BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA
|
|
- Leony Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA 4.1 KOMPOSISI MASERAL BATUBARA Komposisi maseral batubara ditentukan dengan melakukan analisis petrografi sayatan sampel batubara di laboratorium (dilakukan oleh PT KPC). Sampel batubara yang dianalisis diambil di lapangan untuk Seam JR, BE, E2, ML dan L1, masing-masing seam diambil beberapa lokasi sampel dari inti bor yang mewakili dengan menggunakan metode channel sampling. Dalam satu lapisan batubara secara lateral dibagi menjadi beberapa sampel dari lapisan floor hingga lapisan roof. Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah atau persentase dari maseral yang terdapat dalam batubara, sedangkan analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis maseral dan mineral yang terdapat dalam batubara. Hasil pengamatan sampel sayatan batubara dikelompokkan sesuai dengan kelompok maseral dan mineral dalam batubara, pengamatan ini dilakukan merata di seluruh permukaan sayatan kemudian hasilnya dinyatakan dalam persen. Hasil analisis maseral batubara Pit J menunjukkan adanya kemiripan komposisi, yang mana grup maseral yang paling dominan adalah vitrinit (rata-rata pada Seam JR: 76,50%; Seam BE: 76,07%; Seam E2: 75,48%; Seam ML: 77,10% dan Seam L1: 80,33%), sedangkan grup maseral yang lain yang dijumpai dalam jumlah kecil yaitu liptinit dan inertinit. Komposisi maseral liptinit rata-rata adalah pada Seam JR: 2,90%; Seam BE: 8,07%; Seam E2: 5,32%; Seam ML: 5,90% dan Seam L1: 4,43%. Untuk komposisi maseral inertinit rata-rata adalah pada Seam JR: 3,97%; Seam BE: 5,37%; Seam E2: 3,76%; Seam ML: 8,43% dan Seam L1: 7,00%. Hasil analisis maseral batubara yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran E Komposisi Maseral Batubara Seam JR Hasil analisis komposisi maseral batubara seam JR dapat dilihat pada Lampiran E. Maseral batubara Seam JR terdiri dari 3 grup maseral yaitu vitrinit, liptinit dan inertinit. Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 52
2 Grup maseral yang paling dominan adalah vitrinit dengan persentase kandungan antara 61,00 83,60%. Grup maseral vitrinit ini terdiri dari sub-grup maseral yaitu telovitrinit 18,4 47,6%; detrovitrinit 34 49,4%; dan gelovitrinit 0,4 2%. Grup maseral liptinit dijumpai pada semua sampel batubara JR dengan variasi nilai secara lateral yang tidak teratur (0,4 7,2%). Grup maseral liptinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu sporinite (0 1%), cutinite (0 3,6%), resinite (0,4 3,2%), suberinite (0 0,8%) dan liptodetrinite (0 0,6%). Rendahnya kandungan liptinit mengindikasikan bahwa batubara lebih dominan terbentuk dari tumbuhan kayu daripada tumbuhan perdu. Grup maseral inertinit juga dijumpai pada semua sampel dengan variasi kandungan nilai yang bervariasi secara lateral (1 7,8%). Grup maseral inertinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu fusinite (0 0,8%), semifusinite (0 2,6%), seclerotinite (0 4,4%) dan inertodetrinite (0 2%). Maseral inertinit merupakan maseral batubara yang mengalami oksidasi, sehingga kandungan maseral inertinit yang relatif rendah pada batubara Seam JR dapat mengindikasikan bahwa batubara berasal dari lingkungan pengendapan yang cenderung basah dengan tingkat oksidasi yang rendah Komposisi Maseral Batubara Seam BE Hasil analisis komposisi maseral batubara seam BE dapat dilihat pada Lampiran E. Maseral batubara Seam BE terdiri dari 3 grup maseral yaitu vitrinit, liptinit dan inertinit. Grup maseral yang paling dominan adalah vitrinit dengan persentase kandungan antara 71,2 86%. Grup maseral vitrinit ini terdiri dari sub-grup maseral yaitu telovitrinit 24 50,4%; detrovitrinit 22,6 49,6%; dan gelovitrinit 0 0,6%. Grup maseral liptinit dijumpai pada semua sampel batubara BE dengan variasi nilai secara lateral yang tidak teratur (4,2 13,6%). Grup maseral liptinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu sporinite (0 1,2%), cutinite (0 3,2%), resinite (0 4,2%), suberinite (0 3,4%), alginite (0 0,8%) dan liptodetrinite (1 4,8%). Rendahnya kandungan liptinit mengindikasikan bahwa batubara lebih dominan terbentuk dari tumbuhan kayu daripada tumbuhan perdu. Grup maseral inertinit juga dijumpai pada semua sampel dengan variasi kandungan nilai yang bervariasi secara lateral (3,2 8,8%). Grup maseral inertinit terdiri dari Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 53
3 beberapa tipe maseral yaitu semifusinite (0,6 1,6%), seclerotinite (2,6 6,6%) dan inertodetrinite (0 1,4%). Maseral inertinit merupakan maseral batubara yang mengalami oksidasi, sehingga kandungan maseral inertinit yang relatif rendah pada batubara Seam BE dapat mengindikasikan bahwa batubara berasal dari lingkungan pengendapan yang cenderung basah dengan tingkat oksidasi yang relatif rendah Komposisi Maseral Batubara Seam E2 Hasil analisis komposisi maseral batubara seam E2 dapat dilihat pada Lampiran E. Maseral batubara Seam E2 terdiri dari 3 grup maseral yaitu vitrinit, liptinit dan inertinit. Grup maseral yang paling dominan adalah vitrinit dengan persentase kandungan antara 63, 82,2%. Grup maseral vitrinit ini terdiri dari sub-grup maseral yaitu telovitrinit 16 49,6%; detrovitrinit 29,6 53,2%; dan gelovitrinit 0 3%. Grup maseral liptinit dijumpai pada semua sampel batubara E2 dengan variasi nilai secara lateral yang tidak teratur (0,6 10,6%). Grup maseral liptinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu sporinite (0 1,8%), cutinite (0 0,6%), resinite (0 7,2%), suberinite (0 2,6%), alginite (0 0,8%) dan liptodetrinite (0,6 1,8%). Rendahnya kandungan liptinit mengindikasikan bahwa batubara lebih dominan terbentuk dari tumbuhan kayu daripada tumbuhan perdu. Grup maseral inertinit juga dijumpai pada semua sampel batubara E2 dengan variasi kandungan nilai yang bervariasi secara lateral (1 7,6%). Grup maseral inertinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu semifusinite (0 4%), seclerotinite (1 4,4%) dan inertodetrinite (0 2,4%). Maseral inertinit merupakan maseral batubara yang mengalami oksidasi, sehingga kandungan maseral inertinit yang relatif rendah pada batubara Seam E2 dapat mengindikasikan bahwa batubara berasal dari lingkungan pengendapan yang cenderung basah dengan tingkat oksidasi yang relatif rendah Komposisi Maseral Batubara Seam ML Hasil analisis komposisi maseral batubara seam ML dapat dilihat pada Lampiran E. Maseral batubara Seam ML terdiri dari 3 grup maseral yaitu vitrinit, liptinit dan inertinit. Grup maseral yang paling dominan adalah vitrinit dengan persentase kandungan antara Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 54
4 68,4 82,8%. Grup maseral vitrinit ini terdiri dari sub-grup maseral yaitu telovitrinit 23,4 53,4%; detrovitrinit 24,4 49,2%; dan gelovitrinit 0 0,6%. Grup maseral liptinit dijumpai pada semua sampel batubara ML dengan variasi nilai secara lateral yang tidak teratur (1 10%). Grup maseral liptinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu sporinite (0 2%), cutinite (0 2,4%), resinite (0,8 5,2%), alginite (0 1,2%) dan liptodetrinite (0 2,6%). Rendahnya kandungan liptinit mengindikasikan bahwa batubara lebih dominan terbentuk dari tumbuhan kayu daripada tumbuhan perdu. Grup maseral inertinit juga dijumpai pada semua sampel batubara Seam ML dengan variasi kandungan nilai yang bervariasi secara lateral (7 9,2%). Grup maseral inertinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu fusinite (0 0,8%), semifusinite (0 2,2%), seclerotinite (3 8,6%), inertodetrinite (0 0,8%) dan macrinite (0 4,6%). Maseral inertinit merupakan maseral batubara yang mengalami oksidasi, sehingga kandungan maseral inertinit yang relatif rendah pada batubara Seam ML dapat mengindikasikan bahwa batubara berasal dari lingkungan pengendapan yang cenderung basah dengan tingkat oksidasi yang relatif rendah Komposisi Maseral Batubara Seam L1 Hasil analisis komposisi maseral batubara seam L1 dapat dilihat pada Lampiran E. Maseral batubara Seam L1 terdiri dari 3 grup maseral yaitu vitrinit, liptinit dan inertinit. Grup maseral yang paling dominan adalah vitrinit dengan persentase kandungan antara 71,4 91%. Grup maseral vitrinit ini terdiri dari sub-grup maseral yaitu telovitrinit 39,6 66%; detrovitrinit 23,6 39,8%; dan gelovitrinit 0 1%. Grup maseral liptinit dijumpai pada semua sampel batubara L1 dengan variasi nilai secara lateral yang tidak teratur (0 8,6%). Grup maseral liptinit terdiri dari beberapa tipe maseral yaitu sporinite (0 1,6%), cutinite (0 1,6%), resinite (0 3,6%), suberinite (0 3%), alginite (0 0,8%) dan liptodetrinite (0 1,6%). Rendahnya kandungan liptinit mengindikasikan bahwa batubara lebih dominan terbentuk dari tumbuhan kayu daripada tumbuhan perdu. Grup maseral inertinit juga dijumpai pada semua sampel batubara L1 dengan variasi kandungan nilai yang bervariasi secara lateral (3 11,8%). Grup maseral inertinit terdiri Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 55
5 dari beberapa tipe maseral yaitu fusinite (0 1,2%), semifusinite (0,6 2,4%), dan seclerotinite (1,6 8,4%). Maseral inertinit merupakan maseral batubara yang mengalami oksidasi, sehingga kandungan maseral inertinit yang relatif rendah pada batubara Seam L1 dapat mengindikasikan bahwa batubara berasal dari lingkungan pengendapan yang cenderung basah dengan tingkat oksidasi yang relatif rendah. Gambar 4.1 Perbandingan Komposisi Maseral Batubara di Daerah Penelitian. Dari data maseral di atas, grup maseral vitrinit pada batubara Seam JR, BE, E2, Ml dan L1 didominasi oleh sub-grup maseral telovitrinit yang secara umum persentasenya lebih besar daripada detrovitrinit dan gelovitrinit (Gambar 4.1). Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa batubara di daerah penelitian terutama terbentuk dari jenis tumbuhan kayu Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 56
6 yang mengandung serat kayu (woody tissues) seperti batang, dahan, akar dan serat daun. Interpretasi ini dapat didukung oleh perbandingan komposisi maseral yang berasal dari tumbuhan kayu dan tumbuhan perdu pada daerah penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 4.2, yang secara umum memperlihatkan tumbuhan kayu selalu lebih dominan daripada tumbuhan perdu. Maseral yang diinterpretasikan berasal dari tumbuhan kayu ditunjukkan oleh kandungan telovitrinite, fusinite dan semifusinite yang tinggi, dengan suberinite dan resinite sebagai maseral penyerta. Sedangkan maseral yang diinterpretasikan berasal dari tumbuhan perdu ditunjukkan oleh kehadiran maseral detrovitrinite, inertodetrinite, liptodetrinite, alginite, sporinite dan cutinite. Gambar 4.2 Perbandingan Komposisi Maseral Batubara yang Berasal dari Tumbuhan Kayu dan Perdu di Daerah Penelitian. Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 57
7 4.2 KUALITAS BATUBARA Kualitas batubara ditentukan dengan melakukan analisis sampel batubara di laboratorium (dilakukan oleh PT KPC). Analisis kualitas batubara, dilakukan pada batubara dari Seam JR, Seam BE, Seam E2, Seam ML dan Seam L1. Sampel batubara yang dianalisis diambil di lapangan untuk masing-masing seam diambil sampel dari beberapa lokasi yang mewakili dengan menggunakan metode channel sampling. Salah satu analisis yang dilakukan adalah analisis proksimat. Analisis proksimat ini bertujuan untuk menentukan kadar air (moisture), kadar abu (ash), zat terbang (volatile matter) dan karbon tertambat (fixed carbon). Selain itu dilakukan juga analisis kadar sulfur dan nilai kalorinya. Seam JR Kualitas batubara Seam JR diperlihatkan pada Tabel C.1, data kualitas pada tabel tersebut merupakan nilai rata-rata untuk setiap lokasi, data analisis kualitas batubara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C. Kandungan abu (ash) seam JR berdasarkan data tersebut, kadar abu seam JR berkisar antara 6,98 7,42% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 1,53 2,18% adb. Pola sebaran kadar abu seam JR untuk batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar abu batubara blok selatan, diperlihatkan pada peta sebaran kadar abu (Lampiran D). Kandungan sulfur seam JR berkisar antara 2,52 2,61% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 0,31 0,41% adb. Pola penyebaran kadar sulfur seam JR untuk batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar sulfur batubara blok selatan yang diperlihatkan pada peta sebaran kadar sulfur (Lampiran D). Nilai kalori batubara pada Seam JR berkisar antara kcal/kg (adb) untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan nilai kalori berkisar antara 7159, ,50 kcal/kg (adb). Secara umum kalori batubara blok selatan cenderung Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 58
8 lebih tinggi daripada batubara blok utara. Pola penyebaran nilai kalori batubara seam JR diperlihatkan pada peta sebaran kalori seam JR (Lampiran D). Seam BE Kualitas batubara Seam BE diperlihatkan pada Tabel C.2, data kualitas pada tabel tersebut merupakan nilai rata-rata untuk setiap lokasi, data analisis kualitas batubara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C. Kandungan abu (ash) seam BE berdasarkan data tersebut, kadar abu seam BE berkisar antara 6,32 6,38% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 2,54 2,67% adb. Pola sebaran kadar abu seam BE untuk batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar abu batubara blok selatan, diperlihatkan pada peta sebaran kadar abu (Lampiran D). Kandungan sulfur seam BE berkisar antara 2,63 2,74% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 0,81 0,93% adb. Pola penyebaran kadar sulfur seam BE, batubara blok utara lebih tinggi daripada batubara blok selatan yang diperlihatkan pada peta sebaran kadar sulfur (Lampiran D). Nilai kalori batubara pada Seam BE berkisar antara 6855, ,50 kcal/kg (adb) untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan nilai kalori berkisar antara 7381, ,50 kcal/kg (adb). Secara umum kalori batubara blok selatan cenderung lebih tinggi daripada batubara blok utara. Pola penyebaran nilai kalori batubara seam BE diperlihatkan pada peta sebaran kalori (Lampiran D). Seam E2 Kualitas batubara Seam E2 diperlihatkan pada Tabel C.3, data kualitas pada tabel tersebut merupakan nilai rata-rata untuk setiap lokasi, data analisis kualitas batubara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C. Data kualitas batubara seam ini hanya ada untuk blok selatan saja. Kandungan abu (ash) seam E2 berkisar antara 2,33 2,66% adb. Kandungan sulfur seam E2 berkisar antara 1,43 1,61% adb. Nilai kalori batubara pada Seam E2 ini berkisar antara 7120, ,50 kcal/kg. Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 59
9 Seam ML Kualitas batubara Seam ML diperlihatkan pada Tabel C.4, data kualitas pada tabel tersebut merupakan nilai rata-rata untuk setiap lokasi, data analisis kualitas batubara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C. Kandungan abu (ash) seam ML berdasarkan data tersebut, kadar abu seam ML berkisar antara 6,56 7,07% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 2,52 2,65% adb. Pola sebaran kadar abu seam ML untuk batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar abu batubara blok selatan, diperlihatkan pada peta sebaran kadar abu (Lampiran D). Kandungan sulfur seam ML berkisar antara 1,66 2,36% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 0,67 0,71% adb. Pola penyebaran kadar sulfur seam ML, batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar sulfur batubara blok selatan yang diperlihatkan pada peta sebaran kadar sulfur (Lampiran D). Nilai kalori batubara pada Seam ML berkisar antara 7058, ,00 kcal/kg (adb) untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan nilai kalori berkisar antara 7336, ,00 kcal/kg (adb). Secara umum kalori batubara blok selatan cenderung lebih tinggi daripada batubara blok utara. Pola penyebaran nilai kalori batubara seam ML diperlihatkan pada peta sebaran kalori seam ML (Lampiran D). Seam L1 Kualitas batubara Seam L1 diperlihatkan pada Tabel C.5, data kualitas pada tabel tersebut merupakan nilai rata-rata untuk setiap lokasi, data analisis kualitas batubara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C. Kandungan abu (ash) seam L1 berdasarkan data tersebut, kadar abu seam L1 adalah 6,40% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 1,46 2,30% adb. Pola sebaran kadar abu seam L1 untuk batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar abu batubara blok selatan, diperlihatkan pada peta sebaran kadar abu (Lampiran D). Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 60
10 Kandungan sulfur seam L1 adalah 1,88% adb untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan berkisar antara 0,32 0,76% adb. Pola penyebaran kadar sulfur seam L1, batubara blok utara lebih tinggi daripada kadar sulfur batubara blok selatan yang diperlihatkan pada peta sebaran kadar sulfur (Lampiran D). Nilai kalori batubara pada Seam L1 adalah 7183,00 kcal/kg (adb) untuk batubara blok utara, sedangkan untuk batubara blok selatan nilai kalori berkisar antara 7507, ,50 kcal/kg (adb). Secara umum kalori batubara blok selatan cenderung lebih tinggi daripada batubara blok utara. Pola penyebaran nilai kalori batubara seam L1 diperlihatkan pada peta sebaran kalori seam L1 (Lampiran D). 4.3 PERINGKAT BATUBARA DI DAERAH PENELITIAN Pengelompokkan jenis batubara yang paling umum digunakan adalah klasifikasi batubara menurut ASTM, dalam klasifikasi ini parameter yang digunakan antara lain: - Jumlah karbon tertambat (fixed carbon) dan zat terbang (volatile matter) untuk batubara dengan rank tinggi (FC 69%). - Nilai kalori (calorific value) untuk batubara dengan rank rendah (FC 69%). - Parameter tambahan berupa sifat coking (karakter penggumpalan). Untuk klasifikasi ASTM, digunakan basis data batubara yaitu dmmf (dry mineral matter free), sedangkan data analisis dari laboratorium yang tersedia adalah data dengan basis adb (air dried basis) sehingga perlu diubah terlebih dahulu dari basis data adb ke basis data dmmf. Rumus untuk mengubah basis data adb ke basis data dmmf, dikenal dengan Parr Formulas, seperti dibawah ini: FC (dmmf) = VM (dmmf) = 100 FC(dmmf) CV (dmmf) = FC M A S Btu = % karbon padat (adb) = % kadar air total (adb) = % kadar abu (adb) = % kadar sulfur (adb) = British thermal unit per pound (Btu/lb) = 1,8185*CV (adb) Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 61
11 Berdasarkan klasifikasi batubara menurut ASTM (Tabel 4.1), secara umum batubara di daerah penelitian termasuk kedalam rank High Volatile B Bituminous Coal, sedangkan untuk Seam BE dan L1 ada beberapa sampel yang menunjukkan rank High Volatile A Bituminous Coal. Seam JR memiliki kisaran nilai kalori antara , ,385 Btu/lb, Seam BE memiliki nilai kalori antara , ,809 Btu/lb, Seam E2 memiliki nilai kalori , ,893 Btu/lb, Seam ML memiliki nilai kalori antara , ,407 Btu/lb dan Seam L1 memiliki nilai kalori antara , ,122 Btu/lb. Tabel 4.1 Klasifikasi Batubara di Daerah Penelitian Berdasarkan ASTM. Total Volatile Fixed Total Fixed Volatile Calorific Calorific Ash Moisture Matter Carbon Sulfur Carbon Matter Value Value Seam Lokasi (TM) (A) (VM) (FC) (TS) (FC) (VM) (CV) (CV) Rank Coal % % % % % % % kcal/kg Btu (adb) (adb) (adb) (adb) (adb) (dmmf) (dmmf) (adb) (dmmf) Seam JR JR High Volatile B Bituminous Coal Seam JR JR High Volatile B Bituminous Coal Seam JR JR High Volatile B Bituminous Coal Seam JR JR High Volatile B Bituminous Coal Seam JR JR High Volatile B Bituminous Coal Seam JR JR High Volatile B Bituminous Coal Seam BE BE High Volatile B Bituminous Coal Seam BE BE High Volatile A Bituminous Coal Seam BE BE High Volatile B Bituminous Coal Seam BE BE High Volatile B Bituminous Coal Seam BE BE High Volatile B Bituminous Coal Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 62
12 Seam E2 E High Volatile B Bituminous Coal Seam E2 E High Volatile B Bituminous Coal Seam E2 E High Volatile B Bituminous Coal Seam ML ML High Volatile B Bituminous Coal Seam ML ML High Volatile B Bituminous Coal Seam ML ML High Volatile B Bituminous Coal Seam ML ML High Volatile B Bituminous Coal Seam ML ML High Volatile B Bituminous Coal Seam L1 L High Volatile B Bituminous Coal Seam L1 L High Volatile A Bituminous Coal Seam L1 L High Volatile B Bituminous Coal Seam L1 L High Volatile B Bituminous Coal Daerah Pinang, Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur 63
BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara mempunyai karakteristik dan kualitas yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Faktor tumbuhan pembentuk dan lingkungan pengendapan akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi
BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Dalam menentukan lingkungan pengendapan batubara di Pit J daerah Pinang dilakukan dengan menganalisis komposisi maseral batubara. Sampel batubara
Lebih terperinciBAB III ENDAPAN BATUBARA
BAB III ENDAPAN BATUBARA 3.1 DASAR TEORI BATUBARA 3.1.1 Pengertian Batubara Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam,
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA
FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA I. DATA UMUM Record Jenis Laporan* DIP DIKS Judul Laporan KERJA SAMA TRIWULAN TAHUNAN BIMTEK Lainlain Instansi Pelapor Penyelidik Penulis Laporan Tahun Laporan
Lebih terperinciBAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification
BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat-hitam, yang sejak pengendapannya mengalami proses kimia dan fisika,
Lebih terperinciANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN KUALITAS BATUBARA DI PIT J, DAERAH PINANG, SANGATTA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN KUALITAS BATUBARA DI PIT J, DAERAH PINANG, SANGATTA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR B Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciPROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISA KUALITAS BATUBARA
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISA KUALITAS BATUBARA Disusun oleh : MUHAMMAD ZAINAL ILMI NIM. DBD 108 055 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
Lebih terperinciBAB IV ENDAPAN BATUBARA
36 BAB IV ENDAPAN BATUBARA IV.1 Pembahasan Umum Batubara Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya
Lebih terperinciBAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA
BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA 5.1. Evaluasi Fuel Ratio Hubungan antara kadar fixed carbon dengan volatile matter dapat menunjukkan tingkat dari batubara, yang lebih dikenal sebagai fuel ratio. Nilai
Lebih terperinciINVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Lembar Peta No. 1916-11 dan 1916-12) O l e h : Syufra Ilyas Subdit Batubara, DIM S A
Lebih terperinciStudi Komposisi Mikroskopis Dan Peringkat Batubara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur
Studi Komposisi Mikroskopis Dan Peringkat Batubara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur Basuki Rahmad 1, Komang Anggayana 2, Agus Haris Widayat 2 1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertambangan, khususnya batubara merupakan salah satu komoditas yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Batubara saat ini menjadi
Lebih terperinciGambar Batubara Jenis Bituminous
KUALITAS BATUBARA A. Batubara Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan
Lebih terperinciBAB IV EKSPLORASI BATUBARA
BAB IV EKSPLORASI BATUBARA 4.1. Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pemodelan Geologi Endapan Batubara Di Daerah Desa Bentayan, Tungkal Ilir, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Geological Modeling Of Coal Deposits
Lebih terperinciAnatomi Sumber Daya Batubara Serta Asumsi Pemanfaatan Untuk PLTU di Indonesia
Anatomi Sumber Daya Batubara Serta Asumsi Pemanfaatan Untuk PLTU di Indonesia DR. Ir. Hadiyanto M.Sc. Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral COAL PRODUCTION FROM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA
BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA 4.1. Stratigrafi Batubara Lapisan batubara yang tersebar wilayah Banko Tengah Blok Niru memiliki 3 group lapisan batubara utama yaitu : lapisan batubara A, lapisan batubara
Lebih terperinciBab IV Prosedur dan Hasil Penelitian
Bab IV Prosedur dan Hasil Penelitian IV.1 Pengambilan Conto Sample atau conto adalah pengambilan sebagian kecil dari material untuk dapat mewakili keseluruhan material secara representatif yang diperlukan
Lebih terperinciA. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR
A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL PT. Globalindo Inti Energi merupakan
Lebih terperinciPENGARUH PROSES HYDROTERMAL, KARBONISASI DAN OKSIDASI TERHADAP PERUBAHAN KOMPOSISI MASERAL PADA BATUBARA
PENGARUH PROSES HYDROTERMAL, KARBONISASI DAN OKSIDASI TERHADAP PERUBAHAN KOMPOSISI MASERAL PADA BATUBARA Sherly Andalia Gusnadi*, Rr. Harminuke Eko Handayani * * Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Mengenai Hubungan Karakteristik Batubara terhadap Kandungan Gas Metana Batubara (Coalbed Methane) dan Lingkungan Pengendapan di Daerah Ampah, Kabupaten
Lebih terperinciI. GEOLOGY BATUBARA. I. Pembentukan Batubara
I. GEOLOGY BATUBARA Tumbuhan atau pohon yang telah mati berjuta tahun yang lalu, kemudian membusuk atau mengurai secara tidak sempurna karena kondisi tertentu, sehingga membentuk suatu fossil tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 yang memiliki tujuan utama
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan sumberdaya batubara yang melimpah. Di sisi lain tingginya harga bahan bakar minyak menuntut adanya pengalihan ke energi lain termasuk
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH UMUK DAN SEKITARNYA KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA
TAHUN 2014, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH UMUK DAN SEKITARNYA KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Oleh: Sigit A. Wibisono, Dede I. Suhada dan Asep Suryana KP Energi Fosil SARI Daerah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat
81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel
Lebih terperinciPENGANTAR GENESA BATUBARA
PENGANTAR GENESA BATUBARA Skema Pembentukan Batubara Udara Air Tanah MATERIAL ASAL Autochton RAWA GAMBUT Dibedakan berdasarkan lingkungan pengendapan (Facies) Allochthon Material yang tertransport Air
Lebih terperinciSIMULASI BLENDING BATUBARA DI BAWAH STANDAR KONTRAK DALAM BLENDING DUA JENIS GRADE BEDA KUALITAS PADA PT AMANAH ANUGERAH ADI MULIA SITE KINTAP
SIMULASI BLENDING BATUBARA DI BAWAH STANDAR KONTRAK DALAM BLENDING DUA JENIS GRADE BEDA KUALITAS PADA PT AMANAH ANUGERAH ADI MULIA SITE KINTAP Dimas Saputra 1, Agus Triantoro 2, Riswan 2 Abstrak: PT Amanah
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009).
BAB III TEORI DASAR Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009). Istilah batubara banyak dijumpai dari berbagai
Lebih terperinciDasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.
Dasar Teori Tambahan Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa yang bersal dari tumbuhtumbuhan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SAMPEL
BAB IV ANALISIS SAMPEL 4.1 PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) Pengambilan sampel batubara untuk penelitian dilakukan pada 2 daerah yang berbeda yaitu daerah Busui yang mewakili Formasi Warukin pada Cekungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Mineral, Universitas Trisakti,
Lebih terperinciPERINGKAT BATUBARA. (Coal rank)
PERINGKAT BATUBARA (Coal rank) Peringkat batubara (coal rank) Coalification; Rank (Peringkat) berarti posisi batubara tertentu dalam garis peningkatan trasformasi dari gambut melalui batubrara muda dan
Lebih terperinciBab V Pembahasan. Tabel V.1. Nilai reflektansi vitrinit sampel Lubang Bor PMG-01 dan peringkatnya
Bab V Pembahasan V.1 Peringkat Batubara Peringkat batubara merupakan tahapan yang telah dicapai oleh batubara dalam proses pembatubaraan. Tahapan ini sangat dipengaruhi oleh proses diagenesa yang melibatkan
Lebih terperinciLAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi
53 LAMPIRAN I DATA ANALISIS 1.1 Data Analisis Bahan Baku Pembuatan Biobriket Data hasil analisis bahan baku yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon tetap, dan nilai kalor dapat
Lebih terperinciBAB IV ENDAPAN BATUBARA
BAB IV ENDAPAN BATUBARA 4.1 Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen, yang merupakan bahan bakar hidrokarbon, yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak
Lebih terperinciBAB IV ENDAPAN BATUBARA
BAB IV ENDAPAN BATUBARA 4.1 Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya mengalami proses
Lebih terperinciGambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara
BAB VII ANALISA TOTAL MOISTURE 7.1. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum analisa total moisture adalah untuk mengerti, mampu melaksanakan, menganalisa serta membandingkan cara kerja total moisture batubara
Lebih terperinciLampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku
Lampiran I Data Pengamatan 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku No. Parameter Bahan Baku Sekam Padi Batubara 1. Moisture (%) 10,16 17,54 2. Kadar abu (%) 21,68 9,12 3.
Lebih terperinciKandungan batubara. Air Material batubara (coal matter) Material bukan batubara (mineral matter)
Analisa parameter Sifat kimia batubara Analisa proksimat Calori value Analisa komposisi abu Titik leleh abu Sifat fisik batubara HGI Nilai muai bebas (Free Sweeling Index) Gray king Index dilatometri Kandungan
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI
PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI Dede I. Suhada, Untung Triono, Priyono, M. Rizki R. Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciPROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Wawang Sri Purnomo dan Fatimah Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Lokasi Penyelidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endapan batubara di Indonesia umumnya berkaitan erat dengan pembentukan cekungan sedimentasi Tersier (Paleogen-Neogen), yang diakibatkan proses tumbukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara merupakan endapan sedimen yang terdiri dari komponen organik dan anorganik, bagian organik disebut maseral sedangkan bagian anorganik disebut mineral. Karakteristik
Lebih terperinciOleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA PADA LAPISAN BATUBARA B DAN C YANG DITEMBUS PEMBORAN DI LOKASI AD-01 DAERAH OMBILIN, KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Sigit Arso
Lebih terperinciBAB IV ENDAPAN BATUBARA
BAB IV ENDAPAN BATUBARA 4.1 Pembahasan Umum Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya mengalami
Lebih terperinci1. MOISTURE BATUBARA
1. MOISTURE BATUBARA Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan
Lebih terperinciLutfi Hakim, *, Prakosa Rachwibowo*, Dian Agus Widiarso* dan Bagus Zaqqie** (corresponding
ANALISIS MASERAL DENGAN METODE REFLECTANCE VITRINITE UNTUK MENGETAHUI KUALITAS BATUBARA PADA SUMUR AL 25, LAPANGAN KINTAP, KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN, PT. ANUGERAH LUMBUNG ENERGI
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi alternative disamping minyak dan gas bumi. Dipilihnya batubara sebagai sumber energi karena batubara relatif lebih murah
Lebih terperinciPROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN
PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri dan Hadiyanto Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut SARI Daerah
Lebih terperinciEVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA BANKO TENGAH, BLOK NIRU, KABUPATEN MUARA ENIM, PROPINSI SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR
EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA BANKO TENGAH, BLOK NIRU, KABUPATEN MUARA ENIM, PROPINSI SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana dari Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki bermacam-macam sumber energi dimana salah satunya berupa batubara. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi
Lebih terperinciLAMPIRAN II PERHITUNGAN. = 18 cm x 15 cm x 25 cm = 6750 cm 3 = 6,750 m 3
LAMPIRAN II PERHITUNGAN A. Perhitungan Desain Tangki Oli Diketahui: Panjang tangki (p), Lebar tangki (l), Tinggi tangki (t), Volume tangki oli 18 cm 15 cm 25 cm p x l x t 18 cm x 15 cm x 25 cm 6750 cm
Lebih terperinciProsiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan)
PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA PT. KUANSING INTI MAKMUR (KIM) JOB SITE TANJUNG BELIT KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI M. Andriansyah 1, Pangestu Nugeraha 2, Muhammad Bahtiyar Rosyadi 3, Doli Jumat Rianto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil dewasa ini masih menjadi primadona sebagai energi terbesar di dunia, namun minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi incaran utama bagi para investor
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN NILAI KALOR BATUBARA KUALITAS RENDAH DENGAN PROSES SOLVENISASI SKRIPSI OLEH : SILFI NURUL HIKMAH NPM :
KAJIAN PENINGKATAN NILAI KALOR BATUBARA KUALITAS RENDAH DENGAN PROSES SOLVENISASI SKRIPSI OLEH : SILFI NURUL HIKMAH NPM : 0831010048 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET
BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET 6.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum proses mixing dan analisa hasil mixing melalui uji pembakaran dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber energi. Salah satu pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan batubara dijadikan sebagai alternatif sumber energi. Salah satu pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan bakar di industri industri, khususnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Tata Cara Pengambilan Data Pengambilan data volatile gas dari sensor sangat menentukan kehandalan diagnose yang akan didapatkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
Lebih terperinciPENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU
PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU Oleh : A. D. Soebakty Sub. Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM SARI Daerah Lubuk Jambi
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1. Kesimpulan 1. Kandungan air bawaan batubara relatif menjadi turun pada setiap penurunan kedalaman dari lapisan bagian atas (roof) menuju lapisan bagian bawah (floor)
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN BIOSOLAR DAN MINYAK JELANTAH SERTA SUHU PEMANASAN TERHADAP PENINGKATAN MUTU BATUBARA LIGNIT
PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN BIOSOLAR DAN MINYAK JELANTAH SERTA SUHU PEMANASAN TERHADAP PENINGKATAN MUTU BATUBARA LIGNIT Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Mahasiswa Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2 miliar ton dengan cadangan 21.13 miliar ton (menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM Bambang
Lebih terperinciUJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON
UJICOBA PEMBAKARAN LIMBAH BATUBARA DENGAN PEMBAKAR SIKLON Stefano Munir, Ikin Sodikin, Waluyo Sukamto, Fahmi Sulistiohadi, Tatang Koswara Engkos Kosasih, Tati Hernawati LATAR BELAKANG Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciUJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA
UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA Agung Sudrajad 1), Imron Rosyadi 1), Diki Muhammad Nurdin 1) (1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BATUBARA DI DAERAH NUNUKAN TIMUR, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENYELIDIKAN BATUBARA DI DAERAH NUNUKAN TIMUR, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA Sigit A. Wibisono dan Wawang S.P. Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batubara Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
Lebih terperinciGeologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan BAB IV
BAB IV ENDAPAN BATUBARA 4.1. Pembahasan Umum Batubara merupakan batuan sedimen berupa padatan yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan
Lebih terperinciANALISIS VARIASI NILAI KALOR BATUBARA DI PLTU TANJUNG JATI B TERHADAP ENERGI INPUT SYSTEM
ANALISIS VARIASI NILAI KALOR BATUBARA DI PLTU TANJUNG JATI B TERHADAP ENERGI INPUT SYSTEM Abstrak M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto,S.H.,Tembalang, KotakPos
Lebih terperinciBab IV Inventarisasi dan Potensi Gas Metana Lapisan Batubara Z5, Z5-4, dan Z5-8
BAB IV INVENTARISASI DAN POTENSI GAS METANA LAPISAN BATUBARA Z5, Z5-4, DAN Z5-8 4.1. Deskripsi Umum Lapisan Batubara Z5, Z5-4, dan Z5-8 Lapisan batubara di daerah penelitian dicirikan oleh nilai densitas
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Pengaruh Hubungan antara Kandungan Gas Metana dengan Karakteristik Batubara dan Kedalaman pada Lapisan Batubara di Cekungan Barito dan Sumatera Selatan
Lebih terperinciPENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA
PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA Oleh: Iudhi Oki Prahesthi, Fitro Zamani Sub Bidang Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi SARI Penentuan proksimat merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. KARAKTERISTIK BATUBARA Sampel batubara yang digunakan dalam eksperimen adalah batubara subbituminus. Dengan pengujian proksimasi dan ultimasi yang telah dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal 1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhtumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak
Lebih terperinciPENGARUH TEKANAN HIDROGEN TERHADAP KANDUNGAN KARBON TOTAL, ABU DAN NILAI MUAI BEBAS DALAM PEMBUATAN BAHAN PENGIKAT
PENGARUH TEKANAN HIDROGEN TERHADAP KANDUNGAN KARBON TOTAL, ABU DAN NILAI MUAI BEBAS DALAM PEMBUATAN BAHAN PENGIKAT Nining Sudini Ningrum, Miftahul Huda dan Hermanu Prijono Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciStudi Kualitas Batubara Secara Umum
Rencana Pengolahan Studi Kualitas Batubara Secara Umum Hasil analisis batubara PT JFL-X dengan menitik beratkan pada parameter nilai panas dan carbon tertambat didaerah Kungkilan (Blok 1) memiliki nilai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Analisis proksimat adalah salah satu teknik analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik biobriket. Analisis proksimat adalah analisis bahan
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana
PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana SARI Daerah Tanjung Lanjut dan sekitarnya termasuk daerah
Lebih terperinciANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Abd Razak Kadir¹, Sri Widodo²*, Anshariah 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Lebih terperinciOPTIMALISAI PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA DENGAN KONSEP `CUSTOM PLANT`
OPTIMALISAI PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA DENGAN KONSEP `CUSTOM PLANT` OLEH DJAMHUR SULE Disampaikan pada SEMINAR BATUBARA NASIONAL Di Hotel Gran Melia,Jakarta 22 Maret 2006 PENDAHULUAN 1. Konsumsi Batubara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi primer yang makin penting dan merupakan komoditas perdagangan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber daya energi yang sejak berabadabad lalu mulai digunakan sehingga keberadaanya selalu menjadi salah satu objek utama yang dieksplorasi
Lebih terperinciHUBUNGAN SISTEM CLEAT DENGAN PERMEABILITAS BATUBARA PERINGKAT RENDAH, PADA TAMBANG BANKO BARAT, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
HUBUNGAN SISTEM CLEAT DENGAN PERMEABILITAS BATUBARA PERINGKAT RENDAH, PADA TAMBANG BANKO BARAT, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN Taslim Maulana 1 Ferian Anggara 2* 1 Program Studi S-1 Departemen Teknik Geologi,Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ANALISIS KARAKTERISTIK SAMPEL Salah satu sampel yang digunakan pada eksperimen ini adalah batubara jenis sub bituminus yang berasal dari Kalimantan. Analisis proksimasi
Lebih terperinciANALISA PENGARUH PARAMETER KUALITAS BATUBARA LOW RANK TERHADAP EMISI BUANG DARI SISTEM PEMBAKARAN BATUBARA DI PT. BAKTI NUGRAHA YUDA ENERGY,
ANALISA PENGARUH PARAMETER KUALITAS BATUBARA LOW RANK TERHADAP EMISI BUANG DARI SISTEM PEMBAKARAN BATUBARA DI PT. BAKTI NUGRAHA YUDA ENERGY, BATURAJA TIMUR, SUMATERA SELATAN PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR
Lebih terperinciBab II Teknologi CUT
Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi
Lebih terperinciSTUDI FASIES PENGENDAPAN BATUBARA BERDASARKAN KOMPOSISI MASERAL DI KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
PROS ID I NG 2 0 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI FASIES PENGENDAPAN BATUBARA BERDASARKAN KOMPOSISI MASERAL DI KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Lebih terperinciGEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA
GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA 1 Surya Amami P a, Masagus Ahmad Azizi b a Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSWAGATI Jl. Perjuangan No 1 Cirebon, amamisurya@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR
TUGAS AKHIR PENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan
Lebih terperinciINVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Ir. Mulyana Subdit Batubara, DIM SARI Daerah penyelidikan Loa
Lebih terperinciA. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah
A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah No Parameter Pengujian Hasil Uji Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata 1. Berat Awal Bahan
Lebih terperinciTESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
HUBUNGAN KANDUNGAN DAN KOMPOSISI GAS DENGAN KOMPOSISI MASERAL DAN MINERAL PADA BATUBARA DI DAERAH BUANAJAYA, KUTAI KERTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciPEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Soleh Basuki Rahmat Kelompok program penelitian energi fosil S A R I
PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Soleh Basuki Rahmat Kelompok program penelitian energi fosil S A R I Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sumberdaya
Lebih terperinciPROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH
PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH Didi Kusnadi dan Eska P Dwitama Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah penyelidikan terletak
Lebih terperinci*Corresponding Author :
Analisis Persebaran Lapisan Batubara Dengan Menggunakan Metode Ordinary Kriging Di Pit S11gn Pt. Kitadin Desa Embalut Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur E ed Tri Giandari Bhakti 1, Kadek Subagiada
Lebih terperinci