PENGARUH TEKANAN HIDROGEN TERHADAP KANDUNGAN KARBON TOTAL, ABU DAN NILAI MUAI BEBAS DALAM PEMBUATAN BAHAN PENGIKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TEKANAN HIDROGEN TERHADAP KANDUNGAN KARBON TOTAL, ABU DAN NILAI MUAI BEBAS DALAM PEMBUATAN BAHAN PENGIKAT"

Transkripsi

1 PENGARUH TEKANAN HIDROGEN TERHADAP KANDUNGAN KARBON TOTAL, ABU DAN NILAI MUAI BEBAS DALAM PEMBUATAN BAHAN PENGIKAT Nining Sudini Ningrum, Miftahul Huda dan Hermanu Prijono Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira S A R I Bahan pengikat dari senyawa karbon dapat dibuat melalui proses hidrogenasi dan atau ekstraksi batubara. Hidrogenasi batubara dapat mengubah steamcoal menjadi batubara coking coal yang dapat berfungsi sebagai bahan pengikat atau aditif pada industri pembuatan kokas sedangkan ekstraksi batubara dapat menghasilkan pitch dengan kualitas baik. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kelompok Pemanfaatan dan Pengolahan Batubara, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Parameter yang diamati adalah pengaruh tekanan hidrogen terhadap kandungan karbon total, abu dan nilai muai bebas. Metodologi penelitian batubara, (katalis & sulfur/tanpa katalis & sulfur) dan pelarut dimasukkan dalam otoklaf, mengalirkan gas hidrogen dengan tekanan awal yang bervariasi mulai dari 5 bar sampai dengan 30 bar, panaskan sampai temperatur 400 o C, ditahan pada temperatur tersebut selama waktu 3060 menit, kemudian dinginkan otoklaf. Selanjutnya dilakukan proses distilasi terhadap produk hidrogenasi batubara dengan cara otoklaf dipanaskan dengan kecepatan kenaikan (temperatur/menit) tertentu, pengaduk dimastikan. Pada temperatur 150 o C, uap distilasi yang mulai terjadi dikondensasikan dan ditampung (fraksi cair dari T kamar150 o C). Pemanasan dilanjutkan sampai 350 o C dan dengan cara sama akan diperoleh fraksifraksi o C, o C. Pada saat temperatur 350 o C dilakukan distilasi vakum sampai titik tetes terakhir sehingga diperoleh fraksi 350 o CEP dan residu yang tersisa merupakan batubara yang terhidrogenasi dan dapat dimanfaatkan sebagai binder yang diturunkan dari batubara. Fraksi o C dimanfaatkan sebagai pelarut terhidrogenasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa batubara Indonesia (Tanito Harum, Baramarta dan Air Laya) yang non coking dapat diubah menjadi batubara coking untuk digunakan sebagai bahan pengikat/binder pembuatan kokas. Kandungan abu batubara sangat mempengaruhi produk binder yang dihasilkan, binder yang mempunyai kandungan abu yang kecil lebih disukai. Kata kunci : bahan pengikat, coking coal, distilasi, hidrogenasi 1. PENDAHULUAN Menurut Benk et. al (2008) kebutuhan kokas di dunia akan meningkat seiring meningkatnya kebutuhan besi dan baja. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, kebutuhan kokas Indonesia pada tahun 2008 adalah sekitar ton/tahun. Kebutuhan kokas di Indonesia juga akan menjadi berlipat ganda bila PT. Krakatau Steel menggunakan Pengaruh Tekanan Hidrogen Terhadap Kandungan Karbon Total,.... ; Nining S.N., Miftahul H, Hermanu P. 59

2 kokas sebagai pengganti gas alam dalam produksi bajanya. Di Indonesia (Kalimantan Tengah) terdapat sumber daya coking coal yang diprediksi dapat dipakai sebagai bahan pembuatan kokas tetapi kepastian mengenai seberapa besar sumber daya tersebut masih belum diketahui. Hidrogenasi batubara dapat merubah steamcoal menjadi batubara coking coal yang dapat berfungsi sebagai bahan pengikat atau aditif pada industri pembuatan kokas sedangkan ekstraksi batubara dapat menghasilkan pitch dengan kualitas baik. Bahan pengikat dari senyawa karbon diperlukan untuk membuat anoda, katoda, formed coke dan komposit material karbon (C/C komposit). Bahan pengikat tersebut biasanya berupa pitch yang berasal dari ekstraksi tar hasil karbonisasi batubara pada suhu tinggi (Benk, 2010). Sayangnya sampai saat ini di Indonesia tidak ada pabrik karbonisasi batubara (coke oven) sehingga kebutuhan material karbon untuk anoda dan katoda pada industri pengolahan aluminium masih dipenuhi dari bahan impor. Dengan demikian perlu dikembangkan penelitian untuk menghasilkan material karbon dari batubara peringkat rendah untuk bahan pengikat melalui proses hidrogenasi dan ekstraksi batubara. Penelitian yang telah dilakukan berjudul "Pemanfaatan Batubara Indonesia untuk Bahan Pengikat". Tujuan penelitian adalah meningkatkan nilai tambah batubara dengan cara mengkonversikannya menjadi material yang lebih berharga. Lokasi kegiatan pengambilan contoh batubara di beberapa lokasi yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, sedangkan kegiatan percobaan dilakukan di Puslitbang tekmira Bandung dan di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara di Palimanan, Cirebon. 2. METODOLOGI 2.1. Bahan dan peralatan Batubara yang digunakan sebagai bahan baku berasal dari PT. Tanito Harum Kaltim (disebut batubaraa), PD. Baramarta Kalsel (disebut batubarab), PT. Bukit Asam, Air Laya Sumsel (batubarac). Batubara digerus sampai berukuran mesh. Bahanbahan lainnya adalah katalis bijih besi laterit dari Kalsel berukuran 325 mesh, sulfur teknis powder, pelarut fraksi cair o C (hasil distilasi tar sebagai produk samping gasifikasi batubara) terhidrogenasi, gas hidrogen HP. Peralatan utama yang digunakan adalah otoklaf kapasitas 5 liter merk: Andreas HofferHocdruck Teknik Germany, dilengkapi dengan pengaduk agitator, pengatur temperatur, tekanan dan putaran pengadukan. Pada percobaan ini digunakan juga alat bantu seperti neraca teknis, pompa vakum, corong pemisah, cawan krusibel, oven pengering, desikator, furnace dan alat bantu lainnya Prosedur hidrogenasi batubara dan distilasi produk hidrogenasi batubara Batubara, (katalis & sulfur/tanpa katalis & sulfur), pelarut dimasukkan dalam otoklaf, ditutup rapat sampai tidak ada kebocoran. Alirkan gas hidrogen ke dalam otoklaf sampai tekanan tertentu yang diprogramkan, variasi tekanan hydrogen 530 bar. Jalankan pengadukan sampai 500 rpm. Panaskan otoklaf sampai temperatur proses yang diprogramkan 400 o C dan ditahan selama waktu yang diprogramkan 3060 menit. Selanjutnya dinginkan otoklaf sampai temperatur kamar, kemudian dilakukan proses distilasi produk hidrogenasi batubara. Rangkaian alat distilasi dipasang/dihubungkan dengan otoklaf (Gambar 1). Pengaduk dimatikan, 0 rpm. Otoklaf dipanaskan dengan kecepatan kenaikan (temperatur/menit) tertentu. 60 M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

3 Uap distilasi yang terjadi pada saat mulai pemanasan sampai temperatur 150 o C dikondensasikan dan ditampung (fraksi cair dari T kamar150 o C). Pemanasan dilanjutkan sampai 350 o C dengan cara sama akan diperoleh fraksifraksi o C, o C. Fraksi o C yang dimanfaatkan sebagai pelarut terhidrogenasi. Pada saat temperatur 350 o C dilakukan distilasi vakum sampai titik tetes terakhir sehingga diperoleh fraksi 350 o CEP dan residu yang tersisa merupakan batubara yang terhidrogenasi dan dapat dimanfaatkan sebagai binder yang diturunkan dari batubara. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakterisasi batubara Sebelum dilakukan penelitian pembuatan material karbon untuk bahan pengikat, batubara yang digunakan sebagai bahan baku dianalisis untuk mengetahui karakteristiknya. Analisis yang dilakukan adalah analisis proksimat, ultimat dan analisis petrografi batubara. Analisis proksimat, ultimat, nilai kalor dan nilai muai bebas (FSI) bertujuan untuk menentukan peringkat batubara dan pengaruhnya terhadap proses pembuatan bahan pengikat. Hasil analisis memperlihatkan bahwa ketiga batubara tersebut mempunyai kadar air yang relatif rendah antara 5 sampai 12% (air dried basis, adb), kadar zat terbang berkisar antara 39 dan 42% (adb), nilai kalor > 6000 kal/g (adb), mempunyai kandungan abu <10% (adb) dan total sulfur yang sangat rendah <1% (adb). Kandungan karbon total berkisar antara 65 dan 75% adb). Mengacu pada PP No. 45 tahun 2003 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, ketiga batubara tersebut masuk dalam kategori batubara kalori tinggi, karena mempunyai nilai kalori kal/g. Semakin tinggi peringkat batubara, kandungan karbon akan semakin tinggi sehingga kandungan hidrogen semakin sedikit. Gugus fungsional dalam batubara umumnya mengandung oksigen yaitu: karboksil (COOH), karbonil (=CO), fenol (C 6 H 5 OH), eter (C 2 H 5 ) 2 O, serta gugus oksigen tidak beraturan. Umumnya batubara peringkat tinggi lebih sedikit mengandung oksigen dibandingkan batubara peringkat rendah. Selain analisis proksimat, ultimat, nilai kalor dan FSI dilakukan pula analisis petrografi. Hasilnya terlihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa bahwa maseral yang dominan dari ketiga batubara yang digunakan. Gambar 1. Peralatan otoklaf dan unit destilasi Pengaruh Tekanan Hidrogen Terhadap Kandungan Karbon Total,.... ; Nining S.N., Miftahul H, Hermanu P. 61

4 Tabel 1. Hasil analisis maseral Parameter analisis Tanito Harum Baramarta Air Laya Vitrinit 65,8 74,6 69,0 Telovitrinit (% vol) Detrovitrinit (% vol) Gelovitrinit (% vol) 38,2 27,2 28,4 46,0 0,2 21,2 43,4 4,4 Exinit 18,2 13,2 8,4 Sporinit (% vol) Kutinit (% vol) Resinit (% vol) Alginit (% vol) Suberinit (% vol) 6,4 9,2 0,6 1,6 1,6 11,0 0,2 1,0 5,6 0,2 1,2 Inertinit 15, ,8 Fusinit Semifusinit (% vol) Sklerotinit (% vol) Inertodetrinit (% vol) 4,2 8,4 3,0 1,0 5,6 2,2 1,0 3,6 5,2 2,0 Mineral Pengotor 3,4 10,8 Oksida Lempung Pirit 3,0 1,0 2,4 7,4 Rv ratarata 0, adalah vitrinit berkisar antara 66 dan 75 %vol. Vitrinit ini terdiri atas 3 group maseral yakni telovitrinit, detrovitrinit dan gelovitrinit (Bustin e.al., 1983). Ada sedikit perbedaan dalam kandungan telovitrinit, dalam batubara Tanito Harum kandungan telovitrinit (38,2 %vol), lebih banyak dibandingkan dengan kandungan maseral tersebut pada batubarab(24,8 %vol ) dan batubarac (21,2 %vol). Telovitrinit adalah salah satu submaseral yang utama dalam batubara dalam batubara peringkat tinggi. Berasal dari jaringan kayu, mempunyai reflektan yang tinggi dan tidak nampak pada cahaya fluorescence, kandungan selulosanya tinggi (Falcon dan Snyman, 1986). Kandungan telovitrinit ini diprediksi akan berpengaruh terhadap kuat tekan kokas. Kandungan eksinit terutama kutinit pada batubara Tanito harum juga terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan maseral tersebut dalam batubara B dan batubarac. Kutinit merupakan salah satu sub maseral dari grup eksinit adalah sub maseral yang paling tahan terhadap tekanan. Dengan bergabungnya kutinit dan telovitrinit cenderung akan membuat struktur maseral coking coal lebih kompak Pengaruh tekanan hidrogen terhadap kandungan karbon Hasil penelitian pembuatan bahan pengikat dari batubara Indonesia tercantum pada Gambar 2, 3 dan 4. Pengamatan dilakukan terhadap pengaruh tekanan hidrogen terhadap kandungan karbon, abu dan nilai muai bebas (FSI). Tekanan reaksi biasanya merupakan tekanan awal hidrogen (initial hydrogen pressure). Tekanan awal hidrogen adalah tekanan parsial hidrogen yang digunakan, tekanan ini 62 M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

5 mempengaruhi tekanan operasi otoklaf atau reaktor jenis lain yang digunakan. Dalam penelitian ini diamati pengaruh tekanan awal hidrogen terhadap kandungan karbon produk hidrogenasi, hasil penelitian tercantum pada Gambar 2. Kandungan karbon dalam produk hidrogenasi yang dihasilkan cenderung rendah bila dilakukan dengan tekanan awal yang rendah. Dari Gambar 2 terlihat bahwa kandungan karbon dalam batubarab yang telah dihirogenasi pada tekanan 10 bar terlihat menurun menjadi 69,34% dari kandungan karbon dalam batubara asal 74,39%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh tekanan hidrogen. Pada tekanan hidrogen 10 bar untuk batubarab belum ada reaksi yang optimum karena adanya oksigen yang masuk sehingga menurunkan kandungan karbon. Tekanan awal hidrogen yang tinggi dapat mempercepat laju pemanasan pada temperatur operasi yang ditentukan dan akan menaikkan kandungan karbon serta konsumsi hidrogen. Kandungan karbon yang tertinggi dihasilkan dari batubaraa pada tekanan hidrogen 25 bar yakni 82,91%. Pada tekanan 25 bar, kandungan karbon batubara Baramarta sebesar 75,14%. BatubaraC kandungan karbon tertinggi diperoleh pada hidrogenasi dengan tekanan 20 bar yakni 79,10%. Kandungan karbon batubara asal tidak menjamin terhadap meningkatnya kandungan karbon produk hidrogenasi. Hal ini terlihat dari hasil percobaan pada Gambar 2 batubarab mempunyai kandungan karbon 74,39% sedangkan kandungan hidrogen batubaraa dan batubarac berturutturut 68,30 dan 65,45%. Produk hidrogenasi menunjukkan kandungan karbon batubaraa tertinggi yakni 82,91%. Diyakini bahwa ada senyawa lain dalam batubara yang mempengaruhi kualitas produk hidrogenasi misalnya kandungan air lembab batubara Pengaruh tekanan hidrogen terhadap abu batubara Abu dalam batubara termasuk dalam material yang tidak diinginkan, karena dalam pemanfaatan batubara terutama sebagai bahan bakar pada PLTU akan mengeluarkan abu terbang dan abu padat yang menimbulkan polusi terhadap lingkungan sekitarnya. Saat ini abu batubara dapat dimanfaatkan untuk pembuatan campuran semen dan paving blok. Kandungan 85 K a r b o n % Tanito Harum 68,3 Baramarta Coal 74,39 Air Laya Coal 65, bar 15 bar 20 bar 25 bar 30 bar Tekanan Hidrogen Gambar 2. Pengaruh tekanan hidrogen terhadap % karbon total Pengaruh Tekanan Hidrogen Terhadap Kandungan Karbon Total,.... ; Nining S.N., Miftahul H, Hermanu P. 63

6 abu batubara dalam pembuatan bahan pengikat ini juga terlihat bertambah sejalan dengan meningkatnya tekanan hidrogen yang ditambahkan. Gambar 3 merefleksikan kenaikan kandungan abu dalam batubaraa, batubarab dan batubarac yang telah dihidrogenasi dengan tekanan hidrogen yang bervariasi. Kenaikan yang mencolok terlihat pada batubara Baramarta yang dihidrogenasi pada tekanan awal 10 bar. Kenaikannya lebih dari 3 kali yang semula 6,55% menjadi 19,73%. Naiknya kandungan abu ini disebabkan pada saat proses ditambahkan katalis dan sulfur. Katalis yang ditambahkan adalah limonite dari Soroako akan menjadi abu setelah proses, karena limonit ini merupakan mineral anorganik. Sulfur sebagian akan keluar menjadi H 2 S sebagian lagi menjadi pirit dan bercampur dengan abu batubara dan katalis. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sharma, dkk. (2002) karakteristik batubara yang digunakan, termasuk kandungan abu akan berpengaruh terhadap kekuatan kokas. Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa tekanan hidrogen15 bar merupakan kondisi yang baik untuk batubaraa dan pada kondisi tersebut kenaikan kandungan abu dapat ditekan, kenaikannya sekitar 5,4% yang semula 2,61 % menjadi 8,40%. Untuk batubarab tekanan hidrogen yang terbaik adalah pada tekanan 25 bar, sedangkan untuk batubarac pada tekanan hidrogen 20 bar. Untuk mendapatkan produk bahan pengikat dengan kandungan abu rendah disarankan untuk menggunakan batubara mempunyai kandungan abu rendah >5%, sehingga dapat menghasilkan bahan pengikat yang mempunyai kandungan abu rendah dari proses hidrogenasi pada tekanan yang rendah pula sehingga dapat menekan biaya produksi Pengaruh tekanan hidrogen terhadap nilai muai bebas Sifat coking menyatakan kemampuan batubara untuk menggumpal dan memuai selama proses karbonisasi. Pengujiannya berkaitan dengan laju pemanasan yang cepat. Pengujian untuk mengukur sifat coking adalah dengan nilai muai bebas. Nilai muai bebas ini petunjuk yang berguna untuk penilaian dari batasan minimum batubara kokas. Berdasarkan ASTM Standards D72091 (1999), batasan nilai muai bebas yang A b u % bar 15 bar 20 bar 25 bar 30 bar Tekanan Hidrogen Tanito Harum 2,61 Baramarta Coal 6,55 Air Laya Coal 5,62 Gambar 3. Pengaruh tekanan hidrogen terhadap % abu 64 M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

7 tepat untuk pembuatan kokas adalah batubara yang mempunyai nilai muai bebas antara 5 sampai 9 dan batasan minimum angka nilai muai bebas adalah 4. Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh tekanan awal hidrogen terhadap nilai muai bebas yang tertera pada Gambar 4, terlihat bahwa tekanan awal hidrogen mampu menaikkan nilai muai bebas sampai >5. Tekanan hidrogen 20 bar dapat menaikkan nilai muai bebas batubarab dan batubarac hasil hidrogensi dari 0 menjadi 4. BatubaraA dan batubarac bahkan dapat mencapai > dari 4 pada tekanan hidrogen 25 bar. Dari hasil pengamatan yang tertera pada Gambar 4 menunjukkan bahwa batubaraa mempunyai sifat coking yang lebih baik dari batubarab dan batubarac. Nilai muai bebas batubara Tanito Harum masih terlihat meningkat terus dengan meningkatnya tekanan hidrogen, sedangkan batubarab kenaikan pemuaian berhenti pada tekanan hidrogen 20 bar dan batubara C pemuaian berhenti pada tekanan hidrogen 25 bar. Kandungan abu batubara terlihat berpengaruh terhadap nilai muai bebas. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sementara sebagai berikut: 1) Tekanan awal hidrogen akan menaikkan kandungan karbon serta konsumsi hidrogen 2) Kandungan abu batubara sangat mempengaruhi produk binder yang dihasilkan, binder yang mempunyai kandungan abu yang kecil lebih disukai 3) Sifat coking dapat diperlihatkan dari hasil pengujian nilai muai bebas yang nilainya meningkat seiring dengan kenaikan tekanan awal hidrogen Saran 1) Penelitian masih harus diteruskan untuk mendapatkan bahan pengikat terbaik untuk pembuatan kokas. 2) Bahan baku batubara yang digunakan sebaiknya yang mempunyai kandungan abu yang kecil. 6 5 Nilai Muai Bebas Tanito Harum 0 Baramarta 1 Air Laya bar 15 bar 20 bar 25 bar 30 bar Tekanan Hidrogen Gambar 4. Pengaruh tekanan hidrogen terhadap nilai muai bebas Pengaruh Tekanan Hidrogen Terhadap Kandungan Karbon Total,.... ; Nining S.N., Miftahul H, Hermanu P. 65

8 Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara yang telah memberikan biaya dan fasilitas untuk melakukan penelitian ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada PT. Tanito Harum, PD. Baramarta dan PT. Bukit Asam, Air Laya yang telah memberikan batubara sebagai bahan baku dalam pembuatan bahan pengikat. DAFTAR PUSTAKA ASTM Standard D72091, (1999). American Society for testing Materials, New York. Benk, A., Talu, M. and Coban, M., Phenolic resin binder for the production of metallurgical quality briquettes from coke breeze: Part I, Fuel Processing Technology, Vol 89, Issue 1, pp Benk, A., Utilisation of the binders prepared from coal tar pitch and phenolic resins for the production metallurgical quality briquettes from coke breeze and the study of their high temperature carbonization behavior. Fuel Processing Technology, Vol 91, Issue 9, pp Bustin, R.M., Cameron, A.R., Grieve, D.A and Kalkreuth, W.D., Coal petrologyi, its principles methods and application, Geological Association of Canada, Short Course Notes 3, 230 pp. Falcon, R.M.S. and Snyman, C.P., An Introduction to coal petrography: Atlas ofl petrographic constituents in bituminous coal of Southern Africa, The Geological Society of South Africa, Review paper Number 2, 27 pp, 39 plates. Sharma, A.K., Das, B.P. and Tripathi, P.S.M., Influence of properties of bituminous binders on the strength of formed coke, Fuel Processing Technology, Vol 75, Issue 3, pp M&E, Vol. 9, No. 3, September 2011

KARAKTERISTIK BATUBARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENCAIRAN

KARAKTERISTIK BATUBARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENCAIRAN KARAKTERISTIK BATUBARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENCAIRAN Harli Talla *), Hendra Amijaya, Agung Harijoko, dan Miftahul Huda Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ADITIF DARI BATUBARA PERINGKAT RENDAH UNTUK PEMBUATAN KOKAS METALURGI

PEMANFAATAN ADITIF DARI BATUBARA PERINGKAT RENDAH UNTUK PEMBUATAN KOKAS METALURGI Pemanfaatan Jurnal Teknologi Aditif Mineral dari Batubara dan Batubara Peringkat Volume Rendah 11, untuk Nomor Pembuatan 3, September... Nining 2015 S. : Ningrum 199 207 dkk. PEMANFAATAN ADITIF DARI BATUBARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara merupakan endapan sedimen yang terdiri dari komponen organik dan anorganik, bagian organik disebut maseral sedangkan bagian anorganik disebut mineral. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA 4.1 KOMPOSISI MASERAL BATUBARA Komposisi maseral batubara ditentukan dengan melakukan analisis petrografi sayatan sampel batubara di laboratorium (dilakukan oleh PT

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1. Kesimpulan 1. Kandungan air bawaan batubara relatif menjadi turun pada setiap penurunan kedalaman dari lapisan bagian atas (roof) menuju lapisan bagian bawah (floor)

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0 KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0 Handri Anjoko, Rahmi Dewi, Usman Malik Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral Puslit Geoteknologi LIPI Bandung. Analisis proksimat dan bilangan organik dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON

UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON Stefano Munir, Ikin Sodikin, Waluyo Sukamto, Fahmi Sulistiohadi, Tatang Koswara Engkos Kosasih, Tati Hernawati LATAR BELAKANG Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pengembangan Karbon Aktif Batubara untuk Desulfurisasi Gas Hasil Gasifikasi Batubara di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral The Development

Lebih terperinci

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA Oleh: Iudhi Oki Prahesthi, Fitro Zamani Sub Bidang Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi SARI Penentuan proksimat merupakan

Lebih terperinci

Perbandingan Kualitas Batubara Hasil Pengeringan Antara Suhu Rendah Tekanan Rendah dengan Suhu Tinggi Tekanan Tinggi Batubara Jambi

Perbandingan Kualitas Batubara Hasil Pengeringan Antara Suhu Rendah Tekanan Rendah dengan Suhu Tinggi Tekanan Tinggi Batubara Jambi Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perbandingan Kualitas Batubara Hasil Pengeringan Antara Suhu Rendah Tekanan Rendah dengan Suhu Tinggi Tekanan Tinggi Batubara Jambi 1 Lely, 2 Linda Pulungan

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara

Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara BAB VII ANALISA TOTAL MOISTURE 7.1. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum analisa total moisture adalah untuk mengerti, mampu melaksanakan, menganalisa serta membandingkan cara kerja total moisture batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG Bayu Murti 1, J.P. Gentur Sutapa 2 1. Alumni Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, UGM 2. Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,

Lebih terperinci

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen. Dasar Teori Tambahan Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa yang bersal dari tumbuhtumbuhan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL PT. Globalindo Inti Energi merupakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ADITIF DARI BATUBARA PERINGKAT RENDAH (LIGNIT) UNTUK KOKAS METALURGI

PEMBUATAN ADITIF DARI BATUBARA PERINGKAT RENDAH (LIGNIT) UNTUK KOKAS METALURGI Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN 2012 Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara PEMBUATAN ADITIF

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Terhadap Hasil Konversi Pencairan Batubara (Studi kasus batubara Formasi Klasaman Papua Barat dan Formasi Warukin Kalimantan Selatan)

Pengaruh Suhu Terhadap Hasil Konversi Pencairan Batubara (Studi kasus batubara Formasi Klasaman Papua Barat dan Formasi Warukin Kalimantan Selatan) Pengaruh Suhu Terhadap Hasil Konversi Pencairan Batubara (Studi kasus batubara Formasi Klasaman Papua Barat dan Formasi Warukin Kalimantan Selatan) The Influence of Temperature to Conversion Result of

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

Bab II Teknologi CUT

Bab II Teknologi CUT Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SAMPEL

BAB IV ANALISIS SAMPEL BAB IV ANALISIS SAMPEL 4.1 PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) Pengambilan sampel batubara untuk penelitian dilakukan pada 2 daerah yang berbeda yaitu daerah Busui yang mewakili Formasi Warukin pada Cekungan

Lebih terperinci

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA Agung Sudrajad 1), Imron Rosyadi 1), Diki Muhammad Nurdin 1) (1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian 1.1. Judul Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Eksperimen Dan Pemodelan Kesetimbangan Termodinamika Pada Ekstraksi Fenol Dari Bio-Oil Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa. 1.2. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT Padil, Sunarno, Komalasari, Yoppy Widyandra Jurusan Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT (Activated Carbon Production from Peanut Skin with Activator Sulphate Acid) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET 6.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum proses mixing dan analisa hasil mixing melalui uji pembakaran dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR Suganal Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira suganal@tekmira.esdm.go.id S A R I Kebutuhan kokas,

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI MASERAL DALAM BATUBARA WAHAU SETELAH PROSES PENGERINGAN/UPGRADING

PERUBAHAN KOMPOSISI MASERAL DALAM BATUBARA WAHAU SETELAH PROSES PENGERINGAN/UPGRADING Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 3, September 2017 : 225-235 PERUBAHAN KOMPOSISI MASERAL DALAM BATUBARA WAHAU SETELAH PROSES PENGERINGAN/UPGRADING Changes in Wahau s Coal Maceral

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

1. MOISTURE BATUBARA

1. MOISTURE BATUBARA 1. MOISTURE BATUBARA Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

Analisis kadar abu contoh batubara

Analisis kadar abu contoh batubara Standar Nasional Indonesia Analisis kadar abu contoh batubara ICS 19.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI Oleh Rosoebaktian Simarmata 04 04 04 06 58 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GANJIL

Lebih terperinci

PERCOBAAN PENYERAPAN LIMBAH INDUSTRI MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

PERCOBAAN PENYERAPAN LIMBAH INDUSTRI MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN VOLUME 4 NO. 3, JUNI 2008 PERCOBAAN PENYERAPAN LIMBAH INDUSTRI MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA TANJUNG TABALONG, KALIMANTAN SELATAN M. Ulum A. Gani Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetauan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Dalam menentukan lingkungan pengendapan batubara di Pit J daerah Pinang dilakukan dengan menganalisis komposisi maseral batubara. Sampel batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

Kata kunci: batubara peringkat rendah, proses upgrading, air bawaan, nilai kalor

Kata kunci: batubara peringkat rendah, proses upgrading, air bawaan, nilai kalor PENGARUH PROSES UPGRADING TERHADAP KUALITAS BATUBARA BUNYU, KALIMANTAN TIMUR Oleh: Datin Fatia Umar Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No. 623 Bandung 40211 Email: datinf@tekmira.esdm.go.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan

BAB III TEORI DASAR. keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan BAB III TEORI DASAR 11 3.1 Batubara Peringkat Rendah Batubara termasuk kedalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET Siti Hosniah*, Saibun Sitorus dan Alimuddin Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Bahan/material penyusun briket dilakukan uji proksimat terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dasar dari bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI HIDROGEN PADA PENCAIRAN BATUBARA BANKO TENGAH DAN RESIDU KILANG MINYAK BALIKPAPAN

ANALISIS KONSUMSI HIDROGEN PADA PENCAIRAN BATUBARA BANKO TENGAH DAN RESIDU KILANG MINYAK BALIKPAPAN ANALISIS KONSUMSI HIDROGEN PADA PENCAIRAN BATUBARA BANKO TENGAH DAN RESIDU KILANG MINYAK BALIKPAPAN Hartiniati Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi BPPT Gedung II Lantai 22 Jl MH Thamrin no

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Djeni Hendra, M.Si. Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, 11-12 Mei 2016

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Karakteristik Bahan Bakar Batubara Cair Sebagai Pengganti HFO dengan Menggunakan Batubara Peringkat Rendah Melalui Proses Upgrading

Studi Eksperimen Karakteristik Bahan Bakar Batubara Cair Sebagai Pengganti HFO dengan Menggunakan Batubara Peringkat Rendah Melalui Proses Upgrading Studi Eksperimen Karakteristik Bahan Bakar Batubara Cair Sebagai Pengganti HFO dengan Menggunakan Batubara Peringkat Rendah Melalui Proses Upgrading Wahono Eko Putranto 1), Dosen Pembimbing I: I Made Ariana,

Lebih terperinci

RASIO BAHAN BAKAR TERHADAP UMPAN PADA KARBONISASI BATUBARA DENGAN SISTEM PEMANASAN TIDAK LANGSUNG

RASIO BAHAN BAKAR TERHADAP UMPAN PADA KARBONISASI BATUBARA DENGAN SISTEM PEMANASAN TIDAK LANGSUNG RASIO BAHAN BAKAR TERHADAP UMPAN PADA KARBONISASI BATUBARA DENGAN SISTEM PEMANASAN TIDAK LANGSUNG Lishendri Karsukma, Arianto, Pasymi, Erti praputri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS 36.000 TON/TAHUN Oleh : SISKAWATI DYAH SULISTYA UTAMI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Ahmad M. Fuadi, M.T. Hamid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2 miliar ton dengan cadangan 21.13 miliar ton (menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM Bambang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram) Kayu 4.765 Batubara 7.280 Fuel Oil 1) 10.270 Kerosine (Minyak Tanah) 10.990 Gas Alam 11.806 Sumber

Lebih terperinci

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM Oleh : Dewi Agustin ACC 113 028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Lebih terperinci

UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA

UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA UJI SULFIDASI BIJIH BESI KALIMANTAN SELATAN DAN AMPAS PENGOLAHAN TEMBAGA PT. FREEPORT INDONESIA UNTUK KATALIS PENCAIRAN BATUBARA Nining Sudini Ningrum Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU (Rhizophora mucronata Lamck) DAN KAYU RAMBAI (Sonneratia acida Linn) DENGAN BERBAGAI TEKANAN Oleh/by: Gt. A. R. THAMRIN Program Studi Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu Oleh : Kelompok : 2 ( dua ) Kelas : 4 KF Nama Instruktur : Dr. Hj. Martha Aznury, M.Si Nama Kelompok : Kurnia Aini ( 061330401059 ) M. Yuda Pratama ( 061330401060

Lebih terperinci

1.2 Tujuan - Mengetahui alur proses produksi kokas batubara (coke)

1.2 Tujuan - Mengetahui alur proses produksi kokas batubara (coke) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga.kokas

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

Tamrin Kasim 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Tamrin Kasim 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PENINGKATAN NILAI KALORI BROWN COAL MENGGUNAKAN KATALIS MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BATUBARA LOW CALORIE DAERAH TANJUNG BELIT, KECAMATAN JUJUHAN, KABUPATEN BUNGO, PROVINSI JAMBI Tamrin Kasim 1, Heri Prabowo

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Djeni Hendra, MSi. Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Cirebon, 5 April 2016 Outline

Lebih terperinci

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon 4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon KSF/ + + H 2 C 8 H 8 C 7 H 6 C 15 H 12 (120.2) (106.1) (208.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Integrated Steel Mill (ISM) adalah pabrik berskala besar yang menyatukan peleburan besi (iron smelting) dan fasilitas pembuatan baja (steel making), biasanya berbasis

Lebih terperinci

Oleh : Zainiyah Salam ( ) Anggi Candra Mufidah ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT

Oleh : Zainiyah Salam ( ) Anggi Candra Mufidah ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT PABRIK ASAM ASETAT DARI METANOL DAN KARBON MONOKSIDA DENGAN PROSES KARBONILASI MONSANTO Oleh : Zainiyah Salam (2309 030 021) Anggi Candra Mufidah (2309 030 049) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari total sumber daya batubara Indonesia sebesar lebih kurang 90,452 miliar ton, dengan cadangan terbukti 5,3 miliar ton [Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penyediaan Energi Dosen Pengajar : Ir. Yunus Tonapa Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset, karakterisasi FTIR, dan pengujian SSA dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah No Parameter Pengujian Hasil Uji Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata 1. Berat Awal Bahan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Merkaptan dari Metanol dan Hidrogen Sulfida dengan Kapasitas ton /tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ekonomi suatu negara salah satu disokong oleh sektor industrinya. Semakin kuat sektor industiy, maka semakin kokoh ekonomi negara tersebut. Untuk mencapai suatu struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan kemajuan sektor industri telah menuntut semua negara kearah industrialisasi. Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Bab V Pembahasan. Tabel V.1. Nilai reflektansi vitrinit sampel Lubang Bor PMG-01 dan peringkatnya

Bab V Pembahasan. Tabel V.1. Nilai reflektansi vitrinit sampel Lubang Bor PMG-01 dan peringkatnya Bab V Pembahasan V.1 Peringkat Batubara Peringkat batubara merupakan tahapan yang telah dicapai oleh batubara dalam proses pembatubaraan. Tahapan ini sangat dipengaruhi oleh proses diagenesa yang melibatkan

Lebih terperinci

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3 PIROLISIS Oleh : Kelompok 3 Anjar Purnama Sari Bira Nur Alam Diani Din Pertiwi Fazari Aswar Gan-Gan Ahmad Fauzi Hikmah Farida N Isma Latifah Widya Yuliarti Yasoka Dewi Over View 1 Pendahuluan 2 Definisi

Lebih terperinci