BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif a. Hakekat Belajar Setiap manusia yang hidup pasti mengalami proses yang namanya belajar. Sebab dengan belajarlah manusia dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam hidupnya mengalami suatu perubahan, sebagaimana yang dijelaskan Slameto (2013: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman A.M (2014: 21) Belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas peneliti mendapat kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapat suatu perubahan ke arah yang lebih baik. b. Prinsip belajar Prinsip belajar merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Prinsip belajar merupakan pandangan mendasar yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Menurut Aunurahman (2009: 137) prinsip-prinsip belajar yang dapat berpengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah: Prinsip perhatian dan motivasi, Prinsip trasfer dan retensi, Prinsip keaktifan, Prinsip keterlibatan langsung, Prinsip pengulangan, Prinsip tantangan, Prinsip balikan penguatan, Prinsip perbedaan individual. Berikut penjelasan prinsipprinsip belajar: 7

2 8 1) Prinsip perhatian dan motivasi Antara perhatian dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Perhatian akan tumbuh jika terdapat motivasi. Motivasi dalam kegiatan belajar akan sangat berpengaruh pada perhatian terhadap proses pembelajaran. Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar cenderung akan sangat perhatian dengan kegiatan pembelajaran. Karena ia sadar bahwa ia harus memberi perhatian pada pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mencapai tujuannya. Semakin besar motivasi untuk mencapai tujuan maka semakin besar pula perhatian yang diberikan. 2) Prinsip keaktifan Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa sangatlah baik. Siswa yang aktif akan menimbulkan proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik. Hal ini akan berpengaruh positif pada tujuan dari suatu pembelajaran itu sendiri. Keaktifan ini bisa ditandai dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, misalnya aktif dalam bertanya kepada guru ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Keaktifan akan terus berkembang dan baik untuk mencapai tujuan pembelajarn bila lingkungan memberikan respon yang positif dengan adanya keaktifan siswa tersebut. 3) Prinsip keterlibatan langsung Prinsip keterlibatan langsung di sini merupakan tindak lanjut dari prinsip keaktifan, siswa tidak hanya aktif mengikuti, mendengarkan, memperhatikan tetapi siswa terlibat langsung dalam melaksanakan praktik, percobaan, eksperimen, dan demonstrasi sesuatu. Dengan keterlibatan ini berarti siswa melaksanakan proses belajar mandiri yang sangat bermanfaat karena akan dapat diingat dalam jangka waktu yang panjang.

3 9 4) Prinsip pengulangan Prinsip pengulangan di sini yang dimaksudkan adalah proses pengulangan penjelasan materi secara singkat di akhir jam pelajaran maupun di awal jam pelajaran pada pertemuan selanjutnya. Prinsip pengulangan ini sangat bermanafaat bagi daya ingat siswa. 5) Prinsip tantangan Prinsip tantangan dalam proses pembelajaran perlu disiapkan, karena hal ini penting untuk bisa menimbulkan motivasi belajar bagi siswa. Dengan adanya suatu tantangan maka siswa akan terpacu untuk dapat melaksanakan tantangan yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa akan tertantang atau berusaha untuk dapat memecahkan permasalahan atau tantangan yang diberikan. 6) Prinsip balikan penguatan Memberikan balikan penguatan kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan merupaka hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Cara tersebut bisa dengan kata-kata ( sip, bagus, benar, dll) bisa juga dengan gerakan anggota tubuh ( memberi tepuk tangan, memberi jempol), dan bisa juga dilakukan melalui pendekatan atau perhatian serta memberi hadiah bila perlu. 7) Prinsip perbedaan individual Setiap siswa tidak mungkin mempunyai karakteristik yang sama, pasti terdapat perbedaan karakteristik antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya perbedaan inilah yang mampu mempengaruhi perbedaan dalam pencapaian hasil belajar c. Pilar belajar Pendidikan bertumpu pada empat pilar yaitu : Learning to know, Learning to do, Learning to live together, Learning to live, Learning to be. Berikut penjelasan dari keempat pilar belajar : 1) Learning to know (belajar mengetahui) Instrumen pengetahuan perlu dipahami baik sebagai alat pengetahuan maupun sebagai tujuan dari pengetahuan. Sebagai alat,

4 10 pengetahuan diharapkan dapat digunakan untuk memahami lingkungan hidupnya. Sehingga mampu mengembangkan dan bersaing untuk kehidupan yang semakin modern seperti sekarang ini. Sebagai tujuan, pengetahuan bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. 2) Learning to do (belajar berkarya) Memberikan contoh dalam melakukan atau mempraktikkan sesuatu kepada anak-anak dan mengadaptasikan apa yang telah diperoleh dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan. Pengetahuan yang dinamis mengikuti perkembangan jaman harus menjadi perhatian dalam pendidikan. Pendidikan juga harus berkembang dan mengikuti perubahan jaman yang semakin pesat seperti sekarang ini. Pendidikan tidak boleh hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan rutin saja tetapi juga harus berkembang seiring perkembangan jaman agar produk yang dihasilkan mampu bersaing di masa yang akan datang. 3) Learning to live together, (belajar hidup bersama) Seperti yang kita tahu di Indonesia ini terdapat banyak perbedaan mulai dari bahasa, agama, suku, etnis, dan lain-lain maka wajib untuk mengajarkan pada siswa bagaimana kita hidup bersama di tengah-tengah perbedaan. Masyarakat harus dapat menerima, memahami, dan menghargai satu sama lain meskipun adanya perbedaan yang sangat beragam. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan contoh yang baik kepada generasi penerus agar kelak dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain serta dapat menghindari perselisihan dan konflik. 4) Learning to be (belajar berkembang secara utuh) Dengan learning to be, dimaksudkan seseorang akan mengenal siapa dirinya, jatidirinya serta kemampuan dan kelemahannya. Dengan adanya kompetisi yang mampu dikuasainya maka diharapkan mampu membentuk pribadi yang utuh.

5 11 d. Tujuan belajar Seperti hal yang lainnya, dalam melakukan suatu kegiatan pasti dilandasi dengan tujuan yang akan dicapai, begitu pula dengan belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2014: 26), tujuan belajar ada tiga yaitu: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu tujuan utama dari kegiatan belajar. Dengan pengetahuan manusia diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Dengan kemampuan berpikir yang tinggi maka akan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh individu yang pada akhirnya dapat digunakan untuk upaya peningkatan kualitas hidupnya. 2) Penanaman konsep dan ketrampilan Penanaman konsep yang benar dalam suatu kegiatan belajar merupakan kunci dari keberhasilan pengetahuan. Dengan konsep yang benar dan berhasil ditanamkan pada siswa maka siswa akan lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran. Dapat dikatakan bila konsep pembelajaran telah dipegang maka proses belajar akan mudah dilaksanakan. Dalam hal ketrampilan dapat dilakukan dengan cara banyak melatih siswa kemampuan. Banyaknya pelatihan yang dilakukan siswa akan mengasah ketrampilan dengan baik. 3) Pembentukan sikap Tujuan pembentukkan sikap adalah tujuan belajar yang paling penting. Karena tidak akan ada artinya bila seorang siswa mempunyai kemampuan pengetahuan yang tinggi tetapi mempunyai sikap yang rendah. Namun tujuan belajar yang itu ini banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama faktor lingkungan. Tujuan belajar pembentukkan sikap ini juga sangat ditentukan oleh guru, terutama di jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar karena siswa akan meniru semua yang dilihat, didengar, dan apa yang dilakukan oleh guru.

6 12 Maka dari itu peran guru dalam pembentukkan sikap ini sangat berpengaruh dan diharapkan guru dapat memaksimalkan perannya dengan memberikan contoh-contoh yang baik bagi siswa. e. Prestasi Dalam suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok pastilah terdapat tujuan yang ingin dicapai. Hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan itulah yang dinamakan prestasi. Seperti yang dikemukakan Mas ud Khasan Qorhar (Djamarah, 2014: 20) Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Menurut Djamarah (Astuti, 2010: 36) Prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, sikap dan hasil yang menyenangkan hati yang telah diciptakan melalui suatu usaha. Prestasi dalam hal ini dapat diukur dengan angka, huruf maupun suatu pujian yang dikatakan oleh seorang ahli. f. Prestasi Belajar Membahas tentang prestasi belajar erat kaitannya dengan pengertian prestasi. Prestasi belajar merupakan cakupan yang lebih sempit dari pengertian prestasi. Menurut Masidjo (Astuti, 2010: 38) Prestasi belajar adalah suatu pencapaian hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Hamalik (Astuti, 2010: 16) Prestasi belajar adalah tingkat hasil belajar yang dicapai oleh suatu siswa setelah melakukan suatu kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil dari proses belajar siswa. Jelas di sini bahwa prestasi belajar ini merupakan hasil yang dicapai seorang siswa, seorang yang sedang mengenyam bangku sekolah, berbeda dengan prestasi yang cakupannya lebih luas. Tidak hanya dimiliki oleh seorang siswa, prestasi dapat dimiliki oleh siapapun yang telah melakukan suatu kegiatan. Prestasi belajar juga

7 dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun guru yang mengampunya. Setiap siswa memiliki prestasi belajar yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Siswa yang pandai dalam pelajaran cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi di sekolahnya, berbeda dengan yang kurang pandai dalam pelajaran pastinya prestasi belajarnya lebih rendah. Namun siswa yang dikatakan memiliki prestasi belajar yang rendah belum tentu prestasi di luar belajarnya juga rendah. g. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif Mata pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu mata pelajaran normatif, mata pelajaran mata pelajaran produktif, dan mata pelajaran adaptif. Dalam naskah akademik kajian kebijakan kurikulum SMK (2007: 2), kelompok mata pelajaran mata pelajaran produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Menurut Depdiknas (Apriyantoko, 2014: 26) 13 mata diklat mata pelajaran produktif adalah segala mata pelajaran (diklat) yang dapat membekali pengetahuan teknik dasar kejuruan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran mata pelajaran produktif merupakan segala mata pelajaran yang bertujuan untuk membekali siswa SMK agar siap menghadapi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Sedangkan prestasi belajar mata pelajaran produktif merupakan bukti keberhasilan siswa dalam penguasaan terhadap mata pelajaran mata pelajaran produktif yang dinyatakan dengan nilai. h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi belajar seorang siswa. Namun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Slameto (2013: 54) faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor intern a) Faktor jasmaniah (1) Faktor kesehatan, (2) cacat tubuh

8 b) Faktor psikologis (1) Inteligensi, (2) perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan, (7) kesiapan. c) Faktor kelelahan 2) Faktor ekstern a) Faktor keluarga (1) Cara orang tua mendidik, (2) relasi antar anggota keluarga, (3) suasana rumah, (4) keadaan ekonomi keluarga, (5) pengertian keluarga, (6) latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah (1) Metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan siswa, (4) disiplin sekolah, (5) alat pelajaran, (6) waktu sekolah, (7) keadaan gedung, (8) metode belajar, (9) tugas rumah. c) Faktor masyarakat (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman bergaul, (4) bentuk kehidupan masyarakat. 2. Tinjauan Keterlibatan Orang Tua a. Keterlibatan orang tua Di dalam bermasyarakat setiap manusia mempunyai keterlibatan atau peran yang ikut andil di dalamnya. Begitu pula dalam keluarga bapak, ibu dan anak pada dasarnya mempunyai peran masing-masing. Orang tua di dalam keluarga bertanggung jawab atas anak-anaknya. Terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan di sini tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga ketrampilan dan sikap. Orang tua sangat dituntut untuk dapat mendidik dan membimbing anaknya dalam proses belajar. Seperti yang di kemukakan oleh Levis (Astuti, 2010: 42) Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka yang bersangkutan menjalankan peranan. Peran orang tua dalam hal ini merupakan perilaku yang dilakukan untuk dapat membantu atau mendorong anak untuk belajar. Mengenai peranan orang tua, penelitian Steven Wooden (2010) mendapati fakta bahwa guru, siswa, dan orang tua bekerja sama akan mempengaruhi tingginya keberhasilan siswa dan akan menjadikan siswa berada di level yang tinggi. Maka dari itu kenapa peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak. Norma-norma atau aturan-aturan dalam pendidikan haruslah ditanamkan orang tua kepada anak sejak dini. Dengan 14

9 15 tujuan anak disiplin dalam menjalani pendidikannya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, bersikap acuh tak acuh dengan proses belajar anak akan sangat berpengaruh bagi keberhasilan pendidikan anak. Berkaitan dengan peran orang tua, hasil penelitian Astuti (2010) menemukan bahwa peran orang tua dapat meningkatkan prestasi belajar sosiologi, karenanya peran orang tua ini perlu diperhatikan. b. Pola asuh orang tua dan pendidikan anak dalam keluarga Menurut Djamarah (2014: 18) keluarga adalah sebagai institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Ketika sebuah keluarga terbentuk maka terbentuklah komunitas baru yang terdiri dari suami, istri dan anak. Fungsi keluarga meliputi aspek keagamaan, budaya, cinta kasih, sosial, pendidikan, ekonomi dan lingkungan. Dalam aspek pendidikan, orang tua mempunyai peran yang sangat penting, salah satunya peerapan pola asuh orang tua terhadap anak. Berikut beberapa model pola asuh menurut Widjaja (Djamarah, 2014: 56): 1) Model pola kepemimpinan antara pemimpin dan pengikut Pola ini sebagai hubungan yang erat anata seorang pemimpin (pemimpin) dan yang dipimpin (pengikut). Jika digambarkan, ibarat mata uang yang bermuka dua. 1. pemimpin 2. pengikut 1 2 Gambar 2.1 Model Kepemimpinan Pemimpin dan Pengikut 2) Model pola kepemimpinan Ki Hajar Dewantara Pola kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Maksudnya di depan memberi teladan, di tengah

10 memberi semangat, di belakang memberi pengaruh. Jika digambarkan, terlihat seperti berikut : 16 Depan Tengah Belakang Gambar 2.2 Model Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara 3) Model pola kepemimpinan pancasila Kepemimpinan pancasila mengikuti pola seimbang, selaras dan serasi menurut keadaan, waktu dan tempat (ketupat) atau situasi dan kondisi (sikon). Pola ini berdasarkan kepribadian pancasila yang mengikuti asa dinamika kepemimpinan pancasila, yaitu di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberi pengaruh, di atas memberi pengayoman/perlindungan, di bawah menunjukkan pengabdian. Jika dirumuskan secara singkat, maka seorang pemimpin yang taat asas, harus memiliki dinamika horizontal dan vertikal. Seorang pemimpin yang baik diharapkan mengerti dan memahami di mana dia harus menempatkan diri pada situasi dan kondisi tertentu menurut tuntutan keadaan waktu dan tempat (ketupat). Atas Depan Belakang Tengah Bawah Gambar 2.3 Model Kepemimpinan Pancasila

11 17 c. Bentuk keterlibatan orang tua terhadap anak Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sangat bermacammacan. Dengan tujuan agar sang anak dapat mencapai keberhasilan dalam proses belajarnya. Berikut keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak: 1) Sebagai pembimbing Di dalam keluarga orang tua akan menjadi panutan bagi anakanaknya. Oleh sebab itu orang tua harus bisa menjadi pembimbing anaknya dalam bidang apapun terutama dalam pendidikan. Orang tua yang dapat menjadi pembimbing yang baik bagi anaknya akan membuat sang anak dapat mencapai tujuan yang akan diraihnya. Dengan bimbingan belajar dari orang tua anak akan merasa ada dorongan dan semangat tambahan untuk mencapai tujuannya. Tujuan yang akan dicapai dari proses bimbingan belajar dari orang tua adalah sebagai berikut: a) Tujuan belajar tercapai (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) Kesulitan-kesulitan dalam proses belajar akan berkurang dengan adanya bimbingan dari orang tua. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan proses belajar adalah rendahnya motivasi dalam belajar, rasa malas belajar, suasana rumah yang kurang mendukung, hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis, serta kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu. Dengan adanya bimbingan dari orang tua maka kesulitan-kesulitan di atas akan berkurang dan teratasi dan tujuan belajar akan tercapai. b) Agar bisa menjadi bagian dari lingkungan yang baik untuk dapat mendukung proses belajar Dalam berkehidupan sosial dan menjadi bagian dari lingkungan yang baik seorang anak perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dengan penyesuaian diri yang baik akan mempermudah pencapaian tujuan belajar. 2) Melengkapi fasilitas belajar anak

12 18 Fasilitas belajar sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan belajar. Fasilitas belajar yang lengkap akan sangat menunjang proses belajar anak. Orang tua wajib melengkapi fasilitas belajar anak agar anak dapat mencapai tujuan belajarnya. Fasilitas ini mencangkup ruang belajar, sarana prasarana (alat tulis, buku, dsb). Ruang belajar yang bersih dan nyaman akan berpengaruh positif terhadap semangat belajar anak dan akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. 3) Memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak Orang tua wajib memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak akan membuat anak menjadi nyaman dan merasa diawasi perilakunya oleh orang tuanya. Sehingga anak senantiasa akan berhatihati dalam berperilaku misalnya dalam kegiatan sehari-hari, proses belajar di sekolah maupun di masyarakat, pergaulan anak dengan teman-temannya. Kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua kepada anak akan menyebabkan motivasi dan semangat belajar anak rendah, anak akan bersikap acuh tak acuh dengan dunia pendidikan dan juga dunia sekitarnya, anak akan merasa tidak ada yang mempedulikannya sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di sekolah. Perhatian orang tua dapat berupa dorongan motivasi dan pengertian orang tua terhadap waktu belajar anak. Waktu belajar anak harus disiplin dan tidak diganggu oleh hal apapun. Menurut Slameto (2013: 64) Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. 4) Menciptakan suasana rumah yang harmonis Suasana rumah yang kurang tenang dan cenderung gaduh akan mengganggu proses belajar anak. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga besar yang di dalam rumah terdapat banyak anggota keluarga sehingga kegaduhan sulit untuk dihindari. Kegaduhan rumah juga bisa terjadi jika rumah sering digunakan untuk tempat pertemuan, tempat acara bermasyarakat dan rumah yang gaduh karena sering bising

13 19 dengan suara radio, tape recorder pada jam belajar juga akan mengganggu proses belajar anak. Suasana rumah yang kaku, tegang dan selalu terjadi konflik atau cekcok antar anggota keluarga juga akan mengganggu proses belajar anak, akubatnya anak akan merasa tidak tenang di rumah, dan selalu keluar rumah pada jam belajar. Sehingga keharmonisan di dalam keluarga perlu diciptakan agar proses belajar anak tidak terganggu terutama dalam konsentrasi belajar. d. Indikator keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak 1) Memperhatikan kemajuan pendidikan anak 2) Terlibat dalam kegiatan belajar 3) Menciptakan kondisi belajar yang baik 4) Memberi bimbingan belajar 5) Memberi motivasi belajar 6) Menyediakan fasilitas belajar yang lengkap 3. Tinjauan Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Di dalam proses belajar adanya motivasi sangatlah penting. Berbagai permasalahan dalam proses belajar mengajar seperti siswa malas mengikuti pembelajaran, siswa bersikap kurang menyenangkan, siswa yang membolos, dan sebagainya bisa muncul karena kurangnya motivasi. Siswa tidak mempunyai semangat dan dorongan untuk melakukan suatu kegiatan karena siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang ingin dicapainya. Siswa akan dapat mencapai tujuan belajarnya jika menyadari bahwa dirinya membutuhkan pendidikan dan mempunyai dorongan untuk dapat mencapai tujuan belajarnya. Keinginan dalam diri dan dorongan kemauan inilah yang dinamakan motivasi. Purwanto (2007: 73) mengemukakan bahwa motivasi yaitu suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan menjaga tingkah laku seseorang sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Mudjiman (2008: 37), motivasi adalah kekuatan dan pengarah perbuatan belajar. Menurut Sardiman A.M (2014: 75), motivasi dapat juga dikatakan serangkaian

14 20 usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Triantoro S (Astuti, 2010: 47) mengemukakan bahwa motivasi diartikan sebagai sebuah proses yang dimulai dari adanya kekurangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang memunculkan perilaku atau dorongan yang diarahkan untuk mencapai sebuah tujuan spesifik atau insentif. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah daya penggerak seseorang untuk melakukan sesuatu agar dapat mencapai tujuannya. Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri seorang siswa untuk melakukan proses belajarnya agar dapat memperoleh hasil belajar yang diinginkan. b. Teori Motivasi Untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa maka perlu mengetahui teori-teori motivasi terlebih dahulu. Seperti yang di kemukakan oleh Handoko (Astuti, 2010: 48) adalah sebagai berikut: 1) Teori Kognitif 2) Teori Hedonistis 3) Teori Insting 4) Teori Psikoanalitis 5) Teori Keseimbangan 6) Teori Dorongan Berikut penjelasan tentang teori-teori motivasi: 1) Teori kognitif Di dalam teori ini manusia merupakan makhluk rasional. Dengan menggunakan rasio manusia bebas menentukan apa yang akan mereka lakukan, baik dalam melakukan hal yang baik maupun hal yang buruk. Tingkah laku manusia hanya ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Berdasarkan teori ini tingkah laku tidak digerakkan oleh motivasi tetapi ditentukan oleh rasio. Kelemahan

15 21 teori ini adalah tidak dapat menjelaskan tindakan yang erada di luar kontrol rasio. 2) Teori Hedonistis Di dalam teori hedonistis tidak menguraikan bahwa tindakan ditentukan oleh rasio seperti yang dijelaskan dalam teori kognitif. Dalam teori ini menjelaskan bahwa segala perilaku manusia, baik yang disadari maupun tidak, baik yang timbul dari kekuatan luar maupun kekuatan dari dalam, pada dasarnya mempunyai suatu tujuan yang sama yaitu mencari sesuatu yang menyenangkan. Kelemahan dari teori ini adalah kurang bersifat imiah dikarenakan dalam teori ini sangat tergantung pada pengalaman seseorang saja dan hanya bersifat subyektif. 3) Teori Insting Insting merupakan suatu perasaan atau kekuatan yang dimiliki setiap manusia sebagai kekuatan biologis yang dibawa sejak lahir. Kekuatan insting ini yang membuat seseorang akan melakukan suatu hal sesuai dengan cara-cara tertentu, demikianlah pemikiran dari teori insting. Kekuatan insting ini dapat membuat seseorang seolaholah terpaksa melakukan suatu hal dengan cara tertentu. Kelemahan dari teori ini adalah sulit membuat daftar insting dasar yang mencakup segala tingkah laku manusia. 4) Teori Psikoanalitis Di dalam teori ini mempercayai bahwa ada kekuatan bawaan dalam diri manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang akan berpengaruh pada setia tindakan manusia. Teori ini merupakan pengembangan dari teori insting. 5) Teori keseimbangan Adanya teori keseimbangan ini dipengaruhi oleh adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Di dalam teori ini mempercayai bahwa manusia senantiasa menjaga dan mempertahankan keseimbangan yang ada dalam dirinya. Tingkah laku

16 22 manusia timbul karena adanya kebutuhan, manusia akan berusaha untuk dapat mencukupi kebutuhannya tersebut. Seperti yang dijelaskan Maslow (Slameto, 2013: 171) bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut ialah: a) Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia paling besar yang meliputi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) dan yang berhubungan dengan kebutuhan untuk bertahan hidup. b) Rasa aman Rasa aman terhadap lingkungan tempat tinggal, kepastian keadaan, peramalan, ketidakadilan dan kecemasan yang menimbulkan ketakutan pada manusia. c) Rasa cinta Rasa cinta merupakan kebutuhan akan adanya hubungan yang baik dengan orang lain. d) Penghargaan Setiap manusia ingin merasa dirinya dihargai, merasa dirinya dibutuhkan oleh orang lain, dianggap berguna dan dihormati oleh orang lain. e) Aktualisasi diri Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia untuk bisa merealisasikan dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya (pengembangan diri). f) Mengetahui dan mengerti Pada dasarnya manusia dibekali dengan rasa ingin tahu terhadap suatu hal. Kebutuhan ini digunakan untuk mencapai tujuan yaitu mengetahui dan engerti apa yang ingin diketahui oleh manusia.

17 23 g) Kebutuhan estetik Kebutuhan estetik dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan suatu keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan yang dilakukan manusia. 6) Teori Dorongan Teori dorongan ini prinsipnya sama dengan teori keseimbangan, perbedaan hanya pada penekanannya. Dalam teori ini menekankan untuk mendorong terjadinya suatu tindakan manusia. c. Macam motivasi belajar Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada tinggi redahnya prestasi belajar siswa. Setiap siswa pastinya mempunyai tingkat motivasi belajar yang berbeda-beda. Bila seorang siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi maka siswa tersebut akan terus terdorong untuk mencapai tujuan belajarnya, begitu sebaliknya jika seorang siswa mempunyai motivasi belajar yang rendah maka ia akan bermalas-malasan dalam proses belajar dan dalam mencapai tujuan belajarnya. Menurut Mudjiman (2008: 37) motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Motivasi intrinsik Motivasi atau dorongan yang bisa berfungsi dan aktif tanpa adanya pengaruh dari luar, karena motivasi atau dorongan ini sudah ada dalam diri seseorang tersebut. 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi atau dorongan yang bisa berfungsi dan aktif dengan adanya pengaruh dari luar. d. Fungsi motivasi belajar Motivasi belajar sangat berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, sehingga perlu dilakukan pengaruh atau rangsangan agar muncul motivasi belajar pada diri siswa. Menurut Djamarah (2008: 157) bahwa motivasi itu mempunyai tiga peranan atau fungsi bagi siswa, yaitu:

18 24 1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. 3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Sedangkan menurut Sardiman A.M (2014: 85) motivasi dapat berfungsi: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan otor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu kaa melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Menurut Purwanto (2007: 70-71) peranan motivasi dalam proses belajar ada tiga yaitu: 1) Motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motivasi berperan sebagai penggerak atau sebagaui motor yang mendorong manusia untuk melakukan suatu hal. 2) Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Motivasi mendorong manusia untuk melakukan suatu hal yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Motivasi juga mencegah manusia salah langkah dalam mencapai tujuannya. 3) Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Arti dari menyeleksi adalah dapat menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, diseleksi, dan mana ang haru dihindari yang tidak bermanfaat dari pencapaian tujuan yang ingin dicapai.

19 25 Berkaitan dengan masalah motivasi belajar, hasil penelitian Mutmainah (2010) mendapati fakta bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi dalam bidang Qur an Hadits. Hasil yang sama juga terdapat dalam penelitian yang dilakukan Safitri (2014) yang menyatakan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bidang Sejarah Kebudayaan Islam. Karena motivasi sebagai penggerak dan dorongan bagi tingkah laku siswa maka perlu ditanamkan nilai-nilai yang baik agar motivasi yang muncul akan bersifat positif untuk semangat belajar anak. Menanamkan nilai yang baik di sini misalnya menciptakan pengaruh pada anak bahwa belajar merupakan kebutuhan anak dan menghindari anak melakukan proses belajar hanya karena takut kepada orang tua, takut jika tidak belajar maka akan dimarahi dan dihukum oleh orang tua dan sebagainya. Sehingga menimbulkan motivasi belajar kepada anak sangat penting dilakukan agar tercapai tujuan belajarnya. e. Cara membangkitkan motivasi belajar Memberikan motivasi dalam kegiatan belajar anak dapat dilakukan dengan mendorong dan mempengaruhi tingkah laku anak. Motivasi tidak selalu berasal dari orang tua, peran guru sebagai pengajar formal di lingkungan sekolah sama oentingnya terhadap motivasi belajar siswa. Menurut De Cecco dan Grawford (Slameto, 2013: 175) mengajukan empat fungsi pengajar yaitu : 1) Menggairahkan siswa 2) Memberikan harapan realistis 3) Memberikan insentif 4) Mengarahkan Berikut penjelasan dari keempat fungsi pengajar: 1) Menggairahkan siswa Guru sebagai pengajar harus bisa menciptakan suasana belajar dalam kelas menjadi menarik dan menghindarkan dari hal-hal yang monoton dan membosankan. Karena ha itu dapat mempengaruhi

20 26 motivasi belajar anak menjadi rendah dan malas untuk memperhatikan pelajaran di dalam kelas. 2) Memberikan harapan realistis Harapan-harapan setiap siswa pastilah berbeda-beda, ada yang realistis ada pula yang tidak realistis. Peranan guru di sini adalah memelihara harapan-harapan siswa yang realistis da memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan maupun kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan demikian pengajar dapat membedakan anatar harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. 3) Memberikan insentif Memberikan hadiah (insentif) pada siswa yang berhasil dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan memberi pujian, nilai/angka yang baik serta penguatan untuk lebih mendorong siswa meningkatkan prestasinya. 4) Mengarahkan Guru sebagai pengajar harus mampu mengarahkan tingkah laku siswa, dengan cara menunjukkan kepada siswa hal-hal yang kurang benar dilakukan oleh siswa dan meminta siswa untuk memperbaiki kesalahannya dengan melakukan yang sebaik-baiknya. Menurut Gage dan Berliner (Slameto, 2013: 176) menyarankan juga sejumlah cara meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran. Berikut cara meningkatkan motivasi siswa: 1) Pergunakan pujian verbal 2) Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana 3) Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannnya untuk mengadakan eksplorasi 4) Untuk tetap mendapatkan perhatian, sekali-kali pengajar dapat melakukan hal-hal yang luar biasa

21 27 5) Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar 6) Mempergunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai contoh 7) Menerapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa, agar siswa jadi lebih terlibat 8) Meminta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya 9) Mempergunakan simulasi dan permainan 10) Memperkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan 11) Memperkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa 12) Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah 13) Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa Cara meningkatkan motivasi dalam diri siswa ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fernandez dan Joyce (2015) yang menunjukkan hasil hubungan yang signifikan antara motivasi dan pendekatan dalam pembelajaran. f. Indikator Motivasi Belajar Menurut Uno (2006: 23): 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat dapat belajar dengan baik B. Kerangka Berpikir Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri maupun faktor yang berasal dari luar. Faktor dari daam diri yaitu faktor fisik dan faktor psikologis yang mencakup minat belajar, bakat,

22 28 kecerdasan, dan motivasi belajar. Sedangkan faktor yang berasal dari luar adalah faktor yang berasal dari lingkungan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh pada prestasi siswa. Keterlibatan orang tua pada proses belajar anaklah yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatan prestasi belajar anak. Keterlibatan orang tua dapat berupa dorongan agar anak lebih bersemangat dalam proses belajarnya, melengkapi kebutuhan belajarnya serta menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi anak. Motivasi belajar juga berpengaruh pada keberhasilan belajar anak. Motivasi belajar yang rendah akan menyebabkan prestasi belajar anak juga rendah. Sehingga adanya motivasi belajar ini sangat menentukan keberhasilan proses belajar anak. Motivasi yang tinggi pada anak akan berpengaruh positif pada semangat belajar anak dan nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar anak. Hasil belajar anak akan bisa optimal dengan adanya motivasi dan semangat belajar yang tinggi. Dengan begitu keterlibatan orang tua dalam proses belajar siswa dan motivasi belajar siswa yang tinggi akan mampu menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik. Berdasarkan gambaran di atas dapat digambarkan secara skematis seperti di bawah ini:

23 29 1 Keterlibatan Orang Tua (X1) Motivasi Belajar (X2) 3 Prestasi Belajar Mata pelajaran produktif (Y) 2 Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Keterangan: 1. Hubungan antara keterlibatan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Bhinneka Karya Surakarta tahun pelajaran 2015/ Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Bhinneka Karya Surakarta tahun pelajaran 2015/ Hubungan antara keterlibatan orang tua dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Bhinneka Karya Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. C. Hipotesis Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

24 30 1. Ada hubungan antara keterlibatan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Bhinneka Karya Surakarta tahun ajaran 2015/ Ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Bhinneka Karya Surakarta tahun ajaran 2015/ Ada hubungan antara keterlibatan orang tua dan motivasi belajar secara simultan dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Bhinneka Karya Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan adalah suatu proses yang ditempuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. tinjauan pustaka. Penelitian penelitian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. tinjauan pustaka. Penelitian penelitian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan agar menghindari terjadinya plagiasi atau pengulangan dalam penelitian. Ada beberapa penelitian yang berbeda namun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah. Salah satunya yaitu tentang kualitas pendidikan, yang saat ini menggunakan prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki standar mutu profesional tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang didalamnya mencakup lingkungan fisik, sekolah dan sosial masyarakat. Proses pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga. belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu discipline yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga. belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu discipline yang BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang pengaruh kedisiplinan belajar dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini umumnya bangsa-bangsa yang memiliki kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan berkompetisi di pasar bebas.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA KELUARGA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI) PADA MATA PELAJARAN IPA Siti Marlina Tarihoran Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: KONTRIBUSI DISIPLIN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA PADA MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2006 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan wadah bagi manusia untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas diri. Suatu bangsa dapat maju apabila masyarakatnya memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : `PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I BATURETNO TAHUN AJARAN 2009 /2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S. PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S Oleh: ARI YUDANI NIM : Q 100 070 620 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses atau suatu rangkaian aktivitas yang menuju kepada perubahan-perubahan fungsional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan key term, istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan (Muhibbin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan 138 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan berikutnya adalah mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing-masing temuan penelitian akan dibahas dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo Motivasi orang tua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo dikategorikan tinggi, berdasarkan angket maka diketahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar 6 2.1 Peran Guru BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Peran Guru Guru dalam fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peran akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motif Berprestasi Ditinjau dari asal katanya, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan berbagai hal, berperan memberikan warna dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar, oleh karena itu siswa diharuskan memiliki motivasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis. BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK

STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK 1 STUDI EKSPLORASI SARANA PRASARANA PRAKTIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK Aap Pandriana 1, Nana Sumarna 2, Ridwan A.M. Noor 3 Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penghasil tenaga-tenaga terampil di berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penghasil tenaga-tenaga terampil di berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satu diantara lembaga pendidikan formal yang memberikan bekal pengetahuan teknologi, keterampilan, sikap, disiplin, dan etos kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Minat Minat selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Dalam belajar mengajar, penting menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa 100 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 03 Singosari Malang Motivasi belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, Sebaik apapun kurikulum jika 2 bahwa guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Terkait dengan pernyataan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci