrotoksik untuk obat golongan ini. Kejadian nefrotoksik juga dipengaruhi karena dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang panjang. 7) Vancomisin Antibiotik ini dihasilkan oleh streptomises orientalis yang tidak dapat diserap oleh saluran cerna. Mekanisme nefrotoksiknya dapat terjadi di dua tempat yaitu pada glomerulus dan pada tubulus ginjal. Pada glomerulus terjadi dilatasi Bowman s space dan hipertrofi glomerulus, sedangkan pada tubulus terjadi dilatasi tubulus renalis, nekrosis atau degenerasi epitel tubulus dan adanya silinder hialin dalam tubulus. f. Penyesuaian Dosis pada Pasien Gagal Ginjal Menurut Parfati, et al., (2003), perubahan aliran darah ke ginjal mengakibatkan perubahan klirens. Saat Vd, dosis, dan interval dosis tetap tetapi klirens menjadi besar, maka konsentrasi obat menjadi lebih kecil sehingga harus ditingkatkan dosisnya atau interval waktu diperkecil. Sebaliknya bila klirens kecil, konsentrasi obat dalam plasma lebih besar sehingga dosis obat diperkecil dan interval waktu diperpanjang. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan persamaan di bawah ini: Do (GL) = x Cl(GL) atau apabila dosis tetap, interval waktu berubah t (GL) = x t(n) Keterangan : Do (N) = Dosis pada ginjal normal Do (GL) = Dosis pada gagal ginjal Cl (N) = Klirens pada ginjal normal Cl (GL) = Klirens pada gagal ginjal
11 11 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 2406/MENKES/PER/XII/2011, penyesuaian dosis dinilai dari kadar klirens kreatininnya. Ketika kadar klirens kreatinin 40-60mL/menit dosis pemeliharaan diturunkan sampai dengan 50%. Bila klirens kreatinin 10-40mL/menit selain turun 50% perlu juga memperpanjang jarak pemberian dua kali lipat. g. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Menurut PerMenKes (2011), penggunaan antibiotik yang rasional dapat dilihat dari beberapa parameter antara lain: 1) Tepat Indikasi Setiap obat memiliki terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri. Bila ada indikasi infeksi tapi tidak diobati maka bisa jadi pasien yang terkena infeksi tersebut tidak sembu infeksinya, tapi bila tidak ada indikasi infeksi diberi antibiotik maka dapat terjadi resistensi. 2) Tepat Pasien Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan, karena resiko terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok ini meningkat secara bermakna. Bila penggunaannya tidak tepat pasien maka dapat mengakibatkan kondisi pasien menjadi lebih buruk. 3) Tepat Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai. Obat yang dipilih sebaiknya merupakan obat pilihan utama, bila kondisi pasien tidak memungkinkan maka dapat dipilih obat lini kedua dan seterusnya. Pada kasus penggunaan obat yang tidak tepat misalnya untuk antibiotik pasien dapat mengalami resistensi dan efek terapi obat tidak tercapai.
12 12 4) Tepat Dosis Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan. E. Landasan Teori Pada penelitian Astuti, pada Januari-September tahun 2011 di RS Kasih Ibu Surakarta, hasil penelitian menunjukkan 102 pasien mengalami gangguan gagal ginjal kronis, terdapat 62,75% (64 pasien) yang diresepkan antibiotik tepat indikasi dan 37,25% (38 pasien) yang diresepkan antibiotik tidak tepat indikasi. Pada penggunaan antibiotik dengan tepat indikasi sebanyak 54 pasien (84,38%) memperoleh obat yang tepat dan 10 pasien (15,62%) memperoleh obat yang tidak tepat, 50 pasien (78,12%) menerima dosis yang tepat sedangkan 14 pasien (21,88%) yang diresepkan antibiotik dosisnya tidak tepat. Pada pasien yang mendapatkan dosis antibiotik yang tidak tepat terdapat 9 pasien dengan dosis lebih dan 5 pasien dengan dosis kurang dan belum dilakukan penyesuaian dosis (Astuti, 2011). Pada penelitian yang lain oleh Yulianti, et al. di RSUD Dr. Moewardi pada September-November 2007 ditemukan 103 pasien didiagnosis mempunyai penyakit gagal ginjal kronik dan 48 pasien (46,6%) termasuk dalam kriteria penelitian. Berdasarkan 48 pasien tersebut ditemukan total 55 penggunaan antibiotik, antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi berjumlah 52 dengan keterangan episode infeksi antara lain pneumonia 21 episode (38,2%), infeksi saluran kemih 22 episode (40%), sepsis 4 episode (7,3%), profilaksis bedah 1 episode (1,8%), amoebiasis 2 episode (3,6%), gastroenteritis 1 episode (1,8%), dan tuberkulosis paru 1 episode (1,8%), serta terdapat 3 (5,5%) penggunaan antibiotik tanpa indikasi. Empat puluh lima episode infeksi (81,8%) yang diresepkan antibiotik sudah memenuhi kriteria tepat indikasi tepat obat, 6 episode infeksi (10,9%) yang diresepkan antibiotik tepat indikasi tidak tepat obat,
13 13 dan 1 episode infeksi (1,8%) yang diresepkan antibiotik diketahui memiliki kontraindikasi dengan kondisi pasien. Terdapat 16,1% antibiotik yang diresepkan belum disesuaikan dosisnya untuk pasien penyakit gagal ginjal kronik. Berdasarkan hasil terapi pemberian antibiotik didapatkan 45,5% respon penggunaan antibiotik baik. (Yulianti, et al., 2007). Berarti dari hasil penelitian ada 54,5% yang responnya kurang baik mau pun tidak baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur kadar cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit, dan pembuangan sisa metabolit dan obat dari dalam tubuh. Kerusakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel akibat suatu proses patofisiologis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh yang berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume
Lebih terperincikematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK
BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Gangguan Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut
Lebih terperinciM.Nuralamsyah,S.Kep.Ns
M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. Penyakit ginjal kronik
Lebih terperinciAplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari
Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari ketepatan rancangan aturan dosis yang diberikan. Rancangan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD
PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Oleh : ARLIS WICAK KUSUMO J 500060025
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus
BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. aminoglikosida (Sudoyo et al., 2007). Penggunaan antibiotik harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang dengan kejadian penyakit infeksi yang cukup tinggi. Penyakit infeksi merupakan indikasi penggunaan obat antibiotik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan di dunia sebagai obat lini pertama sejak tahun 1950 (Sari, 2007).
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi, penggunaan antibiotik ini menjadi meningkat akibat tingginya kasus infeksi yang terjadi. Pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada
Lebih terperinciStruktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter
Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam mengaja kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk minuman sachet, tidak hanya dari kalangan anak-anak tetapi banyak juga remaja bahkan orang tua yang gemar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil data rekam medis yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan Januari 2016, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu merubah gaya hidup manusia. Manusia sekarang cenderung menyukai segala sesuatu yang cepat, praktis dan
Lebih terperinciCreated by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO
Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN
KESESUAIAN GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KADAR KREATININ PLASMA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun). Perjalanan penyakit ginjal stadium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan sebagai filtrasi dan pembuangan zat yang tidak bermanfaat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ginjal, ureter, kandung kemih, dan urethra merupakan satu sistem yang berperan sebagai filtrasi dan pembuangan zat yang tidak bermanfaat dan merugikan keluar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan dari gagal ginjal akut yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik menyebabkan
Lebih terperinciEFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)
EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA
Lebih terperincia. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida
A. Pengertian Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian
Lebih terperinciPENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi FK UNLAM BANJARBARU Pendahuluan Terminologi Antibiotik Antiparasit Antijamur Antiprotozoa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan faal ginjal yang terjadi secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya sering menyerang paru, tetapi juga bisa menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ginjal merupakan organ tubuh yang memiliki peranan penting dalam mengatur volume dan komposisi cairan tubuh, mengeluarkan banyak obat-obatan dan produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. PGK
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer
Lebih terperinciHubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik
Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari
Lebih terperinciReabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS
FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di RSU Puri Asih Salatiga pada tanggal 23-25 Januari 2017. Data penelitian diperoleh dari 67 rekam medis pasien
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan, sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Pada suatu derajat tertentu, penyakit ini membutuhkan
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1
1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinciFARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A
FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan
Lebih terperinciPENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I
PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan berbentuk cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik adalah gangguan faal ginjal yang berjalan kronik dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal kronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia bahkan di negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, angka
Lebih terperinciGagal Ginjal Akut pada bayi dan anak
Gagal Ginjal Akut pada bayi dan anak Haryson Tondy Winoto, dr,msi.med. Sp.A Bag. IKA UWK ANATOMI & FISIOLOGI GINJAL pada bayi dan anak Nefrogenesis : s/d 35 mg fetal stop Nefron : unit fungsional terkecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk usia lanjut di Indonesia sangatlah tinggi dan diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11% dari total penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Serum asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin (Liu et al, 2014). Kadar serum asam urat dapat menjadi tinggi tergantung pada purin makanan, pemecahan purin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal adalah salah satu organ utama sitem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
Lebih terperinciPENGANTAR FARMAKOLOGI
PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG
Lebih terperinciObat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan
1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di negara-negara maju
Lebih terperinciFenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif
Sebelum PCT Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, orang dewasa Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Dlm tubuh dimetabolisme menjadi PCT (zat aktif) + metaboliknya Yg sebenarnya antipiretik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk mengatasinya. Gagal ginjal
Lebih terperinciGAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked. Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta
GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta 2010-2011 DEFINISI Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan rata-rata orang dewasa (70 kg). Total air tubuh dibagi menjadi dua kompartemen cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir.
Lebih terperinci