ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : OKVITA DWIYANI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

2 1

3 ANALISIS KETEPATAN SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT MAAG DI MASYARAKAT KABUPATEN PACITAN ANALYZE OF ACCURACY SELF MEDICATION OF GASTRITIS DISEASE AT PACITAN REGENCY SOCIETY Okvita Dwiyani* dan Nurul Mutmainah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Salah satu penyakit ringan yang dapat diatasi dengan swamedikasi adalah penyakit maag. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan swamedikasi pada penyakit maag di masyarakat Kabupaten Pacitan. Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada responden. Kriteria pengambilan sampel di masyarakat Kabupaten Pacitan adalah responden yang pernah menderita penyakit maag dan pernah melakukan swamedikasi penyakit maag dalam 3 bulan terakhir, berusia 18 tahun ke atas dan berdomisili di Kabupaten Pacitan. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat Kabupaten Pacitan memiliki tingkat pengetahuan sangat baik sebesar 8,1, ketepatan tindakan swamedikasi masuk dalam kategori baik sebesar 6,91, sedangkan untuk tingkat kerasionalan yaitu 92,73%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Pacitan sudah rasional dalam melakukan swamedikasi penyakit maag. Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat pacitan sudah tepat dalam melakukan swamedikasi penyakit maag. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi penyakit maag berhubungan dengan ketepatan tindakan swamedikasi penyakit maag dan tingkat ketepatan tindakan swamedikasi penyakit maag berhubungan dengan kerasionalan swamedikasi penyakit maag. Kata kunci: swamedikasi, penyakit maag, Kabupaten Pacitan ABSTRACT Self medication is treatment with modern, herbal or traditional medicines by person to prevent desease or ill symptoms. One mild desease solves with self medical for example gastric pains. The purpose of this research is to know the accuracy of self medication of gastritic at Pacitan Regency Society. Collecting data method of this research uses cluster random sampling. This research uses questionnaire that divided to respondents. Criteria of respondents is Pacitan Regency Society who had suffered for gastritic and had self medication for gastritic in last three month, age over 18 years old and domicile at Pacitan Regency. Anaysis data is desctiptive. Result of this research got almost society of Pacitan Regency have very good knowledge level of 8,1, self medicaton accurate action is good level of 6,91, while almost society in Pacitan Regency is rational in chosen gastric medicine level of 92,72%. This result show that most of Pacitan Regency Society is rational for self medication of gastritic. Based of data, the conclucion is most of Pacitan Regency Society is accurate for self medication. Beside that, knowledge level of Pacitan Regency Society has correlation with self medication accurate action and self medication accurate action level has correlation with rationality self medication for gastritic. Keywords : self medical, gastric, Pacitan regency 1

4 PENDAHULUAN Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. (Hermawati, 2012). Prevalensi swamedikasi cenderung mengalami peningkatan di kalangan masyarakat untuk mengatasi gejala atau penyakit yang dianggap ringan (Widayati, 2013). Salah satu penyakit ringan yang bisa diatasi dengan swamedikasi adalah penyakit maag (Lee, et al., 2008). Swamedikasi pada penyakit maag diperlukan ketepatan dalam pemilihan obat juga ketepatan dalam dosis pemberian. Selain itu sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional. Namun dalam prakteknya kesalahan penggunaan obat dalam swamedikasi masih sering terjadi terutama ketidaktepatan pemilihan obat dan dosis pemberian obat. Jika kesalahan tersebut terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan akan memberikan dampak yang buruk pada kesehatan (Hermawati, 2012) Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis ketepatan swamedikasi pada penyakit maag. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pacitan. Kabupaten Pacitan merupakan kota kecil dan berkembang dengan masyarakatnya melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit dengan gejala yang ringan seperti penyakit maag. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang ketepatan swamedikasi pada penyakit maag di Kabupaten Pacitan METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan metode survei. Data dianalisis secara deskriptif. Definisi Operasional Variabel 1. Swamedikasi adalah suatu pemahaman tentang pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan, penyakit, dan gejala penyakit ringan yang dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan obat bebas yang dibeli di apotek atau tanpa resep dokter. 2. Tindakan swamedikasi adalah ketepatan mengambil tindakan sesuai dengan aturan dalam pengobatan sendiri. 3. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan masyarakat dalam mengetahui tanda dan gejala penyakit maag serta pengobatan sendiri pada penyakit maag. 2

5 4. Kerasionalan penggunaan obat adalah obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit maag, berdasarkan pada 4 hal yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat pasien. Alat dan Bahan Penelitian Alat dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari empat bagian yang harus diisi oleh responden. Bagian pertama berisi tentang data pribadi responden. Bagian kedua berisi pengetahuan responden tentang penyakit maag, Bagian ketiga kuesioner berisi tentang ketepatan tindakan yang diambil responden dalam melakukan swamedikasi pada penyakit maag. Bagian keempat kuesioner berisi tentang kerasionalan penggunaan obat. Pengumpulan Data 1. Metode pengumpulan data Kriteria responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menderita penyakit maag, masyarakat yang pernah melakukan swamedikasi penyakit maag dalam tiga bulan terakhir, masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Pacitan, dan bersedia menjadi responden. 2. Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Cluster Random Sampling. Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan. Dari 12 kecamatan tersebut diambil 3 kecamatan secara acak. Tiga kecamatan tersebut dibagi lagi menjadi desa. Desadesa dari masing-masing kecamatan dipilih secara acak dengan mengambil seperempat bagian dari masing-masing kecamatan. Hasil pengambilan dari seperempat bagian pada masing-masing kecamatan tersebut kemudian dibagi menjadi tingkatan Rukun Warga (RW). Tingkatan RW tersebut diambil seperempatnya, hasilnya kemudian dibagi hingga menjadi tingkatan Rukun Tetangga (RT). Dari tingkatan RT tersebut diambil seperempatnya dan hasilnya merupakan tempat yang akan dijadikan pengambilan sampel. c. Populasi, Sampel dan Jumlah Sampel 1). Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Kabupaten Pacitan yang pernah menderita penyakit maag dan pernah melakukan swamedikasi penyakit maag dalam tiga bulan terakhir. 2). Sampel Kriteria inklusi pengambilan sampel di Masyarakat Kabupaten Pacitan adalah responden yang pernah menderita penyakit maag dan pernah melakukan swamedikasi penyakit maag dalam tiga bulan terakhir, berusia 18 tahun keatas, dan berdomisili di Kabupaten Pacitan. 3

6 3). Jumlah Sampel Menurut Riyanto (2011), besaran sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : / n = /..(1) Keterangan : n : besar sampel N : besar populasi 1 /2 : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan (TK), jika TK 90% = 1,64, TK 95% = 1,96 dan TK 99% = 2,57 P : proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan 0,5 d : besar penyimpangan : 0,1, 0,05 dan 0,01. Jumlah populasi masyarakat Kabupaten Pacitan sampai tahun 2014 adalah jiwa. Maka dengan rumus yang sudah diketahui jumlah populasi (N) didapatkan perhitungan : n =.,.,,.,,.,., = 165 Jadi, jumlah sampel yang diambil dengan tingkat kepercayaan 99% dan besar penyimpangan 0,1 adalah 165 responden. Untuk mengetahui proporsi jumlah sampel yang diambil pada setiap tempat (RT), digunakan rumus perhitungan : Sampel = (2) Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Alasan pemilihan tempat ini karena berdasarkan survei awal bahwa banyak dijumpai masyarakat yang menderita penyakit maag dan pernah melakukan swamedikasi pada penyakit maag. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Bagian pertama kuesioner berisi tentang data pribadi responden meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan terakhir, kemudian data akan dianalisis secara deskriptif. Bagian kedua, kuesioner berisi tentang data pengetahuan responden tentang penyakit maag. Pada bagian ini pertanyaan benar bernilai 1 dan salah bernilai 0. Untuk menghitung nilai yang diperoleh dilakukan dengan cara : 10.(3) 4

7 Bagian ketiga berisi tentang ketepatan responden dalam melakukan swamedikasi penyakit maag. Data ini berisi tentang pertanyaan dengan jawaban selalu, sering, kadangkadang, dan tidak pernah. Untuk jawaban selalu skor : 4, sering : 3, kadang-kadang : 2, tidak pernah : 1, dan yang tidak menjawab : 0. Untuk menghitung nilai yang didapat digunakan cara : 10..(4) Menurut Arikunto (2011), untuk menganalisis atau menilai jawaban kuesioner responden pada bagian II dan bagian III, digunakan pedoman skala penilaian sebagai berikut. Tabel 1. Pedoman Skala Penilaian Nilai Kategori 8,1 10 Baik Sekali 6,6 80 Baik 5,6 6,5 Cukup 4,1 5,5 Kurang 0 4 Gagal Pada bagian keempat kuesioner berisi tentang kerasionalan penggunaan obat yang dilakukan masyarakat selama melakukan swamedikasi untuk penyakit maag. Analisis kerasionalan penggunaan obat maag terdiri dari : a. Tepat indikasi Responden memilih obat maag sesuai dengan gejala yang dialami dan dirasakan. b. Tepat Obat Responden memilih obat maag berdasarkan penyakit yang dideritanya. c. Tepat Pasien Responden memilih obat maag yang tidak ada kontraindikasi dengan penderita maag dan riwayat penyakit lain yang diderita responden. d. Tepat dosis Sebelum mengkonsumsi obat maag, responden harus memperhatikan dosis dan frekuensi penggunaan obat yang tertera pada leaflet atau kemasan obat.. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 pada masyarakat penderita penyakit maag di kabupaten Pacitan. Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan yaitu kecamatan Kebonagung, kecamatan Pacitan, kecamatan Arjosari, kecamatan Nawangan, kecamatan 5

8 Tegalombo, kecamatan Donorojo, kecamatan Punung, kecamatan Pringkuku, kecamatan Tulakan, kecamatan Sudimoro, kecamatan Ngadirojo dan kecamatan Sudimoro. Penduduk di kabupaten Pacitan berjumlah ribu jiwa dimana masyarakatnya banyak yang menderita penyakit maag. B. Karakteristik Responden Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa karakteristik responden masyarakat kabupaten Pacitan meliputi jenis kelamin dimana dari 165 responden sebanyak 72 responden berjenis kelamin laki-laki (43,6%) dan 93 responden berjenis kelamin perempuan (56,4%). Berdasarkan usia responden dari 165 masyarakat kabupaten Pacitan yang bersedia menjadi responden sebanyak 44 responden (26,7%) berusia antara tahun, 52 responden (31,5%) berusia antara tahun, 37 responden (22,4%) berusia antara tahun, 21 responden (12,7%) berusia antara tahun dan sebanyak 11 responden (6,7%) berusia lebih dari 57 tahun. Distribusi pengambilan sampel setiap desa pada masing-masing kecamatan yang terpilih yaitu sebanyak 35 responden (21,2%) berdomisili di desa Kebonagung, sebanyak 21 responden (12,7%) berdomisili di desa Purwoasri, sebanyak 10 responden (6,1%) berdomisili di desa Ketro, sebanyak 16 responden (9,7%) berdomisili di desa Kayen, 15 responden (9,1%) berdomisili di desa Sukoharjo, 13 responden (7,9%) berdomisili di desa Baleharjo, 21 responden (12,7%) berdomisili di desa Tanjungsari, 14 responden (8,5%) berdomisili di desa Ploso dan sebanyak 20 responden (12,1%) berdomisili di desa Tremas. Tabel 2. Karakteristik Responden Masyarakat Kabupaten Pacitan Karakteristik Responden Jumlah sampel Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 72 43,6 Perempuan 93 56,4 Umur Tahun 44 26, Tahun 52 31, Tahun 37 22, Tahun 21 12,7 > 57 Tahun 11 6,7 Alamat Kebonagung 35 21,2 Purwoasri 21 12,7 Ketro 10 6,1 Kayen 16 19,7 Sukoharjo 15 9,1 Baleharjo 13 7,9 Tanjungsari 21 12,7 Ploso 14 8,5 Tremas 20 12,1 Tingkat Pendidikan SD 11 6,7 SMP 27 16,4 SMA 97 58,8 Diploma 10 6,1 6

9 Lanjutan tabel 2 Karakteristik Responden Jumlah sampel Presentase (%) Sarjana 20 12,1 Pekerjaan Pelajar/mahasiswa 20 12,1 Ibu Rumah Tangga 17 10,3 Petani 33 20,0 Pedagang 14 8,5 Swasta 47 28,5 Wiraswasta 23 13,9 PNS 11 6,7 Lama Menderita Maag 1 5 hari , hari 30 18,2 >10 hari 29 17,6 Riwayat Penyakit Lain Darah Tinggi 12 7,3 Darah Rendah 2 1,2 Flu 1 0,6 Bronchitis 1 0,6 ISK 1 0,6 Hidroneprosis 1 0,6 Alergi 1 0,6 Tipus 2 1,2 Asma 1 0,6 Vertigo 1 0,6 Masyarakat kabupaten Pacitan yang bersedia menjadi responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 97 responden (58,8%). Pada urutan kedua yaitu tingkat pendidikan SMP sebanyak 27 responden (16,4%), lainnya sebanyak 20 responden (12,1%) memiliki tingkat pendidikan sarjana, 11 responden (6,7%) memiliki tingkat pendidikan SD dan sebanyak 10 responden (6,1%) memiliki tingkat pendidikan diploma. Sebagian besar masyarakat kabupaten Pacitan yang bersedia menjadi responden memiliki mata pencaharian dalam bidang swasta yaitu sebanyak 47 responden (28,5%) dan yang paling sedikit bersedia menjadi responden adalah PNS yaitu sebanyak 11 responden (6,7%). Mayoritas masyarakat kabupaten Pacitan menderita penyakit maag selama 1 sampai 5 hari yaitu sebanyak 105 responden (63,6%). Riwayat penyakit lain yang diderita responden sebagian besar menderita hipertensi yaitu sebesar 12 responden. Selain hipertensi penyakit lain yang diderita oleh responden diantaranya adalah darah rendah, flu, vertigo, hidroneprosis, alergi, tipus, asma, bronchitis dan infeksi saluran kemih. Tingkat Pengetahuan Swamedikasi 1. Tingkat Pengetahuan Hasil tingkat pengetahuan responden tentang penyakit maag dapat dilihat pada tabel 3. Dari hasil penelitian terhadap 165 responden diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan responden dalam kategori baik sekali yaitu sebesar 8,1. 7

10 Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Penyakit Maag pada Responden Masyarakat Kabupaten Pacitan Kategori Frekuensi % Gagal 1 6 Kurang 6 3,6 Cukup 16 9,7 Baik 52 31,5 Baik Sekali 90 54,5 Total Hasil pengumpulan data dari 165 responden, 90 responden berpengetahuan baik sekali, 52 responden berpengetahuan baik, 16 responden berpengetahuan cukup, 6 respoden berpengetahuan kurang dan 1 responden termasuk dalam kategori gagal. Untuk mengetahui persentase dari jawaban responden tentang tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Persentase Ketepatan Jawaban tentang Tingkat Pengetahuan Penyakit Maag di Masyarakat Kabupaten Pacitan No Pertanyaan Kuesioner Jumlah Jawaban Tepat (n=165) Persen tase (%) Gejala Maag 6 Gejala maag biasanya nyeri pada ulu hati, mual, muntah, perut kembung ,9 Penyebab Maag 4 Makanan yang pedas dapat memperparah penyakit maag ,1 5 Makan yang asamdapat memperparah penyakit maag ,3 9 Alhokoldapat memperparah penyakitmaag ,6 10 Kopi dapat memperparah penyakitmaag ,5 Pemakaian Obat Maag 11 Obat maag dalam bentuk tablet digunakan dengan cara dikunyah dahulu ,8 13 Obat maag hanya boleh diminum sesudah makan ,5 15 Jika gejala maag sudah mereda penggunaan obat maag boleh dihentikan ,6 walaupun baru minum 1 kali 16 Antasida sebagai obat maag diminum sebelum makan dan sebelum tidur, ,2 kali sehari 18 Perlu melihat aturan pakai dan bahaya efek samping yang tertera pada kemasan obat maag ,4 Pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebesar 67,9% responden sudah mampu mengenali tanda dan gejala penyakit maag. Tanda dan gejala penyakit maag yang paling sering dirasakan yaitu nyeri pada ulu hati, mual, perut kembung, nyeri lambung dan rasa perih saat makan. Pada kuesinoner nomor 4 yaitu pertanyaan tentang makanan pedas dapat memperparah penyakit maag, sebanyak 142 responden menjawab tepat. Selain makanan pedas, makanan asam juga dapat memparah penyakit maag. Makanan asam dapat meningkatkan asam lambung (Rahma, et al., 2012). Pada kuesioner nomor 5 yaitu tentang makanan asam dapat memperparah penyakit maag, sebanyak 111 responden menjawab tepat. Pada kuesioner nomor 9 dan 10 yaitu tentang pertanyaan alkohol dan kopi dapat memperparah penyakit maag, sebanyak 138 responden menjawab tepat pada kuesioner nomor 9 dan sebanyak 141 responden menjawab tepat pada kuesioner nomor 10. 8

11 Hasil presentase jawaban tentang pengetahuan pemakaian obat maag sebagian besar responden sudah mengetahui cara penggunaan obat maag yang tepat. Sebesar 75,8% responden menjawab tepat bahwa obat maag dalam bentuk tablet harus dikunyah terlebih dahulu, sebesar 88,5% responden menjawab dengan tepat bahwa berdasarkan informasi pada leaflet obat maag diminum sebelum makan, sebesar 83,6% responden menjawab tepat bahwa pemakaian obat maag tidak boleh dihentikan pada satu kali pemakaian. Obat maag yang sering digunakan adalah golongan antasida dengan aturan pakai 3-4 kali sehari sebelum makan dan sebelum tidur. Tindakan Swamedikasi Hasil tindakan swamedikasi responden untuk penyakit maag dapat dilihat pada tabel 6. Dari hasil penelitian terhadap 165 responden diperoleh nilai rata-rata tindakan swamedikasi sebesar 6,91. Tabel 6. Tindakan swamedikasi penyakit maag pada masyarakat kabupaten Pacitan Kategori Frekuensi % Gagal Kurang 26 15,8 Cukup 50 30,3 Baik 48 29,1 Baik Sekali 35 21,2 Jumlah Persentase jawaban responden tentang tindakan swamedikasi penyakit maag dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Persentase Jawaban Tindakan Swamedikasi Maag pada Responden Masyarakat Kabupaten Pacitan No Pertanyaan Presentase % Tepat Kurang tepat 1 Pemilihan obat maag berdasarkan gejala? 81,21 18,79 2 Mengkonsumsi obat maag sesuai dengan leaflet/brosur yang tertera pada 83,03 16,97 kemasan? 3 Meningkatkan asupan makanan saat maag kambuh? 55,76 44,24 4 Menghentikan pemakaian dan berobat ke dokter? 28,48 71,52 5 Gejala sudah reda, tidak mengkonsumsi obat maag lagi? 26,67 73,33 Dari tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 81,21% responden telah memilih obat maag berdasarkan gejala yang dirasakan, sebesar 83,03% mengkonsumsi obat maag berdasarkan aturan pakai yang tertera pada leaflet atau kemasan obat, sebesar 55,76% responden meningkatkan asupan makanan saat maag kambuh, sebesar 28,48% responden menghentikan pemakaian obat maag dan memilih berobat dan dokter dan sebesar 26,67% responden memilih tidak mengonsumsi obat maag lagi ketika gejala maag yang dirasakan sudah reda. Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Tindakan Swamedikasi Penyakit Maag 9

12 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data pengetahuan swamedikasi penyakit maag masyarakat Kabupaten Pacitan masuk dalam kategori baik sekali. Sedangkan untuk data ketepatan tindakan swamedikasi penyakit maag di masyarakat Kabupaten Pacitan masuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan ketepatan praktik swamedikasi di masyarakat Kabupaten Pacitan. Gambaran Penggunaan Obat Maag Penggunaan golongan dan merk obat yang digunakan oleh responden dalam pengobatan penyakit maag dapat dlihat pada tabel 8. Tabel 8. Golongan dan merk obat yang digunakan responden pada pegobatan penyakit maag di masyarakat kabupaten pacitan Golongan Obat Nama Obat Frekuensi Presentasi Antasida dengan kandungan alumunium dan magnesium Alumy tablet 5 3,0 Antasida Tablet 36 21,8 Gastrucid tablet 3 1,8 Magtral 5 3,0 Mylanta tablet 16 9,7 Polysilane tablet 1 0,6 Promag 67 40,6 Antagonis Reseptor H2 Ranitidine 1 0,6 Famotidine 1 0,6 Antasida dengan kandungan alumunium dan magnesium Antasida Cair 7 4,2 Dexanta cair 4 2,4 Gastrucid cair 4 2,4 Mylanta cair 2 1,2 Plantacid cair 1 0,6 Polysilane cair 1 0,6 Waisan cair 1 0,6 Kelator dan Senyawa komplex Inpepsa 1 0,6 Pompa Proton Inhibitor Omeprazol 3 1,8 Lain-lain Gazero 6 3,6 Obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi penyakit maag adalah obat golongan bebas dan obat golongan bebas terbatas. Obat bebas dan obat bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri. Analisis Kerasionalan Penggunaan Obat Maag 1. Ketepatan Indikasi Menurut hasil penelitian, ketepatan pemilihan obat maag yang dipilih oleh responden sudah sesuai dengan indikasi atau gejala yang dialami. Dari 165 responden semuanya sudah memenuhi ketepatan indikasi. 2. Ketepatan Dosis Hasil penelitian menunjukkan dari 165 responden sebanyak 163 responden sudah tepat dalam penggunaan dosis obat maag dan sisanya sebanyak 2 responden tidak tepat dalam penggunaan dosis obat maag. Analisis ketidaktepatan dosis dapat dilihat pada tabel

13 Tabel 12. Analisis Ketepatan Dosis pada Swamedikasi Penyakit Maag di Masyarakat Kabupaten Pacitan No. Responden Obat Maag Dosis pada Literatur Dosis yang digunakan 87 Omeprazol 1 kali sehari 1 tablet 3 kali sehari 1 tablet 137 Omeprazol 1 kali sehari 1 tablet 3 kali sehari 1 tablet Pada tabel 12 tentang analisis ketepatan dosis pada swamedikasi penyakit maag menunjukkan bahwa responden yang tidak tepat dosis disebabkan karena takaran obat yang terlalu banyak dan frekuensi minum obat yang tidak tepat seperti pada responden nomor 87 yang memilih omeprazol sebagai obat pilihan. 3. Ketepatan Pasien Tindakan swamedikasi oleh responden terhadap penyakit maag sudah tepat dan sesuai dengan kondisi dan gejala yang di alami oleh responden. Dari 165 responden semuanya sudah memenuhi ketepatan pasien. 4. Ketepatan Obat Analisis ketepatan obat dapat dilihat dari ketepatan pasien memilih obat berdasarkan penyakit yang diderita pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 165 responden sebanyak 148 responden sudah tepat dalam memilih obat maag sedangkan sisanya sebesar 12 responden masih belum tepat dalam pemilihan obat. Analisis ketepatan obat dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Analisis Ketepatan Obat pada Swamedikasi Penyakit Maag di Masyarakat Kabupaten Pacitan No. Responden Gejala Obat yang Tepat Obat yang digunakan 21 Mual, nyeri ulu hati, nyeri lambung Obat Maag Golongan Antasida Famotidin 25 Mual, muntah, nyeri ulu hati, kembung, Nyeri lambung, Perih Obat Maag Golongan Antasida Gazero saat makan 32 Mual, muntah, pusing, kembung, nyeri lambung Obat Maag Golongan Antasida Gazero 58 mual, muntah, pusing, nyeri ulu hati, nyeri lambung, kembung Obat maag golongan antasida Gazero 59 muntah, pusing, nyeri ulu hati, nyeri lambung, kembung Obat maag golongan antasida Gazero 64 mual, muntah, nyeri ulu hati, kembung Obat maag golongan antasida Gazero 85 pusing, nyeri lambung, kembung, lemas Obat maag golongan antasida Gazero 87 Mual, nyeri ulu hati, nyeri lambung Obat maag golongan antasida Omeprazol 88 Mual, nyeri lambung, rasa perih saat makan Obat maag golongan antasida Ranitidin 93 Nyeri ulu hati, nyeri lambung Obat maag golongan antasida Omeprazol 137 Nyeri lambung, rasa perih saat makan Obat maag golongan antasida Omeprazol 138 Nyeri lambung, rasa perih saat makan Obat maag golongan antasida Inpepsa Tabel 13 menunjukkan bahwa 6 responden yang tidak memenuhi tepat obat memilih gazero sebagai obat maag. Gejala yang dialami responden merupakan gejala maag, sedangkan gazero merupakan obat dengan indikasi anti kembung dan begah. Oleh karena itu pemilihan Gazero sebagai obat maag tidak tepat obat.. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 153 responden rasional dalam melakukan swamedikasi penyakit maag dan sisanya sebesar 12 responden tidak rasional dalam melakukan swamedikasi penyakit maag. Analisis Kerasionalan swamedikasi penyakit maag dapat dilihat pada tabel

14 Tabel 14. Analisis Kerasionalan Swamedikasi Penyakit Maag di Masyarakat Kabupaten Pacitan No. Responden Alasan Tidak Rasional 21 Tidak tepat obat karena obat yang digunakan adalah Famotidin sedangkan Famotidin merupakan obat keras yang tidak boleh digunakan dalam swamedikasi 25 Tidak tepat karena obat yang digunakan adalah Gazero sedangkan Gazero merupakan obat untuk mengatasi kembung dan begah 32 Tidak tepat karena obat yang digunakan adalah Gazero sedangkan Gazero merupakan obat untuk mengatasi kembung dan begah 58 Tidak tepat karena obat yang digunakan adalah Gazero sedangkan Gazero merupakan obat untuk mengatasi kembung dan begah 59 Tidak tepat karena obat yang digunakan adalah Gazero sedangkan Gazero merupakan obat untuk mengatasi kembung dan begah 64 Tidak tepat karena obat yang digunakan adalah Gazero sedangkan Gazero merupakan obat untuk mengatasi kembung dan begah 85 Tidak tepat karena obat yang digunakan adalah Gazero sedangkan Gazero merupakan obat untuk mengatasi kembung dan begah 87 Tidak tepat dosis karena menggunakan Omeprazol dengan dosis 3 kali sehari sedangkan pada literatur dosis yang digunakan 1 kali sehari. Tidak tepat obat karena obat yang digunakan adalah Omeprazol sedangkan Omeprazol merupakan obat keras yang tidak boleh digunakan dalam swamedikasi 88 Tidak tepat obat karena obat yang digunakan adalah Ranitidin sedangkan Ranitidin merupakan obat keras yang tidak boleh digunakan dalam swamedikasi 93 Tidak tepat obat karena obat yang digunakan adalah Omeprazol sedangkan Omeprazol merupakan obat keras yang tidak boleh digunakan dalam swamedikasi 137 Tidak tepat dosis karena menggunakan Omeprazol dengan dosis 3 kali sehari sedangkan pada literatur dosis yang digunakan 1 kali sehari. Tidak tepat obat karena obat yang digunakan adalah Omeprazol sedangkan Omeprazol merupakan obat keras yang tidak boleh digunakan dalam swamedikasi 138 Tidak tepat obat karena obat yang digunakan adalah Inpepsa sedangkan Inpepsa merupakan obat keras yang tidak boleh digunakan dalam swamedikasi Pada tabel 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar alasan ketidakrasionalan dalam swamedikasi penyakit maag adalah tidak tepat obat. Berdasarkan analisis kerasionalan swamedikasi penyakit maag sebagian besar masyarakat Kabupaten Pacitan sudah rasional dalam melakukan swamedikasi. Hubungan Ketepatan Tindakan Swamedikasi Penyakit Maag dengan Kerasionalan Swamedikasi Penyakit Maag Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketepatan tindakan swamedikasi penyakit maag masuk dalam kategori baik, sedangkan data hasil tingkat kerasionalan swamedikasi penyakit maag di masyarakat Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa sebagian besar masyrakat Kabupaten Pacitan sudah rasional dalam melakukan swamedikasi pada penyakit maag. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku swamedikasi responden dengan tingkat kerasionalan swamedikasi penyakit maag.. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Rata-rata nilai tingkat pengetahuan responden masyarakat kabupaten Pacitan memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori sangat baik sebesar 8,1. 12

15 2. Rata-rata nilai tindakan swamedikasi responden pada masyarakat kabupaten Pacitan memiliki tindakan swamedikasi dalam kategori baik sebesar 6, Kerasionalan penggunaan obat maag sebesar 92,73% yaitu sebanyak 153 responden rasional dalam memilih obat maag. 4. Obat maag yang paling banyak digunakan dalam pengobatan penyakit maag adalah Promag, Antasida tablet dan Mylanta tablet. 5. Tingkat pengetahuan responden berpengaruh terhadap ketepatan tindakan swamedikasi penyakit maag. 6. Tingkat ketepatan tindakan swamedikasi berpengaruh terhadap kerasionalan swamedikasi penyakit maag. Saran 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat lebih lanjut tentang penyebab penyakit maag, tanda dan gejala serta apa saja yang harus dihindari saat menderita penyakit maag. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya berbatas pada pengetahuan dan ketepatan swamedikasi saja tetapi juga faktor swamedikasi ditinjau dari segi ekonomi sehingga diharapkan adanya hasil penelitian yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Djunarko, I& Yosephine, 2011, Swamedikasi Yang Baik dan Benar, PT. Intan sejati, Klaten, Indonesia Hermawati, D., 2012, Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung di Dua Apotek Kecamatan Dimanggis Depok, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi, Universitas Indonesia. Lee, Y., Liou, J., Wu, M., Wu, C& Lin, J., 2008, Eradication of Helicobater Pylori to Prevent Gastroduodenal Disease : Hitting More Than One Bird With The Same Stone, Therapeutic Advances In Gastroenterology, 1(2) : Rahma, M., Ansar, J & Rismayanti., 2012, Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa, Jurnal MKMI, Universitas Hasanudin, Makasar Riyanto, A 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta Widayati, A., 2012, Swamedikasi di Kalangan Masyarakat Perkotaan di Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Fakultas Farmasi 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dijabarkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan. Dari hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau

Lebih terperinci

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN POLI GIGI TENTANG PENGGUNAAN TABLET ASAM MEFENAMAT 500 Mg DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN Nurlailiani 1 ;Muhammad Arsyad 2 ;Maria Ulfah 3 Penyakit gigi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG Aditya Yanuardi, 1210224 Pembimbing I: Cindra Paskaria,

Lebih terperinci

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Oleh : YUS PUJI LESTARI K 100 090 005 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaanya self medication dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Swamedikasi Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obatobatan yang dijual bebas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat selama ± 2 minggu dari tanggal 12-25 Juni tahun 2013. Dengan jumlah sampel

Lebih terperinci

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN Trias Apriliani, Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014 TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014 Dewi Rashati 1, Avia Indriaweni 1 1. Akademi Farmasi Jember Korespondensi :

Lebih terperinci

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Swamedikasi Pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu, termasuk

Lebih terperinci

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya? Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Muh, Saud *), Taufiq **), Ishak Abdul Jalil ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***)

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI Oleh : ELLYSA SETYAWATI K 100070036 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, BPS mencatat bahwa 66% orang sakit di Indonesia melakukan swamedikasi sebagai usaha pertama dalam menanggulangi penyakitnya. Persentase

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3. 2 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Umur Responden A. Demografi Responden Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Dalam Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penyakit lambung/maag sudah banyak timbul di masyarakat dengan keluhan perut yang sakit, perih, atau kembung. Namun penyakit maag tidak seperti yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya penyakit mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang 2 Ibu memiliki peranan penting sebagai penentu kesehatan dan kualitas sumber daya anggota keluarga. Hal ini dikarenakan perempuan lebih peka dan memegang peran penting dalam pengambilan keputusan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI GASTRITIS (MAAG) PADA MAHASISWA NON FARMASI FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET TUGAS AKHIR

GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI GASTRITIS (MAAG) PADA MAHASISWA NON FARMASI FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET TUGAS AKHIR GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI GASTRITIS (MAAG) PADA MAHASISWA NON FARMASI FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis atau lebih dikenal dengan istilah maag merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Oleh : FAJARIA DISON EVERY K 100 100 108 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Di Indonesia obat yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013 Ertati Suarni 1, Yesi Astri 2, Maya Dwinta Sentani 3 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas adalah suatu pengukuran untuk menentukan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas bertujuan untuk melihat sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif dengan data primer yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif dengan data primer yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif dengan data primer yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antasida

Lebih terperinci

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien a. Persentase kehandalan i. Yang dirasakan 1. Tidak baik = 5 x 100% = 0,31% 2. Cukup baik

Lebih terperinci

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN Ernita ¹; Eka Kumalasari, S.Farm., Apt ²; Maria Sofyan Teguh, S.Farm., Apt ³ Berkembangnya penyakit sekarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalaui

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi. Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar Rusli *), Muh Tahir **),Restu ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian diseluruh dunia, diantaranya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM. INTISARI HUBUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT KLORFENIRAMIN MALEAT (CTM) DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN Aulia Rahmawati 1 ;Noor Aisyah 2 ; Diyah Juniartuti 3 Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan sendiri Pengobatan sendiri merupakan upaya masyarakat untuk menjaga kesehatan sendiri dan merupakan cara yang mudah, murah praktis untuk mengatasi gejala yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan sebagai swamedikasi. Tindakan swamedikasi telah menjadi pilihan alternatif masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ransangan, atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dimulai. Kuisioner divalidasi dengan cara diuji coba pada 30 orang yang mana 20

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten

Lebih terperinci

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Anti Nyeri Terhadap Pengobatan Sendiri pada Nyeri Akut (Studi Di Kelurahan Wadowetan Kecamatan Bantarujeg Majalengka) Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung karena gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Self medication atau biasa disebut dengan swamedikasi merupakan suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu ataupun keluarga untuk mengobati

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS Suryono, Ratna Dwi Meilani Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri ABSTRAK Gastritis adalah suatu penyakit akibat proses inflamasi

Lebih terperinci

EVALUASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI ACNE VULGARIS

EVALUASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI ACNE VULGARIS EVALUASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI ACNE VULGARIS NASKAH PUBLIKASI Oleh : LELA CAHYA FEBRYERY K 100 080 077 FAKULTAS

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 186-192 Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: 2407-7062 e-issn: 2442-5435) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: http://jsfkonline.org

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru (The Study of Client s Knowledge about Self Medication at Dispensaries in Pekanbaru) Husnawati * ; Armon Fernando; Ayu Andriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN 1 INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN Rianisa Hasty Agustiani 1, Ratih Pratiwi Sari 2, Maria Ulfah 3 Gencarnya promosi obat bebas melalui iklan

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB. HULU SUNGAI SELATAN, KALIMANTAN SELATAN Raymond Sebastian Tengguno, 2016

Lebih terperinci

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA Ruli Yanti ¹; Amaliyah Wahyuni, S.Si, Apt ²; drg. Rika Ratna Puspita³

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK. Ni Nyoman Yuliani, Carolina Wijaya, Geryana Moeda

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK. Ni Nyoman Yuliani, Carolina Wijaya, Geryana Moeda 699 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 12, NOMOR 1, JUNI 2014 TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK Ni Nyoman Yuliani, Carolina Wijaya, Geryana Moeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya hanya berdasarkan

Lebih terperinci

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING Oleh : Sri Tasminatun, M.Si., Apt NIK 173 036 PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Lampiran 1. Kuesioner penelitian 1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian I. IDENTITAS APOTEKER PENANGGUNGJAWAB APOTEK (APA) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Pengalaman sebagai Apoteker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Antibiotik dan obat-obat sejenisnya yang disebut agen antimikrobial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma dispepsia merupakan keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA SWAMEDIKASI NYERI GIGI DI MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA SWAMEDIKASI NYERI GIGI DI MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA SWAMEDIKASI NYERI GIGI DI MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Jumlah tenaga teknis kefarmasian dan kualifikasi : Jumlah Apoteker : Orang Jumlah tenaga teknis kefarmasian (TTK) : Orang Jumlah tenaga

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015 Tabel 20. Jumlah Mahasiswa Aktif S1 Fakultas Non Kesehatan Angkatan 2015 Fakultas Program Studi Jumlah Fakultas Teknik Teknik

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

KAJIAN SWAMEDIKASI DIARE PENGHUNI KOST WILAYAH GATAK, PABELAN, KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

KAJIAN SWAMEDIKASI DIARE PENGHUNI KOST WILAYAH GATAK, PABELAN, KARTASURA NASKAH PUBLIKASI KAJIAN SWAMEDIKASI DIARE PENGHUNI KOST WILAYAH GATAK, PABELAN, KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Oleh : AKHIR ARTIANI K 100 080 069 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2012 2 3 KAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) Lingga Ikaditya 1) Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya lingga.ikaditya@gmail.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Kesediaan menjadi Responden UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lampiran 1. Surat Kesediaan menjadi Responden UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA LAMPIRAN 40 41 Lampiran 1. Surat Kesediaan menjadi Responden FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Kepada Yth. Ibu. di Tempat Assalamu alaikum Wr. Wb. Saya adalah mahasiswi Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang

Lebih terperinci

DATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010

DATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010 Komoditi : Adpokat 1 Donorojo 517 86 4 0.41 2,000 2 Punung 2,057 427 8 0.19 2,000 3 Pringkuku 49,947 0 0 0 4 Pacitan 406 150 5 0.35 2,000 5 Kebonagung 590 590 19 0.33 1,750 6 Arjosari 1,819 1,327 7 0.05

Lebih terperinci

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 SKRIPSI Oleh : ANGGA ALIT ANANTA YOGA K.100.040.182 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Dengan menggunakan tehnik accidental sampling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dalam Undang-Udang Nomor 36 tahun 2009 didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mencapai keadaan sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION) Media Ilmu Kesehatan Vol., No. 1, April 2016 7 HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION) Dewi Utari 1, Wiwing Setiono 1 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu tolak ukur keberhasilan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu tolak ukur keberhasilan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu tolak ukur keberhasilan manusia dalam melakukan sesuatu aktifitasnya sebagai anggota masyarakat. Disisi lain sebagai anggota masyarakat tentunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci